Oleh :
Nafisa Rafikati Nasution 1910017411019
UNIVERSITAS BUNG
HATTA JANUARI 2023
RINGKASAN
Kata Kunci : Kerja Praktik, PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, Refinery Plant,
Deodorizer/Stripper.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan kerja praktik di
PT. Synergy Oil Nusantara – Batam, Kepulauan Riau, dan dapat menyusun
laporan kerja praktik dengan judul “ Evaluasi Performa Deodorizer
(822P/Stripper) pada Pengolahan CPO Outspec di Refinery Plant PT. Synergy
Oil Nusantara- Batam”. Pelaksanaan kerja praktik ini dimulai pada tanggal 4
Juli s.d 4 November 2022, penulisan laporan kerja praktik ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik di Jurusan
Teknik Kimia pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
Selama pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis sadar
bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak akan berjalan denan
lancar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
do’a restu nya.
2. Ibu Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta dan selaku Dosen Pembimbing
dalam pelaksanaan kerja praktik yang berperan penting dalam memberikan
bimbingan serta masukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja
praktik di PT. Synergy Oil Nusantara -Batam.
3. Bapak Dr. Firdaus, S.T., M.T., selaku ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Hendra Cipta ilyas, S.T., selaku HR & GA Assists PT. Synergy Oil
Nusantara – Batam.
5. Bapak Syahwindra selaku Manager Production PT. Synergy Oil Nusantara –
Batam selaku Pembimbing Lapangan dalam pelaksanaan kerja praktik.
6. Bapak Jonsen Siregar, Bapak Bintang H.G dan Bapak Irwanto Pasaribu,
selaku Supervisor PT. Synergy Oil Nusantara – Batam.
ii
7. Kepada seluruh karyawan PT. Meidan Sejati Surya Plantation-Bangsal Aceh,
yang telah membantu penulis selama pelaksanaan kerja praktik.
8. Kepada teman – teman seperjuangan dalam pelaksanaan kerja praktik
angkatan 2020 Jurusan Teknik Kimia Universitas Bung Hatta, yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu penulis selama pelaksanaan dan penulisan laporan kerja
praktik di PT. Meridan Sejati Surya Plantation-Bangsal Aceh.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
iv
4.2 Unit Pendukung...................................................................................48
5.5 Pembahasan..........................................................................................66
5.6 Kesimpulan..........................................................................................72
6.1 Kesimpulan..........................................................................................73
6.2 Saran....................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.4 Standar Mutu Kelayakan Produk PT. Synergy Oil Nusantara..........8
Nusantara..........................................................................................37
Tabel 4.1 Standar Mutu Air Bersih di PT. Synergy Oil Nusantara..................44
Tabel 4.2 Standar Mutu Air Umpan Boiler di PT. Synergy Oil Nusantara......46
Tabel 4.3 Baku Mutu Limbah Cair di PT. Synergy Oil Nusantara...................49
vi
Tabel 5.10 Data Tekanan Vakum dan Temperatur Reflux Deodorizer............64
vii
DAFTAR GAMBAR
Kepulauan Riau...........................................................................2
di PT.SON.....................................................................................7
Gambar 1.7 Gambaran Tata Letak (Lay Out) PT. Synergy Oil Nusantara –
Batam.............................................................................................10
viii
Gambar 5.6 Profil Losses pada Deodorizer (822P/Stipper)..............................69
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Flowsheet Palmatic Plant PT. Synergy Oil Nusantara................LA-1
Lampiran B Perhitungan ............................................................................... LB-1
Lampiran C Dokumentasi ............................................................................. LC-1
x
LC-1
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang berperan penting bagi
perekonomian Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan akan minyak kepala sawit semakin meningkat setiap tahunnya, baik itu
digunakan sebagai bahan baku industri oleokimia, biodiesel, minyak goreng
maupun industri lainnya. PT. Synergy Oil Nusantara (SON) merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan minyak kelapa sawit.
Perusahaan ini merupakan perusahaan penanaman modal asing yang berada
dibawah naungan IFFCO Group yang berdiri pada tahun 1975 dan berpusat di Uni
Emirat Arab. Perusahaan ini tersertifikat Roundtable On Sustainable Palm Oil
(RSPO) yang merupakan industri penyulingan minyak nabati dengan bahan dasar
Crude Palm Oil (CPO) dengan salah satu produk hilirnya adalah minyak goreng.
Pabrik ini mengolah CPO menjadi Refined Bleached and Deodorized Palm Oil
(RBDPO), Refined Bleached and Deodorized Palm Olein (RBDPL), Refined
Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dan Palm Fatty Acid Destilat
(PFAD).
PT. Synergy Oil Nusantara mulai beroperasi pada tahun 2006 dengan
kepemilikan saham oleh perusahaan asing yaitu PT. Tabung Haji (TH) Indo
Plantation Malaysia dan Twin Wealth Grup Hongkong. Setelah dua tahun berlalu
pada tahun 2008 PT. Synergy Oil Nusantara diambil alih oleh PT. Tabung Haji
(TH) Indo Plantation Malaysia. Kemudian pada tahun 2009 hingga saat ini
kepemilikan saham PT. SON diambil alih sepenuhnya oleh IFFCO Group.
Berikut adalah tampilan PT. Synergy Oil Nusantara-Batam yang dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
1
Gambar 1.1 Tampilan PT. Synergy Oil Nusantara Batam- Kepulauan Riau
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON- Batam, 2022
PT. Synergy Oil Nusantara terletak di kawasan industri Kabil- Batam pada
Km 12,5 Jalan Raya Pelabuhan Kabil, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepulauan
Riau. Pabrik ini berdekatan dengan PT. Musim Mas, PT. Eco Green dan PT.
Semen Bosowa. Pabrik ini memiliki luas sekitar ± 12 ha dan berdekatan dengan
pelabuhan Kabil. PT.Synergy Oil Nusatara-Batam memiliki empat plant, yaitu
Refinery Plant, Fractionation Plant, Hydrogenation Plant dan Shortening Plant.
Pabrik ini juga dilengkapi dengan peralatan laboratorium serta personil yang
berkualitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta standar produk pasar
internasional. Produk yang dihasilkan dari pabrik ini akan di ekspor ke berbagai
negara seperti India, Cina, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Eropa dan Afrika. Adapun
Visi dan Misi dari PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, adalah sebagai berikut :
a) Visi : Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri minyak nabati.
b) Misi :
1. Memastikan tidak ada kecelakaan kerja di lokasi pabrik.
2. Pencapaian kualitas produk yang terbaik.
3. Pencapaian kepuasan pelanggan.
4. Meningkatkan standar kerapian dan kebersihan.
5. Meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan visi perusahaan.
6. Memaksimalkan kapasitas produksi dengan meminimalkan biaya
produksi.
2
1.2 Bahan Baku Utama dan Bahan Penunjang
Bahan baku utama yang digunakan PT. Synergy Oil Nusantara adalah
Crude Palm Oil (CPO) yang didapatkan dari beberapa pabrik kelapa sawit (PKS)
di Indonesia, yaitu ;
1. PT. Bhumireksa Nusa Sejati – Riau
2. PT. Mitra Aneka Rezeki – Kalimantan Barat
3. PT. Barumun Agro Sentosa – Kalimantan Barat
4. PT. Agrina Sawit Perdana – Kalimantan Barat
5. PT. Nursaya Permai – Kalimantan Barat
6. PT. Parna Agromas – Kalimantan Barat
7. PT. Transpacific Agro Industri – Palembang
8. PT. Tata Hamparan Persada - Palembang
9. PT. Gunung Maras Lestari – Bangka
10. PT. Citrakopasindo Tani – Jambi
11. PT. Brahma Binabakti – Jambi
Setiap pasokan bahan baku CPO yang masuk dari berbagai daerah akan
dilakukan uji kelayakan yang harus memenuhi standar mutu CPO yang telah
ditetapkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara. Adapun standar mutu kelayakan CPO
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Standar Mutu Kelayakan CPO
No Parameter Standar Mutu
1. Free fatty acid (FFA) 5,0 max
2. Moisture dan impuirities 0,5 max
3. Deterioration of bleachability index (DOBI) 2,0 – 3,5
4. Iodine value (IV) 51 – 53
5. Colour 22 – 24
6. Peroxide value (PV) 0,1 max
Sumber : QA Department PT. SON- Batam, 2022
3
steam coil untuk menjaga temperatur CPO pada suhu sekitar ± 40-48 oC dalam
tangki penyimpanan. Tujuan dari proses pemanasan ini salah satunya adalah untuk
menjaga fase CPO agar tetap cair dan tidak terjadi penggumpalan atau
pengendapan. Berikut adalah tampilan minyak CPO dapat dilihat pada Gambar
1.2.
(a)
4
(b)
Gambar 1.3 Tampilan (a) Asam Fosfat dan (b) Asam Sitrat
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON-Batam, 2022
Adapun spesifikasi asam fosfat dan asam sitrat yang digunakan di PT.
Synergy oil Nusantara-Batam dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Spesifikasi Asam Fosfat dan Asam Sitrat
No. Parameter Asam fosfat Asam sitrat
(H3PO4) (C6H8O7)
1. Wujud Liquid Padat (bubuk kristal)
2. Warna Tidak berwarna Putih
3. Bau Asam Tidak berbau
4. pH (20 oC) 1-1,5 (1-10 g/L) 1,5-2,5 (larutan 5%)
5. Titik leleh (oC) - 153 oC
6. Kelarutan dalam air (20 oC) Larut 134 G/100 G air
7. Densitas 14 lbs/gal 1,66 g/cm3
8. Flammability Non- flammable
Sumber : QA Department PT. SON- Batam, 2022
5
Gambar 1.4 Bleaching Earth
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON- Batam, 2022
1.3.1 Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara- Batam, salah
satunya adalah produk jadi hasil dari pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Produk
tersebut seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), Refined
Bleached Deodorized Olein (RBDPL) atau yang dikenal dengan minyak goreng,
selain itu juga terdapat produk samping hasil pengolahan seperti Palm Fatty Acid
Destilat (PFAD), dan Refined Bleached and Deodorized Stearin (RBDPS).
Berikut tampilan produk hasil pengolahan CPO dari proses refineri dan fraksinasi,
dapat dilihat pada Gambar 1.5.
6
(a) Refined Bleached and Deodorized Palm Oil/ RBDPO
Gambar 1.5 Produk Hasil Proses Refinery dan Fractionation CPO PT.SON
(a) RBDPO, (b) RBDPL, (c)RBPS, (d) PFAD
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022
7
Untuk produk RBDPL atau yang dikenal dengan minyak goreng, PT.SON-
Batam memiliki tiga merk dagang yang ada di pasaran seperti Son Gold, Hayat,
dan Maha. Perbedaan dari ketiga jenis produk minyak goreng tersebut terletak
nilai Iodine value (IV) produk. Produk RBDPL dengan merk dagang Son Gold
memiliki IV 56 , merek dagang Hayat memiliki IV 57 dan Maha memiliki nilai IV
59. Sementara untuk produk samping seperti PFAD akan dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk pembuatan sabun, lilin maupun kosmetik. Sedangkan produk
samping Stearin akan diolah lebih lanjut pada shortening plant. Adapun tampilan
dari produk RBDPL dengan ketiga merk dagang tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.6.
8
1.3.2 Pemasaran
Pemasaran produk PT. SON lebih fokus pada kegiatan ekspor ke luar
negeri, produk yang dihasilkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara-Batam akan di
pasarkan sebagian kecil di dalam negeri (hanya di Kepulauan Riau) dan
mengekspor sebagian besar hasil produksinya keluar negeri. Produk RBDPL
dengan merk dagang Hayat dan Son Gold hanya dipasarkan dan didistribusikan di
daerah Batam, sedangkan untuk produk yang sama dalam kemasan jerigen akan
diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Ukraina, India, Uni Emirat Arab,
Mesir, Afrika, Pakistan, China dan Sri Lanka.
PT. Synergy Oil Nusantara berlokasi di kawasan industri Kabil yang strategis,
tepatnya berada di Jl. Raya Pelabuhan Kabil, Km. 12,5 Kabil, Kecamatan Nongsa,
Kota Batam, Kepulauan Riau. Luas PT. MSSP berkisar sekitar 12 ha yang dekat
dengan pelabuhan dan dekat dengan beberapa pabrik lainya
Berikut gambaran tata letak (lay out) PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, yang
dapat dilihat pada Gambar 1.7.
9
Mosque
Lauric Plant
Lauric Plant
Gambar 1.7 Tata Letak Pabrik (Lay Out) PT. SON- Batam
Sumber : PT. SON-Batam, 2022
10
Gambar 1.8 Struktur Organisasi PT. SON- Batam
Sumber : PT. SON-Batam, 2022
11
2. Executive Secretary
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Memberikan bantuan administrasi pada manajemen level atas
dengan membuat laporan statistik, menangani permintaan informasi
dan melakukan fungsi administrasi seperti menyiapkan surat-
menyurat, mengatur panggilan konferensi dan jadwal pertemuan.
b) Mengajukan dan mengambil dokumen, catatan dan laporan
perusahaan.
c) Membaca dan menganalisa memo kiriman dan laporan yang masuk
untuk menentukan signifikasi dan rencana pendistribusinya.
12
d) Melakukan monitoring pelanggan.
e) Merencanakan dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
f) Menentukan jadwal waktu promosi.
6. Head Operation
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menekankan biaya pengeluaran operasional seminim mungkin.
b) Mengembangkan inovasi tentang operasional agar berjalan
dengan baik.
c) Meningkatkan efektivitas operasional perusahaan.
d) Melakukan eliminasi terhadap pengeluaran operasional yang
tidak diperlukan.
e) Mengawasi persediaan barang distribusi, penyedia jasa dan letak
fasilitas operasional.
f) Melakukan pertemuan rutin secara berkala dengan direktur
guna mencapai visi dan misi perusahaan.
7. Procurement Head
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Merencanakan pembelian atau penyediaan.
13
b) Membuat prosedur standar untuk barang atau jasa yang
dibutuhkan perusahaan.
c) Mencari vendor atau supplier.
d) Menganalisa perbandingan biaya pembelian dari supplier atau
vendor.
14
11. General Affair (GA) Asisten Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menyusun rencana dan strategi bersama manager.
b) Mendukung kinerja manager.
c) Membatu manager jika berhalangan hadir.
d) Memastikan bahwa jadwal serta sasaran yang sudah ditargetkan
dapat terpenuhi dengan baik.
15
b) Membuat dan memelihara dokumen terkait K3.
c) Melakukan evaluasi tentang kemungkinan atau peluang insiden
kecelakaan yang dapat terjadi.
16
18. Packaging Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menerima barang dari pihak produksi.
b) Memastikan kembali bahwa kondisi barang tersebut berkualitas baik.
c) Melakukan pengecekan terhadap mesin packing.
d) Memastikan prosedur packaging sesuai SOP.
17
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Berikut blok diagram dan flowsheet dari tahapan pengolahan minyak CPO
menjadi produk minyak goreng di PT. Synergy Oil Nusantara dapat dilihat pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
18
Gambar 2.1 Blok Diagram Palmatic Plant di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
19
Steam Kode Alat Keterangan
1. T101/104 CPO Storage Tank
2. T-534 Tangki Chemical
Water
3. PHE 521 A/B Plate Heat Exchanger
4. M504 A/B Dynamis Mixer
Bleaching Earth 5. 503 Multi Compartment Reactor
6. 603 Hopper
7. 635 Oil Earth Mixer
Phosporic Acid
603 A 8. 622 B Bleacher Continous Tank
9. 622A Bleacher Tank
Citric Acid 10. 616A1/A5 Niagara Filter
11. 682A Tangki Penampung Dirty Oil
12. 682B Tangki Penampung Clear Oil
13. 616B1/B4 Filter Bag
14. 616C1/C7 Filter Catridge
15. 801 Deaerator
682 A 16. 822P Stripper
17. 822 Deodorizer
503 18. 814 Tangki Penampung PFAD
19. PHE 881AG Plate Heat Exchanger
622 B 622 A 20. T-301/303 Storage Tank PFAD
635
21. PHE 881B Plate Heat Exchanger
22. 816 C1/C4 Filter Catridge
23. T-101/104 Storage Tank RBDPO
T- 103 24. 601/602 Homogen Tank
T- 102
25. 1002 A6-10 Kristalizer
534 M504 A P-635
26. F1002-M1/3 Filter Press
27. 1082 B1/B2 Olein Tank
M504 B
28. T-301/302 Storage Tank Olein
616 A1
T- 101 T- 104 P-534 A P-622-1 P-622-2 P-622-3 P-622-4 P-622-5 29. T-402 Storage Tank Stearin
T- 102 P-501 A
PHE-521 B
P-682 A
Strainer Strainer Strainer 616 A2
P-521 B
PHE-521 A
T- 101 P-501 B
P-521 A
682 B
822
P-822P
P-801
P-880
T- 501
PHE-881 B T- 501
816-C1
602 601
T-301/2
1082-B1/B2
P-1002-A8 P-1002-A7 P-1002-A6
F-1002 M1
P101-6A
P-601/2
P-301
1002-B1 1002-A10 1002-A9
T-401
F-1002 M2
P-401
Steam
Water
20
2.2 Uraian Proses
Bahan baku merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu
industri. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng ini
adalah CPO (Crude Palm Oil), dengan bahan penunjang berupa H 3PO4 (Asam
Posfat), Asam Sitrat, dan BE (Bleaching Earth). Proses pengolahan CPO (Crude
Palm Oil) menjadi minyak goreng di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam terdiri
dari beberapa unit proses (plant) untuk menghasilkan produk RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil), RBDP Olein (Refined Bleached Deodorized
Palm Olein), RBDP Stearin (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin), PFAD
(Palm Fatty Acid Distillate) sebagai produk samping serta produk serupa dengan
kandungan Low 3MCPD & GE dengan kapasitas produksi sebesar 68.000 kg/jam.
Unit proses untuk menghasilkan produk tersebut, yaitu :
21
1. Proses Pretreatment Raw Material
Perlakuan awal atau proses pretreatment yang dilakukan pada raw material
(CPO) pada refinery section adalah sebagai berikut:
CPO pada tangki timbun/ CPO Storage (T101-T109) dipanaskan sampai
pada temperatur minimal sekitar 5-10oC di atas melting point CPO, melting
point CPO yaitu 37-38oC.
2. Proses Degumming
Proses degumming adalah salah satu tahapan proses pemurnian yang
bertujuan untuk memisahkan getah (gum) dan lendir (fospolipid, protein,
residu, karbohidrat) dalam CPO. Proses degumming dilakukan dengan
penambahan asam posfat (H3PO4) dan asam sitrat (C6H8O7) yang bertujuan
untuk mengikat getah (gum), impurities dan komponen logam pada CPO yang
merupakan sumber rasa dan warna yang tidak diinginkan yang menyebabkan
umur simpan minyak semakin pendek. Adapun uraian dari proses degumming
adalah sebagai berikut :
CPO dari Plate Heat Exchanger ditransfer menuju Dynamic Mixer (M504
A/B) untuk dilakukan pencampuran dengan asam fosfat (H 3PO4) 85% dan
asam sitrat (C6H8O7) dari tangki 534. Dosis penambahan H3PO4 adalah
0,04- 0,06 % sementara dosis penambahan C6H8O7 adalah 0,02-0,03 % dari
laju alir CPO. Penambahan H3PO4 dan C6H8O7 dilakukan dengan
inject pada
22
perpipaan menuju dynamic mixer, yang selanjutnya akan tercampur di dalam
dynamic mixer.
Catatan : Jika pemakaian H3PO4 terlalu sedikit maka proses degumming
tidak akan berjalan sempurna, sedangkan jika pemakaian H 3PO4 terlalu
banyak akan menyebabkan banyak lendir sehingga menyulitkan pada proses
penyaringan. Asam sitrat berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah
terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan %FFA naik.
3. Proses Bleaching
Proses Bleaching (pemucatan) merupakan tahapan proses pemurnian yang
bertujuan untuk menghilangkan (mengadsorpsi) beberapa impurities yang tidak
diinginkan (logam, pigmen warna, fospatida) dari CPO dengan menambahkan
BE (Bleaching Earth). Sehingga diperoleh minyak dengan warna yang lebih
pucat yang dinamakan BPO (Bleached Palm Oil) setelah melewati proses
filtrasi. Adapun uraian proses pada proses bleaching sebagai berikut :
Degummed Oil overflow dari Multi Compartment Reactor (503) mengalir ke
Oil Earth Mixer (635). Selanjutnya dilakukan penambahan BE (Bleaching
Earth) dari Silo (609A) yang jatuh secara gravitasi ke Hopper (603A) dan
masuk ke Oil Earth Mixer (635) melalui empat set valve (side glass) pada
635 yang diaktifkan secara pneumatic. Dosis bleaching earth yang
digunakan adalah 0,7-1,0 % dari laju alir dan berdasarkan kualitas CPO.
Agar bleaching earth tercampur sempurna dengan minyak, maka untuk
melakukan homogenisasi, pada 635 dilengkapi dengan pengadukan oleh
spurging menggunakan low steam bertekanan 1-2 bar dan dibantu oleh
sirkulasi menggunakan pompa (P-635) pada kondisi operasi 110-115oC,
sehingga diperoleh proses bleaching yang optimum.
23
Minyak overflow dari Oil Earth Mixer (635) mengalir ke Bleacher
Continuous Tank (622B). Pada tahap ini terjadi proses homogenisasi antara
koagulat (gumpalan) yang telah terbentuk antara bleaching earth, H3PO4
dan impurities dibantu oleh pengadukan dengan spurging menggunakan
steam bertekanan 0,4-0,6 bar, terjadi pengurangan kadar air (moist) pada
minyak dengan bantuan vacuum sehingga air akan mendidih lebih cepat dan
akan menguap di dalam 635, kemudian uap air akan ditarik oleh vacuum.
Besarnya vacuum pada bleacher adalah sekitar ±0,08 bar dengan kondisi
operasi 120- 124oC.
4. Proses Filtration
Proses filtration (penyaringan) adalah tahapan proses pemurnian dengan
cara memisahkan minyak dengan Spent Earth (Bleaching Earth, H3PO4, gum,
impurities). Filtrasi dilakukan dengan menggunakan Niagara Filter dengan
volume 8 MT/ Niagara Filter yang berjumlah 5 buah. Adapun uraian proses
filtrasi sebagai berikut :
Minyak yang masuk ke Niagara Filter (616A1-616A5) akan disaring
menggunakan media penyaring berupa Leaf Filter yang dilapisi dengan
membran semipermeable sebagai filter cloth yang tersusun secara vertikal
pada setiap manipol pada Niagara Filter. Jumlah Leaf Filter pada setiap
Niagara Filter adalah 17 lembar yang disusun berdasarkan perbedaan
ukuran. Leaf Filter memiliki ukuran mesh sekitar 150-200 µ (70-100 mesh)
dengan
24
kapasitas Niagara Filter sebesar 17-20 MT/jam. Pada proses filtrasi di
Niagara Filter, terdapat 9 tahapan yang terjadi, yaitu :
1. Standby
Tahap ini merupakan keadaan dimana Niagara Filter kosong dan siap
untuk digunakan, tidak ada valve yang terbuka dan pompa dalam
keadaan off.
2. Drying
Tahap ini merupakan keadaan pengosongan Niagara Filter dari
udara/oksigen dengan cara menghisap/ menarik udara keluar dengan
vacuum. Udara harus dikeluarkan karena akan dapat menyebabkan
proses oksidasi pada minyak selama proses penyaringan sehingga
kualitas minyak akan menurun.
3. Filling Filter
Tahap ini merupakan tahap pengisian BPO dari Bleacher Tank (622A)
ke dalam Niagara Filter menggunakan pompa (P622-1–P622-5)
melalui valve (V8A1-V8A5) sampai penuh (high level). Valve (V2A1)
dibuka agar sisa udara pada minyak dan Niagara Filter dapat
dikeluarkan. Proses filling filter ini membutuhkan waktu sekitar 5-10
menit.
4. Precoat
Tahap ini merupakan proses sirkulasi minyak yang bertujuan untuk
melapisi Leaf Filter dengan spent earth sehingga besar pori pada Leaf
Filter akan mengecil karena tertutup oleh spent earth yang akan
meminimalisir lolosnya spent earth pada produk. Proses precoat ini
membutuhkan waktu sekitar 8-10 menit.
5. Filtration
Tahap ini merupakan tahapan inti dimana penyaringan berlangsung.
Minyak akan masuk melalui celah pori Leaf Filter lalu masuk ke
manipol yang terhubung dengan setiap Leaf Filter dan terkumpul
25
pada pipa
26
kolektor minyak dan minyak akan masuk ke Bleached Oil Tank (682B)
sebagai tempat penampungan sementara, sedangkan spent earth akan
menempel pada Leaf filter. Penyaringan ini berlangsung pada
temperatur sekitar ±120oC pada tekanan 2-3 bar dan berlangsung
selama 130 menit.
6. Recirculation
Tahap ini merupakan proses sirkulasi BPO dengan cara mengalirkan
minyak ke dalam Bleacher Tank (622A). Proses ini hanya dilakukan
apabila 622A dalam keadaan Low.
7. Drain
Tahap ini merupakan proses pengosongan minyak pada Niagara Filter,
dimana minyak sisa yang belum tersaring (dirty oil) di transfer ke Slope
Tank (682A), proses ini berjalan sekitar 5 menit.
8. Cake Drying
Tahapan ini merupakan proses pengeringan cake/spent earth yang
menempel pada Leaf Filter menggunakan low steam bertekanan 3 bar.
Proses pengeringan cake ini berlangsung selama 15-17 menit.
9. Depressured
Tahap ini merupakan proses penghilangan atau pengeluaran tekanan
yang terperangkap di dalam Niagara Filter, yang bertujuan untuk
mengantisipasi pada saat Niagara Filter melakukan discharge, spent
earth yang keluar tidak berserakan atau tidak bertekanan.
10. Discharge
Tahap ini merupakan proses terakhir yang dilakukan di Niagara Filter.
Proses ini merupakan pengosongan Niagara Filter dari spent earth
dengan cara memberikan getaran pada Leaf Filter menggunakan
fibrator agar spent earth yang masih menempel pada Leaf Filter
terjatuh. Sehingga spent earth dapat keluar dari Niagara Filter
ke tempat
27
penampungan spent earth. Spent Earth yang dibuat mengandung Oil
Content maksimal 20% dari berat Bleaching Earth.
Minyak hasil filtrasi ada dua yaitu clear oil yang akan masuk ke Bleached
Oil Tank (682B) dan dirty oil yang akan masuk ke Slope Tank (682A) yang
kemudian dipompakan kembali ke Oil Earth Mixer (635) menggunakan
pompa (P-682A) untuk diproses kembali.
Minyak pada Bleached Oil Tank (682B) dipompakan ke Filter Bag (616B1-
616B4) menggunakan pompa (P-682B) dan selanjutnya masuk ke Filter
Catridge (616C1-616C7). Tujuannya adalah untuk menyaring kembali
minyak dari spent earth yang mungkin lolos dari Niagara Filter, dengan
ukuran Filter Bag dan Catridge sebesar 5µ (2.500 mesh). Minyak yang
dihasilkan adalah BPO (Bleached Palm Oil).
5. Proses Deodorizing
Proses deodorizing adalah suatu tahapan pemurnian dari asam lemak bebas
(free fatty acid) yang bertujuan juga untuk menghilangkan bau dan rasa
(flavour) yang disebabkan oleh senyawa volatil dalam minyak (Aldehid, Keton,
Air, Beta Karoten, Omega, dan Vitamin A) dengan cara distilasi dengan satu
aliran uap pada tekanan vacuum dan temperatur yang tinggi. Produk utama
yang dihasilkan dari proses ini adalah RBDPO dan PFAD sebagai produk
samping. Adapun uraian dari proses deodorizing sebagai berikut :
BPO yang dihasilkan dari proses filtrasi dialirkan ke Deaerator (801), vessel
ini berfungsi sebagai penampungan BPO sebelum masuk ke proses
deodorizing. Vessel ini memiliki coil pemanas yang berfungsi untuk
menjaga temperatur minyak sekitar 110-120 oC. Selanjutnya BPO di
Deaerator dipompakan menggunakan pompa (P-801) menuju Tray 9 (880)
pada Deodorizer.
Dengan temperatur panas yang cukup tinggi di Tray 9 (880) maka BPO
yang keluar dari Tray 9 (880) memiliki temperatur sekitar 150-160 oC.
28
Selanjutnya BPO dari Tray 9 dipompakan menggunakan pompa (P880)
menuju Shell and Tube (881A1). Pada Shell and Tube BPO akan heat
exchanging dengan RBDPO yang keluar dari Tray 8 Deodorizer.
Temperatur BPO yang keluar dari Shell and Tube sekitar 200-210oC. Tujuan
dari pemanasan ini adalah untuk mendapatkan parameter temperatur minyak
yang siap untuk di deodorisasi.
BPO dari Shell and Tube ditransfer menuju Stripper (822P) dan dipanaskan
menggunakan HP Boiler pada 822HP1 dengan sampai temperatur 240-
250oC lalu masuk ke 822HP2 dan dipanaskan kembali sampai temperatur
250- 260oC yang ada di Stripper. Pada pemanasan ini PFAD (Palm Fatty
Acid Distillate) akan menguap dan akan tertangkap pada Srubber Fatty Acid
(823) dengan bantuan PFAD yang di sirkulasi dari tangki PFAD (814)
menggunankan pompa (P814) ke Scrubber Fatty Acid (814) dengan wujud
cairan (55-60oC) yang akan menangkap uap PFAD dari 822HP1 dan
822HP2 dan masuk kembali pada tangki PFAD (814). Ketika tangki PFAD
menunjukkan high level maka valve (V814AG) akan otomatis terbuka dan
PFAD akan di transfer ke PFAD Storage. Sementara minyak dari 822HP2
akan masuk ke Bottom Stripper (822TS). Proses yang terjadi pada Stripper
ini dibantu oleh vacuum sebesar 2-5 torr (0,002-0,007 atm).
29
RBDPO. Proses yang terjadi pada Deodorizer ini dibantu oleh vacuum
sebesar 2-5 torr (0,002-0,007 atm).
RBDPO yang telah ada di Tray 8 dengan temperatur ±250oC akan
dipompakan menggunakan pompa (P822) menuju Shell and Tube (881A1)
yang akan heat exchanging dengan BPO. Sehingga temperatur keluaran
RBDPO dari Shell and Tube adalah sekitar ± 200oC.
RBDPO dari Shell and Tube di transfer menuju Bottom Tray/Tray 9 pada
Deodorizer, dan selanjutnya dipompakan menggunakan pompa (P880)
menuju Plate Heat Exchanger (PHE-521A) yang akan heat exchanging
dengan CPO. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-521A adalah
sekitar ± 110oC.
30
(Fraksinasi Kering). Dimana proses fraksinasi kering ini memiliki kelebihan yakni
biaya operasional yang rendah, ramah lingkungan, lebih aman dan waktu proses
filtrasi yang lebih efisien. Proses ini akan menghasilkan dua produk yaitu Olein
sebagai produk utama dan Stearin sebagai produk samping. Produk Olein yang
dihasilkan pada PT. Synergy Oil Nusantara adalah Olein dengan IV 56, IV 57, IV
59 dan IV 60. Semakin tinggi hasil IV yang diinginkan maka semakin rendah
yield produk utama (Olein) yang diperoleh dan waktu proses pemisahan akan
semakin panjang. Yield produk yang diperoleh berdasarkan IV dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Yield Produk Berdasarkan Perbedaan IV
IV (Iodine Value) Yield Olein (%) Yield Stearin (%)
IV 56 80 20
IV 57 75 25
IV 59 70 30
IV 60 60 40
Sumber : PT. Synergy Oil Nusantara
1. Unit Crystallization
Unit Crystallization adalah proses atau peristiwa pembentukan partikel-
partikel zat padat di dalam suatu fase yang homogen. Dalam hal ini kristalisasi
adalah pembentukan partikel-partikel padat stearin yang homogen dengan olein
di dalam RBDPO. Pembentukan kristal ini dilakukan berdasarkan perbedaan
Cloud Point (titik dimana suatu fluida mulai membeku).
Dalam hal ini cloud point stearin lebih tinggi dibandingkan dengan cloud
point olein. Sehingga faktor yang sangat mempengaruhi proses kristalisasi ini
adalah treatment cooling yang baik. Treatment cooling yang dilakukan terdiri
dari 3 tahap yakni: fase α (fase heating), fase β (fase fast cooling), fase β’ (fase
slow cooling). Waktu setiap fase juga sangat mempengaruhi padat-tidaknya
kristal yang dihasilkan. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi proses
kristalisasi adalah kecepatan pengadukan/agitasi. Dimana kecepatan agitasi yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kristal yang telah terbentuk akan pecah.
31
Proses kristalisasi di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam dilakukan dengan
dua proses yaitu, proses batch dengan menggunakan Crystallizer dan proses
continuous menggunakan Mobilizer. Proses yang terjadi di kedua alat tersebut
hampir sama, yang menjadi perbedaan terletak pada proses pengadukan.
Crystallizer menggunakan agitator dengan kecepatan putar sekitar 6-9 rpm
sedangkan Mobilizer proses pengadukan dilakukan secara hidrolik yang
bergerak secara maju mundur.
Untuk kapasitas 1600 MT/Day PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
menggunakan Crystallizer dengan kapasitas sekitar 20 MT/Batch dengan
waktu proses selama ±295 menit, dengan jumlah 13 unit. Serta menggunakan
Mobilizer dengan kapasitas sekitar 18 MT/jam untuk IV 56, 15 MT/jam untuk
IV 57 dan 12 MT/jam untuk IV 59, dengan jumlah 3 unit.
Adapun uraian proses kristalisasi yang terjadi pada Crystallizer sebagai
berikut:
Heating (Fase α)
RBDPO pada Storage Tank atau Homogen Tank (T601-T602) di panaskan
minimal 10oC diatas melting point RBDPO, melting point RBDPO adalah
35- 37oC. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memastikan panas
merata dan semua stearin telah cair di dalam RBDPO sehingga bibit kristal
akan mudah terbentuk. Setelah dipanaskan RBDPO dipompakan
menggunakan pompa (P1001A1/P1001A2) menuju Crystallizer (1002A6-
1002A10, 1002B1-1002B8) hingga high level (penuh). Pada saat level
minyak di Crystallizer telah mencapai 20% agitator akan otomatis hidup dan
akan mati otomatis pula pada saat level minyak pada Crystallizer 10%.
Proses filling ini juga bersamaan dengan masuknya hot water untuk menjaga
temperatur minyak. Proses filling membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.
Setelah proses filling hot water akan ditransfer ke tangki penampungan
(1078D).
32
Fast Cooling (Fase β)
Fase ini merupakan tahap awal pendinginan di Crystallizer. Pendinginan
minyak di Crystallizer diatur secara bertahap, tahap pertama ini disebut
dengan pendinginan cepat, yakni temperatur akan turun secara cepat dalam
waktu yang cepat pula. Temperatur akan turun dari ±46oC sampai rentang
29- 32oC yang berlangsung selama ±35 menit. Tujuan dari fast cooling
adalah untuk membentuk bibit kristal yang sudah terbuka menjadi kristal,
kristal akan mulai berbayang. Media pendingin yang digunakan pada fase
ini adalah air dari Clean Cooling Tower dengan temperatur 27-28oC.
Draining
Draining adalah tahap pengosongan Crystallizer dari minyak dan air.
Minyak akan ditransfer menuju Filter Press Fractionation I (1016A1,
1016A2, 1016B1) menggunakan Nemo Pump (P1016A), sedangkan air
pada Crystallizer akan ditransfer menuju tangki penampungan (1078B).
33
35-37oC. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memastikan
panas merata dan semua stearin telah cair di dalam RBDPO sehingga bibit
kristal akan mudah terbentuk. Setelah dipanaskan RBDPO dipompakan
menggunakan pompa (P1001A1/P1001A2) menuju Mobilizer (F1002 M1-
M3) hingga high level (penuh). Proses filling membutuhkan waktu sekitar
10 menit.
Draining
Proses Draining pada Mobilizer berlangsung secara continuous sesuai
dengan flowrate per jamnya. Dimana minyak di transfer menuju Slurry Tank
(1082A1/1082A2) menggunakan Nemo Pump (P1082A1/A2) sebelum
dilanjutkan pada proses filtrasi menggunakan Filter Press Fractionation II
(F1016A3).
2. Unit Filtration
Unit filtration merupakan proses pemisahan fraksi cair (olein) dengan
fraksi padat (stearin) yang menghasilkan produk utama RBDP Olein dan
RBDP Stearin sebagai produk samping. Unit Filtration pada PT. Synergy Oil-
Batam dilakukan dengan menggunakan alat Filter Press yang berjumlah 4 unit
(1016A1, 1016A2, 1016B1, F1016A3). Filter Press adalah equipment yang
biasa digunakan untuk memisahkan fase padat dengan fase cair dengan
menggunakan tekanan angin dan filter cloth. Filter Press terdiri dari plate-plate
yang dilengkapi dengan membrane dan filter cloth. Kapasitas Filter Press di
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam adalah 20-25 T. Adapun uraian proses
filtrasi sebagai berikut :
34
Closing Filter
Tahapan awal untuk memulai proses filtrasi adalah closing Filter Press
dengan cara mendorong plate-plate Filter Press dengan cara hydrolik
sehingga rapat tanpa ada celah sebagai jalur minyak masuk.
Filling
RBDPO kristal dipompakan ke Filter Press (1016A1, 1016A2, 1016B1,
F1016A3). Parameter yang digunakan pada proses filtrasi adalah filtration
pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth sedangkan stearin akan
tertahan pada permukaan filter cloth. Ketika loading (filling) pressure
telah mencapai 2,1 bar maka filling akan berhenti dan akan dilanjutkan
dengan proses squeezing. Olein yang telah lolos akan ditampung pada
Olein Tank (1082B1/1082B2) dan selanjutnya ditransfer menuju Storage
Tank.
Squeezing
Squeezing merupakan tahapan terpenting dalam proses pemisahan olein
dan stearin pada Filter Press. Pada tahap ini membrane akan mengembang
dan akan menekan stearin yang tertahan pada permukaan filter cloth
hingga mencapai tekanan ±8 bar, sehingga stearin akan semakin padat dan
olein yang terkandung pada padatan stearin akan semakin berkurang.
Core Blow
Core blow merupakan tahapan membersihkan yang bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal pada jalur filling. Proses ini
dilakukan dengan angin bertekanan 2 bar selama ±1 menit. Sisa-sisa
RBDPO hasil pembersihan tersebut akan ditampung pada Coreblow Tank
(F1046820V).
Pressure Release
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada Filter Press sebelum
melakukan proses opening, pressure release berlangsung selama ±20
detik.
35
Opening
Setelah pressure release dilakukan maka Filter Press akan terbuka dan
stearin yang berada diantara plate dan membrane akan jatuh ke bawah dan
ditampung pada Melting Tank Stearin (1082ST1/ST2/ST3/ST4). Melting
Tank ini dilengkapi dengan steam coil yang berfungsi untuk mencairkan
stearin (58-70oC) sebelum dipompakan menuju Storage Stearin melalui
penyaringan dengan menggunakan Filter Bag.
36
BAB III
SPESIFIKASI PERALATAN
Berdasarkan kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di PT. Synergy Oil
Nusantara- Batam, dalam memproduksi minyak terdapat beberapa jenis peralatan
utama dalam proses produksi, seperti yang di uraikan sebagai berikut :
37
3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas
Berikut spesifikasi alat perpindahan panas di PT. Synergy Oil Nusantara
dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas PT. Synergy Oil Nusantara
No. Spesifikasi Alat Gambar Alat
1. Nama alat Plate Heat Exchanger
Kode alat 521-B
Fungsi Memanaskan CPO dari
Storage Tank sampai pada
temperatur 95-98oC
menggunakan media pemanas
low steam bertekanan 3 bar
sekitar 120oC.
Digunakan saat start-up
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 68 T/jam
Tipe Pelat (Plate)
Bentuk Segi empat dengan jumlah pelat
±200 lembar
38
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 68 T/jam
Tipe Pelat (Plate)
Bentuk Segi empat dengan jumlah pelat
±200 lembar.
39
Fungsi Tempat penambahan bleaching
earth.
Homogenisasi antara bleaching
earth dan gumpalan gum yang
diikat oleh H3PO4.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang
Kapasitas 5 T/jam
Bentuk Vessel dengan tutup dan alas
ellipsoidal.
40
Kapasitas 20 T/jam
Bentuk Tabung dengan alas dan tutup
ellipsoidal.
Kode alat T6
Fungsi Tangki penyimpanan sementara
RBDPO sebelum masuk ke
Fractionation section.
Pemanasan RBDPO minimal
sampai 10oC diatas temperatur
melting point nya sebagai fase α
pada proses kristalisasi.
Sifat bahan Tidak korosif
41
Fasa bahan Cair
Kapasitas 55 T
Bentuk Tangki dengan tutup ellipsoidal
seperti fixed dome roof tank.
42
Fungsi Sebagai alat filtrasi yang
memisahkan minyak dengan spent
earth sehingga diperoleh produk
BPO.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 4 T/jam
Bentuk Tabung dengan tutup ellipsoidal
dengan lubang dibagian bawah
sebagai jalur discharge.
43
Fungsi Memisahkan fraksi cair (olein)
dengan fraksi padat (stearin).
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 20-25 T
Bentuk Persegi panjang yang tersusun dari
plate-plate dan membrane yang
berpasangan.
44
BAB IV
UNIT UTILITAS DAN PENDUKUNG LAINNYA
4.1 Utilitas Pabrik
Unit utilitas sangat penting dalam suatu pabrik untuk mendukung proses
kelancaran produksi. Berikut beberapa unit utilitas yang dimiliki oleh PT. SON-
Batam meliputi unit :
Untuk memenuhi standar mutu air bersih yang telah ditetapkan, maka air
baku yang di peroleh dari perusahaan air terlebih dahulu dilakukan proses
pengolahan air. Adapun gambaran proses pengolahan air baku di PT. SON
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
45
Raw Water Basin
PT. Peteka
Karya Tirta Strainer
Strainer
PT. MOYA
Bak Pretreatment
Sand Filter
WT-1
Storage Tank
Air yang berasal dari perusahaan air (PT. Peteka Karya Tirta) akan masuk
ke dalam Raw Material Basin setelah dilakukan proses penyaringan dengan
Strainer untuk menghilangkan beberapa pengotor yang berukuran besar.
Kemudian akan dialirkan menuju Sand Filter, pada tahap ini terjadi proses
pretreatment dengan menggunakan media batu Gromax untuk mengurangi
colour, dan turbidity. Setelah itu, air hasil penyaringan dari sand filter akan
masuk ke bak pretreatment sebagai bak penampung sebelum masuk menuju
Strainer untuk menyaring benda asing yang masih terdapat pada air. Air hasil
penyaringan Filter Bag akan masuk ke Membran Ultrafiltration, untuk
dilakukan penyaringan lebih lanjut sehingga diperoleh fresh water dan
kemudian akan dialirkan menuju Fresh Water Basin yang akan bercampur
dengan fresh water yang berasal dari PT. Moya dan selanjutnya dipompakan
menuju Storage Tank. Dari Storage Tank kemudian akan ditransfer menuju
unit-unit yang membutuhkan.
46
3. Unit Pengolahan Steam (Boiler House)
Unit Boiler merupakan salah satu hal terpenting untuk menghasilkan steam
dalam jalannya produksi. Steam dihasilkan dari proses pemanasan air di dalam
boiler. Air yang digunakan dalam produksi steam digunakan dari air yang berasal
dari pengolahan WTP. PT. SON memiliki satu unit boiler yang beroperasi dengan
kapasitas 25 ton/ jam dengan jenis boiler yang digunakan adalah boiler fire tube
(pipa api). Adapun proses pembuatan steam dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Kondensat
Steam
Steam
Deaerator
MP-Boiler
WT-1
Storage Tank
Chemical Tank
Softener
Air yang digunakan pada umpan boiler harus bebas dari unsur yang
menyebabkan kesadahan air tinggi (ion-ion seperti Ca2+ dan Mg2+). Ion Fe2+ harus
diminimalisir sekecil mungkin, hal ini bertujuan agar tidak terjadi proses
penggerakan pada alat yang menyebabkan kerusakan pada boiler. Untuk
menghindari hal tersebut diperlukan beberapa standar mutu untuk umpan air
boiler yang digunakan. Adapun standar karakteristik air sebagai umpan boiler
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Standar Mutu Air Umpan Boiler PT. SON-Batam
No. Parameter Satuan Standar Hasil Analisa*Boiler
1. pH - 10,5 min 10,8
2. TDS Ppm 2500 max 1198
3. TH Ppm 2 max 1,9
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, Keterangan : * Hasil analisa 3 Oktober 2022
47
Untuk produksi steam di boiler digunakan air yang berasal dari pengolahan
WTP akan dialirkan ke tangki raw water sebagai tempat penampungan air baku
untuk boiler. Kemudian air dialirkan menuju Softener untuk meminimalisir total
hardnees pada air. Air yang sudah di proses di Softener akan masuk ke Deaerator
dan dan akan dilakukan penambahan chemical yang di inject pada perpipaan
menuju Deaerator. Adapun chemical’s yang digunakan yaitu:
a) Sun OX 605 : merupakan sodium bisulfit yang berguna untuk
mengurangi kadar sulfat.
b) Sun CB4 PST 30 : berfungsi untuk mengontrol kerak dan korosi di
boiler.
c) Sun CB4 AD 30 : berfungsi sebagai nutrisi untuk bakteri karbon.
Dari Deaerator air dipompakan ke boiler dengan melewati Economizer,
sehingga suhu masuk ke boiler akan meningkat sekitar ±120 0C. Di dalam boiler
terjadi proses pemanasan air hingga menjadi steam yang akan digunakan untuk
kebutuhan plant produksi. Kemudian setelah steam tersebut digunakan pada plant
produksi dalam bentuk kondensat, maka akan kembali ke tangki Deaerator
setelah melewati kondensor.
48
Gambar 4.3 Cooling Tower (Menara Pendingin)
Sumber : PT. SON-Batam, 2022
1. Laboratorium
Laboratorium sangat penting dalam upaya pengendalian mutu dan kualitas
produk. Laboratorium bertugas untuk menyediakan informasi guna menilai
keadaan proses yang berlangsung di dalam pabrik dan menghasilkan data
spesifik seperti standar mutu dari suatu sampel yang dapat dijadikan
pertimbangan atau penilaian dari suatu proses di pabrik. Adapun beberapa
tugas Laboratorium yaitu :
Menganalisa mutu yang berhubungan dengan kegiatan produksi mulai dari
bahan baku masuk, produk setengah jadi hingga produk jadi. Melakukan
analisa hasil Water Treatment Plant (WTP) sebelum digunakan dan hasil
Effluent Treatment Plant (ETP) sebelum dibuang ke laut. Melakukan analisa
air boiler agar sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk air di boiler.
49
Tabel 4.3 Baku Mutu Limbah Cair PT.SON-Batam
No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa *
Influent Effluent
1. pH - 6-9 5 7
2. COD Ppm 150 max 300 78
3. TSS Ppm 60 max 412 20
4. TDS Ppm 2000 max 300 251
5. PO4 Ppm 2 max 16,6 1,8
6. Oil & Grease Ppm 5 max 6,8 2,1
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022 -Keterangan : * Hasil analisa 14 Oktober 2022
50
Limbah/ influent yang berasal dari limbah produksi dan domestik di
tampung dalam Sump Tank yang merupakan tempat penampungan seluruh
limbah cair pabrik, kemudian dialirkan menuju Balance Tank. Balance Tank
merupakan penampung besar dari semua limbah, pada tahap ini dengan aerasi
agar lumpur yang mengumpal dan mengendap terpecah dan terdegradasi.
Setelah itu, air limbah akan masuk ke Clarifier Tank /Chemical Contact
Chamber dan dilakukan penambahan chemical. Pada tahap ini akan terjadi
proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dengan penambahan bahan kimia.
Kemudian, saat flok-flok sudah terbentuk dialirkan ke D.A.F Tank/Dissolved
Air Flotation untuk pemisahan antara lumpur dan air, lumpur akan masuk ke
Sludge Tank lalu diproses di Filter Press dan air akan menuju Effluent Tank.
Di Effluent Tank terjadi proses biologi dengan bantuan mikroorganisme
aerobik yang akan menguraikan senyawa berbahaya yang terikat dalam air
limbah, kemudian akan masuk ke Lamella dan selanjutnya akan di buang ke
laut setelah lolos hasil pengujian parameter air limbah yang telah di tetap PT.
SON. Sludge yang terbentuk akan di proses dengan Filter Press dan
menghasilkan sludge yang akan ditampung dalam suatu bag kemudian akan
dibuang dan diolah pada unit pengolahan limbah B3.
51
BAB V
TUGAS KHUSUS
“Evaluasi Performa Deodorizer (822P/Stripper) Pada Pengolahan
CPO Outspec di Refinery Plant PT. Synergy Oil Nusantara-
Batam”
52
banyaknya asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak akan menunjukkan
penuruanan kualitas minyak (DS Sopianti, 2017).
Oleh karena itu, dalam proses pengolahan minyak goreng diupayakan agar
kandungan asam lemak bebas dalam minyak serendah mungkin. Proses
penghilangan asam lemak bebas pada minyak terjadi pada refinery section yaitu
pada proses Deodorizing. Proses yang dilakukan adalah distilasi vakum, yaitu
pemisahan dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih yang
sangat tinggi dengan cara menurunkan tekanan operasi distilasi di bawah 1 atm,
yang menyebabkan titik didihnya rendah, sehingga temperatur yang digunakan
saat distilasi lebih rendah. Pada umumnya kondisi operasi pada proses distilasi
vakum ini berkisar antara 240-280⁰C dengan vakum 2-10 torr (0,002-0,01 atm)
(Ani Rachma, 2009). Dari proses distilasi ini akan dihasilkan RBDPO sebagai
produk utama dan PFAD sebagai produk samping. RBDPO memiliki standar
kandungan FFA sebesar 0,1% max berdasarkan QS-SON-07-002-RBDPO-2011
dan PFAD memiliki standar kandungan FFA sebesar 87% max berdasarkan QS-
SON-07-003- PFAD. Hasil dari proses deodorisasi ini akan berpengaruh terhadap
nilai Refining Factor (RF) di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam. Refining Factor
adalah salah satu parameter yang digunakan untuk memperkirakan efisiensi
berbagai tahap pada proses pemurnian. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
memiliki standar nilai Refining Factor yang harus dicapai sebesar 1-1,1.
Berdasarkan pantauan worksheet harian Refinery Plant yang dilakukan
penulis, terjadi fluktuasi pada nilai persentase FFA CPO/raw material yang
diterima dari standar yang ditetapkan, yaitu adanya penggunaan CPO outspect
dengan %FFA > 5%. Fluktuasi tersebut akan berakibat pada kemurnian dan yield
produk yang dihasilkan serta pencapaian target nilai Refinig Factor. Dari uraian di
atas penulis ditugaskan untuk mengevaluasi performa Deodorizer (822P/Stripper)
pada saat pengolahan CPO FFA Outspec > 5%. Deodorizing section dapat dilihat
pada Gambar 5.1.
53
Water 822P
822
822
BPO
P-822P
RBBPO
P-801
P-880
Water
54
5.3 Uraian Kasus yang diamati
5.3.1 CPO (Crude Plam Oil)
Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit mentah adalah minyak nabati
yang diperoleh dari ekstraksi mesocarp buah kelapa sawit (Amrizal, 2015). CPO
pada umumnya berwarna merah karena kandungan beta-karotennya yang cukup
tinggi, yakni sekitar 400-700 ppm (Syahputra, dkk, 2008). Sifat fisika-kimia
minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan
polymorphism, titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod
dan bilangan penyabunan. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan
mutu minyak kelapa sawit. Beberapa sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa
sawit dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit
Jenis
Minyak
Sifat Minyak Inti
Sawit Olein Stearin
Sawit (PKO)
(CPO)
Titik cair (ºC) 34,2 21,6 44,5 27,3
Berat jenis (50 ºC/air 25 ºC) 0,892 0,902 0,882 0,902
Indek refraksi (nD, 50 ºC) 1,455 1,459 1,477 1,451
Bilangan iod (Wijs) 53,3 58,0 21,6 17,8
Bilangan penyabunan
195,7 198,0 193,0 245.0
(mg KOH/g minyak)
Bahan tak tersabunkan, (%) 0,5 0,5 0,2 0,3
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006
Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida dengan tiga molekul asam
lemak. Trigliserida terdapat dalam jumlah yang besar dalam minyak kelapa
sawit sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah yang relatif kecil,
namun keduanya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas
minyak kelapa sawit. Trigliserida adalah sebuah gliserida yang terbentuk dari
esterifikasi di ketiga gugus hidroksil gliserol dan asam lemak. Trigliserida juga
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Trigliserida dapat
berfasa padat atau cair pada temperatur kamar tergantung pada komposisi asam
lemak penyusunnya. Komponen penyusun minyak kelapa sawit dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
55
Tabel 5.2. Komposisi Crude Palm Oil (CPO)
Komponen Komposisi (%)
Trigliserida 95,62
Asam lemak bebas 4,00
Air 0,20
Phosphatida 0,07
Karoten 0,03
Aldehid 0,07
Sumber: Mutu Institut, Tami (2021)
Asam lemak yang terkandung dalam CPO sebagian besar adalah asam
lemak jenuh yaitu asam palmitat. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal diantara atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh
mempunyai paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom karbon
penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil dari pada asam lemak tak
jenuh yang relatif lebih mudah bereaksi. Namun ikatan ganda pada asam lemak
tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Kejenuhan dari
asam lemak berdampak pada titik cair minyak, dimana semakin jenuh molekul
asam lemak, maka semakin tinggi titik cair minyak sehingga pada suhu kamar
berada pada fasa padat. Sebaliknya semakin tak jenuh asam lemak, maka
semakin rendah titik cair minyak sehingga pada suhu kamar berada pada fasa
cair. Komposisi asam lemak pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5.4.
56
Tabel 5.4. Komposisi Asam Lemak Bebas Crude Palm Oil (CPO)
Jumlah
Asam Lemak Rumus Kimia
(%)
1. Jenuh (Saturated)
a. Rantai Sedang/Medium (C6-C13)
Laurat CH3(CH2)14CO2H 0,30
b. Rantai Panjang (C14-C24)
Miristat CH3(CH2)12CO2H 1,20
Palmitat CH3(CH2)14CO2H 45,20
Stearat CH3(CH2)16CO2H 4,70
Arachidat CH3(CH2)18CO2H 0,10
2. Tak Jenuh
a.Tak Jenuh Tunggal (C16-C22)
Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H 38,8
b. Tak Jenuh Ganda (C16-C22)
Linoleat CH3(CH2)4=CHCH2CH=CH(CH2)7O2H 9,70
Sumber: Alamsyah (2005)
57
Meskipun merupakan produk samping PFAD memiliki standar mutu yang
harus dicapai, di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam sendiri memiliki spesifikasi
PFAD yang harus dicapai. Spesifikasi PFAD yang harus dicapai dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Spesifikasi PFAD PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
Parameter Ref. Method Specification
Free fatty acid AOCS Ca 5a – 40 80 min-87 max
Moisture dan impurities % AOCS Ca 2c – 25 1.0 Max
Safonifiable matter AOCS Ca 6b – 53 95 Min
Sumber: PT. Synergy Oil Nusantara (2022)
PFAD memiliki karakteristik secara fisik maupun kimia. Adapun sifat fisik
dan kimia PFAD dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Sifat Fisik dan Kimia PFAD
Items Value
Appearance White to faintly yellowish
Odour Faint fatty odour
Odour threshold Not available
Ph Not available
Melting point/freezing point 42 - 52 ᵒC
Initial boiling and boiling range 298,9 - 365,2ᵒC @760 mm Hg
Flash point (pensky-marten closed cup >100ᵒC
Evaporation rate Not available
Flammability (solid, gas) Not available
Vapour pressure <1,0 mm Hg @131ᵒC
Auto-ignition temperature >250ᵒC
Decomposition temperature Not available
Viscosity Not available
Density @ 75ᵒC 0,85 g/ml
Relative molecular mass 200-282
Sumber: Tromelin (2012)
58
sangat tinggi. Dalam distilasi, campuran zat dipanaskan sehingga menguap, dan
uap ini kemudian dikondensasi kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Tekanan uap senyawa volatile yang menyebabkan bau dan rasa sangatlah
rendah, sehingga jika diuapkan pada kondisi tekanan atmosfer (1 atm) akan
membutuhkan suhu yang tinggi. Sementara penggunaan suhu yang terlalu tinggi
akan menyebabkan kerusakan (cracking) pada minynak yang akan merusak
kualitas produk. Oleh karena itu dilakukan distilasi vakum dengan cara
menurunkan tekanan operasi dibawah 1 atm sehingga senyawa volatile dapat
menguap. Titik didih asam lemak pada rasio uap air dan lemak yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Titik Didih Asam Lemak Berdasarkan Rasio Uap Air : Lemak
Jenis Asam Lemak Titik Didih Rasio 2,5 :1 Titik Didih Rasio 1:1
o
Asam Laurat 191 C 215 oC
Asam Miristat 211 oC 235 oC
Asam Palmitat 224 oC 248 oC
Asam Stearat 243 oC 263 oC
Asam Oleat 239 oC 262 oC
Sumber : Lembaga Penelitian UM Metro, 2018
59
Gambar 5.2 Blok Diagram Deodorizing Section
Sumber : PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, 2022
60
menggunankan pompa (P814) ke Scrubber Fatty Acid (814) dengan wujud
cairan (±50-60oC) yang akan menangkap uap PFAD dari 822HP1 dan
822HP2 dan masuk kembali pada tangki PFAD (814). Ketika tangki PFAD
menunjukkan high level maka valve (V814AG) akan otomatis terbuka dan
PFAD akan di transfer ke PFAD Storage. Sementara minyak dari 822HP2
akan masuk ke Buttom Stripper (822TS). Proses yang terjadi pada Stripper
ini dibantu oleh vacuum sebesar 2-5 Torr (0,002-0,007 atm).
Minyak pada Buttom Stripper (822TS) selanjutnya dipompakan
menggunakan pompa (P822P) menuju Top Tray/Tray 1 pada Deodorizer
(822), minyak masuk dengan sistem spray. Minyak akan masuk pada setiap
tray di Deodorizer sampai pada tray 8. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menangkap kembali PFAD serta senyawa-senyawa volatil yang masih lolos
dan tidak tertangkap pada Scrubber Fatty Acid (823). Pada setiap tray di
Deodorizer terdapat spurging menggunakan low steam yang membantu
proses pengadukan pada tiap tray yang bertujuan untu memudahkan peroses
penguapan senyawa volatil. Minyak yang keluar dari Tray 8 merupakan
RBDPO. Proses yang terjadi pada Deodorizer ini dibantu oleh vacuum
sebesar 2-5 Torr (0,002-0,007 atm).
RBDPO yang telah ada di Tray 8 dengan temperatur ±250oC akan
dipompakan menggunakan pompa (P822) menuju Shell and Tube (881A1)
yang akan melakukan heat exchanging dengan BPO. Sehingga temperatur
keluaran RBDPO dari Shell and Tube sekitar ±200oC.
RBDPO dari Shell and Tube di transfer menuju Buttom Tray/Tray 9 pada
Deodorizer, dan selanjutnya dipompakan menggunakan pompa (P880)
meuju Plate Heat Exchanger (PHE-521A) yang akan melakukan heat
exchanging dengan CPO. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-
521A adalah sekitar ±110oC.
RBDPO dari PHE-521A di transfer ke PHE-881B yang bertujuan untuk
mendinginkan RBDPO dengan air dari Clean Cooling Tower dengan
temperatur ±27oC. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-881B
adalah sekitar ±78oC.
61
RBDPO dari PHE-881B selanjutnya masuk ke Filter Catridge (816C1-
816C3) yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan tidak ada aliens
(benda asing yang bukan minyak) yang terkandung dalam minyak.
Dari Filter Catridge (816C1-816C3) selanjutnya RBDPO di transfer
menuju Storage Tank RBDPO atau menuju Homogen Tank untuk
selanjutnya dilakukan proses fraksinasi.
62
industri yang menggunakan kolom distilasi dan fraksinator berskala besar
seperti pengilangan minyak bumi, petrokimia, pabrik kimia, serta pabrik
pengolahan gas alam. Dalam konteks ini reflux adalah PFAD yang mengalami
sirkulasi kembali ke deodorizer (stripper) setelah didinginkan di plat heat
exchanger yang berfungsi untuk mengkondensasi uap yang dihasilkan di stripper
yang akan meningkatkan hasil distilasi.
63
Dimana nilai Refining Factor ditargetkan dengan range 1,0-1,1 dari hasil
perbandingan dari yield PFAD dengan %FFA yang terkandung dalam CPO.
64
Tabel 5.10 Data Tekanan Vakum dan Temperatur
Reflux Deodorizer
Temperatur Tekanan
Tanggal Reflux Vakum
(⁰C) (Torr)
07-Aug-22 56,66 4,16
09-Aug-22 58,9 2,78
11-Aug-22 57,61 2,92
05-Sep-22 57,5 3,42
10-Sep-22 57,26 3,45
11-Sep-22 56,7 4,24
15-Sep-22 57,18 3,41
08-Oct-22 56,78 4,13
12-Oct-22 56,12 4,53
15-Oct-22 56,67 4,15
Sumber : Programmable Logic Controller (PLC), PT.SON, 2022
65
5.4.2 Cara Pengambilan Data
Adapun metode pengambilan data terbagi menjadi dua, yaitu metode
pengambilan data primer dan data sekunder.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝐵𝐷𝑃𝑂
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑅𝐵𝐷𝑃𝑂 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑃𝑂
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝐹𝐴𝐷
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝐹𝐴𝐷 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑃𝑂
66
3. Menghitung Nilai Refinery Factor dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
1200
1000
CPO
800
RBDPO
600
PFAD
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-
Gambar 5.3 Profil Laju Alir CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (822P/ Stripper)
Gambar 5.3 menunjukkan profil laju alir CPO, RBDPO dan PFAD di
Deodorizer (822P/ Stripper) pada pengolahan CPO outspect. Dari gambar tersebut
dilihat bahwa laju alir CPO berada di rentang 1.530 – 1.638 Ton/Hari dengan
rentang kandungan FFA pada CPO berkisar antara 5,14 – 5,88 %. Selanjutnya
dihasilkan produk utama RBDPO dengan laju alir berada di rentang 1.425 – 1.529
Ton/Hari dan produk samping PFAD dengan laju alir berada di rentang 95 – 106
Ton/Hari. Dari laju alir yang dihasilkan oleh Deodorizer (822P/ Stripper), maka
diperoleh yield RBDPO pada rentang 92,23 – 9 % dan yield PFAD pada rentang
5,70 – 6,52 % dari total CPO yang masuk ke Deodorizer.
67
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan CPO outspect pada proses
pemurnian CPO menyebabkan penurunan performa pada Deodorizer yang
mengakibatkan tidak tercapainya yield yang telah ditargetkan. PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam memiliki target yield produk yang harus dicapai, yaitu sebesar
94,5% untuk RBDPO dan 5% untuk PFAD. Mutu CPO khususnya asam lemak
bebas (Free Fatty Acid) merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena akan berdampak pada kualitas dan kuantitas minyak goreng yang
dihasilkan (Abdi H., 2012).
5.5.2 Profil Moist and Impurities (M&I) pada CPO, RBDPO dan PFAD pada
Deodorizer (882P/Stripper)
Adapun profil Moist and Impurities (M&I) pada CPO, RBDPO dan PFAD
di Deodorizer (822P/ Stripper) dapat dilihat pada Gambar 5.4.
5
Moist and Impurities (%)
4
CPO
3
RBDPO
2 PFAD
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-
Gambar 5.4 Profil M&I pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (822P/Stripper)
68
memenuhi standar mutu produk yang telah ditetapkan. PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam memiliki standar kadar M&I RBDPO sebesar 0,03% max dan
kadar M&I PFAD sebesar 1,0% max.
Jumlah air yang terkandung dalam produk sangat berpengaruh terhadap
mutu/kualitas minyak tersebut. Hal ini dikarenakan adanya air dalam minyak
dapat memicu reaksi hidrolisis yang mengakibatkan oenurunan mutu minyak
yang dihasilkan (Sumarna, 2014). Kadar air yang tinggi pada proses produksi
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas, untuk menghindari hal tersebbut,
diusahakan kadar air seminimum mungkin (Lubis dkk, 2012)
5.5.3 Profil Kadar FFA pada RBDPO dan PFAD di Deodorizer (882P/
Stripper)
Adapun profil kadar FFA pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer
(822P/ Stripper) dapat dilihat pada Gambar 5.5.
100
90
80
70
Kadar FFA (%)
60
50 RBDPO
40 PFAD
30 CPO
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-
Gambar 5.5 Profil %FFA pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer
(822P/Stripper)
Gambar 5.5 menunjukkan kadar FFA yang terkandung pada CPO, RBDPO dan
PFAD. Dari gambar dapat dilihat bahwa kadar FFA PFAD lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar FFA RBDPO, yang menunjukkan bahwa pemisahan antara FFA dengan
minyak telah terjadi dengan baik. Gambar 5.5 menunjukkan bahwa kadar FFA RBDPO
berada di rentang 0,053–0,085% dan kadar FFA PFAD berada di rentang 86,81-87,17%.
69
Hal ini menunjukkan bahnwa kandungan asam lemak bebas yang terkandung di dalam
RBDPO dan PFAD telah mencapai target yang telah ditetapkan.
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki standar mutu FFA produk RBDPO
sebesar 0,1% max dan standar mutu FFA produk PFAD sebesar 80-87% ( QS-SON-07-
003-PFAD). Tingkat tinggi rendahnya kadar FFA pada produk menunjukkan
tingkat kemurnian produk. Semakin rendah kadar FFA RBDPO maka semakin
murni kualitas RBDPO sementara semakin tinggi kadar FFA PFAD maka
semakin murni kualitas PFAD yang dihasilkan.
0,60
0,50
Losses (Ton/Hari)
0,40
0,30
Losses
0,10
0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data Ke-
70
5.5.5 Profil Pengaruh Tekanan Vakum Deodorizer (822P/Stripper) Terhadap
Nilai Refinery Faktor
Adapun profil pengaruh tekanan vakum Deodorizer (822P/ Stripper) dapat
dilihat pada Gambar 5.7.
5
Tekanan Vakum Deodorizer (Torr)
4,5 4,16-1,10
4 4,15-1,10
3,5 3,13-1,11
2,92-1,11 2,79-1,11
3 3,25-1,11
2,49-1,12
2,5 2,78-1,11
2,43-1,12 2,51-1,12
2
1,5
1
0,5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-
71
bahwa performa Deodorizer yang baik dalam mengolah CPO Outspect adalah
dengan menggunakan tekanan vakum mulai dari 4,15 Torr karena menghasilkan
Refining Factor yang sesuai dengan standar.
57,5 57,29-1,10
57 56,88-1,11
56,67-1,11
56,5 56,7-1,11
56,12-1,12 56,48-1,11
56,39-1,11
56
55,92-1,12 55,86-1,12
55,5
55
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-
72
perusahaan karena semakin rendah Refining Factor maka akan semakin bagus
proses refinery yang terjadi. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki standar
nilai Refining Factor 1,0-1,1. Dari profil temperatur reflux tersebut dapat
diketahui bahwa performa Deodorizer yang baik dalam mengolah CPO Outspect
adalah dengan menggunakan temperatur mulai dari 57 oC karena menghasilkan
Refining Factor yang sesuai dengan standar.
5.6 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai Evaluasi
Performa Deodorizer (STR702/ Stripper) pada Pengolahan CPO di Refinery
Plant PT. Meridan Sejati Surya Plantation dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar Free Fatty Acid (FFA) pada CPO yang tidak memenuhi standar (CPO
Outspect) akan mempengaruhi yield produk yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar FFA pada umpan maka akan semakin rendah yield RBDPO yang
dihasilkan dan semakin tinggi yield PFAD yang dihasilkan.
2. Hasil profil kadar Moist and Impurities (M&I) menunjukkan bahwa dalam
pengolahan CPO , produk yang dihasilkan telah memenuhi standar produk
yaitu kadar M&I RBDPO maksimal 0,1% dan kadar M&I PFAD maksimal
1%.
3. Hasil profil kadar FFA menunjukkan bahwa dalam pengolahan CPO Outspe,
produk yang dihasilkan telah memenuhi standar produk yaitu kadar FFA
RBDPO maksimal 0,1% dan kadar FFA PFAD 80-87%.
4. Hasil profil Losses pada Deodorizer dapat menunjukkan bahwa performa
kerja dari alat Deodorizer (822P/Stripper) pada pengolahan CPO Outspec
masih memenuhi standar dengan kehilangan produksi (losses) yang masih
wajar dan sesuai dengan ketetapan yaitu 0,50%.
5. Hasil profil tekanan vakum pada Deodorizer menunjukkan bahwa semakin
rendah tekanan vakum yang digunakan maka semakin tinggi Refinery Factor
yang diperoleh.
6. Hasil profil temperatur reflux pada Deodorizer menunjukkan bahwa semakin
rendah temperatur reflux yang digunakan maka semakin tinggi Refinery
Factor yang diperoleh.
73
BAB VI
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan selama ± 4 bulan di
PT.Synergy Oil Nusantara-Batam, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam merupakan salah satu pabrik
pengolahan minyak CPO serta CPKO menjadi beberapa produk seperti
RBDPO, RBDPS, RBDPL, PFAD, RBDPKO, RBDPKOL dan lain
sebagainya.
2. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki empat plant, seperti
refinery plant, Fractionation plant, hydrogenation plant dan
shortening plant.
3. Pada departemen produksi Palmatic di PT. Synergy Oil Nusantara-
Batam terdapat dua proses utama yaitu refinery dan Fractionation.
Pada refinery terjadi tahapan proses degumming, bleaching, filtration
dan deodorizing. Sedangkan pada Fractionation hanya terdapat
tahapan crystallization dan filtration.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran selama proses kerja praktik yang diperlukan untuk
PT.Synergy Oil Nusantara-Batam, yaitu :
1. Diharapkan PT. Synergy Oil Nusantara-Batam untuk ke depannya
lebih mengecek kebersihan dan efisiensi alat sehingga dapat
beroperasi secara maksimal dan terpenuhinya kapasitas produksi
yang diinginkan.
2. Diharapkan ke PT. Synergy Oil Nusantara-Batam agar lebih
memperketat peraturan pada karyawan maupun mahasiswa magang
agar lebih terciptanya kedisiplinan yang tinggi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. H. 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia serta
Produk Fraksinasinya. Pusat Penelitian Sawit. Medan.
Alamsyah A. 2005. Mengenal Lebih Dekat : Virgin Coconut Oil. Agromedia
Pustaka. Cet-1. Jakarta.
Ani, Rachma. 2009. Makalah Distilasi Vakum. Pendidikan Kimia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Masduki, M., Sutijan, S., budiman, A. 2013. Kinetika reaksi Esterifikasi Palm Fatty
Acid Distillate (PFAD) Menjadi Biodiesel dengan Katalis Zeolit-Zirkonia
Tersulfatasi. Jurnal Rekayasa Proses, 7(2), 59-64.
Sopianti, DS. Dkk. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak
Goreng. Jurnal Katalisator Kopertis, E-ISSN : 2502-0943, Vol 2 No. 2
2017. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jurnal
Katalisator Kopertis Wilayah X.
Syahputra, M.R. Dkk. 2008. Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total
dan Vitamin A Fraksi Cain dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO)
Menggunakan KCKT Detector PDA. Jurnal Natur Indonesia 10 (2), ISSN
: 1410-9379. Ma Chung Research Center, Malang.
Tami. 2021. Mengenal Apa Itu Crude Palm Oil. Mutu Institute. 2021. Pelatihan
ISPo, Pelatihan RSPO, Sertifikasi ISPO, Sertifikasi RSPO.
https://mutuinstitute.com/post/crude-palm-oil/ (Diakses pada tanggal 07
Januari 2023 Pukul 10.47 WIB)
Yeni Kurniati., Wahono Hadi Susanto. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan
Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca
Netralisasi. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p. 193-202.
Yustinah, Y. dan Rahayu, R.A.N. 2014. Pengaruh Lama Proses Adsorbsi Terhadap
Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA) dan Bilangan Peroksida
(PV) pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Bioadsorben dari
Enceng Gondok. Jurnal Teknologi, 6(2): 131-136.
LAMPIRAN A
FLOWSHEET
1. Refinery Section
LA-1
Gambar LA.1. Refinery Section
2. Fractination Section
LB-10
Gambar LA.2. Fractionatio Section
LA-3
Steam Kode Alat Keterangan
1. T101/104 CPO Storage Tank
2. T-534 Tangki Chemical
Water 3. PHE 521 A/B Plate Heat Exchanger
4. M504 A/B Dynamis Mixer
Bleaching Earth 5. 503 Multi Compartment Reactor
6. 603 Hopper
7. 635 Oil Earth Mixer
Phosporic Acid 603 A 8. 622 B Bleacher Continous Tank
9. 622A Bleacher Tank
Citric Acid 10. 616A1/A5 Niagara Filter
11. 682A Tangki Penampung Dirty Oil
12. 682B Tangki Penampung Clear Oil
13. 616B1/B4 Filter Bag
14. 616C1/C7 Filter Catridge
15. 801 Deaerator
16. 822P Stripper
682 A
17. 822 Deodorizer
503 18. 814 Tangki Penampung PFAD
19. PHE 881AG Plate Heat Exchanger
20. T-301/303 Storage Tank PFAD
635 622 B 622 A 21. PHE 881B Plate Heat Exchanger
22. 816 C1/C4 Filter Catridge
23. T-101/104 Storage Tank RBDPO
24. 601/602 Homogen Tank
T- 102 T- 103 25. 1002 A6-10 Kristalizer
26. F1002-M1/3 Filter Press
534 M504 A P-635
27. 1082 B1/B2 Olein Tank
28. T-301/302 Storage Tank Olein
M504 B
29. T-402 Storage Tank Stearin
T- 101 T- 104 P-534 A P-622-1 P-622-2 P-622-3 P-622-4 P-622-5
T- 102 P-501 A
PHE-521 B
P-682 A
Strainer Strainer 616 A2
P-521 B
PHE-521 A
T- 101 P-501 B
P-521 A
682 B
P-822P
P-801
P-880
T- 501
PHE-881 B T- 501
816 816
602 601
T-301/2
1082-B1/B2
P-1002-A8 P-1002-A7 P-1002-A6
F-1002 M1
P101-6A
P-601/2
T-401
F-1002 M2
P-401
Steam
Water
LA-4
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
LB-1
M&I (Moist and Impurities)
M&I × F1 = (M&I × F2) + (M&I × F3) + (M&I F4)
0,0035 × 1559642 Kg = (0,0022 × 92610 Kg) + (0,00036 ×
1459196 Kg) + (M&I F4)
5458,747 Kg = 203,742 Kg + 525,3106 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 5458,747 Kg – (203,742 Kg +
525,3106 Kg)
M&I F4 = 4729,694 Kg
Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9427 × 1559642 Kg = (0,1266 × 92610 Kg) + (0,99888 ×
1459196 Kg) + (Oil F4)
1470274,513 Kg = 11724,43 Kg + 1457562,7 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1470274,513 Kg – (11724,43 Kg +
1457562,7 Kg)
Oil F4 = 9883,3869 Kg
LB-10
2. Pengamatan 2 (09 Agustus 2022)
BLOK DIAGRAM
LB-11
M&I (Moist and Impurities)
M&I × F1 = (M&I × F2) + (M&I × F3) + (M&I F4)
0,0029 × 1638375 Kg = (0,0024 × 106902 Kg) + (0,00035 ×
1523215 Kg) + (M&I F4)
4751,2875 Kg = 256,565 Kg + 533,12525 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 4751,2875 Kg – (256,565 Kg +
533,12525 Kg)
M&I F4 = 3961,5975 Kg
Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9383 × 1638375 Kg = (0,1259 × 106902 Kg) + (0,99883 ×
1523215 Kg) + (Oil F4)
1537287,263 Kg = 13458,962 Kg + 1521432,8 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1537287,263 Kg – (13458,962 Kg +
1521432,8 Kg)
Oil F4 = 2395,4623 Kg
LB-10
3. Pengamatan 3 (11 Agustus 2022)
BLOK DIAGRAM
LB-11
1425113 Kg) + (M&I F4)
4743,8587 Kg = 331,6938 Kg + 598,5474 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 4743,8587 Kg – (331,6938 Kg +
598,5474 Kg)
M&I F4 = 38813,6174 Kg
Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9394 × 1530277 Kg = (0,1268 × 97557 Kg) + (0,99873 ×
1425113 Kg) + (Oil F4)
1437542,241 Kg = 12370,228 Kg + 1423303,1 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1437542,241 Kg – (12370,228 Kg +
1423303,1 Kg)
Oil F4 = 1868,8797 Kg
LB-10
4. Pengamatan 4 (05 September 2022)
BLOK DIAGRAM
LB-11
TABEL NERACA MASSA TOTAL
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,58 90694,81 87,15 88241 0,06 909,57 18,939 1544,121
M&I 0,33 5363,672 0,31 313,88 0,037 560,9015 55,058 4488,889
Minyak 94,09 1529297 12,54 12697 99,9 1514480 26,003 2119,99
Sub Total 100 1625355 100 101252 100 1515950 100 8153
TOTAL 1625355 1625355
LB-10
7. Pengamatan 7 (15 September 2022)
BLOK DIAGRAM
LB-11
TABEL NERACA MASSA TOTAL
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,34 85449,35 87,02 83429,555 0,061 912,72165 13,776 1107,0685
M&I 0,33 5280,578 0,31 297,2094 0,037 553,61805 55,124 4429,7501
Minyak 94,33 1509445 12,67 12147,236 99,9 1494798,66 31,1 2499,1814
Sub Total 100 1600175 100 95874 100 1496265 100 8036
TOTAL 1600175 1600175
LB-10
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,14 83757,379 87,2 80996,34 0,071 1085,78 22,917 1675,25778
M&I 0,33 5377,4193 0,33 306,6987 0,037 565,831 61,626 4504,88996
Minyak 94,5 1540386,2 12,5 11635,96 99,89 1527620 15,456 1129,85226
Sub Total 100 1629521 100 92939 100 1529272 100 7310
TOTAL 1629521 1629521
LB-11
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
Gambar LC.1. Bersama Pak Jonsen Supervisor Gambar LC.2. Safety Briefing
LC-1
Gambar LC.5. Tinjauan Lapangan Gambar LC.6. Tinjauan Lapangan
Proses Vaccum Refinery Perbaikan Pompa
Gambar LC. 7. Pengeluaran Filter Leaf Gambar LC. 8. Pembersihan Filter Leaf
LC-2
Gambar LC.9. Tinjauan Lapangan Tank Farm Gambar LC.10 Tinjauan Lapangan
Pengolahan Limbah
Gambar LC. 11. Tangki Hidrant Gambar LC.12. Pergantian Filter Bag
LC-3