Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN KERJA PRAKTIK

DI PT. SYNERGY OIL


NUSANTARA BATAM-
KEPULAUAN RIAU

EVALUASI PERFORMA DEODORIZER (822P/STRIPPER)


PADA PENGOLAHAN CPO OUTSPEC DI REFINERY PLANT
PT. SYNERGY OIL NUSANTARA-BATAM

Oleh :
Nafisa Rafikati Nasution 1910017411019

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta

UNIVERSITAS BUNG
HATTA JANUARI 2023
RINGKASAN

Kerja Praktik (KP) merupakan sarana mengaktualisasi diri terhadap beberapa


keahlian atau keterampilan baik softskill maupun hardskill yang diperoleh selama
perkuliahan, yang diterapkan di suatu perusahaan atau instansi dalam kurun waktu
tertentu. Pada laporan kerja praktik ini disajikan beberapa kegiatan pelaksanaan
kerja praktik, temuan kendala atau masalah yang dihadapi selama pelaksanaan
kerja praktik yang berlangsung di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam selama 4
bulan, terhitung sejak 04 Juli 2022 sampai dengan 04 November 2022.
Penempatan kerja praktik pada perusahaan ini dibagi dalam beberapa bagian
dengan bidang kerja yang berbeda-beda. Salah satu bidangnya adalah Refinery
and Fractionation Plant, Production Department. Pada bidang ini berlangsung
proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO) menjadi Refined Bleached Deodorized
Palm Oil (RBDPO) yang selanjutnya dipisahkan menjadi produk minyak goreng
(olein) dan stearin.
Pada laporan kerja praktik ini termuat informasi mengenai PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam meliputi, uraian proses produksi bahan baku hingga menjadi
produk, spesifikasi peralatan yang digunakan, utilitas dan unit pendukung lain
serta uraian tentang kasus yang berjudul “Evaluasi Performa Deodorizer
(822P/Stripper) pada Pengolahan CPO Outspec di Refinery Plant PT. Synergi
Oil Nusantara-Batam”. Dengan variabel yang diamati adalah laju alir produk,
tekanan vakum Deodorizer, temperatur reflux serta data hasil uji analisa produk.

Kata Kunci : Kerja Praktik, PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, Refinery Plant,
Deodorizer/Stripper.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan kerja praktik di
PT. Synergy Oil Nusantara – Batam, Kepulauan Riau, dan dapat menyusun
laporan kerja praktik dengan judul “ Evaluasi Performa Deodorizer
(822P/Stripper) pada Pengolahan CPO Outspec di Refinery Plant PT. Synergy
Oil Nusantara- Batam”. Pelaksanaan kerja praktik ini dimulai pada tanggal 4
Juli s.d 4 November 2022, penulisan laporan kerja praktik ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik di Jurusan
Teknik Kimia pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
Selama pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis sadar
bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak akan berjalan denan
lancar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
do’a restu nya.
2. Ibu Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta dan selaku Dosen Pembimbing
dalam pelaksanaan kerja praktik yang berperan penting dalam memberikan
bimbingan serta masukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja
praktik di PT. Synergy Oil Nusantara -Batam.
3. Bapak Dr. Firdaus, S.T., M.T., selaku ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Hendra Cipta ilyas, S.T., selaku HR & GA Assists PT. Synergy Oil
Nusantara – Batam.
5. Bapak Syahwindra selaku Manager Production PT. Synergy Oil Nusantara –
Batam selaku Pembimbing Lapangan dalam pelaksanaan kerja praktik.
6. Bapak Jonsen Siregar, Bapak Bintang H.G dan Bapak Irwanto Pasaribu,
selaku Supervisor PT. Synergy Oil Nusantara – Batam.

ii
7. Kepada seluruh karyawan PT. Meidan Sejati Surya Plantation-Bangsal Aceh,
yang telah membantu penulis selama pelaksanaan kerja praktik.
8. Kepada teman – teman seperjuangan dalam pelaksanaan kerja praktik
angkatan 2020 Jurusan Teknik Kimia Universitas Bung Hatta, yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu penulis selama pelaksanaan dan penulisan laporan kerja
praktik di PT. Meridan Sejati Surya Plantation-Bangsal Aceh.

Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan dan penulisan laporan kerja


praktik ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknik
penulisan, mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak pembaca agar
laporan ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak serta terhadap penulis sendiri. Dan apabila terdapat
tingkah laku atau perbuatan serta kata-kata penulis yang kurang berkenan selama
pelaksanaan serta penyusunan laporan Kerja Praktik ini, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Akhir kata penulis berdo’a semoga segala bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Aamiin YRA.

Padang, 10 Januari 2023

Penulis,

Nafisa Rafikati Nasution


NPM : 1910017411019

iii
DAFTAR ISI

RINGKASAN..................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

DAFTAR TABEL............................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Pabrik....................................1

1.2 Bahan Baku dan Bahan Penunjang......................................................3

1.3 Produk dan Pemasaran.........................................................................6

1.4 Tata Letak PT. Synergy Oil Nusantara................................................9

1.5 Struktur Organisasi PT. Synergy Oil Nusantara-Batam......................10

BAB II DESKRIPSI PROSES

2.1 Blok Diagram dan Flowsheet...............................................................19

2.2 Uraian Proses.......................................................................................21

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN

3.1 Spesifikasi Alat Transportasi...............................................................36

3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas.....................................................37

3.3 Spesifikasi Alat Sintesa........................................................................38

3.4 Spesifikasi Alat Pemisahan dan Pemurnian Produk............................41

BAB IV UNIT UTILITAS DAN PENDUKUNG LAINNYA

4.1 Unit Utilitas..........................................................................................44

iv
4.2 Unit Pendukung...................................................................................48

BAB V TUGAS KHUSUS

5.1 Latar Belakang.....................................................................................51

5.2 Kasus yang Diamati.............................................................................53

5.3 Uraian Kasus yang Diamati.................................................................54

5.4 Pengambilan dan Pengolahan Data......................................................63

5.5 Pembahasan..........................................................................................66

5.6 Kesimpulan..........................................................................................72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan..........................................................................................73

6.2 Saran....................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Standar Mutu Kelayakan CPO..........................................................3

Tabel 1.2 Spesifikasi Asam Fosfat dan Asam Sitrat.........................................5

Tabel 1.3 Spesifikasi Bleaching Earth..............................................................6

Tabel 1.4 Standar Mutu Kelayakan Produk PT. Synergy Oil Nusantara..........8

Tabel 2.1 Yield Produk Berdasarkan Perbedaan IV..........................................30

Tabel 3.1 Spesifikasi Alat Transportasi di PT. Synergy Oil Nusantara...........36

Tabel 3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas di PT. Synergy Oil

Nusantara..........................................................................................37

Tabel 3.3 Spesifikasi Alat Sintesa di PT. Synergy Oil Nusantara....................38

Tabel 3.4 Spesifikasi Alat Pemisahan dan Pemurnian Produk.........................41

Tabel 4.1 Standar Mutu Air Bersih di PT. Synergy Oil Nusantara..................44

Tabel 4.2 Standar Mutu Air Umpan Boiler di PT. Synergy Oil Nusantara......46

Tabel 4.3 Baku Mutu Limbah Cair di PT. Synergy Oil Nusantara...................49

Tabel 5.1 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit..................................54

Tabel 5.2 Komponen Crude Palm Oil (CPO)...................................................55

Tabel 5.3 Komposisi Trigliserida Crude Palm Oil (CPO)...............................55

Tabel 5.4 Komposisi ALB Crude Palm Oil (CPO)..........................................56

Tabel 5.5 Komposisi Asam Lemak PFAD........................................................56

Tabel 5.6 Spesifikasi PFAD PT. SON-Batam..................................................57

Tabel 5.7 Sifat Fisik dan Kimia PFAD.............................................................57

Tabel 5.8 Titik Didih Asam Lemak Berdasarkan Rasio...................................58

Tabel 5.9 Data Laju Alir pada Deodorizer.......................................................63

vi
Tabel 5.10 Data Tekanan Vakum dan Temperatur Reflux Deodorizer............64

Tabel 5.11 Data Analisa CPO, RBDPO, dan PFAD.........................................64

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampilan PT. Synergy Oil Nusantara Batam-

Kepulauan Riau...........................................................................2

Gambar 1.2 Crude Palm Oil (CPO)..................................................................4

Gambar 1.3 Tampilan Asam Fosfat dan Asam Sitrat.......................................5

Gambar 1.4 Bleaching Earth............................................................................6

Gambar 1.5 Produk Hasil Proses Refinery dan Fractionation CPO

di PT.SON.....................................................................................7

Gambar 1.6 Tampilan Produk RBDPL di PT. SON.........................................8

Gambar 1.7 Gambaran Tata Letak (Lay Out) PT. Synergy Oil Nusantara –

Batam.............................................................................................10

Gambar 1.8 Struktur Organisasi di PT. SON- Batam.......................................11

Gambar 2.1 Blok Diagram Proses Palmatic Plant – PT. SON.........................19

Gambar 2.2 Flowsheet Proses Palmatic Plant – PT. SON...............................20

Gambar 4.1 Proses Pengolahan Air di PT. SON..............................................45

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Air Boiler di PT. SON...................................46

Gambar 4.3 Menara Cooling Tower..................................................................48

Gambar 4.4 Proses Pengolahan Air Limbah PT. SON.....................................49

Gambar 5.1 Deodorizing Section......................................................................53

Gambar 5.2 Blok Diagram Deodorizing Section..............................................59

Gambar 5.3 Profil Laju Alir CPO, RBDPO dan PFAD....................................66

Gambar 5.4 Profil Kadar M&I CPO, RBDPO dan PFAD................................67

Gambar 5.5 Profil Kadar FFA CPO, RBDPO dan PFAD................................68

viii
Gambar 5.6 Profil Losses pada Deodorizer (822P/Stipper)..............................69

Gambar 5.7 Profil Tekanan Vakum Deodorizer (822P/Stipper).......................70

Gambar 5.8 Profil Temperatur Reflux Deodorizer (822P/Stipper)...................71

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Flowsheet Palmatic Plant PT. Synergy Oil Nusantara................LA-1
Lampiran B Perhitungan ............................................................................... LB-1
Lampiran C Dokumentasi ............................................................................. LC-1

x
LC-1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Pabrik

Sektor kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang berperan penting bagi
perekonomian Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan akan minyak kepala sawit semakin meningkat setiap tahunnya, baik itu
digunakan sebagai bahan baku industri oleokimia, biodiesel, minyak goreng
maupun industri lainnya. PT. Synergy Oil Nusantara (SON) merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan minyak kelapa sawit.
Perusahaan ini merupakan perusahaan penanaman modal asing yang berada
dibawah naungan IFFCO Group yang berdiri pada tahun 1975 dan berpusat di Uni
Emirat Arab. Perusahaan ini tersertifikat Roundtable On Sustainable Palm Oil
(RSPO) yang merupakan industri penyulingan minyak nabati dengan bahan dasar
Crude Palm Oil (CPO) dengan salah satu produk hilirnya adalah minyak goreng.
Pabrik ini mengolah CPO menjadi Refined Bleached and Deodorized Palm Oil
(RBDPO), Refined Bleached and Deodorized Palm Olein (RBDPL), Refined
Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dan Palm Fatty Acid Destilat
(PFAD).
PT. Synergy Oil Nusantara mulai beroperasi pada tahun 2006 dengan
kepemilikan saham oleh perusahaan asing yaitu PT. Tabung Haji (TH) Indo
Plantation Malaysia dan Twin Wealth Grup Hongkong. Setelah dua tahun berlalu
pada tahun 2008 PT. Synergy Oil Nusantara diambil alih oleh PT. Tabung Haji
(TH) Indo Plantation Malaysia. Kemudian pada tahun 2009 hingga saat ini
kepemilikan saham PT. SON diambil alih sepenuhnya oleh IFFCO Group.
Berikut adalah tampilan PT. Synergy Oil Nusantara-Batam yang dapat dilihat
pada Gambar 1.1.

1
Gambar 1.1 Tampilan PT. Synergy Oil Nusantara Batam- Kepulauan Riau
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON- Batam, 2022

PT. Synergy Oil Nusantara terletak di kawasan industri Kabil- Batam pada
Km 12,5 Jalan Raya Pelabuhan Kabil, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepulauan
Riau. Pabrik ini berdekatan dengan PT. Musim Mas, PT. Eco Green dan PT.
Semen Bosowa. Pabrik ini memiliki luas sekitar ± 12 ha dan berdekatan dengan
pelabuhan Kabil. PT.Synergy Oil Nusatara-Batam memiliki empat plant, yaitu
Refinery Plant, Fractionation Plant, Hydrogenation Plant dan Shortening Plant.
Pabrik ini juga dilengkapi dengan peralatan laboratorium serta personil yang
berkualitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta standar produk pasar
internasional. Produk yang dihasilkan dari pabrik ini akan di ekspor ke berbagai
negara seperti India, Cina, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Eropa dan Afrika. Adapun
Visi dan Misi dari PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, adalah sebagai berikut :
a) Visi : Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri minyak nabati.
b) Misi :
1. Memastikan tidak ada kecelakaan kerja di lokasi pabrik.
2. Pencapaian kualitas produk yang terbaik.
3. Pencapaian kepuasan pelanggan.
4. Meningkatkan standar kerapian dan kebersihan.
5. Meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan visi perusahaan.
6. Memaksimalkan kapasitas produksi dengan meminimalkan biaya
produksi.

2
1.2 Bahan Baku Utama dan Bahan Penunjang

1.2.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang digunakan PT. Synergy Oil Nusantara adalah
Crude Palm Oil (CPO) yang didapatkan dari beberapa pabrik kelapa sawit (PKS)
di Indonesia, yaitu ;
1. PT. Bhumireksa Nusa Sejati – Riau
2. PT. Mitra Aneka Rezeki – Kalimantan Barat
3. PT. Barumun Agro Sentosa – Kalimantan Barat
4. PT. Agrina Sawit Perdana – Kalimantan Barat
5. PT. Nursaya Permai – Kalimantan Barat
6. PT. Parna Agromas – Kalimantan Barat
7. PT. Transpacific Agro Industri – Palembang
8. PT. Tata Hamparan Persada - Palembang
9. PT. Gunung Maras Lestari – Bangka
10. PT. Citrakopasindo Tani – Jambi
11. PT. Brahma Binabakti – Jambi
Setiap pasokan bahan baku CPO yang masuk dari berbagai daerah akan
dilakukan uji kelayakan yang harus memenuhi standar mutu CPO yang telah
ditetapkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara. Adapun standar mutu kelayakan CPO
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Standar Mutu Kelayakan CPO
No Parameter Standar Mutu
1. Free fatty acid (FFA) 5,0 max
2. Moisture dan impuirities 0,5 max
3. Deterioration of bleachability index (DOBI) 2,0 – 3,5
4. Iodine value (IV) 51 – 53
5. Colour 22 – 24
6. Peroxide value (PV) 0,1 max
Sumber : QA Department PT. SON- Batam, 2022

Bahan baku yang berasal dari berbagai daerah tersebut masing-masingnya


mengirimkan CPO ke PT. SON melalui jalur laut dengan menggunakan jasa
pengangkutan kapal tongkang. Kemudian setiap pasokan CPO yang datang dan
sudah layak mutu dialirkan menggunakan pompa menuju storage tank/tangki
timbun dengan kapasitas sekitar 5000 MT/tangki yang sudah dilengkapi dengan

3
steam coil untuk menjaga temperatur CPO pada suhu sekitar ± 40-48 oC dalam
tangki penyimpanan. Tujuan dari proses pemanasan ini salah satunya adalah untuk
menjaga fase CPO agar tetap cair dan tidak terjadi penggumpalan atau
pengendapan. Berikut adalah tampilan minyak CPO dapat dilihat pada Gambar
1.2.

Gambar 1.2 Crude Palm Oil (CPO)


Sumber: QA Department P.T SON-Batam, 2022

1.2.2 Bahan Penunjang

Adapun bahan penunjang dalam proses pengolahan CPO menjadi minyak


goreng di PT. SON adalah sebagai berikut :
1. Asam fosfat (H3PO4) dan Asam Sitrat (C6H8O7)
Asam fosfat berfungsi untuk mengikat atau menarik fosfatida (gum/getah)
yang masih terkandung pada CPO. Tingkat kemurnian asam fosfat yang
digunakan adalah 85%. Sementara itu penggunaan asam sitrat berfungsi
untuk meminimalisir terjadinya reaksi oksidasi pada minyak. Tingkat
kemurnian asam sitrat yang digunakan adalah 30%. Berikut merupakan
tampilan asam fosfat dan asam sitrat di PT. SON dapat dilihat pada Gambar
1.3.

(a)
4
(b)
Gambar 1.3 Tampilan (a) Asam Fosfat dan (b) Asam Sitrat
Sumber: Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON-Batam, 2022

Adapun spesifikasi asam fosfat dan asam sitrat yang digunakan di PT.
Synergy oil Nusantara-Batam dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Spesifikasi Asam Fosfat dan Asam Sitrat
No. Parameter Asam fosfat Asam sitrat
(H3PO4) (C6H8O7)
1. Wujud Liquid Padat (bubuk kristal)
2. Warna Tidak berwarna Putih
3. Bau Asam Tidak berbau
4. pH (20 oC) 1-1,5 (1-10 g/L) 1,5-2,5 (larutan 5%)
5. Titik leleh (oC) - 153 oC
6. Kelarutan dalam air (20 oC) Larut 134 G/100 G air
7. Densitas 14 lbs/gal 1,66 g/cm3
8. Flammability Non- flammable
Sumber : QA Department PT. SON- Batam, 2022

2. Bleaching Earth (BE)


Bleaching Earth (BE) berfungsi untuk menurunkan kadar warna atau
memucatkan warna minyak pada proses bleaching. Jumlah pemakaian BE
dalam proses bleaching atau penurunan kadar warna pada minyak ini
tergantung pada colour/warna CPO yang masuk. Hal ini dikarenakan
kemampuan BE (Bleach Power) yang dimiliki BE hanya 30% dalam
memucatkan warna pada minyak. Terdapat beberapa merk BE yang
digunakan di PT. SON seperti Taiko dan Tonsil. Berikut merupakan tampilan
dari Bleaching Earth dapat dilihat pada Gambar 1.4.

5
Gambar 1.4 Bleaching Earth
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT. SON- Batam, 2022

Pemakaian Bleaching Earth di PT. SON ditetapkan sekitar 0,6-0,8% dari


laju alir umpan masuk. Adapun spesifikasi Bleaching Earth dapat dilihat pada
Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Spesifikasi Bleaching Earth
No Parameter Bleaching Earth Merek
Taiko Tonsil
1. Wujud Bubuk padat Bubuk padat
2. Warna Cream Cream
3. Bau Tidak berbau Tidak berbau
4. Ph Asam >2-8.6
5. Densitas (kg/m3) 350-1000 400-900
6. Kelarutan dalam air - 0.9 g/l
7. Titik leleh - > 450 oC
8. Flammability Non- flammable
Sumber : QA Department PT. SON- Batam, 2022

1. 3 Produk dan Pemasaran

1.3.1 Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara- Batam, salah
satunya adalah produk jadi hasil dari pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Produk
tersebut seperti Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO), Refined
Bleached Deodorized Olein (RBDPL) atau yang dikenal dengan minyak goreng,
selain itu juga terdapat produk samping hasil pengolahan seperti Palm Fatty Acid
Destilat (PFAD), dan Refined Bleached and Deodorized Stearin (RBDPS).
Berikut tampilan produk hasil pengolahan CPO dari proses refineri dan fraksinasi,
dapat dilihat pada Gambar 1.5.

6
(a) Refined Bleached and Deodorized Palm Oil/ RBDPO

(b) Refined Bleached and Deodorized Palm Olein/ RBDPL

(c) Refined Bleached and Deodorized Palm Stearin/ RBDPS

(d) Palm Fatty Acid Destilat/ PFAD

Gambar 1.5 Produk Hasil Proses Refinery dan Fractionation CPO PT.SON
(a) RBDPO, (b) RBDPL, (c)RBPS, (d) PFAD
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022

7
Untuk produk RBDPL atau yang dikenal dengan minyak goreng, PT.SON-
Batam memiliki tiga merk dagang yang ada di pasaran seperti Son Gold, Hayat,
dan Maha. Perbedaan dari ketiga jenis produk minyak goreng tersebut terletak
nilai Iodine value (IV) produk. Produk RBDPL dengan merk dagang Son Gold
memiliki IV 56 , merek dagang Hayat memiliki IV 57 dan Maha memiliki nilai IV
59. Sementara untuk produk samping seperti PFAD akan dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk pembuatan sabun, lilin maupun kosmetik. Sedangkan produk
samping Stearin akan diolah lebih lanjut pada shortening plant. Adapun tampilan
dari produk RBDPL dengan ketiga merk dagang tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.6.

Gambar 1.6 Tampilan Produk RBDPL PT. SON- Batam


Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022

PT. SON-Batam menetapkan standar mutu kelayakan produk yang


dihasilkan sebelum dilakukan pemasaran, setiap produk hasil produksi dari PT.
SON- Batam akan dilakukan uji kelayakan mutu produk tersebut. Adapun standar
mutu kelayakan produk PT. SON dapat dilihat pada Tabel 1.4

Tabel 1.4 Standar Mutu Kelayakan Produk PT. SON


No Parameter Produk
RBDPO RBDPL RBDPS PFAD
1. Free fatty acid (FFA) % 0,1 max 0,1 max 0,2 max 70 min
2. Moisture & impuirities (%) 0,03 max 0,05 max 0,15 max 1,0 max
3. Iodine value (IV) % 51-53 56-60 48 max -
4. Cloud point (CP) % 150-202 10 max - -
5. Sleep melting point (SMP)% 33-39 22 44 -
6. Colour Bulk : 3,0 R 3.0R/30Y 3.0 R 5-6 R
Branded : 2,6 R
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022

8
1.3.2 Pemasaran

Pemasaran produk PT. SON lebih fokus pada kegiatan ekspor ke luar
negeri, produk yang dihasilkan oleh PT. Synergy Oil Nusantara-Batam akan di
pasarkan sebagian kecil di dalam negeri (hanya di Kepulauan Riau) dan
mengekspor sebagian besar hasil produksinya keluar negeri. Produk RBDPL
dengan merk dagang Hayat dan Son Gold hanya dipasarkan dan didistribusikan di
daerah Batam, sedangkan untuk produk yang sama dalam kemasan jerigen akan
diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Ukraina, India, Uni Emirat Arab,
Mesir, Afrika, Pakistan, China dan Sri Lanka.

1.4 Tata Letak PT. Synergy Oil Nusantara-Batam

PT. Synergy Oil Nusantara berlokasi di kawasan industri Kabil yang strategis,
tepatnya berada di Jl. Raya Pelabuhan Kabil, Km. 12,5 Kabil, Kecamatan Nongsa,
Kota Batam, Kepulauan Riau. Luas PT. MSSP berkisar sekitar 12 ha yang dekat
dengan pelabuhan dan dekat dengan beberapa pabrik lainya

Berikut gambaran tata letak (lay out) PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, yang
dapat dilihat pada Gambar 1.7.

9
Mosque

Lauric Plant

Lauric Plant

Gambar 1.7 Tata Letak Pabrik (Lay Out) PT. SON- Batam
Sumber : PT. SON-Batam, 2022

1. 5 Struktur Organisasi PT. Synergy Oil Nusantara-Batam

PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki struktur organisasi yang


menerangkan alur tugas dan tanggung jawab secara fungsional. Tujuan
dibentuknya struktur organisasi ini untuk mempertegas kedudukan suatu bagian
dalam menjalankan tugas, sehingga akan memudahkan dalam pencapaian tujuan
dari suatu organisasi yang telah ditetapkan. Adapun bagan struktur organisasi
pada PT. Synergy Oil Nusantara-Batam dapat dilihat pada Gambar 1.8.

10
Gambar 1.8 Struktur Organisasi PT. SON- Batam
Sumber : PT. SON-Batam, 2022

Struktur organisasi di PT. SON-Batam merupakan struktur garis lurus,


dimana seorang pemimpin dapat memberikan instruksi kepada bawahannya dan
diteruskan kepada karyawannya. Jumlah karyawan PT. SON-Batam saat ini
adalah sekitar
±250 orang. Adapun uraian pembagian tugas dan tanggung jawab struktur
organisasi PT. SON-Batam adalah sebagai berikut :
1. Chief Executive Officier (CEO)
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menetapkan dan menjalankan strategi organisasi.
b) Membuat keputusan alokasi modal.
c) Menetapkan dan mengimplementasikan misi dan visi, nilai serta
budaya perusahaan.
d) Fokus pada pelaksanaan rencana bisnis perusahaan, sesuai model
bisnis yang telah di tetapkan.
e) Berkomunikasi secara efektif dengan semua pemangku kepentingan.

11
2. Executive Secretary
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Memberikan bantuan administrasi pada manajemen level atas
dengan membuat laporan statistik, menangani permintaan informasi
dan melakukan fungsi administrasi seperti menyiapkan surat-
menyurat, mengatur panggilan konferensi dan jadwal pertemuan.
b) Mengajukan dan mengambil dokumen, catatan dan laporan
perusahaan.
c) Membaca dan menganalisa memo kiriman dan laporan yang masuk
untuk menentukan signifikasi dan rencana pendistribusinya.

3. Human Resource (HR) & General Affair (GA) Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Merencanakan, mengatur, serta memantau tindakan maupun
aktivitas dari human resource.
b) Mengembangkan maupun mengurus perencanaan SDM.
c) Bertanggung jawab pada pengadaan barang.
d) Memastikan pembayaran tenaga kerja harian sesuai peraturan.
e) General affair bertugas untuk pemeliharaan fasilitas dan aset
perusahaan.
f) Mengurus segala perizinan
g) Membuat SOP
h) Inventaris fasilitas dan aset perusahaan.
i) Melakukan penyelenggaraan proses rekrutmen dan seleksi.
j) Memberikan Training dan Development.
k) Mengadakan evaluasi karyawan.

4. Area Sales Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan pengawasan tim penjualan.
b) Menangani keluhan pelanggan.
c) Membuat penganggaran.

12
d) Melakukan monitoring pelanggan.
e) Merencanakan dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
f) Menentukan jadwal waktu promosi.

5. Information and Technology (IT) Executive


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan pengembangan dan peningkatan sistem informasi
dan teknologi di perusahaan.
b) Melakukan pemasangan UPS pada setiap komputer.
c) Melakukan pembaharuan secara berkala pada sistem ataupun
aplikasi.
d) Mengembalikan sistem yang bermasalah saat digunakan user dengan
waktu singkat.
e) Menyimpan seluruh data pada komputer yang digunakan user.

6. Head Operation
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menekankan biaya pengeluaran operasional seminim mungkin.
b) Mengembangkan inovasi tentang operasional agar berjalan
dengan baik.
c) Meningkatkan efektivitas operasional perusahaan.
d) Melakukan eliminasi terhadap pengeluaran operasional yang
tidak diperlukan.
e) Mengawasi persediaan barang distribusi, penyedia jasa dan letak
fasilitas operasional.
f) Melakukan pertemuan rutin secara berkala dengan direktur
guna mencapai visi dan misi perusahaan.

7. Procurement Head
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Merencanakan pembelian atau penyediaan.

13
b) Membuat prosedur standar untuk barang atau jasa yang
dibutuhkan perusahaan.
c) Mencari vendor atau supplier.
d) Menganalisa perbandingan biaya pembelian dari supplier atau
vendor.

8. Quality Assurance (QA) Manager/ IMS MR


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
proses kendali mutu (Quality Control) dan penjamin mutu (Quality
Assurance) untuk memastikan terpenuhi parameter kualitas dari bahan
baku.
b) Melakukan monitoring dan inspeksi terhadap bahan baku dan proses
produksi sehingga dapat dipastikan bahwa produk aman.
c) Melakukan monitoring atas ketersediaan bahan kimia dan peralatan
bahan kimia.

9. Chief Financial Officier (CFO)


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan pengelolaan tindakan keuangan perusahaan
b) Mengawasi pelaksanaan keuangan perusahaan.
c) Merencanakan strategi ekonomi dan forecasting.
d) Menyusun dan melaksanakan kebijakan akuntasi dan keuangan
internal.
e) Melaporkan kondisi keuangan kepada dewan.

10. Project Head


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Membuat rencana projek.
b) Mengalokasikan pekerjaan kepada tim.
c) Melakukan kalkulasi anggaran.
d) Memonitor perkembangan proyek berdasarkan Blueprint.

14
11. General Affair (GA) Asisten Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menyusun rencana dan strategi bersama manager.
b) Mendukung kinerja manager.
c) Membatu manager jika berhalangan hadir.
d) Memastikan bahwa jadwal serta sasaran yang sudah ditargetkan
dapat terpenuhi dengan baik.

12. Quality Assurance (QA) Asisten Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi proses
kendali mutu (Quality Control) bersama dengan manager.
b) Memastikan bahwa jadwal serta sasaran yang sudah ditargetkan dapat
terpenuhi dengan baik.
c) Membuat laporan, analisis serta menginterpretasikan data yang telah
dibuat.

13. Finance (FA) & Accounting (ACC) Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan penyusunan keuangan perusahaan.
b) Melakukan transaksi perusahaan.
c) Bertanggung jawab atas pembuatan jurnal dan laporan keuangan.
d) Melakukan control kas perusahaan, terutama pada hutang dan
piutang.
e) Melakukan koordinasi dengan departemen lain untuk pembuatan
budget tahunan.
f) Membuat proyeksi cashflow mingguan dan bulanan ke Treasury.

14. Environtmen and Healty Safety (EHS) Officier


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Melakukan identifikasi serta pemetaan dari potensi bahaya yang
berpeluang terjadi pada lingkungan kerja.

15
b) Membuat dan memelihara dokumen terkait K3.
c) Melakukan evaluasi tentang kemungkinan atau peluang insiden
kecelakaan yang dapat terjadi.

15. Warehouse Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Memastikan pengelolaan barang dan stok barang di gudang tetap
tersedia.
b) Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kerja di
bagian warehouse agar sesuai dengan SOP perusahaan.
c) Mengawasi dan mengontrol operasional gudang.

16. Supply Chain Management (SCM) Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Memastikan semua kebutuhan tercukupi dan biaya yang dikeluarkan
seminim mungkin tanpa mengurangi kualitas produk.
b) Bekerjasama dengan Manager Procurement dan pembeli untuk
menentukan produk yang sedang dibutuhkan pasar.
c) Merencanakan rute terbaik untuk mendapatkan barang dari supplier
menuju pusat distribusi dan ritel.
d) Melakukan negosiasi dan mengatur kontrak dengan supplier.

17. Production Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Mengawasi proses produksi, menyusun jadwal produksi.
b) Memastikan anggaran biaya produksi efektif.
c) Memutuskan sumber apa yang diperlukan.
d) Memperkirakan biaya dan menetapkan standar kualitas.
e) Berkaitan dengan penataan dan pengawasan terhadap seluruh
aktivitas pengendalian produksi dan mutu produk, baik produk
bulking maupun produk kemasan yang merupakan sasaran utama
dari pabrik minyak goreng.

16
18. Packaging Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu :
a) Menerima barang dari pihak produksi.
b) Memastikan kembali bahwa kondisi barang tersebut berkualitas baik.
c) Melakukan pengecekan terhadap mesin packing.
d) Memastikan prosedur packaging sesuai SOP.

19. Maintenance Manager


Adapun tugas dan tanggung jawab, yaitu:
a) Melakukan perawatan dan pemeliharaan atas semua mesin atau
peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi.
b) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan terhadap
seluruh peralatan, proses penggunaan alat sampai dengan utilitasnya.
c) Mewakili seluruh kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan
perawatan segala sarana dan prasarana perusahaan.

17
BAB II

DESKRIPSI PROSES

2.1 Blok Diagram dan Flowsheet

Berikut blok diagram dan flowsheet dari tahapan pengolahan minyak CPO
menjadi produk minyak goreng di PT. Synergy Oil Nusantara dapat dilihat pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2

18
Gambar 2.1 Blok Diagram Palmatic Plant di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam

19
Steam Kode Alat Keterangan
1. T101/104 CPO Storage Tank
2. T-534 Tangki Chemical
Water
3. PHE 521 A/B Plate Heat Exchanger
4. M504 A/B Dynamis Mixer
Bleaching Earth 5. 503 Multi Compartment Reactor
6. 603 Hopper
7. 635 Oil Earth Mixer
Phosporic Acid
603 A 8. 622 B Bleacher Continous Tank
9. 622A Bleacher Tank
Citric Acid 10. 616A1/A5 Niagara Filter
11. 682A Tangki Penampung Dirty Oil
12. 682B Tangki Penampung Clear Oil
13. 616B1/B4 Filter Bag
14. 616C1/C7 Filter Catridge
15. 801 Deaerator
682 A 16. 822P Stripper
17. 822 Deodorizer
503 18. 814 Tangki Penampung PFAD
19. PHE 881AG Plate Heat Exchanger
622 B 622 A 20. T-301/303 Storage Tank PFAD
635
21. PHE 881B Plate Heat Exchanger
22. 816 C1/C4 Filter Catridge
23. T-101/104 Storage Tank RBDPO
T- 103 24. 601/602 Homogen Tank
T- 102
25. 1002 A6-10 Kristalizer
534 M504 A P-635
26. F1002-M1/3 Filter Press
27. 1082 B1/B2 Olein Tank
M504 B
28. T-301/302 Storage Tank Olein
616 A1
T- 101 T- 104 P-534 A P-622-1 P-622-2 P-622-3 P-622-4 P-622-5 29. T-402 Storage Tank Stearin

T- 102 P-501 A
PHE-521 B
P-682 A
Strainer Strainer Strainer 616 A2
P-521 B

PHE-521 A
T- 101 P-501 B
P-521 A
682 B

616 B4 616 B3 616 B2 616 B1

822P 616 C4 616 C3 616 C2 616 C1


822

PHE - 881 AG 814

822

Storage Tank P-814 801


T- 201/2 881 A1
HP-
BOILER

P-822P

P-801
P-880
T- 501

PHE-881 B T- 501
816-C1

1002-A8 1002-A7 1002-A6

602 601
T-301/2

1082-B1/B2
P-1002-A8 P-1002-A7 P-1002-A6

F-1002 M1

P101-6A

P-601/2

P-301
1002-B1 1002-A10 1002-A9

T-401

F-1002 M2

P-1002-A11 P-1002-A10 P-1002-A9

P-401

Steam

Water

Gambar 2.2 Flowsheet Palmatic Plant di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam

20
2.2 Uraian Proses

Bahan baku merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu
industri. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng ini
adalah CPO (Crude Palm Oil), dengan bahan penunjang berupa H 3PO4 (Asam
Posfat), Asam Sitrat, dan BE (Bleaching Earth). Proses pengolahan CPO (Crude
Palm Oil) menjadi minyak goreng di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam terdiri
dari beberapa unit proses (plant) untuk menghasilkan produk RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil), RBDP Olein (Refined Bleached Deodorized
Palm Olein), RBDP Stearin (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin), PFAD
(Palm Fatty Acid Distillate) sebagai produk samping serta produk serupa dengan
kandungan Low 3MCPD & GE dengan kapasitas produksi sebesar 68.000 kg/jam.
Unit proses untuk menghasilkan produk tersebut, yaitu :

1. Unit Pemurnian (Refinery Section)


2. Unit Fraksinasi (Fractionation Section)
Pengelompokan ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan
manajemen pabrik. Unit pemurnian merupakan proses menghilangkan senyawa
pengotor dan asam lemak bebas dari CPO dengan produk akhir RBDPO dan
PFAD sebagai produk samping. Unit fraksinasi merupakan proses pemisahan
fraksi cair (olein) dengan fraksi padat (stearin) yang menghasilkan produk utama
RBDP Olein dan RBDP Stearin sebagai produk samping.

2.2.1 Uraian Proses Unit Pemurnian (Refinery Section)


Refinery Section merupakan proses pemurnian minyak kelapa sawit (CPO)
dari senyawa pengotor dengan menghilangkan FFA (Free Fatty Acid), warna,
serta bau sehingga memenuhi standar baku mutu minyak goreng. Proses refinery
section diawali dengan proses pretreatment terlebih dahulu hingga menghasilkan
produk utama RBDPO dan PFAD sebagai produk samping. Pada refinery section
ini terjadi
3 tahapan proses yaitu proses degumming, proses bleaching serta proses
deodorizing. Adapun uraian proses dari Refinery Section adalah sebagai berikut :

21
1. Proses Pretreatment Raw Material
Perlakuan awal atau proses pretreatment yang dilakukan pada raw material
(CPO) pada refinery section adalah sebagai berikut:
 CPO pada tangki timbun/ CPO Storage (T101-T109) dipanaskan sampai
pada temperatur minimal sekitar 5-10oC di atas melting point CPO, melting
point CPO yaitu 37-38oC.

 CPO pada tangki timbun dipompa menuju Strainer Out-plant untuk


dilakukan penyaringan dari kotoran menggunakan pompa (P-501A/P-501B)
dan ditransfer menuju Strainer in-plant untuk disaring kembali.

 Dari Strainer in-plant CPO masuk ke Plate Heat Exchanger untuk


dipanaskan sampai pada temperatur 95-98oC. Pada saat start-up digunakan
PHE-521B dengan media pemanas adalah low steam dengan temperatur
±120oC. Sementara saat normal running digunakan PHE-521B dengan
media pemanas RBDPO dengan temperatur 150-170oC. Pemanfaatan panas
pada RBDPO bertujuan untuk penghematan penggunaan steam.

2. Proses Degumming
Proses degumming adalah salah satu tahapan proses pemurnian yang
bertujuan untuk memisahkan getah (gum) dan lendir (fospolipid, protein,
residu, karbohidrat) dalam CPO. Proses degumming dilakukan dengan
penambahan asam posfat (H3PO4) dan asam sitrat (C6H8O7) yang bertujuan
untuk mengikat getah (gum), impurities dan komponen logam pada CPO yang
merupakan sumber rasa dan warna yang tidak diinginkan yang menyebabkan
umur simpan minyak semakin pendek. Adapun uraian dari proses degumming
adalah sebagai berikut :
 CPO dari Plate Heat Exchanger ditransfer menuju Dynamic Mixer (M504
A/B) untuk dilakukan pencampuran dengan asam fosfat (H 3PO4) 85% dan
asam sitrat (C6H8O7) dari tangki 534. Dosis penambahan H3PO4 adalah
0,04- 0,06 % sementara dosis penambahan C6H8O7 adalah 0,02-0,03 % dari
laju alir CPO. Penambahan H3PO4 dan C6H8O7 dilakukan dengan
inject pada
22
perpipaan menuju dynamic mixer, yang selanjutnya akan tercampur di dalam
dynamic mixer.
Catatan : Jika pemakaian H3PO4 terlalu sedikit maka proses degumming
tidak akan berjalan sempurna, sedangkan jika pemakaian H 3PO4 terlalu
banyak akan menyebabkan banyak lendir sehingga menyulitkan pada proses
penyaringan. Asam sitrat berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah
terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan %FFA naik.

 Campuran dari Dynamic Mixer (M504 A/B) ditransfer ke Multi


Compartment Reactor (503). Di 503 terjadi proses pengikatan gum oleh
H3PO4 dengan waktu tinggal selama 5 menit, dengan bantuan pengadukan
oleh spurging menggunakan low steam dengan tekanan 0,4-0,6 bar pada
kondisi operasi
±100oC. Campuran dari proses ini dinamakan Degummed Oil.

3. Proses Bleaching
Proses Bleaching (pemucatan) merupakan tahapan proses pemurnian yang
bertujuan untuk menghilangkan (mengadsorpsi) beberapa impurities yang tidak
diinginkan (logam, pigmen warna, fospatida) dari CPO dengan menambahkan
BE (Bleaching Earth). Sehingga diperoleh minyak dengan warna yang lebih
pucat yang dinamakan BPO (Bleached Palm Oil) setelah melewati proses
filtrasi. Adapun uraian proses pada proses bleaching sebagai berikut :
 Degummed Oil overflow dari Multi Compartment Reactor (503) mengalir ke
Oil Earth Mixer (635). Selanjutnya dilakukan penambahan BE (Bleaching
Earth) dari Silo (609A) yang jatuh secara gravitasi ke Hopper (603A) dan
masuk ke Oil Earth Mixer (635) melalui empat set valve (side glass) pada
635 yang diaktifkan secara pneumatic. Dosis bleaching earth yang
digunakan adalah 0,7-1,0 % dari laju alir dan berdasarkan kualitas CPO.
Agar bleaching earth tercampur sempurna dengan minyak, maka untuk
melakukan homogenisasi, pada 635 dilengkapi dengan pengadukan oleh
spurging menggunakan low steam bertekanan 1-2 bar dan dibantu oleh
sirkulasi menggunakan pompa (P-635) pada kondisi operasi 110-115oC,
sehingga diperoleh proses bleaching yang optimum.

23
 Minyak overflow dari Oil Earth Mixer (635) mengalir ke Bleacher
Continuous Tank (622B). Pada tahap ini terjadi proses homogenisasi antara
koagulat (gumpalan) yang telah terbentuk antara bleaching earth, H3PO4
dan impurities dibantu oleh pengadukan dengan spurging menggunakan
steam bertekanan 0,4-0,6 bar, terjadi pengurangan kadar air (moist) pada
minyak dengan bantuan vacuum sehingga air akan mendidih lebih cepat dan
akan menguap di dalam 635, kemudian uap air akan ditarik oleh vacuum.
Besarnya vacuum pada bleacher adalah sekitar ±0,08 bar dengan kondisi
operasi 120- 124oC.

 Minyak overflow dari Bleacher Continuous Tank (622B) mengalir ke


Bleacher Tank (622A). Pada tahap ini terjadi perlakuan secara
berkesinambungan yang sama seperti pada 622B yang bertujuan untuk
memastikan proses yang terjadi berjalan lebih efektif.

 Minyak dari Bleacher Tank (622A) ditransfer ke Niagara Filter (616A1-


616A5) menggunakan pompa (P622-1 – P622-5).

4. Proses Filtration
Proses filtration (penyaringan) adalah tahapan proses pemurnian dengan
cara memisahkan minyak dengan Spent Earth (Bleaching Earth, H3PO4, gum,
impurities). Filtrasi dilakukan dengan menggunakan Niagara Filter dengan
volume 8 MT/ Niagara Filter yang berjumlah 5 buah. Adapun uraian proses
filtrasi sebagai berikut :
 Minyak yang masuk ke Niagara Filter (616A1-616A5) akan disaring
menggunakan media penyaring berupa Leaf Filter yang dilapisi dengan
membran semipermeable sebagai filter cloth yang tersusun secara vertikal
pada setiap manipol pada Niagara Filter. Jumlah Leaf Filter pada setiap
Niagara Filter adalah 17 lembar yang disusun berdasarkan perbedaan
ukuran. Leaf Filter memiliki ukuran mesh sekitar 150-200 µ (70-100 mesh)
dengan

24
kapasitas Niagara Filter sebesar 17-20 MT/jam. Pada proses filtrasi di
Niagara Filter, terdapat 9 tahapan yang terjadi, yaitu :
1. Standby
Tahap ini merupakan keadaan dimana Niagara Filter kosong dan siap
untuk digunakan, tidak ada valve yang terbuka dan pompa dalam
keadaan off.

2. Drying
Tahap ini merupakan keadaan pengosongan Niagara Filter dari
udara/oksigen dengan cara menghisap/ menarik udara keluar dengan
vacuum. Udara harus dikeluarkan karena akan dapat menyebabkan
proses oksidasi pada minyak selama proses penyaringan sehingga
kualitas minyak akan menurun.

3. Filling Filter
Tahap ini merupakan tahap pengisian BPO dari Bleacher Tank (622A)
ke dalam Niagara Filter menggunakan pompa (P622-1–P622-5)
melalui valve (V8A1-V8A5) sampai penuh (high level). Valve (V2A1)
dibuka agar sisa udara pada minyak dan Niagara Filter dapat
dikeluarkan. Proses filling filter ini membutuhkan waktu sekitar 5-10
menit.

4. Precoat
Tahap ini merupakan proses sirkulasi minyak yang bertujuan untuk
melapisi Leaf Filter dengan spent earth sehingga besar pori pada Leaf
Filter akan mengecil karena tertutup oleh spent earth yang akan
meminimalisir lolosnya spent earth pada produk. Proses precoat ini
membutuhkan waktu sekitar 8-10 menit.

5. Filtration
Tahap ini merupakan tahapan inti dimana penyaringan berlangsung.
Minyak akan masuk melalui celah pori Leaf Filter lalu masuk ke
manipol yang terhubung dengan setiap Leaf Filter dan terkumpul

25
pada pipa

26
kolektor minyak dan minyak akan masuk ke Bleached Oil Tank (682B)
sebagai tempat penampungan sementara, sedangkan spent earth akan
menempel pada Leaf filter. Penyaringan ini berlangsung pada
temperatur sekitar ±120oC pada tekanan 2-3 bar dan berlangsung
selama 130 menit.

6. Recirculation
Tahap ini merupakan proses sirkulasi BPO dengan cara mengalirkan
minyak ke dalam Bleacher Tank (622A). Proses ini hanya dilakukan
apabila 622A dalam keadaan Low.

7. Drain
Tahap ini merupakan proses pengosongan minyak pada Niagara Filter,
dimana minyak sisa yang belum tersaring (dirty oil) di transfer ke Slope
Tank (682A), proses ini berjalan sekitar 5 menit.

8. Cake Drying
Tahapan ini merupakan proses pengeringan cake/spent earth yang
menempel pada Leaf Filter menggunakan low steam bertekanan 3 bar.
Proses pengeringan cake ini berlangsung selama 15-17 menit.

9. Depressured
Tahap ini merupakan proses penghilangan atau pengeluaran tekanan
yang terperangkap di dalam Niagara Filter, yang bertujuan untuk
mengantisipasi pada saat Niagara Filter melakukan discharge, spent
earth yang keluar tidak berserakan atau tidak bertekanan.

10. Discharge
Tahap ini merupakan proses terakhir yang dilakukan di Niagara Filter.
Proses ini merupakan pengosongan Niagara Filter dari spent earth
dengan cara memberikan getaran pada Leaf Filter menggunakan
fibrator agar spent earth yang masih menempel pada Leaf Filter
terjatuh. Sehingga spent earth dapat keluar dari Niagara Filter
ke tempat
27
penampungan spent earth. Spent Earth yang dibuat mengandung Oil
Content maksimal 20% dari berat Bleaching Earth.

 Minyak hasil filtrasi ada dua yaitu clear oil yang akan masuk ke Bleached
Oil Tank (682B) dan dirty oil yang akan masuk ke Slope Tank (682A) yang
kemudian dipompakan kembali ke Oil Earth Mixer (635) menggunakan
pompa (P-682A) untuk diproses kembali.

 Minyak pada Bleached Oil Tank (682B) dipompakan ke Filter Bag (616B1-
616B4) menggunakan pompa (P-682B) dan selanjutnya masuk ke Filter
Catridge (616C1-616C7). Tujuannya adalah untuk menyaring kembali
minyak dari spent earth yang mungkin lolos dari Niagara Filter, dengan
ukuran Filter Bag dan Catridge sebesar 5µ (2.500 mesh). Minyak yang
dihasilkan adalah BPO (Bleached Palm Oil).

5. Proses Deodorizing
Proses deodorizing adalah suatu tahapan pemurnian dari asam lemak bebas
(free fatty acid) yang bertujuan juga untuk menghilangkan bau dan rasa
(flavour) yang disebabkan oleh senyawa volatil dalam minyak (Aldehid, Keton,
Air, Beta Karoten, Omega, dan Vitamin A) dengan cara distilasi dengan satu
aliran uap pada tekanan vacuum dan temperatur yang tinggi. Produk utama
yang dihasilkan dari proses ini adalah RBDPO dan PFAD sebagai produk
samping. Adapun uraian dari proses deodorizing sebagai berikut :
 BPO yang dihasilkan dari proses filtrasi dialirkan ke Deaerator (801), vessel
ini berfungsi sebagai penampungan BPO sebelum masuk ke proses
deodorizing. Vessel ini memiliki coil pemanas yang berfungsi untuk
menjaga temperatur minyak sekitar 110-120 oC. Selanjutnya BPO di
Deaerator dipompakan menggunakan pompa (P-801) menuju Tray 9 (880)
pada Deodorizer.

 Dengan temperatur panas yang cukup tinggi di Tray 9 (880) maka BPO
yang keluar dari Tray 9 (880) memiliki temperatur sekitar 150-160 oC.

28
 Selanjutnya BPO dari Tray 9 dipompakan menggunakan pompa (P880)
menuju Shell and Tube (881A1). Pada Shell and Tube BPO akan heat
exchanging dengan RBDPO yang keluar dari Tray 8 Deodorizer.
Temperatur BPO yang keluar dari Shell and Tube sekitar 200-210oC. Tujuan
dari pemanasan ini adalah untuk mendapatkan parameter temperatur minyak
yang siap untuk di deodorisasi.

 BPO dari Shell and Tube ditransfer menuju Stripper (822P) dan dipanaskan
menggunakan HP Boiler pada 822HP1 dengan sampai temperatur 240-
250oC lalu masuk ke 822HP2 dan dipanaskan kembali sampai temperatur
250- 260oC yang ada di Stripper. Pada pemanasan ini PFAD (Palm Fatty
Acid Distillate) akan menguap dan akan tertangkap pada Srubber Fatty Acid
(823) dengan bantuan PFAD yang di sirkulasi dari tangki PFAD (814)
menggunankan pompa (P814) ke Scrubber Fatty Acid (814) dengan wujud
cairan (55-60oC) yang akan menangkap uap PFAD dari 822HP1 dan
822HP2 dan masuk kembali pada tangki PFAD (814). Ketika tangki PFAD
menunjukkan high level maka valve (V814AG) akan otomatis terbuka dan
PFAD akan di transfer ke PFAD Storage. Sementara minyak dari 822HP2
akan masuk ke Bottom Stripper (822TS). Proses yang terjadi pada Stripper
ini dibantu oleh vacuum sebesar 2-5 torr (0,002-0,007 atm).

 Minyak pada Bottom Stripper (822TS) selanjutnya dipompakan


menggunakan pompa (P822P) menuju Top Tray/Tray 1 pada Deodorizer
(822), minyak masuk dengan sistem spray. Minyak akan masuk pada setiap
tray di Deodorizer sampai pada tray 8. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menangkap kembali PFAD serta senyawa-senyawa volatil yang masih lolos
dan tidak tertangkap pada Scrubber Fatty Acid (823). Pada setiap tray di
Deodorizer terdapat spurging menggunakan low steam yang membantu
proses pengadukan pada tiap tray yang bertujuan untuk memudahkan proses
penguapan senyawa volatil. Minyak yang keluar dari Tray 8 merupakan

29
RBDPO. Proses yang terjadi pada Deodorizer ini dibantu oleh vacuum
sebesar 2-5 torr (0,002-0,007 atm).
 RBDPO yang telah ada di Tray 8 dengan temperatur ±250oC akan
dipompakan menggunakan pompa (P822) menuju Shell and Tube (881A1)
yang akan heat exchanging dengan BPO. Sehingga temperatur keluaran
RBDPO dari Shell and Tube adalah sekitar ± 200oC.

 RBDPO dari Shell and Tube di transfer menuju Bottom Tray/Tray 9 pada
Deodorizer, dan selanjutnya dipompakan menggunakan pompa (P880)
menuju Plate Heat Exchanger (PHE-521A) yang akan heat exchanging
dengan CPO. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-521A adalah
sekitar ± 110oC.

 RBDPO dari PHE-521A di transfer ke PHE-881B yang bertujuan untuk


mendinginkan RBDPO dengan air dari Clean Cooling Tower dengan
temperatur ±27oC. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-881B
adalah sekitar ± 78oC.

 RBDPO dari PHE-881B selanjutnya masuk ke Filter Catridge (816C1-


816C3) yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan tidak ada aliens
(benda asing yang bukan minyak).

 Dari Filter Catridge (816C1-816C3) selanjutnya RBDPO di transfer


menuju Storage Tank RBDPO atau menuju Homogen Tank untuk
selanjutnya dilakukan proses fraksinasi.

2.2.2 Uraian Proses Unit Fraksinasi ( Fractionation Section)


Fractionation section adalah proses pemisahan RBDPO menjadi fraksi cair
dan fraksi padat berdasarkan Cloud Point, yaitu titik dimana minyak mulai
berkabut dan akan membentuk kristal (padatan). Ada tiga jenis proses fraksinasi
yang digunakan dalam industri yaitu fraksinasi kering, fraksinasi detergen, dan
fraksinasi pelarut. PT. Synergy Oil Nusantara menggunakan sistem Dry
Fractionation

30
(Fraksinasi Kering). Dimana proses fraksinasi kering ini memiliki kelebihan yakni
biaya operasional yang rendah, ramah lingkungan, lebih aman dan waktu proses
filtrasi yang lebih efisien. Proses ini akan menghasilkan dua produk yaitu Olein
sebagai produk utama dan Stearin sebagai produk samping. Produk Olein yang
dihasilkan pada PT. Synergy Oil Nusantara adalah Olein dengan IV 56, IV 57, IV
59 dan IV 60. Semakin tinggi hasil IV yang diinginkan maka semakin rendah
yield produk utama (Olein) yang diperoleh dan waktu proses pemisahan akan
semakin panjang. Yield produk yang diperoleh berdasarkan IV dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Yield Produk Berdasarkan Perbedaan IV
IV (Iodine Value) Yield Olein (%) Yield Stearin (%)
IV 56 80 20
IV 57 75 25
IV 59 70 30
IV 60 60 40
Sumber : PT. Synergy Oil Nusantara

Fractionation section memiliki dua unit tahapan proses sampai


memperoleh produk yaitu Unit Crystallization dan Unit Filtration. Pada proses
fraksinasi terdapat dua unit proses yang dilalui sampai diperoleh Olein dan
Stearin, yaitu :

1. Unit Crystallization
Unit Crystallization adalah proses atau peristiwa pembentukan partikel-
partikel zat padat di dalam suatu fase yang homogen. Dalam hal ini kristalisasi
adalah pembentukan partikel-partikel padat stearin yang homogen dengan olein
di dalam RBDPO. Pembentukan kristal ini dilakukan berdasarkan perbedaan
Cloud Point (titik dimana suatu fluida mulai membeku).
Dalam hal ini cloud point stearin lebih tinggi dibandingkan dengan cloud
point olein. Sehingga faktor yang sangat mempengaruhi proses kristalisasi ini
adalah treatment cooling yang baik. Treatment cooling yang dilakukan terdiri
dari 3 tahap yakni: fase α (fase heating), fase β (fase fast cooling), fase β’ (fase
slow cooling). Waktu setiap fase juga sangat mempengaruhi padat-tidaknya
kristal yang dihasilkan. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi proses
kristalisasi adalah kecepatan pengadukan/agitasi. Dimana kecepatan agitasi yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kristal yang telah terbentuk akan pecah.

31
Proses kristalisasi di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam dilakukan dengan
dua proses yaitu, proses batch dengan menggunakan Crystallizer dan proses
continuous menggunakan Mobilizer. Proses yang terjadi di kedua alat tersebut
hampir sama, yang menjadi perbedaan terletak pada proses pengadukan.
Crystallizer menggunakan agitator dengan kecepatan putar sekitar 6-9 rpm
sedangkan Mobilizer proses pengadukan dilakukan secara hidrolik yang
bergerak secara maju mundur.
Untuk kapasitas 1600 MT/Day PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
menggunakan Crystallizer dengan kapasitas sekitar 20 MT/Batch dengan
waktu proses selama ±295 menit, dengan jumlah 13 unit. Serta menggunakan
Mobilizer dengan kapasitas sekitar 18 MT/jam untuk IV 56, 15 MT/jam untuk
IV 57 dan 12 MT/jam untuk IV 59, dengan jumlah 3 unit.
Adapun uraian proses kristalisasi yang terjadi pada Crystallizer sebagai
berikut:
 Heating (Fase α)
RBDPO pada Storage Tank atau Homogen Tank (T601-T602) di panaskan
minimal 10oC diatas melting point RBDPO, melting point RBDPO adalah
35- 37oC. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memastikan panas
merata dan semua stearin telah cair di dalam RBDPO sehingga bibit kristal
akan mudah terbentuk. Setelah dipanaskan RBDPO dipompakan
menggunakan pompa (P1001A1/P1001A2) menuju Crystallizer (1002A6-
1002A10, 1002B1-1002B8) hingga high level (penuh). Pada saat level
minyak di Crystallizer telah mencapai 20% agitator akan otomatis hidup dan
akan mati otomatis pula pada saat level minyak pada Crystallizer 10%.
Proses filling ini juga bersamaan dengan masuknya hot water untuk menjaga
temperatur minyak. Proses filling membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.
Setelah proses filling hot water akan ditransfer ke tangki penampungan
(1078D).

32
 Fast Cooling (Fase β)
Fase ini merupakan tahap awal pendinginan di Crystallizer. Pendinginan
minyak di Crystallizer diatur secara bertahap, tahap pertama ini disebut
dengan pendinginan cepat, yakni temperatur akan turun secara cepat dalam
waktu yang cepat pula. Temperatur akan turun dari ±46oC sampai rentang
29- 32oC yang berlangsung selama ±35 menit. Tujuan dari fast cooling
adalah untuk membentuk bibit kristal yang sudah terbuka menjadi kristal,
kristal akan mulai berbayang. Media pendingin yang digunakan pada fase
ini adalah air dari Clean Cooling Tower dengan temperatur 27-28oC.

 Slow Cooling (Fase β’)


Fase ini merupakan tahap pendinginan lanjutan di Crystallizer. Tahap ini
disebut dengan pendinginan lambat karena temperatur turun secara lambat
dengan rentang waktu yang cukup lama, dimana temperatur akan turun
dari 29-32oC sampai ±14oC yang berlangsung selama ±230 menit. Tujuan
dari slow cooling ini adalah untuk membentuk kristal yang lebih padat,
dimana kristal yang mulai terbentuk pada fase fast cooling akan
menangkap kristal bebas lainnya sehingga terbentuk kristal padat. Media
pendingin yang digunakan pada fase slow cooling ini adalah air dingin dari
Chiller dengan temperatur 5-10oC.

 Draining
Draining adalah tahap pengosongan Crystallizer dari minyak dan air.
Minyak akan ditransfer menuju Filter Press Fractionation I (1016A1,
1016A2, 1016B1) menggunakan Nemo Pump (P1016A), sedangkan air
pada Crystallizer akan ditransfer menuju tangki penampungan (1078B).

Adapun uraian proses kristalisasi yang terjadi pada Mobilizer sebagai


berikut :
 Heating (Fase α)
RBDPO pada Storage Tank atau Homogen Tank (T601-T602) di panaskan
minimal 10oC diatas melting point RBDPO, melting point RBDPO adalah

33
35-37oC. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memastikan
panas merata dan semua stearin telah cair di dalam RBDPO sehingga bibit
kristal akan mudah terbentuk. Setelah dipanaskan RBDPO dipompakan
menggunakan pompa (P1001A1/P1001A2) menuju Mobilizer (F1002 M1-
M3) hingga high level (penuh). Proses filling membutuhkan waktu sekitar
10 menit.

 Fast Cooling (Fase β) dan Slow Cooling (Fase β’)


Fase Fast Cooling (Fase β) dan Slow Cooling (Fase β’) pada Mobilizer sama
dengan Fast Cooling (Fase β) dan Slow Cooling (Fase β’) pada Crystallizer.
Media pendingin (air pendingin) berada di dalam coil yang bergerak secara
hidrolik yang berfungsi juga sebagai pengaduk.

 Draining
Proses Draining pada Mobilizer berlangsung secara continuous sesuai
dengan flowrate per jamnya. Dimana minyak di transfer menuju Slurry Tank
(1082A1/1082A2) menggunakan Nemo Pump (P1082A1/A2) sebelum
dilanjutkan pada proses filtrasi menggunakan Filter Press Fractionation II
(F1016A3).

2. Unit Filtration
Unit filtration merupakan proses pemisahan fraksi cair (olein) dengan
fraksi padat (stearin) yang menghasilkan produk utama RBDP Olein dan
RBDP Stearin sebagai produk samping. Unit Filtration pada PT. Synergy Oil-
Batam dilakukan dengan menggunakan alat Filter Press yang berjumlah 4 unit
(1016A1, 1016A2, 1016B1, F1016A3). Filter Press adalah equipment yang
biasa digunakan untuk memisahkan fase padat dengan fase cair dengan
menggunakan tekanan angin dan filter cloth. Filter Press terdiri dari plate-plate
yang dilengkapi dengan membrane dan filter cloth. Kapasitas Filter Press di
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam adalah 20-25 T. Adapun uraian proses
filtrasi sebagai berikut :

34
 Closing Filter
Tahapan awal untuk memulai proses filtrasi adalah closing Filter Press
dengan cara mendorong plate-plate Filter Press dengan cara hydrolik
sehingga rapat tanpa ada celah sebagai jalur minyak masuk.

 Filling
RBDPO kristal dipompakan ke Filter Press (1016A1, 1016A2, 1016B1,
F1016A3). Parameter yang digunakan pada proses filtrasi adalah filtration
pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth sedangkan stearin akan
tertahan pada permukaan filter cloth. Ketika loading (filling) pressure
telah mencapai 2,1 bar maka filling akan berhenti dan akan dilanjutkan
dengan proses squeezing. Olein yang telah lolos akan ditampung pada
Olein Tank (1082B1/1082B2) dan selanjutnya ditransfer menuju Storage
Tank.

 Squeezing
Squeezing merupakan tahapan terpenting dalam proses pemisahan olein
dan stearin pada Filter Press. Pada tahap ini membrane akan mengembang
dan akan menekan stearin yang tertahan pada permukaan filter cloth
hingga mencapai tekanan ±8 bar, sehingga stearin akan semakin padat dan
olein yang terkandung pada padatan stearin akan semakin berkurang.

 Core Blow
Core blow merupakan tahapan membersihkan yang bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal pada jalur filling. Proses ini
dilakukan dengan angin bertekanan 2 bar selama ±1 menit. Sisa-sisa
RBDPO hasil pembersihan tersebut akan ditampung pada Coreblow Tank
(F1046820V).

 Pressure Release
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada Filter Press sebelum
melakukan proses opening, pressure release berlangsung selama ±20
detik.

35
 Opening
Setelah pressure release dilakukan maka Filter Press akan terbuka dan
stearin yang berada diantara plate dan membrane akan jatuh ke bawah dan
ditampung pada Melting Tank Stearin (1082ST1/ST2/ST3/ST4). Melting
Tank ini dilengkapi dengan steam coil yang berfungsi untuk mencairkan
stearin (58-70oC) sebelum dipompakan menuju Storage Stearin melalui
penyaringan dengan menggunakan Filter Bag.

36
BAB III
SPESIFIKASI PERALATAN
Berdasarkan kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di PT. Synergy Oil
Nusantara- Batam, dalam memproduksi minyak terdapat beberapa jenis peralatan
utama dalam proses produksi, seperti yang di uraikan sebagai berikut :

3.1 Spesifikasi Alat Transportasi

Spesifikasi untuk alat transportasi dalam proses produksi minyak goreng di


PT. SON dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Spesifikasi Alat Transportasi PT. Synergy Oil Nusantara


No. Spesifikasi Alat Gambar Alat
1. Nama alat Pompa
Kode alat P-501
Fungsi Untuk mengalirkan CPO dari tank
farm ke plant produksi.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Tipe Centrifugal pump
Pump power 37 Kw
Head 80 m
Rotating speed 2.900 rpm

2. Nama alat Dynamic Mixer


Kode alat 504 A/B
Fungsi  Tempat pencampuran
antara CPO, H3PO4 85%
serta C6H8O7.
 Menaikkan flowrate agar
kapasitas yang diinginkan
tercapai
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kecepatan ±3000 rpm

37
3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas
Berikut spesifikasi alat perpindahan panas di PT. Synergy Oil Nusantara
dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Spesifikasi Alat Perpindahan Panas PT. Synergy Oil Nusantara
No. Spesifikasi Alat Gambar Alat
1. Nama alat Plate Heat Exchanger
Kode alat 521-B
Fungsi  Memanaskan CPO dari
Storage Tank sampai pada
temperatur 95-98oC
menggunakan media pemanas
low steam bertekanan 3 bar
sekitar 120oC.
 Digunakan saat start-up
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 68 T/jam
Tipe Pelat (Plate)
Bentuk Segi empat dengan jumlah pelat
±200 lembar

2. Nama alat Plate Heat Exchanger


Kode alat 521-A
Fungsi  Memanaskan CPO dari
Storage Tank sampai pada
temperatur 95-98oC
menggunakan media pemanas
low steam bertekanan 3 bar
sekitar 120oC.
 Digunakan saat normal
running.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 68 MT/jam
Tipe Pelat (Plate)
Bentuk Segi empat dengan jumlah pelat
(plate) ±110 lembar.

3. Nama alat Plate Heat Exchanger


Kode alat 881 B
Fungsi Mendinginkan atau menurunkan
temperatur RBDPO sampai
±78oC menggunakan media
pendingin air dari Clean Cooling
tower bertemperatur ±27oC.

38
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 68 T/jam
Tipe Pelat (Plate)
Bentuk Segi empat dengan jumlah pelat
±200 lembar.

4. Nama alat Shell and Tube


Kode alat 881 A
Fungsi Sebagai alat penukar panas
antara RBDPO dan BPO
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang dialirkan
Kapasitas 60 T/jam
Tipe Shell and Tube
Bentuk Silinder Horizontal

3.3 Spesifikasi Alat Sintesa


Berikut beberapa alat sintesa dan spesifikasi peralatan dalam proses produksi
minyak goreng di PT. SON dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Spesifikasi Alat Sintesa PT. Synergy Oil Nusantara
No. Spesifikasi Alat Gambar Alat
1. Nama alat Multi Compartment Reactor.
Kode alat VE-503
Fungsi  Tempat penampungan campuran
fluida dari Dynamic Mixer.
 Tempat terjadinya proses
degumming.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 6T
Bentuk Vessel dengan tutup dan alas
Ellipsoidal

2. Nama alat Oil Earth Mixer


Kode alat VE -635

39
Fungsi  Tempat penambahan bleaching
earth.
 Homogenisasi antara bleaching
earth dan gumpalan gum yang
diikat oleh H3PO4.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
yang
Kapasitas 5 T/jam
Bentuk Vessel dengan tutup dan alas
ellipsoidal.

3. Nama alat Bleacher Continous Tank


Kode alat 622 B
Fungsi  Tempat terjadinya homogenisasi
antara gumpalan gum dari proses
degumming dengan Bleaching
Earth.
 Menaikkan temperatur minyak
dan titik didih air.
 Pengurangan kadar moist dengan
adanya vacuum.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 17 T
Bentuk Tabung dengan alas dan tutup
ellipsoidal.

4. Nama alat Bleacher Tank


Kode alat 622 A
Fungsi Tempat terjadinya proses treatment
minyak secara berkesinambungan
sama dengan proses yang terjadi
pada Bleacher Continuous Tank
(622B).
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 20 T/jam
Bentuk Tabung dengan alas dan tutup
ellipsoidal.

5. Nama alat Bleacher Tank


Kode alat 622 A
Fungsi Tempat terjadinya proses treatment
minyak secara berkesinambungan
sama dengan proses yang terjadi
pada Bleacher Continuous Tank
(622B).
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair

40
Kapasitas 20 T/jam
Bentuk Tabung dengan alas dan tutup
ellipsoidal.

6. Nama alat Deaerator


Kode alat 801
Fungsi  Sebagai vessel penampungan
BPO sebelum masuk ke
Deodorizing section.
 Menjaga temperatur BPO agar
konstan.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 14 T
Bentuk Tabung dengan tutup dan alas
ellipsoidal dilengkapi spray
sebagai jalur masuk minyak.

7. Nama alat Deodorizer


Kode alat 822
Fungsi Memisahkan senyawa-senyawa
volatil pada minyak yang mungkin
lolos dari stripper.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 73 T
Bentuk Tabung dengan 9 tray

8. Nama alat Storage Tank

Kode alat T6
Fungsi  Tangki penyimpanan sementara
RBDPO sebelum masuk ke
Fractionation section.
 Pemanasan RBDPO minimal
sampai 10oC diatas temperatur
melting point nya sebagai fase α
pada proses kristalisasi.
Sifat bahan Tidak korosif

41
Fasa bahan Cair
Kapasitas 55 T
Bentuk Tangki dengan tutup ellipsoidal
seperti fixed dome roof tank.

9. Nama alat Crystallizer


Kode alat 1002 A6-10 dan 1002B1-B8
Fungsi Tempat terjadinya proses
kristalisasi sehingga terbentuk
RBDPO kristal secara batch.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 25 T
Bentuk Tabung dengan pelat melingkar
sesuai bentuk Crystallizer yang
berisi air pendingin.

Kode alat 1002 A6-10 dan 1002B1-B8


Fungsi Tempat terjadinya proses
kristalisasi sehingga terbentuk
RBDPO kristal secara batch.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair

3.4 Spesifikasi Alat Pemisahan dan Pemurnian Produk


Berikut spesifikasi alat pemisahan dan pemurnian produk di PT. Synergy Oil
Nusantara dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Spesifikasi Alat Pemisahan dan Pemurnian Produk PT. SON
No. Spesifikasi Alat Gambar Alat
1. Nama alat Strainer
Kode alat ST- 501 A-C
Fungsi Menyaring kotoran yang
berukuran besar yang terdapat
pada raw material (CPO).
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 68 T/jam
Bentuk Tabung dengan saringan di dalam.
2. Nama alat Filter Niagara
Kode alat 616A 1-5

42
Fungsi Sebagai alat filtrasi yang
memisahkan minyak dengan spent
earth sehingga diperoleh produk
BPO.
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 4 T/jam
Bentuk Tabung dengan tutup ellipsoidal
dengan lubang dibagian bawah
sebagai jalur discharge.

3. Nama alat Filter Leaf


Kode alat -
Fungsi  Sebagai media filter di dalam
Niagara Filter.
 Tempat menempelnya spent
earth sehingga terpisah dari
minyak.
Ukuran 150-200 µ (70-100 mesh)
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas -
Bentuk Lembaran pelat dari stainless stell.

4. Nama alat Filter Bag BPO


Kode alat 616B 1-4
Fungsi Menyaring spent earth pada
minyak yang mungkin lolos dari
Niagara Filter.
Ukuran 5 µ (2.500 mesh)
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas -
Bentuk Tabung dengan 4 filter
bag/tabung.

5. Nama alat Filter Catridge RBDPO


Kode alat 816C 1-3
Fungsi Menyaring aliens (bahan/senyawa
yang bukan minyak) pada minyak
yang lolos dari proses deodorasi.
Ukuran 5 µ (2.500 mesh)
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas -
Bentuk Tabung dengan 28
selongsong/tabung.

6. Nama alat Filter Press


Kode alat 1016 A1-A3 dan 1016 B1

43
Fungsi Memisahkan fraksi cair (olein)
dengan fraksi padat (stearin).
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas 20-25 T
Bentuk Persegi panjang yang tersusun dari
plate-plate dan membrane yang
berpasangan.

7. Nama alat Filter Bag Stearin


Kode alat -
Fungsi Menyaring kotoran yang mungkin
masuk ke dalam stearin selama
proses pencairan di melting tank.
Ukuran 5 µ (2.500 mesh)
Sifat bahan Tidak korosif
Fasa bahan Cair
Kapasitas -
Bentuk Tabung dengan 4 filter
bag/tabung.

44
BAB IV
UNIT UTILITAS DAN PENDUKUNG LAINNYA
4.1 Utilitas Pabrik

Unit utilitas sangat penting dalam suatu pabrik untuk mendukung proses
kelancaran produksi. Berikut beberapa unit utilitas yang dimiliki oleh PT. SON-
Batam meliputi unit :

1. Unit Pembangkitan Listrik (Power Station)


Pembangkit listrik yang digunakan untuk kebutuhan PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam bersumber dari dua unit gas engine yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan listrik pada kegiatan produksi, laboratorium dan kantor.
Penggunaan kedua gas engine ini menghasilkan sekitar ± 1200 Kw/h.

2. Unit Water Treatment Plant (WTP)


PT. Synergy Oil Nusantara memperoleh air baku dari PT. Peteka Karya
Tirta dan PT. Moya. Kebutuhan penggunaan air di PT. SON-Batam sekitar ±
800-900 m3/h. Unit pengolahan air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air
seperti air sanitasi, air boiler dan lainnya. Pengolahan air ini bertujuan untuk
mengurangi pengotor yang terdapat di dalam air, di PT. SON memiliki standar
mutu air bersih yang telah ditetapkan, berikut standar mutu air bersih di PT.
SON dapat di lihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Standar Mutu Air Bersih PT. SON-Batam
No. Parameter Satuan Hasil Analisa*
Air Baku Air Hasil Treatment
1. pH - 8,54 6,62
2. Turbidity FAU 12 5
3. Colour Pt-Co 126 44
4. Total Hardness (TH) ppm 28,5 21,2
5. TDS Ppm 68 56
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022 - Keterangan : * Hasil analisa 17 Oktober 2022

Untuk memenuhi standar mutu air bersih yang telah ditetapkan, maka air
baku yang di peroleh dari perusahaan air terlebih dahulu dilakukan proses
pengolahan air. Adapun gambaran proses pengolahan air baku di PT. SON
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

45
Raw Water Basin

PT. Peteka
Karya Tirta Strainer

Strainer

PT. MOYA

Bak Pretreatment

Sand Filter

WT-1

Membran Ultrafiltrasi Fresh Water Basin

Storage Tank

Gambar 4.1 Proses Pengolahan Air (Water Treatment Plant)


Sumber : PT. SON-Batam, 2022

Air yang berasal dari perusahaan air (PT. Peteka Karya Tirta) akan masuk
ke dalam Raw Material Basin setelah dilakukan proses penyaringan dengan
Strainer untuk menghilangkan beberapa pengotor yang berukuran besar.
Kemudian akan dialirkan menuju Sand Filter, pada tahap ini terjadi proses
pretreatment dengan menggunakan media batu Gromax untuk mengurangi
colour, dan turbidity. Setelah itu, air hasil penyaringan dari sand filter akan
masuk ke bak pretreatment sebagai bak penampung sebelum masuk menuju
Strainer untuk menyaring benda asing yang masih terdapat pada air. Air hasil
penyaringan Filter Bag akan masuk ke Membran Ultrafiltration, untuk
dilakukan penyaringan lebih lanjut sehingga diperoleh fresh water dan
kemudian akan dialirkan menuju Fresh Water Basin yang akan bercampur
dengan fresh water yang berasal dari PT. Moya dan selanjutnya dipompakan
menuju Storage Tank. Dari Storage Tank kemudian akan ditransfer menuju
unit-unit yang membutuhkan.

46
3. Unit Pengolahan Steam (Boiler House)
Unit Boiler merupakan salah satu hal terpenting untuk menghasilkan steam
dalam jalannya produksi. Steam dihasilkan dari proses pemanasan air di dalam
boiler. Air yang digunakan dalam produksi steam digunakan dari air yang berasal
dari pengolahan WTP. PT. SON memiliki satu unit boiler yang beroperasi dengan
kapasitas 25 ton/ jam dengan jenis boiler yang digunakan adalah boiler fire tube
(pipa api). Adapun proses pembuatan steam dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Kondensat
Steam

Steam

Deaerator
MP-Boiler

WT-1
Storage Tank
Chemical Tank

Softener

Gambar 4.2 Proses Pengolahan Air Boiler


Sumber : PT. SON-Batam, 2022

Air yang digunakan pada umpan boiler harus bebas dari unsur yang
menyebabkan kesadahan air tinggi (ion-ion seperti Ca2+ dan Mg2+). Ion Fe2+ harus
diminimalisir sekecil mungkin, hal ini bertujuan agar tidak terjadi proses
penggerakan pada alat yang menyebabkan kerusakan pada boiler. Untuk
menghindari hal tersebut diperlukan beberapa standar mutu untuk umpan air
boiler yang digunakan. Adapun standar karakteristik air sebagai umpan boiler
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Standar Mutu Air Umpan Boiler PT. SON-Batam
No. Parameter Satuan Standar Hasil Analisa*Boiler
1. pH - 10,5 min 10,8
2. TDS Ppm 2500 max 1198
3. TH Ppm 2 max 1,9
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, Keterangan : * Hasil analisa 3 Oktober 2022

47
Untuk produksi steam di boiler digunakan air yang berasal dari pengolahan
WTP akan dialirkan ke tangki raw water sebagai tempat penampungan air baku
untuk boiler. Kemudian air dialirkan menuju Softener untuk meminimalisir total
hardnees pada air. Air yang sudah di proses di Softener akan masuk ke Deaerator
dan dan akan dilakukan penambahan chemical yang di inject pada perpipaan
menuju Deaerator. Adapun chemical’s yang digunakan yaitu:
a) Sun OX 605 : merupakan sodium bisulfit yang berguna untuk
mengurangi kadar sulfat.
b) Sun CB4 PST 30 : berfungsi untuk mengontrol kerak dan korosi di
boiler.
c) Sun CB4 AD 30 : berfungsi sebagai nutrisi untuk bakteri karbon.
Dari Deaerator air dipompakan ke boiler dengan melewati Economizer,
sehingga suhu masuk ke boiler akan meningkat sekitar ±120 0C. Di dalam boiler
terjadi proses pemanasan air hingga menjadi steam yang akan digunakan untuk
kebutuhan plant produksi. Kemudian setelah steam tersebut digunakan pada plant
produksi dalam bentuk kondensat, maka akan kembali ke tangki Deaerator
setelah melewati kondensor.

4. Cooling Tower System


Cooling tower (menara pendingin) merupakan suatu sistem refrigerasi yang
melepaskan kalor hasil proses ke udara bebas, sehingga semua air yang telah
terpakai pada proses produksi dapat dimanfaatkan kembali setelah panas pada air
tersebut berkurang. Menara pendingin yang digunakan berjenis cooling tower
induced draft, yang mempunyai kipas pada atas menara dan berguna untuk
menghisap udara panas pada air dan di buang ke udara. Air yang akan didinginkan
akan di spray melalui pipa-pipa berlubang yang berputar mendistribusikan air
secara merata. Berikut tampilan menara cooling tower dapat dilihat pada Gambar
4.3.

48
Gambar 4.3 Cooling Tower (Menara Pendingin)
Sumber : PT. SON-Batam, 2022

4.2 Unit Pendukung Lainnya

1. Laboratorium
Laboratorium sangat penting dalam upaya pengendalian mutu dan kualitas
produk. Laboratorium bertugas untuk menyediakan informasi guna menilai
keadaan proses yang berlangsung di dalam pabrik dan menghasilkan data
spesifik seperti standar mutu dari suatu sampel yang dapat dijadikan
pertimbangan atau penilaian dari suatu proses di pabrik. Adapun beberapa
tugas Laboratorium yaitu :
Menganalisa mutu yang berhubungan dengan kegiatan produksi mulai dari
bahan baku masuk, produk setengah jadi hingga produk jadi. Melakukan
analisa hasil Water Treatment Plant (WTP) sebelum digunakan dan hasil
Effluent Treatment Plant (ETP) sebelum dibuang ke laut. Melakukan analisa
air boiler agar sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk air di boiler.

2. Pengolahan Limbah/ Effluent Treatment Plant (ETP)


Limbah yang dihasilkan PT. SON- Batam dapat berupa limbah padat
ataupun limbah cair. Limbah padat seperti spent earth yang merupakan hasil
buangan dari filter niagara akan diolah oleh pihak perusahaan pengolahan
limbah B3. Sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses produksi dan
domestik akan diolah di unit pengolahan limbah cair PT. SON. Hasil
pengolahan limbah cair harus memenuhi baku mutu limbah yang telah
ditetapkan, adapun baku mutu limbah cair dapat dilihat pada Tabel 4.3.

49
Tabel 4.3 Baku Mutu Limbah Cair PT.SON-Batam
No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa *
Influent Effluent
1. pH - 6-9 5 7
2. COD Ppm 150 max 300 78
3. TSS Ppm 60 max 412 20
4. TDS Ppm 2000 max 300 251
5. PO4 Ppm 2 max 16,6 1,8
6. Oil & Grease Ppm 5 max 6,8 2,1
Sumber : QA Department PT. SON-Batam, 2022 -Keterangan : * Hasil analisa 14 Oktober 2022

Proses pengolahan limbah cair di PT.SON-Batam dilakukan dengan proses


biologi dan kimia. Pada proses biologi dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme aerobik yang akan menguraikan senyawa-senyawa pada
limbah. Sementara pada proses kimia dilakukan penambahan chemical seperti:
a) Polimer (Aquaklir CP 084), yang berfungsi untuk membantu proses
flokulasi.
b) Aluminium sulfat (Al2SO4), berfungsi untuk mengikat lumpur atau
proses koagulasi.
c) Alkali (Hi- Cal Hydrate), berfungsi untuk menjaga pH
Adapun proses pengolahan air limbah dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Pengolahan Air Limbah PT. SON-Batam


Sumber : PT. SON-Batam, 2022

50
Limbah/ influent yang berasal dari limbah produksi dan domestik di
tampung dalam Sump Tank yang merupakan tempat penampungan seluruh
limbah cair pabrik, kemudian dialirkan menuju Balance Tank. Balance Tank
merupakan penampung besar dari semua limbah, pada tahap ini dengan aerasi
agar lumpur yang mengumpal dan mengendap terpecah dan terdegradasi.
Setelah itu, air limbah akan masuk ke Clarifier Tank /Chemical Contact
Chamber dan dilakukan penambahan chemical. Pada tahap ini akan terjadi
proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dengan penambahan bahan kimia.
Kemudian, saat flok-flok sudah terbentuk dialirkan ke D.A.F Tank/Dissolved
Air Flotation untuk pemisahan antara lumpur dan air, lumpur akan masuk ke
Sludge Tank lalu diproses di Filter Press dan air akan menuju Effluent Tank.
Di Effluent Tank terjadi proses biologi dengan bantuan mikroorganisme
aerobik yang akan menguraikan senyawa berbahaya yang terikat dalam air
limbah, kemudian akan masuk ke Lamella dan selanjutnya akan di buang ke
laut setelah lolos hasil pengujian parameter air limbah yang telah di tetap PT.
SON. Sludge yang terbentuk akan di proses dengan Filter Press dan
menghasilkan sludge yang akan ditampung dalam suatu bag kemudian akan
dibuang dan diolah pada unit pengolahan limbah B3.

51
BAB V
TUGAS KHUSUS
“Evaluasi Performa Deodorizer (822P/Stripper) Pada Pengolahan
CPO Outspec di Refinery Plant PT. Synergy Oil Nusantara-
Batam”

5.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan adalah salah satu produsen dan eksportir utama minyak
kelapa sawit dunia dengan produk utamanya adalah minyak kelapa sawit mentah
atau CPO (Crude Palm Oil). Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia,
komoditas kelapa sawit memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam merupakan salah satu perusahaan
eksportir yang mengolah CPO menjadi minyak goreng guna memenuhi kebutuhan
luar negeri dengan kapasitas produksi sebesar 1500 ton/hari dan mengalami
peningkatan kapasitas sejak tahun 2019 menjadi 1600 ton/hari.
Di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam terdapat dua proses utama yang
dilakukan untuk menghasilkan produk minyak goreng yaitu Refinery Process dan
Fractination Process. Refinery Process akan menghasilkan produk utama RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil) dan produk samping PFAD (Palm Fatty
Acid Distillate) dan dari Fractination Process akan dihasilkan produk utama
minyak goreng (Olein) dan produk samping Stearin.
Minyak kelapa sawit mentah (CPO) adalah bahan baku dalam proses
pembuatan minyak goreng yang diperoleh dari hasil ekstraksi mesocarp buah
kelapa sawit yang dilanjutkan dengan tahap pemurnian dan fraksinasi sehingga
dihasilkan minyak goreng (Yustinah & Rahayu, 2014). Mutu CPO khususnya
asam lemak bebas (Free Fatty Acid) merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan karena akan berdampak pada kualitas dan kuantitas minyak goreng
yang dihasilkan (Abdi H., 2012). Di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam % FFA
CPO yang diterima sebagai raw material ditetapkan 5% max berdasarkan QS-
SON- 07-001-CPO-2011. Asam lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki
karena degradasi asam lemak bebas akan menghasilkan rasa dan bau yang tidak
disukai,

52
banyaknya asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak akan menunjukkan
penuruanan kualitas minyak (DS Sopianti, 2017).
Oleh karena itu, dalam proses pengolahan minyak goreng diupayakan agar
kandungan asam lemak bebas dalam minyak serendah mungkin. Proses
penghilangan asam lemak bebas pada minyak terjadi pada refinery section yaitu
pada proses Deodorizing. Proses yang dilakukan adalah distilasi vakum, yaitu
pemisahan dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih yang
sangat tinggi dengan cara menurunkan tekanan operasi distilasi di bawah 1 atm,
yang menyebabkan titik didihnya rendah, sehingga temperatur yang digunakan
saat distilasi lebih rendah. Pada umumnya kondisi operasi pada proses distilasi
vakum ini berkisar antara 240-280⁰C dengan vakum 2-10 torr (0,002-0,01 atm)
(Ani Rachma, 2009). Dari proses distilasi ini akan dihasilkan RBDPO sebagai
produk utama dan PFAD sebagai produk samping. RBDPO memiliki standar
kandungan FFA sebesar 0,1% max berdasarkan QS-SON-07-002-RBDPO-2011
dan PFAD memiliki standar kandungan FFA sebesar 87% max berdasarkan QS-
SON-07-003- PFAD. Hasil dari proses deodorisasi ini akan berpengaruh terhadap
nilai Refining Factor (RF) di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam. Refining Factor
adalah salah satu parameter yang digunakan untuk memperkirakan efisiensi
berbagai tahap pada proses pemurnian. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
memiliki standar nilai Refining Factor yang harus dicapai sebesar 1-1,1.
Berdasarkan pantauan worksheet harian Refinery Plant yang dilakukan
penulis, terjadi fluktuasi pada nilai persentase FFA CPO/raw material yang
diterima dari standar yang ditetapkan, yaitu adanya penggunaan CPO outspect
dengan %FFA > 5%. Fluktuasi tersebut akan berakibat pada kemurnian dan yield
produk yang dihasilkan serta pencapaian target nilai Refinig Factor. Dari uraian di
atas penulis ditugaskan untuk mengevaluasi performa Deodorizer (822P/Stripper)
pada saat pengolahan CPO FFA Outspec > 5%. Deodorizing section dapat dilihat
pada Gambar 5.1.

53
Water 822P
822

PHE - 881 AG 814

822
BPO

Storage Tank P-814 801


T- 201/2 881 A1
HP-
BOILER

P-822P
RBBPO

P-801
P-880

Water

Gambar 5.1 Deodorizing Section


Sumber : PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, 2022

5.2 Kasus yang diamati


Adapun kasus yang diamati di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam dari judul
“Evaluasi Performa Deodorizer Pada Pengolahan CPO Outspect di Refinery Plant
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam adalah sebagai berikut :
1. Menghitung neraca massa pada Deodorizer (882P/Stripper) di refinery plant.
2. Mengevaluasi performa Deodorizer (882P/ Stripper) terhadap kemurnian
produk (RBDPO dan PFAD) dan Refining Factor yang dihasilkan
berdasarkan pengaruh tekanan vakum dan temperatur reflux pada Deodorizer
di refinery plant.
Berdasarkan kasus yang diamati maka kasus tersebut dibatasi dengan
mengamati dan mengidentifikasi data sebagai berikut :
1. Data Deodorizer (822P/ Stripper) pada pengolahan CPO Outspec dengan
persentase FFA > 5%.
2. Mengamati dua faktor penting yang mempengaruhi performa Deodorizer
(822P/ Stripper) yaitu tekanan vakum dan temperatur reflux di Deodorizer.

54
5.3 Uraian Kasus yang diamati
5.3.1 CPO (Crude Plam Oil)
Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit mentah adalah minyak nabati
yang diperoleh dari ekstraksi mesocarp buah kelapa sawit (Amrizal, 2015). CPO
pada umumnya berwarna merah karena kandungan beta-karotennya yang cukup
tinggi, yakni sekitar 400-700 ppm (Syahputra, dkk, 2008). Sifat fisika-kimia
minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair dan
polymorphism, titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod
dan bilangan penyabunan. Sifat ini dapat berubah tergantung dari kemurnian dan
mutu minyak kelapa sawit. Beberapa sifat fisika dan kimia dari minyak kelapa
sawit dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit
Jenis
Minyak
Sifat Minyak Inti
Sawit Olein Stearin
Sawit (PKO)
(CPO)
Titik cair (ºC) 34,2 21,6 44,5 27,3
Berat jenis (50 ºC/air 25 ºC) 0,892 0,902 0,882 0,902
Indek refraksi (nD, 50 ºC) 1,455 1,459 1,477 1,451
Bilangan iod (Wijs) 53,3 58,0 21,6 17,8
Bilangan penyabunan
195,7 198,0 193,0 245.0
(mg KOH/g minyak)
Bahan tak tersabunkan, (%) 0,5 0,5 0,2 0,3
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006

Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida dengan tiga molekul asam
lemak. Trigliserida terdapat dalam jumlah yang besar dalam minyak kelapa
sawit sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah yang relatif kecil,
namun keduanya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas
minyak kelapa sawit. Trigliserida adalah sebuah gliserida yang terbentuk dari
esterifikasi di ketiga gugus hidroksil gliserol dan asam lemak. Trigliserida juga
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Trigliserida dapat
berfasa padat atau cair pada temperatur kamar tergantung pada komposisi asam
lemak penyusunnya. Komponen penyusun minyak kelapa sawit dapat dilihat
pada Tabel 5.2.

55
Tabel 5.2. Komposisi Crude Palm Oil (CPO)
Komponen Komposisi (%)
Trigliserida 95,62
Asam lemak bebas 4,00
Air 0,20
Phosphatida 0,07
Karoten 0,03
Aldehid 0,07
Sumber: Mutu Institut, Tami (2021)

Komponen penyusun utama dari CPO adalah trigliserida yang tersusun


atas gliserol dengan 3 asam lemak terikat pada rantai utamanya. Komposisi dari
trigliserida pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Komposisi Trigliserida Crude Palm Oil (CPO)
Trigliserida Jumlah (%)
Oleat 27-52
Palmitat 32-59
Linoleat 5-14
Stearat 1,5-8
Linolenat < 1,5
Laurat < 1,2
Palmitoleat < 0,6
Miristat 0,5 -5,9
Sumber: Mutu Institut, Tami (2021)

Asam lemak yang terkandung dalam CPO sebagian besar adalah asam
lemak jenuh yaitu asam palmitat. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal diantara atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh
mempunyai paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom karbon
penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil dari pada asam lemak tak
jenuh yang relatif lebih mudah bereaksi. Namun ikatan ganda pada asam lemak
tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Kejenuhan dari
asam lemak berdampak pada titik cair minyak, dimana semakin jenuh molekul
asam lemak, maka semakin tinggi titik cair minyak sehingga pada suhu kamar
berada pada fasa padat. Sebaliknya semakin tak jenuh asam lemak, maka
semakin rendah titik cair minyak sehingga pada suhu kamar berada pada fasa
cair. Komposisi asam lemak pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5.4.

56
Tabel 5.4. Komposisi Asam Lemak Bebas Crude Palm Oil (CPO)
Jumlah
Asam Lemak Rumus Kimia
(%)
1. Jenuh (Saturated)
a. Rantai Sedang/Medium (C6-C13)
Laurat CH3(CH2)14CO2H 0,30
b. Rantai Panjang (C14-C24)
Miristat CH3(CH2)12CO2H 1,20
Palmitat CH3(CH2)14CO2H 45,20
Stearat CH3(CH2)16CO2H 4,70
Arachidat CH3(CH2)18CO2H 0,10
2. Tak Jenuh
a.Tak Jenuh Tunggal (C16-C22)
Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H 38,8
b. Tak Jenuh Ganda (C16-C22)
Linoleat CH3(CH2)4=CHCH2CH=CH(CH2)7O2H 9,70
Sumber: Alamsyah (2005)

5.3.2 PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)


Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk samping dari tahap
terakhir pemurnian dalam industri minyak goreng pada proses deodorisasi
dengan bobot 5% dari berat CPO (umpan) (Sutijan Masduki, dkk. 2013). PFAD
mengandung asam lemak bebas sekitar 80% terutama dari jenis asam lemak
palmitat dan oleat dan komponen minor berupa karoten (pro-vitamin A),
tokoferol dan tokotrienol (vitamin E), sterol, fosfolipid, glikoloid, serta
hidrokarbon tarpenik dan alifatik ( Kartika, dkk, 2021). Komposisi asam lemak
pada PFAD dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Komposisi Asam Lemak PFAD
Rumus Komposisi (%)
Asam Lemak Jenis
Molekul Berat
Asam palmitat C16H32O2 42,9 – 51 Jenuh
Asam oleat C18H34O2 32,8 – 39,8 Tidak Jenuh
Asam linoleat C18H32O2 8,6 – 11,3 Tidak Jenuh
Asam stearat C16H36O2 4,1 – 4,9 Jenuh
Asam miristat C14H28O2 0,9 – 1,5 Jenuh
Sumber: Wiguna (2013)

57
Meskipun merupakan produk samping PFAD memiliki standar mutu yang
harus dicapai, di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam sendiri memiliki spesifikasi
PFAD yang harus dicapai. Spesifikasi PFAD yang harus dicapai dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Spesifikasi PFAD PT. Synergy Oil Nusantara-Batam
Parameter Ref. Method Specification
Free fatty acid AOCS Ca 5a – 40 80 min-87 max
Moisture dan impurities % AOCS Ca 2c – 25 1.0 Max
Safonifiable matter AOCS Ca 6b – 53 95 Min
Sumber: PT. Synergy Oil Nusantara (2022)

PFAD memiliki karakteristik secara fisik maupun kimia. Adapun sifat fisik
dan kimia PFAD dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Sifat Fisik dan Kimia PFAD
Items Value
Appearance White to faintly yellowish
Odour Faint fatty odour
Odour threshold Not available
Ph Not available
Melting point/freezing point 42 - 52 ᵒC
Initial boiling and boiling range 298,9 - 365,2ᵒC @760 mm Hg
Flash point (pensky-marten closed cup >100ᵒC
Evaporation rate Not available
Flammability (solid, gas) Not available
Vapour pressure <1,0 mm Hg @131ᵒC
Auto-ignition temperature >250ᵒC
Decomposition temperature Not available
Viscosity Not available
Density @ 75ᵒC 0,85 g/ml
Relative molecular mass 200-282
Sumber: Tromelin (2012)

5.3.3 Deodorizing Section


Deodorizing adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak dan lemak
yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa volatile penyebab bau dan rasa
(flavour) yang tidak disukai konsumen menggunakan cara distilasi vakum.
Distilasi vakum merupakan distilasi tekanan dibawah 1 atm yang digunakan
untuk memisahkan dua komponen atau lebih yang memiliki perbedaan titik
didih yang

58
sangat tinggi. Dalam distilasi, campuran zat dipanaskan sehingga menguap, dan
uap ini kemudian dikondensasi kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Tekanan uap senyawa volatile yang menyebabkan bau dan rasa sangatlah
rendah, sehingga jika diuapkan pada kondisi tekanan atmosfer (1 atm) akan
membutuhkan suhu yang tinggi. Sementara penggunaan suhu yang terlalu tinggi
akan menyebabkan kerusakan (cracking) pada minynak yang akan merusak
kualitas produk. Oleh karena itu dilakukan distilasi vakum dengan cara
menurunkan tekanan operasi dibawah 1 atm sehingga senyawa volatile dapat
menguap. Titik didih asam lemak pada rasio uap air dan lemak yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Titik Didih Asam Lemak Berdasarkan Rasio Uap Air : Lemak
Jenis Asam Lemak Titik Didih Rasio 2,5 :1 Titik Didih Rasio 1:1
o
Asam Laurat 191 C 215 oC
Asam Miristat 211 oC 235 oC
Asam Palmitat 224 oC 248 oC
Asam Stearat 243 oC 263 oC
Asam Oleat 239 oC 262 oC
Sumber : Lembaga Penelitian UM Metro, 2018

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses deodorisasi pada


deodorizer adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Minyak
2. Jumlah FFA (Free Fatty Acid) Umpan
3. Jumlah Komponen Volatile
4. Besar Tekanan Vakum
5. Temperatur Reflux Distilasi
Adapun blok diagram proses deodorisasi di Refinery Plant di PT. Synergy
Oil Nusantara-Batam dapat dilihat pada Gambar 5.2.

59
Gambar 5.2 Blok Diagram Deodorizing Section
Sumber : PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, 2022

Adapun deskripsi proses deodorizing pada refinery plant adalah sebagai


berikut :
 BPO yang dihasilkan dari proses filtrasi dialirkan ke Deaerator (801),
vessel ini berfungsi sebagai penampungan BPO se\belum masuk ke proses
deodorizing. Vessel ini memiliki coil pemanas yang berfungsi untuk
menjaga temperatur minyak sekitar 110-120 oC. Selanjutnya BPO di
Deaerator dipompakan menggunakan pompa (P-801) menuju Tray 9 (880)
pada Deodorizer.
 Dengan temperatur panas yang cukup tinggi di Tray 9 (880) maka BPO
yang keluar dari Tray 9 (880) memiliki temperatur sekitar 150-160 oC.
 Selanjutnya BPO dari Tray 9 dipompakan menggunakan pompa (P880)
menuju Shell and Tube (881A1). Pada Shell and Tube BPO akan heat
exchanging dengan RBDPO yang keluar dari Tray 8 Deodorizer.
Temperatur BPO yang keluar dari Shell and Tube sekitar 200-210 oC.
Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mendapatkan parameter temperatur
minyak yang siap untuk di deodorisasi.
 BPO dari Shell and Tube ditransfer menuju Stripper (822P) dan dipanaskan
menggunakan HP Boiler pada 822HP1 dengan sampai temperatur 240-250
o
C lalu masuk ke 822HP2 dan dipanaskan kembali sampai temperatur 250-
260 oC yang ada di Stripper. Pada pemanasan ini PFAD (Palm Fatty Acid
Distillate) akan menguap dan akan tertangkap pada Srubber Fatty Acid
(823) dengan bantuan PFAD yang di sirkulasi dari tangki PFAD
(814)

60
menggunankan pompa (P814) ke Scrubber Fatty Acid (814) dengan wujud
cairan (±50-60oC) yang akan menangkap uap PFAD dari 822HP1 dan
822HP2 dan masuk kembali pada tangki PFAD (814). Ketika tangki PFAD
menunjukkan high level maka valve (V814AG) akan otomatis terbuka dan
PFAD akan di transfer ke PFAD Storage. Sementara minyak dari 822HP2
akan masuk ke Buttom Stripper (822TS). Proses yang terjadi pada Stripper
ini dibantu oleh vacuum sebesar 2-5 Torr (0,002-0,007 atm).
 Minyak pada Buttom Stripper (822TS) selanjutnya dipompakan
menggunakan pompa (P822P) menuju Top Tray/Tray 1 pada Deodorizer
(822), minyak masuk dengan sistem spray. Minyak akan masuk pada setiap
tray di Deodorizer sampai pada tray 8. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menangkap kembali PFAD serta senyawa-senyawa volatil yang masih lolos
dan tidak tertangkap pada Scrubber Fatty Acid (823). Pada setiap tray di
Deodorizer terdapat spurging menggunakan low steam yang membantu
proses pengadukan pada tiap tray yang bertujuan untu memudahkan peroses
penguapan senyawa volatil. Minyak yang keluar dari Tray 8 merupakan
RBDPO. Proses yang terjadi pada Deodorizer ini dibantu oleh vacuum
sebesar 2-5 Torr (0,002-0,007 atm).
 RBDPO yang telah ada di Tray 8 dengan temperatur ±250oC akan
dipompakan menggunakan pompa (P822) menuju Shell and Tube (881A1)
yang akan melakukan heat exchanging dengan BPO. Sehingga temperatur
keluaran RBDPO dari Shell and Tube sekitar ±200oC.
 RBDPO dari Shell and Tube di transfer menuju Buttom Tray/Tray 9 pada
Deodorizer, dan selanjutnya dipompakan menggunakan pompa (P880)
meuju Plate Heat Exchanger (PHE-521A) yang akan melakukan heat
exchanging dengan CPO. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-
521A adalah sekitar ±110oC.
 RBDPO dari PHE-521A di transfer ke PHE-881B yang bertujuan untuk
mendinginkan RBDPO dengan air dari Clean Cooling Tower dengan
temperatur ±27oC. Sehingga temperatur keluaran RBDPO dari PHE-881B
adalah sekitar ±78oC.

61
 RBDPO dari PHE-881B selanjutnya masuk ke Filter Catridge (816C1-
816C3) yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan tidak ada aliens
(benda asing yang bukan minyak) yang terkandung dalam minyak.
 Dari Filter Catridge (816C1-816C3) selanjutnya RBDPO di transfer
menuju Storage Tank RBDPO atau menuju Homogen Tank untuk
selanjutnya dilakukan proses fraksinasi.

5.3.4 Proses Vakum di Deodorizer PT. Synergy Oil Nusantara-Batam


Vakum merupakan suatu kondisi dari suatu sistem dengan tekanan udara
di bawah tekanan atmosfer. Dalam satuan internasional (SI), satuan untuk
pengukuran ruang hampa adalah Torr. Kondisi vakum pada unit deodorizer
merupakan proses yang berperan penting dalam proses pemurnian CPO (Crude
Palm Oil) menjadi RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Vakum
terjadi karena adanya pertemuan antara fluida dingin (air) dengan fluida panas
(steam) dengan kecepatan tinggi.
Tekanan vakum pada deodorizer (822-822P) adalah sebesar 2-5 Torr.
Kondisi vakum tersebut pada proses produksi di PT. Synergy Oil Nusantara-
Batam dapat dicapai dengan menggunakan dua unit Barometric Condenser dan
dua unit Steam Ejector. Barometric condeser digunakan sebagai tempat
berlangsungnya kontak antara air dengan steam. Steam Ejector adalah alat
pembangkit vakum yang menggunakan steam sebagai media pendorong. Steam
Ejector akan mengeluarkan steam dengan tekanan tinggi untuk mempertahankan
kevakuman.

5.3.5 Refluks (Reflux)


Reflux adalah bagian dari teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap
dan kembalinya kondensat tersebut ke dalam sistem asalnya. Reflux merupakan
kembalinya cairan atau uap untuk mengadakan kontak ulang dengan fasa uap
maupun fasa cairnya dalam kolom distilasi. Dengan adanya reflux ratio akan
berpengaruh pada konsentrasi hasil distilat (produk atas) dan kebutuhan panas
pada kolom distilasi. Semakin besar reflux ratio, maka pengaruhnya terhadap
konsentrasi distilat akan semakin tinggi. Istilah reflux banyak digunakan pada

62
industri yang menggunakan kolom distilasi dan fraksinator berskala besar
seperti pengilangan minyak bumi, petrokimia, pabrik kimia, serta pabrik
pengolahan gas alam. Dalam konteks ini reflux adalah PFAD yang mengalami
sirkulasi kembali ke deodorizer (stripper) setelah didinginkan di plat heat
exchanger yang berfungsi untuk mengkondensasi uap yang dihasilkan di stripper
yang akan meningkatkan hasil distilasi.

5.3.6 RF (Refining Factor)


Refining Factor (RF) adalah suatu parameter yang digunakan untuk
memperkirakan efisiensi berbagai tahapan pada proses pemurnian. Faktor ini
bergantung pada produk yang dihasilkan dan kualitas umpan yang diolah. Faktor
ini meunjukkan efisiensi pemisahan asam lemak bebas dari minyak atau lemak.
Pemisahan asam lemak biasa disebut dengan netralisasi minyak yaitu pemisahan
asam lemak bebas yang dilakukan dengan cara penyulingan dan dikenal juga
dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan dari netralisasi minyak ini adalah
menghilangkan asam lemak bebas penyebab rasa dan bau (tengik). Efisiensi dari
proses netralisasi minyak ini dinyatakan dalam Refining Factor (Sir Ossiris,
2010). Pada umumnya Refining Factor merupakan perbandingan antara
kehilangan minyak total karena netralisasi dengan jumlah asam lemak bebas
pada minyak (Yeni Kurniati, 2015). Semakin rendah nilai Refining Factor maka
efisiensi dari netralisasi akan semakin tinggi dan bagus, begitu pula sebaliknya
(Susanto, 1999). Refining Factor dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut :

𝑂𝑖𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 (%)


𝑅𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 (𝑅𝐹) =
𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐹𝑎𝑡𝑡𝑦 𝐴𝑐𝑖𝑑 (%)

PT. Synergy Oil Nusantara-Batam sendiri menetapkan perhitungan


Refining Factor (RF) dengan persamaan sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 (𝑅𝐹) = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝐹𝐴𝐷(%)


= 1.0 − 1.1
𝐹𝐹𝐴 𝐶𝑃𝑂(%)

63
Dimana nilai Refining Factor ditargetkan dengan range 1,0-1,1 dari hasil
perbandingan dari yield PFAD dengan %FFA yang terkandung dalam CPO.

5.4 Pengambilan dan Pengolahan Data


5.4.1 Asal Data
Adapun data terkait dengan Evaluasi Performa Deodorizer (822P/Stripper)
diperoleh dari pantauan penulis di lapangan selama kerja praktik berlangsung
sejak Juli - Oktober 2022 di PT. Synergy Oil Nusantara-Batam, yaitu sebagai
berikut :
1. Data dari Lapangan
Data dari lapangan diperoleh dari Worksheet Refinery Plant Production
Departement dan Programmable Logic Controller (PLC) di Control Room
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam. Data yang dapat diperoleh dari Worksheet
Refinery Plant Production Departement berupa laju alir CPO, RBDPO dan
PFAD pada unit deodorisasi, yang disajikan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Data Laju Alir pada Deodorizer

CPO RBDPO PFAD


Tanggal
(Ton/hari) (Ton/Hari) (Ton/Hari)

07-Aug-22 1559,64 1459,196 92,61


09-Aug-22 1638,38 1523,215 106,902
11-Aug-22 1530,28 1425,113 97,557
05-Sep-22 1625,86 1516,338 101,392
10-Sep-22 1625,36 1515,95 101,252
11-Sep-22 1618,67 1512,436 98,136
15-Sep-22 1540,55 1437,097 95,811
08-Oct-22 1600,18 1496,265 95,874
12-Oct-22 1629,52 1529,272 92,939
15-Oct-22 1601,22 1498,463 95,176
Sumber : Worksheet Refinery Plant Production Departement, PT. SON, 2022

Sementara data yang dapat diperoleh dari Programmable Logic


Controller (PLC) di Control Room berupa tekanan vakum dan temperatur
reflux deodorizer, yang disajikan pada Tabel 5.10.

64
Tabel 5.10 Data Tekanan Vakum dan Temperatur
Reflux Deodorizer
Temperatur Tekanan
Tanggal Reflux Vakum
(⁰C) (Torr)
07-Aug-22 56,66 4,16
09-Aug-22 58,9 2,78
11-Aug-22 57,61 2,92
05-Sep-22 57,5 3,42
10-Sep-22 57,26 3,45
11-Sep-22 56,7 4,24
15-Sep-22 57,18 3,41
08-Oct-22 56,78 4,13
12-Oct-22 56,12 4,53
15-Oct-22 56,67 4,15
Sumber : Programmable Logic Controller (PLC), PT.SON, 2022

2. Data dari Laboratorium


Data dari laboratorium diperoleh dari Worksheet Quality Analyst
Departement PT. Synergy Oil Nusantara-Batam. Data yang diperoleh berupa
kadar FFA CPO, RBDPO dan PFAD serta kadar Moist and Impurities (M&I)
CPO, RBDPO dan PFAD, yang disajikan pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Data Analisa CPO, RBDPO dan PFAD
CPO RBDPO PFAD
Tanggal FFA M&I FFA M&I FFA M&I
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
07-Aug-22 5,38 0,35 0,076 0,036 87,12 0,22
09-Aug-22 5,88 0,29 0,082 0,035 87,17 0,24
11-Aug-22 5,75 0,31 0,085 0,042 86,98 0,34
05-Sep-22 5,59 0,32 0,053 0,037 86,81 0,31
10-Sep-22 5,58 0,33 0,06 0,037 87,15 0,31
11-Sep-22 5,44 0,3 0,065 0,033 87,04 0,29
15-Sep-22 5,59 0,28 0,063 0,034 86,99 0,33
08-Oct-22 5,34 0,33 0,061 0,037 87,02 0,31
12-Oct-22 5,14 0,33 0,071 0,037 87,15 0,33
15-Oct-22 5,39 0,31 0,069 0,038 87,04 0,32
Sumber : Worksheet Quality Analist Department, PT. SON, 2022

65
5.4.2 Cara Pengambilan Data
Adapun metode pengambilan data terbagi menjadi dua, yaitu metode
pengambilan data primer dan data sekunder.

1. Pengambilan Data Primer


Pengambilan data primer dapat berupa pengumpulan data laju alir umpan
dan produk pada Deodorizer (882P/ Stripper) serta pengambilan data analisa
umpan dan produk yang dihasilkan. Dimana data tersebut akan berguna
sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi performa dari Deodorizer (822P/
Stripper).

2. Pengambilan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder yang diperlukan adalah seperti data tekanan
vakum dan temperatur reflux aktual pada Deodorizer yang didapatkan. Data
studi lapangan tersebut dapat diperoleh dari kondisi aktual lapangan langsung
dan dari literatur.

5.4.3 Cara Pengolahan Data


Berdasarkan data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder,
maka langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan untuk mengevaluasi
performa Deodorizer (822P/ Stripper) adalah sebagai berikut :
1. Mengitung Neraca Massa pada Deodorizer (822P/ Stripper)
dengan menggunakan data laju alir CPO, RBDPO dan PFAD
untuk menghitung Neraca Massa Total, dan menggunakan data
hasil analisa untuk menghitung Neraca Massa Komponen.
2. Menghitung Yield Produk yang Dihasilkan dari Deodorizer
(822P/ Stripper), menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑅𝐵𝐷𝑃𝑂
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑅𝐵𝐷𝑃𝑂 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑃𝑂

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝐹𝐴𝐷
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝐹𝐴𝐷 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑃𝑂

66
3. Menghitung Nilai Refinery Factor dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 (𝑅𝐹) = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝐹𝐴𝐷(%)


= 1.0 − 1.1
𝐹𝐹𝐴 𝐶𝑃𝑂(%)

5.5 Hasil dan Pembahasan


5.5.1 Profil Laju Alir CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (882P/Stripper)
Adapun profil laju alir CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (822P/
Stripper) dapat dilihat pada Gambar 5.3.
1800
1600
1400
Laju Alir (Ton/Hari)

1200
1000
CPO
800
RBDPO
600
PFAD
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-

Gambar 5.3 Profil Laju Alir CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (822P/ Stripper)

Gambar 5.3 menunjukkan profil laju alir CPO, RBDPO dan PFAD di
Deodorizer (822P/ Stripper) pada pengolahan CPO outspect. Dari gambar tersebut
dilihat bahwa laju alir CPO berada di rentang 1.530 – 1.638 Ton/Hari dengan
rentang kandungan FFA pada CPO berkisar antara 5,14 – 5,88 %. Selanjutnya
dihasilkan produk utama RBDPO dengan laju alir berada di rentang 1.425 – 1.529
Ton/Hari dan produk samping PFAD dengan laju alir berada di rentang 95 – 106
Ton/Hari. Dari laju alir yang dihasilkan oleh Deodorizer (822P/ Stripper), maka
diperoleh yield RBDPO pada rentang 92,23 – 9 % dan yield PFAD pada rentang
5,70 – 6,52 % dari total CPO yang masuk ke Deodorizer.

67
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan CPO outspect pada proses
pemurnian CPO menyebabkan penurunan performa pada Deodorizer yang
mengakibatkan tidak tercapainya yield yang telah ditargetkan. PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam memiliki target yield produk yang harus dicapai, yaitu sebesar
94,5% untuk RBDPO dan 5% untuk PFAD. Mutu CPO khususnya asam lemak
bebas (Free Fatty Acid) merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena akan berdampak pada kualitas dan kuantitas minyak goreng yang
dihasilkan (Abdi H., 2012).

5.5.2 Profil Moist and Impurities (M&I) pada CPO, RBDPO dan PFAD pada
Deodorizer (882P/Stripper)
Adapun profil Moist and Impurities (M&I) pada CPO, RBDPO dan PFAD
di Deodorizer (822P/ Stripper) dapat dilihat pada Gambar 5.4.

5
Moist and Impurities (%)

4
CPO
3
RBDPO
2 PFAD

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-

Gambar 5.4 Profil M&I pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer (822P/Stripper)

Gambar 5.4 menunjukkan profil kadar Moist and Impurities CPO,


RBDPO dan PFAD di Deodorizer. Dari gambar dapat dilihat bahwa Kadar M&I
CPO yang masuk berada di rentang 0,28 – 0,35 %. Kadar M&I RBDPO yang
keluar berada di rentang 0,033 – 0,038 %. Serta kadar M&I PFAD yang keluar
berada pada rentang 0,22 – 0,34 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama
pengolahan CPO outspect, deodorizer menghasilkan kadar M&I RBDPO
dan PFAD yang

68
memenuhi standar mutu produk yang telah ditetapkan. PT. Synergy Oil
Nusantara-Batam memiliki standar kadar M&I RBDPO sebesar 0,03% max dan
kadar M&I PFAD sebesar 1,0% max.
Jumlah air yang terkandung dalam produk sangat berpengaruh terhadap
mutu/kualitas minyak tersebut. Hal ini dikarenakan adanya air dalam minyak
dapat memicu reaksi hidrolisis yang mengakibatkan oenurunan mutu minyak
yang dihasilkan (Sumarna, 2014). Kadar air yang tinggi pada proses produksi
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas, untuk menghindari hal tersebbut,
diusahakan kadar air seminimum mungkin (Lubis dkk, 2012)

5.5.3 Profil Kadar FFA pada RBDPO dan PFAD di Deodorizer (882P/
Stripper)
Adapun profil kadar FFA pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer
(822P/ Stripper) dapat dilihat pada Gambar 5.5.
100
90
80
70
Kadar FFA (%)

60
50 RBDPO
40 PFAD
30 CPO
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-

Gambar 5.5 Profil %FFA pada CPO, RBDPO dan PFAD di Deodorizer
(822P/Stripper)

Gambar 5.5 menunjukkan kadar FFA yang terkandung pada CPO, RBDPO dan
PFAD. Dari gambar dapat dilihat bahwa kadar FFA PFAD lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar FFA RBDPO, yang menunjukkan bahwa pemisahan antara FFA dengan
minyak telah terjadi dengan baik. Gambar 5.5 menunjukkan bahwa kadar FFA RBDPO
berada di rentang 0,053–0,085% dan kadar FFA PFAD berada di rentang 86,81-87,17%.

69
Hal ini menunjukkan bahnwa kandungan asam lemak bebas yang terkandung di dalam
RBDPO dan PFAD telah mencapai target yang telah ditetapkan.
PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki standar mutu FFA produk RBDPO
sebesar 0,1% max dan standar mutu FFA produk PFAD sebesar 80-87% ( QS-SON-07-
003-PFAD). Tingkat tinggi rendahnya kadar FFA pada produk menunjukkan
tingkat kemurnian produk. Semakin rendah kadar FFA RBDPO maka semakin
murni kualitas RBDPO sementara semakin tinggi kadar FFA PFAD maka
semakin murni kualitas PFAD yang dihasilkan.

5.5.4 Profil Losses pada Deodorizer (882P/Stripper)


Adapun profil Losses di Deodorizer (822P/ Stripper) dapat dilihat pada
Gambar 5.6.

0,60

0,50
Losses (Ton/Hari)

0,40

0,30
Losses

0,20 Standar Losses

0,10

0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data Ke-

Gambar 5.6 Profil Losses pada Deodorizer (822P/Stripper)

Gambar 5.6 menunjukkan profil losses pada proses Deodorizer. Dari


gambar tersebut dapat diketahui losses pada Dedorizer berada pada rentang 7,310-
8,258 Ton/Hari sehingga diperoleh % losses pada rentang 0,50% sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan di PT. Synergy Oil Nusantara. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa alat Deodorizer (882-882P) di Refenery Plant PT. Synergy
Oil Nusantara-Batam masih memenuhi standar yang telah ditetapkan. Losses atau
kehilangan dalam produksi umumnya merupakan hal yang wajar dalam proses
Refinery Plant.

70
5.5.5 Profil Pengaruh Tekanan Vakum Deodorizer (822P/Stripper) Terhadap
Nilai Refinery Faktor
Adapun profil pengaruh tekanan vakum Deodorizer (822P/ Stripper) dapat
dilihat pada Gambar 5.7.
5
Tekanan Vakum Deodorizer (Torr)

4,5 4,16-1,10
4 4,15-1,10
3,5 3,13-1,11
2,92-1,11 2,79-1,11
3 3,25-1,11
2,49-1,12
2,5 2,78-1,11
2,43-1,12 2,51-1,12
2
1,5
1
0,5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-

Gambar 5.7 Profil Tekanan Vakum di Deodorizer (822P/Stripper)

Gambar 5.7 menunjukkan performa Deodorizer yang ditunjukkan oleh


tekanan vakum yang digunakan di Deodorizer terhadap Refining Factor yang
dihasilkan dalam pengolahan CPO outspect. Gambar 5.7 menunjukkan bahwa
semakin rendah tekanan vakum yang digunakan maka akan semakin tinggi nilai
Refining Factor yang dihasilkan. Hal ini didasarkan pada semakin rendahnya
tekanan vakum yang diberikan maka kekuatan vakum akan semakin tinggi,
vakum yang tinggi akan semakin banyak menguapkan FFA dari minyak
sehingga yield PFAD akan naik yang menyebabkan naiknya nilai Refining
Factor juga. Hal ini berlandaskan pada teori fisika yang menyatakan bahwa
semakin rendah tekanan maka semakin rendah pula titik didih suatu senyawa
dan sebaliknya (Budhiarto, 2013).
Dari hasil yang diperoleh, rendahnya tekanan vakum menyebabkan
Refining Factor semakin tinggi. Hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan
perusahaan karena semakin rendah Refining Factor maka akan semakin bagus
proses refinery yang terjadi. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki standar
nilai Refining Factor 1,0-1,1. Dari profil tekanan vakum tersebut dapat diketahui

71
bahwa performa Deodorizer yang baik dalam mengolah CPO Outspect adalah
dengan menggunakan tekanan vakum mulai dari 4,15 Torr karena menghasilkan
Refining Factor yang sesuai dengan standar.

5.5.6 Profil Pengaruh Temperatur Rerlux Deodorizer (822P/Stripper)


Terhadap Nilai Refinery Faktor
Adapun profil pengaruh temperatur Reflux Deodorizer (822P/ Stripper)
dapat dilihat pada Gambar 5.8.
58,5
58,13-1,10
58
Temperatur Reflux (⁰C)

57,5 57,29-1,10

57 56,88-1,11
56,67-1,11

56,5 56,7-1,11
56,12-1,12 56,48-1,11
56,39-1,11
56
55,92-1,12 55,86-1,12
55,5

55
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Data Ke-

Gambar 5.8 Profil Temperatur Reflux di Deodorizer (822P/Stripper)


Gambar 5.8 menunjukkan performa Deodorizer yang ditunjukkan oleh
temperatur reflux yang digunakan pada Deodorizer terhadap Refining Factor
yang dihasilkan dalam pengolahan CPO outspect. Gambar 5.8 menunjukkan
bahwa semakin rendah temperatur reflux yang digunakan maka akan semakin
tinggi nilai Refining Factor yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena semakin
rendahnya temperatur reflux akan menyebabkan semakin banyaknya uap yang
terkondensasi dalam deodorizer. Hal ini berlandaskan pada teori yang
menyatakan bahwa dengan mengendalikan pendinginan temperatur pada cairan
refluks maka akan lebih banyak uap yang terkondensasi yang akan
meningkatkan efisiensi distilasi (Ming Tham, 2006).
Dari hasil yang diperoleh, rendahnya temperatur reflux menyebabkan
Refining Factor semakin tinggi. Hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan

72
perusahaan karena semakin rendah Refining Factor maka akan semakin bagus
proses refinery yang terjadi. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki standar
nilai Refining Factor 1,0-1,1. Dari profil temperatur reflux tersebut dapat
diketahui bahwa performa Deodorizer yang baik dalam mengolah CPO Outspect
adalah dengan menggunakan temperatur mulai dari 57 oC karena menghasilkan
Refining Factor yang sesuai dengan standar.

5.6 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai Evaluasi
Performa Deodorizer (STR702/ Stripper) pada Pengolahan CPO di Refinery
Plant PT. Meridan Sejati Surya Plantation dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar Free Fatty Acid (FFA) pada CPO yang tidak memenuhi standar (CPO
Outspect) akan mempengaruhi yield produk yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar FFA pada umpan maka akan semakin rendah yield RBDPO yang
dihasilkan dan semakin tinggi yield PFAD yang dihasilkan.
2. Hasil profil kadar Moist and Impurities (M&I) menunjukkan bahwa dalam
pengolahan CPO , produk yang dihasilkan telah memenuhi standar produk
yaitu kadar M&I RBDPO maksimal 0,1% dan kadar M&I PFAD maksimal
1%.
3. Hasil profil kadar FFA menunjukkan bahwa dalam pengolahan CPO Outspe,
produk yang dihasilkan telah memenuhi standar produk yaitu kadar FFA
RBDPO maksimal 0,1% dan kadar FFA PFAD 80-87%.
4. Hasil profil Losses pada Deodorizer dapat menunjukkan bahwa performa
kerja dari alat Deodorizer (822P/Stripper) pada pengolahan CPO Outspec
masih memenuhi standar dengan kehilangan produksi (losses) yang masih
wajar dan sesuai dengan ketetapan yaitu 0,50%.
5. Hasil profil tekanan vakum pada Deodorizer menunjukkan bahwa semakin
rendah tekanan vakum yang digunakan maka semakin tinggi Refinery Factor
yang diperoleh.
6. Hasil profil temperatur reflux pada Deodorizer menunjukkan bahwa semakin
rendah temperatur reflux yang digunakan maka semakin tinggi Refinery
Factor yang diperoleh.

73
BAB VI

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan selama ± 4 bulan di
PT.Synergy Oil Nusantara-Batam, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam merupakan salah satu pabrik
pengolahan minyak CPO serta CPKO menjadi beberapa produk seperti
RBDPO, RBDPS, RBDPL, PFAD, RBDPKO, RBDPKOL dan lain
sebagainya.
2. PT. Synergy Oil Nusantara-Batam memiliki empat plant, seperti
refinery plant, Fractionation plant, hydrogenation plant dan
shortening plant.
3. Pada departemen produksi Palmatic di PT. Synergy Oil Nusantara-
Batam terdapat dua proses utama yaitu refinery dan Fractionation.
Pada refinery terjadi tahapan proses degumming, bleaching, filtration
dan deodorizing. Sedangkan pada Fractionation hanya terdapat
tahapan crystallization dan filtration.

5.2 Saran
Adapun beberapa saran selama proses kerja praktik yang diperlukan untuk
PT.Synergy Oil Nusantara-Batam, yaitu :
1. Diharapkan PT. Synergy Oil Nusantara-Batam untuk ke depannya
lebih mengecek kebersihan dan efisiensi alat sehingga dapat
beroperasi secara maksimal dan terpenuhinya kapasitas produksi
yang diinginkan.
2. Diharapkan ke PT. Synergy Oil Nusantara-Batam agar lebih
memperketat peraturan pada karyawan maupun mahasiswa magang
agar lebih terciptanya kedisiplinan yang tinggi.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. H. 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia serta
Produk Fraksinasinya. Pusat Penelitian Sawit. Medan.
Alamsyah A. 2005. Mengenal Lebih Dekat : Virgin Coconut Oil. Agromedia
Pustaka. Cet-1. Jakarta.
Ani, Rachma. 2009. Makalah Distilasi Vakum. Pendidikan Kimia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Masduki, M., Sutijan, S., budiman, A. 2013. Kinetika reaksi Esterifikasi Palm Fatty
Acid Distillate (PFAD) Menjadi Biodiesel dengan Katalis Zeolit-Zirkonia
Tersulfatasi. Jurnal Rekayasa Proses, 7(2), 59-64.
Sopianti, DS. Dkk. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak
Goreng. Jurnal Katalisator Kopertis, E-ISSN : 2502-0943, Vol 2 No. 2
2017. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jurnal
Katalisator Kopertis Wilayah X.
Syahputra, M.R. Dkk. 2008. Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total
dan Vitamin A Fraksi Cain dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO)
Menggunakan KCKT Detector PDA. Jurnal Natur Indonesia 10 (2), ISSN
: 1410-9379. Ma Chung Research Center, Malang.
Tami. 2021. Mengenal Apa Itu Crude Palm Oil. Mutu Institute. 2021. Pelatihan
ISPo, Pelatihan RSPO, Sertifikasi ISPO, Sertifikasi RSPO.
https://mutuinstitute.com/post/crude-palm-oil/ (Diakses pada tanggal 07
Januari 2023 Pukul 10.47 WIB)
Yeni Kurniati., Wahono Hadi Susanto. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan
Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca
Netralisasi. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p. 193-202.
Yustinah, Y. dan Rahayu, R.A.N. 2014. Pengaruh Lama Proses Adsorbsi Terhadap
Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA) dan Bilangan Peroksida
(PV) pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Bioadsorben dari
Enceng Gondok. Jurnal Teknologi, 6(2): 131-136.
LAMPIRAN A

FLOWSHEET

1. Refinery Section

LA-1
Gambar LA.1. Refinery Section

2. Fractination Section

LB-10
Gambar LA.2. Fractionatio Section

LA-3
Steam Kode Alat Keterangan
1. T101/104 CPO Storage Tank
2. T-534 Tangki Chemical
Water 3. PHE 521 A/B Plate Heat Exchanger
4. M504 A/B Dynamis Mixer
Bleaching Earth 5. 503 Multi Compartment Reactor
6. 603 Hopper
7. 635 Oil Earth Mixer
Phosporic Acid 603 A 8. 622 B Bleacher Continous Tank
9. 622A Bleacher Tank
Citric Acid 10. 616A1/A5 Niagara Filter
11. 682A Tangki Penampung Dirty Oil
12. 682B Tangki Penampung Clear Oil
13. 616B1/B4 Filter Bag
14. 616C1/C7 Filter Catridge
15. 801 Deaerator
16. 822P Stripper
682 A
17. 822 Deodorizer
503 18. 814 Tangki Penampung PFAD
19. PHE 881AG Plate Heat Exchanger
20. T-301/303 Storage Tank PFAD
635 622 B 622 A 21. PHE 881B Plate Heat Exchanger
22. 816 C1/C4 Filter Catridge
23. T-101/104 Storage Tank RBDPO
24. 601/602 Homogen Tank
T- 102 T- 103 25. 1002 A6-10 Kristalizer
26. F1002-M1/3 Filter Press
534 M504 A P-635
27. 1082 B1/B2 Olein Tank
28. T-301/302 Storage Tank Olein
M504 B
29. T-402 Storage Tank Stearin
T- 101 T- 104 P-534 A P-622-1 P-622-2 P-622-3 P-622-4 P-622-5

T- 102 P-501 A
PHE-521 B
P-682 A
Strainer Strainer 616 A2
P-521 B

PHE-521 A
T- 101 P-501 B
P-521 A
682 B

616 B4 616 B3 616 B2 616 B1

822 616 C4 616 C3 616 C2 616 C1

PHE - 881 AG 814


822

Storage Tank P-814 801


T- 201/2 881 A1
HP-
BOILER

P-822P

P-801
P-880
T- 501

PHE-881 B T- 501
816 816

1002-A8 1002-A7 1002-A6

602 601
T-301/2

1082-B1/B2
P-1002-A8 P-1002-A7 P-1002-A6

F-1002 M1

P101-6A

P-601/2

P-301 1002-A10 1002-A9


1002-B1

T-401

F-1002 M2

P-1002-A11 P-1002-A10 P-1002-A9

P-401

Steam

Water

Ga mbar LA.3. Flowsheet Palmatic Plant di PT. Synergy Oil Nusantara

LA-4
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

LB-1 Perhitungan Neraca Massa Deodorizer (822P/Stripper)

1. Pengamatan 1 (07 Agustus 2022)


BLOK DIAGRAM

NERACA MASSA TOTAL


F1 = F2 + F3 + F4
F4 = F1 - ( F2 + F3 )
F4 = 1559642 Kg - ( 92610 Kg + 1459196 Kg )
F4 = 7836 Kg

NERACA MASSA KOMPONEN


 FFA (Free Fatty Acid)
FFA × F1 = (FFA × F2) + (FFA × F3) + (FFA F4)
0,0538 × 1559642 Kg = (0,8712 × 92610 Kg) + (0,00076 ×
1459196 Kg) + (FFA F4)
83908,7396 Kg = 80681,83 Kg + 1108,989 Kg + FFA F4
FFA F4 = 83908,7396 Kg – (80681,83 Kg +
1108,98896 Kg)
FFA F4 = 2117,919 Kg

LB-1
 M&I (Moist and Impurities)
M&I × F1 = (M&I × F2) + (M&I × F3) + (M&I F4)
0,0035 × 1559642 Kg = (0,0022 × 92610 Kg) + (0,00036 ×
1459196 Kg) + (M&I F4)
5458,747 Kg = 203,742 Kg + 525,3106 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 5458,747 Kg – (203,742 Kg +
525,3106 Kg)
M&I F4 = 4729,694 Kg

 Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9427 × 1559642 Kg = (0,1266 × 92610 Kg) + (0,99888 ×
1459196 Kg) + (Oil F4)
1470274,513 Kg = 11724,43 Kg + 1457562,7 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1470274,513 Kg – (11724,43 Kg +
1457562,7 Kg)
Oil F4 = 9883,3869 Kg

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,38 83908,7 87,1 80682 0,076 1108,989 27,03 2117,92
M&I 0,35 5458,75 0,22 203,74 0,036 525,31056 60,36 4729,69
Minyak 94,3 1470275 12,7 11724 99,89 1457561,7 12,61 988,387
Sub Total 100 1559642 100 92610 100 1459196 100 7836
TOTAL 1559642 1559642

LB-10
2. Pengamatan 2 (09 Agustus 2022)
BLOK DIAGRAM

NERACA MASSA TOTAL


F1 = F2 + F3 + F4
F4 = F1 - ( F2 + F3 )
F4 = 1638375 Kg - ( 106902 Kg + 1523215 Kg )
F4 = 8258 Kg

NERACA MASSA KOMPONEN


 FFA (Free Fatty Acid)
FFA × F1 = (FFA × F2) + (FFA × F3) + (FFA F4)
0,0588 × 1638375 Kg = (0,8717 × 106902 Kg) + (0,00082 ×
1523215 Kg) + (FFA F4)
96336,45 Kg = 93186,473 Kg + 1249,0363 Kg + FFA F4
FFA F4 = 96336,45 Kg – (93186,473 Kg +
1249,0363 Kg)
FFA F4 = 1900,9403 Kg

LB-11
 M&I (Moist and Impurities)
M&I × F1 = (M&I × F2) + (M&I × F3) + (M&I F4)
0,0029 × 1638375 Kg = (0,0024 × 106902 Kg) + (0,00035 ×
1523215 Kg) + (M&I F4)
4751,2875 Kg = 256,565 Kg + 533,12525 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 4751,2875 Kg – (256,565 Kg +
533,12525 Kg)
M&I F4 = 3961,5975 Kg

 Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9383 × 1638375 Kg = (0,1259 × 106902 Kg) + (0,99883 ×
1523215 Kg) + (Oil F4)
1537287,263 Kg = 13458,962 Kg + 1521432,8 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1537287,263 Kg – (13458,962 Kg +
1521432,8 Kg)
Oil F4 = 2395,4623 Kg

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,88 96336,45 87,17 93186,473 0,082 1249,0363 23,019 1900,94
M&I 0,29 4751,288 0,24 256,5648 0,035 533,12525 47,973 3961,597
Minyak 93,83 1537287 12,59 13458,962 99,883 1521432,8 29,008 2395,462
Sub Total 100 1638375 100 106902 100 1523215 100 8258
TOTAL 1638375 1638375

LB-10
3. Pengamatan 3 (11 Agustus 2022)
BLOK DIAGRAM

NERACA MASSA TOTAL


F1 = F2 + F3 + F4
F4 = F1 - ( F2 + F3 )
F4 = 1530277 Kg - ( 97557 Kg + 1425113 Kg )
F4 = 7607 Kg

NERACA MASSA KOMPONEN


 FFA (Free Fatty Acid)
FFA × F1 = (FFA × F2) + (FFA × F3) + (FFA F4)
0,0575 × 1530277 Kg = (0,8698 × 97557 Kg) + (0,00085 ×
1425113 Kg) + (FFA F4)
87990,9275 Kg = 84855,079 Kg + 1211,3461 Kg + FFA F4
FFA F4 = 87990,9275 Kg – (84855,079 Kg +
1211,3461 Kg)
FFA F4 = 1924,5029 Kg

 M&I (Moist and Impurities)


M&I × F1 = (M&I × F2) + (M&I × F3) + (M&I F4)
0,0031 × 1530277 Kg = (0,0034 × 97557 Kg) + (0,00042 ×

LB-11
1425113 Kg) + (M&I F4)
4743,8587 Kg = 331,6938 Kg + 598,5474 Kg + (M&I F4)
M&I F4 = 4743,8587 Kg – (331,6938 Kg +
598,5474 Kg)
M&I F4 = 38813,6174 Kg

 Oil (Minyak)
Oil × F1 = (Oil × F2) + (Oil × F3) + (Oil F4)
0,9394 × 1530277 Kg = (0,1268 × 97557 Kg) + (0,99873 ×
1425113 Kg) + (Oil F4)
1437542,241 Kg = 12370,228 Kg + 1423303,1 Kg + (Oil F4)
Oil F4 = 1437542,241 Kg – (12370,228 Kg +
1423303,1 Kg)
Oil F4 = 1868,8797 Kg

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,75 87990,93 87 84855,079 0,085 1211,346 25,299 1924,5
M&I 0,31 4743,859 0,34 331,6938 0,042 598,5475 50,133 3813,62
Minyak 93,94 1437542 12,7 12370,228 99,87 1423303 24,568 1868,88
Sub Total 100 1530277 100 97557 100 1425113 100 7607
TOTAL 1530277 1530277

LB-10
4. Pengamatan 4 (05 September 2022)
BLOK DIAGRAM

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,59 90885,5 86,8 88018,4 0,053 803,65914 25,384 2063,46
M&I 0,32 5202,75 0,31 314,315 0,037 561,04506 53,234 4327,39
Minyak 94,09 1529771 12,9 13059,3 99,91 1514973,3 21,3821 1738,15
Sub Total 100 1625859 100 101392 100 1516338 100 8129
TOTAL 1625859 1625859

5. Pengamatan 5 (10 September 2022


BLOK DIAGRAM

LB-11
TABEL NERACA MASSA TOTAL
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,58 90694,81 87,15 88241 0,06 909,57 18,939 1544,121
M&I 0,33 5363,672 0,31 313,88 0,037 560,9015 55,058 4488,889
Minyak 94,09 1529297 12,54 12697 99,9 1514480 26,003 2119,99
Sub Total 100 1625355 100 101252 100 1515950 100 8153
TOTAL 1625355 1625355

6. Pengamatan 6 (11 September 2022)


BLOK DIAGRAM

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,44 88055,38 87,04 85417,6 0,065 983,0834 20,4463 1654,7182
M&I 0,3 4855,995 0,29 284,594 0,033 499,1039 50,3188 4072,2967
Minyak 94,26 1525754 12,67 12433,8 99,9 1510954 29,235 2365,9851
Sub Total 100 1618665 100 98136 100 1512436 100 8093
TOTAL 1618665 1618665

LB-10
7. Pengamatan 7 (15 September 2022)
BLOK DIAGRAM

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,59 86116,5 86,99 83346 0,063 905,3711 24,422 1865,1055
M&I 0,28 4313,53 0,33 316,176 0,034 488,613 45,9439 3508,7367
Minyak 94,13 1450115 12,68 12148,8 99,903 1435703 29,6341 2263,1578
Sub Total 100 1540545 100 95811 100 1437097 100 7637
TOTAL 1540545 1540545

8. Pengamatan 8 (08 Oktober 2022)


BLOK DIAGRAM

LB-11
TABEL NERACA MASSA TOTAL
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,34 85449,35 87,02 83429,555 0,061 912,72165 13,776 1107,0685
M&I 0,33 5280,578 0,31 297,2094 0,037 553,61805 55,124 4429,7501
Minyak 94,33 1509445 12,67 12147,236 99,9 1494798,66 31,1 2499,1814
Sub Total 100 1600175 100 95874 100 1496265 100 8036
TOTAL 1600175 1600175

9. Pengamatan 9 (12 Oktober 2022)


BLOK DIAGRAM

TABEL NERACA MASSA TOTAL

LB-10
Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,14 83757,379 87,2 80996,34 0,071 1085,78 22,917 1675,25778
M&I 0,33 5377,4193 0,33 306,6987 0,037 565,831 61,626 4504,88996
Minyak 94,5 1540386,2 12,5 11635,96 99,89 1527620 15,456 1129,85226
Sub Total 100 1629521 100 92939 100 1529272 100 7310
TOTAL 1629521 1629521

10. Pengamatan 10 (15 Oktober 2022)


BLOK DIAGRAM

TABEL NERACA MASSA TOTAL


Masuk Keluar
Losses
Komponen CPO PFAD RBDPO
% Kg % Kg % Kg % Kg
FFA 5,39 86305,704 87,04 82841,19 0,069 1033,9395 32,066 2430,574
M&I 0,31 4963,7789 0,32 304,5632 0,038 569,41594 53,955 4089,8
Minyak 94,3 1509949,5 12,64 12030,25 99,893 1496859,6 13,979 1059,626
Sub Total 100 1601219 100 95176 100 1498463 100 7580
TOTAL 1601219 1601219

LB-11
LAMPIRAN C

DOKUMENTASI

Gambar LC.1. Bersama Pak Jonsen Supervisor Gambar LC.2. Safety Briefing

Gambar LC.3. Tinjauan Lapangan Refinery Gambar LC.4. Tinjauan Lapangan


Boiler

LC-1
Gambar LC.5. Tinjauan Lapangan Gambar LC.6. Tinjauan Lapangan
Proses Vaccum Refinery Perbaikan Pompa

Gambar LC. 7. Pengeluaran Filter Leaf Gambar LC. 8. Pembersihan Filter Leaf

LC-2
Gambar LC.9. Tinjauan Lapangan Tank Farm Gambar LC.10 Tinjauan Lapangan
Pengolahan Limbah

Gambar LC. 11. Tangki Hidrant Gambar LC.12. Pergantian Filter Bag

LC-3

Anda mungkin juga menyukai