Anda di halaman 1dari 23

ROAD MAP

PASCA PANEN DAN PEMASARAN ANGGREK, 2005-2010

DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN JAKARTA, 2005

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI BAB I BAB II PENDAHULUAN KONDISI SAAT INI 1. Perkembangan Produksi Anggrek 2. Preferensi Konsumen 3. Pasar Anggrek Dalam Negeri 4. Ekspor - Import 5. Negara Pesaing Eksport 6. Infrastruktur 7. Kebijakan Pemerintah PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN 1. Potensi Pasar Dalam dan Luar Negeri 2. Pohon Industri Usaha Anggrek 3. Potensi Pengembangan Anggrek 4. Arah Pengembangan Anggrek TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM DUKUNGAN KEBIJAKAN DUKUNGAN PENDANAAN UNTUK INVESTASI i 1 2 2 3 4 4 6 7 7 8 8 9 10 11 16 17 19 20 21

BAB III

BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII LAMPIRAN

BAB. I PENDAHULUAN

Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis yang beragam dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta ungkapan dukacita maupun dukacita. Hongkong, Singapura dan Amerika

Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek dari Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan mengelola tanaman anggrek sebagai tanaman komersil, karena peluang pasar di dalam dan di luar negeri yang masih terbuka. Anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani dan pendapatan asli daerah.

Sejalan dengan permintaan anggrek baik sebagai tanaman maupun sebagai bunga potong yang cukup besar, maka usaha peningkatan dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting. Untuk memperluas pasar dan meningkatkan kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri, diperlukan teknologi untuk menghasilkan anggrek dengan warna yang beragam, bentuk yang menarik, dan tahan lama dengan harga yang relatif terjangkau.

Pengembangan usaha tanaman dan bunga anggrek yang berkualitas sesuai standar yang diminta pasar, diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi.

BAB. II KONDISI SAAT INI

1. Perkembangan Produksi Perkembangan luas panen dan produksi komoditas tanaman dan bunga anggrek saat ini cenderung meningkat di beberapa propinsi di Indonesia. Meskipun pada tahun 2001 luas areal panen tanaman anggrek mengalami penurunan, namun pada tahun 2002 luas panen kembali meningkat dan dapat diperkirakan luas panen pada tahun 2005 mencapai 1.903.080 m2, seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen (m2) Tanaman Anggrek menurut Propinsi


No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Propinsi
Sum-Utara Riau Jambi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Kal-Barat Kal-Timur Sul- Utara Sul- Selatan Gorontalo Indonesia

2000
60.610 733 5.139 126.097 475.967 89.931 73.075 41.935 0 40.988 8.499 12.943 3.505 11.317 0 950.739

2001
105.796 598 7.988 77.765 346.597 82.148 68.847 31.176 53.022 38.681 15.010 4.279 4.638 4.964 1.065 842.574

2002

TAHUN 2003
83.976 1.121 4.881 295.558 195.963 98.327 37.193 15.522 464.690 142.471 28.881 7.605 2.743 2.400 1.448 1.382.780

2004*)
96.170 1.147 4.726 323.961 146.247 91.995 32.406 9.693 634.621 190.983 41.484 10.468 2.531 1.437 1.978 1.589.848

2005*)
110.134 1.174 4.576 355.094 109.144 86.070 28.236 6.053 866.694 256.013 59.588 14.408 2.335 860 2.701 1.903.080

73.023 1.099 5.032 150.795 261.284 104.603 42.265 25.035 339.190 106.322 20.05 5.511 2.981 4.000 1.065 1.142.261

Sumber Keterangan

: Profil tanaman hias, Direktorat Tanaman Hias, 2004 : *) proyeksi

Menurunnya luas areal panen, berpengaruh pada turunnya produktsi anggrek secara nasional. Namun demikian, produktivitas tanaman anggrek untuk menghasilkan bunga mengalami peningkatan, pada tahun 1990 produktivitas anggrek 2,08 tangkai per tanaman dengan produksi 15.474.695 tangkai dan tahun 2000 meningkat menjadi 3,43 tangkai per tanaman, namun karena luas panen menurun jumlah produksi hanya 7.691,280 tangkai seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Produktivitas Tanaman Anggrek di Indonesia, 1990-2005


Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 2000 2001 2002 2003 2004 * 2005 * Sumber Keterangan Jumlah Tanaman Produksi (tangkai) Produktivitas (tangkai/tanaman) 2,08 3,13 2,84 2,92 2,79 3,82 3,43 3,69 3,97 4,27 4,60 4,95

15.474.695 7.455.456 13.846.546 4.420.229 11.714.457 4.126.427 11.129.935 3.806.362 11.576.063 4.147.122 11.614.355 3.039.477 3.260.858 950.739 4.450.787 1.205.764 4.995.735 1.257.607 5.835.265 1.364.978 6.815.877 1.481.517 7.961.280 1.608.006 : Direktorat Tanaman Hias, 2004 (diolah) : * proyeksi

Dibandingkan dengan produktivitas anggrek dari negara tetangga seperti Thailand dengan rata-rata 10-12 tangkai per tanaman, maka produktivitas anggrek Indonesia secara nasional rata-rata sangat kecil, yaitu hanya dapat mencapai 3-4 tangkai per tanaman.

2. Preferensi Konsumen

Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan dan bentuk bunga tersebut. Selera masyarakat terhadap bunga dipengaruhi oleh produsen dan trend luar negeri, sering berubah-ubah tergantung dari variasi warna bunga dan maksud penggunaannya. Anggrek jenis Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan warna bunganya lebih bervariasi, Cattleya hanya digunakan sebagai pemanis dalam rangkaian bunga anggrek dan bunga Vanda banyak digunakan sebagai garnis pada makanan dan minum. Pada saat in8 anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium Golden Shower (26%), Catleya (20%) dan Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%).

3. Pasar Anggrek Dalam Negeri

Pasar anggrek saat ini terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Konsumen pasar dalam negeri adalah para penggemar dan pencinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat-tempat tertentu dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedunggedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenis-jenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas, Dendrobium dan Golden Shower. Untuk memenuhi permintaan konsumen anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh produksi dalam negeri juga dari impor untuk jenis-jenis tertentu, seperti Phalaenopsis dan Dendrobium. Jenis anggrek yang banyak dijual di Jakarta dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Jumlah anggrek yang dijual di Jakarta


Anggrek 1. Vanda Douglas 2. Dendrobium 3. Golden Shower 4. James Storie 5. Magie Oie 6. Cattleya Total 1996 9.335.150 2.017.700 763.500 376.500 629.700 8.545 13.131.095 1997 Tahun (tangkai) 1998 6.094.875 1.539.500 1.530.000 275.600 268.500 7.370 9.715.845 1999 5.110.625 1.443.750 525.400 287.650 182.900 6.322 7.556.647 2000 6.510.025 1.848.334 627.500 352.644 219.231 9.287 9.567.021

7.501.500 1.812.000 687.200 306.500 456.600 5.498 10.769.348

4. Ekspor - Impor Tanaman Anggrek

Perkembangan industri anggrek di Indonesia pada periode 1997-1999 ketika era krisis ekonomi, menurun drastis. Namun dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional sekitar tahun 2000, indutri anggrek mulai menunjukkan peningkatan aktivitas. Bila dilihat dari perkembangan ekspor, maka ekspor anggrek Indonesia terdiri atas tiga macam bentuk yaitu benih, tanaman dan bunga potong. Pada tahun 2000, ekspor anggrek Indonesia mencapai 1,473,722 kg atau senilai 2,340,506 dollar dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 2,720,691 kg atau senilai 3,941,929 dollar. Namun ekspor anggrek pada tahun
6

berikutnya menurun terus dan sebaliknya impor anggrek baik volume maupun nilainya meningkat seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4 . Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor- Impor Anggrek Tahun 2000-2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004*) 2005*) Growth (%) *) : proyeksi Ekspor Volume (kg) Nilai (US $) 1.473.722 1.211.510 2.720.691 711.344 702.173 772.390 10 2.340.506 2.439.598 3.941.929 1.710.982 1.808.843 2.351.496 3 Impor Volume (kg) Nilai (US $) 91.685 523.981 169.179 72.757 157.155 339.455 116 604.555 1.716.958 375.050 217.613 263.312 318.607 21

Negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia cukup luas, mulai dari 5 negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan Belanda sampai berkembang menjadi 30 negara. Pada tahun 2000 negara tujuan ekspor hanya ke 17 negara, akan tetapi terdapat 5 negara tujuan ekspor baru, yaitu Pakistan, Malaysia, Nigeria, Mexico dan Saudi Arabia. Sampai dengan tahun 2004 terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia, dengan perkembangan volume dan nilai ekspor berdasarkan negara tujuan seperti pada tabel 5a dan 5b. Tabel 5a. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek berdasarkan Negara Tujuan, Tahun 2000-2004 (kg)
2000 140.194 139.000 140.907 40.890 55.378 648 52.000 89.511 9.550 0 5.037 673.115 2001 67.579 72.094 39.876 192.029 53.512 8.219 182.000 25.500 15.664 55.712 47.193 759.378 2002 62.899 299.100 183.891 82.960 35.511 30.793 0 31.431 7.362 1.646 9.139 744.732 2003 258.077 14.000 96.609 11.650 82.491 124.299 0 30.240 18.518 0 75.460 711.344 2004 250.916 2.000 18.170 0 14.167 107.760 0 0 15.100 0 18.000 426.113

Negara Tujuan Ekspor 1. Taiwan 2. Korea 3. Singapura 4. China 5. Belanda 6. Jepang 7. Pakistan 8. Hongkong 9. Amerika 10. India 11. Lainnya Total Sumber : WTO, 2002

Tabel 5b.

Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2000-2004 (USD - cif)
2000 27.752 19.200 102.407 7.164 609.099 5.806 18.900 51.242 234.208 0 62.846 1.138.624 2001 56.488 44.209 49.816 23.520 567.735 83.047 60.460 8.162 342.710 14.646 184.729 1.435.522 2002 32.979 72.911 78.883 14.693 314.985 276.660 0 11.551 150.863 615 235.418 1.189.558 2003 138.093 4.000 23.550 3.652 258.004 512.130 0 4.200 88.132 0 679.221 1.710.982 2004 42.757 1.740 13.669 0 47.390 874.684 0 0 23.555 0 322.159 1.325.954

Negara Tujuan Ekspor 1. Taiwan 2. Korea 3. Singapura 4. China 5. Belanda 6. Jepang 7. Pakistan 8. Hongkong 9. Amerika 10. India 11. Lainnya Total Sumber : WTO, 2002

5. Negara Pesaing Eksport Anggrek

Negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi pesaing Indonesia adalah Thailand, Taiwan, Belanda, Colombia, Afrika Selatan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New Zealand, Albania dan Rusia. Thailand mengekspor anggreknya untuk mengisi kebutuhan konsumsi negara-negara Eropa seperti Italia (51%), Belanda (47%), Inggris (18% ) dan Jerman (12%). Sedangkan Belanda sebagai negara eksportir utama di Eropa mengisi sebagian besar pasar anggrek di negara Jerman (87%), Inggris (72%), Italia (45%) dan Belgia (3%).

Di Belanda harga rata-rata tanaman anggrek Phalaenopsis dalam pot diameter 13 cm dengan 2 cabang bunga pertanaman mencapai EUR 4.54, sedangkan harga rata-rata adalah sekitar EUR 2.70. Harga tanaman anggrek berbunga di Malaysia berkisar antara 45-60 RM dan yang memiliki keunggulan khusus seperti Phalaenopsis hitam dapat mencapai 10.000 RM. Harga bunga potong anggrek 2 RM pertangkai, namun bila dijual dalam kotak sebagai gift berisi 8 tangkai dapat mencapai sekitar 27 RM perkotak.

6. Infrasturktur

Secara infrastruktur, tanaman anggrek akan tumbuh baik bila kebutuhan airnya tercukupi dengan frekuensi dan jumlah air yang tergantung pada jenis, ukuran tanaman dan keadaan lingkungan pertanaman. Di bidang transportasi, pengangkutan untuk jarak dekat menggunakan sepeda motor dan untuk jarak jauh menggunakan kereta api, kapal laut atau pesawat terbang. Untuk eksporimpor komoditas tanaman hias khususnya bunga potong anggrek memerlukan penanganan khusus seperti pengemasan khusus ekspor dan fasilitas ruang pendingin. Untuk menjaga jejaring kerja dan informasi harga dan jumlah pasokan anggrek yang tersedia pada disetiap sentra produksi, diperlukan sarana komunikasi yang memadai.

5. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah untuk

perdagangan dan investasi di bidang

tanaman hias belum banyak membantu pelaku usaha dalam pengembangan agribisnis tanaman hias. Kebijakan penurunan tarif impor produk hortikultura menjadi 5 % dan benih sebesar 0 % menyebabkan produk anggrek kalah bersaing dengan produsen dari negara-negara lain. Demikian juga dengan naiknya jasa karantina lebih dari 100% pertanaman dan sulitnya pengurusan ijin budidaya dan perdagangan/ekspor anggrek (CITES).

Rendahnya daya saing produk florikultur Indonesia di pasaran dunia seperti anggrek dipengaruhi oleh beberapa hal seperti belum diterapkannya standarisasi mutu oleh para pelaku usaha, Dibidang transportasi, tidak adanya kebijakan pemerintah dalam transportasi hasil pertanian dan tidak tersedianya fasilitas cargo pada maskapai penerbangan menyebabkan biaya angkut produk florikultura sangat mahal karena dikenakan tarif komersial, yang berimplikasi pada tingginya harga produk florikulturaa di pasaran dunia.

BAB. III PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN

1. Potensi Pasar Dalam dan Luar Negeri

Sejalan dengan globalisasi ekonomi, maka usaha peningkatan kualitas dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting, karena akan meningkatkan daya saing dan mempermudah perluasan pasar di dalam dan luar negeri. Apabila pelaku usaha tidak mampu melakukan hal tersebut, maka komoditas anggrek tidak akan mampu bersaing dengan produk yang masuk dipasar domestik.

Di DKI Jakarta, jumlah penjualan bunga anggrek dalam bentuk tanaman dan bunga potong meningkat terus sejak 1997 dibandingkan dengan kebutuhannya seperti terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Volume Kebutuhan dan Nilai Jumlah Penjualan Tanaman dan Bunga Potong Anggrek. Tahun 1997 -2001
Tahun Volume Kebutuhan Tanaman Bunga Potong 71.652 72.041 83.017 188.454 10.769.348 9.715.845 7.566.547 9.567.647 7.362.369 Jumlah Penjualan Tanaman Bunga Potong 1.368.523.000 1.447.657.500 1.774.307.000 4.934.800.000 4.389.160.266 3.470.897.290 4.055.830.681 5.639.757.026 8.160.569.242

1997 1998 1999 2000 2001

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI

Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai 2.720.691 kg dengan nilai US $ 1.756.158. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, compot dan individu), tanaman berbunga dan bunga potong.

Tahun 2003 ekspor bunga potong seperti Aranda mencapai volume 175 kg dengan nilai US$ 1.081, Cattleya mencapai volume 253.426 kg senilai US $

10

66.320; dan tanaman pot berbunga Phalaenopsis dengan volume 57.747kg senilai US $ 588.687 dengan tujuan negara Denmark, Jepang, Taiwan dan Thailand, Siangapore, Bangladesh, Amerika, Canada dan Belanda. Selain itu anggrek juga diekspor ke negara Jepang, Hongkong, Republik Korea, Taiwan, China, Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Amerika, Canada, United Kingdom, Belanda, Perancis, Jerman dan Swiss dengan volume 291.440 kg dan nilai US $ 987.894.

Upaya peningkatan ekspor tanaman, bunga potong

maupun pot

berbunga harus dilakukan mulai dari perbaikan varietas, penanganan pasca panen, standarisasi dan kebijakan pemerintah menyangkut kemudahan cargo dan transportasi udara, kemudahan ekspor (tarif dan pengurusan dokumen), pembebasan bea masuk untuk bahan plastik dan kimia, dan penyediaan ruangan dingin di bandara.

2. Pohon Industri di Bidang Usaha

Usaha Anggrek harus berorientasi pasar. Khusus usaha produk bunga potong dan bunga pot sangat ditentukan selera konsumen. Permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha, petani, produsen bunga potong dan pot maupun bibit anggrek harus mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-terobosan melalui promosi didalam dan luar negeri dengan diikuti peningkatan produksi, pembinaan peningkatan kualitas dan profesionalisme pengusaha, petani produsen anggrek. Kelengkapan fasilitas pengembangan penganggrekan seperti laboratorium perbenihan, green hause dan sarana-

sarana penunjang lainnya mulai dari pengadaan benih sampai pasca penen merupakan prasyarat dalam bisnis penganggrekan. Yang tidak kalah pentingna adalah pemilihan varietas unggul baik pada bidang usaha perbenihan sampai dengan produk akhir bunga potong dan pot. Bagan alur industri anggrek disajikan pada gambar berikut.

11

GAMBAR POHON INDUSTRI USAHA ANGGREK

Anggrek

Plantlet

Compot/seedling/ remaja

Pot plant

Bunga potong

Pengadaan laboratorium perbenihan Pemilihan pohon induk anggrek hasil hibridasi (varietas unggul) Jenis anggrek (bunga potong, pot plant)

Pengadaan/penggunaan bibit unggul Teknologi budidaya : - Pemilihan media tumbuh (jenis media) - Pemupukan (jenis pupuk) - Pengendalian hama dan penyakit (pestisida) Sarana dan prasarana - Naungan (paranet) untuk rumah sere - Rak - springkle - pengatur kelembaban

Teknologi pascapanen - Kriteria tanaman pot bermutu & tahan lama di wismasari (indoors) - Transportasi - Teknik memperpanjang umur peragaan di dalam naungan (ambient & AC) - Teknik pemeliharaan keragaan di pengecer & di konsumen Sarana dan Prasarana - Naungan (paranet) untuk rumah sere - rak - springkle - pengatur kelembaban

Teknologi perlakuan segar - Teknologi pemanenen - Ortasi/grading - Pra pendinginan - Larutan pengawet (holding &pulsing solution) - Pengemasan - Transportasi - Penyimpanan Sarana dan Prasarana: - Ruang pendingin

3. Potensi Pengembangan Anggrek

Untuk meningkatkan produksi tanaman dan bunga anggrek yang rata-rata produktivitasnya saat ini masih tergolong rendah bila dibandingkan potensinya, diperlukan upaya meningkatkan potensi genetik. Sehingga Pengembangan kawasan sentra untuk meningkatkan produksi secara perhitungan dapat ditingkatkan sehingga mencapai 2-3 kali lipat produksi dari yang dicapai saat ini.

12

Dari proyeksi produksi tahun 2010, produktivitas anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai tanaman dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini :

Tabel 8. Target Produktivitas anggrek sampai tahun 2010 (tangkai pertamanan)


Tahunl 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Produktivitas 4 5 6 7 8 10 Tingkat Pertumbuhan (%) 25 20 17 14 25 Keterangan Rata-rata tangkai pertanaman = 4 tangkai (2005)

4. Arah Pengembangan Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek

Dalam upaya untuk mencapai industri pengembangan anggrek yang diinginkan, perlu disusun berbagai tahapan strategis. Sejalan dengan arah kebijakan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, kegiatan yang akan dilakukan adalah mulai dari penyusunan paket teknologi dan Standar

Prosedur Operasional (SPO) Good Handling Practices (GHP), Standardisasi mutu untuk berbagai jenis tanaman dan bunga anggrek; sosialisasi dan bimbingan penerapan SPO GHP, SNI, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen; pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan; peningkatan SDM sampai regulasi investasi dan promosi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan-kegiatan tersebut mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2010 seperti pada tabel 9 berikut.

13

Tabel 9. Kerangka Sasaran Pengembangan Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek, tahun 2005-2010
No A Sasaran Tersedianya panduan dan diterapkannya teknologi pasca panen dan standarisasi mutu 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Penyusunan paket Teknologi SPO GHP dan standardisasi mutu Sosialisasi dan bimbingan penerapan SPO GHP dan standarisasi mutu Bimbingan manajemen mutu dan pasca panen Kelembagaan usaha dan kemitraan Peningkatan SDM, petugas/pelaku Pengembangan kawasan sentra

Pengembangan Kawasan P3HP Anggrek

Tersedianya produksi berkualitas secara cukup dan kontinyu Terpenuhinya permintaan pasar dalam negeri dan meningkatnya ekspor

Bimbingan manajemen mutu dan pasca panen Standarisasi prasarana pengemasan dan pendingan Promosi, show window Dukungan Regulasi (Tarif, pajak, transportasi, perizinan, CITES, ekspor) dan investasi

a. Tersedianya panduan teknologi pasca panen dan standarisasi

1).

Penyusunan paket teknologi dan standarisasi (2005-2008) Dalam upaya pengembangan industri anggrek yang berdaya saing dibutuhkan dukungan teknologi dan standarisasi sebagai perangkat kebijakan yang memadai. Komponen teknologi yang dibutuhkan didalam penanganan setelah panen (pasca panen) adalah adanya pedomanpedoman atau standar prosedur operasi (SPO) dalam handling dan pengemasan yang standar dalam transportasi agar tanaman atau bunga dapat tetap dalam keadaan prima sampai ditempat konsumen. Disamping itu standarisasi mutu anggrek yang sudah ada perlu dikaji ulang, direvisi atau disusun kembali bila belum ada untuk disesuaikan dengan standar internasional ataupun dengan permintaan pasar baik domestik maupun internasional.

14

Negara-negara tujuan ekspor memberikan syarat bahwa komoditas anggrek harus bebas dari OPT (Organisme Pengganggu tanaman) baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Sedangkan pihak importir menghendaki suatu standar mutu/grade tertentu yang dapat dikaitkan

dengan masalah harga. Untuk itu, agar pelaku usaha mempunyai panduan dalam nenerapkan standarisasi dalam perdagangan diperlukan standarisasi tentang tanaman dan bunga anggrek secara nasional yang dikonsensuskan oleh para stake holder peranggrekan dan ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).

2)

Sosialisasi dan Bimbingan Penerapan SOP GHP dan SNI (2005-2008) Panduan, pedoman dan teknologi SPO GHP serta Standar yang disusun perlu disosialisasikan dan diterapkan oleh pelaku usaha sehingga dapat dihasilkan produk sesuai standar secara konsisten. Untuk itu, sosialisasi dan bimbingan dalam penerapan pedoman, panduan teknologi dan standarisasi harus dilakukan secara terus menerus sehingga terjadi perubahan perilaku produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dengan kualitas sesuai permintaan pasar.

b.

Pengembangan kawasan P3HP berbasis anggrek

1)

Bimbingan Manajemen Mutu dan Pasca Panen (2005-2010) Dalam upaya menghasilkan produk sesuai standar yang konsisten, pelaku usaha harus menerapkan sistem menejemen mutu, mulai dari

penyusunan dokumen mutu termasuk peryaratan dasar sanitasi dan handling pasca panen serta penerapannya. Untuk itu perlu dilakukan bimbingan manajemen mutu dan pasca panen agar pelaku usaha

tanaman maupun bunga potong mempunyai jaminan mutu dan mampu telusur dari produk yang dihasilkannya.

15

2)

Kelembagaan usaha dan kemitraan (2005-2008) Kelembagaan P3HP harus diperkuat agar mempunyai posisi tawar yang tinggi. Kemampuan pelaku usaha sebagai produsen dengan skala usaha yang memadai didukung dengan pelatihan teknis dan manajerial, akan mampu meningkatkan pelaku usaha kepada profesionalisme. Kemitraan yang saling menguntungkan antar pengusaha besar/eksportir dengan petani/kelomp[ok tani sebagai pemasok dapat mempercepat terjadinya peningkatan ekspor.

3)

Peningkatan SDM Petugas dan Pelaku (2005-2008) Agar pelaku usaha memiliki kemampuan yang memadai, perlu

peningkatan pengetahuan baik teknis maupun manajerial, sehingga mampu mengelola usahanya secara profesional. Pengetahuan teknis

yang diperlukan antara lain adalah cara penanganan pasca panen, penerapan standarisasi, cara-cara negosiasi, mencari peluang pasar, dll. 4) Pengembangan Kawasan (2007-2010) Pengelolaan usaha secara kawasan akan lebih efisien karena memenuhi kaidah skala usaha. Begitu juga dengan penerapan pasca panen, standarisasi, dan penerapan prinsip-prinsip pemasaran lainnya.

c.

Tersedianya produksi secara kontinyu dan berkualitas (2006-2010)

1)

Bimbingan manajemen mutu dan pasca panen Untuk menghasilkan produk berkualitas secara konsisten, pelaku usaha perlu menerapkan manajemen mutu sehingga memiliki jaminan mutu. Bimbingan manajemen mulai dari penyusunan panduan mutu, penerapan GHP sebagai prerequisite, penerapan sistem, penentuan titik-titik kritis, monitoring dan tindakan koreksi yang harus dilakukan bila terjadi penyimpangan diluar standar. Bimbingan termasuk untuk mendapatkan sertifikasi produk jaminan mutu.

16

2)

Prasarana pemasaran dan gudang pendingin Tersedianya sarana pemasaran seperti TA/STA khusus untuk tanaman dan bunga anggrek dengan kelengkapan gudang pendingin merupakan kebutuhan yang mendesak.

d.

Terpenuhinya permintaan pasar dalam negeri dan meningkatnya ekspor (2005-2010)

1)

Promosi didalam dan luar negeri Promosi merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan dan memasarkan produk. Hal ini dilakukan dengan keikut sertaan dalam pameran pada event di luar negeri, pameran di dalam negeri, promosi melalui media cetak dan elektronik ataupun dengan membuka autlet di tempat-tempat strategis seperti Bandara.

2)

Dukungan Regulasi dan Investasi Untuk meningkatkan gairah usaha dibidang pemasaran tanaman dan bunga anggrek terutama untuk ekspor, perlu adanya dukungan regulasi seperti peningkatan tarif impor, penurunan pajak dan jasa karantina,

kemudahan pengurusan perijinan perdagangan/ekspor anggrek (CITES), dispensasi tarif pengangkutan udara, penyediaan fasilitas cargo, dan kebijakan pemberian kemudahan berinvestasi di lokasi-lokasi usaha.

17

BAB. IV TUJUAN DAN SASARAN

Pengembangan agribisnis tanaman dan bunga anggrek diarahkan guna mendukung perkembangan sistem dan usaha agribisnis tanaman anggrek yang memiliki potensi daya saing tinggi, berkelanjutan, mendatangkan devisa dan dapat mendorong perekonomian nasional serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha.

Sasaran pengembangan pasca panen dan pemasaran tanaman dan bunga anggrek periode tahun 2005-2010 adalah meningkatnya kualitas dan pemasaran tanaman dan bunga anggrek dalam negeri sebesar 25% pada tahun 2010 dan meningkatnya ekspor sebesar 50% pada 2010 dibanding tahun 2005.

18

BAB. V KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

Dalam upaya mencapai kondisi pemasaran tanaman dan bunga anggrek yang diharapkan, maka strategi yang ditempuh adalah melaksanakan kegiatan pasca panen dan pemasaran pada lokasi pilot projek P3HP (Pelayanan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian) yang ada di sentra produksi dengan diikuti oleh dukungan pembinaan SDM, penyediaan infrastruktur dan kebijakan yang kondusif untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, program pengembangan tanaman dan bunga anggrek sebagai berikut : 1. Peningkatan mutu dan standarisasi tanaman dan bunga anggrek di lokasi sentra produksi melalui pembinaan, bimbingan dan penerapan SPO GHP dan sistem jaminan mutu sesuai standarisasi tanaman dan bunga anggrek. 2. 3. Harmonisasi standar bunga anggrek dengan negara tujuan ekspor. Pengadaan dan perbaikan infrastruktur pemasaran seperti terminal/subterminal agribisnis khusus bunga, pasar lelang serta penyediaan gudang berpendingin. 4. Fasilitasi peningkatan kualitas SDM dengan melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan pelaku dan petugas dalam bidang teknis dan manejerial yang profesional. 5. Fasilitasi pengembangan Kawasan P3HP dan kelembagaan pemasaran dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium industri anggrek 6. Fasilitasi pengembangan jejaring pemasaran dan informasi di dalam dan luar negeri dengan melakukan perluasan pemasaran di dalam dan luar negeri, perbaikan iklim usaha tanaman anggrek dengan koreksi regulasi dan kebijakan, dan melakukan forum kerjasama dalam rangka pengembangan ekspor. 7. Promosi pemasaran agribisnis tanaman dan bunga anggrek dengan melakukan promosi di media cetak, elektonik, event nasional dan internasional

19

Untuk mendukung kebijakan dan program pengembangan tersebut di atas, maka kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam penanganan pasca panen dan pemasaran tanaman dan bunga anggrek adalah sebagai berikut : 1. Penanganan pasca panen 2. Penyusunan SPO paket teknologi pasca panen dan panduan GHP, Sosialisasi, pembinaan dan penerapan SPO teknologi dan GHP

Peningkatan mutu dan standarisasi Kaji ulang SNI dan penyusunan/revisi SNI berbagai jenis bunga anggrek Penyusunan standar pengemasan khusus eksport tanaman dan bunga anggrek Penyusunan dokumen panduan manajemen sistem jaminan mutu Sosialisasi, pembinaan dan penerapan standar dan sistem jaminan mutu sesuai tanaman dan bunga anggrek. Fasilitasi Harmonisasi standar pelabelan dengan negara mitra dan sertifikasi

3.

Pengembangan pemasaran domestik Fasilitasi pengembangan kelembagaan pemasaran dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium industri anggrek Fasilitasi infrastruktur pemasaran seperti TA/STA khusus bunga, autlet, pasar lelang dan penyediaan sarana gudang pendingin Fasilitasi kerjasama dan promosi serta Temu usaha/kontak bisnis antar pelaku usaha Fasilitasi forum komunikasi asosiasi pelaku pemasaran anggrek

4.

Peningkatan pemasaran Internasional Perluasan jaringan pemasaran dan informasi/market intelegent di luar negeri Identifikasi akses pasar baru di luar nageri Promosi dan pameran bunga di forum-forum internasional Regulasi biaya transportasi Memperjuangkan Harmonisasi tarif tarif bea masuk untuk memproteksi /pengendalian impor anggrek dari luar negeri.

20

5.

Peningkatan SDM pelaku dan petugas dalam bidang teknis penanganan pasca panen, mutu dan pemasaran yang profesional dalam pengembangan agribisnis anggrek .

BAB. VI DUKUNGAN KEBIJAKAN

Dukungan kebijakan yang diperlukan dalam mengembangkan usaha agribisnis anggrek di Indonesia, dilakukan dengan mengintegrasikan komitmen antar Departemen terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Perdagangan dan Departemen Perhubungan yang dapat

disosialisasikan kepada pelaku usaha tanaman da bunga anggrek sehingga mampu bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Dukungan kebijakan yang diperlukan antara lain :

1. Pembatasan impor melalui peningkatan tarif impor produk florikultura. 2. Penurunan pajak dan jasa karantina guna peningkatan ekspor komoditas florikultura. 3. Kemudahan pengurusan perijinan perdagangan/ekspor anggrek (CITES). 4. Pemberian dispensasi tarif pengangkutan udara, melalui penyediaan fasilitas cargo yang tidak menerapkan tarif komersial pada produk florikultura. 5. Pembebasan bea masuk untuk peralatan laboratorium dan bahan-bahan kimia untuk memproduksi benih secara in-vitro 6. Kebijakan pemberian jaminan kemudahan berinvestasi di lokasi-lokasi usaha

21

BAB. VII DUKUNGAN PENDANAAN UNTUK INVESTASI

Perkiraan

kebutuhan

total

investasi

tahun

2005-2010

untuk

pengembangan pasca panen dan pemasaran anggrek pada industri primer bunga pot dan bunga potong diperlukan dana seperti pada tabel 11. Sebagian besar pengembangan diarahkan pada pengembangan industri anggrek oleh swasta besar untuk memenuhi atau meningkatkan volume ekspor anggrek. Industri primer akan dikembangkan sejalan dengan Industri hulu perbenihan yang akan dilakukan di pusat agribisnis anggrek yaitu : DKI. Jakarta, Jawa Barat, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.

Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Total Investasi untuk Penangan Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek, Tahun 2005-2010

Uraian Skala usaha

Bunga potong anggrek


UKM : 1.000-2.500m2 (10.000-25.000 tangkai) Besar/gabungan UKM, Industri 3.000 - >10.000 (30.000- > 10.000 tangkai Rp 97.233.000.000

Tanaman anggrek
2.500-10.000m2 /21.000-84.000 pot (50-200 p0t/hari) 1.500-50.000m2 /126-420.000 pot (300-1.000 pot/hari)

Investasi Total

Swasta Kelom pok Pemerintah

Rp 9.993.941.000

Rp 13.230.918.000

Nilai tambah Dukungan kebijakan

- Rp 60 milyard (R & D) - Rp 60 milyard (Pembinaan di sentra produksi, Pelatihan khusus untuk eksportir, Penyusunan SNI berbagai jenis bunga potong anggrek, Percontohan pasar lelang untuk bunga). - Rp 39 milyar (Infrastruktur : jalan, transportasi, informasi,pasar, sistem irigasi, sistem komunikasi) Rp 960.000.000 /ha - Kemudahan perizinan termasuk CITES, keringanan pajak, kemudahan cargo dan transportasi udara, kemudahan ekspor, penyediaan ruang pendingin di bandara, membangun sistem kemitraan usaha.

22

Lampiran :

ROAD MAP PENGEMBANGAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN ANGGREK TAHUN 2005-2010
Dukungan regulasi (tarif, transportasi, cargo, karantina, ekspor) Terpenuhinya produk dipasar domestik dan peningkatan ekspor Kerjasama jaringan pemasaran dan informasi) Daya saing Produk sesuai standar SNI tananan, bunga & kemasan ekspor Kawasan pengembangan anggrek berkualitas Kelembagaan usaha dan kemitran Jaminan mutu Tersedianya produk berkualitas dengan kuantitas yang kontinue Pengembangan Kawasan P3HP berbasis anggrek Pemenuhan pasar domestik, ekspor dan devisa negara

Tersedianya Prasarana pemasaran, paket teknologi dan standarisasi Pengetahuan pasca panen dan standar Paket teknologi dan standarisasi mutu

2005

2006

2007

2008

2009

2010

SASARAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN ANGGREK

23

Anda mungkin juga menyukai