OLEH
SRI VINA HIDAYANI
BP: 2220262001
2. 1 Lada
Tanaman lada (Piper nigrum L) berasal dari daerah barat Ghat, India dan
kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia termasuk Indonesia. Penyebaran
lada di Indonesia pertama kali dilakukan oleh para koloni Hindu yang sedang
melakukan perjalanan dalam misi penyebaran agamanya. Setelah itu, lada di
Indonesia menyebar ke berbagai pulau. Selain ke Indonesia penyebaran lada juga
diperdagangkan secara monopoli ke Yunani dan Romawi (Eropa) oleh para
pedagang Arab sebelum diambil alih oleh Romawi hingga abad ke-15.
Lada merupakan salah satu dari bahan rempah-rempah yang memiliki harga
yang sangat tinggi. Nilai yang tinggi ini menyebabkan bangsa Portugis pada tahun
1498 datang ke Asia dan mulai menguasai perdagangan rempah di India. Sejak
tahun 1611, setelah hegemoni Portugal dipatahkan Belanda, perdagangan rempah-
rempah jatuh ke tangan Belanda sampai sebelum Perang Dunia II. Sekitar tahun
1956 bangsa Belanda mulai melakukan ekspedisi ke Samudera Hindia dan
mendarat di Pulau Batam. Pada pertengahan abad 17 mereka berhasil menguasai
perdagangan cengkeh, pala dan fuli di Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Sekitar akhir
abad 17 perdagangan lada yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan telah dapat
dikuasai. Sementara itu, Amerika Serikat masuk dalam perdagangan rempah-
rempah di Timur Jauh setelah Belanda mengalami kerugian pada tahun 1799.
Dengan demikian, sejak saat itu perdagangan makin meluas hingga ke Benua
Amerika.
Lada merupakan tanaman yang tumbuh merambat pada sebuah tajar yang
mati atau hidup. Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis
dengan temperatur optimum 23°C sampai 30°C dan curah hujan sebesar 2000
hingga 2500 mm per tahun yang merata sepanjang tahun. Tanaman ini sangat baik
ditanam pada lahan yang agak miring, subur secara fisik dan ekonomi dan dengan
drainase yang baik serta mendapat sinar matahari yang cukup.
Lada (Piper nigrum L) termasuk keluarga Piperciae yang meliputi ratusan
jenis tanaman lada. Di Indonesia dijumpai sekitar 40 jenis lada. Jenis lada yang
dikenal di daerah-daerah penghasil lada ialah Kerinci, Jambi, Bangka, dan Bulok
Belantung. Lada Kerinci, Jambi, dan Bangka termasuk lada dengan buah besar
tetapi tidak tahan penyakit busuk pangkal, sedangkan lada Bulok Belantung
buahnya kecil tetapi agak tahan terhadap penyakit tersebut. Selain itu, juga terdapat
jenis Bengkayang dan Kucing di Kalimantan Barat.
Berdasarkan perbedaaan waktu pemetikan dan proses pengolahan dikenal dua
jenis lada yaitu lada hitam dan lada putih. Kedua jenis ini berbeda dalam
persyaratan bahan olah, cara pengolahan, waktu pengolahan, dan biaya pengolahan.
Perbedaan kedua jenis lada ini juga terdapat dalam hal pengolahan lanjutan serta
gradingnya yang sesuai dengan spesifikasi pasaran dunia.
bahan wewangian. Lada hitam umumnya diolah lebih lanjut menjadi oleoresin lada
(pepper oleoresin) atau minyak lada (pepper oil). Minyak lada terutama digunakan
sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai macam industri makanan dan juga
dipakai dalam industri kosmetika dan farmasi. Salah satu jenis obat yang dapat
dibuat dari minyak lada adalah balsam lada dalam bentuk krim. Sementara itu, lada
putih dapat diolah lebih lanjut menjadi lada bubuk (ground pepper).
Selain itu, produk lada lainnya adalah lada hijau yang merupakan produk
olahan dari lada dimana warna hijaunya dipertahankan. Lada hijau memiliki rasa
yang khas, warna dan penampakannya alami sehingga dapat digunakan sebagai
bahan hiasan pada makanan dan dapat dipakai langsung pada makanan yang
dihidangkan. Berdasarkan cara pengolahannya dikenal beberapa bentuk lada yaitu
lada hijau dalam bentuk kering, lada hijau dalam bentuk larutan garam, dan lada
hijau dalam bentuk beku. Dari lada hijau dapat juga diolah menjadi green pepper
sauce
Sebagai barang ekonomis lada dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan,
antara lain sebagai bumbu masakan dan pengawet daging. Selain itu, dalam hal
farmasi lada sering digunakan sebagai bahan pembuat obat serta
2. 2 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional diawali dengan pertukaran atau perdagangan
tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya. Dasar dalam perdagangan
internasional adalah adanya perdagangan barang dan jasa antara dua negara atau
lebih yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Perdagangan terjadi apabila
terdapat permintaan dan penawaran pada pasar internasional. Terdapat beberapa hal
yang mendorong terjadinya perdagangan internasional, salah satunya adalah
dikarenakan perbedaan permintaan dan penawaran antar negara. Perbedaan ini
terjadi karena tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi
yang diperdagangkan dikarenakan faktor-faktor alam negara tersebt tidak
mendukung, seperti letak geografis dan perbedaan pada kemampuan suatu negara
dalam menyerap komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efsien (Salvatore, 1990).
Ilmu ekonomi internasional sebagai cabang ekonomi mempelajari kaitan ilmu
ekonomi internasional dan ilmu ekonomi makro. Perdagangan internasional
dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan
penawaran yang bersaing. Permintaan dan penawaran akan tampak dalam bentuk
interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen. Suatu negara akan
mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komditas yang
dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber daya (Lindert dan Kindleberger,
1995).
Perkembangan perekonomian dunia belakangan ini semakin diwarnai oleh
persoalan-persoalan yang kompleks dan upaya untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi melalui perdagangan internasional terasa semakin kompetitif dan penuh
dengan tantangan. Ada beberapa faktor yang yang mendorong atau menyebabkan
terjadinya perdagangan internasional, antara lain :
1 Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.
2 Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3 Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.
4 Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut
5 Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi
6 Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain, dan sebagainya.
Kegiatan perdagangan internasional jelas memberikan manfaat dan
keuntungan besar bagi negara yang melakukannya. Menurut Sadono Sukirno, ada
beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan perdagangan internasional
antara lain:
1 Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti kondisi geografi, iklim,
dan penguasaan iptek. Dengan adanya perdagangan Internasional, setiap
negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2 Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.
3 Memperluas pasar dan keuntungan
Terkadang para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesin (alat
produksinya) dengan maksimal karena kekhawatiran akan terjadi kelebihan
produksi. Dengan adanya kegiatan perdagangan Internasional maka
pengusaha dapat menjual kelebihan produk ke luar negeri.
4 Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
2. 3 Teori Perdagangan Internasional
1. Teori Keunggulan Komparatif
Teori Keunggulan Komparatif dikemukakan oleh David Ricardo dalam
karyanya yang berjudul “Principal of Politycal Economy and Taxation”. Secara
singkat teori dari David Ricardo ini memaparkan bahwa suatu negara akan
mengekspor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi lebih relatif efisien,
dan mengimpor barang-barang yang tenaga kerjanya memproduksi dengan relatif
kurang efisien, atau dengan kata lain pola produksi suatu negara akan ditentukan
oleh keunggulan komparatifnya. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam
teori keunggulan komparatif, seperti banyaknya asumsi yang mendasari
pembentukan teori ini yang pada akhirnya justru akan melemahkan korelasi antara
teori yang dibentuk dengan kenyataan yang ada.
2. Teori Hekser – Ohlin (HO)
Menurut teori yang dikembangkan oleh Eli Hecksher dan Bertil Ohlin
menyatakan bahwa setiap negara mempunyai faktor pendorong terjadinya
perdagangan internasional, seperti kepemilikan faktor produksi yang akan
menyebabkan terciptanya perbedaan harga untuk barang yang sama antara suatu
negara dengan negara yang lain. Secara sederhana dapat dijelaskan, apabila barang-
barang yang berbeda memerlukan proporsi faktor produksi yang berbeda dan
negara-negara yang berbeda memiliki kekayaan faktor produksi yang relatif
berbeda, negara-negara cenderung memiliki keuntungan komparatif dalam
menghasilkan barang-barang yang menggunakan intensif faktor-faktor yang
mereka miliki dalam jumlah yang lebih banyak, karena alasan inilah setiap negara
akhirnya akan mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi
relatif lebih banyak dan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif langka. Menurut teori Hecksher-Ohlin, perdagangan
internasional digerakkan oleh perbedaan sumber daya antar negara. Suatu negara
cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan lebih banyak
faktor produksi relatif melimpah di negaranya. Teori ini sangat menekankan
keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi antar negara dan
perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi barang-barangnya. Teori
ini memiliki beberapa kekurangan seperti kenyataan bahwa volume perdagangan
antar kelompok negara sedang berkembang dengan kelompok negara industri
adalah lebih kecil dari volume perdagangan antara negara-negara industri sendiri.
Hal ini bertentangan dengan konsep factor endowment Hecksher-Ohlin, dimana
keadaan yang seharusnya terjadi adalah sebaliknya.
3. Teori Product Life Cycle (PLC)
Teori ini dikembangkan oleh Raymond Vernon dalam karya tulisnya yang
berjudul Internastional Investment and International Trade in the Product Cycle.
Teori ini muncul sebagai respon terhadap teori Hecksher-Ohlin yang tidak dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi pada perdagangan Amerika Serikat dimana
secara umum barang-barang yang diekspor Amerika Serikat adalah lebih padat
karya dari pada barang-barang yang di impornya. Menurut teori ini, teknologi
memang memiliki peran penting terhadap tingkat kepuasan akan pemenuhan
kebutuhan. Perubahan teknologi yang terjadi dengan cepat sangat dipengaruhi oleh
tingkat inovasi dan invention yang merupakan hasil dari pengembangan research
dan development yang selanjutnya menyebabkan perubahan pemilikan input (factor
endowment). Di negara maju dan di negara sedang berkembang memiliki perbedaan
pada tingkat teknologi dan perkembangannya dalam kaitannya dengan
perkembangan teknologi. Vernon menghubungkan antara daur hidup produksi
terhadap perubahan lokasi pembuatan barang. Menurut Vernon, daur hidup
produksi dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
1) Tahap Pengenalan
Dalam tahap ini produk baru dikenalkan kepada publik, dimana
komponen biaya produksi per unit masih besar yang akhirnya menekan
penerimaan, produk belum diproduksi secara masal dan belum
standarnya produk tersebut menjadi ciri utama.
2) Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini terjadi perkembangan yang cukup pesat dan profit mulai
dihasilkan dari pemasaran produk.
3) Tahap Dewasa
Tahap ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan pemasaran produk
yang dikarenakan munculnya pesaing-pesaing baru di dalam negeri yang
nantinya akan menekan laba. Pada tahap ini pemasaran juga sudah
dilakukan melalui ekspor ke pasar internasional yang memiliki potensi
cukup besar.
4) Tahap Penurunan
Dengan adanya pemain baru di dalam negeri akan menciptakan biaya
tambahan yang harus dikeluarkan untuk mempertahankan daya saing.
Dan pada akhirnya biaya ini terus membesar dan apabila pertumbuhan
produksi semakin meningkat maka keuntungan yang dihasilkan justru
akan menurun. Untuk menekan biaya tambahan tadi maka perusahaan
harus melakukan ekspansi ke luar negeri, terutama yang potensi pasarnya
besar.
Kelebihan dari teori PLC ini selain kemampuan untuk menerangkan pola
perdagangan antara Negara negara yang memiliki factor endowment yang sama,
juga kemampuannya dalam menerangkan fenomena munculnya perusahaan
multinasional terutama kepada ekspansinya ke negara-negara sedang berkembang.
4. Teori Keungulan Kompetitif
Teori ini dikembangkan oleh Micel Porter di dalam bukunya yang berjudul
The Competitive Advantage of Nation, konsep mendasar pada teori ini adalah
tentang tidak adanya korelasi langsung antara dua faktor produksi yaitu sumber
daya alam yang melimpah dan sumber daya yang murah. Banyak negara yang
memiliki tenaga kerja dalam jumlah yang besar yang proposional dengan luas
wilayahnya, tetapi terbelakang dalam daya saing internasional. Begitu pula dengan
tingkat upah yang relatif murah dari negara lain yang justru berkorelasi kuat dengan
rendahnya motivasi dalam bekerja. Menurut Porter peran pemerintah dalam upaya
peningkatan daya saing sangat membantu. Porter menyebutkan bahwa ada empat
faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara dalam persaingan global, yaitu:
1) Keadaan faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil.
2) Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk hasil industri
tertentu.
3) Eksisitensi industri terkait dan pendukung yang kompetitif secara
internasional.
4) Strategi perusahaan itu sendiri, dan struktur serta sistem persaingan antar
perusahaan.
Keunggulan kompetitif yang hanya didukung satu atau dua atribut saja
biasanya tidak akan dapat bertahan karena keempat atribut tersebut saling
berinteraksi positif dalam negara yang sukses dalam meningkatkan daya saing.
2. 4 Ekspor
Ekspor dalam arti sederhana adalah barang dan jasa yang telah dihasilkan di
suatu negara kemudian dijual ke negara lain. Ekspor adalah proses transportasi
barang (komoditas) dan jasa dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya
dalam proses perdagangan. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor
merupakan bagian penting dari perdagangan internasional. Ekspor dapat diartikan
sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian
diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu
negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara lain yang
tidak dapat menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor
Teori Penawaran Ekspor
Menurut Salvatore (1997), ekspor suatu negara adalah kelebihan penawaran
domestik setelah dikurangi perintaan domestik atau konsumsi ditambah dengan
stok tahun sebelumnya. Berdasarkan teori penawaran ekspor yang dinamis,
penawaran ekspor tidak hanya dipengaruhi oleh harga ekspor dan harga dalam
negeri tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS, PDB pengekspor, konsumsi dalam negeri, harga produk negara pesaing
dan kebijakan pemerintah, atau dapat ditulis dalam bentuk fungsi persamaan
sebagai berikut.
Qsx=f(Px, Pd, ER, PDB, Cdn, Pi, Pol)
Dimana:
Qsx = jumlah penawaran ekspor
Px = harga ekspor
Pd = harga domestik
ER = exchange rate (nilai tukar rupiah terhadap dolar AS)
PDB = produk domestik bruto
Cdn = konsumsi dalam negeri
Pi = harga produk negara pesaing
Pol = kebijakan pemerintah
Dalam teori penawaran ekspor yang dinamis, penawaran ekspor tidak hanya
dipengaruhi oleh harga ekspor, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni :
a. Pengaruh Harga Ekspor Relatif Terhadap Harga Domestik
Harga relatif mempengaruhi besarnya keuntungan eksportir, bila harga
ekspor lebih tinggi dari harga domestik. Ekspor akan meningkat karena
menjual keluar negeri akan memberi keuntungan yang lebih besar bagi
eksportir, tetapi turunnya harga ekspor relatif atau harga ekspor lebih
rendah dari harga domestik akan berakibat sebaliknya. Hal ini karena
penurunan harga ekspor diikuti dengan menurunnya harga dalam
domestik dalam persentasi yang sama. Untuk itu yang diperbandingkan
bukanlah harga tahun ke tahun tetapi besarnya harga relatif pada tahun
tersebut.
b. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dolar
Peningkatan nilai rupiah (depresisasi rupiah) terhadap dolar AS akan
meningkatkan ekspor karena setelah terjadi perdagangan, maka eksportir
akan mendapatkan nilai rupiah yang lebih besar setelah terjadi depresiasi
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sebaliknya bila terjadi apresiasi
rupiah terhadap dolar AS, maka ekspor Indonesia ke negara lain akan
menurun dikarenakan jumlah rupiah yang diperoleh dari penjualan
ekspor semakin berkurang.
c. Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh positif terhadap penawaran
ekspor karena peningkatan pertumbuhan ekonomi atau peningkatan
PDB/PNB akan meningkatkan investasi, yang pada gilirannya akan
meningkatkan produksi dan penjualan (ekspor) ke negara lain.
Peningkatan produksi akan mendorong meningkatkan ekspor apabila
diikuti penngkatan harga ekspor yang lebih besar dari harga dalam
negeri. Ekspor bukan hanya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
tetapi pertumbuhan ekonomipun akan mendorong penngkatan ekspor.
d. Konsumsi Dalam Negeri
Pada negara yang menganut startegi subsitusi impor yang lebih
mementingkan kebutuhan konsumsi dalam negeri, maka ekspor
merupakan kelebihan konsumsi domestik. Kenaikan konsumsi domestik
akan mengurangi ekspor dan sebaliknya. Pada negara yang menganut
strategi promosi ekspor, maka pertimbangannya adalah keuntungan
perdagangan. Apabila harga luar negeri lebih besar dari harga domestik
maka ekspor akan meningkat, dan akan terjadi penurunan ekspor apabila
harga domestik lebih tinggi dari harga ekspor
e. Harga Produk Negara Lain
Harga produk negara pesaing akan mempengaruhi ekspor suatu negara
secara positif. Kenaikan harga ekspor negara pesaing di pasar
internasional akan menyebabkan meningkatnya daya saing produk
ekspor. Dikarenakan terjadi peralihan permintaan konsumen luar negeri
ke produk yang lebih murah, sehingga secara langsung akan
meningkatkan jumlah produk yang dijual ke luar negeri.
f. Kebijakan Pemerintah
Secara teoritis, kebijakan pemerintah langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi penawaran ekspor. Kebijakan tersebut baik yang berupa
tariff barriers maupun non-tarieff barriers. Secara teori kebijakan
kenaikan tarif akan memperbesar biaya produksinya dan menurunkan
daya saing produk ekspor, yang pada gilirannya akan mengurangi
penawaran ekspor. Pada ekspor seperti pangan dan produk olahan pangan
hal ini menjadi hal yang amat penting dikarenakan tujuan ekspor
Indonesia merupakan negara-negara maju yang notabene amat
mementingkan kehigienisan produk importnya. Kebijakan lain seperti
meningkatkan suku bunga kredit oleh pemerintah akan menurunkan
ekspor karena meningkatkan biaya produksi dan menurunkan daya saing
sehingga berakibat menurunkan ekspor.
2. 5 Hipotesi
1. Harga lada internasional berpengaruh secara signifikan terhadap volume
ekspor lada Indonesia ke Amerika
2. Nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor lada
Indonesia ke Amerika
3. GDP rill Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor
lada Indonesia ke Amerika
4. Harga FOB berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor lada
Indonesia ke Amerika
BAB III METODE PENELITIAN
Badan Pusat Statistik, 2023, Ekspor Lada Menurut Negara tujuan Utama, tahun
2023 Jakarta (ID): BPS
Direktorat Jendaral Perkebunan. Produksi Lada Indonesia 2015-2020. Jakarta:
Kementrian Pertanian
Direktorat Jendaral Perkebunan. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2020.
Jakarta: Kementrian Pertanian