Anda di halaman 1dari 15

Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus

PT Baturusa Mina Utama

IV.1. TINJAUAN UMUM KELAPA SAWIT

Produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan palm kernel oil (PKO) sepanjang tahun
2019 mencapai 51,8 juta ton, termasuk produksi paling tinggi dalam beberapa tahun
terakhir ini, faktor utama yang mempengaruhi produksi CPO adalah permintaan domestik
sangat tinggi naik 24% menjadi 16,7 juta ton. Permintaan dalam negeri yang paling tinggi
berasal dari konsumsi biodisel sebesar 49%, pangan 14% dan oleokimia sebesar 9%.
Sementara untuk volume ekspor sawit tahun 2019 sebesar 37,3 juta ton naik 4% jika
dibandingkan tahun lalu sebesar 34,7 juta ton.

Grafik IV.1. Produksi CPO dan PKO serta Ekspor Indonesia

Secara volume, ekspor sawit memang mengalami kenaikan tetapi secara nilai mengalami
penurunan dimana pada tahun 2019 nilai ekspor sawit mencapai US$ 19 miliar atau
turun 17% jika dibandingkan dengan nilai ekspor sawit pada 2018 yang mencapai US$ 23
miliar. Penurunan nilai ekspor tidak terlepas dari tekanan harga komoditas sejak 2018
dimana terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. “Tahun 2019
boleh dikatakan tahun yang penuh tantangan bagi industri sawit Indonesia khususnya
untuk ekspor, kalau untuk dalam negeri tidak ada masalah,”
Bab IV Aspek Pasar IV - 1
Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Pada tahun 2019 Ekspor CPO sebagai produk hulu sebesar 20%, sedangkan
Oleochemical sebesar 8%, Biodiesel sebesar 3% produk turunan lainnya sebesar 69%
merupakan produk hilir.
Gambar IV.1. Ekspor Sawit Indonesia menurut jenis produk, 2019

Sepanjang tahun 2019 terdapat juga implementasi RED II oleh Uni Eropa yang
menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel, kemudian
terdapat perbedaan tarif impor produk minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang
berkepanjangan. Pada tahun 2019, Indonesia akan lebih banyak mengonsumsi sawit
untuk keperluan dalam negeri terutama biofuel. Dampaknya harga CPO rata-rata terus
melonjak menjadi US$ 483, 497, 582, dan 651 per ton pada periode September-
Desember 2019.

Grafik IV.2. Perkembangan Harga CPO dan Crude Oil

Bab IV Aspek Pasar IV - 2


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Hal tersebut sangat berdampak positif pada produksi sawit dan tentunya memberikan nilai
tambah bagi pasar sawit dalam negeri. Destinasi ekspor untuk produk sawit tahun 2019
adalah Tiongkok sebesar 6 juta ton, kemudian India mencapai 4,8 juta ton, Uni Eropa
mencapai 4,6 juta ton. Pasar Uni Eropa memang berat karena pemerintahnya dari dulu
sudah menolak sawit indonesia yang dianggap tidak ramah lingkungan. Pemerintah terus
berupaya untuk melobi pemerintah Eropa agar mau menerima sawit Indonesia karena
kualitas sawit indonesia paling bagus. Sepanjang tahun 2019, kabar yang cukup positif
adalah ekspor minyak sawit ke Afrika naik 11% pada 2019 menjadi 2,9 juta ton dari 2,6
juta ton pada 2018. Tahun 2019, ditutup dengan harga melonjak di atas US$ 800/ton CIF
Rotterdam dan penyamaan tarif impor minyak sawit Indonesia di India. Situasi finansial
yang baik ini perlu dimanfaatkan sebaik baiknya oleh perkebunan terutama untuk
membiayai pemulihan tanaman dan infrastruktur.

Akhir 2019 mulai dipersiapkan pelaksanaan implementasi B30 yang juga memberikan
dampak positif pada perbaikan neraca dagang.

Grafik IV.3. Ekspor Sawit menurut Negara Tujuan, tahun 2019

Memasuki tahun 2020, industri sawit Indonesia terus membaik dengan harga yang cukup
tinggi namun belum bisa memperkirakan harga sawit pada 2020. Menurut BMKG, iklim
tahun 2020 akan normal dan lebih baik daripada 2019 dimana musim kemarau
diperkirakan akan dimulai pada April-Mei.

Bab IV Aspek Pasar IV - 3


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Komitmen pemerintah untuk merealisasikan B30 pada 2020 juga membuktikan bahwa
Indonesia sangat serius dan dampaknya akan sangat terasa terhadap perdagangan
minyak nabati dunia dan perdagangan minyak di dalam negeri.

Sampel minyak sawit untuk B20, B30, hingga B100. Kebutuhan dalam negeri pada 2020
diproyeksikan mencapai 8,3 juta ton untuk biodiesel saja. Meski kondisi ekonomi dunia
masih belum pasti, situasi politik di Timur Tengah masih panas, perang dagang Amerika
Serikat dan Tiongkok belum berakhir, Gapki tetap optimistis memandang pasar sawit
indonesia. Ada empat program utama Gapki tahun 2020 yaitu peningkatan produktivitas
baik melalui perbaikan teknik produksi maupun replanting, mendorong percepatan
implementasi sustainability, mendorong pengembangan ekspor terutama di negara tujuan
ekspor, dan meningkatkan kecintaan masyarakat indonesia terhadap sawit dan produk
turunannya. Gapki menilai, virus korona yang menyebar dan meluas di Tiongkok bisa
menghambat ekspor sawit Indonesia ke Tiongkok dan pada tahun ini diproyeksikan
melambat. tidak hanya ekspor sawit saja yang terpengaruh virus korona mungkin
komoditas lain juga terpengaruh.

Grafik IV.4. Perkembangan Konsumsi Domestik Sawit 2016 - 2019

Bab IV Aspek Pasar IV - 4


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

IV.2. POTENSI SAWIT DUNIA

Selama dua tahun terakhir, industri sawit Indonesia telah menghadapi dinamika pasar
global yang cukup ekstrem dan dinilai kurang menguntungkan. Tren penurunan harga
yang terjadi mengakibatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia pada
periode Juli 2019 sempat menyentuh level terendah seharga US$477,5 per MT.

Instrumen pajak ekspor meliputi bea keluar dan pungutan ekspor yang diberlakukan
terhadap minyak sawit harus dihapuskan karena harganya berada di bawah threshold
price. Tidak hanya itu, black campaign dari Uni Eropa melalui draf kebijakan RED II ILUC
menyatakan bahwa UE akan melakukan phase-out terhadap minyak sawit sebagai bahan
baku biodiesel.

Minyak sawit yang dianggap berkontribusi terhadap deforestasi, emisi, dan biodiversity
loss hutan hujan tropis menjadi isu negatif sawit Indonesia hingga akhir 2019.
Diskriminasi kebijakan tarif impor sawit Indonesia dan Malaysia oleh India juga dianggap
sebagai hambatan perdagangan minyak sawit.

Sentimen negatif terhadap sawit tidak hanya berasal dari pasar global, tetapi juga dari
pasar domestik. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumatera dan
Kalimantan pada Agustus–September lalu menjadi momentum yang menyudutkan
industri sawit nasional.

Isu yang berkembang pada berbagai platform media sosial menyebutkan bahwa karhutla
dan bencana asap yang terjadi diakibatkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan
kelapa sawit.

Mengutip PASPI, produksi minyak sawit dunia diperkirakan mengalami peningkatan dari
76,7 juta ton pada 2019 menjadi 78,2 juta ton pada 2020. Namun, pertumbuhan produksi
minyak sawit dari dua negara raksasa produsen sawit dunia mengalami penurunan.
Pertumbuhan produksi minyak sawit Indonesia periode 2018–2019 sebesar 6,1% dan
akan kembali mengalami penurunan produksi menjadi 4,2% pada periode 2019–2020.
Begitu pun dengan pertumbuhan produksi minyak sawit Malaysia yang mengalami
penurunan dari 2,7% pada periode 2018–2019 menjadi 2,5% pada 2019–2020.

Beberapa faktor yang diindikasi menjadi penyebab penurunan pertumbuhan produksi


tersebut di antaranya pertama, fenomena alam El Nino yang terjadi di kawasan Asia
Tenggara pada Q3 hingga Q4 tahun lalu. Kedua, terbatasnya penggunaan pupuk pada
tanaman kelapa sawit oleh pekebun sawit rakyat.

Bab IV Aspek Pasar IV - 5


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Ketiga, lambannya perjalanan replanting kebun sawit rakyat menyebabkan persentase


tanaman sawit yang memasuki masa uzur relatif banyak. Keempat, implementasi
kebijakan moratorium pembukaan lahan sawit baru di Indonesia juga turut memengaruhi
produksi minyak sawit.

Di sisi lain, permintaan CPO dunia diprediksi mengalami peningkatan dari 78,2 juta ton di
2019 menjadi 80–81 juta ton pada 2020. Implementasi kebijakan mandatori biodiesel
sawit yang dilakukan di Indonesia (B30), Malaysia (B20), dan Thailand (B10); dampak
trade war China-AS; serta mewabahnya african swine fever (ASF) di China sehingga
minyak kedelai (soybean oil/SBO) tersubstitusikan oleh CPO diperkirakan akan
mendorong konsumsi sehingga meningkatkan permintaan minyak sawit dunia dari
negara-negara importir.

Data Oil World mencatat, pangsa penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku
biodiesel dunia mencapai 33% selama periode 2015–2019.

ertumbuhan produksi CPO dunia yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan


konsumsinya berimplikasi pada menipisnya stok CPO di pasar global yang diperkirakan
hanya 2–3 juta ton pada September 2020 mendatang.

Harga CPO CIF Rotterdam diprediksi menguat hingga 16% pada periode
Januari–Juni 2020. Kondisi ini diharapkan akan kembali menggairahkan dan menjadi
keberuntungan baru bagi industri sawit nasional sehingga peningkatan profit bagi
stakeholders yang terlibat akan semakin nyata.

Bab IV Aspek Pasar IV - 6


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

IV.3. POTENSI SAWIT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Budidaya tanaman kelapa sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua
jenis perkebunan, yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar
merupakan perkebunan yang dikelola oleh pihak swasta. Pada tahun 2019 tercatat ada
44 perkebunan besar yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Keberadaan perkebunan
tersebut tersebar diseluruh kabupaten dengan jumlah yang berbeda.

Selain perkebunan besar, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki perkebunan
rakyat. Perkebunan rakyat merupakan perkebunan yang dikelola oleh rakyat atau petani
dengan luas area yang diusahakan dalam skala terbatas serta petani sebagai pengelola
tidak terikat dengan badan hukum. Saat ini perkebunan kelapa sawit rakyat adalah bagian
yang sangat vital dari rantai suplai minyak kelapa sawit global dan ada sekitar tiga juta
petani perkebunan kelapa sawit rakyat di seluruh dunia yang memproduksi sekitar 4 juta
ton minyak kelapa sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sendiri dapat dikatakan sangat baik. Hal ini terbukti dari
produksi yang dihasilkan setiap tahunnya mengalami peningkatan serta diiringi luas
tanam yang juga mengalami perluasan.

Sejak tahun 1980-an di Pulau Bangka mulai menjadi target investor untuk pengembangan
dan perluasan usaha perkebunan kelapa sawit. Seperti PT. Sumarco di wilayah Dalil
yang luas keseluruhannya ± 100.000 Ha yang dibagi menjadi 10 paket dan banyak lagi
perusahaan-perusahaan lainnya yang bergerak dibidang yang sama.

Salah satu Perusahaan yang besar-besaran mengelola perkebunan sawit ini ialah
PT. GML (Gunung Maras Lestari) di Mabat Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka
± 20 Km dari Kota Sungai Liat.

Perkebunan Kelapa Sawit yang mulai merambah diseluruh Pulau Bangka ini sangat
berpotensi untuk dijadikan objek wisata agrowisata, hanya saja bagaimana cara kita
mengemas dan mengenal objek-objek wisata tersebut menjadi sesuatu yang sangat
menarik dan langka, sehingga membuat Nilai tambah bagi yang berkunjung.

Usaha-usaha yang dilakukan guna meningkatkan hasil perkebunan rakyat telah


menunjukkan hasil yang cukup baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi,
rehabilitasi, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, peningkatan pendapatan petani
perkebunan dan peningkatan penyediaan lapangan kerja.

Upaya yang dilakukan ini sangat diprioritaskan karena dampak memperluas kesempatan
kerja bagi masyarakat petani di Kabupaten Bangka.

Bab IV Aspek Pasar IV - 7


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Dengan adanya Perusahaan Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) dan


Perkebunan pola PIR, sangat membantu memberikan peluang mendapatkan pekerjaan
dan berpeluang manjadi pengusaha dibidang perkebunan khususnya dalam bidang
pengelolaan kelapa sawit.

Pada Tahun 2020 Luas kebun kelapa sawit di Indonesia adalah mencapai 14,9 juta hektar
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebanyak 1,81 persen atau seluas 14,72 juta
hektar. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri memiliki kebun kelapa sawit seluas
234,13 ribu hektar atau 1,56 persen dari total luas kebun kelapa sawit di Indonesia.

Tabel IV.1. Luas Kebun Kelapa Sawit Indonesia 2015 – 2020 **

Tahun
No. Provinsi/Province
2016 2017 2018 2019*) 2020**)

1 Aceh 370.079 534.245 494.229 500.118 508.862

2 Sumatera Utara 1.342.523 1.706.135 1.551.603 1.601.901 1.630.744


3 Sumatera Barat 378.440 478.317 379.601 384.477 390.554
4 Riau 2.012.951 2.703.199 2.706.892 2.808.668 2.850.003
5 Kepulauan Riau 7.409 23.714 7.875 8.012 8.189
6 Jambi 663.500 887.795 1.032.145 1.070.723 1.086.623
7 Sumatera Selatan 901.682 1.164.667 1.137.642 1.178.104 1.196.915
8 Kepulauan Bangka Belitung 232.214 263.343 224.514 229.559 234.136
9 Bengkulu 285.096 360.448 311.807 314.493 319.027
10 Lampung 199.470 259.339 201.612 203.674 207.031
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 17.294 17.420 15.676 16.003 16.413
13 Banten 19.448 20.258 19.366 19.949 20.339
14 Jawa Tengah - - - - -
15 DI. Yogyakarta - - - - -
16 Jawa Timur - - - - -
17 Bali - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur - - - - -
20 Kalimantan Barat 1.264.435 1.504.787 1.815.133 1.864.635 1.904.015
21 Kalimantan Tengah 1.288.128 1.480.988 1.640.883 1.675.753 1.714.660
22 Kalimantan Selatan 553.144 587.799 542.420 552.569 564.632
23 Kalimantan Timur 1.021.314 1.059.990 1.434.485 1.461.168 1.492.934
24 Kalimantan Utara 50.347 249.952 155.154 159.379 162.747
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Gorontalo 5.992 17.280 10.049 10.390 10.566
27 Sulawesi Tengah 158.187 188.534 134.856 139.050 141.652
28 Sulawesi Selatan 55.707 64.498 48.766 50.565 51.339
29 Sulawesi Barat 150.309 188.648 167.518 173.855 176.387
30 Sulawesi Tenggara 69.029 71.129 74.872 76.639 78.434
31 Maluku 10.054 12.531 11.117 11.376 11.645
32 Maluku Utara - 5.525 - - -
33 Papua 85.033 112.638 157.223 160.927 164.709
34 Papua Barat 59.680 85.543 50.912 52.432 53.454

Indonesia 11.201.465 14.048.722 14.326.350 14.724.420 14.996.010

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Source Directorate General of Estate Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Estimasi
-) Data tidak tersedia
Note : *) Preliminary figure
**) Estimation figure
: -) Data not available

Bab IV Aspek Pasar IV - 8


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Pembangunan sektor perkebunan pada hakekatnya adalah kelanjutan dan peningkatan


dari semua usaha yang telah dilaksanakan pada pembangunan sebelumnya. Di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sektor perkebunan merupakan salah satu program strategis
karena memegang peranan yang relative penting dalam perekonomian masyarakat.

Perkebunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibagi atas perkebunan rakyat dan
perkebunan besar. Produksi komoditas perkebunan rakyat terdiri dari antara lain lada,
karet, kelapa, cengkeh dan coklat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal juga
sebagai penghasil Sawit sehingga banyak perusahaan perkebunan Sawit yang ada di
Kepulauan Bangka Belitung diantaranya :

 PT. Sumarco Makmur Indah

 PT Tata Hamparan Eka Persada

 PT. Sumber Cahaya Hasil Gemilang

 PT. Gunung Maras Lestari

 PT. Gunung Sawit Bina Lestari

 PT. Alam Karya Sejahtera

 PT. Sawindo Kencana

 PT. Foresta Lestari Dwi Karya

 PT. Putra Banka Mandiri

 PT. Gunung Pelawan Lestari

 PT. Rebin Mas Jaya

 PT. Dani Prisma Plantation

 PT. Bumi Bangka Lestari

 PT. Agro Makmur Abadi

 PT. Bangka Inti Besaoh

 PT. Bumi Permai Lestari

 PT. Palmindo Biliton Berjaya

 PT. Bangka Plasma Besaoh

 PT. Swarna Nusa Sentosa

 PT. Sahabat Mewah dan Makmur

Bab IV Aspek Pasar IV - 9


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

 PT. Bumi Sawit Sukses Pratama

 PT. Bumi Permai Lestari

 PT. Steelindo Wahana Perkasa

 PT. Bangka Malindo Lestari

 PT. Leidong West Indonesia

 PT. Parit Sembada

 PT. Fenyen Agro Lestari

 PT. Sawindo Cemerlang

 PT. Pratama Unggul Sejahtera

Selain itu juga informasi pabrik Sawit yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
diantaranya :

 CV. Azza Agrotama

 PT. Bangka Sawit Rakyat Sejahtera

 PT. Gunung Mas Lestari

 PT. Gunung Sawit Bina Lestari

 PT. Sumarco Makmur Indah

 PT. Tata Hamparan Eka Persada

 PT. Tradisi Group

Bab IV Aspek Pasar IV - 10


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

IV.4. PROSPEK KOMODITAS KELAPA SAWIT

Berikut disajikan analisis pasar dan prospek komoditas kelapa sawit yang dikutip dari
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian RI. Komoditas
kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan
maupun non pangan. Prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan
permintaan minyak nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan
perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape seed dan bunga
matahari.

Produksi minyak nabati dunia lebih kecil dari konsumsi minyak nabati dunia sehingga
diperkirakan harga minyak nabati akan meningkat. Jika ditinjau untuk masing-masing
komoditas diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi
terutama pada tiga jenis minyak nabati, yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan
rape seed.

Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang
cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena:

a. Produktivitas per-hektar cukup tinggi;

b. Merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan


agroklimat; dan

c. Ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab
meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin
A.

Dilihat dari sisi persaingan dalam perdagangan minyak kelapa sawit (CPO), sebenarnya
hanya terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Nigeria sebagai produsen nomor tiga lebih
banyak mengalokasikan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Malaysia
yang merupakan produsen dan eksportir terbesar akhir-akhir ini berusaha secara
konsisten mengolah minyak sawitnya sehingga volume ekspornya dalam bentuk minyak
sawit (CPO) diperkirakan akan mulai tertahan. Keterbatasan lahan yang sesuai serta
tingginya upah, juga akan menahan perluasan areal di Malaysia sehingga akan
memperlambat laju ekspor. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir
terbesar ke dua mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspornya. Indonesia dikenal
sebagai negara paling efisien dalam memproduksi minyak sawit sehingga CPO Indonesia
sangat kompetitif di pasar internasional.

Dengan ketersediaan lahannya yang relatif luas, Indonesia berpeluang untuk


meningkatkan produksi sehingga memacu pertumbuhan ekspor. Namun demikian, karena

Bab IV Aspek Pasar IV - 11


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

tingkat konsumsi dalam negeri masih meningkat pesat, laju peningkatan ekspor
tampaknya juga akan terhambat.

Dari sisi kegunaan produk, selain sebagai sumber minyak makan, produk turunan kelapa
sawit masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif untuk dapat lebih dikembangkan,
antara lain :

Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain minyak makan dapat dihasilkan
margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans
Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings,
Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk,
Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan
produk ini pada beberapa tahun mendatang akan semakin meningkat, terutama
dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk
menggunakan renewable energy.

Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk turunan minyak inti sawit dapat
dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee
Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation
Cream, Sabun dan Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan minyak kelapa
sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile
Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic,
Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.

Dari gambaran tersebut dapat disampaikan bahwa prospek kelapa sawit masih sangat
luas, tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak makan, tetapi juga untuk kebutuhan
produk-produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit
dan turunannya agar lebih mempunyai daya saing, keterpaduan penanganan sejak dari
kegiatan perencanaan, kegiatan on-farm, off-farm, dukungan sarana dan prasarana serta
jasa-jasa penunjangnya sangat diperlukan.

Bab IV Aspek Pasar IV - 12


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

IV.5. STRATEGI PEMASARAN MINYAK SAWIT

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kemampuan produksi kelapa sawit Indonesia


akan terus meningkat setiap tahunnya. Agar upaya peningkatan produksi diatas tidak sia-
sia, maka Indonesia harus berani menjalankan strategi pemasaran yang offensif serta
dinamis, meliputi :

a. Penetrasi Pasar Baru

b. Peningkatan Market Share

c. Pembinaan Market Share yang sudah ada

d. Penyesuaian pola produksi dengan permintaan pasar

e. Pembinaan Pasar Dalam Negeri

1. Penetrasi Pasar Baru

Seperti telah diuraikan sebelumnya, ekspor minyak sawit Indonesia selama ini
banyak ditujukan ke nagara-negara MEE, terutama Belanda, Jeman Barat, Inggris,
dan Italy. Peranan Indonesia sebagai pemasok minyak sawit ke kelompok negara ini
pada mencapai 42%. tetapi sebaliknya peranan Indonesia sebagai pemasok ke
negara-negara Asia sekitar 12%. Demikian juga Amerika Serikat, peranan Indonesia
relatif kecil sekali atau hanya 9%, sedangkan di Uni Soviet dan Afrika masing-masing
5% dan 66%.

2. Peningkatan Market Share

Untuk pemasaran negara-negara MEE, Inggris, Belanda, Italia dan Prancis perlu
digalakkan usaha peningkatan Market Share dari tingkat yang ada sekarang, dengan
demikian peluang konsumsi minyak sawit di negara-negara tersebut pada tahun-
tahun mendatang dapat dimanfaatkan.

Untuk negara Asia terutama China, India, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan dimana
Market Share Indonesia relatif kecil, perlu mendapat perhatian khusus, karena
negara-negara ini merupakan konsumen yang cukup pontensial dimasa mendatang,
terutama China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan yang merupakan kelompok New
Industry Country (Negara Industri Baru) di Asia.

Amerika Serikat hanya mengimport bagian terkecil (9%) dari Indonesia. Negara
super power ini pernah mencoba memerangi komoditi minyak sawit dengan
kampanye Anti Tropical Oil, terutama datangnya dari America Soybean Association
(ASA).

Bab IV Aspek Pasar IV - 13


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

Oleh karena itu perlu pendekatan khusus dan cermat ke negara ini, agar peranan
Indonesia dapat lebih ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.

Demikian juga ke negara-negara arab perlu ditingkatkan peranan ekspor minyak


sawit Indonesia melalui misi-misi dagang dan ataupun Contact Person.

Demi masa depan minyak sawit Indonesia, sudah saatnya diambil langkah-langkah
pengamatan pemasaran yang antara lain meliputi :

 After Sales Service

 Penempatan tenaga-tenaga tecno-marketing di wilayah-wilayah pusat


konsumen

 Trading System yang efesien

3. Pembinaan Market Share

Prtumbuhan konsumsi minyak sawit pada umumnya menunjukkan kenaikan, perlu


dibina market share yang sudah dicapai dinegara-negara tersebut secara
berkelanjutan baik melalui pemerintah maupun usaha-usaha pihak swasta, dan kalau
memungkinkan harus ditingkatkan tahun demi tahun.

4. Penyesuaian Pola Produksi Dengan Permintaan Pasar

Agar usaha penerobosan dan perluasan minyak sawit Indonesia dikawasan Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, China, dan India berhasil, diperlukan
tindakan-tindakan penyesuaian pola produksi perkelapasawitan. Hal ini didasarkan
pertimbangan bahwa keberhasilan Malaysia di dalam penetrasi pasar minyak sawit
adalah :

 Malaysia dapat mensuplay kebutuhan minyak sawit secara teratur setiap bulan,
menjaga kualitas, dan harga bersaing. Kondisi seperti ini diperlukan oleh
beberapa negara Industri seperti Jepang, dan Korea Selatan untuk menjadi Down
Steam industri yang mempunyai korelasi terhadap biaya tinggi.

 Malaysia tetap menjaga hubungan bisnis dengan mengadakan personal contact,


secara reguler diadakan promosi produksi minyak sawitnya.

Untuk mengamankan pasaran minyak sawit Indonesia, maka Indonesia harus


menerobos pasaran baru Jepang, Korea Selatan, India, Taiwan, Timur tengah
maupun Amerika Serikat dengan meniru pola produksi yang digunakan Malaysia.

Bab IV Aspek Pasar IV - 14


Kelayakan Pembangunan Terminal Khusus
PT Baturusa Mina Utama

5. Pembinaan Pasar Dalam Negeri

Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri pengolahan CPO menjadi minyak


goreng, margarin, sabun dan bahan kimia lainnya, baik untuk kebutuhan konsumsi
dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor, maka pemakaian minyak sawit didalam
negeri pun meningkat setiap tahunnya sesuai dengan pertumbuhan industri
pengolahan itu sendiri.

Potensi pemasaran minyak kelapa sawit di dalam negeri merupakan yang terbesar
dibanding dengan ekspor dalam bentuk minyak sawit kasar (CPO).

Hal ini perlu dilaksanakan terkait dengan perluasan lapangan kerja serta diversifikasi
ekspor non migas disatu pihak, dan agar pasaran sawit Indonesia tidak semata-mata
tergantung kepada sasaran luar negeri, maka sudah selayaknya potensi pasar di
dalam negeri ini perlu dibina secara berkelanjutan.

Dan, diharapkan pada masa mendatang Indonesia dapat lebih banyak mengekspor
komoditi kelapa sawit dalam bentuk olahan lanjutan (finished product).

Bab IV Aspek Pasar IV - 15

Anda mungkin juga menyukai