Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERAN INDUSTRI GARMEN DALAM PERKEMBANGAN


PEREKONOMIAN INDONESIA SERTA
KEBERLANJUTANYA PASCAPANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:

Muhammad Arrafi Herlianto

Universitas Jenderal Soedirman

MAGANG DAN STUDI INDEPENDEN BERSERTIFIKAT (MSIB)

PT PAN BROTHERS Tbk

KOTA TANGERANG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

Industri garmen di Indonesia merupakan salah satu industri strategis


nasional dan mempunyai prospek pasar yang menjanjikan 1. Hal ini selaras dengan
tiga tujuan utama industri garmen di Indonesia, yaitu untuk menyumbangkan devisa
negara, menyerap tenaga kerja Indonesia, serta untuk memenuhi kebutuhan
sandang di Indonesia. Selama puluhan tahun, industri garmen di Indonesia menjadi
salah satu industri padat karya yang menampung banyak tenaga kerja Indonesia.

Industri garmen juga merupakan tulang punggung Indonesia dalam bidang


manufaktur untuk menarik investasi dari dalam dan luar negeri sehingga dapat
meningkatkan permintaan ekspor Indonesia. Akan tetapi, industri garmen di
Indonesia setiap tahunya harus menghadapi tantangan-tantangan dari dalam
maupun luar negeri. Pada tahun 2019 – 2022 contohnya, Indonesia ditempa
Pandemi Covid-19 yang menimbulkan berbagai krisis lintas bidang di Indonesia.
Salah satu yang sangat terdampak adalah industri garmen yang dengan terpaksa
harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.

Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ada sekitar
1,7 juta tenaga kerja yang terkena PHK massal selama Pandemi Covid-19 dan 351,4
ribu orang di antaranya merupakan tenaga kerja tekstil dan garmen. Hal ini
menunjukkan bahwa di samping sisi positif industri garmen yang menyerap banyak
tenaga kerja, adanya ancaman serius terkait PHK massal karena penurunan
permintaan pasar untuk industri garmen.

Setelah meredanya Pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia mencoba


bangkit perlahan. Industri garmen di Indonesia mencatatkan tren positif selama
pemulihan ekonomi pascapandemi.

1 Kementerian Keuangan. 2010. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol 14. Hal 14.
BAB II

ISI

Peran Industri Garmen di Indonesia

Industri garmen adalah industri dalam bidang manufaktur yang memiliki


model bisnis pembuatan pakaian jadi. Industri garmen merupakan industri padat
karya karena tahapan-tahapan pembuatanya masih banyak menggunakan tenaga
manusia mulai dari desain produk, pemotongan pola, pemotongan kain, penjahitan,
penyelesaiian produk, dan juga pengemasan. Keberadaan industri TPT di Indonesia
tidak dapat dipastikan sejak kapan berdiri, namun kemampuan masyarakat
Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaian sudah dimulai sejak berdirinya
kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-
menenun dan membatik yang hanya berkembang di sekitar lingkungan istana dan
hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi sendiri.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, industri garmen dan juga industri
tekstil di Indonesia menjadi salah satu tulang punggung perekonomian. Hal ini
dibuktikan dengan kontribusi signifikan industri TPT terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pada triwulan I tahun 2022, industri tekstil dan garmen memberikan
kontribusi sebesar 6,33% terhadap total PDB industri pengolahan nonmigas.
Apalagi, kontribusi ekspor industri TPT terhadap total ekspor nasional tahun 2021
sebesar 5,67% dari Januari hingga Mei 2022, berkontribusi sebesar 5,33%.
Selanjutnya, pertumbuhan investasi di sektor tersebut tercatat sebesar Rp 6,5 triliun
pada 2021 dan Rp 2,4 triliun pada triwulan I 2022.2 Sebelumnya, pada tahun 2018
lalu, Kementerian Perindustrian telah menggariskan roadmap revolusi industri
bertajuk “Making Indonesia 4.0” untuk memasuki era digital. Industri pengolahan
dipilih secara khusus karena memberikan kontribusi besar bagi perekonomian

2Sutrisno, Eri. 2022. Satu Abad Kejayaan Tekstil di Indonesia. INDONESIA.GO.ID.


https://indonesia.go.id/kategori/editorial/5591/satu-abad-kejayaan-tekstil-indonesia?lang=1.
Diakses pada 17 Agustus 2023.
nasional. Hingga triwulan kedua tahun 2021, hampir seperlima (19,29%) PDB
nasional berasal dari industri pengolahan. Peta jalan telah dikembangkan untuk
mencapai tujuan Indonesia menjadi kekuatan ke-10 dunia dalam hal PDB pada
tahun 2030. Industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas utama, bersama
dengan empat industri lainnya. . Keempat industri tersebut adalah makanan dan
minuman, otomotif, kimia dan elektronik. Besar harapannya, dengan menjadikan
industri tekstil sebagai prioritas, maka produsen pakaian jadi tersebut akan
menembus 5 besar dunia.

Selain dari sisi profitabilitas, industri garmen juga berperan sangat penting
dalam penyerapan jutaan tenaga kerja di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya kebutuhan SDM dalam tahapan produksi industri garmen. Berdasarkan
data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada 2018 tenaga kerja di industri
manufaktur tercatat sebanyak 18,25 juta orang. Dari tahun 2015 ke 2018, terjadi
kenaikan 17,4 persen. Hal ini membuktikan bahwa industri garmen memegang
peranan penting untuk menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Ditambah dengan
adanya surplus demografi Indonesia di tahun 2045 menjadi suatu momentum yang
baik bagi pertumbuhan industri garmen Indonesia.

Industri garmen juga memberikan sumbangsih yang besar terhadap


pendapatan ekspor Indonesia. Hal itu disebabkan oleh kualitas produk tekstil buatan
Indonesia yang terus ditingkatkan setiap tahunya. Memasuki industri 4.0, industri
garmen di Indonesia pun sudah beralih menggunakan mesin-mesin yang lebih
canggih sehingga meningkatkan sisi produktifitas perusahaan. Hal inilah yang
membuat permintaan ekspor garmen Indonesia meningkat. Penerimaan ekspor dari
sektor pakaian jadi menurut data informasi dari Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) pada tahun 2022 mencatatkan hasil sebesar US$ 884,60 juta. Ini
menjadi bukti bahwa industri garmen di Indonesia memiliki kualitas yang dapat
diterima mancanegara sehingga perlu adanya peningkatan secara terus-menerus
baik secara manajemen maupun teknis industri.

Tantangan dan Keberlanjutan Industri Garmen di Indonesia

Dampak pandemi sangat dirasakan oleh industri garmen di Indonesia. Saat


tahun 2020 dimulai, industri prioritas ini mulai mengalami kemajuan. Pada triwulan
I 2020, setelah mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi, industri tekstil dan
garmen turun -1,24% akibat dampak pandemi. Seiring dengan meluasnya
penyebaran Covid-19 yang berdampak pada pelemahan roda perekonomian,
pertumbuhan industri tekstil dan garmen turun lebih jauh menjadi 14,23% pada
triwulan berikutnya. Penurunan ini tidak terlepas dari stagnasi ekonomi global
akibat industri tekstil dan garmen yang berorientasi ekspor. Hingga triwulan II
2021, pertumbuhan industri tekstil dan garmen masih mengalami tekanan
pertumbuhan. Hal ini tidak biasa, karena pada triwulan II terjadi momentum Idul
Fitri 2021 yang diikuti dengan peningkatan permintaan produk tekstil. Namun,
dinamika tersebut belum mampu mendorong kegiatan industri prioritas tersebut.
Selain faktor permintaan yang rendah baik di pasar luar negeri maupun
dalam negeri, industri tekstil dan garmen juga terancam dengan adanya barang-
barang impor. Hal ini tercermin dari rata-rata penggunaan industri yang turun
menjadi 55%, turun dari 70% pada akhir tahun 2020. Dengan keadaan tersebut,
banyak perusahaan garmen yang pada akhirnya melakukan PHK massal pada
karyawanya.

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu pembelajaran penting khususnya bagi


keberlangsungan industri garmen di Indonesia. Lemahnya kinerja industri tekstil
dan garmen juga tercermin dari nilai indeks manufaktur cepat yang disusun Bank
Indonesia. Indeks PMI-BI yang menggambarkan kinerja sektor industri pengolahan
menunjukkan kinerja industri tekstil dan garmen berada dalam fase kontraksi, yakni
sebesar 48,36%. Memang, seluruh industri pengolahan berada dalam fase ekspansi
dengan nilai indeks 51,45% Distribusi industri tekstil juga menyusut selama
pandemi. Setelah mampu berkontribusi lebih dari 7% di tahun 2019, kontribusinya
turun menjadi 6,75% di tahun 2020 dan selanjutnya menurun menjadi 6,02% di
kuartal keua tahun 2021.

Perlu adanya stimulus khusus yang diberikan kepada industri garmen agar
bisa terus melangsungkan usahanya. Baik itu merupakan stimulus kredit bagi
perusahaan yang sekarang mengalami kesulitan finansial tetapi memiliki jumlah
tenaga kerja yang sangat banyak. Manifestasi khusus dari kebijakan ini dapat
berupa penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, penurunan
pokok dan bunga kredit. Metode restrukturisasi adalah dengan menambah kredit
dan mengkonversi kredit menjadi modal kontribusi sementara. Program-program
lainya yang bisa membantu keberlangsungan industri garmen di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

Industri garmen di Indonesia bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi


membawa banyak dampak positif bagi perekonomian Indonesia, seperti
penambahan pendapatan ekspor, penyerapan tenaga kerja yang masif, serta
pemenuhan terhadap kebutuhan sandang masyarakat. Namun, di samping segala
dampak positif yang diberikan, industri garmen pun dapat membawa banyak
bencana yang berkelanjutan jika industrinya mengalami penurunan bahkan
kehancuran. Persaingan barang impor di pasar domestik serta turunya permintaan
ekspor untuk pasal global menjadi ketakutan besar bagi pemerintah maupun pelaku
usaha garmen di Indonesia. Maka dari itu, perlu adanya langkah serius dan hati hati
dari segala unsur untuk keberlangsungan usaha garmen yang tidak hanya
menguntungkan negara dari sisi pendapatan ekspor tetapi juga dapat
menyejahterakan karyawan-karyawanya.
DAFTAR PUSTAKA

• Kementerian Keuangan. 2010. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol 14. Hal
14.
• Sutrisno, Eri. 2022. Satu Abad Kejayaan Tekstil di Indonesia.
INDONESIA.GO.ID. https://indonesia.go.id/kategori/editorial/5591/satu-
abad-kejayaan-tekstil-indonesia?lang=1. Diakses pada 17 Agustus 2023.
• Purwanti, Agustina. 2021. Mendorong Tumbuhnya Kembali Industri Tekstil
dan Pakaian Jadi di Tanah Air. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/riset/2021/08/21/mendorong-tumbuhnya-
kembali-industri-tekstil-dan-pakaian-jadi-tanah-air. Diakses pada 17
Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai