Disusun Oleh:
KOTA TANGERANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ada sekitar
1,7 juta tenaga kerja yang terkena PHK massal selama Pandemi Covid-19 dan 351,4
ribu orang di antaranya merupakan tenaga kerja tekstil dan garmen. Hal ini
menunjukkan bahwa di samping sisi positif industri garmen yang menyerap banyak
tenaga kerja, adanya ancaman serius terkait PHK massal karena penurunan
permintaan pasar untuk industri garmen.
1 Kementerian Keuangan. 2010. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol 14. Hal 14.
BAB II
ISI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, industri garmen dan juga industri
tekstil di Indonesia menjadi salah satu tulang punggung perekonomian. Hal ini
dibuktikan dengan kontribusi signifikan industri TPT terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pada triwulan I tahun 2022, industri tekstil dan garmen memberikan
kontribusi sebesar 6,33% terhadap total PDB industri pengolahan nonmigas.
Apalagi, kontribusi ekspor industri TPT terhadap total ekspor nasional tahun 2021
sebesar 5,67% dari Januari hingga Mei 2022, berkontribusi sebesar 5,33%.
Selanjutnya, pertumbuhan investasi di sektor tersebut tercatat sebesar Rp 6,5 triliun
pada 2021 dan Rp 2,4 triliun pada triwulan I 2022.2 Sebelumnya, pada tahun 2018
lalu, Kementerian Perindustrian telah menggariskan roadmap revolusi industri
bertajuk “Making Indonesia 4.0” untuk memasuki era digital. Industri pengolahan
dipilih secara khusus karena memberikan kontribusi besar bagi perekonomian
Selain dari sisi profitabilitas, industri garmen juga berperan sangat penting
dalam penyerapan jutaan tenaga kerja di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya kebutuhan SDM dalam tahapan produksi industri garmen. Berdasarkan
data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada 2018 tenaga kerja di industri
manufaktur tercatat sebanyak 18,25 juta orang. Dari tahun 2015 ke 2018, terjadi
kenaikan 17,4 persen. Hal ini membuktikan bahwa industri garmen memegang
peranan penting untuk menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Ditambah dengan
adanya surplus demografi Indonesia di tahun 2045 menjadi suatu momentum yang
baik bagi pertumbuhan industri garmen Indonesia.
Perlu adanya stimulus khusus yang diberikan kepada industri garmen agar
bisa terus melangsungkan usahanya. Baik itu merupakan stimulus kredit bagi
perusahaan yang sekarang mengalami kesulitan finansial tetapi memiliki jumlah
tenaga kerja yang sangat banyak. Manifestasi khusus dari kebijakan ini dapat
berupa penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, penurunan
pokok dan bunga kredit. Metode restrukturisasi adalah dengan menambah kredit
dan mengkonversi kredit menjadi modal kontribusi sementara. Program-program
lainya yang bisa membantu keberlangsungan industri garmen di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
• Kementerian Keuangan. 2010. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol 14. Hal
14.
• Sutrisno, Eri. 2022. Satu Abad Kejayaan Tekstil di Indonesia.
INDONESIA.GO.ID. https://indonesia.go.id/kategori/editorial/5591/satu-
abad-kejayaan-tekstil-indonesia?lang=1. Diakses pada 17 Agustus 2023.
• Purwanti, Agustina. 2021. Mendorong Tumbuhnya Kembali Industri Tekstil
dan Pakaian Jadi di Tanah Air. Kompas.id.
https://www.kompas.id/baca/riset/2021/08/21/mendorong-tumbuhnya-
kembali-industri-tekstil-dan-pakaian-jadi-tanah-air. Diakses pada 17
Agustus 2023