Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KENDALA PPIC (PRODUCTION, PLANNING AND INVENTORY

CONTROL) PADA PERUSAHAAN PT SRITEX

Disusun oleh:

MUH ARIEF FADLILLAH B100210367

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
A. Pendahuluan

Perkembangan bisnis tekstil di Indonesia dan internasional telah mengalami perubahan


yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Dalam paragraf ini, kita akan melihat
beberapa tren dan faktor yang mempengaruhi industri tekstil baik di Indonesia maupun di pasar
internasional. Industri tekstil di Indonesia telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang penting
dan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini. Pemerintah
Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mendorong perkembangan industri ini,
seperti memberikan insentif fiskal dan memperbaiki infrastruktur. Sebagai hasilnya, Indonesia
telah menjadi salah satu produsen tekstil terbesar di dunia. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan industri tekstil di Indonesia adalah ketersediaan bahan baku.
Negara ini memiliki sumber daya alam yang kaya, termasuk kapas dan serat sintetis. Selain itu,
Indonesia juga memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan terampil dalam industri tekstil.
Hal ini telah membantu negara ini dalam meningkatkan produksi dan daya saingnya di pasar
global. Afianti (2017)

Pasar ekspor menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan industri tekstil di
Indonesia. Negara ini telah berhasil mengekspor produk tekstilnya ke berbagai negara di
seluruh dunia. Permintaan yang tinggi dari pasar internasional telah mendorong industri tekstil
Indonesia untuk terus mengembangkan inovasi dan meningkatkan kualitas produknya. Selain
itu, adanya perjanjian perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan
perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain juga telah membuka peluang baru bagi
industri tekstil Indonesia. Namun, industri tekstil di Indonesia juga menghadapi sejumlah
tantangan. Salah satunya adalah persaingan dengan negara-negara lain, terutama China. China
telah lama menjadi pemain utama dalam industri tekstil global dan memiliki keunggulan dalam
hal skala produksi dan efisiensi biaya. Hal ini telah mempengaruhi daya saing industri tekstil
Indonesia di pasar internasional. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia perlu terus meningkatkan
efisiensi produksi, kualitas produk, dan melakukan inovasi yang lebih baik. Selain itu, isu-isu
lingkungan juga menjadi perhatian dalam industri tekstil. Proses produksi tekstil dapat
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti penggunaan bahan kimia berbahaya dan
limbah tekstil yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia dan perusahaan tekstil
harus bekerja sama untuk mengadopsi praktik-produksi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Inisiatif seperti penggunaan bahan baku organik dan daur ulang limbah tekstil
dapat membantu mengurangi dampak negatif industri ini terhadap lingkungan.

Di pasar internasional, perkembangan bisnis tekstil juga telah mengalami perubahan


yang signifikan. Negara-negara seperti Bangladesh, India, dan Vietnam telah menjadi pesaing
yang kuat dalam industri ini. Mereka menawarkan biaya produksi yang rendah dan memiliki
keunggulan dalam hal akses pasar. Beberapa merek besar juga telah memindahkan produksi
mereka ke negara-negara ini untuk memanfaatkan biaya produksi yang lebih murah. Selain itu,
tren baru seperti e-commerce juga telah mempengaruhi bisnis tekstil di pasar internasional.
Perkembangan teknologi dan ketersediaan internet telah memungkinkan konsumen untuk
membeli produk tekstil secara online dengan mudah. Ini telah membuka peluang baru bagi
perusahaan tekstil untuk memasarkan produk mereka secara global dan meningkatkan
aksesibilitas mereka bagi konsumen di seluruh dunia. Perubahan dalam gaya hidup dan tren
fashion juga memainkan peran penting dalam perkembangan bisnis tekstil internasional.
Konsumen semakin sadar akan gaya dan penampilan, yang mendorong permintaan akan
produk tekstil yang beragam dan trendy. Perusahaan tekstil harus dapat menyesuaikan diri
dengan tren yang berkembang dan memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera konsumen. Kurniawan (2022)

B. Rumusan masalah
Bagaimana proses PPIC (Production, Planning and Inventory Control) pada perusahaan Sritex?

C. Pembahasan
Profil perusahaan sritex
Pada tahun 1968, seorang pengusaha bernama Sri Redjeki mendirikan sebuah pabrik di
Joyosuran, Solo dengan tujuan memproduksi kain mentah dan bahan putihan. Pada saat itu,
perusahaan tersebut beroperasi sebagai usaha dagang (UD) dengan nama "UD Sri Redjeki".
Pabrik tersebut merupakan langkah awal dalam membangun bisnis tekstil yang lebih besar.
Pada tahun 1978, sebagai bagian dari perkembangan dan ekspansi bisnisnya, nama dan status
hukum perusahaan diubah menjadi "PT Sri Rejeki Isman". Perubahan ini memberikan dasar
hukum yang lebih kuat dan memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan kegiatan
bisnisnya secara lebih luas.
Perkembangan bisnis PT Sri Rejeki Isman terus berlanjut. Pada tahun 1982, perusahaan
ini mencapai tonggak sejarah baru dengan mendirikan pabrik penenunan pertamanya. Pabrik
ini bertujuan untuk menghasilkan kain jadi yang lebih siap untuk dipasarkan kepada pelanggan.
Dengan memiliki pabrik penenunan sendiri, perusahaan dapat mengendalikan proses produksi
secara lebih efisien dan meningkatkan kualitas produk. Pendirian pabrik penenunan ini menjadi
langkah penting dalam transformasi PT Sri Rejeki Isman menjadi perusahaan tekstil yang lebih
terintegrasi secara vertikal. Dengan memiliki pabrik penenunan, perusahaan dapat mengontrol
tahap produksi yang lebih penting, mulai dari bahan mentah hingga produk jadi. Hal ini
memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dalam hal fleksibilitas, efisiensi biaya,
dan kualitas produk.
Pabrik penenunan pertama ini juga menjadi landasan bagi ekspansi bisnis PT Sri Rejeki
Isman ke berbagai pasar internasional. Dengan kemampuan untuk menghasilkan kain jadi
dalam skala yang lebih besar dan kualitas yang terjamin, perusahaan dapat menarik minat dari
berbagai pelanggan di seluruh dunia. Ini membuka peluang baru bagi perusahaan untuk
meningkatkan ekspor produk tekstilnya dan memperluas pangsa pasar internasionalnya. Sejak
pendirian pabrik penenunan pertama pada tahun 1982, PT Sri Rejeki Isman terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Perusahaan ini telah memperluas jangkauan produknya,
termasuk memproduksi berbagai jenis kain seperti katun, poliester, denim, dan lain-lain. Selain
itu, PT Sri Rejeki Isman juga telah meningkatkan kapasitas produksinya dengan mendirikan
pabrik-pabrik tambahan di lokasi yang strategis.
Melalui langkah-langkah ini, PT Sri Rejeki Isman telah berhasil menjadi salah satu
produsen tekstil terkemuka di Indonesia dan memiliki kehadiran yang kuat di pasar
internasional. Perusahaan ini telah memperoleh reputasi sebagai produsen kain berkualitas
tinggi dengan standar produksi yang tinggi pula. Dengan terus berinovasi dan berinvestasi
dalam teknologi dan keahlian manusia, PT Sri Rejeki Isman terus berupaya untuk memperluas
pasar dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri tekstil. Pendirian pabrik
penenunan pertama pada tahun 1982 telah menjadi tonggak bersejarah dalam perkembangan
PT Sri Rejeki Isman. Dari sebuah usaha dagang kecil, perusahaan ini telah tumbuh menjadi
perusahaan tekstil yang sukses dan inovatif. Dalam dekade-dekade berikutnya, PT Sri Rejeki
Isman terus bertransformasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan
pelanggan, menjadikannya salah satu pemain utama dalam industri tekstil di Indonesia dan di
tingkat internasional. Sumiati (2022)
Berikut analisis PPIC pada perusahaan Sritex:
1. Perencanaan Produksi yang Efisien: PPIC di Sritex memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan produksi secara efisien dengan mempertimbangkan kapasitas produksi,
permintaan pelanggan, dan ketersediaan bahan baku. Mereka harus mengkoordinasikan
dan menyusun jadwal produksi yang tepat agar memastikan bahwa produksi berjalan
lancar dan sesuai dengan target yang ditetapkan. Perencanaan produksi yang efisien akan
membantu perusahaan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meminimalkan
biaya produksi.
2. Pengendalian Inventaris: PPIC juga bertanggung jawab untuk mengendalikan inventaris
bahan baku, work in progress (WIP), dan barang jadi. Mereka harus memantau dan
mengelola persediaan secara efektif untuk menghindari kelebihan atau kekurangan
persediaan yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengiriman produk.
Dengan mengoptimalkan pengelolaan inventaris, perusahaan dapat menghindari biaya
penyimpanan yang tinggi dan memaksimalkan pemanfaatan aset.
3. Ketersediaan Bahan Baku: Salah satu tugas penting PPIC adalah memastikan ketersediaan
bahan baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi. Mereka harus bekerja sama
dengan departemen pengadaan atau pemasok untuk memastikan pasokan bahan baku yang
tepat waktu dan berkualitas. Dalam konteks perusahaan Sritex, PPIC harus memonitor
pasokan kapas dan serat sintetis yang digunakan dalam produksi kain untuk memastikan
kelancaran operasional pabrik penenunan.
4. Koordinasi antara Departemen: PPIC perlu berkoordinasi dengan departemen lain dalam
perusahaan, seperti pemasaran, produksi, dan pengadaan. Mereka harus memahami
kebutuhan dan permintaan pelanggan, kemampuan produksi, dan ketersediaan bahan baku
untuk menyusun rencana produksi yang optimal. Komunikasi yang efektif antara PPIC
dan departemen terkait sangat penting untuk menghindari kekurangan persediaan,
penundaan produksi, atau kelebihan stok.
5. Analisis Kinerja Produksi: PPIC juga harus melakukan analisis kinerja produksi secara
teratur. Mereka perlu memantau dan mengevaluasi hasil produksi, efisiensi produksi, dan
tingkat kepuasan pelanggan. Analisis kinerja ini akan membantu PPIC mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan, mengoptimalkan proses produksi, dan mengidentifikasi
peluang untuk mengurangi biaya atau meningkatkan kualitas produk.
Sebagai perusahaan tekstil yang besar, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) mungkin menghadapi
beberapa kendala dalam hal Production, Planning, and Inventory Control (PPIC). Berikut ini
adalah beberapa kendala umum yang mungkin dihadapi oleh Sritex dalam mengelola PPIC:
1. Ketidakpastian Permintaan: Salah satu kendala utama dalam PPIC adalah
ketidakpastian permintaan pasar. Permintaan produk tekstil dapat berfluktuasi secara
signifikan akibat perubahan tren mode, musim, atau faktor ekonomi. Ketidakpastian ini
dapat menyebabkan kesulitan dalam merencanakan produksi yang tepat dan mengelola
inventaris dengan efisien. Sritex harus berusaha untuk mengantisipasi perubahan
permintaan dan mengadopsi strategi yang responsif untuk menghindari kelebihan atau
kekurangan persediaan.
2. Koordinasi yang Kompleks: Perusahaan seperti Sritex memiliki rantai pasokan yang
panjang dan kompleks, yang melibatkan berbagai departemen dan pemasok.
Koordinasi yang efektif antara departemen produksi, pengadaan, dan pemasaran
menjadi penting untuk mengelola produksi dan inventaris dengan baik. Ketidakcocokan
antara rencana produksi dan pengadaan bahan baku, misalnya, dapat menyebabkan
ketidaktepatan waktu dalam produksi atau kekurangan persediaan. Sritex perlu
mengimplementasikan sistem komunikasi dan koordinasi yang efisien untuk mengatasi
kendala ini.
3. Fluktuasi Harga Bahan Baku: Harga bahan baku, seperti kapas dan serat sintetis, bisa
sangat fluktuatif di pasar. Perubahan harga yang tiba-tiba dapat mempengaruhi
perencanaan produksi dan mengakibatkan perubahan biaya produksi. Sritex perlu
memonitor tren harga bahan baku secara teratur dan mengembangkan strategi
pengadaan yang tepat untuk mengatasi fluktuasi harga ini. Dalam beberapa kasus,
perusahaan mungkin perlu menyesuaikan rencana produksi atau mencari alternatif
bahan baku untuk mengurangi dampak fluktuasi harga.
4. Pengelolaan Kompleksitas Produk: Sritex menghasilkan berbagai jenis kain dan produk
tekstil yang berbeda. Masing-masing produk dapat memiliki persyaratan produksi yang
unik dan perbedaan dalam siklus hidup dan permintaan. Mengelola kompleksitas
produk ini dalam PPIC bisa menjadi tantangan. Perusahaan harus mengembangkan
metode perencanaan yang tepat untuk mengatur produksi berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik masing-masing produk. Memiliki sistem informasi dan analisis yang
canggih dapat membantu Sritex mengelola kompleksitas produk secara lebih efektif.
5. Kualitas dan Efisiensi Produksi: Kendala dalam kualitas dan efisiensi produksi juga
dapat mempengaruhi PPIC. Kualitas yang rendah atau ketidakefisienan dalam proses
produksi dapat menyebabkan penundaan atau kegagalan dalam memenuhi permintaan
pelanggan. Sritex harus terus meningkatkan kontrol kualitas dan mencari cara untuk
meningkatkan efisiensi produksi, seperti mengadopsi teknologi otomasi atau
mengoptimalkan proses produksi yang ada.

Untuk menghadapi kendala dalam Production, Planning, and Inventory Control (PPIC) yang
telah disebutkan sebelumnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dapat menerapkan beberapa
solusi berikut:
1. Perbaikan Ramalan Permintaan: Sritex dapat meningkatkan akurasi ramalan
permintaan dengan menggunakan metode analisis data yang canggih dan melibatkan
berbagai faktor, seperti tren mode, data historis, dan permintaan pelanggan. Dengan
memiliki perkiraan yang lebih akurat, perusahaan dapat mengoptimalkan perencanaan
produksi dan menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan.
2. Kolaborasi yang Efektif dengan Pemasok: Sritex dapat memperkuat kerjasama dengan
pemasok bahan baku untuk mengatasi fluktuasi harga dan ketidakcocokan pasokan. Ini
bisa dilakukan dengan mengembangkan hubungan jangka panjang, berkomunikasi
secara teratur, dan berbagi informasi tentang rencana produksi dan permintaan yang
diantisipasi. Melalui kolaborasi yang efektif, Sritex dan pemasoknya dapat mencapai
keterpaduan dalam perencanaan dan pemenuhan persediaan.
3. Implementasi Sistem Informasi Terintegrasi: Sritex dapat memperkenalkan sistem
informasi terintegrasi yang memungkinkan departemen terkait, seperti produksi,
pengadaan, dan pemasaran, untuk berbagi data secara real-time. Hal ini akan
meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara departemen, memungkinkan
perencanaan produksi yang lebih baik, dan mempercepat pengambilan keputusan.
Sistem informasi yang terintegrasi juga dapat membantu memonitor persediaan secara
akurat, mengidentifikasi tren permintaan, dan mendukung pengambilan keputusan yang
lebih baik.
4. Diversifikasi Pasokan Bahan Baku: Sritex dapat mengurangi risiko fluktuasi harga dan
kelangkaan bahan baku dengan menggandeng beberapa pemasok. Diversifikasi
pasokan memungkinkan perusahaan untuk memiliki lebih banyak pilihan dan
fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan produksi. Sritex juga dapat menjalin
kemitraan jangka panjang dengan pemasok terpercaya untuk membangun hubungan
yang saling menguntungkan.
5. Peningkatan Efisiensi Produksi: Sritex dapat terus meningkatkan efisiensi produksi
melalui penerapan praktik Lean Manufacturing dan teknologi otomasi. Ini melibatkan
identifikasi dan penghilangan pemborosan dalam proses produksi, penggunaan
teknologi canggih, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Dengan meningkatkan
efisiensi produksi, Sritex dapat mengurangi waktu siklus produksi, biaya produksi, dan
meningkatkan fleksibilitas dalam merespons perubahan permintaan.
6. Peningkatan Pengawasan dan Kontrol Kualitas: Sritex harus memastikan bahwa
pengawasan dan kontrol kualitas dilakukan secara ketat untuk menghindari cacat
produk yang dapat menghambat produksi dan mengakibatkan kekurangan persediaan.
Pelatihan karyawan, investasi dalam peralatan pengujian kualitas, dan implementasi
proses kontrol yang ketat dapat membantu memastikan kualitas produk yang konsisten.
7. Peningkatan Analisis Data dan Pelaporan: Sritex dapat memanfaatkan kemajuan
teknologi dalam analisis data dan pelaporan untuk mendapatkan wawasan yang lebih
mendalam tentang operasi produksi dan kinerja inventaris. Dengan melacak metrik
kunci seperti tingkat pemenuhan pesanan, tingkat penggunaan kapasitas, atau lead time
produksi, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang perlu perbaikan dan mengambil
tindakan yang tepat.

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) memiliki potensi untuk memperluas bisnisnya melalui
upaya yang tepat dalam Production, Planning, and Inventory Control (PPIC). Dalam paragraf
ini, kita akan membahas beberapa langkah strategis yang dapat diambil oleh Sritex untuk
memperluas bisnisnya melalui peningkatan dalam PPIC.
Pertama, Sritex dapat memperluas jangkauan pasar dengan meningkatkan efisiensi produksi
dan pengelolaan inventaris melalui PPIC yang baik. Dengan mengoptimalkan perencanaan
produksi dan mengelola inventaris dengan lebih efektif, perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan dengan tepat waktu dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Ini dapat
membuka peluang untuk memperluas basis pelanggan dan memasuki pasar baru. Sritex dapat
melakukan analisis pasar yang komprehensif untuk mengidentifikasi peluang pertumbuhan di
wilayah yang baru atau segmen pasar yang belum dimanfaatkan.
Selanjutnya, Sritex dapat memperluas lini produknya dengan memperluas kemampuan
produksi dan mengadopsi inovasi dalam PPIC. Perusahaan dapat melakukan riset dan
pengembangan untuk mengidentifikasi tren dan kebutuhan pasar yang baru, dan
mengembangkan produk-produk yang sesuai. Dalam hal ini, PPIC yang baik akan memastikan
perusahaan memiliki kapasitas produksi yang cukup, bahan baku yang tepat, dan perencanaan
yang efisien untuk memasukkan produk baru ke pasar dengan sukses.
Sritex juga dapat mempertimbangkan diversifikasi produk untuk memperluas
bisnisnya. Dengan menggunakan keahlian dan fasilitas produksinya, perusahaan dapat
memperluas portofolio produknya ke sektor tekstil yang berbeda, seperti pakaian olahraga,
produk perawatan rumah tangga, atau tekstil teknis. Ini akan membantu perusahaan untuk
mengurangi ketergantungan pada segmen pasar tertentu dan mencapai pertumbuhan yang
berkelanjutan. Widarjo (2018)
Sritex dapat mempertimbangkan ekspansi geografis melalui PPIC yang efektif. Dalam
menghadapi tantangan dalam manajemen rantai pasokan dan inventarisasi, perusahaan harus
dapat mengelola logistik dan distribusi dengan baik untuk memasok produk ke pasar yang lebih
luas. Dalam konteks ini, perluasan bisnis secara geografis dapat mencakup pendirian fasilitas
produksi baru di wilayah yang strategis atau menjalin kemitraan dengan produsen lokal di pasar
yang dituju.
Selain peningkatan dalam PPIC, Sritex juga dapat mempertimbangkan strategi kemitraan atau
akuisisi untuk memperluas bisnisnya. Dengan menjalin kemitraan strategis dengan merek
ternama atau perusahaan tekstil lainnya, Sritex dapat mengakses jaringan distribusi yang lebih
luas atau memperoleh akses ke teknologi baru. Akuisisi perusahaan tekstil lain yang memiliki
keahlian atau produk yang komplementer juga dapat membantu Sritex memperluas lini
produknya atau memperkuat posisinya di pasar.
Sritex harus terus berinvestasi dalam sumber daya manusia dan teknologi yang relevan
dengan PPIC. Pelatihan dan pengembangan karyawan dalam bidang PPIC akan membantu
meningkatkan kompetensi perusahaan dalam mengelola produksi dan inventaris. Selain itu,
Sritex dapat memanfaatkan teknologi informasi terbaru seperti sistem manajemen rantai
pasokan yang terintegrasi, analisis data canggih, atau teknologi otomasi untuk meningkatkan
efisiensi operasional dan daya saing. Dalam rangka memperluas bisnisnya, Sritex juga perlu
memperhatikan factor keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Dalam industri tekstil yang
semakin sadar akan isu-isu lingkungan dan sosial, Sritex dapat memperluas bisnisnya dengan
mengadopsi praktik-produksi yang ramah lingkungan, menggunakan bahan baku organik atau
daur ulang, serta mematuhi standar kerja yang baik.

D. Penutup
Kesimpulan:
Dalam pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)
memiliki potensi untuk memperluas bisnisnya melalui upaya yang tepat dalam Production,
Planning, and Inventory Control (PPIC). Dengan meningkatkan efisiensi produksi, pengelolaan
inventaris yang baik, inovasi produk, diversifikasi, ekspansi geografis, strategi kemitraan, dan
investasi dalam sumber daya manusia dan teknologi, Sritex dapat memperluas basis pelanggan,
memasuki pasar baru, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Saran:
Berdasarkan pembahasan di atas, berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan kepada
Sritex untuk memperluas bisnisnya melalui PPIC:
1. Tingkatkan akurasi ramalan permintaan: Sritex perlu mengembangkan kemampuan analisis
data yang lebih canggih dan menggunakan data historis serta tren pasar untuk meramalkan
permintaan dengan lebih akurat. Dengan memahami permintaan dengan baik, perusahaan
dapat mengoptimalkan perencanaan produksi dan menghindari kelebihan atau kekurangan
persediaan.
2. Tingkatkan kolaborasi dengan pemasok: Sritex harus memperkuat kerjasama dengan
pemasok bahan baku untuk mengatasi fluktuasi harga dan ketidakcocokan pasokan.
Melakukan komunikasi yang teratur dan berbagi informasi tentang rencana produksi dan
permintaan yang diantisipasi dapat meningkatkan koordinasi dengan pemasok.
3. Lakukan riset pasar dan inovasi produk: Sritex perlu melibatkan tim riset dan
pengembangan untuk mengidentifikasi tren dan kebutuhan pasar yang baru. Dengan
mengembangkan produk baru yang sesuai dengan tren dan kebutuhan tersebut, perusahaan
dapat memperluas lini produknya dan mencapai segmen pasar yang lebih luas.
4. Pertimbangkan diversifikasi produk: Sritex dapat mempertimbangkan diversifikasi lini
produknya dengan memanfaatkan keahlian dan fasilitas produksinya. Dengan memperluas
portofolio produk, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada segmen pasar
tertentu dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
5. Jelajahi peluang ekspansi geografis: Sritex perlu mempertimbangkan ekspansi ke pasar yang
baru dengan membuka fasilitas produksi di wilayah strategis atau menjalin kemitraan
dengan produsen lokal. Dalam melakukan ekspansi ini, perusahaan perlu memastikan
manajemen rantai pasokan dan inventarisasi yang efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Afianti, H. F., Azwir, H. H., Studi, P., Industri, T., Teknik, F., Ki, J., Dewantara, H., Jababeka,
K., & Indonesia, B. (2017). Bahan Baku Impor Dengan Metode Abc Analysis Di Pt
Unilever Indonesia , Cikarang , Jawa Barat. Jurnal IPTEK, 21(2), 77–90
Kurniawan, A., Studi, P., Hasil, T., Universitas, P., & Indonesia, P. (2022). Dengan Struktur
Modal Pinjaman Sistem Bunga Profitability Rasio Analysis of The Leather Tanning
Industry with Loan Capital Structure Interest System. Indonesian Journal of Food
Technology, 1(1), 59–69.
Mogbojur, A. O., Olanrewaju, O. A., & Ogunleye, T. O. (2022). Evaluation of inventory
management practice in food processing industries in Lagos: Analytical hierarchy
process approach. Nigerian Journal of Technology, 41(2), 236–246.
https://doi.org/10.4314/njt.v41i2.5
Soeltanong, M. B., & Sasongko, C. (2021). Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Riset Akuntansi & Perpajakan (JRAP),
8(01), 14–27. https://doi.org/10.35838/jrap.2021.008.01.02
Sumiati, C. (2022). Peran Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan di Bank BJB Syariah KCP Majalaya. Jurnal Dimamu, 1(3), 241–
250. https://jurnal.masoemuniversity.ac.id/index.php/dimamu/article/view/588
Widarjo, W. (2018). Hubungan Antara Strategi Sistem Pengendalian Manajemen dan Sistem
Pengukuran Kinerja: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Riset Manajemen Dan Akuntansi,
9(1), 37–50.
Wiguna, I. (2022). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT.
Idola Selaras Abadi. Prosiding FRIMA (Festival Riset Ilmiah Manajemen Dan
Akuntansi), 6681(4), 185–194. https://doi.org/10.55916/frima.v0i4.372

Anda mungkin juga menyukai