Anda di halaman 1dari 23

LARANGAN PEMERINTAH TERHADAP IMPOR PAKAIAN BEKAS

AGAR MASYARAKAT MINAT TERHADAP PRODUK LOKAL

1. Nurpaida (2112012)

2. Kholilah lafiana (2112032)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Impor pakaian bekas atau thrifting merupakan aktivitas impor barang bekas

yang digunakan sebelumnya dan dijual kembali. Impor pakaian bekas telah dilakukan

di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, dengan jumlah impor yang terus

meningkat dari tahun ke tahun. Impor pakaian bekas diperkirakan mampu memenuhi

kebutuhan pasar dalam negeri yang membutuhkan pakaian dengan harga yang lebih

terjangkau. Namun pada awal tahun 2020, pemerintah Indonesia melarang impor

pakaian bekas yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 5 Tahun

2020. Larangan impor pakaian bekas bertujuan untuk meningkatkan produksi pakaian

dalam negeri, mendorong pengembangan industri tekstil dan fashion, serta melindungi

lingkungan dari dampak negatif limbah pakaian bekas.

Impor pakaian bekas atau thrifting, yaitu praktik mengimpor pakaian bekas

dari negara lain untuk dijual kembali di pasar domestik, telah menjadi topik yang

mendapat perhatian luas dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa pemerintah di

berbagai negara telah memberlakukan larangan atau pembatasan terhadap impor

pakaian bekas ini, menciptakan diskusi yang luas tentang dampak sosial, ekonomi, dan

lingkungan dari kebijakan tersebut. Dalam konteks sosial, larangan impor pakaian

bekas dapat muncul sebagai respons terhadap masalah kemiskinan dan ketimpangan

sosial. Pemerintah ingin melindungi warganya dari pengeluaran yang lebih tinggi

untuk pakaian baru dengan membatasi akses terhadap pakaian bekas impor yang lebih

terjangkau. Dalam beberapa kasus, pemerintah melihat impor pakaian bekas sebagai

bentuk degradasi atau penghinaan terhadap martabat nasional, dan dengan melarang
impor, mereka ingin mempromosikan pakaian produksi dalam negeri dan mengurangi

ketergantungan pada impor.

Dari perspektif ekonomi, larangan impor pakaian bekas dapat memiliki

dampak yang signifikan terhadap industri tekstil dan pakaian domestik. Pemerintah

ingin melindungi produsen lokal dengan mendorong konsumsi produk dalam negeri.

Larangan impor ini dapat memicu pertumbuhan industri tekstil domestik, menciptakan

lapangan kerja baru, dan mengurangi defisit neraca perdagangan negara. Namun,

dampak ini juga harus dipertimbangkan dalam konteks hubungan perdagangan

internasional yang lebih luas, karena larangan impor pakaian bekas dapat

mempengaruhi hubungan bilateral antara negara-negara.

Selain itu, larangan pemerintah terhadap impor pakaian bekas juga melibatkan

aspek lingkungan. Industri pakaian konvensional memiliki dampak yang signifikan

terhadap lingkungan. Produksi dan pemrosesan pakaian baru secara masal seringkali

menggunakan sumber daya alam yang berlimpah, menyebabkan polusi air,

pencemaran udara, dan akumulasi limbah tekstil. Dengan mengurangi impor pakaian

bekas, pemerintah berharap dapat mengurangi dampak negatif ini dan mendorong

masyarakat untuk lebih sadar akan praktik konsumsi yang berkelanjutan. Namun,

larangan impor pakaian bekas juga menimbulkan beberapa pertanyaan dan perdebatan.

Di satu sisi, ada kelompok masyarakat yang bergantung pada pakaian bekas sebagai

pilihan yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan.

Larangan impor pakaian bekas dapat mengurangi akses mereka terhadap

pakaian yang terjangkau dan mengarah pada kesulitan ekonomi lebih lanjut. Selain itu,

terdapat pula keprihatinan tentang dampak negatif terhadap perdagangan internasional


dan kemungkinan terjadinya peningkatan perdagangan ilegal atau pasar gelap. Dalam

menghadapi kompleksitas isu ini, diperlukan penelitian dan kajian yang komprehensif

untuk memahami dampak dan implikasi dari larangan impor pakaian bekas atau

thrifting. Penelitian tersebut harus mencakup analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan

serta melibatkan pemangku kepentingan yang beragam, termasuk pemerintah,

produsen lokal, masyarakat, dan organisasi lingkungan.

Dalam mencari solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan, kerjasama antara

pemerintah, produsen, masyarakat, dan organisasi lingkungan menjadi kunci. Perlu

dilakukan dialog dan diskusi terbuka untuk mencari pemahaman bersama dan

mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Misalnya, pemerintah dapat

mendorong inovasi dan pengembangan industri tekstil domestik yang lebih

berkelanjutan dengan memberikan insentif dan dukungan kepada produsen lokal.

Pemerintah juga dapat mempromosikan kampanye kesadaran publik tentang praktik

konsumsi yang bertanggung jawab, seperti mengedukasi masyarakat tentang cara

membeli pakaian dengan bijak dan memilih produk yang ramah lingkungan. Selain

itu, pemerintah juga dapat melibatkan negara-negara lain dalam upaya mengatasi

dampak negatif impor pakaian bekas secara global. Kolaborasi antar negara dapat

membantu dalam mengembangkan standar dan regulasi yang lebih ketat terkait

pengolahan limbah tekstil, membatasi ekspor pakaian bekas yang tidak layak pakai,

serta meningkatkan pengawasan terhadap praktik perdagangan ilegal.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Pernyataan Masalah


Konteks larangan pemerintah terhadap impor pakaian bekas atau thrifting

memiliki dampak yang signifikan terhadap industri tekstil dan pakaian domestik.

Pemerintah ingin melindungi produsen lokal dengan mendorong konsumsi produk

dalam negeri. Dengan melarang impor pakaian bekas, pemerintah mendorong

konsumen untuk lebih memilih dan mendukung produk pakaian yang di produksi

secara lokal. Hal ini dapat membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan

mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri.

Berdasarkan konteks tersebut, teori yang dapat menyelesaikan masalah adalah

TQM, TQM adalah suatu pendekatan manajemen yang berfokus pada pengembangan,

perbaikan, dan pemeliharaan kualitas produk secara menyeluruh. Teori ini

menekankan pentingnya melibatkan seluruh organisasi, termasuk manajemen dan

karyawan, dalam upaya meningkatkan kualitas. TQM melibatkan berbagai strategi

seperti pelibatan pelanggan, pengendalian proses, manajemen resiko, pelatihan

karyawan, dan pengumpulan dan analisis data untuk mengidentifikasi penyebab

masalah dan peluang perbaikan.

1.1.2 Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana cara meningkatkan minat masyarakat terhadap produk

lokal dengan mengatasi larangan pemerintah terhadap impor pakaian

bekas

2. Apa faktor-faktor yang dapat diidentifikasi sebagai alasan mengapa

masyarakat kurang tertarik pada produk lokal?


3. Bagaimana mengoptimalkan potensi kreativitas dan keunikan produk lokal

dalam industri pakaian sebagai strategi untuk menarik minat masyarakat

dan bersaing dengan produk impor pakaian bekas?

1.3 Batasan Masalah

1. Lokasi atau objek pada penelitian ini adalah This Is April sebagai salah

satu brand lokal yang menerapkan konsep pemeliharaan produk secara

menyeluruh.

2. Teori utama pada penelitian ini berfokus pada pengembangan, perbaikan,

dan pemeliharaan kualitas produk secara menyeluruh yang diterapkan oleh

brand lokal tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis minat masyarakat terhadap produk lokal dengan mengatasi

larangan pemerintah terhadap impor pakaian bekas.

2. Menganalisis faktor alasan mengapa masyarakat kurang tertarik pada

produk lokal.

3. Merancang alternatif stategi untuk menarik minat masyarakat terhadap

produk lokal dan bersaing dengan produk impor pakaian bekas.

1.5 Manfaat Penilitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ada, maka manfaat yang akan

didapatkan dalam penelitianini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Mengimpelemtasikan konsep pengembangan, perbaikan, dan pemeliharaan

kualitas produk pada brand This Is April


2.5.1 Manfaat Praktis

Memberikan alternatif solusi maupun pertimbangan bagi brand This Is

April untuk menarik minat masyarakat agar memakai produk lokal

1.6 Sistematika Penelitian

Pada penulisan ini, secara umum dibagi menjadi lima bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, pernataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan mengenai konsep atau teori relevan yang

digunakan dalam menganalisis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai metode yang akan digunakan dalam

penelitian yang meliputi desaian penelitian, objek penelitian, metode

pengumpulan data, serta metode analis data yang digunakan


BAB II

LANDASAN TEORI

1.6 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Total Quality Management (TQM)

Dalam konteks Indonesia, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) atau juga

dikenal sebagai Manajemen Kualitas Terpadu mengacu pada Total Quality

Management. Menurut Lubis (2005), TQM adalah sistem yang berkelanjutan dan

dilakukan dalam jangka panjang untuk memenuhi kepuasan konsumen dengan

meningkatkan kualitas produk perusahaan. melibatkan integrasi semua fungsi dan

proses organisasi guna mencapai tujuan peningkatan kualitas produk dan kepuasan

pelanggan.

Total Quality Management sebagai strategi bisnis yang berfokus pada

kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Tjiptono (2003)

mengartikan TQM sebagai “filosofi holistik yang menggabungkan semua fungsi

manajemen, seluruh bagian perusahaan, dan semua individu berdasarkan konsep

kualitas, kerja sama tim, produktivitas, dan kepuasan pelanggan”.

Total Quality Management sebagai “pendekatan bisnis yang bertujuan untuk

meningkatkan daya saing organisasi melalui perbaikan berkelanjutan terhadap produk,

layanan, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan.” (Tjiptono 2003)

Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Total Quality

Management adalah sebuah sistem manajemen yang menekankan kualitas sebagai

strategi bisnis dan berfokus pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh

anggota organisasi. Dengan demikian, Total Quality Management dapat diartikan


sebagai pendekatan manajemen yang sistematis yang mengarah pada organisasi,

pelanggan, dan pasar melalui penggabungan pencarian fakta praktis dan solusi

masalah guna menciptakan peningkatan yang cocok dalam kualitas, evektifitas, dan

kinerja perusahaan.

Menurut Tunggal, A.W (1993), TQM dapat didefinisikan sebagai manajemen

menyeluruh dalam suatu organisasi untuk mencapai keunggulan pada semua produk

dan layanan yang penting bagi pelanggan. Pentingnya catatan dalam dimensi ini

adalah bahwa mutu melibatkan seluruh organisasi dalam setiap aspek yang dilakukan,

dan bahwa mutu pada akhirnya ditentukan oleh pelanggan. Tujuan utama dari

peningkatan kualitas produk adalah kepuasan konsumen. TQM memiliki tujuan untuk

terus menerus meningkatkan kualitas, yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi

dalam kebutuhan, keinginan, dan preferensi konsumen..

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa TQM perlu memiliki visi,

misi, dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada dan juga mampu

mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa di masa depan, bahkan jika saat ini belum

ada. Kemampuan kreativitas dan manajemen dalam menciptakan pasar di masa depan

menjadi kunci untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin atau

pionir dalam pasar.

Dalam kata lain, penerapan TQM dalam perusahaan memiliki manfaat utama

yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas dan daya saing perusahaan tersebut.

Menurut Tjiptono dan Diana (2003), TQM dibedakan dari pendekatan lain dalam

menjalankan usaha berdasarkan komponennya.


Penelitian mengambil teori ini karena tema penelitian ambil berfokus pada

pengembangan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas produk secara menyeluruh, jelas

bahwasnya teori tersebut menjelaskan perbaikan produk, dimana produk pada brand

lokal khususnya This Is April terletak pada perbaikan, pemeliharaan kualitas produk.

Dengan adanya pengembangan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas produk akan

membuat masyarakat minat terhadap produk lokal.

2.1.3 Tujuan dan Manfaat TQM

Tujuan dari TQM adalah untuk menyediakan produk atau layanan berkualitas

yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen secara berkelanjutan, yang

pada akhirnya akan mendorong pembelian yang berkesinambungan dan meningkatkan

produktivitas produsen dengan mengurangi biaya produksi.

Menginternalisasi budaya TQM dalam sebuah organisasi memang merupakan

tugas yang tidak mudah karena adanya perbedaan latar belakang anggota organisasi

dalam hal pendidikan, pengalaman, budaya, dan tradisi nilai yang mereka bawa. Oleh

karena itu, proses penanaman budaya TQM membutuhkan kesabaran dan ketekunan

karena memerlukan waktu yang cukup lama.

Penerapan total quality management (TQM) memberikan berbagai manfaat bagi

pelanggan, perusahaan, serta staf dan karyawan yang terlibat. Manfaat ini diperoleh

melalui sistem kerja yang mendasari program TQM, yang fokus pada perbaikan

berkelanjutan untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dua faktor ini pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan profit atau

keuntungan. Manfaat TQM bagi perusahaan meliputi:


1. Terjadi peningkatan dalam kualitas produk dan layanan yang diberikan.

2. Motivasi staf meningkat secara keseluruhan.

3. Produktivitas mengalami peningkatan yang signifikan.

4. Biaya produksi dapat dikurangi (cost reduction).

5. Jumlah produk cacat mengalami penurunan.

6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat dan efektif.

7. Membantu dalam pembentukan kerja tim yang solid.

8. Meningkatkan hubungan antara staf dari departemen yang berbeda.

Sementara itu, berikut adalah manfaat TQM bagi pelanggan:

1. Pelanggan mendapatkan perhatian yang lebih baik.

2. Tidak mengalami masalah dengan produk atau layanan yang diberikan.

3. Kepuasan pelanggan terjamin.

Berikut adalah keunggulan perusahaan yang menerapkan Total Quality

Management (TQM):

a. TQM sendiri menganut konsep kualitas dengan pendekatan yang

kualitas. Kualitas dalam pandangan konsumen diartikan sebagai

kesesuaian dengan persyaratan dan keinginan mereka. Dalam

pendekatan yang holistik, konsumen bukan hanya sebagai pembeli,

tetapi juga sebagai pihak yang menentukan persyaratan dan

mengharapkan kepuasan. Selain itu, konsumen juga menjadi produsen

yang harus memenuhi persyaratan agar dapat memberikan kepuasan.


Dalam konteks ini, kualitas tidak hanya terbatas pada produk yang

dihasilkan, tetapi juga mencakup seluruh aspek perusahaan.

b. TQM mendorong perubahan dan perbaikan yang berkelanjutan.

Dengan menerapkan TQM, perusahaan diharuskan untuk terus belajar

dan beradaptasi untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya.

c. TQM menekankan upaya pencegahan. Mulai dari perancangan produk

hingga menjadi produk akhir, perusahaan berupaya menghasilkan

produk yang baik tanpa cacat (zero defect). Hal ini membantu

perusahaan mengurangi biaya produksi (cost reduction), menghindari

pemborosan, serta menghasilkan produk secara efektif dan efisien.

Akibatnya, perusahaan dapat meningkatkan keuntungan (profit).

Penerapan TQM secara efektif dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi

organisasi, termasuk peningkatan kualitas, efisiensi operasional, kepuasan pelanggan,

dan keunggulan kompetitif.

2.1.4 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM

Meskipun Total Quality Management (TQM) dapat memberikan manfaat

yang signifikan bagi perusahaan, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

kegagalan dalam implementasi TQM. Beberapa faktor tersebut menurut Fandy

Tjiptono (2003) antara lain:

1. Delegasi tanggung jawab dan kepemimpinan yang tidak efektif

dari manajemen senior: Perbaikan berkelanjutan dalam kualitas

seharusnya dimulai oleh manajemen yang terlibat secara langsung


dan tidak mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada pihak lain.

Jika tanggung jawab ini didelegasikan kepada pihak lain, risiko

kegagalan akan meningkat.

2. Budaya kerja tim yang kurang mendukung: Organisasi perlu

membentuk tim-tim yang melibatkan semua karyawan untuk

mendorong kerja sama tim. Penting bagi penyelia dan karyawan

untuk memiliki pengalaman yang baik dalam peran masing-

masing. Selain itu, organisasi perlu mengubah budayanya agar

kerja sama tim berhasil. Jika tidak, masalah akan muncul daripada

terpecahkan.

3. Kekurangan proses penyebaran inisiatif: Beberapa organisasi

mengembangkan inisiatif tanpa merencanakan cara

mengintegrasikannya ke dalam semua elemen organisasi. Hal ini

mencakup pemikiran tentang struktur, penghargaan,

pengembangan keterampilan, pendidikan, dan kesadaran.

4. Penggunaan pendekatan yang terbatas: Beberapa organisasi hanya

menggunakan satu pendekatan, seperti Deming, Juran, atau

Crosby, dan menerapkan prinsip-prinsip yang ditetapkan di

dalamnya. Padahal, tidak ada pendekatan tunggal yang cocok

untuk semua situasi. Para ahli mendorong organisasi untuk

menyesuaikan program kualitas dengan kebutuhan mereka sendiri.

5. Harapan yang tidak realistis dan berlebihan: Mengirim karyawan

untuk mengikuti pelatihan selama beberapa hari tidak cukup untuk


mengembangkan keterampilan mereka. Diperlukan waktu yang

cukup lama untuk mendidik dan membuat para karyawan

menyadari pentingnya kualitas. Selain itu, penerapan perubahan

proses baru juga membutuhkan waktu yang lama untuk

memberikan dampak nyata pada peningkatan kualitas dan daya

saing perusahaan.

2.2 Penelitan Terdahulu

Sebagai panduan dalam menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan beberapa

penelitian terdahulu yang dilakukan beberapa penelitian sebelumnya. Berikut ini dapat

dilihat hasil penelitian terdahulu yang mengacu pada penelitian ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No. Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Amien, R.G.Y (2014) Pengaruh Implementasi Total Quality Management Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua var
Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Pada PT. PLN Area Total Quality Management (TQM), hanya dua variabel
Pelayanan dan Jaringan Kota Malang) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial,
Perbaikan Berkelanjutan (X2) dan Informasi dan Komun
(X6). Dalam konteks PT. PLN (Persero) Area Pelayanan
Jaringan Kota Malang, variabel yang paling dominan d
mempengaruhi kinerja manajerial adalah Informasi
Komunikasi (X6).
2. Lamato, B.R (2017) Analisis Total Quality Management (TQM) Terhadap Dari data yang ada, hasil penelitian menunjukan bahwa F
Kinerja Manajerial Pada PT. Asegar Murni Jaya Desa pada Pelanggan, Perbaikan terus-menerus, Pendidikan
Tumaluntung Kab. Minahasa Utara Pelatihan, serta Keterlibatan dan Pemberdayaan Karya
signifikan terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Asegar M
Jaya. TQM terdiri dari (1) Fokus pada Pelanggan,
Perbaikan terus-menerus, berpengaruh signifikan terh
kinerja manajerial. Sebaliknya, Total Quality Manage
yang terdiri dari (1) Pendidikan dan Pelatihan dan
partisipasi dan Pemberdayaan Karyawan tidak member
dampak yang menguntungkan bagi produktivitas manajeria

3. Harjani, S (2016) Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fokus pelan
Manajerial Pusat Kesehatan Masyarakat Di Kabupaten dipengaruhi secara signifikan oleh kinerja manajerial
Boyolali ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,679 dan ni
sebesar 0,012 < 0,05. Hasilnya, H1 terkonfirmasi,
menunjukkan bahwa staf manajerial atau kepala puskesm
Kabupaten Boyolali yang bertanggung jawab.Peng
perbaikan berkelanjutan terhadap kinerja manajerial diper
nilai t hitung sebesar 2,721 dan nilai p sebesar 0,041 <
Hasilnya, H2 terkomfirmasi, yang menunjukan ba
perbaikan berkelanjutan berpengaruh signifikan terh
kinerja manajerial kepala pusat kesehatan Masyaraka
Kabupaten Boyolali.
2.3 Kerangka Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena kurangnya minat masayakat terhadap pakaian

lokal, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan larangan impor paiakan bekas atau

thrifting. Larangan ini juga berdampak signifikan terhadap industry tekstil dan

pencenaran lingkungan. Proses penelitian ini dilakukan dengan menganalisi minat

masyarakat terhadap produk lokal dengan mengatasi larangan pemerintah terhadap

impor pakaian bekas.

Berdasarkan penelitian ini, produsen pakaian lokal diharapkan mampu

menggembangkan kemampuan produksi dalam negeri dan masyarakat juga lebih

minat terhadap pakaian lokal. Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu

menggerakan pertumbuhan ekonomi karena dengan masyarakat lebih minat terhadap

pakaian lokal, otomatis dapat mengembangkan produksi dalam negeri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007). Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah ekperimen) dimana penelitian

adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triaggulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekan makna daripada generasi (Sugiyono, 2009).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempatan di This Is April Ayani Mall Pontianak Lt. 1 A1 No.

26, Jl. Jendral Ahmad Yani No.4, Parit Tokaya, Kec Pontianak Sel., Kota Pontianak,

Kalimantan Barat. Penelitian memilih lokasi ini karena This Is April termasuk pakaian

lokal yang tidak kalah bagus seperti pakaian impor. Penelitian ini dilakukan dalam

jangka waktu 4 bulan, yakni Juli 2023 sampai Oktober 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam sebuah penelitian, populasi yang dipilih memiliki keterkaitan yang erat

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Populasi merupakan keseluruhan jumlah

unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Populasi dalam ini adalah

tenaga kerja pada toko pakaian lokal yaitu This Is April.

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara secara langsung

dengan karyawan pada Toko This Is April.

3.4.2 Sumber Data

Data ini didapatkan langsung melalui wawancara dengan karyawan pada Toko

This Is April.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pada bentuk penelitian ini yaitu kualitatif. Jenis data yang diambil

merupakan data primer. Salah satu teknik pengumpulan data yang dapat digunakan

adalah wawancara. Saat melakukan wawancara, proses pengumpulan data telah

melibatkan penyusunan instrumen penelitian berupa kumpulan pertanyaan tertulis

yang juga telah disiapkan opsi jawaban alternatif. Teknik dan metode ini merupakan

bagian penting dalam mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh dari

lapangan, dengan tujuan agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan terorganisir

secara sistematis.

Metode wawancara penelitan digunakan untuk menggali data terkait pelaksanaa

teknik TQM pada brand lokal This Is April. Adapun sumber informasinya adalah

karyawan This Is April. Informasi tentang This Is April mengimplementasikan TQM

pada brandnya agar menarik minat masyarakat terhadap pakaian lokal.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analitik, yang

bertujuan untuk menggambarkan data yang terkumpul dalam bentuk kata-kata,


gambar, dan bukan angka. Data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti naskah,

wawancara, catatan lapangan, dan dokumen, kemudian dijelaskan secara detail untuk

memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kenyataan atau realitas yang ada.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

terus dilakukan selama di lapangan, dan berlanjut setelah penelitian di lapangan

selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Henny Zurika, 2005. “Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja

Manajerial dengan Sistem Pengukuran Kinerja Sebagai Variabel Moderating

(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan)”. Tesis,

Medan.

Tunggal, Amin Widjaja. "Manajemen Mutu Terpadu." Jakarta: Rineka Cipta (1993).

Tjiptono, Fandy, and Anastasia Diana. "Total quality management." Yogyakarta:

Andi 102 (2003)

Tjiptono, F., & Diana, A. (2003). Total quality management. Yogyakarta: Andi, 102,

Amien, Reza Gerhana Yanuar,2014. “Pengaruh Implementasi Total Quality

Management Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Pada PT. PLN Area

Pelayanan dan Jaringan Kota Malang)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis:

Universitas Brawijaya.

Lamato, R Braian, 2017. “Analisis Total Quality Management (TQM) Terhadap

Kinerja Manajerial Pada PT. Asegar Murni Jaya Desa Tumaluntung Kab.

Minahasa Utara”. Jurusan Manajemen,: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sam Ratulangi Manado.

Harjani, Sri, 2016. ” Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja

Manajerial Pusat Kesehatan Masyarakat Di Kabupaten Boyolali”.Skripsi:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Moleong, Lexy J. "Metode penelitian kualitatif." (2007).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai