PROMOSI KESEHATAN K3
PENDAHULUAN
Plastik digunakan oleh industri karena memiliki beberapa keunggulan. Plastik memiliki
sifat mudah dibentuk, ringan, tidak korosif, dan dapat didaur ulang. Plastik mudah dibentuk
karena memiliki sifat ulet, lumer dan temperatur leleh yang rendah. Permukaan plastik dapat
disiapkan dengan baik. Plastik dapat diberi pewarna atau dilapis dengan logam. Pada
lingkungan udara bebas dan udara basah plastik tidak mengalami korosif. Plastik rusak
karena degradasi akibat sinar atau perubahan suhu. Ketika bahan baku plastik ini terhirup
atau berkontraksi ataupun masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan berbagai jenis
penyakit1 .
Indonesia mendorong konsumsi bahan baku plastik di dalam negeri agar produksi plastik
meningkat. Pada tahun 2012, konsumsi bahan baku plastik di Indonesia mencapai 4,6 kg per
kapita2 . Saat ini, ada sekitar 892 industri kemasan plastik yang menggunakan sekitar 2,35
juta ton bahan baku plastik per tahun dan utilisasi sebesar 70% sehingga produksi rata-rata
sebesar 1,65 juta ton per tahun3 . Bahan baku plastik terdiri atas molekul-molekul yang besar
antara lain resin formaldehyde, resin, acrylat, polyurethane, plastic polyester, dan additive4 .
Ada sekitar 3.700.000 ton per tahun bahan plastik diproduksi di Indonesia sebagai bahan
campuran produk otomotif, perabotan rumah tangga, komponen elektronik dan banyak lagi5 .
Pada proses produksi sering kali terdapat produk yang tidak sempurna atau gagal. Produk
gagal ini tentunya tidak dapat lolos dalam uji produk. Hal ini tentu akan menjadi barang
reject dan tidak terpakai. Hal ini tentu akan membawa dampak kerugian pada perusahaan.
Kerugian dapat berupa pemborosan material, selain itu juga akan menambah biaya
penyimpanan.
Bahan baku plastik dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan
yang sering ditemukan pada industri plastik berupa iritasi kulit. Iritasi kulit timbul ketika
pekerja secara langsung bersentuhan dengan bahan baku plastik. Bahan baku plastik yang
bersentuhan dengan pekerja menimbulkan reaksi secara langsung dengan gejala gatal, bentol,
kemerahan.
Proses produksi kantong plastik terdiri dari mixing (pencampuran bahan), pemotongan
lembaran plastik, pencetakan dan pengepakan. Pada proses pemotongan plastik mengasilkan
debu resin, dimana debu resin dapat menyebabkan dermatitis atau iritasi kulit jika berkontak
langsung dengan kulit. Survey awal yang dilakukan di pabrik plastik melalui observasi dan
wawancara bahwa karyawan di CV. Maju Plastik Semarang tidak menggunakan sarung
tangan pada proses produksi, sehingga kulit tangan dibiarkan begitu saja terpapar debu resin
dan setelah selesai melakukan pekerjaan banyak tenaga kerja yang tidak mencuci tangan.
1
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui promosi kesehatan di tempat kerja
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plastic.
- Untuk mengetahui bagaimana penggolongan, jenis-jenis plastik, dan
peranan plastic pada bidang industry.
- Untuk mengetahui dampak dari penggunaan plastic dan
penanggulangan masalah tersebut.
Industri plastik dan karet hilir memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia
karena tingkat konsumsi terhadap kebutuhan komoditas tersebut cukup tinggi. Misalnya,
diserap oleh sektor-sektor manufaktur strategis, seperti industri kemasan untuk makanan dan
kosmetika, elektronika, serta otomotif yang memanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses
produksinya.
”Pengembangan industri plastik dan karet di dalam negeri masih prospektif, mengingat
industri ini merupakan sektor vital dengan ruang lingkup mulai dari hulu, antara hingga hilir,
yang selalu dibutuhkan oleh industri lain dan memiliki variasi produk yang sangat luas,” kata
Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mewakili Menteri Perindustrian pada
Pembukaan Pameran Produk Industri Plastik dan Karet Hilir di Jakarta, Selasa (3/10).
Kemenperin mencatat, jumlah industri plastik di Tanah Air saat ini mencapai 925
perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk plastik dan mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 37.327 orang dengan total produksi hingga 4,68 juta ton per tahun.
Sementara, permintaan produk plastik nasional sekitar 4,6 juta ton per tahun, meningkat lima
persen dalam lima tahun terakhir.
“Dalam upaya peningkatan produktivitas industri plastik, kami terus mendorong untuk
pemenuhan bahan bakunya. Saat ini, bahan baku plastik dalam negeri belum mampu
mencukupi dari segi kuantitas maupun spesifikasi produk,” ungkap Haris. Adapun langkah
strategis yang telah dilakukan pemerintah guna memacu kinerja industri plastik lokal, antara
lain fasilitasi pemberian bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Di samping itu,
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitasi promosi dan investasi, penyusunan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta pengaturan tata niaga impor.
“Agar siap menghadapi persaingan pada pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Kemenperin pun mendorong industri plastik nasional mampu bersinergi dan terintegrasi
melalui kerja sama dengan stakeholders terkait,” papar Haris.
Contoh sinergi yang perlu dilakukan, di antaranya penguatan penelitian dan pengembangan
(research and development/R&D) serta kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing
2
agar produk plastik domestik bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing
di pasar internasional.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
3. Factor penguat (reinforcing factors) merupakan factor penguat bagi seseorang untuk
mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang – undang, peraturan –
peraturan dan surat keputusan.
5
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatnodjo, 2005).
6
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khsus, rinci dan jelas agar
promosi kesehatan lebih efektif. Oleh karena itu, sasaran promosi kesehatan
tersebut dihubungkan dengan tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja,
tatanan institusi kesehatan, tatanan institusi pendidikan, dan tatanan tempat-
tempat umum.Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan dalam
tiga daerah utama, yaitu sekolah, tempat kerja, dan kelompok masyarakat.
dalam pelaksanaan program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa promosi
kesehatan di masyarakat, sekolah, dan tempat kerja cenderung paling efektif
(Carleton, 1991). Kolbe (1988) menambahkan sasaran lain dalam promosi
kesehatan adalah pelayanan medis dan media.
2.2 Plastik
2.2.1 Definisi Plastik
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Plastik adalah
polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit
molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum ,terdiri dari polimer karbon saja
atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. Mereka
terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat.
Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film
atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable",
memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam
properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan
dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan
memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.
7
dalam menggunakan kemasan plastik untuk makanan. Beberapa jenis kemasan
plastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya
kantung plastik “kresek” berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren
dan polivinil klorida (PVC). Kantung plastik “kresek” dibuat dari plastik bekas
yang riwayat penggunaannya tidak jelas melalui proses daur ulang yang tidak
terjamin kebersihannya.
Proses daur ulang dalam pembuatan plastik “kresek” juga menggunakan bahan
kimia tertentu. Kemasan plastik berbahan PVC juga tidak sepenuhnya aman.
Monomer vinil klorida pada PVC dapat terlepas ke dalam makanan bila
berinteraksi dengan bahan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol,
terlebih dalam keadaan panas.
Pembuatan kemasan plastik PVC terkadang menggunakan penstabil berupa
timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan serta
senyawa ester ptalat dan ester adipat untuk melenturkan. Bahan-bahan tambahan
itu bisa terlepas dan bercampur dengan makanan sehingga berisiko membahayakan
kesehatan. Pb merupakan racun bagi ginjal, Cd racun bagi ginjal dan memicu
kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin,
BPOM telah melakukan pengujian terhadap 11 sampel kemasan plastik
berbahan PVC dan menemukan satu diantaranya tidak memenuhi syarat karena
residu timbalnya melebihi ambang batas maksimal. Kemasan makanan
“styrofoam”–merek dagang pabrik Dow Chemicals untuk produk berbahan dasar
“expandable polystyrene” atau “foamed polystyrene”– juga berisiko melepaskan
bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak
ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang
berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas. Untuk
memastikan keamanan produk kemasan makanan berbahan plastik BPOM
melakukan sampling dan pengujian terhadap 17 jenis kemasan “styrofoam”.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kemasan plastik “styrofoam”
aman digunakan karena residu monomer stirene-nya hanya berkisar antara 10-30
bagian per juta. Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan
adalah yang terbuat dari polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP).
8
b. Dampak penggunaan plastic pada lingkungan
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai
saat ini masih tetap menjadi “PR” besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor
pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat
terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat
terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar,
sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan
yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara
sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya
antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan
sistem saraf dan memicu depresi.
Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air,
tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin
waduk. Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di
dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus
permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan
gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12
juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat
tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA),
sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh
beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk
menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi
musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong
plastik itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi polutan yang signifikan. Kalau
dibakar, sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas
rumah kaca di atmosfer. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif
sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga.
9
2.2.3 Mengatasi Permasalahan Dampak Penggunaan Plastik
Ada banyak alternatif yang ditawarkan untuk mengurangi konsumsi dan dampak
buruk plastik bagi lingkungan seperti mendaur ulang dan menggunakan plastic
biodegradable.
Mendaur ulang sampah plastic adalah salah satu alternative yang bisa dipilih untuk
mengatasi limbah plastic yang sangat banyak dan mencemari lingkungan.
Selain plastik yang terbuat dari pati jagung, plastik biodegradable juga dapat dibuat
dari bahan sintetis, namun tetap dapat diuraikan oleh lingkungan, contoh dari bahan
sintetis pembuat plastik biodegradable ini adalah Polylactic Acid, Polybutylene Succinate,
Polycaprolactone dan lain – lain.
Keuntungan dari plastik jenis ini tentunya sangat jelas, yaitu dapat mengurangi limbah
plastik yang ada di Bumi. Bagaimanapun, plastik ini masih memiliki kekurangan yaitu
dapat menambah emisi gas CO2. Gas yang dihasilkan termasuk ke dalam gas efek rumah
kaca yang akan semakin memperparah pemanasan global. Beberapa hal yang
dipertimbangkan mengenai penggunaan plastik yang lebih baik adalah dengan Oxo
Biodegradable (OBD) Plastics, yaitu plastik yang dapat terurai hanya dengan Oksigen dan
cahaya matahari.
10
Tetapi pada kenyataannya plastik oxium tidak dapat mengurai secara alami, apa yang
dimiliki plastik oxium dan tidak dimiliki kantung kresek biasa hanyalah kemampuan
memecah diri jika terkena panas atau cahaya.
Plastik oxium tetap sangat sulit untuk terurai secara alami, karena sebagian besar
komponen penyusunnya adalah minyak bumi. Jadi yang dimaksud dengan degradable
pada plastik oxium adalah dapat terpecah dengan mudah, bukan mudah terurai secara
alami. Kecuali jika tertera tulisan “100% BIODEGRADABLE”, ini berarti benar-benar
bisa terurai secara alami secara cepat, dan biasanya plastik dengan sifat ini disebut
“bioplastik”.
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah
terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembaban dan
radiasi sinar matahari). Bioplastik terbuat dari sumber biomassa seperti minyak
nabati, amilum jagung, klobot jagung, amilum ercis, atau mikrobiota.
Beberapa, bioplastik dirancang untuk mudah terurai. Bioplastik yang dirancang untuk
terurai dapat memecah baik dalam lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada
bagaimana mereka diproduksi. Ada berbagai bioplastik yang dibuat, mereka dapat terdiri
dari pati, selulosa, atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah
kemasan bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi.
Kurangi penggunaan kantong plastik sekarang juga dan gunakan tas kain setiap kali
berbelanja. Jika hanya membeli sedikit, masukan barang belanjaan ke dalam tas. Ingatkan
orang rumah atau teman kamu untuk selalu membawa tas kain saat belanja. Hubungi
supermarket, mall dan toko buku langganan kamu untuk berhenti memberikan kantong
plastik. Namun seperti diungkapkan anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan
dan lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi
terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa
mengolahnya, di daur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.
11
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Data
Sebuah sebuah studi yang dipimpin oleh Jenna Jambeck, dari University of Georgia ini
meneliti terhadap 192 negara pesisir di dunia yang membuang sampah plastiknya ke laut.
Sebanyak 20 negara papan atas menyumbang 83% dari sampah plastik yang salah urus
sehingga terbuang ke laut (lihat grafik). Lebih dari setengah sampah plastik tersebut hanya
berasal dari lima negara, yaitu China, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
China sebagai peringkat pertama bertanggung jawab atas 2,4 juta ton sampah plastik atau
hampir 28 persen dari total dunia. Indonesia berada di peringkat kedua dengan jumlah
sampah plastik sekitar 850 ribu ton. Satu-satunya negara industri Barat yang masuk dalam 20
negara papan atas penyumbang sampah plastik adalah Amerika Serikat, berada pada
peringkat 20. Amerika Serikat memberikan kontribusi 77.000 ton atau kurang dari 1 persen.
Diperkirakan potensi sampah plastik ke laut pada tahun 2025 sebesar 250 juta ton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, produksi sampah per
hari tertinggi berada di Pulau Jawa, khususnya Surabaya. Pada 2015, produksi sampah di
12
Surabaya sebesar 9.475,21 meter kubik dan meningkat menjadi 9.710,61 meter kubik di
2016.
Di Jakarta, dengan jumlah penduduk sekitar 10,25 juta jiwa pada 2016, produksi
sampahnya diperkirakan sebesar 7.099,08 meter kubik, meningkat dari 7046,39 meter kubik
pada tahun sebelumnya. Sementara Surabaya, sebagai kota dengan produksi sampah tertinggi
di Indonesia, meskipun dihuni oleh 2,87 juta jiwa pada 2017, jumlah produksi sampah di
2016 sebesar 9.710,61 meter kubik.
Di luar kepadatan penduduk, tingginya produksi sampah ini juga disebabkan banyaknya
industri yang berkembang di kota tersebut. Selain itu, tingginya produksi sampah, ternyata
tidak diimbangi dengan volume sampah yang terangkut. Pada 2016, dari 30 Ibu kota
provinsi, rata-rata capaian keterangkutannya hanya 71,20 persen dari total produksi sampah.
13
Diperkirakan, setiap rumah tangga/ penduduk di Indonesia dapat menghasilkan sampah
sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari (Jenna R. Jambeck, et al (2015)). Dapat dibayangkan jumlah
sampah yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia yang mencapai 258,7 juta jiwa.
Sayangnya, data terkait volume sampah pada setiap provinsi belum tersedia karena belum
semua dinas kebersihan di kabupaten/ kota melaporkan data ini. Tabel 5.21 hanya
menyajikan data produksi dan volume sampah terangkut per hari pada ibukota provinsi di
seluruh Indonesia. Produksi sampah perhari yang cukup tinggi terjadi di Pulau Jawa, antara
lain Jakarta, Surabaya dan Semarang, sedangkan di luar Pulau Jawa terjadi, antara lain, di
Medan, Denpasar, Makasar dan Manokwari. Namun jika dilihat dari persentase volume
sampah yang terangkut perhari maka baru lima provinsi saja yang mencapai 90 persen
(Gambar 5.5) yaitu Denpasar, Padang, Banjarmasin, Makasar dan Medan. Oleh karena itu,
hal tersebut memberikan gambaran kesiapan masing-masing daerah dalam menangani
sampah. Produksi sampah yang tinggi bila tidak disertai dengan pengelolaan yang baik akan
menimbulkan pencemaran. Penanganan sampah perlu didukung sarana dan prasarana yang
memadai. Semakin banyak jumlah penduduk dan semakin luas wilayah suatu kota, maka
diperlukan sarana dan prasarana kebersihan yang semakin banyak.
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penggunaan plastik di Indonesia sangatlah tinggi, terlebih di kota-kota besar. Padahal, pemakaian
plastik tidak baik untuk tubuh maupun lingkungan. Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah
memperingatkan publik supaya berhati-hati dalam menggunakan kemasan plastik terlebih
untuk makanan. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik “kresek” berwarna serta kemasan plastik
berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida (PVC). Selain itu, penggunaan plastic berlebih
juga dapat berbahaya bagi lingkungan, salah satunya sebagai pemicu banjir.
Indonesia sendiri berada di peringkat kedua penyumbang plastik terbanyak di dunia
dengan jumlah sampah plastik sekitar 850 ribu ton. Dan diperkirakan, setiap rumah tangga/
penduduk di Indonesia dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari.
4.2 Saran
Untuk mengurangi dampak buruk penggunaan sampah plastic berlebih, ada baiknya kita
melakukan hal-hal berikut;
15
DAFTAR PUSTAKA
http://hmpd.fk.uns.ac.id/depresi-yuk-curhat/
file:///C:/Users/USER/Documents/tinjauan%20pustaka%20promkes.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1597-3274-2-PB.pdf
https://jawapoenyablog.files.wordpress.com/2017/01/makalah-industri-plastik-dian.docx
https://citraasafira.wordpress.com/2016/03/25/sampah-plastik-masalah-yang-menggelitik/
https://tirto.id/mengintip-kota-kota-gudang-sampah-di-indonesia-cE4o
16