Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DASAR KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

PROMOSI K3

NAMA dan NIM:


ADHIATMA SETIAWAN N.

25010115140198

ASTI HAYUNINGTYAS

25010115130259

SITI NUR JAYANTI

25010115130200

FADILA AYU MUHARINI

25010115140220

DINDA NESTELITA

25010115130239

SARASYITA NADA RE

25010115130254

THERESIA CHRISTIARINI

25010115130221

KARIN GANDESWARI

25010115130235

NOVIA LARISCA

25010115130216
C-2015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................1
BAB I PENDAHALUAN......................................................................................2
BAB II. DEFINISI DAN RUANG LUNGKUP....................................................4
BAB III. KONSEP DAN PELAKSANAAN PROMOSI K3..................................8
BAB IV. KESIMPULAN............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja yang merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan
proyek merupakan aset yang menentukan bagi perusahaan. Oleh sebab itu dalam
menjalankan bisnis usaha yang aman maka penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) harus dilaksanakan secara konsisten.
Pelaksanaan K3 merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya masyarakat
industri. Dengan demikian semua pihak terkait berkewajiban untuk berperan aktif
sesuai fungsi dan kewenangannya untuk membudayakan K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila hal-hal tersebut terjadi
di suatu tempat kerja
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku
tidak aman (unsafe behavior/unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition). Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi
1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
hubungan pekerjaan. Data terbaru dari PT. Jamsostek didapat sejak tahun 2007
hingga 2012 telah terjadi peningkatan kasus kecelakaan kerja dan tentu
kompensasi yang dikeluarkan juga meningkat. Data kecelakaan kerja pada tahun
2007 tercatat sebanyak 83.714 dengan pembayaran jaminan sebesar 219,7 miliar
dan data terakhir pada 2011 tercatat sebanyak 99.491 kasus kecelakaan kerja atau
rata-rata 414 kasus per hari, dengan pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.
Mempromosikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikalangan tenaga
kerja, pengusaha, dan masyarakat merupakan hal yang penting bagi perusahaan.
Secara khusus Promosi K3 dengan sasaran utama yaitu tenaga kerja diupayakan
untuk membenahi perilaku aman saat bekerja. Sebuah studi di Tenneco
menemukan bahwa pekerja yang berpartisipasi dalam program promosi kesehatan
memiliki peluang yang lebih besar untuk terus dapat bekerja daripada yang tidak

berpartisipasi Dengan adanya Promosi K3 diharapkan pekerja mengubah gaya


hidup mereka agar bergerak menuju status kesehatan dan kapasitas kerja yang
optimal, sehingga berkontribusi bagi kesehatan dan keselamatan di tempat kerja,
dan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud Promosi K3?


Apa yang termasuk ruang lingkup Promosi K3?
Bagaimana konsep dalam melakukan Promosi K3?
Bagaimana pelaksanaan Promosi K3?

1.3. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian Promosi K3


mengetahui macam-macam ruang lingkup dalam Promosi K3
Mengetahui konsep dalam melakukan Promosi K3
Mengetahui metode pelaksanaan Promosi K3

BAB II
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu


kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,
akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaannya dapat
dikelompokkan dalam beberapa tatanan, salah satunya adalah promosi kesehatan
di tempat kerja
Promosi kesehatan pekerja didefnisikan sebagai upaya untuk mengubah
perilaku yang merugikan kesehatan populasi pekerja (ontologi), agar didapat
kondisi kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal (aksiologi) dengan acara
mengkombinasikan dukungan pendidikan, organisasi kerja, lingkungan dan
keluarga (epistemiologi) (Kurnawidjaja, 2008).
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan komponen kegiatan
pelayanan pemeliharaan/perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan
kesehatan kerja. Promosi kesehatan kerja didefinisikan sebagai proses yang
memungkinkan pekerja untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatannya. Jika
dilihat dalam konteks yang lebih luas, promosi kesehatan di tempat kerja adalah
rangkaian kesatuan kegiatan yang mencakup manajemen dan pencegahan
penyakit baik penyakit umum maupun penyakityang berhubungan dengan
perilaku serta peningkatan kesehatan pekerja secara optimal.
Resiko yang ditanggung oleh masing-masing pekerja ini berbeda satu sama
lainnya, tergantung pada lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut.
Oleh karena itu, promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan
atau tempat kerja yang kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi
kesehatan kerja adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. Promosi
kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek, sebagai pelaku

bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya promosi
kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan
masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya,
serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan suatu
kerangka konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa kunci seperti;
pendekatan (approach), strategi (strategies), area prioritas (priority
areas), faktor yang mempengaruhi (influence factors), dan lain-lain.
(Depkes, 2008)
Secara implisit rumusan atau batasan ini bahwa hakekat kesehatan kerja
mencakup 2 hal yakni pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja disini mencakup antara lain
buruh atau karyawan, petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non formal, pegawai
negeri dan sebagainya. Kedua sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang
berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.Apabila kedua
prinsip tersebut dijabarkan kedalam bentuk operasional maka tujuan utama
kesehatan kerja adalah sebagai berikut [Notoatmojo, 2003] :

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja.

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta


kenikmatan kerja.

Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari


bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin


ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai, apabila didukung oleh
lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang
mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu
ruangan yang nyaman, penerangan / pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic), dan sebagainya.
Ada dua hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja
dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan. Secara
mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah perlu melindungi individu
(pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan
berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang
memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat
mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Secara umum keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja adalah
mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan sosial. Para pekerja yang sehat merupakan aset
nasional. Perusahaan yang sehat mendukung pekerja yang sehat, yang mana
merupakan dasar untuk kesejahteraan sosial ekonomi dari masyarakat. Perusahaan
yang tidak sehat menjadikan pekerja yang tidak sehat, meningkatnya angka
absensi dan angka kecelakaan, penyakit serta secara langsung ataupun tidak
langsung meningkatkan biaya kesehatan yang tinggi bagi keluarga dan
masyarakat. Apalagi sebagian besar dari waktu kehidupan pekerja banyak
dihabiskan setiap harinya di tempat kerja, sehingga tempat kerja merupakan
lingkungan yang yang tepat sekali untuk promosi kesehatan. Apabila hal ini
dilalaikan konsekwensinya adalah lingkungan tempat kerja dapat mempengaruhi
kesehatan pekerja seperti stress, kecelakaan, penyakit akibat kerja dan bukan
akibat kerja.

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :


1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)
yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan. 2. Promosi kesehatan mencakup
pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan
produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu
upaya

untuk

mempengaruhi

lingkungan

atau

pihak

lain

agar

mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya


legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.

BAB III
KONSEP DAN PELAKSANAAN PROMOSI K3
A. Konsep Promosi K3
Fokus program promosi kesehatan kerja di tempat kerja,
bermanfaat selain untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
atau kapasitas kerja, juga dapat mencegah penyakit degeneratif kronik
seperti misalnya penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit paru
obstruksi kronik dan lain-lain. Bahkan penyakit degeneratif kronik itu,kini
telah menjadi penyebab kematian nomor satu pekerja usia prima melebihi
kematian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
maupun penyakit menular (WHO, 1996).
Promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan
suatu kerangka konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa
kunci seperti :
1. pendekatan (approach)
2. strategi (strategies)
3. area prioritas (priority areas)
4. faktor yang mempengaruhi (influence factors)
5. dan lain-lain.
Sasaran dari promosi kesehatan di tempat kerja adalah:
1. Primer : karyawan di tempat kerja
2. Sekunder : pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.
3. Tersier : pengusaha dan manajer/direktur.

1.1 promosi k3 sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja

Tempat kerja merupakan suatu tempat dimana tenaga kerja bekerja atau
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Dalam suatu tempat
kerja terdapat mesin/peralatan, bahan baku, lingkungan kerja dan tenaga kerja
agar proses produksi berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan suatu produk.
Semua hal tersebut mempunyai potensi dan faktor bahaya yang apabila terjadi
tindakan tidak aman (unsafe actions) dan lingkungan tidak aman (unsafe
conditions) dapat mengakibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda maupun
korban jiwa. Maka dari itu dilakukan upaya pencegahan, salah satunya melalui
promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Kegiatan promosi K3 ini dapat
dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan untuk tenaga kerja, Komunikasi
yang baik dan kegiatan kampanye K3 dalam rangka memperingati Bulan K3
Nasional (BK3N). Dengan diadakanya kegiatan promosi K3 secara rutin maka
kecelakaan kerja dapat dicegah.

B. Pelaksanaan Promosi K3
a. Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk membina sumber daya manusia
dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta melatih
kesiagaan karyawan dalam menghadapi keadaan darurat. Pelatihan
disini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan dalam BAB IV mengenai Pelatihan
Kerja yang tercantum dalam pasal
1) Pasal 9
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan,

dan

mengembangkan

kompetensi

kerja

guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.


2) Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan
dan atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuannya.
3) Pasal 13
a) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja
pemerintah dan atau lembaga pelatihan swasta.
b) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau di
tempat kerja.
c) Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat

(a)

dalam

menyelenggarakan

pelatihan

kerja

dapat

bekerjasama dengan swasta.


4) Pasal 15
Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :
a) Tersedianya tenaga kepelatihan,
b) Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan,
c) Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja,
d) Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraaan
pelatihan kerja.
b. Komunikasi

10

Komunikasi adalah penyampaian informasi kepada pihak lain,


sehingga

pihak

penerima

mengerti

maksud

informasi

yang

disampaikan tersebut. Komunikasi bisa menjadi hambatan dalam


organisasi, oleh karena itu pekerja, penyelia dan seluruh jajaran
manajemen harus menguasai dengan baik teknik komunikasi.
Dalam sebuah organisasi, kesalahan komunikasi merupakan hal
yang sering terjadi. Setiap kesalahan komunikasi dapat mengakibatkan
kerugian baik kerugian materi, waktu maupun kualitas produk atau
terjadinya suatu kecelakaan. Maka dari itu komunikasi yang efektif
perlu mendapatkan perhatian, jika pengawasan cukup baik, maka
kesalahan komunikasi dapat diperbaiki. Namun apabila manajer tidak
mengawasi pelaksanaannya maka akan terjadi kesalahan komunikasi
yang sampai berakibat terjadi kecelakaan, hal ini dapat menyebabakan
kerugian yang besar bagi perusahaan. Komunikasi keselamatan dan
kesehatan kerja dapat menggunakan berbagi media baik lisan maupun
tertulis. Yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektivitas
komunikasi. Pesan harus mudah diingat oleh penerima. Sebagaimana
pesan disampaikan dan diterima dipengaruhi berbagi faktor seperti
perbedaan pendidikan dan kecerdasan, gaya belajar (learning style),
faktor stres, perbedaan sikap, serta pengaruh bahaya nonverbal.
Oleh karena itu dalam berkomunikasi perlu diperhatikan :
1) Intruksi/ pesan harus jelas
2) Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman penerima
pesan
3) Tidak memerlukan pertimbangan
4) Ada umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman
5) Kesesuaian pemikiran, kata dan tindakan pemberi pesan
Komunikasi disamping untuk menyampaikan perintah dan
pengarahan

dalam

pelaksanaan

pekerjaan,

komunikasi

keselamatan dan kesehatan kerja juga digunakan sebagai upaya


untuk mendorong perubahan perilaku seseorang, sehingga
pekerja termotivasi untuk bekerja dengan cara yang aman
(Sahab, 1997) .
c. Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Tujuan dari Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja

11

Di dalam pola kampanye nasional Keselamatan dan


Kesehatan Kerja diterangkan tujuan program kampanye K3 yaitu
untuk menanamkan dan meningkatkan kesadaran pengusaha,
pekerja, masyarakat mengenai betapa pentingnya K3 sebagai upaya
untuk pencegahan kecelakaan kerja, sehingga diharapkan mampu
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ketentuan K3.
Program jangka panjang Kampanye Nasional

K3

membantu menciptakan masyarakat tenaga kerja dan lingkungan


kerja yang bebas dari ancaman bahaya kecelakaan, termasuk
kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan kerja, sehingga terwujud masyarakat yang sehat, kuat
dan sejahtera.
Berdasarkan pokok pemikiran tersebut maka tujuan dari
kampanye K3 yang ingin dicapai antara lain :
a) Tumbuh dan berkembangnya pengertian dan kesadaran
pengusaha, tenaga kerja dan aparatur pemerintah mengenai
hakikat dan makna K3, serta upaya-upaya penanggulangan
kebakaran, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran industri di tempat kerja dan lingkungan kerja.
b) Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat sehingga
dapat

mengembangkan

sikap

dan

tingkah

laku

yang

mendukung K3.
c) Tumbuh dan berkembangnya sikap mental positif dan
bertanggungjawab di lingkungan masyarakat pengusaha dan
tenaga kerja (Silalahi dan Silalahi, 1991 ).
2) Landasan Hukum Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemerintah telah menunjukkan komitmennya terhadap
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terbukti dengan
menerbitkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. Kep. 268/MEN/XII/2008 tanggal 30
Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2009. Disebutkan tujuan dan
sasaran kampanye K3 pada tahun 2009 adalah
a) Tujuan

12

(1) Meningkatkan kesadaran dan partisipasi semua pihak untuk


efektifitas pelaksanaan K3.
(2) Mendorong terciptanya budaya K3 sebagai kebutuhan
individu dan masyarakat.
(3) Mendorong peningkatan peran perguruan tinggi dan lembaga
lainnya dalam peningkatan kualitas SDM dalam bidang K3.
b) Sasaran
Terciptanya kesadaran dan perilaku masyarakat yang
mencerminkan budaya K3 di setiap tempat kerja dalam mencegah
serta menurunkan dan meniadakan terjadinya kecelakaan kerja
dalam menjamin stabilitas usaha guna mendukung iklim investasi
yang kondusif.
Kampanye K3 secara nasional dimulai sejak tanggal 12
Januari 1984. Dalam pendahuluan Petunjuk Pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2009 disebutkan bahwa
kampanye tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk pencegahan
kecelakaan kerja yang ada dilingkungan tempat kerja.
Kampanye Nasional K3 ditetapkan menjadi Gerakan
Efektif Masyarakat Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja diharapkan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat
umum maupun industri, para cendikiawan, organisasi profesi,
asosiasi dan lain-lain dapat termotivasi untuk berperan aktif
dalam

peningkatan

pemasyarakatan

K3 sehingga

tercipta

pelaksanaan K3 secara mandiri dan menjadi budaya kerja yang


aman, nyaman, sehat sehingga tercapai nihil kecelakaan dan
penyakit akibat kerja guna terwujudnya peningkatan produksi dan
produktivitas nasional (Depnakertrans RI, 2009).
Tiga cara program PKDTK dilaksanakan di perusahaan/pabrik:
1. Persyaratan pembeli(Buyer) : perusahaan wajib melaksanakan promosi
kesehatan.
2. Promosi pihak ketiga : LSM/NGO menawarkan kerjasama
3. Modelling : menawarkan perusahaan besar utk PKDTK perusahaan
lain akan meniru, misalnya informasi penyebaran HIV/AIDS.
Menurut Kholid (2012), mengembangkan promosi kesehatan di tempat
kerja dapat melalui delapan langkah yaitu:
1. Menggalangkan dukungan manajemen

13

Untuk mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja,


dukungan dan komitmen dari pengambil keputusan dari semua pihak
sangat penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi
komitmen untuk pelaksanaan promosi kesehatan tersebut. Para
manajer hendaknya membuat program dan informasi umum tentang
pelaksanaan promosi kesehatan yang diedarkan ke seluruh staf untuk
didiskusikan. Coordinator program hendaknya memilih fasilitas yang
ada untuk pelaksanaan.
2. Melakukan koordinasi
Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambil
keputusanmembentuk kelompok kerja (team) yang baik, contohnya
panitia dari bagian kesehatan, bagian keselamatan, lingkungan dan
ketenagaan. Kelompok kerja tersebut hendaknya mengikuti semua
komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja maupun di
sektor terkait. Anggota dari kelompok kerja disesuaikan dengan
lingkungan yang ada, baik besarnya dan struktur dari tempat kerja
tersebut.
3. Penjajakan Kebutuhan
Team hendaknya melakukan need assessment. Hal ini untuk
mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja. Tujuan dari need assessment ini adalah adalah
mengidentifikasi

masalah

yang

memengaruhi

kesehatan

dan

menjadikannya program. Need assessment merupakan dasar untuk


desain program dan hal ini harus focus pada permasalahan atau
perhatian dari perusahaan dan pekerja. Hasil secara rinci dari need
assessment ini hendaknya dikoordinasikan dengan team dan
manajemen perusahaan.
4. Memprioritaskan kebutuhan
Team memprioritaskan masalah berdasarkan keinginan dan
kebutuhan masalah-masalah yang memengaruhi kesehatan.
5. Menyusun perencanaan
Berdasarkan
prioritas
masalah
dan
kebutuhan,

team

mengembangkan perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan


jangka

pendek

lengkap

dengan

goal

dan

tujuan,strateginya,

14

aktivitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan


hendaknya diajukan setiap tahun anggaran.
6. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya hendaknya diawasi dan diberikan dukungan
peralatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team dan
pengambil keputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan.
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada
kemungkinan perubahan di tengah proses pelaksanaan apabila
diperlukan.
7. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk
melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk
mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan
umpan balik (feed back) untuk perbaikan.
8. Revisi dan perbaikan program
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan
dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan
perbaikan program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.

15

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Siklus Program Promosi


K3

Siklus Program K3:


1. Rekognisi
dapat diartikan sebagai upaya atau langkah untuk mengetahui dan
mengenali potensi bahaya kesehatan yang ada ditempat kerja. Pengenalan
lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk
through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama
dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2. Analisis
Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pekerja Memfasilitasi
kegiatan saling menukar pengalaman dan ide antar pekerja kemudian dilakukan
negosiasi tentang kebutuhan promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK).
3. Perencanaan

16

Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan team mengembangkan


perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek lengkap
dengan goal dan tujuan, strateginya, aktifitasnya, biaya dan jadwal
pelaksanaan.Biaya perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran.
4. Komunikasi
Mencapai konsensus dalam penyusunan prioritas program dan
mendapatkan dukungan dari manajemen tingkat tertinggi serta melibatkan seluruh
jajaran organisasi.
5. Persiapan
Kebijakan organisasi dan komitmen tertulis sebagai landasan program,
SDM, sarana dan prasarana
6. Implementasi
Dalam pelaksanaannya hendaknya kegiatan di awasi dan diberikan
dukunganperalatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team dan
pengambilkeputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan. Pelaksanaan
dilaksanakansesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada kemungkinan
perubahan ditengah proses pelaksanaan apa bila diperlukan.
7. Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk
melihatseberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi
kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan umpan balik (feedback) untuk
perbaikan.
8. Kontinuitas
Program yang bekesinambungan dikembangkan berdasarkan apresiasi
termasukpenghargaaan bagi pekerja yang berhasil mencapai target.
Apabila belum berhasil,dikembalikan lagi untuk melakukan dari siklus
semula. Dengan demikian programPKDTK dapat berkembang dan mencapai
sasaran.

17

DAFTAR PUSTAKA
Barnet JW, Clark JM. Research in Health Promotion and Nursing. The Macmillan
Press Ltd. Honmills, 1993.
Badraningsih. Enny Zuhny K. Kecelakaan & penyakit akibat kerja. Bahan ajar K3
FT UNY. Yogyakarta, 2015.
Suharmanti, Anindya. 2010. Gambaran Pelaksanaan Promosi Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di P.T.
Pupuk Kujang Cikampek.
https://eprints.uns.ac.id/2153/1/155422208201004011.pdf .

Diunduh pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 07.00 WIB.


Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta : PT Bina Sumber Daya Manusia.
Anonymus. Modul Promosi Kesehatan K3 diakses pada
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/bian/material/modulpromosikesehata
nk3robianamodjo.pdf 19 Oktober 2016 23.01
Sipayung, Riska Theodora, Halinda Sari Lubis, dan Isyatun Mardhiyah Syahri.
2015. Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi
Pengolahan Minyak Sawit di PTPN IV Kebun Dolok Ilir. Diakes pada

18

Anda mungkin juga menyukai