e
Susceptibilitas listrik (dimensionless) - -
Konduktansi, Admitansi,
Susceptansi
siemens S
1
= kg
1
m
2
s
3
A
2
Konduktivitas siemens per meter S/m kg
1
m
3
s
3
A
2
H
Medan magnet, Kekuatan medan
magnet
ampere per meter A/m A m
1
m
Flux magnet weber Wb V s = kg m
2
s
2
A
1
B
Kepadatan medan magnet, Induksi
magnet, Kekuatan medan magnet
tesla T Wb/m
2
= kg s
2
A
1
Reluktansi
ampere-turns per
weber
A/Wb kg
1
m
2
s
2
A
2
L Induktansi henry H
Wb/A = V s/A =
kg m
2
s
2
A
2
Permeabilitas henry per meter H/m kg m s
2
A
2
m
Susceptibilitas magnet (dimensionless) - -
Menjelaskan kecelakaan listrik
Kecelakaan listrik dibagi dalam: kejutan listrik yang disebabkan oleh kontak dengan
bagian
fasilitas listrik yang berisi beban atau yang bocor, luka bakar yang disebabkan oleh
busur beban
keluar, luka mata disebabkan oleh cahaya yang menyilaukan dari busur las; kebakaran
atau
ledakan karena kelebihan panas, bunga api, arus listrik bocor, beban statis
Penjelasan cidera bagian dalam tubuh akibat listrik
1.Bahaya kejutan listrik
Bahaya dari kejutan listrik tidak langsung berhubungan dengan tegangan listrik, tetapi
terutama ditentukan oleh kondisi sebagai berikut:
Besar arus.
Jenis penyediaan daya.
Jangka waktu kejutan listrik.
Lintasan arus.
Kondisi manusia
Arus minimum yang dirasakan seseorang dari kejutan listrik adalah 1 mA pada 60 Hz;
manusia
bisa memikul beban sakit dari kejutan listrik pada batas arus kurang lebih 7 sampai 8
mA; dan
batas arus maksimum dimana manusia bisa bergerak adalah kurang lebih 10 sampai 15
mA.
Jika arus kemudian bertambah, jantung akan bergetar dan ia akan mati dalam beberapa
menit.
Manusia bisa mengalami getaran di kamar jantung yang diikuti kematian apabila arus
sebesar
kurang lebih 100 mA melewati badannya untuk selama kurang lebih 3 detik.
Frekuensi paling berbahaya adalah 50 sampai 60 Hz yang sekarang dipakai secara
komersial,
dan bahaya berkurang pada arus langsung serta frekuensi tinggi
Jika waktu kejutan listrik lebih lama, bahaya akan makin besar. Tabel di bawah ini
menunjukkan hubungan antara jangka waktu kejutan listrik, kontak tegangan berbahaya
dan
arus berbahaya.
Daya tahan-dalam dari badan manusia adalah sekitar 500 sampai 1.000 Ohm, tetapi
daya
tahan kulit sangat tergantung pada kadar kelembaban. Apabila kulit berkeringat, daya
tahannya berkurang sampai seperduabelas dari saat kering. Daya tahan kulit berubah
dengan
tegangan yang dipakai. Daya tahan kulit sebesar beberapa puluh ribu ohm pada 100
Volt
dalam kondisi kering dapat menghasilkan gangguan pada isolasi pada kondisi basah. Ini
mengakibatkan hanya daya tahan-dalam manusia yang tertinggal, yang membuat
situasi
sangat berbahaya.
Sifat yang khas dari kejutan listrik :
Ancaman mati dari kejutan listrik adalah sangat tinggi. Lebih dari 20% dari penderita
kejutan listrik memerlukan istirahat 8 hari atau lebih atau berakibat kematian.
Terdapat banyak kasus kematian yang disebabkan kejutan listrik tegangan rendah.
Selama
jangka waktu lima tahun terakhir, lebih dari sepertiga kematian karena kejutan listrik
disebabkan oleh tegangan rendah 220 Volt atau 100 Volt.
Kecelakaan mungkin khusus terjadi dalam musim panas. Kecenderungan ini tinggi
pada
fasilitas listrik tegangan rendah.
2. Tindakan untuk mencegah kejutan listrik.
Kecelakaan, terutama yang berakibat kematian, karena kejutan listrik kebanyakan
disebabkan
kontak dengan jaringan transmisi daya, kemudian menyusul karena mesin dan
peralatan listrik
yang bisa dipindahkan, saklar, jalinan kawat, transformator, kapasitor serta lain fasilitas
daya.
Penyebab dari kecelakaan karena kejutan listrik adalah sebagai berikut:
Kerusakan pada fasilitas seperti bagian dari mesin dan peralatan listrik dengan muatan
terbuka.
Kerusakan pada penutup isolasi jalinan kawat.
Sikap pekerja, seperti bekerja tanpa pelindung.
Kontak dengan kawat bermuatan daya secara tidak disengaja.
Cara bekerja dengan fasilitas listrik.
Jalur arus listrik ketika masuk ke dalam tubuh :
Arus listrik paling sering masuk melalui tangan, kemudian kepala; dan paling sering
keluar dari kaki.
Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke tungkai bisa
melewati jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik yang mengalir dari
tungkai ke tanah.
Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:
- kejang
- perdarahan otak
- kelumpuhan pernafasan
- perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek, perubahan
kepribadian, mudah tersinggung dan gangguan tidur)
- irama jantung yang tidak beraturan.
Kerusakan pada mata bisa menyebabkan katarak.
Penjelasan sebelum Bekerja ,selama bekerja dan
sesudah bejerja pada pekerjaan listrik
Jangan menumpuk stop kontak pada satu sumber listrik
.- Gunakan pemutus arus l i st ri k (sekri ng) yang sesuai dengan daya yang
t ersambung, jangan dilebihkan atau dikurangi
.- Kabel-kabel listrik yang terpasang didalam rumah jangan dibiarkan ada yang
terkelupasatau dibiarkan terbuka. Perbaiki dan lindungi kabe
l-kabel tersebut, kalau perlu digantisaja
.- Jauhkan sumber-sumber l i stri k sepert i st op kont ak, sakl ar dan kabel -kabel
l i st ri k dari jangkauan anak-anak.
- Biasakan menggunakan material listrik, seperti kabel, saklar, stop kontak, steker
(kontak tusuk) yang telah terjamin kualitasnya dan berlabel SNI (Standar Nasional
Indonesia),LMK (Lembaga Masalah kelistrikan) atau SPLN (Standar PLN).
- Pangkaslah sebagian daun, ranting, dan cabang dari pepohonan yang berada
dihalamanrumah, jika bagian pohon itu sudah mendekati atau menyentuh jaringan listrik
.- Hi n dar i pemas a ng an ant ene t el e v i s i y a n g t er l a l u t i n g g i y a ng bi s a
mendek at i at a u menyentuh jaringan listrik
.- Gunakan l i stri k yang memang hak unt uk bangunan at au rumah ki t a. Jangan
sekal i
-kal i menc ob a menc ant o l l i s t r i k , meng ut ak - at i k KWH Me t er at a u
meng g un ak an l i s t r i k secara tidak sah
.- Bi asakanl ah unt uk bersi kap hat i -hat i , waspada dan t i dak ceroboh dal am
menggunakanlistrik
.- Jangan bosan
-bosan unt uk mengi ngatkan anak-anak ki ta agar t i dak bermai n l ayang-layang
dibawah atau di dekat jaringan listrik
Penjelasan bahaya kejutan listrik
Secara fisik
Kuat arus dapat merusak jaringan tubuh manusia tergantung dari nilainya. Dari wikipedia,
kita baru merasakan arus pada nilai 5 hingga 10 miliamper untuk tegangan searah (DC) dan
1 hingga 10 miliamper untuk tegangan bolak-balik (AC) pada frekuensi 60 Hz. Tingkat
persepsi ini berlawanan dengan peningkatan frekuensi, kita tidak akan merasakan apa-apa
pada frekuensi di atas 15 hingga 20 kHz. Dapat dikatakan bahwa tingkatan persepsi
terhadap kejut listrik berbeda-beda tergantung pada tegangan, durasi, arus, jalur yang
ditempuh, frekuensi, dan sebagainya.
Terbakar
Pemanasan akibat daya tahan/resistansi tubuh dapat mengakibatkan luka bakar yang
parah. Tegangan senilai 500 hingga 1000 volt cendrung mengakibatkan luka bakar dalam
akibat besarnya energi dari sumber (atau sama dengan durasi dikalikan dengan kuadrat
arus dikalikan resistansi) sedangkan arus mengakibatkan pemanasan pada jaringan tubuh.
Potensi luka bakar akibat kontak dengan tegangan tinggi =
I(arus)*I(arus)*R(resistansi)*t(durasi kesetrum)
Ventricullar fibrilation
Istilah kedokteran yang berhubungan dengan efek kejut listrik terhadap jantung.
Arus untuk tegangan rendah (110 atau 230 V) 50 atau 60-Hz yang mengalir melalui daerah
dada selama beberapa detik dapat menimbulkan efek yang disebut ventricular
fibrillation pada arus sekecil 60 mA! Sedangkan untuk tegangan searah (DC) cuma
butuh 300 hingga 500 mA untuk bisa memodarkan manusianya. Jika arus memiliki akses
langsung ke jantung (misal: melalui cardiac catheter atau elektroda lainnya), bahkan butuh
arus lebih kecil dari 1 mA (AC atau DC)!
Fibrilasi akan mengakibatkan sel otot jatut bergerak suka-sukanya aja tidak terkendali. Jika
tidak segera ditindaki dengan defibrilasi bisa modar! Untuk arus lebih dari 200 mA,
kontraksi otot akan sangat kuat hingga jantung tidak sanggup untuk bergerak sama
sekali!
Efek terhadap syaraf
Arus bisa mengakibatkan interferensi pada sistem kendali syaraf, khususnya jantung dan
paru-paru. Terserang kejut listrik berulang kali atau tingkat parah yang tidak mengakibatkan
kematian dapat menyebabkan neuropathy.
Sebagai catatan, orang bisa pingsan jika arus nembus melalui kepala!
Bahaya percikan akibat kejut listrik
Nah bahasan ini agak di luar konteks kita tapi sebagai pengingat, kebanyakan hingga 80%
cedera dan kematian tidak langsung disebabkan oleh kejut listrik akan tetapi karena hasil
dari kegagalan listrik itu sendiri seperti: panas yang berlebihan dan gelombang tekanannya.
Radiasi dari percikan api akibat short-circuit seperti pada mesin las juga bisa menimbulkan
bahaya jika tidak menggunakan alat pengamanan yang sesuai.
Tambahan
Normalnya tahanan manusia adalah 10.000 ohm dan saat basah adalah 1.000 ohm. Jadi,
saat kita menyentuh sebuah sumber maka kita seperti menambahkan beban paralel dan
semuanya tergantung pada tegangan, arus, frekuensi dan faktor lainnya. Arus cendrung
memilih jalan yang lebih lapang/resistansi lebih kecil ketimbang lewat jalan macet.
Penjelasan gangguan listrik
UPS merupakan suatu alat yang berguna untuk memperbaiki dan meminimalisir gangguan
listrik, sehingga listrik yang akan disupply ke beban misal ke komputer kualitasnya menjadi
lebih bagus dibandingkan jika langsung dari sum
ber listrik (PLN) dan juga memberikan listrik cadangan jika sumber listrik utama (PLN) mati.
Adapun gangguan yang sering terjadi pada listrik diantaranya:
1. Power Failure / outages
Power Failure atau outages sumber listrik utama mati kalau di Indonesia boleh
dikatakan mati lampu/ PLN mati . Penyebabnya mungkin karena korselting atau hubung
singkat, sumber listrik kelebihan beban, peralatan listrik ada yang rusak sehingga breaker
/MCB PLN turun. Bisa juga karena adanya bencana alaml. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada hardware computer atau peralatan elektroniknya , kehilangan data, system
computer menjadi crash.
2. Pow er SAG
Yaitu tegangan listrik turun dalam waktu sesaat sampai dengan dibawah 80-85% dari
tegangan normal. Yah kalau di Indonesia tegangan normalnya 220 Vac. Penyebabnya adanya
startup beban (peralatan listrik / elektronik) yang cukup besar (Kita pasti pernah mengalami
pada saat kita menyalakan televisi atau monitor komputer atatu ac terkadang bohlam di
rumah kita redup sesaat kemudian normal kembali, nah itu yang dinamakan sag alias
tegangan turun sesaat), adanya peralatan yang rusak, kapasitas listrik kita misal di rumah
lebih kecil dari yang dibutuhkan / demand. Gangguan seperti ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada pada komputer dan mungkin system komputer kita bisa crash. Anda bisa
bayangkan kalau kita sedang memakai komputer terjadi hal seperti ini, komputer kita kalau
tidak restart ya. Hang.
3.Power Surge / Spike
Yaitu tegangan listrik naik dalam waktu sesaat sampai dengan di atas 110% dari
tegangan normal. Yah kalau di Indonesia tegangan normalnya 220 Vac .. Sedangkan spike
merupakan kejadian dimana tegangan listrik naik begitu cepat dalam sesaat sehingga dapat
mencapai 5KV-60 KV. Penyebabnya biasanya pada saat kita mematikan beban yang berat
atau bisa juga jaringan listrik terkena petir. Gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan pada
hardware.
4. U ndervoltage
Dikenal juga dengan istilah BrownOut terjadi saat tegangan listrik turun / berkurang dalam
waktu beberapa lama bisa hitungan menit, sampai hitungan hari . Penyebabnya beban listrik
yang berlebihan sehingga pasokan listrik berkurangi atau adanya beban pada saat baban
puncak misal malam hari. Hal ini dapat menyebabkan peralatan listrik atau elektronik
menjadi rusak.
5. Overvoltage
Hal ini kebalikan dari undervoltage . Hal ini akan menyebabkan komputer atau
peralatan elektronik menjadi panas dan cepat rusak.
6. Electrical Line Noise / Common Mode Disturbances
Gelombang listrik terganggu sehingga bentuk gelombangnya tidak bersih tetapi
sep
erti berambut. Hal ini terjadi karena gangguan frekuensi radio, petir, Neutral-Grounding pada
instalasi listrik jelek, atau bisa juga sisebabkan oleh peralatan listrik atau elektronik yang
menghasilkan frekuensi yang tinggi . Gangguan ini dapat menyebabkan error pada harddisk
,dan kerusakan pada hardware komputer.
7. Frequency Variation
Listrik mempunyai dua istilah yaitu tegangan atau voltase dan frekuensi. Jadi
Frekuensi variation ini adalah frekuensi listrik yang selalu berubah-ubah. Umumnya di
Indonesia frekuensi listriknya 50 Hz. Hal ini dapat menyebabkan hilang data, sistem menjadi
crash dan rusaknya peralatan.
8. Switching Transient
Turunnya tegangan secara tiba-tiba dalam waktu kisaran beberapa nanosecond
/nano detik . Waktu yang terjadinya lebih pendek daripada sebuah spike dan hanya terjadi
beberapa nanosecond. Gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan yang terlalu cepat /
premature failure.
9. Harmo nic Distortion
Gelombang listrik yang terdistorsi sehingga gelombang listriknya kacau tidak sinusoidal lagi.
Hal ini dapat disebabkan karena switching power supply, motor listrik seperti pompa air,
mesin fax, mesin foto copy dll. Gangguan ini dapat menyebabkan komunikasi data misalnya
pada jaringan lan menjadi error, peralatan listrik / elektronik cepat panas, dan kerusakan pada
hardware komputer.
Penjelasan Pembumian /arde,Generator
Karakteristik Tanah
1.1. Nilai resistans jenis tanah, pt sangat berbeda tergantung komposisi tanah seperti dapat dilihat
dalam pasal 320-1 dalam PUIL 1987 atau yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Jenis Tanah
Resistans jenis tanah pt
dalam ohm-m
Tanah rawa 10.....40
Tanah liat dan tanah ladang 20.....100
Pasir basah 50.....200
Kerikil basah 200....3000
Pasir/kerikil kering < 10000
Tanah berbatu 2000....3000
Air laut dan air tawar 10.....100
Tabel 1: Nilai rata-rata jenis tanah pt
Nilai-nilai tersebut pada Tabel 1 seluruhnya berlaku untuk tanah lembab sampai basah. Pasir
kering mutlak atau batu adalah suatu bahan isolasi yang bagus, sama seperti air destilasi.
Maka elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam
musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah.
1.2. Resistans pembumian elektrode bumi pt tergantung pada jenis dan keadaan tanah serta
pada ukuran dan susunan elektrode.
Jenis elektrode
Panjang pita
atau penghantar
pilin
Panjang batang
atau pipa
Pelat vertikal
dengan sisi
atas + 1 m
dalam tanah
Resistans pembumian
10m 25m 50m 100m
20 10 5 3
1m 2m 3m 5m
70 40 30 20
0,5x1m 1x1m
35 25
Tabel 2. Menununjukkan nilai rata-rata dari resistans pembumian untuk elektrode bumi
(lihat tabel 320-2 dalam PUIL 1987)
Contoh: untuk mencapai resistans pembumian suatu elektrode bumi sebesar 5 ohm, maka
menurut Tabel 1 dan 2 untuk tanah liat atau ladang dengan resistans jenis tanah liat atau tanah
ladang dengan pt = 100 ohm-m, diperlukan sesuatu elektrode pita dengan panjang 50 m atau
4-elektrode batang, masing-masing panjangnya 5m, yang disusun dalam lingkaran dengan
diameter 15 m.
Untuk pasir basah dengan pt=200 ohm maka terdapat resistans pembumian sama dengan 6
ohm dan panjang pita pembumian 100m
Untuk mendapatkan reistans pembumian yang hasilnya sama bila dipakai pelat elektrode,
maka memerlukan bahan yang lebih banyak dari pada elektrode pita atau batang tanah.
Contoh untuk menentukan resistans pembumian suatu elektrode:
- Suatu elektrode pita dengan ukuran 30mm x 4mm (l x t) dengan panjang L=40 mm.
- Resistans jenis tanah rt = 180 ohm-m.
- Resistans pembumian dapat dihitung dengan rumus dalam Tabel 3.
2. Pengukuran resistans jenis tanah pt
Seperti juga telah dikatakan dalam tulisan Ir. Tadjuddin bahwa untuk memperoleh nilai
tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan pengukuran secara langsung pada lokasi. Jika
diperlukan di lapangan harus disiapkan hubungan atau koneksi yang mudah dilepas untuk
dapat diadakan pengukuran pada tiap-tiap elektrode.
Dalam tingkat perencanaan suatu sistim pembumian dengan elektrode bumi adalah sangat
bermanfaat bila dihitung dahulu dengan bantuan resistans jenis tanah supaya mendapat
besarnya biaya yang diperlukan.
Untuk hal tersebut dalam Tabel 3 dapat dilihat rumus-rumus pendekatan untuk resistans
pembumian R suatu elektrode bumi untuk beberapa susunan elektrode bumi. Resistans
pembumian Rt suatu elektrode adalah resistans dari lapisan tanah antara elektrode bumi atau
sistim pembumian dan bumi acuan/referens.
Jenis elektrode Perhitungan tepat Perbandingan pendekatan
Batang
Rbt = (pt / 2tL) x pada L < 10 m; Rbt=pt / L
(ln 4L / d) pada L > 10m; Rbt=1,5 pt / L
Pita
Rpt = (pt / tL) x
(ln 2L / d)
pada L < 10 m; Rpt=2pt / L
pada L > 10m; Rpt=3 pt / L
dst.nya
Tabel 3. Rumus untuk menghitung resitans pembumian untuk macam-macam elektrode bumi
Di lapangan atau lokasi sering dilaksanakan dua cara pengukuran untuk menentukan tahanan
jenis tanah untuk memperoleh perubahan dalam lapisan tanah:
2.1. Pengukuran dengan elektrode ukur yang tetap
Satu elektrode ukur, panjang 1 m ditanamkan tegak lurus dalam lapisan tanah. Dengan alat
ukur jembatan-tahanan, diukur tahanan jenis tanah dalam daerah antara permukaan lapisan
tanah dan dalamnya pemasukan elektrode tersebut. Rumus untuk tahanan pentanahan batang
adalah :
Rt = (pt / 2tL) x (ln (4L / d))
di mana :
Rt = tahanan bentang suatu elektrode dalam ohm,
pt = tahanan jenis tanah dalam ohm-meter,
L = panjang elektrode batang dalam m,
d = jari-jari batang elektrode dalam m,
ln = logarithmus (dasar e=2.7182818)
Tahanan jenis tanah adalah :
pt = ( Rt x 2tL ) / (ln 4L/d)
= (Rt 6,28 m) / ( ln 157,5) = 1,24 Rt
Dapat dilihat bahwa nilai ukur elektrode batang (batang pengukur) dikalikan dengan 1,24
untuk mendapatkan hasil tahanan jenis tanah. Untuk elektrode dengan ukuran yang lain harus
ditentukan faktor yang sesuai.
2.2. Cara mengukur menurut metode von Werner atau cara 4-batang acuan.
Dalam Gambar 1 dapat dilihat cara mengukur resistans jenis tanah dengan digunakan 4-
batang acuan yang dimasukkan dalam tanah dengan jarak a sepanjang satu garis lurus yang
sama dan dihubungkan ke alat ukur resistans pembumian.
Pada ujung-ujung luar batang elektrode 1 dan 4 dialirkan arus dan pada bagian dalam dari
batang elektrode 2 dan 3 diukur susut tegangan dalam lapisan tanah. Dari hasil pengukuran
perbandingan jembatan dapat dibaca nilai tahanan R, maka resistans jenis tanah dapat
dihitung dengan rumus :
Qt = 2 t x a x Rt
Bila jarak a dalam m dan R dalam ohm, maka terdapat resistans jenis tanah dalam ohm-m
yang diukur di sini bukan resistans jenis tanah, hanya resistans jenis tanah semu. Cara atau
metode ukur sesuai von Werner ini hanya dapat mengukur lapisan tanah sampai jarak
sedalam a dari elektrode acuan. Dengan merobah-robah jarak a dapat ditemukan nilai tahanan
jenis tanah dalam beberapa lapisan tanah.
Seperti telah diterangkan sebelumnya lembab tanah sangat mempengaruhi resistans
pembumian. Dalam musim panas dengan terik panas yang panjang, lapisan tanah sangat
kering. Bila diadakan pengukuran dalam periode musim kering tersebut harus ditanam
elektrode acuan yang lebih panjang untuk menembus dalam lapisan yang basah, atau daerah
lapisan tanah sekitar elektrode acuan harus dibasahinya.
3. Pengukuran resistansi pembumian
Besarnya resistansi pembumian hanya dapat ditentukan dengan pengukuran. Ini tak mungkin
dapat dilakukan dengan alat ukur ohm-meter yang biasa, karena alat ohm-meter mempunyai
tegangan AS yang kecil dan cara pengukuran ini tidak mungkin, karena logam dalam tanah
yang basah menunjukkan elemen galvanis.
Untuk mengukur resistansi pembumian suatu elektrode bumi dapat dilaksanakan menurut
proses pengukur arus-tegangan atau dengan alat ukur pembumian menurut pengukuran cara
kompensasi:
a. Pengukuran dengan metode ukur arus tegangan dalam jaringan dengan titik bintang (netral)
yang dibumikan sesuai PUIL 1987 Pasal 323,
b. Penghantar bumi dari elektrode bumi RA yang akan diukur dihubung dengan konduktor
fase L melalui resistans yang dapat diatur dari 1000 ohm sampai 2000 ohm di belakang gawai
pengaman dalam sirkuit amperemeter, lihat Gambar 2.
Dalam sirkuit tersebut dipasang juga voltmeter dengan tahanan internal R1 dari kira-kira 40
k-ohm, di mana diukur tegangan antara elektrode acuan dan elektrode bumi bantu dengan
jarak 20 ohm. Resistans pembumian dari sistim pembumian pengamanan didapatkan dari
rumus RA = U/1
Kejelekan dari metode b) ini adalah:
- tegangan ukur antara elektrode bumi bantu dan RA tak boleh melebihi tegangan sentuh
yang diizinkan, karena dapat terjadi kecelakaan,
- hanya dapat dilaksanakan dalam jaringan di mana titik netral langsung dibumikan (lihat a),
karena bila terdapat arus bocor kecil yang mengalir ke bumi, dapat menimbulkan susut
tegangan antara RA dan RS, sehingga terdapat hasil pengukuran yang tak tepat.
c. Pengukuran dengan alat ukur pembumian - metode ukur arus - tegangan dengan sumber
tegangan sendiri.
Untuk elektrode tersendiri yang diperlukan untuk pengukuran, jarak antara elektrode bantu H
dan elektrode acuan S dipasang dalam jarak kira-kira 20m, sedangkan untuk elektrode bumi
yang disusun dalam bentuk lingkaran, radial atau kombinasi harus berjarak kira-kira 3 kali
diameter sistim pembumian.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur pembumian dengan sumber tegangan tersendiri.
Tahan elektrode RE yang akan diselidiki adalah tahanan antara koneksi pembumian dan
elektrode acuan, dan terdiri dari tahanan peralihan dari penghantar dalam lapisan tanah dan
tahanan lapisan tanah di sekitar elektrode.
Tahanan peralihan ini adalah relatif kecil, karena bagian penghantar adalah sangat pendek.
Makin jauh dari elektrode, makin menurun tahanan dari lapisan tanah, karena penampang
dari lapisan tanah adalah sangat besar. Dalam jarak 20m untuk pengukuran dapat ditanam
elektrode acuan dalam tanah.
Bila tahanan diukur antara elektrode acuan RS dan elektrode batang RE, maka tentu termasuk
juga tahanan pembumian dari elektrode acuan. Kesulitan ini dapat disingkirkan dengan
susunan sesuai Gambar 3.
Dengan perantara suatu elektrode bantu H, suatu generator G menyuplai ABB dengan
umpama 110 Hz dalam lapisan tanah. Susut tegangan (voltage drop) yang terjadi pada
tahanan RE dari elektrode diukur dengan alat ukur tegangan U. Tahanan dari elektrode bantu
RH sama sekali tak mempunyai pengaruh, juga tidak ada dari tahanan elektrode acuan RS,
bila arus ukur IS dari alat ukur tegangan adalah nol; atau sangat kecil.
Resistans pembumian dapat dihitung dari : RE = U/I
Cara yang lain adalah :
c) Pengukuran dengan alat ukur pembumian menurut metode kompensasi
Pengukuran resistans pembumian dengan alat ukur pembumian sering digunakan dari pada
pengukuran menurut cara ukur arus-tegangan, karena pengukurannya sangat sederhana dan
tak tergantung dari tegangan jaringan.
Persyaratan bahwa arus ukur IS adalah nol, dapat dicapai dengan pengukuran dengan
rangkaian jembatan. Pada pengukuran ini dengan perbandingan resistans, maka tegangan
antara elektrode pembumian, elektrode acuan dan elektrode bumi bantu dibandingkan, lihat
Gambar 4.
Suatu generator ABB 1-fase membangkitkan arus pembumian, tegangan AS galvanik dalam
lapisan tanah tidak mempengaruhinya.
Alat penunjuk arus A tidak menunjuk adanya arus mengalir, bila tegangan U1 pada resistans
pembumian adalah sama dengan U2 atau pada tahanan perbandingan. Frekuensi generator
menyimpang dari 50 Hz atau 60 Hz, dan mengkontrol rectifier dari amperemeter A, maka
tegangan asing dari jaringan disingkirkan. Hasil nilai tahanan dapat langsung dibaca dari alat
ukur pembumian, Gambar 4 dan 5.
Gambar 4 menunjukkan pengukuran dalam sirkuit 3-konduktor. Tahanan dari penghantar E1
ke elektrode langsung dapat diukur, sedangkan sirkuit 4-konduktor dalam Gambar 5
membutuhkan konduktor ke 4, untuk menghubungkan E2 ke bumi.
Pengukuran seluruh tahanan pembumian dalam jaringan TR Dalam tulisan "Elektrode Batang
Mereduksi Nilai Tahanan Pentanahan", ELEKTRO No. 23 telah dibahas juga susunan
batang-batang elektrode ditanam dalam tanah dalam jumlah yang banyak (multi-rod). Bila
dalam jaringan yang luas sekali terdapat jumlah elektrode yang banyak yang ingin diketahui
seluruh resistans pembumian, maka harus diselidiki menurut cara pengukuran teknis.
Suatu perhitungan tiap-tiap elektrode dalam jaringan hanya akan menghasilkan resistans
pembumian total yang terlalu kecil, karena tiap-tiap elektrode dalam jaringan akan saling
mempengaruhinya.
Pada pengukuran adalah sangat menentukan, titik pengukur yang mana dipilih, dan untuk
mendapatkan sustu hasil yang tepat, hanya bila diukur dari beberapa titik ukur dari pinggir
keliling jaringan.
Jarak antara titik ukur tergantung dari luasnya jaringan dan biasanya terletak antara 4000m
dan 1000m.
Dari tiap-tiap pengukuran tersebut dapat ditentukan jumlah resistans pembumian dari
jaringan dengan menghitung secara aritmetik. Pada umumnya penyimpangan dari nilai yang
dihasilkan adalah + 10% dari nilai yang sebenarnya dari jumlah resistans pembumian efektif.
Cara mengukur untuk elektrode yang jumlahnya banyak adalah dengan cara atau metode
sudut, di mana jarak antara elektrode ukur dan elektrode bantu yang paling cocok adalah
200m sampai 300m.
GENERATOR
Cara Kerja Pengertian Generator
Cara Kerja Pengertian Generator; generator adalah meggunakan prinsip
percobaannya faraday yaitu memutar magnet dalam kumparan atau sebaliknya,
ketika magnet digerakkan dalam kumparan maka terjadi perubahan fluks gaya
magnet (peribahan arah penyebaran medan magnet) di dalam kumparan dan
menembus tegak lurus terhadap kumparan sehingga menyebabkan beda
potensial antara ujung-ujung kumparan (yang menimbulkan listrik). syarat
utama, harus ada perubahan fluks magnetik, jika tidak maka tidak akan timbul
listrik. cara megubah fluks magnetik adalah menggerakkan magnet dalam
kumparan atau sebaliknya dengan energi dari sumber lain, seperti angin dan air
yang memutar baling2 turbin untuk menggerakkan magnet tersebut.
jika suatu konduktor digerakkan memotong medan magnet akan timbul
beda tegangan di ujung2 konduktor tsb. Tegangannya akan naik saat
mendekati medan dan turun saat menjauhi. Sehingga listrik yg timbul
dalam siklus: positif-nol-negatif-nol (AC). Generator DC membalik arah
arus saat tegangan negatif, menggunakan mekanisme cincin-belah,
sehingga hasilnya jadi siklus: positif-nol-positif-nol (DC]
Beda Generator listrik DC dan AC
Generator DC : generator arus searah
Generator AC : generator arus bolak balik
Generator DC menggunakan Comutator.
Generator AC menggunakan Slip ring.
Generator atau pembangkit listrik yang sederhana dapat ditemukan pada
sepeda. Pada sepeda, biasanya dinamo digunakan untuk menyalakan lampu.
Caranya ialah bagian atas dinamo (bagian yang dapat berputar) dihubungkan ke
roda sepeda. Pada proses itulah terjadi perubalian energi gerak menjadi energi
listrik. Generator (dinamo) merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan
induksi elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday.
Berkebalikan dengan motor listrik, generator adalah mesin yang mengubah
energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik pada generator dapat juga
diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus yang dihasilkan.
Generator dapat dibedakan menjadi dua rnacam, yaitu generator AC dan
generator DC. Generator AC menghasilkan arus bolak-balik (AC) dan generator
DC menghasilkan arus searah (DC). Baik arus bolak-balik maupun searah dapat
digunakan untuk penerangan dan alat-alat pemanas.
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
Nomor : Kep - 150 / Men / 2000
TENTANG
PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN
UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN
GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN
MENTERI TENAGA KERJA,
Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin adanya ketertiban, keadilan
dan kepastian hukum dalam penyelesaian pemutusan
hubungan kerja serta sebagai pelaksanaan pasal 7 ayat (3),
ayat (4) dan pasal 13 Undang - undang No. 12 Tahun 1964,
perlu mengatur penyelesaian pemutusan hubungan kerja
dan penetapan uang pesangon, uang jasa dan ganti
kerugian di perusahaan;
b. bahwa penetapan uang pesangon, uang jasa dan ganti
kerugian sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Per.03/Men/1996 sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan, sehingga perlu disempurnakan;
c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.
Mengingat : 1. Undang - undang No. 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan (Lembaran Negara Tahun 1957 No.
42, Tambahan Lembaran Negara No. 1227);
2. Undang - undang No. 12 tahun 1964 tentang Pemutusan
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta ( Lembaran Negara
Tahun 1964 No. 93, Tambahan Lembaran Negara No. 2686
3. Keputusan Presiden No. 355 / M Tahun 1999 tentang
Pembentukan kabinet Periode tahun 1999 - 2004.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG
PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN
PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA
KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perusahaan adalah :
a). Setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan
mencari keuntungan atau tidak
b). Usaha-usaha sosial dan usaha - usaha lain yang tidak berbentuk
perusahaan tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah, kecuali usaha - usaha sosial yang
pembiayaannya tergantung subsidi pihak lain dan lembaga - lembaga
sosial milik lembaga diplomatik.
2. Pengusaha adalah :
a). Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
sesuatu perusahaan milik sendiri;
b). Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c). Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan seba gaimana dimaksud pada huruf a dan
b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha dengan
menerima upah.
4. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara
pengusaha dengan pekerja berdasarkan ijin Panitia Daerah atau Panitia
Pusat.
5. Pemutusan hubungan kerja secara besar - besaran (massal) adalah
pemutusan hubungan kerja terhadap 10 (sepuluh) orang pekerja atau
lebih pada satu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan
pemutusan hubungan kerja yang dapat menggambarkan suatu itikad
pengusaha untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja secara besar -
besaran.
6. Uang pesangon adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada
pekerja sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja.
7. Uang penghargaan masa kerja adalah uang jasa sebagaimana dimaksud
dalam Undang - undang No. 12 tahun 1964 sebagai penghargaan
pengusaha kepada pekerja yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja.
8. Ganti kerugian adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada
pekerja sebagai penggantian istirahat tahunan istirahat panjang, biaya
perjalanan pulang ketempat dimana pekerja diterima bekerja, fasillitas
pengoba tan, fasilitas perumahan dan lain - lain yang ditetapkan oleh
Panitia Daerah atau Panitia Pusat sebagai akibat ada nya pengakhiran
hubungan kerja.
9. Tunjangan tetap adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja secara
tetap jumlahnya dan teratur pembayaran nya yang tidak dikaitkan dengan
kehadiran ataupun pencapaian prestasi kerja tertentu.
10. Pegawai Perantara adalah Pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
ayat (1) huruf e Undang-undang No:22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian
Perburuhan;
11. Panitia Daerah adalah Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf f Undang -
undang No. 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan;
12. Panitia Pusat adalah Panitia Penyelesaian Perburuhan Pusat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf g pengusaha Undang - undang No.
22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan;
13. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenaga
kerjaan.
Pasal 2
(1). Setiap pemutusan hubungan kerja di perusahaan harus mendapatkan ijin
dari Panitia Daerah untuk pemutusan hubungan kerja perorangan dan dari
Panitia Pusat untuk pemutusan hubungan kerja massal.
(2). Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja tanpa meminta ijin kepada
Panitia Daerah atau Panitia Pusat dalam hal :
a. pekerja dalam masa percobaan kerja;
b. pekerja mengajukan permintaan mengundurkan diri secara tertulis
atas kemauan sendiri tanpa mengajukan syarat;
c. pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja
bersama;
d. berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu;
e. pekerja meninggal dunia.
3. Permohonan ijin pemutusan hubungan kerja tidak dapat diberikan apabila
pemutusan hubungan kerja didasar kan atas :
a. hal - hal yang berhubungan dengan kepengurusan dan atau
keanggotaan serikat pekerja yang terdaftar di Departemen Tenaga
Kerja atau dalam rangka membentuk serikat pekerja atau
melaksanakan tugas - tugas atau fungsi serikat pekerja di luar jam
kerja atau di dalam jam kerja atas ijin tertulis pengusaha atau yang
diatur dalam kesepakatan kerja bersama;
b. pengaduan pekerja kepada pihak yang berwajib mengenai tingkah
laku Pengusaha yang terbukti melanggar peraturan negara;
c. paham, agama, aliran, suku, golongan atau jenis kelamin.
4. Pemutusan hubungan kerja dilarang :
a. pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan terus
menerus;
b. pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
kewajiban terhadap negara sesuai dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku;
c. pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya dan yang
disetujui pemerintah;
d. karena alsaan menikah, hamil, melahirkan atau gugur kandungan;
e. karena alasan pekerja wanita melaksanakan kewajiban menyusui
bayinya yang telah diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan atau kesepakatan kerja bersama atau peraturan
perundang - undangan;
f. pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan
dengan pekerja lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah
diatur dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama;
5. Keadaan sakit terus menerus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf
a meliputi :
a. sakit menahun atau berkepanjangan sehingga tidak dapat
menjalankan pekerjaannya secara terus menerus;
b. setelah sakit lama kemudian masuk bekerja kembali tetapi tidak lebih
dari 4 ( empat ) minggu kemudian sakit kembali.
Pasal 3
Ketentuan penyelesaian pemutusan hubungan kerja di tingkat Panitia Daerah
atau Panitia Pusat dalam keputusan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah dengan cara penundukan diri secara sukarela oleh pekerja dan
pengusaha.
Pasal 4
Panitia Daerah dan Panitia Pusat menyelesaikan perkara pemutusan hubungan
kerja berdasarkan tata tertib persidangan menurut peraturan perundang -
undangan yang berlaku
Pasal 5
1). Hubungan kerja yang mensyaratkan adanya masa percobaan kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a harus dinyatakan
secara tertulis dan diberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan;
2). Lamanya masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
paling lama 3 (tiga) bulan dan hanya boleh diadakan untuk satu kali masa
percobaan kerja;
3). Pengusaha yang menerima pekerja yang sebelumnya telah mengikuti
magang atau job training di perusahaannya atau di perusahaan yang
ditunjuk oleh pengusaha yang bersangkutan tidak boleh mempersyaratkan
adanya masa percobaan kerja;
4). Ketentuan adanya masa percobaan kerja tidak berlaku untuk perjanjian
kerja waktu tertentu.
B A B II
PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
DI TINGKAT PERUSAHAAN DAN TINGKAT PEMERANTARAAN
Pasal 6
Pengusaha dengan segala daya upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi
pemutusan hubungan kerja dengan melakukan pembinaan terhadap pekerja
yang bersangkutan atau dengan memperbaiki kondisi perusahaan dengan
melakukan langkah - langkah efisiensi untuk penyelematan perusahaan.
Pasal 7
(1). Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat dilakukan oleh
pengusaha dengan cara memberikan peringatan kepada pekerja baik lisan
maupun tertulis sebelum melakukan pemutusan hubungan kerja
(2). Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa surat peringatan tertulis pertama kedua dan ketiga, kecuali dalam
hal pekerja melakukan kesalahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dan Pasal 18 ayat (1);
(3). Masa berlaku masing - masing surat peringatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) selama 6 ( enam) bulan, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja
bersama;
(4). Keabsahan surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kerja atau
peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.
Pasal 8
Penyimpangan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
pengusaha dapat memberikan langsung surat peringatan terakhir kepada
pekerja apabila :
a. Setelah 3 (tiga) kali berturut - turut pekerja tetap menolak untuk menaati
perintah atau penugasan yang layak sebagaimana tercantum dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja
bersama;
b. Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan tidak
dapat melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya;
c. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba dibidang tugas
yang ada;
d. Melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja atau
peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama yang dapat
dikenakan peringatan terakhir.
Pasal 9
Setelah mendapatkan surat peringatan terakhir pekerja masih tetap melakukan
pelanggaran lagi, maka pengusaha dapat mengajukan ijin pemutusan hubungan
kerja kepada Panitia Daerah untuk pemutusan hubungan kerja perorangan atau
kepada Panitia Pusat untuk pemutusan hubungan kerja massal.
Pasal 10
(1). Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan maka
pengusaha dan pekerja itu sendiri atau dengan serikat pekerja yang
terdaftar di Departemen Tenaga Kerja pabila pekerja tersebut menjadi
anggotanya, wajib merundingkan secara musyawarah untuk mencapai
kesepakatan penyelesaian mengenai pemutusan hubungan kerja tersebut;
(2). Serikat pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merundingkan
penyelesaian pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang bukan
anggotanya harus mendapat kuasa secara tertulis dari pekerja yang
bersangkutan;
(3). Setiap perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan
sebanyak - banyaknya 3 (tiga) kali dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari takwim dan setiap perundingan dibuat risalah yang
ditandatangani para pihak;
(4). Risalah perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) memuat
antara lain :
a. nama dan alamat pekerja;
b. nama dan alamat serikat pekerja atau organisasi pekerja lainnya yang
terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja;
c. nama dan alamat pengusaha atau yang mewakili;
d. tanggal dan tempat perundingan;
e. pokok masalah atau alasan pemutusan hubungan kerja;
f. pendirian para pihak;
g. kesimpulan perundingan;
h. tanggal serta tanda tangan pihak yang melakkuan perundingan.
(5). Dalam hal perundingan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) mencapai
kesepakatan penyelesaian; maka dibuat persetujuan bersama secara
tertulis yang ditanda tangani oleh para pihak dan disampaikan kepada
pihak yang berkepentingan.
(6). Persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) disertai bukti
- bukti yang ada harus disampaikan oleh pengusaha kepada Panitia Daerah
untuk permohonan ijin pemutusan hubungan kerja perorangan atau
kepada Panitia Pusat untuk permohonan ijin pemutusan hubungan kerja
massal melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
(7). Dalam hal perundingan mencapai persetujuan bersama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), Panitia Daerah atau Panitia Pusat pada dasarnya
memberikan ijin sesuai dengan hasil kesepakatan, kecuali persetujuan
bersama tersebut tidak sah.
(8). Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
mencapai kesepakatan penyelesaian, maka sebelum pengusaha
mengajukan permohonan ijin kepada Panitia Daerah untuk pemutusan
hubungan kerja perorangan atau kepada Panitia Pusat untuk pemutusan
hubungan kerja massal, salah satu pihak atau para pihak mengajukan
permintaan untuk diperantarai oleh Pegawai Perantara sesuai dengan
tingkat kewenangannya.
(9). Risalah hasil perundingan baik yang telah tercapai persetujuan bersama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) maupun tidak, harus dilampirkan
pada setiap permohonan ijin pemutusan hubungan kerja.
Pasal 11
(1). Pegawai Perantara harus menerima setiap permintaan pemerataan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (8) dan dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya permohonan pemerantaraan harus
sudah mengadakan pemerantaraan menurut peraturan perundang -
undangan yang berlaku;
(2). Dalam hal Pegawai Perantara menerima pemerantaraan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ternyata belum ada perundingan oleh kedua
belah pihak, maka Pegawai Perantara harus mengupayakan untuk
diadakan perundingan terlebih dahulu;
(3). Pegawai Perantara dalam melaksanakan pemerantaraan penyelesaian
pemutusan hubungan kerja harus mengupayakan penyelesaian melalui
perundingan secara musyawarah untuk mufakat.
Pasal 12
(1). Dalam hal pemerantaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
tidak tercapai kesepakatan penyelesaian, Pegawai Perantara harus
membuat anjuran secara tertulis yang memuat saran akhir penyelesaian
dengan menyebutkan dasar pertimbangannya dan menyampaikan kepada
para pihak serta mengupayakan tanggapan para pihak dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya anjuran tersebut;
(2). Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak memberikan tanggapan
dalam waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) maka
dianggap menolak anjuran;
(3). Dalam hal salah satu pihak atau para pihak menolak anjuran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) maka Pegawai Perantara harus
membuat laporan pemerantaraan secara lengkap sehingga memberikan
ikhtisar yang jelas mengenai penyelesaian pemutusan hubungan kerja;
(4). Dalam hal pemerantaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
tercapai kesepakatan penyelesaian maka dibuat persetujuan bersama
secara tertulis yang ditanda tangani oleh para pihak dan diketahui oleh
Pegawai Perantara;
(5). Dalam hal pelaksanaan pemerantaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) terdapat tuntutan yang bersifat normatif antara lain
upah lembur dan tunjangan kecelakaan kerja, maka Pegawai Perantara
meminta bantuan kepada Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat untuk menetapkan dan menghitung
hak pekerja tersebut;
(6). Dalam hal pemerantaraan mencapai kesepakatan penyelesaian atau tidak,
Pegawai Perantara harus menyampaikan berkas penyelesaian
pemerantaraan kepada Panitia Daerah untuk pemutusan hubungan kerja
perorangan atau kepada Panitia Pusat untuk pemutusan hubungan kerja
massal disertai data secara lengkap dengan tembusan kepada Kantor
Wilayah Deparetemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 13
Penyelesaian di tingkat pemerantaraan harus sudah selesai paling lama dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permintaan pemerantaraan.
BAB III
PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
DI TINGKAT PANITIA DAERAH DAN
PANITIA PUSAT
Pasal 14
(1). Setiap permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dibuat di atas kertas
bermaterai cukup sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang
berlaku;
(2). Permohonan ijin pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) memuat :
a. nama dan tempat kedudukan perusahaan / pemohon;
b. nama orang yang bertanggung jawab di perusahaan;
c. nama, jabatan, dan alamat pekerja yang dimintakan pemutusan
hubungan kerja;
d. umur, dan jumlah keluarga dari pekerja;
e. masa kerja dan tanggal mulai bekerja;
f. tempat pekerja pertama kali diterima bekerja;
g. rincian penghasilan terakhir berupa uang dan nilai catu yang
diberikan dengan cuma - cuma;
h. upah terakhir yang diteriam pekerja;
i. alasan Pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja
secara terinci;
j. bukti telah diadakan perundingan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 Undang - undang No. 12 Tahun 1964.
k. tanggal terhitung mulai berlakunya pemutusan hubungan kerja
dimohonkan;
l. tempat dan tanggal permohonan ijin pemutusan hubungan kerja
diajukan; dan
m. hal - hal lain yang dianggap perlu.
(3). Permohonan ijin pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) menggunakan bentuk formulir sebagaimana contoh dalam
Lampiran keputusan Menteri ini.
Pasal 15
(1). Dalam hal pekerja mangkir bekerja paling sedikit dalam waktu 5 (lima) hri
kerja berturut - turut dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali
secara tertulis tetapi pekerja tidak dapat memberikan keterangan tertulis
tetapi pekerja tidak dapat memberikan keterangan tertulis dengan bukti
yang sah, maka pengusaha dapat melakukan proses pemutusan hubungan
kerja;
(2). Pekerja yang tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
karena melakukan mogok kerja yang dilakukan sesuai peraturan
perundang - undangan yang berlaku tidak dapat dinyatakan sebagai
mangkir.
Pasal 16
(1). Sebelum ijin pemutusan hubungan kerja diberikan oleh Panitia Daerah
atau Panitia Pusat dan apabila pengusaha melakukan skorsing sesuai
ketentuan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau
kesepakatan kerja bersama, maka pengusaha wajib membayar upah
paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah yang diterima
pekerja;
(2). Skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada pekerja yang bersangkutan dengan
alasan yang jelas, dan kepada pekerja yang bersangkutan harus diberikan
kesempatan membela diri;
(3). Pemberian upah selam skorsing sebagaiman dimaksud dalam ayat (1)
paling lama 6 (enam) bulan;
(4). Setelah masa skorsing berjalan selama 6 (enam) bulan dan belum ada
putusan Panitia Daerah atau Panitia Pusat, maka upah selanjutnya
ditentukan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat.
Pasal 17
(1). Sebelum ijin pemutusan hubungan kerja diberikan oleh Panitia Daerah
atau Panitia Pusat sedangkan pengusaha tidak melakukan skorsing
terhadap pekerja maka pengusaha dan pekerja harus tetap memenuhi
segala kewajibannya;
(2). Dalam hal pekerja tidak dapat memenuhi segala kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena dilarang oleh pengusaha
dan pengusaha tidak melakukan skorsing, maka pengusaha wajib
membayar upah pekerja selama dalam proses sebesar 100% (seratus per
seratus);
(3). Dalam hal pekerja tidak memenuhi segala kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) atas kemauan pekerja sendiri, maka pengusaha
tidak wajib memberikan upah pekerja selama dalam proses;
(4). Dalam hal pegusaha dan pekerja tidak dapat memenuhi segala
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukan karena
pekerja dilarang bekerja oleh pengusaha atau bukan atas kemauan
pekerja sendiri, maka pengusaha wajib membayar upah pekerja selam
dalam proses sebesar 75% (tujuh puluh lima per seratus).
Pasal 18
(1). Ijin pemutusan hubungan kerja dapat diberikan karena pekerja melakukan
kesalahan berat sebagai berikut :
a. penipuan, pencurian dan penggelapan barang / uang milik pengusaha
atau milik teman sekerja atau milik teman pengusaha,; atau
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga
merugikan pengusaha atau kepentingan Negara; atau
c. mabok, minum - minuman keras yang memabokkan, madat, memakai
obat bius atau menyalahgunakan obat - obatan terlarang atau obat -
obatan perangsang lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang -
undangan, di tempat kerja, dan di tempat - tempat yang ditetapkan
perusahaan; atau
d. melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat
kerja; atau
e. menyerang, mengintimidasi atau menipu pengusaha atau teman
sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik dalam
lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan perusahaan; atau
f. menganiaya, mengancam secara phisyk atau mental, menghina
secara kasar pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman sekerja;
atau
g. membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta
peraturan perundangan yang berlaku; atau
h. membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta
peraturan perundangan yang berlaku; atau
i. membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta
peraturan perundangan yang berlaku; atau
j. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau
mencemarkan anam baik pengusaha dan atau keluarga pengusaha
yang seharusnya dirahasiakn kecuali untuk kepentingan negara; dan
k. hal - hal lain yang diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.
(2). Pengusaha dalam memutuskan hubungan kerja pekerja dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menyertakan bukti yang ada
dalam permohonan ijin pemutusan hubungan kerja;
(3). Terhadap kesalahan pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan tindakan skorsing sebelum ijin pemutusan hubungan kerja
diberikan Panitia Daerah atau Panitia Pusat;
(4). Pekerja yang diputuskan hubungan kejanya karena melakukan kesalahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berhak atas uang pesangon
tetapi berhak atas uang penghargaan masa kerja apabila masa kerjanya
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja
dan uang ganti kerugian;
(5). Pekerja yang melakukan kesalahan di luar kesalahan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diputuskan hubungan masa kerjanya dengan
mendapat uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti
kerugian;
(6). Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja karena alasan pekerja
melakukan kesalahan berat tetapi pengusahatidak mengajukan
permohonan ijin pemutusan hubungan kerja, maka sebelum ada putusan
Panitia Daerah atau Panitia Pusat, upah pekerja selama proses dibayar
100% (seratus per seratus).
Pasal 19
(1). Pengusaha dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja
dengan alasan pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena
pengaduan pengusaha maupun bukan;
(2). Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib bukan atas
pengaduan pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
permohonan ijin dapat diajukan setelah pekerja ditahan paling sedikit
selama 60 (enam puluh) hari takwim;
(3). Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi
wajib memberikan bantuan kepada keluarga yang menjadi
tanggungannya, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk 1 orang tanggungan : 25 % dari upah
b. Untuk 2 orang tanggungan : 35 % dari upah
c. Untuk 3 orang tanggungan : 45 % dari upah
d. Untuk 4 orang tanggungan : 50 % dari upah
(4). Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk paling
lama 6 (enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama pekerja ditahan
pihak yang berwajib;
(5). Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan
pengusaha dan selama ijin pemutusan hubungan kerja belum diberikan
Panitia Daerah atau Panitia Pusat, maka pengusaha wajib membayar upah
pekerja sekurang - kurangnya 75% (tujuh puluh lima per seratus) dan
berlaku paling lama 6 (enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama
sejak pekerja ditahan;
(6). Dalam hal pekerja dibebaskan dari tahanan karena pengaduan pengusaha
dan ternyata tidak terbukti melakukan kesalahan, maka pengusaha wajib
mempekerjakan kembali pekerja dengan membayar upah penuh beserta
hak lainnya yang seharusnya diterima pekerja terhitung sejak pekerja
ditahan;
(7). Dalam hal pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) diputuskan oleh
Pengadilan Negeri terbukti melakukan kesalahan, maka pengusaha dapat
mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja.
Pasal 20
(1). Dengan memperhatikan azas keseimbangan dan keadilan, pekerja dapat
mengajukan permohonan pengakhiran hubungan kerja kepada Panitia
Daerah dan atau Panitia Pusat , apabila pengusaha :
a. melakukan penganiayaan, menghina secara kasar atau mengancam
pekerja;
b. membujuk dan atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan undang - undang kesusilaan;
c. 3 (tiga) kali berturut - turut atau lebih tidak membayar upah tepat
pada waktu yang telah ditentukan;
d. melalaikan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja;
e. tidak memberikan pekerjaan secukupnya kepada pekerja yang
upahnya berdasarkan hasil pekerjaan;
f. memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
diperjanjikan;
g. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan ,
kesehatan dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak
diketahui pada waktu perjanjian kerja dibuat.
(2). Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pekerja berhak mendapat uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja dan ganti kerugian sesuai ketentuan Pasal 22, Pasal 23 dan 24.
BAB IV
PENETAPAN UANG PESANGON, UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN
Pasal 21
Dalam hal Panitia Daerah atau Panitia Pusat memberikan ijin pemutusan
hubungan kerja maka dapat ditetapkan pula kewajiban pengusaha untuk
memberikan kepada pekerja yang bersangkutan uang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan atau ganti kerugian.
Pasal 22
Besarnya uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan
paling sedikit sebagai berikut :
a. masa kerja kurang dari 1 tahun
..............................................................................
1 bulan
upah ;
b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun
...................................
2 bulan
upah ;
c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun
...................................
3 bulan
upah ;
d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun
..................................
4 bulan
upah ;
e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun
...................................
5 bulan
upah ;
f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 6 bulan
................................... upah ;
g. masa kerja 6 tahun atau lebih
.................................................................................
7 bulan
upah ;
Pasal 23
Besarnya uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ditetapkan sebagai berikut :
a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah;
b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun 3 bulan upah;
c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun 4 bulan upah;
d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun 5 bulan upah;
e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 6 bulan upah;
f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun 7 bulan upah;
g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun 8 bulan upah;
h. masa kerja 24 tahun atau lebih .......................... 10 bulan upah;
Pasal 24
Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 meliputi :
a. ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan belum
gugur;
b. ganti kerugian untuk istirahat panjang bilamana di perusahaan yang
bersangkutan berlaku peraturan istirahat panjang dan pekerja belum
mengambil istirahat itu menurut perbandingan antara masa kerja pekerja
dengan masa kerja yang ditentukan untuk dapat mengambil istirahat
panjang;
c. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat
dimana pekerja diterim bekerja.
d. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
sebesar 15% (lima belas per seratus) dari uang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan
uang penghargaan masa kerja;
e. hal - hal lain yang ditetapkan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat.
Pasal 25
(1). Upah sebagai dasar pembayaran uang peangon, uang penghargaan masa
kerja dan ganti kerugian terdiri dari :
a. upah pokok
b. segala macam tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada
pekerja dan keluarganya;
c. harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja secara
cuma - cuma apabila catu harus dibayar pekerja dengan subsidi maka
sebagai upah dianggap selisih antara harga yang harus dibayar oleh
pekerja.
(2). Dalam hal pekerja diberikan upah atas dasar perhitungan upah borongan
atau potongan, besarnya upah sebulan sama dengan pendapatan rata -
rata selama 3 (tiga) bulan terakhir;
(3). Dalam hal pekerjaan tergantung dari keadaan cuaca dan upahnya
didasrkan pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung
dari upah rata - rata 12 (dua belas bulan) terakhir;
(4). Bagi pekerja yang menerima upah secara harian atau secara borongan
maka segala macam tunjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b yang dibayarkan oleh pengusaha dihitung sebagai komponen upah
untuk dasar perhitungan pemberian uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
Pasal 23 dan Pasal 24.
Pasal 26
Dalam hal terjadi pemutusan hubunan kerja kaena pekerja mengundurkan diri
secara baik atas kemauan sendiri, maka pekerja berhak atas uang penghargaan
masa kerja dan ganti kerugian sesuai ketentuan Pasal 23 dan Pasal 24
Pasal 27
(1). Dalam hal pemutusan hubungan kerja perorannan bukan karena kesalahan
pekerja tetapi pekerja dapat mewnerima pemutusan hubungan kerja ,
maka pekerja berhak atas uang pesangon paling sedikit 2 (dua) kali sesuai
ketentuan Pasal 22, uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal
23 dan ganti kerugian sesuai ketentuan Pasal 24, kecuali atas persetujuan
kedua belah pihak ditentukan lain
(2). Dalam hal pemutusan hubungan kerja massal karena perusahaan tutup
akibat mengalami kerugian terus menerus disertai dengan bukti laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik paling sedikit 2 (dua)
tahun terakhir, atau keadaan memaksa (force major) besarnbya uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian ditetapkan
berdasarkan ketentuan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24, kecuali atas
persetujuan kedua belah pihak.
(3). Dalam hal pemutusan hubungan kerja massal karena perusahaan tutup
bukan karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) atau karena
perusahaan melakukan efisiensi, maka pekerja berhak atas uang pesangon
sebesar 2 (dua) kali sesuai ketentuan Pasal 23, dan uang ganti kerugian
sesuai ketentuan Pasal 24, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak
ditetapkan lain.
Pasal 28
(1). Dalam hal terjadi pemutusan hubungankerja karena perubahan status,
atau perubahan pemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya atau
perusahaan pindah lokasi dengan syarat - syarat kerja baru yang sama
dengan syarat - syarat kerja lama dan pekerja tidak bersedia untuk
melanjutkan hubungan kerja, maka kepada pekerja dibayarkan uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian sesuai
ketentuan Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24.
(2). Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja karena perubahan status
atau perubahan pemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya atau
perusahaan pindah lokasi dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja
di perusahaannya dengan alasan apapun, maka pekerja berhak atas uang
pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 22, uang pengharagaan
masa kerja sesuai ketentuan Pasal 23, dan ganti kerugian sesuai
ketentuan Pasal 24, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak. .
(3). Kewajiban untuk membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja
dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dibebankan kepada pengusaha baru kecuali diperjanjikan lain antara
pengusaha lama dengan pengusaha baru.
Pasal 29
Dalam hal Panitia Daerah atau Panitia Pusat menolak permohonan ijin
pemutusan hubungan kerja atau menyatakan hubungan kerja tidak terputus,
maka kepada pekerja dibayarkan upah penuh beserta hak lainnya yang
seharusnya diterima.
Pasal 30
(1). Apabila dalam permohonan ijin pemutusan hubungan kerja kepada Panitia
daerah atau Panitia Pusat terdapat tuntutan upah lembur, Panitia Daerah
atau Panitia Pusat dalam memberikan ijin harus termasuk pula
penyelesaian upah lembur sesuai perhitungan yang telah ditetapkan oleh
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, Kantor Draprtemen Tenaga Kerja
setempat.
(2). Apabila jumlah tuntutan upah lembur telah ada kesepakatan bersama
antara pekerja dengan pengusaha dan diketahui oleh Kantor Departemen
Tenaga Kerja setem,pa, maka putusan Panitia Daerah atau Panitia Pusat
sesuai dengan kesepakatan kerja bersama tersebut..
Pasal 31
(1). Dalam hal pekerja putus hubungan kerjanya karena usia pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, dan dalam
perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja
bersama telah diatur adanya jaminan atau manfaat pensiun maka pekerja
tidak berhak mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja
dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, kecuali diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
(2). Dalam hal perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau kesepakatan
kerja bersama tidak mengatur jaminan atau manfaat pensiun maka
pengusaha wajib memberikan kepada pekerja yang putus hubungan
kerjanya uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 22, dan uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 23, dan ganti kerugian
sesuai ketentuan Pasal 24, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak
ditetapkan lain.
Pasal 32
Dalam hal pekerja putus hubungan kerjanya karena meninggal dunia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, maka pengusaha wajib
membayar santunan kepada ahli waris pekerja yang sah, uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan Pasal 22, dan uang penghargaan masa kerja sesuai
ketentuan Pasal 23 dan ganti kerugian sesuai Pasal 24.
Pasal 33
Pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 harus dilakukan
secara tunai.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
(1). Setiap putusan Panitia daerah yang telah mendasarkan putusannya
kepada ketentuan dalam Peratuiran Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
03/Men/1996 kemudian dimintakan banding setelah dikeluarkannya
Keputusan Menteri ini, maka Panitia Pusat dalam menyelesaikan perkara
banding tersebut tetap mendasarkan putusannya kepada Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1996.
(2). Setiap putusan Panitia Pusat yang telah mendasarkan putusannya kepada
ketentuan dalam Peraturan Menteri tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1996
kemudian oleh Menteri Tenaga Kerja diadakan peninjauan kembali atau
penundaan pelaksanaan putusan, maka dalam mengatur akibat dari
pembatalan atau penundaan pelaksanaan putusan, maka dalam mengatur
akibat dari pembatalan atau penundaan pelaksanaan putusan tersebut
Menteri tetap mendasarkan keputusannya kepada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per-03/Men/1996.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama
yang menetapkan pemberian uang pesangon, uang jasa dan ganti kerugian
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/1996, maka sejak
berlakunya Keputusan Menteri ini harus dengan sendirinya penetapan uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian didasarkan kepada
Keputusan Menteri ini
Pasal 36
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga
Kerja nomor Per-03/Men/1996 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan
Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian di
Perusahaan Swasta dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 37
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan
di : J a k a r t a
Pada
tanggal : 20 Juni 2000
MENTERI TENAGA
KERJA R.
H. BOMER PASARIBU
CONTAMINATION CONTROL
Control contamination
Pengendalian pencemaran adalah istilah generik untuk semua kegiatan yang
bertujuan untuk mengontrol keberadaan, pertumbuhan dan proliferasi
kontaminasi di daerah tertentu. Pengendalian pencemaran dapat merujuk ke
atmosfer serta permukaan, untuk partikulat serta mikroba dan pencegahan
kontaminasi serta dekontaminasi
1.Fungsi
Tujuan dari semua kegiatan kontrol kontaminasi adalah untuk secara
permanen memastikan tingkat kebersihan yang memadai dalam lingkungan
terkendali. Hal ini dicapai dengan menjaga, mengurangi atau memberantas
kontaminasi layak dan non-layak baik untuk keperluan sanitasi atau dalam
rangka untuk mempertahankan tingkat produksi yang efisien.
[Sunting] Penggunaan
Salah satu lingkungan yang paling umum yang menggabungkan pengendalian
pencemaran menjadi protokol standar adalah Cleanroom. Ada banyak
prosedur pencegahan di tempat dalam lingkungan Cleanroom. Prosedur
termasuk menundukkan staf Cleanroom peraturan pakaian yang ketat, dan
sering ada ruang gowning mana staf dapat berubah di bawah kondisi steril,
sehingga mencegah partikel apapun dari masuk dari lingkungan luar. Daerah
tertentu di Cleanroom memiliki langkah-langkah lebih ketat daripada yang lain.
Tempat-tempat seperti daerah kemasan, koridor, kamar gowning dan menetas
mentransfer menggabungkan langkah-langkah kontrol kontaminasi yang ketat
untuk menjaga dengan standar Cleanroom.
Pengendalian pencemaran juga merupakan aset penting untuk laboratorium di
industri seperti sektor ilmu farmasi dan kehidupan. Tempat-tempat lain
penggunaan termasuk toko cat otomotif, jalan masuk ke dapur industri dan
penyedia pelayanan makanan, bidang manufaktur banyak, dan di daerah
perakitan komponen elektronik.
Baru-baru pengendalian pencemaran telah menjadi perhatian untuk
laboratorium dan lingkungan sensitif lainnya sebagai tindakan biosekuriti
manajemen krisis yang efektif. Beberapa bank dan perusahaan asuransi
menggunakan produk kontrol kontaminasi sebagai bagian dari protokol
manajemen bencana. Tindakan pencegahan diletakkan di tempat sebagai
persiapan untuk pandemi potensial atau proliferasi biohazards dalam serangan
teroris potensial.
2.Jenis-jenis kontaminasi
Artikel ini mungkin memerlukan salinan untuk mengedit tata bahasa, gaya,
kohesi, nada ejaan, atau. Anda dapat membantu dengan mengedit itu.
(Oktober 2011)
Selain materi partikulat, jenis yang paling umum dari kontaminasi, ion dan
molekul (AMC) ada banyak jenis organisme yang berpotensi merugikan proses
dalam lingkungan kritis. Tujuh dari kontaminan yang paling umum adalah:
* Aspergillus niger
* Burkholderia cepacia
* Clostridium difficile
* Escherichia coli
* Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
* Pseudomonas aeruginosa
Salmonella enteritidis *
Ini, dan banyak kontaminan merusak lainnya dapat menyusup daerah penting
dalam macam cara. Partikulat dapat masuk melalui udara, kaki, atau pada
operator antara lingkungan eksternal dan di dalam area kritis.
3.Efek dari kontaminasi
Kontaminasi menimbulkan risiko yang signifikan untuk proses teknis dari
percobaan atau produksi serta individu. Proliferasi terjaga kontaminasi dengan
cepat dapat menyebabkan kerusakan produk, pengurangan hasil, penarikan
produk dan hasil lainnya sangat merugikan untuk bisnis. Sejumlah produk
selama rentang industri yang ingat karena sistem kontrol kontaminasi tidak
efektif. [1]
Dengan bukti ini dapat dikatakan bahwa bisnis banyak yang tidak memadai
melindungi diri dari efek berbahaya dari kontaminasi, dan banyak produk
industri lebih banyak ditarik karena proses manufaktur tidak aman.
4.Jenis-jenis pengendalian pencemaran
Gerakan tubuh menyebabkan kontaminasi dan pakaian pelindung seperti topi,
jas Cleanroom dan masker wajah adalah bentuk dasar pengendalian
kontaminasi. Selain dari orang-orang, cara umum lainnya untuk kontaminasi
untuk masuk adalah pada roda troli yang digunakan untuk mengangkut
peralatan.
Untuk mencegah kontaminasi udara, partikulat udara efisiensi tinggi (HEPA)
filter, airlocks dan pakaian Cleanroom digunakan. Sistem penyaringan HEPA
digunakan dalam sektor medis menggabungkan energi tinggi ultra violet unit
cahaya untuk membunuh bakteri dan virus hidup terperangkap oleh media
filter. Langkah-langkah membatasi jumlah partikulat di atmosfer, dan
menghambat pertumbuhan pada mereka yang layak.
Studi oleh 3M menunjukkan bahwa lebih dari 80% dari kontaminasi memasuki
Cleanroom melalui pintu masuk dan keluar, sebagian besar pada atau dekat
tingkat lantai [2] Untuk mengatasi hal ini sistem lantai yang cocok yang
digunakan yang efektif menarik, mempertahankan, dan menghambat
pertumbuhan organisme layak.. Studi menunjukkan bahwa jenis yang paling
efektif dari sistem lantai adalah salah satu komposisi polimer. [3]
Polimer tikar sangat efektif karena kelenturan mereka [4] karena mereka
memungkinkan untuk lebih banyak kontak dengan gerigi pada sepatu dan roda
dan dapat mengakomodasi untuk partikel yang lebih efektif sementara yang
tersisa. Potensi elektrostatik menambah efektivitas dari jenis pengendalian
pencemaran seperti memegang partikel sampai sedang dibersihkan. Metode
menarik dan mempertahankan partikel lebih efektif daripada tikar dengan
lapisan perekat aktif yang perlu dikupas dan sering tidak lentur [5] [6]. Selama
tingkat tack matras lebih besar dari donor ( kaki atau roda), kontaminasi
menyentuh permukaan akan dihapus. Permukaan taktik yang sangat tinggi
menimbulkan ancaman kontaminasi karena mereka cenderung menarik off
selama-sepatu perlindungan [7] lantai polimer diproduksi untuk memastikan
tingkat yang lebih tinggi daripada permukaan tackiness datang ke dalam
kontak dengan, tanpa menyebabkan ketidaknyamanan dan berpotensi
merusak. " lengket '.
Artikel utama: sifat antimikroba dari tembaga dan paduan tembaga
antimikroba menyentuh permukaan
Tembaga-paduan permukaan memiliki sifat intrinsik alami untuk secara efektif
dan cepat menghancurkan mikroba dan sedang dipasang di fasilitas kesehatan
dan sistem kereta bawah tanah angkutan sebagai ukuran kesehatan
masyarakat pelindung selain pembersihan rutin. Amerika Serikat
Environmental Protection Agency (EPA) telah menyetujui pendaftaran paduan
tembaga yang berbeda 355 antibakteri yang membunuh E. coli O157:. H7,
methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Staphylococcus,
Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa [8] [ 9] [10] EPA telah
menetapkan bahwa ketika dibersihkan secara teratur, permukaan tembaga
paduan ini:
* Terus mengurangi kontaminasi bakteri, mencapai 99,9% pengurangan
dalam waktu dua jam paparan;
* Bunuh lebih besar dari 99,9% dari bakteri Gram-negatif dan Gram-positif
dalam waktu dua jam paparan;
* Memberikan aksi antibakteri terus menerus dan berkelanjutan, yang
tersisa efektif dalam membunuh lebih besar dari 99,9% bakteri dalam waktu
dua jam;
* Bunuh lebih besar dari 99,9% bakteri dalam waktu dua jam, dan terus
membunuh 99% bakteri bahkan setelah kontaminasi diulang;
* Membantu menghambat penumpukan dan pertumbuhan bakteri dalam
waktu dua jam paparan antara pembersihan rutin dan langkah-langkah
sanitasi.
Sebagai tindakan pengendalian kontaminasi, EPA telah menyetujui daftar
panjang produk tembaga antimikroba "dengan manfaat kesehatan
masyarakat" yang terbuat dari paduan tembaga, seperti bedrails, pegangan
tangan, lebih dari tempat tidur meja, sink, kran, kenop pintu, perangkat keras
toilet, komputer keyboard, klub kesehatan peralatan, keranjang belanja
menangani, dll (untuk daftar lengkap produk, lihat: antimikroba tembaga
paduan menyentuh permukaan # Disetujui produk).
5.Pengukuran kontaminasi
PEMETAAN KONTAMINASI HOT CELL ZG-107 IRM. Telah dilakukan pemetaan
kontaminasi permukaan dan kontaminasi udara di dalam hot cell ZG-107.
Pemetaan
kontaminasi bertujuan untuk mengetahui gambaran menyeluruh tingkat
kontaminasi
didalam hot cell ZG-107. Pemetaan dilakukan dengan melakukan smear test
pada titiktitik
tertentu yang diperkirakan tingkat kontaminasinya paling tinggi. Pemetaan
kontaminasi permukaan dan kontaminasi udara dilakukan pada setiap periode
dekontaminasi yaitu : awal sebelum dekontaminasi, tahap pre dekontaminasi
dan tahap
pelaksanaan dekontaminasi. Dari hasil pemetaan kontaminasi permukaan
maupun
udara dapat dilihat bahwa tingkat kontaminasi didalam hot cell lebih tinggi dari
diluar hot
cell dan juga distribusi kontaminasi permukaan tidak merata pada seluruh titik.
Kontaminasi tertinggi berada di posisi lantai sekitar conveyor dimana
pemancar
| = 3033.248 Bq/ cm 2: lantai tengah pemancar | = 47,678 Bq/ cm 2; diatas
alat Mikroskop optik
pemancar | = 586,479 Bq/ cm2 sedangkan MPC | = 37 Bq/cm2. Selain itu
nampak bahwa
distribusi kontaminasi permukaan menurun dengan signifikan pada setiap
periode
dekontaminasi. Kontaminasi permukaan setelah proses dekontaminasi berada
dibawah
nilai batas yang diijinkan.
Kata kunci : pemetaan kontaminasi, smear test, hot cell.
PENDAHULUAN
Instalasi Radiometalurgi (IRM) yang berfungsi sebagai fasilitas uji pasca
irradiasi elemen
bakar nuklir terletak di dalam kawasan Puspiptek Serpong, dikelola oleh Pusat
Teknologi Bahan
Bakar Nuklir (PTBN). Berdasarkan keputusan kepala BATAN No.
123/KA/VIII/2007 tentang Rincian
Tugas Unit Kerja di Lingkungan BATAN, PTBN mempunyai tugas melaksanakan
Pengembangan
Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 262
Peraturan Kepala BATAN No. 123/KA/VIII/2007, PTBN menyelenggarakan
fungsi : sebagai
laboratorium uji pasca irradiasi elemen bahan bakar dan bahan struktur
beserta komponennya[1].
Fasilitas untuk melihat mikrosruktur elemen bakar nuklir terdapat di Hot cell
ZG-104 s/d ZG-
107. Di dalam hot cell ZG-107 terletak alat Mikroskop Optik serta uji
kekerasan[2]. Mikroskop Optik
tersebut pada saat ini sedang tidak berfungsi. Dalam rangka memfungsikan
kembali Mikroskop Optik
tersebut, maka hot cell ZG-107 perlu didekontaminasi terlebih dahulu sebelum
personel
diperbolehkan masuk melakukan dekontaminasi dan perbaikan mikroskop
optik, ini dimaksudkan
untuk menjamin keselamatan personel pekerja radiasi.
Untuk mengetahui gambaran menyeluruh tingkat kontaminasi dan paparan
radiasi yang ada
didalam hot cell ZG-107, maka perlu dilakukan pemetaan radioaktifitas Hot cell
ZG-107 yang meliputi
pengukuran paparan radiasi, pengukuran kontaminasi permukaan dan
pengukuran kontaminasi
udara.
Pengukuran kontaminasi permukaan dilakukan dengan melaksanakan smear
test yaitu
dengan mengambil cuplikan menggunakan kertas filter pada titik titik tertentu
yang diperkirakan
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2008 ISSN 0854 - 5561
316
kontaminasi permukaannya tinggi seperti pada daerah sekitar conveyor, dekat
filter, pada bagian
atas Mikroskop Optik, tangan manipulator, dinding serta langit langit. Pada
titik titik tersebut diduga
kontaminasinya tinggi karena ZG 107 melakukan pengujian bahan bakar bekas
pasca iiradiasi.
Pengukuran kontaminasi udara dilakukan dengan mengambil cuplikan udara
menggunakan
penghisap udara.
Untuk daerah kerja, batasan kontaminasi permukaan yang dipakai ialah [3] :
Daerah kontaminasi rendah, lebih kecil dari 0,37 Bq/cm2 untuk pemancar
(untuk lebih
kecil dari 3,7 Bq/cm2). Daerah kontaminasi sedang, untuk pemancar 0,37
Bq/cm2 tetapi < 3,7
Bq/cm2 , untuk pemancar > 3,7 Bq/cm2 tetapi < 37 Bq/cm2. Daerah
kontaminasi tinggi, batasan
untuk 3,7 Bq/cm2 dan untuk > 37 Bq/cm2.
Batasan kontaminasi udara yang dipakai ialah tidak melebihi 20 Bq/Cm3 untuk
pemancar
dan tidak melebihi 200 Bq/Cm3 untuk pemancar . Batasan paparan radiasi
yaitu 25 Sv/jam .
METODOLOGI
Bahan :
1. Sumber Pu dan Sr
2. Kertas filter dengan diameter 58 mm
3. Pengusap terbuat dari bahan kayu
4. Double tape
5. Petridis
6. Pinset dan penjepit panjang
Alat :
1. Tele Surveymeter
2. Radiameter
3. Portable Scaler Ratemeter (PSR-8)
4. Air sampler
Cara Kerja :
Pelaksanaan pemetaan kontaminasi Hot Cell ZG 107 dilakukan dengan cara
mengukur
paparan radiasi, kontaminasi udara dan kontaminasi permukaan di beberapa
titik. Untuk posisi titik
paparan radiasi dan kontaminasi permukaan atap hot cell Zg 107 ditunjukkan
pada Denah 1. Posisi
titik kontaminasi permukaan di dalam hot cell ditunjukkan pada Denah 2.
Pengukuran kontaminasi
awal permukaan dilakukan dengan cara usap menggunakan pengusap yang
dijepitkan pada tangan
manipulator. Hasil pemetaan kontaminasi permukaan awal diguakan sebagai
acuan untuk
melakukan proses dekontaminasi. Jika hasil tes usap menunjukkan adanya
kontaminasi berada di
atas nilai batas dosis (NBD) yang diijinkan, maka dilakukan dekontaminasi
secara remote
menggunakan manipulator. Untuk mengetahui penurunan kontaminasi
permukaan, dilakukan tes
usap lagi. Langkah berikutnya adalah mengambil cuplikan udara dan paparan
dengan membuka
pintu atas Hot Cell ZG 107. Tingkat kontaminasi permukaan dan udara dihitung
dengan
menggunakan persamaan 1 dan 2. Tingkat kontaminasi udara digunakan untuk
menentukan
perlengkapan proteksi radiasi yang dipakai personil dekontaminasi. Tingkat
paparan radiasi
digunakan untuk menentukan lamanya pekerja radiasi dapat melakukan proses
dekontaminasi di
dalam Hot Cell. Dekontaminasi di dalam hot cell 107 oleh personil dilakukan
berdasarkan fungsi
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2008
317
waktu dan perlengkapan proteksi yang dipersyaratkan. Test usap dilakukan
kembali untuk
menentukan tingkat keamanan pekerja radiasi dalam melakukan perbaikan
mikroskop optik.
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2008 ISSN 0854 - 5561
Pengukuran kontaminasi zat radioaktif dipermukaan lantai dihitung dengan
menggunakan
persamaan (1) :
Ak=N 1
A
1
E
1
P ..................................(1)
dengan :
Ak = aktivitas kontaminasi radioaktif , Bq/Cm2
N = cacah netto cuplikan, Cps
A = luas permukaan yang di usap,100 Cm2
E = efisiensi alat cacah, %
P = fraksi yang diambil dalam tes usap (10%)
Pengukuran kontaminasi udara dihitung dengan menggunakan persamaan (2) :
V E
= N
1 1
Ak ..................................(2)
dengan :
Ak = aktivitas kontaminasi radioaktif , Bq/Cm3
N = cacah netto cuplikan, Cps
V = volume udara yang dihisap, Cm3
E = efisiensi alat cacah, %
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan test usap menggunakan tangan manipulator antara sebelum
proses
dekontaminasi dan setelah deko manipulator menunjukkan ada beberapa titik
titik pengambilan yang
tidak terwakili, hal ini karena tingkat kesulitan pengambilan test usap dengan
tangan manipulator
dimana didalam hot cell ada sedotan udara yang mengakibatkan terlepasnya
kertas filter dari
pengusap.
Hasil pengukuran radioaktifitas permukaan di luar atap hot cell 107 ( tabel 1.)
menunjukkan
bahwa paparan radiasi dan radioaktifitas permukaan di bawah nilai batas yang
diijinkan sehingga
personil yang berkepentingan dengan proses dekontaminasi dapat berada
dalam area Green House
tanpa dibatasi oleh waktu dan menggunakan perlengkapan proteksi radiasi
standar (jas lab, shoe
cover, sarung tangan ).
Radioaktifitas permukaan di dalam hot cell 107 menunjukkan distribusi yang
tidak merata
dimana ada beberapa titik yang melampaui nilai batas yang diijinkan (tabel 2.)
yaitu lantai sekitar
cm 2 Kontaminasi
permukaan di dalam hot cell ZG 107 jauh melebihi nilai batas yang diijinkan,
sehingga
direkomendasikan untuk dilakukan dekontaminasi secara remote dengan
menggunakan kain basah
yang direkatkan pada tangan manipulator untuk mengurangi kontaminan yang
ada. Dekontaminasi
secara remote dilakukan berulang-ulang diharapkan dapat mengambil
kontaminan sebanyakbanyaknya
terutama pada titik titik yang terukur melebihi batasan yang diijinkan. Setelah
dekontaminasi secara remote, radioaktifitas permukaan menunjukkan nilai
dibawah nilai batas yang
diijinkan
Hasil pengukuran paparan radiasi di luar dan di dalam hot cell ditunjukkan
pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa paparan radiasi di luar hot cell berada di
bawah batasan paparan
radiasi yaitu 25 Sv/jam, sehingga aman bagi pekerja radiasi. Tetapi paparan
radiasi yang berada di
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2008 ISSN 0854 - 5561
320
dalam hot cell jauh melebihi batasan paparan radisi terutama yang tertinggi di
daerah dekat
conveyor sehingga berdasarkan perhitungan paparan radiasi yang boleh
diterima dalam satu hari
(200 Sv/jam) maka pekerja radiasi dapat bekerja di dalam hot cell paling lama
40 menit.
Tabel 3. Paparan radiasi setelah pintu atas ZG 107 dibuka
Tanggal Posisi Paparan ( uSv /jam)
Dalam hot cell 300 11 Agustus 2008 (dekat conveyor)
Luar hot cell 0,250
Pada Tabel 4 menunjukkan radioaktifitas udara di dalam ZG 107 saat tutup hot
cell dibuka
cacah langsung = (o)18,18 Bq/m3 dan (|)18,47 Bq/m3; kondisi radioaktifitas
udara 1 jam dibuka
menunjukkan penurunan (o)15,38 Bq/m3 dan (|) 13,47Bq/m3 MPC
kontaminasi udara (o)= 20 Bq/m3
dan (|) 200 Bq/m3. Kontaminasi udara di dalam ZG 107 dengan waktu tunda
pencacahan 4 jam =
(o) 0,393 Bq/m3 dan (|) 0,325 Bq/m3 untuk I jam dibuka (o) 0,228 Bq/m3 dan
(|) 0,278 Bq/m3.
Radioaktifitas udara di dalam hot cell ZG 107 setelah 1 jam dibuka masih
berada di bawah nilai
batas yang diijinkan tetapi untuk menjamin keamanan personil dekontaminasi
maka disarankan
memakai perlengkapan keselamatan tambahan seperti full mask.
KESIMPULAN
Dari kegiatan pemetaan kontaminasi hot cell zg 107 didapatkan gambaran
menyeluruh tingkat
kontaminasi di dalam Hot Cell ZG 107 dengan cara mengambil test usap pada
titik-titik tertentu
pada awal dekontaminasi, setelah dekontaminasi manipulator dan setelah
dekontaminasi oleh
personil. Hasil pemetaan kontaminasi permukaan awal sebelum dekontaminasi
ada beberapa
titik yang tingkat kontaminasinya melampaui nilai batas yang diijinkan dan
setelah dekontaminasi
secara remote dengan manipulator menunjukkan penurunan kontaminasi
permukaan hingga
berada di bawah nilai batas yang diijinkan.