Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN

KESEHATAN TENAGA
KERJA
Dasar Penyelengaraan
• UU KESELAMATAN KERJA NO. 1 TAHUN 1970, PASAL 2, 8;
• PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
KESELAMATAN KERJA NO. PER. 02/MEN/1980;
• PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG KEWAJIBAN
MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA NO.
PER.01/MEN/1981, PASAL 5;
• SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
HUBUNGAN PERBURUHAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA TENTANG PENETAPAN BENTUK/FORMULIR
(SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 7 AYAT 3 PERATURAN
MENAKERTRANS NO. PER. 02/MEN/1980) NO.
KEPT.40/DP/1980
• PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA dan
TTRANSMIGRASI No. Per 03/Men/1982 TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN KERJA.
Tujuan
• Deteksi dini terhadap penyakit
• Menetapkan kecakapan kerja
(fitness status)
• Mematuhi peraturan perundangan
• Data dasar pembanding dimasa
yang akan datang
Pengertian Pemeriksaan Kesehatan
• Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
sebelum tenaga kerja diterima untuk melakukan
pekerjaan.

• Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan


kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter.

• Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan


kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksan Kesehatan Sebelum Kerja
• Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar
tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi
kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai
penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lain-
lainnya yang dapat dijamin.
• Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin
serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
• Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna
mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.
Rangkaian Pmeriksaan
• Data/Identitas
• Anamnesis riwayat kesehatan selengkapnya
• Pemeiksaan fisik secara keseluruhan dan sisematik
• Pemeriksaan penunjang
Sistematika Pemeriksaan Kesehatan
• Data/Identitas
Termasuk: riwayat pekerjaan terdahulu { berapa
lama, jabatannya, dan jenis paparan di lingkungan kerja}
• Anamnesis
1. Kemungkinan adanya penyakit saat ini
2. Riwayat Penyakit dahulu : TB, Asma, tipus, hepatitis dll
3. Riwayat penyakit kronik, keturunan
4. Wanita : tentang obgyn
• Pada saat amamnesis evaluasi keadaan kejiwaan secara
umum, Nilai sikap dan Penampilan, keadaan kesadaran,
motivasi, emosi, proses berpikir, kemampuan orientasi
waktu, orientasi situasi, orientasi lingkungan
• Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik standarharus dilakukan secara
sistematik dan menyeluruh
2. Penekanan tertentu sesuai dengan job. Misalnya :
ketajaman penglihatan dan tes snellen untuk
penempetan pada job yang memerlukan visus baik,
Pemeriksaan ketajaman pendengaran
• Pemeriksaan penunjang
1. Foto thorak
2. Lab : urine lengkap, darah lengkap dll, feces (telur
cacing, parasit)
3. Pemeriksaan khusus : audiometri, >40 th (EKG),
pengolahan makanan : karier tifus
4. Ada perusahaan yangmensyaratkan :HBsAg, narkoba,
HIV, VLDL
Kesimpulan pemeriksaan awal
• Sehat tidak ada pembatasan pekerjaan
• Sehat  tidak ada pembatasan pekerjaan, tetapi perlu
pengawasan medik
• Sehat hanya untuk pekerjaan tertentu
• Tidak sehat sementara
• Tidak sehat permanen
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
• Tujuan: untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta
menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan
dengan usaha-usaha pencegahan.
• Meliputi: Pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgent paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium
rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
• Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan oleh dokter
sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
• Kendala : biaya tinggi dan kurang dimengerti
• Pemeriksaan berkala peting untuk deteksi dini penyakit
akibat kerja
• Daftar penyakit akibat kerja tercantum dalam :
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
Per-01/MEN/1981
2. Keputusan Presiden RI no 22 tahun 1993 tentang
:penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
Langkah2 Diagnosis Penyakit Akibat
Kerja
• Pendekatan Epidemiologis
1. Biladitemukan adanya gangguan kesehatan/keluhan
sekelompok pekerja
2. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara
suatu pajanan dengan penyakit
• Identifikasi harus mempertimbangkan
1. Kekuatan asosiasi
2. Konsistensi
3. Spesifitas
4. Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit
5. Hubungan dosis
6. Penjelasan patofisiologis
Diagnosis PAK
• Menentukan diagnosis klinis
• Menentukan pajananyang dialami individu dalam
pekerjaan
• Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan
dengan penyakit
• Menentukan apakah pajanan yang dialami terlalu besar
• Menentukan apakah ada faktor individu yang berperan
• Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
• Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja
Penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja
• Pneumokoniosis ; yang disebabkan oleh debu mineal
jaringan parut
• Penyakit paru dan saluran nafas karena debu logam
keras
• Penyakit paru dan saluran pernafasan karena debu
kapas, vlas, sisal (bisinosis)
• Asma akibat kerja
• Alveolitis: akibat menghirup debu organik
• PAK akibat bahan kimia berbahaya ( bensen, krom,
bensen, alkohol, CO dll)
• Tuli akibat paparan bising
• Penyakit karenagetaran mekanik (kelelahan otot, tulang,
persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi)
• Penykit karena radiasi ion dan non ion
• Kanker akibat paparan bahan toksik atau radiasi
• Silikosis : resiko pada pekerja pertamangan, ekstraksi bati
keras, pengunaan pasir sebagai ampelas dll. Gejala
(sesak nafas, batuk kering,batuk berulang)
Asma akibat kerja
• Disebabkan inhalasi bahan sensitif
• Pekerja yang beresiko : pekerja makanan ternak,
pengilingan – pengepakan teh, tukang kayu, gergaji,
industri mebel, tukang cat dll
• Penilaian lingkungan : kualias udara lingkungan kerja
Pemeriksaan kesehatan khusus
• Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan-golongan tenaga kerja tertentu.

• Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap:


• Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
• Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
• Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

• Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila terdapat


keluhan-keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat
Bina Hyperkes dan Keselamatan dan Balai-balainya atau atas pendapat
umum dimasyarakat.
Hasil pemeriksaan kesehatan khusus dan
berkala
• Sehat
• Ada kelainan medis dan perlu tindakan lebih lanjut
• Perlu tindakan lanjut dari segi pekerjaan,bila kelainan
yang ditemukan akan menganggu keselamatan dan
kesehatan kerja
• Penilaian tingkat kecacatan untuk menentukan
kompensasi (Kepmenakertrans no. Kep 79 / MEN/2003
Dasar Hukum
• UU KESELAMATAN KERJA NO. 1 TAHUN 1970, PASAL 2, 8;
• PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG PEMERIKSAAN
KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
KESELAMATAN KERJA NO. PER. 02/MEN/1980;
• PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR
PENYAKIT AKIBAT KERJA NO. PER.01/MEN/1981, PASAL 5;
• SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
HUBUNGAN PERBURUHAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
KERJA TENTANG PENETAPAN BENTUK/FORMULIR
(SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 7 AYAT 3 PERATURAN
MENAKERTRANS NO. PER. 02/MEN/1980) NO. KEPT.40/DP/1980
• Permen no 1 tahun 1998 tentang Penyelengaraan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dengan manfaat lebih baik dari paket jaminan
pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga kerja
Ibu Hamil dan Menyusui
• Jika pekerjaan menimbulkan risiko signifikan terhadap
kesehatan perempuan hamil atau menyusui, harus
mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan risiko
tersebut tanpa mengurangi upah pekerja.
• Pengusaha dilarang mempekerjakan perempuan hamil
antara jam 23:00 – 7:00 jika keterangan dari dokter
menyatakan bekerja pada waktu-waktu tersebut
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan
kandungannya maupun dirinnya.
• Dasar Hukum UU Ketenagakerjaan NO. 13 Tahun 2003,
Pasal 76, 83
Pencegahan HIV/AIDS
• Pengusaha harus melakukan penilaian risiko, menyusun
kebijakan, dan melatih pekerja untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS.
• Dasar Hukum
• Keputusan Menakertrans Tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja No.
KEP.68/MEN/IV/2004, PASAL. 5;
• Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan NO. Kep.20/DJPPK/VI/2005 Bagian A-
D;
• Keputusan Direksi PT. JAMSOSTEK (Persero) Tentang
Manfaat Tambahan Bagi Peserta Program Jamsostek
NO.Kep/310/102011.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K)
• Pengusaha wajib menyediakan fasilitas P3K berupa
peralatan, perlengkapan, dan bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja, yang mencakup:
1. Ruang P3K
2. Kotak P3K dan isinya
3. Alat evakuasi dan alat transportasi
4. Fasilitas tambahan berupa alat perlindungan diri
dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
Tipe-tipe Kotak P3K
Kotak Tipe A (untuk Kotak Tipe B (untuk Kotak Tipe C (untuk
25 pekerja atau 50 pekerja atau 100 pekerja atau
Isi kurang) kurang) kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40

2. Perban dengan lebar 5 cm 2 4 6

3. Perban dengan lebar 10 cm 2 4 6

4. Plester dengan lebar 1,25 cm 2 4 6


5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas, 25 gram 1 2 3

7. Kain segi tiga/mittela 2 4 6


8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12

10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4


11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15. Kantong plastik bersih 1 2 3

16. Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1


17. Povidon Iodin (60ml) 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1

19. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1


20. Buku catatan 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1
Jumlah petugas P3K

Tingkat Resiko Tempat


Kerja Jumlah Pekerja Jumlah Petugas P3K

25 hingga 150 pekerja 1 orang

Tempat kerja dengan 1 orang untuk setiap


potensi bahaya rendah Lebih dari 150 pekerja 150 orang atau kurang

100 pekerja atau kurang 1 orang

Tempat kerja dengan 1 orang untuk setiap


potensi bahaya tinggi Lebih dari 100 pekerja 100 orang atau kurang
Dasar Hukum
• UU KESELAMATAN NO. 1 TAHUN 1970, PASAL 9;
• PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI
TEMPAT KERJA NO. PER.15/MEN/VIII/2008.
Kesimpulan
• Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja merupakan salah
satu upaya pembinaan sumber daya manusia
• Sosialisasi ke perusahaan mengenai pentingnya
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja perlu ditingkatkan
• Jenis pemeriksaan, hasil serta tindak lanjutnya perlu
disesuaikan/ dikaitkan dengan jenis pekerjaan dan
lingkungan kerjanya

Anda mungkin juga menyukai