Anda di halaman 1dari 18

SISTEM LINGKUNGAN INDUSTRI / AMDAL

TEKSTIL

Disusun oleh :
Kelompok 7
Anditya Achmad Jarosman (1623084)
Mochamad Farizky Fhianarya (1623099)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2018
1-2

Pendahuluan
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah
tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun
ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut
bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil
jadinya, yang sudah bisa digunakan.
Tekstil juga dapat diartikan jalinan antara lungsin dan pakan atau dapat
dikatakan sebuah anyaman yang mengikat satu sama lain , tenunan dan rajutan.
Tekstil dikelompokan menurut jenisnya yaitu
1.Berdasarkan jenis product/bentuknya:serat staple, serat filamen, dan benang kain
product jadi
2.berdasarkan jenis bahannya:serat alam, serat sintetis dan serat campuran
3.berdasarkan jenis warna/motifnya:putih, berwarna, bermotif/bergambar
4.berdasarkan jenis konstruksinya: tenun,rajut,renda,kempa,benang tunggal,benang
gintir

Sejarah
Benang, kain, dan alat untuk memintal dan menenun telah ditemukandi antara
peninggalan awal dari pemukiman manusia. kain linen yangberasal dari 5000 SM telah
ditemukan di Mesir. tekstil Woolen dariZaman Perunggu awal di Skandinavia dan
Swiss juga telahditemukan. Kapas telah berputar dan tenunan di India sejak3000 SM,
dan telah tenunan sutra di Cina setidaknya sejak1000SM Tentang sen 4. AD
Konstantinopel mulai menenun sutramentah diimpor dari China. Satu abad kemudian
sutra budayamenyebar ke negara-negara Barat, dan tekstil membuat berkembang pesat.
Dengan 14 persen. kain tenunan indah sedang di tangan tenundari negara-
negara Mediterania di hampir semua struktur dasar dikenal seniman modern, dan tidak

Sistem Lingkungan Industri


1-3

ada perubahan mendasar dalamproses sejak saat itu, meskipun metode dan peralatan
telah secara radikal diubah.

Perkembangan Tekstil dan Industri Tekstil


Di Indonesia sangat banyak sekali perusahaan dan pabrik yang berdiri. Dan
tentunya perusahaan dan parbik yang berdiri sangat beragam sekali jenis usahanya.
Namun yang paling menjadi sorotan yaitu pabrik dan perusahaan yang bergerak di
bidang industri tekstil. Tentu tanpa pabrik industri tekstil kita tidak akan bisa
menikmati pakaian yang kita pakai sekarang. Mungkin bagi anda yang belum tahu
bahwa industri tekstil yaitu industri yang bergerak dibidang sandang yang pastinya
tujuan utama dari pabrik ini yaitu membuat pakaian untuk kebutuhan masyarakatnya.
Bayangkan jika suatu negara tanpa ada pabrik industri tekstil tentu semua warga
negara nya akan tanpa busana. Maka dari itu pabrik industri tekstil sangat perlu sekali
dalam suatu negara. Di Indonesia sendiri pabrik yang bergerak di industri tekstil sudah
banyak sekali. Seperti Polychem Indonesia Tbk, Centex Tbk, Eratex Djaja Tbk dan
masih banyak pabrik industri tekstil lainnya. Tentu indonesia akan aman sandangnya.
Karena memang tidak akan mungkin suatu negara pabrik industri tekstilnya hanya satu
atau dua. Tentu banyak masyarakat yang akan sulit nantinya untuk mendapatkan
pakaian.
Semakin berkembangnya jaman. Perkembangan industri tekstil pun semakin
maju dan semakin luas usahanya. Tentu ini tidak lepas dari peran pemerintah yang
memberikan izin kepada para usahawan yang membangun pabrik industri tekstil.
Namun jika terlalu banyak pabrik yang bergerak dibidang industri tekstil disuatu
negara tentu tidak baik. Maka dari itu banyaknya industri tekstil harus bisa sebanding
dengan jumlah penduduk dan juga permintaan sandang dari masyarakatnya.
Namun dijaman MEA seperti sekarang ini banyak perusahaan asing yang masuk
kengara Indonesia. tentu ini akan mengakibatkan ketidak stabilan perekonomian
sandang di Indonesia. Karena jika perusahaan – perusahaan asing tersebut

Sistem Lingkungan Industri


1-4

memproduksi pakaian tentu akan menjadi daya saing tersendiri oleh pabrik – pabrik
industri tekstil yang ada di Indonesia. Tentu negara yang sangat berpotensi dapat
menjadi saingan terberat pabrik – pabrik industri tekstil di Indonesia yaitu negara India
dan juga Amerika.

Ekspor Impor
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor strategis
yang diprioritaskan pengembangannya karena memberi kontribusi signifikan terhadap
ekonomi nasional.
Ekspor industri tekstil dan produk tekstil mencapai US$ 2 miliar atau sekitar
Rp 26,57 triliun (asumsi kurs Rp 13.289 per dolar Amerika Serikat) pada Januari-
Februari 2017 atau naik 3 persen bila dibandingkan periode sama pada tahun
sebelumnya (year on year).
"Industri TPT yang juga sektor padat karya berorientasi ekspor ini dapat
menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja. Hingga saat ini,
diperkirakan mencapai tiga juta orang," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto,
usai peresmian perluasan pabrik PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk, di Solo, seperti
ditulis Senin (24/4/2017).
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai industri TPT
mencapai Rp 7,54 triliun pada 2016 dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai
ekspor sebesar US$ 11,87 miliar. Selain itu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.
Airlangga menuturkan, industri TPT nasional selama tiga tahun terakhir ini
alami kontraksi dalam pertumbuhannya. Ini salah salah satunya didorong oleh investasi
baru mau pun perluasan pabrik dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi yang
salah satunya dilakukan oleh PT Sritex. "Kami apresiasi kepada PT Sritex yang telah
menambah investasinya sebesar Rp 2,6 triliun guna meningkatkan kapasitas produksi

Sistem Lingkungan Industri


1-5

di pabrik pemintalan (spinning) dan penyempurnaan kain (finishing), yang akan serap
tenaga kerja baru sebanyak 3.500," ujar dia.
Ini dapat berdampak positif pada penerimaan pajak bagi negara serta sekaligus
dapat memenuhi sebagian kebutuhan bahan baku kain dalam negeri yang masih impor.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sritex Iwan Setiawan menuturkan, perluasan pabrik
memberikan peningkatan kapasitas produksi perusahaan. "Dengan perluasan itu, saat
ini grup Sritex memiliki 24 pabrik spinning, tujuh pabrik weaving, 5 pabrik finishing
dan 11 garmen, dengan total karyawan lebih dari 50.000 orang," ujar dia.
Oleh karena itu, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) menjadi
prioritas perusahaan.
"SDM adalah aset unggulan perusahaan yang dibentuk dengan pelatihan-pelatihan
terstruktur. Selain itu, kami terapkan budaya perusahaan dengan terintegrasi dan
inovatif sehingga mendapatkan SDM yang tangguh, terampil, berkompeten serta
berkarakter," papar dia.
Agar industri tekstil dan produk tekstil nasional dapat meningkatkan daya
saingnya, yang diperlukan tidak hanya aspek modal dan teknologi, namun SDM yang
kompeten mutlak dibutuhkan. Oleh karena itu, Kemenperin sedang melakukan upaya
dengan memfasilitasi peningkatan kemampuan SDM melalui program kerja sama
yang link and match antara perusahaan industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Kemenperin mampu menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk
menandatangani perjanjian kerja sama dengan 389 SMK dalam upaya menjalankan
program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.
Program ini merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28
Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa
Timur.

Sistem Lingkungan Industri


1-6

Potensi Pasar
Airlangga juga menyampaikan, potensi pasar domestik maupun global untuk
industri TPT masih terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
semakin tingginya permintaan akan kebutuhan tekstil non sandang. Misalnya untuk
kebutuhan rumah tangga, furniture dan non woven.
"Kami optimistis industri TPT nasional mampu berdaya saing global. Apalagi industri
ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas
yang baik di pasar internasional," ujar dia. Namun, industri ini masih mengalami
berbagai tantangan, salah satunya adalah kondisi permesinan yang mayoritas usianya
sudah tua, terutama pada industri pertenunan dan perajutan.
"Upaya peremajaan mesin dan peralatan industri TPT yang selama ini kami lakukan
sebenarnya telah menunjukkan perkembangan yang positif, namun perlu dilanjutkan
dengan program akselerasi peningkatan daya saing yang lebih efektif dan terintegrasi,"
lanjut Airlangga.
Di samping itu, paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan
pemerintah sebaiknya bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha terutama industri TPT,
karena saat inilah situasi yang tepat untuk meningkatkan investasi.
"Hal ini apabila tidak dilakukan dalam waktu lima tahun ke depan, industri tekstil
nasional akan sulit bersaing dengan negara kompetitor utama seperti India, Cina,
Vietnam dan Bangladesh," ujar dia.
Apalagi, saat ini Kemenperin tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat
karya berorientasi ekspor, yang akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal berupa
investment allowance.
"Jadi, pelaku usaha akan mendapatkan diskon PPh yang harus dialokasikan untuk
ekspansi usaha," ujar dia.
Terkait perluasan pasar ekspor, Kemenperin tengah mendorong untuk
membangun perjanjian kerja sama yang komprehensif dengan Eropa dan Amerika

Sistem Lingkungan Industri


1-7

Serikat agar bisa mendapat keringanan tarif yang lebih baik. "Termasuk juga dengan
industri kecil, kami akan fasilitasi untuk meningkatkan ekspor," kata dia.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono
menuturkan, tantangan lain yang menghambat pertumbuhan investasi di sektor industri
TPT, yakni masih adanya impor kain. Untuk itu, Kemenperin menggandeng
Kementerian Perdagangan untuk membatasi impor tekstil dalam rangka menjaga
industri TPT dalam negeri tetap tumbuh.
Selain itu, Sigit menyebutkan, pihaknya juga bergerak ke hulu untuk
mendorong pertumbuhan industri tekstil domestik. "Kami pun mengimbau agar
masyarakat Indonesia tetap menggunakan produk dalam negeri sebagai dukungan
untuk pertumbuhan industri TPT nasional," ujar dia.

Proses Pembuatan
Proses pembuatan kerajinan tekstil terdiri atas beberapa tahapan. Pertama,
proses serat atau benang menjadi kain, lalu kain menjadi kerajinan tekstil, seperti
busana, tas, sarung bantal dan lain-lain, serta pewarnaan dan pemasangan aksesori
untuk suatu fungsi tertentu atau menambah nilai estetis atau keindahan pada produk
kerajinan tekstil yang dibuat.
Proses pada pembuatan kerajinan tekstil, seperti tampak pada Bagan 1.3, terdiri
atas beberapa tahapan. Pertama, pembuatan serat/benang menjadi kain/tekstil yang
menggunakan teknik tenun. Kedua, pembuatan kain/tekstil menjadi satu bentuk
kerajinan tekstil. Terakhir, proses pemasangan asesoris atau nishing sehingga
menghasilkan kerajinan tekstil yang siap digunakan.
Proses pewarnaan dapat dilakukan pada serat/benang, pada kain atau pada
bagian akhir setelah kerajinan tekstil terbentuk. Pewarnaan pada benang dilakukan
dengan pencelupan serat/benang. Pada tekstil tanpa motif/ polos, pewarnaan dilakukan
dengan pencelupan dengan 1 warna, sedangkan untuk menghasilkan tekstil dengan
motif tertentu, pewarnaan menggunakan teknik ikat dengan beberapa kali pewarnaan.

Sistem Lingkungan Industri


1-8

Pewarnaan pada kain/tekstil dapat menggunakan teknik rintang warna, seperti


teknik batik atau jumputan, teknik print seperti cap, sablon, atau digital printing serta
teknik lukis. Dekorasi dapat dilakukan pada kain atau pada produk yang sudah
terbentuk, dengan teknik sulam dan bordir, maupun penambahan aksesori untuk
menambah keindahan produk kerajinan tekstil.

1. Teknik Tenun
Teknik pembuatan kain yang masih tergolong kerajinan karena mengandalkan
keterampilan tangan adalah teknik tenun. Teknik pembuatan kain dengan mesin
otomatis tidak termasuk dalam kerajinan. Kain tenun di Indonesia dikerjakan dengan
dua jenis teknik, yaitu tenun gendong (benang lungsi yang akan ditenun diikat
mengelilingi hingga punggung penenun) yang digunakan di seluruh Indonesia, dan
teknik tenun yang menggunakan bingkai kayu sebagai alat bantu tenun.
Pada teknik tenun dua jenis, dengan benang lungsin putus yang akan
menghasilkan kain panjang atau selendang dan dengan benang lungsin tidak terputus
untuk menghasilkan sarung (berbentuk tabung). Proses teknik tenun adalah sebagai
berikut:
a. Menyiapkan benang lungsin yang panjangnya sama dengan panjang kain yang
diinginkan.
b. Memasang benang lungsin pada cucukan.
c. Menyiapkan benang pakan.
d. Penenunan dilakukan dengan memasukan benang pakan ke antara benang-benang
lungsin.

Keterangan:
1) Benang lungsin
2) Benang pakan

Sistem Lingkungan Industri


1-9

2. Teknik Pewarnaan
Pada umumnya, teknik pewarnaan kain-kain tradisional di Indonesia
memanfaatkan proses celup dengan rintang warna seperti teknik batik dan teknik pada
Kain Sasirangan khas Banjar, Kalimantan Selatan, dan teknik ikat pada pewarnaan
serat/benang tenun. Teknik pewarnaan pada kain tenun adalah teknik ikat celup. Teknik
ikat celup sudah dilakukan sejak lama di seluruh belahan dunia.
Asal usul teknik ini diperkirakan berkembang di India dengan sebutan
Bhandani sejak 906 s.d. 618 SM. Teknik ini berasal dari dataran Cina pada zaman
Dinasti Tang dibuat pada kain sutera yang merupakan alat barter pada masa kejayaan
Jalur Sutra, yaitu jalur yang menghubungkan wilayah Cina ke Timur Tengah hingga
ke Italia. Teknik pewarnaan ikat terdiri atas ikat (hanya pada benang lungsin atau
pakan) dan ikat ganda (pewarnaan pada benang pakan dan lungsin).
Langkah pertama teknik ikat celup menempatkan benang pakan/lungsin pada
plangkan. Langkah kedua adalah menggambarkan pola motif pada benang yang sudah
terpasang pada plangkan. Langkah ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai
dengan motif yang diinginkan. Ikatan yang kuat, tebal dan rapi akan dapat menghalangi
warna dengan baik. Benang yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna sesuai
dengan rancangan. Pewarnaan dilakukan mulai dari warna yang paling tua, ke warna
yang paling muda.
Setelah pewarnaan pertama, warna kedua diperoleh dengan melepaskan ikatan
pada bagian yang ingin diwarnai, dan seterusnya hingga selesai. Benang yang sudah
diwarnai lalu dikeringkan. Setelah kering, benang lungsin dipasang pada alat tenun,
sedangkan benang pakan dipasang pada kelenting.

Limbah Tekstil

Sistem Lingkungan Industri


1-10

Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari proses


pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi,
pewarnaan, pencetakan hingga proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas
menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah
daripada proses penyempurnaan bahan sistesis. Jadi, kerajinan limbah
tekstil merupakansuatu karya tangan yang dihasilkan oleh buangan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).

1. JENIS-JENIS
Jenis produk kerajinan limbah tekstil terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Benda Hias, merupakan kerajinan limbah tekstil yang lebih mengutamakan unsur
estetika atau keindahannya disamping kegunaannya. Contohnya adalah lukisan
2. Benda Pakai, merupakan kerajinan limbah tekstil yang lebih mengedepankan fungsi
kerajinan tersebut di kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah pakaian

2. FUNGSI KARYA KERAJINAN LIMBAH TEKSTIL


Secara garis besar, fungsi kerajinan limbah tekstil terbagi atas:
1. Berfungsi sebagai benda hiasan. Dengan berfungsi sebagai benda hiasan,
maka nilai estetik sangat dibutuhkan.
2. Di samping sekedar sebagai benda hiasan, banyak kita jumpai memiliki
fungsi sebagai bendapraktis, karena fungsi merupakan hal yang diprioritaskan
dalam berbagai kerajinan Tekstil.
3. Di samping sebagai benda hiasan dan terapan, karya kerajinan Tekstil juga
berfungsi sebagaimainan. Meskipun sebagai benda mainan, karya kerajinan jenis
ini tetap mempertahankan nilai-nilai estetika.
4. Kerajinan limbah tekstil juga dibutuhkan sebagai sarana pelestarian alam dan
kebudayaan.

Sistem Lingkungan Industri


1-11

3. UNSUR KARYA KERAJINAN LIMBAH TEKSTIL


Unsur Estetika merupakan unsur keindahan bentuk, yang selalu bergantung pada
sentuhan keindahan atau nilai estetis. Karena itu, dalam pembuatannya, seorang
pengrajin harus menguasai unsur-unsur seni seperti garis, bidang, bentuk, warna,
komposisi dan lain-lain dari benda berbahan baku limbah tekstil yang akan
dibuat menjadi kerajinan.
Sedangkan unsur Ergonomis merupakan dalam teori desain
dikenal sebagai prinsip form follow function, yaitu bentuk desain yang mengikuti
fungsi. Jadi Unsur ergonomis adalah unsur tekstil yang mengutamakan kenyamanan
penggunaannya, misalkan pakaian batik atau pakaian dari bahan kainseperti tenun,
songket dan tapis.
Ada tiga aspek desain yang harus dimiliki jika suatu produk desain ingin dianggap
berhasil, yaitu produk desain harus memiliki aspek berupa keamanan (safety),
kenyamanan (ergonomi) dan keindahan (estetika).

Dampak pada Kesehatan


Penggunaan Rhodamine B dalam produk pangan dilarang karena bersifat
karsinogenik kuat, dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati hingga kanker hati (Syah
et al. 2005). Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi
bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir
mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur
Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah
senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang
tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa
halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi
maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa
dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.

Sistem Lingkungan Industri


1-12

Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri
adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin
berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas
30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam
klorida (HCl) dan asamhipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu
untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya
utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat
menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia.
Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang
pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.
Bahaya jangka pendek diantaranya adalah mual, muntah, sakit perut, dan tekanan
darah rendah. Sedangkan bahaya jangka panjangnya adalah kanker.
Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem
pada kelopak mata.
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau
merah muda.

Pencegahan
a. Penerapan Teknologi dan Produk Bersih
Penerapan konsep teknologi bersih (cleaner technology) merupakan tindak lanjut
dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio
de Janeiro (Brazil) tahun 1992. Konferensi ini menghasilkan dua keputusan penting
bagi negara-negara di dunia ini, yaitu konsep pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan dan agenda 21. Konsep pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan tersebut membuahkan kesepakatan tentang pengembangan

Sistem Lingkungan Industri


1-13

konsep produksi bersih sedunia (cleaner production world wide). Untuk


mengaktualisasi konsep produksi bersih ini, UNEP (United Nations Environment
Programme) menyelenggarakan Konferensi Tingkat Menteri di Paris tanggal 27
sampai 29 Oktober 1992. Berikut ini program-program yang diprakarsai UNEP.
· Pelestarian energi dan bahan mentah;
· Pengurangan jumlah limbah sebagai unsur pencemar dimulai sejak pemilihan
bahan, proses, sampai pada produk akhir;
· Penghilangan pemakaian dan pengeluaran bahan berbahaya dan beracun (B3);
· Pengurangan jumlah limbah sedemikian rupa sehingga limbah itu dianggap
sebagai sumber daya yang terhamburkan (terboroskan) bila dibiarkan terbuang ke
udara, air, dan tanah.
Penerapan teknologi bersih tersebut idelanya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan industri tekstil nasional, karena dengan memanfaatkan teknologi bersih ini
dalam proses menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat akan
memberikan keuntungan secara ekonomis dan dapat meningkatkan daya saing
(kompetisi) perusahaan-perusahaan industri tekstil, baik di tingkat nasional maupun
internasional.

b. Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil


Upaya-upaya lain dalam pencegahan pencemaran limbah cair industri tekstil
adalah berupa pengolahan. Konsep pengolahn limbah cair ini secara teoritis menurut
Elina Hasyim adalah upaya untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan
pencemar yang terkandung didalamnya, sehingga limbah cair tersebut memenuhi
syarat baku mutu limbah cair industri tekstil untuk dapat dibuang ke badan sungai.
Upaya teknis-operasional dalam proses tekstil adalah untuk mengendalikan
sumber pencemaran, mengurangi penggunaan zat kimia pembantu yang dapat
mencemari lingkungan atau menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Sebaliknya, upaya teknis-operasional pascaproses tekstil lebih dikonsentrasikan pada

Sistem Lingkungan Industri


1-14

pengolahan limbah cair industri yang mengandung berbagai zat pencemar yang
digunakan dalam proses tekstil tersebut.
Kebutuhan industri tekstil akan air sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk
mengurangi kadar zat pencemar (polutan) pada air limbah industri tekstil menurut
Noerati Kamal, secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
· Mengurangi zat pencemar (polutan) yang dihasilkan. Upaya ini dapat dilakukan
dengan mengurangi volume air proses, berarti mengurangi volume air limbah,
penggunaan sisa zat-zat kimia dan penggunaan zat kimia yang memberikan kadar
pencemaran rendah;
· Mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Karena beragamnya
jenis dan ukuran polutan, pengolahan limbah car industri tekstil memerlukan tahapan
proses pengolahan, yaitu pengolahan primer berupa ekualisasi dan netralisasi dan
pengolahan sekunder untuk menghilangkan padatan dengan proses kimia atau biologi.
Konsep pengolahan limbah air industri tekstil yang ditujukan untuk menghilangkan
atau menurunkan bahan pencemar dalam air limbah secara kimia, biologi, dan fisika
digambarkan oleh Elina Hasyim, antara lain:
· Konsep pengolahan secara kimia, yaitu proses pengendapan partikel kecil yang
tercampur/tersuspensi, termasuk logam-logam berat yang terkandung dalam air
limbah, dengan cara penambahan bahan kimia koagulan dan flokulan yang akan
mengikat bahan pencemar tersuspensi sehingga mudah dipisahkan
(diendapkan/diapungkan);
· Konsep pengolahan secara biologi, yaitu proses untuk mengurangi bahan-bahan
organik yang berkembang di dalam limbah cair dengan menggunakan lumpur aktif
yang mengandung mikroorganisme didalamnya. Proses lumpur aktif berlangsung
dalam reaktor dengan pencampuran sempurna dilengkapi dengan umpan balik lumpur
dan cairannya;
· Konsep pengolahan secara fisika, yaitu dengan cara absorpsi bahan pencemar
dengan karbon aktif. Secara umum karbon aktif akan menyerap partikel-partikel yang
terlarut termasuk zat organik yang terlarut dalam air limbah.

Sistem Lingkungan Industri


1-15

c. Minimalisasi Limbah Cair Industri Tekstil


Upaya minimalisasi limbah ini dapat disebut sebagai langkah nyata untuk
mengurangi jumlah limbah cair industri tekstil. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
cara pengurangan limbah dan proses daur ulang.
1) Pengurangan Limbah
Upaya pengurangan limbah dapat direalisasikan dengan cara penghematan pemakaian
air, penghematan pemakaian zat kimia, modifikasi proses, dan menjaga kebersihan
pabrik
2) Daur Ulang
Pemanfaatan limbah cair proses penyempurnaan tekstil dapat dilakukan dengan cara
penggunaan kembali (reuse) air pencuci dan pengambilan kembali (recovery) dapat
dilakukan dengan heat recovery limbah cair sisa proses pencelupan dan pengambilan
kembali polivinil alkohol.

Penanggulangan
1. Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil
adalah program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
o Pengukur dan pengatur laju alir
o Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
o Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
o Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
o Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
o Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan
(make-up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk
membuat penangas pemasakan atau penggelantangan)
o Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
o Pembilasan dengan aliran berlawanan

Sistem Lingkungan Industri


1-16

2. Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa
pula :
o Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD
o Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang
kadarnya kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
o Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang
menghasilkan BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3. Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah proses
pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna dengan dasar
air untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan pewarna
yang mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia dan
pengendapan dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam
menghasilkan lumpur yang sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan
permukaan kain yang terbuka dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna
yang tidak berarti.
4. Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat warna,
maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan diolah
tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk
menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi
dan penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari
pengolahan kimia dapat dicampur dengan semua aliran limbah yang lain untuk
dilanjutkan ke pengolahan biologi.
Jika pabrik menggunakan pewarnaan secara terbatas dan menggunakan pewarna
tanpa krom atau logam lain, maka gabungan limbah sering diolah dengan pengolahan
biologi saja, sesudah penetralan dan ekualisasi. Cara-cara biologi yang telah terbukti
efektif ialah laguna aerob, parit oksidasi dan lumpur aktif. Sistem dengan laju alir
rendah dan penggunaan energi yang rendah lebih disukai karena biaya operasi dan
pemeliharaan lebih rendah. Kolom percik adalah cara yang murah akan tetapi efisiensi

Sistem Lingkungan Industri


1-17

untuk menghilangkan BOD dan COD sangat rendah, diperlukan lagi pengolahan kimia
atau pengolahan fisik untuk memperbaiki daya kerjanya.

Sistem Lingkungan Industri


1-18

DAFTAR PUSTAKA

https://astriani.wordpress.com/2009/01/22/definisi-pemanasan-global/
http://restuimaniahputri.blogspot.co.id/2013/02/mekanisme-pemanasan-global.html
https://sahabatnesia.com/pemanasan-global/
https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/akibat-pemanasan-global
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/03/14/amerika-dan-tiongkok-
penyumbang-pemanasan-global-terbesar
http://bisnis.liputan6.com/read/2930542/ekspor-industri-tekstil-capai-us-2-miliar
https://www.sekolahpendidikan.com/2017/02/pengertian-jenis-jenis-fungsi-dan-
unsur.html
http://dinazainuddin.blogspot.co.id/2012/12/dampak-penggunaan-zat-pewarna-
tekstil.html
http://rinideviantialit.blogspot.co.id/2016/06/upaya-preventif-atau-pencegahan.html

Sistem Lingkungan Industri

Anda mungkin juga menyukai