KESELAMATAN KERJA
PT ITI
D. Sektor Usaha
Perusahaan ini menjalankan lini bisnis ini dengan membuat Kabel Serat Optik,
Smart Energy Devices, dan Tabung Liquid Petroleum Gas (LPG) Composite. Perusahaan
juga merakit perangkat cerdas untuk lini produk Broadband dan Smart Energy, kartu
cerdas, dan genuine product.
1. Manufacture and Assembly
Kabel Serat Optic, Smart Energy Device, Tabung Liquid Petroleum Gas (LPG),
Composite, Broadband, Smart Energy. Smart Card, Genuine Product
2. Manage Service
Maintenance, Repair, Seat Management, Spare Part Management, dan Share
Service Operation
3. Digital Service
Business to Business Commerce SIPLah, Smart Hospital Management System,
Big Data Analytic, Internet of Things, Cyber Defense dan System, Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
4. System Integrator
Penyebaran Serat Optik, Pengembangan Penerangan Jalan Umum dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya serta Automatic Dependent Surveilance-Broadcast
(ADS-B)
E. Jam Kerja
Jam kerja pada perusahaan ini pukul 07.30 s.d 15.30 WIB.
F. Alamat Perusahaan
Gedung Kantor Pusat PT INTI (Persero), Lantai 4 Jl. Moch. Toha No. 77 Bandung, 40253
G. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.
H. Sertifikasi perusahaan
1) ISO 9001:2015 Sucofindo International Certification Services QSC 01480 16
Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
2) ISO 14001:2015 Sucofindo International Certification Services EMS 00270 16
Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
3) OHSAS 18001:2007 Sucofindo International Certification Services OSH 00452 16
Agustus 2017 - 15 Agustus 2020
4) CIQS 2000:2009 Telkom Professional Certification Center 4 September 2017 - 4
September 2020
5) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Bendera Emas 16 Mei 2016 - 15 Mei 2019
6) Penghargaan Kecelakaan Nihil Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia 1
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau
nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan
keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu
terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.
Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara
(2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan
dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu
keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek
dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau
lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan
latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja
konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya
keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya
dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(Purnama, 2010).
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapatberjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerjasecara
maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak,
1994).
Menurut Suma’mur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada
tahun 2001 Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti
pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail
mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi
hazardyang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang
berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
1) Karyawan
2) Orang lain yang berada di tempat kerja
3) Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1) Kerugian harta benda (Property Loss)
2) Kerugian masyarakat
3) Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Apa yang terjadi hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2) Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.
3) Alat dan tehnik metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah:
a. Inspeksi
b. Check list
c. Hazops (Hazard and Operability Studies)
d. What ife. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
f. Audits
g. Critical IncidentAnalysis
h. Fault Tree Analysis
i. Event TreeAnalysis
j. Dan lain-lain dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada tipe dan
ukuran risiko.
2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja yaitu untuk :
a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada;
d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil.
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
1) Eliminasi menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
2) Substitusi
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses menyapu diganti dengan vakum
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
d. Proses pengecatan spraydiganti dengan pencelupan
3) Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (machine guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
c. Pemasangan alat sensor otomatis
4) Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistim kerja
d. Pelatihan karyawan
5) Alat Pelindung Diri
BAB II
PELAKSANAAN
4 Mesin Pressing (Deep Digunakan untuk mengepress plat baja menjadi bentuk
Drawing) seperti mangkuk. Pembentukannya dengan cara
melakukan penekanan dengan sebuah penekan (punch)
ke dalam rongga cetakan (dies)
6 Mesin Footring Welding Digunakan untuk proses pengelasan pada bagian kaki
tabung
8 Mesin Neckring Welding Digunakan untuk proses pengelasan rumah valve pada
bagian upper
21 Finishing :
· Mesin Marking · Digunakan untuk pemberian label
· Numerator · Digunakan untuk proses pemberian nomor seri pada
tabung gas
Bahan-bahan baku yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang berlaku:
● Badan tabung sesuai dengan SNI 07-3013-2006 (material plat baja SG 295).
● Cincin leher sesuai dengan JIS G 4051 (baja karbon kelas S17C-S45C).
● Cincin kaki sesuai dengan SNI 07-0722-1989 (material plat baja SS 400).
● Pegangan tangan sesuai dengan SNI 07-0722-1989 (material plat baja SS 400).
Tidak didapatkan informasi cukup mengenai proses kerja di bagian pre, selama, dan post
produksi, terutama yang berkaitan dengan K3.
Short Blasting Tangan terjepit mesin, luka akibat Penggunaan APD (sarung
benda tajam, trauma mata, tangan, goggles, masker),
keracunan, varises, nyeri pemeriksaan mesin berkala
punggung bawah (Low Back Pain)
1. Sengatan listrik, upaya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan dan pengujian
berkala instalasi listrik.
3. Terkena percikan bunga api penggunaan APD, (misalnya: google/ face shield,
baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu khusus).
3.6 Prasarana Kerja lain
Pada PT ITI terdapat prasarana kerja lain seperti Pengangkat Tabung ( Forklift ).
Kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi tabung terjatuh mengenai pekerja atau alat
kerja, Forklift menabrak pekerja atau alat kerja.
Upaya pencegahan adalah menghitung kapasitas maksimal beban yang dapat diangkut
forklift, Melakukan pemeriksaan dan perawatan forklift berkala, membuat jalur khusus
forklift, operator forklift harus yang berlisensi, pemeriksaan kesehatan berkala operator
forklift
Forklift adalah kendaraan industri yang memiliki kemampuan untuk mengangkut barang
dan material di bagian depan. Forklift memiliki garpu yang dapat dinaikkan/diturunkan
dan dimasukkan di bawah kargo untuk mengangkat dan memindahkan barang.
Berdasarkan mekanisme yang memungkinkan forklift melakukan fungsi
pengangkatannya terdapat dua forklift yang paling umum : silinder hidrolik dan katrol
rantai rol.
3.7. Konstruksi Tempat Kerja
● Akses keluar-masuk ruangan terlihat terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 3
(tiga) pintu masing-masing di kedua sisi samping dan belakang dua
gedung utama. Tidak didapatkan informasi adanya fitur automatisasi
buka-tutup dan perlindungan terhadap potensi kebobolan di akses-akses
keluar-masuk ini. Terlihat pula adanya akses ke rooftop yang cukup luas.
● Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja tampak cukup.
Terdapat jendela kaca di hampir tiap ruang dan lantai, dengan lampu
penerangan yang cukup. Tempat-tempat umum yang sering dilalui orang
seperti lobi, lorong-lorong, dan tangga-tangga, telah dilengkapi dengan
penerangan yang cukup dan jendela kaca yang lebar, beberapa di
antaranya diperalati dengan filter antisurya.
● Terdapat sistem pendingin sentral dan lokal di gedung utama.
● Berdasarkan pengamatan melalui media-media sosial, secara umum
gedung memiliki tata ruang yang rapi, tidak ada barang barang yang
berantakan menghalangi akses jalan, mekipun terdapat beberapa keluhan
yang tertulis di halaman Google Map perusahaan mengenai
kebersihannya.
● Terdapat tempat parkir dan halaman cukup luas di bagian depan gedung
yang berguna sebagai titik kumpul jika terjadi suatu insiden.
● Tampak tanda-tanda peringatan di pintu gerbang utama dan tempat-tempat
tertentu.
● Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke
ruang terbuka, tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust
internal yang berguna untuk membuang komponen bahan berbentuk gas,
baik yang berbahaya maupun tidak.
● Terlihat kurangnya penerangan di tempat kerja bagian produksi.
● Tempat makan/kantin dan sanitasi di tempat kerja bagian produksi sulit
dinilai karena kurangnya informasi.
● Tidak terdapat informasi cukup mengenai rencana penanggulangan dan
rute keluar saat kebakaran.
● Tidak didapatkan informasi terhadap jaminan keselamatan peralatan,
bahan dan benda-benda dalam ruangan.
PEMECAHAN MASALAH
· Perusahaan
1. Alat pelindung Dari hasil Peraturan menteri menyediakan
diri (APD) pengamatan tenaga kerja dan Alat
didalam video, transmigrasi RI Perlindungan
ditemukan No. PER. Diri (APD)
beberapa pekerja 8/MEN/VII/2010 yang sesuai
yang hanya tentang Alat standar.
memakai APD Perlindungan Diri. · Perusahaan
yang kurang melakukan
lengkap dan tidak penyuluhan
sesuai dengan rutin tentang
standar dan juga penggunaan
terlihat ada APD yang
beberapa pekerja baik dan
yang tidak benar kepada
menggunakan pekerja.
APD. · Melakukan
pengukuran
tingkat
kebisingan
dan evaluasi
hasilnya
dengan
metode yang
sesuai.
· Perusahaan
2. Keselamatan kerja Dari hasil Peraturan membentuk
pengamatan video, perundang divisi
tidak ditemukan undangan UU No. dibidang P3K.
adanya kotak P3K 1 Tahun 1970 · Perusahaan
dimasing-masing (pasal 10 ayat 1,2) menyediakan
departemen. yang mewajibkan kotak P3K
perusahaan untuk dimasing-
membentuk P3K. masing
departemen
kerja, agar
dapat
digunakan
sebagai
pertolongan
pertama saat
terjadi
kecelakaan
kerja.
· Perusahaan
3. Sarana Dari hasil Permenakertrans menyediakan
pennggulangan pengamatan video, RI APAR
kebakaran dilokasi tidak No.4/MEN/1980 disetiap lokasi
terlihat adanya tentang syarat- terkhususnya
alat APAR. syarat pada lokasi
pemasangan dan yang rentan
pemeliharaan terjadinya
APAR. kebakaran.
· Perusahaan
melakukan
penyuluhan
petunjuk cara
penggunaan
APAR.
· Perusahaan
Dari hasil PERMENAKER menyediakan
pengamatan video, tahun 1999 sarana
terilihat dilokasi tentang unit evakuasi, alat
belum memiliki penanggulangan pendeteksi
alat pendeteksi kebakaran pasal 2 kebakaran,
kebakaran, alarm ayat 2 tentang serta alarm
dan sarana kewajiban kebakaran
evakuasi. mencegah, agar
menanggulangi memberikan
dan memadamkan kemudahan
kebakaran kepada
ditempat kerja pekerja jika
yaitu dengan terjadi situasi
menyediakan darurat.
sarana deteksi, · Perusahaan
alarm pemadam melakukan
penyuluhan
kebakaran dan rutin kepada
sarana evakuasi pekerja
per-04 MEN tentang
1980. kebakaran.
· Perlunya
4. Konstruksi tempat Dari hasil Undang-Undang dilakukan
kerja pengamatan video, Dasar No.1 tahun perbaikan
didapati luas lahan 1970. serta tata
yang kurang luas ulang ruangan
dibandingkan Undang-Undang
tempat kerja,
dengan kapasitas No.10 tentang jasa
bila perlu
kerja. Kurangnya konstruksi.
perusahaan
penerangan bekerja sama
didalam gedung, dengan divisi
dan penyusunan safety untuk
posisi mesin, memastikan
operator dan ruangan
tumpukan tabung dalam kondisi
gas kosong yang aman bagi
tidak beraturan pekerja.
serta jaraknya · Perusahaan
yang terlalu dekat. perlu
melakukan
penambahan
lampu
penerangan
untuk
memberikan
keamanan
dalam bekerja.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting untuk menjamin kesejahteraan para
pekerja dan keberhasilan perusahaan. Sedangkan kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian
yang tidak diinginkan dan tidak terduga yang dapat menyebabkan kerugian baik dalam bentuk
korban manusia maupun kerusakan harta benda di lingkungan kerja. Identifikasi bahaya juga
merupakan hal yang penting untuk mengontrol suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya.
Dokter yang bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan kerja, tenaga kesehatan kerja, dan
petugas P3K di lapangan memainkan peran penting sebagai personel keselamatan kerja.
Secara umum penatalaksanaan K3 di PT. INTI dari penilaian keselamatan kerja
belum berjalan cukup baik. SOP industri yang disiapkan oleh PT. INTI belum sesuai
dengan standar. Keselamatan dari segi kontruksi belum cukup memadai ditandai dengan
tata ruang dan penerangan yang kurang memadai. Belum terbentuknya manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang melibatkan semua elemen.
5.2 Saran
Oleh karena itu, diperlukan peran serta dari seluruh pihak di dalam pabrik, termasuk
manajemen dan karyawan, dalam meningkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja, serta memastikan kondisi kerja yang aman dengan menaati peraturan dan regulasi yang
berlaku. Perusahaan juga perlu melakukan perbaikan manajemen dan fasilitas, serta menerapkan
kebijakan yang berfokus pada keselamatan dan kesehatan kerja untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Selain itu, pelatihan karyawan sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan
keterampilan mereka dalam menghadapi situasi yang berpotensi membahayakan keselamatan
kerja. Pelatihan yang berkala dan efektif dapat membantu meminimalkan risiko kecelakaan kerja
dan meningkatkan kinerja keselamatan kerja secara keseluruhan.
Diperlukan peran serta seluruh pihak dari pabrik dalam meningkatkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja, serta menaati peraturan perundangan mengenai kondisi kerja
secara umum. Peran serta perusahaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja dapat
dilakukan dengan perbaikan manajemen dan fasilitas serta melakukan pelatihan dalam
meningkatkan keselamatan kerja.
BAB VI
PENUTUP
Dari pemaparan makalah diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindugan dan
keamanan dari resiko kecelakaan kerja serta bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan, oleh karena itulah sangat banyak berbagai perturan perundang
undangan yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja
meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,
tetapi masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar sehingga kecelakaan kerja
tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran semua pihak, terkait agar
resiko kecelakaan kerja dapat dihindari serta dapat tercapai peningkatan mutu kerja, mutu
kehidupan dan juga peningkatan produktivitas nasional.