DISUSUN OLEH:
BIMA SURYA SAMUDRA NRP. 5031211096
DOSEN PENGAMPU:
DR. IR. ARMAN HAKIM NASUTION, M.ENG.
A. Latar Belakang
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau lebih dikenal sebagai Sritex, merupakan salah
satu perusahaan besar yang bergerak di bidang tekstil dan pakaian jadi di
Indonesia. Memiliki visi sebagai salah satu pabrik tekstil dan pakaian jadi
terbaik di dunia, Sritex berkembang dengan berbagai strategi efektif dan kreatif
yang berperan sebagai penopang utama reputasi Sritex dikenal di seluruh
penjuru dunia.
Selain visi tersebut, Sritex pada tahun 2020 memiliki motivasi baru dalam
rangka untuk menjadi perusahaan tekstil yang masih bertahan bahkan
berkembang di tengah-tengah era pandemi Covid-19. Sehingga, sudah menjadi
suatu tantangan yang cukup berat bagi Sritex untuk memikirkan dan meramu
strategi yang efektif dalam meningkatkan penjualan mereka di era pandemic
Covid-19. Maka dari itu, Sritex dalam menghadapi permasalahan tersebut
membentuk beragam macam teori dan aplikasi yang harus dinyatakan, salah
satunya adalah teori atau ilmu ekonomi inovasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan di atas adalah untuk mengetahui seberapa jauh PT Sri
Rejeki Isman Tbk dalam implementasinya terhadap ekonomi inovasi dan teori
kompetitif pada masa pandemi Covid-19.
D. Manfaat Penulisan
E. Profil Perusahaan
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau dikenal sebagai Sritex, merupakan perusahaan
yang bergerak lebih dalam di dalam sector tekstil dan pakaian jadi. Memiliki
kantor pusat yang operasional di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sritex telah dibentuk
pada tahun 1966 oleh H.M. Lukminto yang menjadikan Sritex awalnya menjadi
perusahaan yang bergerak di sektor trading. Sebagai salah satu industry tekstil
dan pakaian jadi, Sritex menciptakan beberapa pakaian maupun seragam yang
dipercayai oleh beberapa instansi, seperti pembuatan seragam NATO, seragam
militer Jerman, dan berbagai produk lainnya yang sudah berkontribusi penuh
secara nasional maupun internasional hingga saat ini.
Secara garis lini masa, pabrik pertama weaving oleh Sritex telah dibentuk
pada tahun 1982. Kemudian, Sritex mengembangkan ranah capaiannya hingga
empat garis produksi, yakni spinning, weaving, finishing, dan garment pada
tahun 1992. Uniknya, hal yang perlu dicatat ialah Sritex berhasil menjadi
penyintas dari tragedi Asian Financial Crisis pada tahun 2001. Bahkan, Sritex
berhasil mengembangkan perusahaannya dalam waktu krisis tersebut hingga
delapan kali lipatnya dibandingkan pada lini masa tahun 1992 (PT Sri Rejeki
Isman Tbk, n.d.).
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
Dalam buku yang bertajuk The Discipline of Market Leaders, penulis buku
tersebut memiliki pendapat mengenai strategi menjadi pemimpin pasar. Strategi
tersebut meliputi bagaimana caranya untuk mneyadarkan seluruh perusahaan
bahwasannya mereka tidak bisa menjadi segalanya sebagai seluruh konsumen
maupun stakeholder yang berkaitan. Maka dari itu, hal yang harus dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan menemukan satu keunggulan yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, namun tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya. Sehingga,
secara tidak langsung, perusahaan berkaitan telah menciptakan suatu keunikan
yang tidak dapat ditiru secara cuma-cuma oleh perusahaan lainnya.
Maka dari itu, di dalam teori kompetitif terdapat tiga aspek yang berperan
sebagai pilar penting dalam kompeitis di pasar, yakni keintiman konsumen atau
consumer intimacy yang melambangkan perusahaan yang selalu perhatian
dengan permintaan konsumen, keunggulan operasional atau operational
excellence yang melambangkan perusahaan yang menawarkan produk atau
servis yang handal kepada konsumen dengan menawarkan harga yang
kompetitif dan kenyamanan yang maksimal, dan kepemimpinan produk atau
product leadership sebagai lambang suatu perusahaan yang dapat menawarkan
produknya di pasar dengan klaim mereka memiliki branding yang kuat.
Tak hanya sebelum pandemi, Sritex tetap bertahan dan beradaptasi pada era
disrupsi yang dialami ketika pandemi Covid-19 di Indonesia pada tahun 2020.
Untuk mempertahankan eksistensi Sritex di era pandemi, mereka mengusung
beberapa inovasi maupun peningkatan kualitas produk, seperti penyediaan alat
pelindung diri (APD) untuk para tenaga medis yang menangani pasien Covid-
19, peningkatan bahan produk pakaian untuk mencegah terjadinya penempelan
virus Covid-19 di pakaian, dan berbagai strategi-strategi lainnya. Sehingga, hal
ini menunjukkan bahwa Sritex berhasil dan menaklukan tantangan dalam masa
disrupsi, secara tidak langsung menunjukkan kesiapan Sritex dalam segala
situasi yang akan datang kedepannya (Nurcaya, 2020). Namun, tak dapat
dipungkiri, bahwa Sritex mengalami dampak negatif yang cukup banyak dari
pandemi, yakni pemangkasan sekitar 1.577 karyawan pada tahun 2020 guna
memperpanjang kelangsungan hidup Sritex (Fernando, 2021).
Tak hanya ekonomi inovasi, secara tidak langsung hal yang perlu digaris
bawahi adalah Sritex memiliki strategi lain, yakni teori kompetitif. Dalam teori
tersebut, Sritex berhasil mengimplementasikan bentuk customer intimacy
kepada jalannya perusahaan. Sebagai bukti, Sritex telah memenuhi demand para
tenaga medis ketika pandemi Covid-19, yakni APD yang harus diproduksi
secara massal. Maka dari itu, implementasi di atas telah menunjukkan prinsip
market dari Sritex, yakni customer intimacy.
BAB V – PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Disarankan untuk PT Sri Rejeki Isman Tbk untuk melakukan Analisa lebih
dalam lagi mengenai strategi-strategi lainnya dalam menanggapi setiap
rintangan yang akan dihadapi oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk. Tak hanya itu,
Sritex memerlukan untuk mencari solusi lagi sebagai cadangan maupun
meningkatkannya untuk menjamin output yang akan dihasilkan melalui strategi
tersebut.
BAB VI – DAFTAR PUSTAKA