Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PANDEMI TERHADAP PERUBAHAN MODEL BISNIS DAN INOVASI DI

INDUSTRI KREATIF

NORHAPIZAH (12111320145)

fizanurhafizah9@gmail.com

Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

UIN Suska Riau

Abstrak

Pandemi global telah menciptakan pergeseran mendalam dalam berbagai industri,


termasuk industri kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan
oleh pandemi terhadap perubahan model bisnis dan inovasi di industri kreatif. Melalui pendekatan
analisis deskriptif, kami meneliti perubahan signifikan dalam strategi bisnis yang diadopsi oleh
perusahaan kreatif selama periode pandemi. Temuan utama meliputi adaptasi model bisnis
konvensional menjadi format digital, inovasi dalam cara produk dan layanan disajikan, serta
strategi baru dalam menjangkau pasar dan mempertahankan relevansi di tengah ketidakpastian.
Penelitian ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh pelaku industri kreatif serta peluang
yang muncul sebagai hasil dari transformasi tersebut.

Kata kunci : Pandemi, Industri Kreatif, Model Bisnis, Inovasi, Adaptasi, Strategi Digital,
Perubahan Pasar, Tantangan, Peluang.

Pendahuluan

Kecepatan sebaran, dan cakupan luas serta masifnya jumlah korban dari Covid 19 pada
puncak pandemi telah memberikan efek kejutan secara glogal, diantaranya pada isu ketahanan
kesehatan, ketahanan pangan, perubahan gaya hidup dalam interaksi sosial, dan kontraksi
perekonomian global. Release awal informasi pandemi yang ditindaklanjuti dengan kebijakan
locdown kota Wuhan, RRC dan pembatasan mobilitas di kota lainnya di RRC secara drastis
berdampak pada aktivitas industry manufaktur dan perdagangan yang merupakan salah satu negara
berpengaruh pada rantai pasokan (supply chain) global, yang berlanjut dengan terjadinya
pembatasan mobiltas orang dan barang lintas negara secara global.
Pandemi Covid 19 diumumlan di Indonesia 2 Maret 2020, telah ditindaklanjuti dengan
beberapai bentuk kebijakan bidang kesehatan berupa pembatasan pergerakan atau mobilitas
masyarakat di Indonesia yang berdampak luas pada sektor sosial dan ekonomi. Di awal
pemberlakuan pembatasan mobilitas, bahkan terjadi kepanikan pada sebagaian masyarakat dengan
melakukan aksi memborong bahan pangan untuk persediaan, memborong produk masker,
penjualan masker dengan harga tinggi. Isu ketahanan kesehatan secara nasional, komunal dan
individu telah merubah interaksi social dan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut semakin terbentuk
dengan adanya kebijakan seperti 3 M, New normal, PSBB, dan PPKM.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah “Studi Literatur.”

Studi Literatur : Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan studi literatur
secara menyeluruh untuk mengumpulkan pemahaman yang mendalam tentang dampak
pandemiterhadap perubahan model bisnis dan inovasi di industri kreatif. Penelitian literatur akan
mencakup sumber-sumber seperti artikel jurnal, buku, laporan industri, dan publikasi terkait.

Pembahasan

Pandemi memaksa perusahaan di industri kreatif untuk mengevaluasi dan memodifikasi


model bisnis mereka. Peralihan dari model bisnis konvensional ke platform digital menjadi
keharusan mendesak. Pelaku industri kreatif yang berhasil adalah mereka yang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dengan cepat. Misalnya, teater yang mengalihkan
pertunjukan langsung ke platform digital atau galeri seni yang membuka ruang pameran virtual.

Inovasi menjadi kunci dalam menjawab tantangan yang muncul. Banyak perusahaan
kreatif memulai langkah-langkah inovatif untuk mempertahankan minat dan keterlibatan audiens.
Contohnya, penggunaan teknologi baru dalam presentasi seni, pengalaman virtual yang interaktif,
atau kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan produk atau karya yang lebih unik.

Pandemi juga mengubah perilaku konsumen secara signifikan. Keterbatasan sosial,


penutupan toko fisik, dan peningkatan penggunaan platform digital telah mendorong perusahaan
kreatif untuk menyesuaikan cara mereka menjangkau dan berinteraksi dengan audiens mereka.
Strategi pemasaran yang berfokus pada penggunaan media sosial, konten digital yang relevan, dan
pengalaman konsumen yang lebih personal menjadi kunci.

Meskipun ada penyesuaian yang cepat, industri kreatif juga dihadapkan pada sejumlah
tantangan. Di antaranya adalah ketidakpastian jangka panjang, keuangan yang tidak stabil, dan
kesulitan dalam memprediksi tren masa depan. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat
peluang untuk berkembang dengan berinovasi dan mengeksplorasi pasar yang baru.

Tujuan mendirikan perusahaan adalah untuk meningkatkan penjualan, mendapatkan


laba, dan berkembang untuk berusaha menaikkan kinerjanya. Laba perusahaan bergantung
pada besarnya penjualan, dan besarnya penjualan bergantung pada faktor-faktor kunci dalam
menjalankan strategi atau model bisnisnya (Primandari, 2012).

Salah satu model bisnis yang berhasil mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi
sederhana dan mudah dipahami adalah business model canvas (BMC). Christensen (2001)
mendifinisikan model bisnis sebagai sumber segala keunggulan kompetitif yang dimiliki
oleh sebuah organisasi yang membedakannya dengan produk atau jasa perushaan lain.

Dinamika dari kebijakan yang menyertainya seperti kebijakan pembatasan mobilitas,


social distance, upaya antisipasi penularan, penanganan korban, penyembuhan dan program
vaksinasi telah berdampak pada kondisi ekonomi makro, lingkungan industry dan entitas korporasi
serta daya beli masyarakat Secara makro, pandemi Covid-19 berdampak pada menurun atau
terjadinya reduksi atau kontraksi pertumbuhan ekonomi, deficit fiscal, tambahan hutang negara,
penurunan konsumnsi dan penurunan investasi. Pemerintah berupaya meminimalisasi dampak
negative melalui kebijakan fiskal berupa perubahan fokus kegiatan disertai perubahan anggaran,
pembebasan pajak dan bea cukai terkait produk tertentu dalam penanganan Covid 19. Pada skala
mikro, dapat diketahui beragam entitas korporasi mulai dari yang besar, maupun pada skala
UMKM pada beragam industry juga mengalami dampak negative dari pandemi Covid 19,
walaupun terdapat juga entitas korporasi pada beberapa industry yang sebaliknya terjadi
penambahan dan pertumbuhan.

Dampak pandemi Covid 19, telah berimbas pula pada kegiatan perekonomian nasional,
khususnya UMKM di Indonesia. Tidak sedikit UMKM yang terus mencoba bertahan dan terus
berupaya bertahan bila perlu berkembang di masa sulit yang dialami. Selain banyak UMKM yang
mengalami kerugian bahkan tutup, di sisi lain juga ditemukan tidak sedikit entitas bisnis yang
mampu bertahan di masa pandemi. Penelitian oleh Alfrian dan Pitaloka (2020) menjelaskan
terdapat empat strategi bertahan untuk UMKM di masa pandemi Covid 19 yaitu, 1) melakukan
pemasaran dengan digital marketing, 2) memperkuat SDM, 3) melakuan inovasi kreatif dan 4)
peningkatan pelayanan kepada konsumen.

Akibat adanya Pandemi banyak sektor bisnis terkena dampak yang sangat serius, antara
lain sektor pariwisata, perdangangan dan investasi. Dampak Covid-19 terhadap UMKM tidak
terlepas dari pembatasan mobilitas yang berdampak pada penghasilan dan daya beli masyarakat
yang menyebabkan penurunan permintaan konsumen sekaligus berakibat pada penyesuaian
penurunan produksi pada sektor produsen dan pelaku usaha. Beberapa upaya pelaku usaha untuk
bertahan dan tetap beroperasi dengan pemanfaatan teknologi informasi, adaptasi e-commerce,
pelayanan kepada konsumen dan meperhatikan kualitas produk. Dukungan penyesuaian interaksi
melalui perdagangan elektronik atau e-commerce, termasuk pemasaran secara digital marketing,
disertai peningkatan dan menjaga hubungan dengan para konsumen. Agar Usaha Mikro Kecil dan
Menengah bisa meningkatkan pendapatan serta bertahan di tengah pandemi, maka di pelaku usaha
perlu memiliki inovasi guna mempromosikan usahanya, agar mampu bertahan dan memperoleh
pendapatan pada kondisi new normal dengan memperhatikan dan mengembangkan pola hubungan
yang baik dengan pelanggan dan pasar potensial (Ihza, 2020). Hal tersebut sejalan dengan
penelitian mengenai esensi CRM atau customer relationship management (Farida et al., 2017),
customer relationship marketing berkontribusi positif dan signifikan dalam meningkatkan kinerja
pemasaran UMKM melalui peningkatan kualitas hubungan antara UMKM dengan konsumen, dan
juga pemasok serta pihak lain yang terkait. Selain itu pelaku usaha yang berani mengambil resiko,
sudah memiliki pengalaman dalam bisnis dan fleksibel terhadap bisnis, dapat meningkatkan
jejaring dan menumbuhkan kepercayaan dari konsumen, sehingga konsumen akan bertahan. Pada
penelitian Hardilawati, (2019) juga menjelaskan bahwa CRM berkontribusi positif namun tidak
signifikan terhadap peningkatan kinerja UMKM, diantaranya disebabkan ada dikarenakan
keterbatasan dan belum maksimalnya penerapan CRM oleh pelaku usaha UMKM.

Produk UMKM terdiri atas ribuan jenis produk tersebut menghadapi persaingan.
Persaingan usaha yang ketat tersebut mempunyai peluang terhadap tindakaan kriminal. Tindak
kriminal ini dapat berupa penipuan hingga pencurian hak kekayaan intelektual. Beberapa kasus
pencurian ide, produk, merek, sistem kerja dan lain-lain dalam persaingan bisnis telah
diidentifikasi. Hal ini menimbulkan ekses yang tidak baik bagi iklim usaha. Selian itu, perasaan
tidak adil muncul ketika orang lain mengembangkan ide yang dibangun dengan hati-hati tanpa
izin. Hal tersebut akan menjadi sebuah momen yang berbahaya bagi industri kreatif. Terlebih jika
tindakan kriminal tersebut terait dengan pencurian ide, produk, merek, dan sistem kerja karena
tidak diberi perlindungan hukum. Persaingan akan menjadi sangat liberal dan merugikan dunia
usaha khususnya UMKM.

Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut
(Kemendag, 2007: 10). Menurut Harsono (2011: 7) ekonomi adalah sistem yang berhubungan
kegiatan manusia dalam memproduksi, mendistribusikan, pertukaran atau perdagangan, dan
mengkonsumsi benda dan jasa yang diciptakannya. Kreatif berhubungan dengan kegiatan manusia
yang dilandasi oleh sikap mental yang selalu ingin menghasilkan ide-ide baru yang didasari oleh
sebuah konsep keindahan.

Dalam upaya meningkatkan industri kreatif di Indonesia maka Pemerintah RI telah


meluncurkan cetak biru “Ekonomi Kreatif Indonesia”, yakni konsep ekonomi baru yang
berorientasi pada kreativitas, budaya, warisan budaya, dan lingkungan. Landasan utama dari
industri kreatif adalah sumber daya manusia Indonesia yang akan dikembangkan, sehingga
mempunyai peran sentral dibanding faktor-faktor produksi lainnya. Kementerian Perdagangan
juga membuat arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih
menitikberatkan pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural
industry); (2) lapangan usaha kreatif (creative industry); (3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hak
cipta (copyright industry).

Pengembangan ekonomi ke arah industri kreatif merupakan salah satu wujud optimisme
aspirasi untuk mendukung Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) dalam mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi negara yang maju. Di
dalamnya terdapat pemikiranpemikiran, cita-cita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat
dengan kualitas hidup yang tinggi, sejahtera dan kreatif. Ekonomi kreatif yang mencakup industri
kreatif, di berbagai negara di dunia saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi bagi
perekonomian bangsanya secara signifikan. Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai
subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena Bangsa Indonesia
memiliki sumberdaya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya.

Di sejumlah negara, industri kreatif mampu mendongkrak perekonomian dan menciptakan


lapangan kerja, selain itu juga memunculkan banyak peluang bisnis baru. Di beberapa negara maju
seperti Inggris, sumbangan industri kreatif terhadap PDB mencapai 7,9 persen, melampaui
pendapatan dari sektor industri manufaktur yang hanya 5 persen. Pertumbuhannya rata-rata 9
persen per tahun, jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara maju yang berkisar 2-3 persen.
Sementara di Australia, industri kreatifnya menyumbang sekitar 3,3 persen terhadap PDB dengan
rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 5,7 persen (Simatupang, 2008: 26).

Kesimpulan

Pandemi COVID-19 telah memaksa industri kreatif untuk melakukan transformasi


mendalam dalam model bisnis dan pendekatan inovatif. Sementara tantangan yang dihadapi tidak
bisa diabaikan, ada juga peluang besar bagi perusahaan kreatif untuk tumbuh dan berkembang
dengan memanfaatkan teknologi dan perubahan perilaku konsumen yang baru. Mempertahankan
fleksibilitas dan kreativitas akan menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang dalam realitas
pasca-pandemi ini.

Pandemi COVID-19 telah menjadi pendorong kuat perubahan dalam industri kreatif,
memaksa perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat. Transisi dari model bisnis konvensional ke
platform digital menjadi krusial, mendorong penggunaan inovasi untuk mempertahankan minat
audiens dan menyesuaikan cara perusahaan berinteraksi dengan konsumen. Meskipun menghadapi
tantangan seperti ketidakpastian jangka panjang dan keuangan yang tidak stabil, industri kreatif
juga menemukan peluang baru dalam inovasi dan eksplorasi pasar yang belum terjamah.
Perubahan perilaku konsumen dan adaptasi kebijakan pemerintah telah membentuk lanskap bisnis
yang baru, mendorong perusahaan kreatif, terutama UMKM, untuk memanfaatkan strategi digital
marketing, peningkatan layanan, dan inovasi kreatif guna bertahan di tengah ketidakpastian.

Di Indonesia, upaya pemerintah untuk mendorong ekonomi kreatif melalui "Ekonomi


Kreatif Indonesia" telah menunjukkan kesadaran terhadap potensi industri kreatif dalam
pertumbuhan ekonomi. Industri ini tidak hanya memberikan sumbangan signifikan terhadap PDB,
tetapi juga menciptakan lapangan kerja serta memberikan dorongan bagi bisnis baru. Dengan
berfokus pada pengembangan lapangan usaha kreatif dan budaya, serta perlindungan hak kekayaan
intelektual, Indonesia bertujuan untuk memperkuat industri kreatif sebagai salah satu pilar
ekonomi yang mempromosikan kreativitas, warisan budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif. Dalam skenario global, industri kreatif telah terbukti menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi yang dinamis, menyumbang signifikan terhadap PDB di berbagai negara dan
memunculkan potensi bisnis yang tak terbatas.

Daftar Pustaka

Kamil, Ahmad. (2015). Industri Kreatif Indonesia: Pendekatan Analisis Kinerja Industri. Media
Trend Vol. 10 No.2, hal. 165-182

surya Nurhakim, A., Suparno, O., & Nurrochmat, D. R. (2018). Pengembangan model bisnis dan
strategi pelayanan kesehatan XYZ. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM), 4(2),
251-251.

Wibawa, B. M., & Baihaqi, I. (2014). Desain Inovasi Model Bisnis Untuk Pengembangan Bisnis
Vaksin HydroVac. Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII.

Taufik, T., Andriyani, M., Kurniawan, I., & Indiarti, M. (2021). Adaptasi dan Inovasi Bisnis dalam
Menghadapi Dampak Pandemi Covid 19. Prosiding Manajerial dan Kewirausahaan, 5, 1-
12.

Santoso, R. (2022). Disrupsi Pandemi dan Strategi Pemulihan Industri Kreatif. JMK (Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan), 7(1), 48-58.

Anda mungkin juga menyukai