Anda di halaman 1dari 3

EKSISTENSI ETIKA BISNIS DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etik Bisnis

Dosen pengampu:

Dr. Pudjo Suharso, M.Si.

Mukhamad Zulianto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh

Nurul Ainiyatus Sholeha

180210301073

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
Pandemi Covid-19 menyebabkan segala kegiatan produksi menjadi terhenti
akibat adanya pembatasan mobilitas manusia. Dengan adanya hal ini menyebabkan
terjadinya Supply Shock dan Demand Shock secara bersama-sama. Pandemi Covid-19
ini mengakibatkan terganggunya segala kegiatan ekonomi bisnis dari ekstern
terutamanya sektor produksi sehingga mata rantai sektor tersebut menjadi terganggu
dan terjadi stagnasi. Pandemi Covid-19 berpotensi mengubah tatanan ekonomi yang
ada di dunia dan ditandai dengan berubahnya peta perdagangan dunia, selain
mengakibatkan terhentinya berbagai bidang usaha. Kinerja perdagangan global
melemah bahkan dipastikan terganggu akibat melambatnya perbaikan manufaktur
ditahun ini.
Bencana pandemi Covid-19 dirasakan berpengaruh sangat luas dan masif
terhadap kondisi perekonomian, bahkan boleh dikatakan nyaris telah mengubah
seluruh tatanan ekonomi dan bisnis di berbagai sektor. Kondisi ini telah mendorong
para ahli untuk memetakan secara komprehensif mengenai model kegiatan bisnis
seperti apa yang dipandang harus diaplikasikan dan pola pemasaran seperti apa pula
yang dipandang paling tepat digunakan agar mampu bertahan dari terpaan krisis
tersebut. Pilihan ini merupakan konsekuensi logis dari merebaknya bencana pandemi
Covid-19 yang turut mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam membeli
berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Pramudita, 2020).
Pandemi Covid-19 tampaknya juga telah merubah perilaku masyarakat dalam
melakukan aktivitas ekonomi dan bisnis. Kalangan pelaku usaha, terutama sektor
usaha yang berbasis industri massal, mulai merumahkan dan memberhentikan
karyawannya atau PHK. Banyak sekali masyarakat yang tiba-tiba harus kehilangan
pekerjaan, pengusaha menjadi bangkrut dan harus menutup kegiatan usahanya karena
sudah tidak kuat lagi bertahan (Ramadhan, 2020). Sebagian pelaku usaha di sektor
distribusi masih ada yang mencoba untuk terus bertahan dengan merubah sistem
pemasaran produk-produknya dari sistem pemasaran langsung ke pemasaran online,
di mana perilaku konsumen menjadi lebih konservatif dan berhati-hati dalam
membeli berbagai produk untuk tujuan bertahan hidup (Nabila, 2020).
Lantas bagaimana perkembangan etika bisnis ditengah saat ini? Pelanggaran
etika bisnis bisa terjadi dimana saja termasuk di Indonesia. Guna mendapatkan
keuntungan yang jauh lebih besar banyak sekali perusahaan yang menghalalkan
segala cara, salah satunya praktek curang yang bisa merugikan masyarakat. Perilaku
etis dalam berbisnis merupakan suatu hal yang penting demi keberlangsungan bisnis
tersebut. Suatu bisnis dikatakan baik ialah bukan hanya bisnis itu menguntungkan
tetapi bisnis itu juga memiliki moral.
Sebagai contohnya ialah saat membeli buah-buahan. Ketika pembeli sudah
memilih buah yang ia inginkan, dan ketika membungkusnya penjual buah tersebut
menukar buah yang telah dipilih oleh pembeli tersebut dengan kualitas buah yang
buruk tanpa sepengetahuan dari pembeli. Atau bisa contoh lain seperti pengoplosan
bahan baku dalam pembuatan makanan ringan atau makanan kecil. Bahkan bisa jadi
jika menambahkan zat-zat yang berbahaya kedalam bahan baku tersebut, dan masih
banyak lagi contoh-contoh pelanggaran etika bisnis yang sering ditemui. Maraknya
tindakan penyimpangan yang dilakukan pembisnis, baik disektor kecil mauoun besar
guna mendapatkan keuntungan jauh lebih tinggi atau berlipat ganda tanpa
memikirkan efek negatif yang terjadi. Pada akhirnya sangat merugikan bagi
konsumen, dan bahkan sebenarnya merugikan perusahaan itu sendiri.
Ditengah pandemi seperti ini pasti banyak perusahaan yang juga merasakan
dampaknya. Dan pemilik perusahaan juga harus bisa mengambil keputusan yang
terbaik untuk perusahaan dan karyawan-karyawannya. Bahkan banyak perusahaan
yang melakukan PHK terhadap sebagian atau bisa juga seluruh karyawannya karena
sudah gulung tikar. Tindakan ini bisa menjadi pelanggaran etika bisnis terhadap
hukum apabila perusahan tersebut tidak memberikan pesangon terhadap karyawan-
karyawan yang terkena PHK. Sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003
tentang ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai