KONTRA
Nah, permasalahannya, sektor manufaktur yang padat karya kini
dilanda masalah karena kebijakan yang dilahirkan pemerintah itu
sendiri. Yakni, terkait kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Kemudian, regulasi tenaga kerja di Indonesia yang masih kompleks.
masalah yang dihadapi dalam program kerja padat karya adalah faktor upah yang
ideal bagi seorang pekerja. Dalam mendorong pembangunan pemerintah harus lebih
mementingkan proyek-proyek padat karya agar kegiatan tersebut dapat mendorong
kepentingan golongan ekonomi rendah. Program penciptaan kerja padat karya
cendrung menguntungkan pekerja pria ketimbang perempuan.
Industri padat karya cenderung berorientasi ke komoditi (pertanian, perkebunan,
sepatu, tekstil, rokok, dll). Industri semacam ini sangat rawan terhadap perubahan
harga. Jika harga buruh di Indonesia lebih mahal daripada Vietnam, industri padat
karya Indonesia akan terpukul berat, kecuali ada yang bersedia jadi buruh dengan
upah semurah-murahnya atau gratisan.
INDONESIA RESESI, BISA BERSAMBUNG KE KRISIS EKONOMI
Dalam ekonomi makro resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk
domestik bruto menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama
dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Krisis ekonomi adalah keadaan saat perekonomian negara mengalami
penurunan drastis.
Indonesia telah resmi masuk jurang resesi. Kepastian ini didapatkan pasca Badan
Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020
terkontraksi 3,49 persen. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi nasional juga minus 5,32
persen.Kepastian resesi ini memunculkan kekhawatiran jika Indonesia juga akan
terkena krisis dan depresi ekonomi.
Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan resesi memang
menjadi awal sebelum terjadinya krisis ekonomi.
Resesi pada tahun 1998 yang berujung pada krisis memang terjadi karena
fundamental ekonomi nasional yang bobrok."Ekonomi bobrok, rapuh, moneter tidak
terjaga," jelasnya.
Diketahui, catatan mutakhir BI atas Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Agustus
2020 naik 5,7% year-on-year (yoy) menjadi US$413,4 miliar. Jumlah tersebut setara
Rp6.104 triliun dengan asumsi kurs Rp14.766 per dolar Amerika Serikat (AS).
Rinciannya, terdiri dari ULN sektor publik, yakni pemerintah dan BI sebesar US$203
miliar setara Rp2.997 triliun. Sedangkan, ULN sektor swasta, termasuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebesar US$210,4 miliar setara Rp3.106 triliun.
Adapun untuk ULN pemerintah sendiri, pada Agustus 2020 tumbuh 3,4% yoy
menjadi US$200,1 miliar setara Rp2.954 triliun. Angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan Juli 2020 sebesar 2,3% yoy.
Tak jauh berbeda, ULN swasta pada Agustus 2020 juga mengalami peningkatan
sebesar 7,9% yoy dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 6,2% yoy. Secara
keseluruhan, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir
Agustus 2020 sebesar 38,5%.
Sama dengan krisis-krisis sebelumnya, kini pandemi COVID-19 turut menghantam
sektor ketenagarkerjaan. Akibatnya, jumlah pengangguran akibat pandemi bertambah
2,56 juta orang hingga Agustus 2020.
Secara kumulatif ada 29,12 juta orang (14,28%) penduduk usia kerja yang terdampak
COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-19 (2,56 juta orang), bukan
angkatan kerja (BAK) karena COVID-19 (0,76 juta orang).
Sementara tidak bekerja karena COVID-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja
yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 (24,03 juta orang).
Adapun, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik
2,36 juta orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan
kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24% poin.
Sehingga, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07%,
meningkat 1,84% poin dibandingkan dengan Agustus 2019. Penduduk yang bekerja
sebanyak 128,45 juta orang, turun sebanyak 0,31 juta orang dari Agustus 2019.
Tercatat, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase terbesar adalah
sektor pertanian (2,23 %). Sementara, sektor yang mengalami penurunan terbesar
yaitu sektor industri pengolahan (1,30%).
KONTRA
Namun hal tersebut belum bisa dipastikan bahwa ekonomi nasional bakal krisis
karena sudah resesi."Jadi resesi itu memang mendahului krisis tapi tidak selamanya
resesi itu berujung krisis,
Dia mengatakan, resesi yang terjadi di Indonesia pada kuartal III-2020 pun
menandakan pembalikan ekonomi kepada tren yang baik meskipun realisasinya masih
negatif. Titik balik tersebut, dikatakan Fithra terlihat dari perbandingan kuartal III ke
kuartal II yang tumbuh 5,05%."Jadi saya sepakat dengan Bu Sri Mulyani kalau the
worst is over," ungkap dia.Sementara Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus
Prastowo mengatakan perekonomian nasional di kuartal III-2020 diharapkan menjadi
titik balik menuju perbaikan sebelum masuk tahun depan."Indikator penting alami
pertumbuhan, dan kalau menarik dibanding kuartal III-2019 tumbuh positif, ini kabar
baik. birokrasi juga bisa bekerja efektif dan efisien. Dengan akselerasi yang baik di
kuartal IV ini akan menjadi pra kondisi di 2021," kata Prastowo.
Ekonom Senior sekaligus Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE)
Indonesia Piter Abdullah Redjalam menilai, Indonesia masih jauh dari kata krisis
terlebih depresi ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi negatif ini baru terjadi
selama dua kuartal beruntun."Ya belum lah (krisis dan depresi ekonomi), orang resesi
saja baru. Depresi kalau resesi Itu berlangsung lama dan dalam," Merujuk pada
catatan yang dikeluarkan BPS, sejumlah indikator menunjukan bahwa perekonomian
Indonesia berangsur membaik meski angka pertumbuhannya tetap minus. Oleh
karenanya, Piter meminta masyarakat tidak perlu terlalu cemas dengan label krisis
atau depresi ini."Masyarakat tidak perlu ditakuti dengan depresi. Pandeminya juga
belum satu tahun, bagaimana disebut krisis ekonomi apalagi depresi?" ujar dia.Piter
menjabarkan, sebuah negara dapat dikatakan telah masuk ke era depresi jika
pertumbuhan ekonominya jatuh terlalu dalam dan panjang. Hal itu disebutnya pernah
dialami Amerika Serikat (AS) saat krisis malaise (great depression), tepatnya pada
kurun waktu 1920 akhir hingga 1930 akhir.
Depresi Itu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi terkontraksi sangat dalam dan
jangka panjang. Lebih dari 1,5 tahun. Dunia pernah mengalami great depression.
Depresi di Amerika mulai tahun 1929 berakhir tahun 1939
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, capaian
pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 sudah cukup baik dibandingkan posisi kuartal
sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan
arah dari aktivitas ekonomi nasional saat ini sedang menuju ke arah positif.
"Hal ini lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang minus 5,32 persen.
Seluruh komponen ekonomi baik dari sisi pengeluaran mengalami peningkatan
maupun dari sisi produksi," kata dia dalam konferensi pers, secara virtual di Jakarta,
Kamis (5/11/2020).
Bendahara Negara itu menambahkan, perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh
peran stimulus fiskal atau peran dari isntrumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Utamanya dalam penanganan covid-19 serta program pemulihan ekonomi
nasional (PEN)Dia menyebut, pada kuartal III-2020 penyerapan belanja negara
mengalami akselerasi peningkatan.
Tercatat sampai dengan akhir September kuartal III-2020 tumbuh 15,5 persen.
Terutama di topang reealisasi bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha, dan
usaha kecil mikro."Rilis BPS juga mengonfirmasi percepatan realisasai belanjan
negara meningkat pesat pada kuartal III telah membantu pembalikan dari
pertumbuhan konsusmi pemerintah yang postif sebesar 9,8 persen yoy," tandas dia.
Ada beberapa penyebab krisis moneter pada suatu negara, di antaranya:
Kesenjangan produktifitas akibat lemahnya alokasi aset ataupun faktor produksi.
Tidak seimbangnya struktur di dalam sektor produksi.
Stok utang luar negeri swasta yang besar dan berjangka pendek, sehingga kondisi
tidak stabil. Hal ini terjadi karena para menteri di bidang ekonomi maupun perbankan
merasa terlalu percaya diri dengan syarat utang swasta.
Adanya kelemahan sistem perbankan di suatu negara. Dengan kelemahan tersebut,
masalah utang swasta eksternal beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Ketergantungan pada utang luar negeri yang berhubungan dengan perilaku pelaku
bisnis cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing.
Tidak jelasnya perubahan politik maka akan menjadi persoalan ekonomi.
Perkembangan situasi politik yang makin menghangat akibat krisis ekonomi, akan
berdampak besar pda perekonomian itu sendiri.
INDONESIA RESESI, TIDAK TERLALU MEMPENGARUHI NILAI TUKAR
RUPIAH PER DOLAR AS
Dalam ekonomi makro resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk
domestik bruto menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama
dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Pengumuman Indonesia resesi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
nampaknya tidak terlalu mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS). Bahkan, rupiah sukses menembus level 14.300 per dolar AS
pasca kepastian resesi tersebut."Setelah rilis PDB kuartal ketiga, rupiah menguat ke
14.395 per dolar AS," ungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi
kepada wartawan, Kamis (5/11/2020).
Menurut Ibrahim, nilai tukar rupiah turut diperkuat berkat sinyal kemenangan Joe
Biden atas Donald Trump dalam proses pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah bahkan diprediksi bisa turun hingga di bawah level Rp 14.400 per
dollar AS jika Joe Biden benar-benar terpilih menggantikan Trump.
Rupiah juga semakin diperkuat oleh pengadaan vaksin Covid-19 yang dijanjikan akan
muncul pada Desember 2020
investor telah mewanti-wanti adanya resesi sejak lama. Sehingga ketika Indonesia tak
terlalu merasa khawatir dengan adanya resesi ekonomi tersebut."Informasi resesi ini
sudah diketahui sebelumnya, sehingga pelaku pasar tidak terlalu kaget mendengarnya
bahkan siap untuk menghadapinya. Indonesia sah masuk jurang resesi mengikuti jejak
negara-nagara lainnya yang lebih awal terkena dampak akibat pandemi COVID-19,"
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 30 poin ke level
Rp14.630 atau 0,21 persen pada penutupan perdagangan hari ini, Senin
(3/8/2020).Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,195 poin atau 0,21
persen ke level 93,544 pada pukul 14.49 WIB. Sepanjang perdagangan, nilai tukar
rupiah bergerak di rentang Rp14.602,50 s.d Rp14.647,50 per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi mengatakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini. Dia menyebut, dari
faktor domestik, perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi
di DKI Jakarta hingga dua pekan ke depan akan berakibat terhadap fatal terhadap
pertumbuhan ekonomi (PDB) Kuartal III/2020.
dampak resesi ekonomi di Indonesia tahun 1998: 1. Rupiah jatuh Krisis ekonomi
Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara. Dampak resesi
ekonomi seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai
tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang
menjadi krisis ekonomi di Asia Tenggara.
Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp
4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp
17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998. Rupiah terdepresiasi lebih dari 80 persen
sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk
membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang
diumumkan 6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Apa Saja yang Terjadi Saat Resesi Ekonomi Indonesia
Tahun 1998?",
KONTRA
utang luar negeri berupa valuta asing (valas) dan paling banyak berupa dollar USA
(USD).Utang luar negeri inilah yang dapat membuat nilai mata uang rupiah semakin
anjlok, mengingat utang luar negeri bentuknya dikonversikan ke mata uang lain.
Dengan begitu, dapat diartikan selalu ada risiko dari pergerakan nilai tukar yang
terjadi.
Terakhir, yang menyebabkan melemahnya rupiah terhadap dollar USA adalah adanya
resesi ekonomi di Indonesia maupun di negara lainnya.Perekonomian suatu negara
sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara lain di dunia, begitu pula dengan
Indonesia. Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada negara Amerika Serikat
dan Cina.Oleh karena itu, jika salah satu negara (Amerika Serikat atau Cina)
mengalami krisis ekonomi, maka Indonesia juga pasti akan terkena imbasnya.Besar
dampaknya memang tidak sebesar ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dalam
negeri. Namun, tetap saja dapat menghambat perekonomian yang berujung
melemahnya nilai mata uang rupiah (anjlok).
- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.785 per dolar AS pada perdagangan pasar
spot Selasa (22/9) sore. Posisi tersebut melemah 0,58 persen dibandingkan
perdagangan Senin (21/9) sore di level Rp14.700 per dolar AS.Sementara kurs
referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)
menempatkan rupiah di posisi Rp14.782 per dolar AS atau melemah dari Rp14.723
per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan
Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,09 persen,
dolar Taiwan melemah 0,28 persen, won Korea Selatan melemah 0,60 persen, dan
peso Filipina melemah 0,21 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan terseok-seoknya
pergerakan rupiah dipicu pernyataan Menteri Sri Mulyani Indrawati bahwa Indonesia
dapat dipastikan resesi pada kuartal III 2020.
"Dalam perdagangan besok ada kemungkinan rupiah akan kembali melemah antara
30-80 poin di level Rp14.770-14.850 per dolar AS," tandasnya.
Dikutip dari pemberitaan Kontan.co.id (26/3/2020), Gubernur Bank Indonesia (BI)
Perry Warjiyo mengatakan, saat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997/1998, nilai
tukar rupiah melemah dari Rp 2.500 per dollar AS menjadi Rp 16.000 per dollar AS
pada masa itu.
KONSUMSI PEMERINTAH JADI PENYELAMAT EKONOMI INDONESIA DI
KUARTAL III 2020