Anda di halaman 1dari 32

Dukungan dan Arah Kebijakan Kementerian

Perindustrian dalam Pembangunan Industri Kelapa


Sawit Nasional Menuju Sawit Indonesia 2045

Ir. Putu Juli Ardika, MA


Direktur Jenderal Industri Agro

Disampaikan pada sesi Panel I Forum Sawit Indonesia (FoSI) 2022


Institut Pertanian STIPER (INSTIPER) Yogyakarta
Selasa 29 November 2022 (Hybrid Mode)
Daftar Isi
I. Kelapa Sawit Indonesia Dalam Angka Tahun 2020-2021
II. Kebijakan Pengembangan Sektor Kelapa Sawit
III. Dasar Hukum Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Nasional
IV. Milestone Hilirisasi dan upaya Meningkatkan Investasi Industri Hilir Sawit
V. Kebijakan Pengembangan Perwilayahan Industri Nasional/Kawasan Industri Berbasis
Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
VI. Dukungan Program Pengembangan Teknologi Industri Agro
VII. Trend Digitalisasi/Industri 4.0 di masa mendatang
VIII.Industri Kelapa Sawit Nasional dan Issue Sustainability/Traceability Hulu – Hilir
IX. Kesimpulan dan Penutup

2
I. Kelapa Sawit Indonesia Dalam Angka Tahun 2020-2021, Sumber: GAPKI Nov 2022
i. Luas Lahan Kelapa Sawit :
16.381.959 Juta ha (dengan 26 Provinsi penghasil). Aliran Material Minyak Sawit Indonesia 2021 – Sep 2022 (ribu ton)
ii. Komposisi Lahan :
- Perkebunan Perusahaan (+BUMN) : 58% Detail Juli – Sep 2022
- Perkebunan Rakyat (Swadaya) : 42%
iii. Produksi CPO : 2022

- Tahun 2019 : ±47,18 Juta Ton,


- Tahun 2020 : ±47,03 Juta Ton.
- Tahun 2021 : ±48,90 Juta Ton
- Tahun 2022 (s.d. Sep) : ±33,38 Juta Ton

Perkembangan Harga CPO Internasional


(CIF Rotterdam, FOB Port Klang/Malaysia Derivative Index, FOB Dumai KPB PTPN)

3
Data Ekspor Minyak Sawit 2022 (vs. 2021), Sumber: GAPKI Nov 2022
• Produksi Minyak Sawit (CPO+CPKO) Tahun 2021 ±51,3 Juta ton, total ekspor ±33,7 Juta Ton (65,6%)
• Ekspor Produk Olahan semakin mendominasi v.s. Ekspor Minyak Sawit Mentah (CPO+CPKO):
• Tahun 2019 : 78,49% vs. 21,50%
• Tahun 2020 : 78,04% vs.21,95%
• Tahun 2021 : 92,48% vs. 7,52%; dan
• Tahun 2022 s.d Sep 2022 : 93,34% vs. 6,66%
a. Ekspor Minyak Sawit berdasarkan Jenis Produknya b. Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit tahun 2021 – 2022

4
4
Data Konsumsi Minyak Sawit Dalam Negeri (2018 s.d. Sep 2022), Sumber: GAPKI Nov 2022

Keterangan:
• Konsumsi DN Tahun 2021 sebanyak 18,3 Juta
Ton, dengan perincian: (i). Pangan: 8,9 Juta Ton,
(ii). Biodiesel: 7,3 Juta Ton, dan (iii). Oleokimia:
2,1 Juta Ton
• Konsumsi untuk Biodiesel juga meningkat dari
tahun ke tahun karena komitmen pemerintah
dalam program mandatory Biodiesel (B20,
B30,dan next: B40).
• Konsumsi untuk Oleokimia meningkat selama
periode pandemic karena kebutuhan bahan
pembersih/ sanitasi yang sangat besar di DN
(dan ekspor).
• Konsumsi DN selama periode awal tahun 2022
mengalami disrupsi sementara karena tingginya
harga CPO yang berakibat pada pasokan dan
harga Minyak Goreng Nasional terganggu, telah
diatasi dengan program Penyediaan Minyak
Goreng Masyarakat (program SIMIRAH1-2) dan
saat ini telah kembali normal.
• Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi
negara produsen dan konsumen terbesar
minyak sawit dunia, sehingga mampu menjadi
penentu harga CPO Internasional.

5
Food F ine

Fitonut
5F
rient
Che-
mical

Fuel Fiber-
Liquid Biomass
Keuntungan yang Didapatkan dari Hilirisasi Industri :
1. Menggerakkan Kegiatan Ekonomi Produktif melalui Industrialisasi hilir untuk mencapai tujuan
Subsitusi Impor dan Promosi Investasi Industri Dalam Negeri.
2. Menyehatkan Neraca Perdagangan RI dan Memperkuat Nilai Tukar Rupiah melalui Kinerja
Visi Hilirisasi 2045: Ekspor Produk Hilir Kelapa Sawit Bernilai Tambah Tinggi.
3. Menjadi Pengerak pembangunan daerah sentra Produsen Kelapa Sawit dan perekonomian
Indonesia menjadi pusat produsen dan nasional, khususnya wilayah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdalam)
4. Mengendalikan Emisi Gas Rumah Kaca melalui Penggunaan Bahan Bakar Transportasi yang
konsumen produk turunan minyak sawit Terbarukan (Renewable) – Ramah Lingkungan.

dunia, sehingga mampu menjadi price 5. Mencapai Kedaulatan Pangan dan Kedaulatan Energi (melalui Penggunaan Bahan Bakar
Nabati) yang bermuara pada Ketahanan Ekonomi Nasional
setter (penentu harga) CPO global 6. Mendapatkan keuntungan dari operasional Industri Perkelapasawitan Hulu – Hilir yang Ramah
Lingkungan dan Lestari Berkelanjutan
6
B. Proyeksi Pertumbuhan Per Sektor Pengguna
Penggunaan CPO Persentase dari Total Asumsi Proyeksi Pertumbuhan
Produksi
Sektor Makanan (Domestik) 19% 1,5% (Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Dunia)
Sektor Energi (Bio Diesel) 16% 2% (Estimasi Mckinsey untuk pertumbuhan energi terbarukan)
Oleo Chemical (Farmasi, Kosmetik, Dll) (untuk 4% 7% (Estimasi pertumbuhan Olechemical dunia berdasar OFI (Oil and
keperluan Domestik) Fats Internasional)
Export CPO 12% 1,5% (sama dengan sector makanan)
Export Hilir Kelapa Sawit 49% 3% (Estimasi pertumbuhan ekonomi dunia)

C. Proyeksi Konsumsi Per Sektor Pengguna (Asumsi Produktivitas Lahan: 4/Ton/Ha/Tahun)


Peruntukan Produksi CPO 2021 2030 2045 *) Dalam Ribu
Makanan 9.326 10.662 13.330 Ton
Biodiesel 7.451 8.904 11.984
Oleo Chemical 2.118 3.893 10.742
Ekspor CPO 2.830 3.235 4.044
Eksport Produk Hilir Kelapa Sawit 30.547 39.683 61.825
Total 52.139 66.378 101.927
7
D. Jenis produk Hilir mainstream yang diproduksi di Indonesia
Secara garis besar, alur produk Sawit bisa dibagi dalam 3 Kelompok Besar sebagai berikut :

INDUSTRI HULU INDUSTRI ANTARA INDUSTRI HILIR & LANJUT FITONUTRINENT


Pohon Industri Sawit Thp- I Pohon Industri Sawit Thp- II & III Pohon Industri Sawit Thp- III, IV & V and BIOMATERIAL
17. Refining Glycerine 1. Red Palm Oil
1. Tandan Buah Sawit (TBS) 1. PKE (Palm Kernel Expeller) 1. RBD Olein dalm
18. Bio-Diesel FAME 2. Betacarotene
2. Buah Sawit /Brondolan 2. CPKO (Crude Palm Kernel Oil) Pack <25 kg
19. Palm Wax 3. Tocopherol
3. Crude Palm Oil (CPO) 3. Crude Palm Kernel/PK Olein 2. Super Olein (RBD
20.Mixed Olefin 4. Tocotrienol
4. Biji/Inti Sawit 4. Crude PK Stearin Palm Olein IV > 60)
21.Soap Noodle 5. Betaine
5. Cangkang Sawit 5. RBD/Refined Bleached 3. PMF ( Palm Mid.Fr )
22.Heavy End 6. Glycerine USP
6. Serat Sawit/Fiber Deodorized Palm Oil (Bulk) 4. Soft Palm Stearin
23.Light End 7. Vitamin E
7. Tandan Kosong Sawit 6. RBD Palm Stearin (Bulk) 5. Hard Stearin
24.Methyl Ester and its 8. Palm Amide
8. POME (Palm Oil Mill 7. RBD Palm Olein (Bulk) 6. Mid Olein
derivative
Effluent) 8. Palm Fatty Acid Distillate 7. Margarine Biomaterial (Sedang
(sulphonate, Amine,
------------------------------- 9. Crude Palm Stearin 8. Shortening dikembangkan)
dsb)
Adalah produk-produk yang 10.Crude Palm Olein 9. Inter-Esterified Oils Bio Aromatic (BTX)
25.Candles/Palm Wax
dihasilkan di Perkebunan, 11.RBD PK Oil 10.Hydrogenated fats Bio plastic
26.R. Hydrogenated
termasuk dari Pabrik Kelapa 12.PK Fatty Acid Distillate 11.CB Substitute Bio lubricant
Palm Stearine, its
Sawit (PKS) 13.RBD PK Olein 12.CB Replacer Palm Based Glucose,
derivative
14.RBD PK. Stearin 13.CB Equivalent Xylose, Lignine
27.Texturized of Hyd.
15.Split Crude Oils 14.Specialty Fats Biohydrocarbon
Palm Fats, etc.
16.Sludge Oils 15.Oleo Fatty Acids (Bensin Sawit, Diesel
28.Flaking H.Palm Fats
Domain Pembinaan 17.Glycerin Water 16.Oleo Fatty Alcohols Sawit, Avtur Sawit)
29. dan sebagainya 5
Kementerian Pertanian
Domain Pembinaan Kementerian Perindustrian

• Di akhir tahun 2011 jumlah/jenis produk yang dihasilkan Indonesia hanya sekitar 48 jenis, dan
kini di tahun 2020 berkembang ke jumlah produk lebih dari 168 jenis. 8
E. Kinerja Industri Berbasis Kelapa Sawit
A. KONTRIBUSI TERHADAP EKONOMI NASIONAL D. ROADMAP HILIRISASI INDUSTRI KELAPA SAWIT
Aspek Kualitatif Aspek Kuantitatif • Visi Hilirisasi 2045: Indonesia menjadi
Menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi Serapan tenaga Kerja ± 5,2 Juta orang, pusat produksi dan konsumsi, Food
khususnya di luar Pulau Jawa (a.l. Sumatera, dan penghidupan menghidupi ±20 Fine
Kalimantan, dan Indonesia Timur). (2021) Juta orang sehingga menjadi price setter global Fito-
5F
Chemical
Menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha Nilai Ekonomi Hulu – Rp. 750 Triliun CPO dan turunannya nutriet

kebun – industri sawit , khususnya daerah 3T


(Terluar, Tertinggal, Terpencil)
Hilir
Nilai Ekspor (2021)
USD35,79 Miliar
(~Rp.500 T) • Jalur Pengembangan Hilirisasi F uel F iber-
Biomass
Liquid
Menjaga kedaulatan ekonomi (substitusi impor) & Kontribusi pada PDB, 3,5%, Rp. 20 Industri Kelapa Sawit Nasional
territorial di perbatasan negara. Pendapatan Pajak Triliun, ± Rp.86,64
Pungutan Ekspor & T (Rp.71,64T &
Menumbuhkan aglomerasi/kawasan industri baru Bea Keluar Rp.15,25T) E. TANTANGAN
berbasis sawit (Dumai, Sei Mangkei, Kuala
Tanjung, Tarjun, Bitung, dsb.) 1. Teknologi produksi CPO perlu direvitalisasi
B. INDIKATOR KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT NASIONAL 2. Kebijakan Tata Kelola pemenuhan kebutuhan produk
Ragam Jenis Produk Hilir Ratio Ekspor Bahan Baku v.s. Produk Hilir hilir minyak sawit untuk alokasi DN dan ekspor
Tahun 2011 Tahun 2021 3. Tingginya input energi dan biaya logistik pada industri
pengolahan minyak sawit khususnya yang berorientasi
ekspor

F. KEBIJAKAN AKTUAL DAN LANGKAH KONKRET PEMERINTAH


54 jenis 168 jenis
Target pada tahun 2030: 200 Jenis : Volume Ekspor bahan baku 1. Mempromosikan teknologi baru produksi minyak sawit
: Volume Ekspor produk hilir mentah yang lebih efisien
C. BANGKITAN NILAI TAMBAH PRODUK HILIR SAWIT 2. Menormalisasi rantai pasok industri pengolahan CPO
pasca kenaikan harga internasional
3. Memfasilitasi Harga Gas Bumi Tertentu pada sektor
Margarine/
industri oleochemical dan mendorong aglomerasi industri

Kosmetik AV: 3,88 Biodiesel FAME AV: 1,14 Migor AV: 1,31
Lemak Pangan
AV: 1,86
pada kawasan industri terpadu (hulu, intermediate, hilir)
9
f. Kapasitas terpasang pabrik Biodiesel (sumber, Kemen ESDM 2022)

10
III. Dasar Hukum Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Nasional
1. Bidang Industri Hulu Agro, termasuk 2. Bauran Kebijakan Untuk mendukung
Industri Hilir Kelapa Sawit pengembangan Industri Hulu Agro
Industri Hilir Kelapa Sawit masuk dalam Kelompok Industri a. Pengenaan tarif pungutan ekspor (Levy dan Bea Keluar)
Hulu Agro, (Perpres No 74/2022) dengan Produk Prioritas progresif untuk bahan baku dan produk intermediate
Pengembangan sbb: b. Pemberian insentif fiskal untuk investasi baru dan perluasan,
a. Industri Oleofood: (1). Specialty fats (cocoa butter produk pioneer tertentu diberikan tax incentive
substitute), (2). Betacaroten, (3). Tocopherol, (4). Asam c. Kajian teknologi produksi terkini dan penysuunan business
organic dan alcohol dari limbah industry sawit. plan untuk penguatan iklim usaha/investasi industry hilir.
d. Penyusunan standar bahan baku dan produk oleofood/
b. Industri Oleokimia: (1). Methyl Ester, (2). Bioplastik dari
oleochemical berdasarkan spesifikasi teknis.
limbah industry sawit.
e. Advokasi negative campaign dan kampanye positif kelapa sawit
c. Industri Kemurgi dan Bioenergi: (1). Biodiesel, (2),
di pasar dalam dan luar negeri
Bioethanol, (3), Bioavtur/Bio jet fuel, (4). Biogas dari
f. Pemetaan kebutuhan infrastruktur untuk mendukung
Palm Oil Mill Effluent (POME), (3). Biomaterial untuk
pembangunan Kawasan Industri hilir sawit
peralatan medis, aromatic building blocks berbasis lignin
g. Dukungan Soft infrastructure logistic untuk pengaturan supply
untuk sintesis obat/farmasi, (4). Bioetanol berbahan
– demand ekspor – domestic, berbasis Industry 4.0.
baku lignoselulosa dan limbah biomassa.
h. Dukungan Penguasaan R&D dan penguatan kompetensi SDM
Disamping produk prioritas dimaksud, Kemenperin juga mendukung industry hilir kelapa sawit.
pertumbuhan industry IVO/ILO (Industrial Vegetable Oil/Industrial Lauric Oil) i. Pilot project Pabrik IVO/ILO dan Chemical Building Block
sebagai bahan baku industry greenfuel untuk meningkatkan keekonomian
sebagai bahan baku industry greenfuel dan biofuel Gen-2
industry penyedia bahan bak; termasuk juga mendukung pertumbuhan industry
Minyak Atsiri

11
Dukungan Konkret Pemerintah bagi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit, khususnya periode Pandemi

Pengamanan Bahan Baku Penguatan Daya Saing Insentif Perpajakan Insentif/Fasilitasi Selama
dan Bahan Penolong Industri Sektor Industri Pandemi bagi Sektor Industri
• Tarif progresif Levy (PMK • Diskon Harga Gas untuk • Super Deduction Tax untuk • Penerbitan IOMKI (Izin
191/2020 jo. PMK 76/2021) Industri (Permenperin Inovasi/Litbang, termasuk Operasional Mobilitas dan
dimana tarif pungutan ekspor 18/2020), terdapat 12 Industri Oleofood dan Kegiatan Industri) selama
Bahan Baku CPO/CPKO lebih Perusahaan (±20 Pabrik) Oleochemical Pandemi untuk dasar hukum
tinggi dibanding produk Oleokimia yang mendapatkan • Pembebasan Bea Masuk legalitas usaha industry,
hilirnya, mendukung iklim Harga gas ±6/MMBTU, untuk Barang Modal Industri, termasuk oleokimia.
usaha industri oleokimia DN menyusul beberapa sedang termasuk Industri Oleokimia • Pengawasan/Pelaporan/
• Harmonisasi Tarif BK (sedang dalam proses pengajuan. (PMK 188/2015, Permenperin Pengendalian IOMKI,
berlangsung pembahasan • Limbah SBE dikeluarkan dari 19/2010). termasuk jumlah SDM
Lintas K/L), diupayakan untuk Daftar Limbah B3 (PP No. • Insentif Perpajakan untuk Industri yang terinfeksi COVID
mendukung hilirisasi industry 2/2021 sebagai turunan UU sektor terdampak Pandemi secara berkala melalui SIINAS
DN, termasuk mendukung CK), implementasi menunggu (PMK No 9/2021) termasuk (online).
ekspor produk hilir dan terbitnya peraturan sektor oleokimia. • Pembebasan Bea Masuk
produk samping kelapa sawit operasional, akan mengurangi • Tax Allowance (PMK No untuk Bahan Aktif Pembersih/
• Memasukkan bahan penolong biaya pengelolaan industry 96/2020, PP No 78/2019), terkait bahan penanganan
industry oleokimia dalam oleokimia dan oleofood investasi baru/perluasan COVID, yang belum diproduksi
skema Kerjasama akses pasar secara signifikan. oleokimia dan Tax Holiday di DN, sebagai bahan
Internasional (IEU CEPA, • Dukungan akan pemanfaatan (PMK No 130/2020 dan Perka penolong industry Personal
Indonesia – India, dsb). Limbah B3 Glycerine Pitch BKPM No. 7/2020) untuk Care/Personal Wash.
• Menyusun Neraca Komoditas Industri Oleokimia untuk investasi industry • Implementasi Perlindungan
Pengamanan Bahan Baku dan bahan baku alternatif industry betacarotene, tocopherol, Pekerja Sektor Kelapa Sawit
Bahan Penolong Industri oleokimia dan/atau industry tocotrienol; pengajuan online selama Pandemi COVID-19
Bahan Bakar nabati/Biodiesel lainnya melalui OSS. dengan Integrasi SIINAS –
FAME DN. Peduli Lindungi.
12
• Sektor Industri Hilir Kelapa sawit mengambil momentum kuat hilirisasi sawit sejak tahun 2011-2015 dengan
milestone Penerbitan Permenkeu No. 128/2011, yang pro- ekspor produk hilir dan menjamin pasokan bahan
baku CPO/CPKO untuk industry DN; yang tercermin dari meningkatnya kapasitas refinery (sebagai first
processor CPO/CPKO) dari yang semula 25 Juta Ton (2011) menjadi 45 Juta ton (2015).
• Regime baru pungutan ekspor (Levy dan Bea Keluar) sejak 10437 10437
1043-7
tahun 2015, disusul dengan Kebijakan B20 – B30 pada 10437
periode 2016-2020, berpeluang untuk menciptakan 10490 10412
milestone kedua Hilirisasi Industri, hendaknya dapat 10490

menjadi momentum strategis dalam komersialisasi hasil 10431/


10490
20115
riset DN, baik skala Kecil menengah dan/atau swasta besar. 10432 20115

• Milestone kedua Hilirisasi Industri kelapa sawit ini perlu 20115

didorong dengan penguatan kualitas bahan baku industry


20115
hilir kelapa sawit, sebagai Pondasi Pembangunan Industri
20115
Hilir Kelapa Sawit, yang berdaya saing, dengan tetap
20115
mencapai ultimate goal yaitu peningkatan kesejahteraan
petani melalui harga tandan buah segar yang remunerative.

KEMENTAN KEMENPERIN
13
Peta Investasi per Kelompok Produk Hilir Kelapa Sawit. Keterangan:
Jenjang Office & Facili- Machineries Factory Facilities Transportation Input Output Investment • Sektor Industri Pengolahan masuk dalam
Proses ties Raw Materials Materials USD/Ton kategori high tech, high investment; perlu
1 * Office+ Yard * Refinery * Land & Premises * Trucks/Tankages * CPO * Crude Palm Stearin didukung iklim usaha yang kondusif
* IT & Transp * Fractionation * Storage/Tankages * Crude Palm Olein
* Cooling Syst * Laboratory * RBD Palm Oil 128
(yang berarti menjamin tingkat
* Eng.Equipment * RBD Palm Stearin profitabilitas industry pada level yang
* RBD Palm Olein ( Bulk/Curah )
* PFAD menarik)
2 * Office+ Yard Same as above ( No 1) Same as above ( No 1) * Same as above ( No.1) * CPO * Packed < 25 kg • Salah satu kebijakan crucial adalah
Mix Product * IT & Transp * Hardening Plant + Additional Lab. Equipm + Boxes * Crude Palm Stearin * Margarines menjamin operasional industry melalui
* Votating + Add. Equipment * Crude Palm Olein * Shortenings 358
* Packing Machines + Ammonia (Cooling Syst) * PFAD * Blend Cooking Oils < 25 kg jaminan pasokan bahan baku
* Soap chips Mix * Soap chips * Soaps ( Wrapped)
* Stamping & Wrapping
(CPO/CPKO). Kebijakan yang terkait
dengan pengamanan pasokan bahan
3 * Office+ Yard * Refinery Same as above ( No 1) * Trucks/Tankages * CPO * Biodiesel
Biodiesel * IT & Transp * Reactors-Transesterification + Additional Lab. Equipm * CPKO * Glycerine - Industrial/Pharma. baku sering menjadi penentu masuknya
Fatty esters * Decanters + Add. Eng.Equipment * PFAD 184 investasi skala besar di sector industry
* Crude Palm Stearin
pengolahan minyak sawit as well as
4 * Office+ Yard * Rafinasi Same as above ( No 1) * Armada Boxes * CPO * RBD PKO
Special Fats * IT & Transp * Fractionation - High Press + Additional Lab. Equipm * Trucks * CPKO * Crude PK Olein and PK Stearin 612
kebijakan/ongkos logistic.
* Hardening
* Votating
+ Add. Eng.Equipment
+ Hydrogent Plant
* Crude Palm Stearin * RBD PK Olein and PK Stearin
* PKFAD
• Angka pada table disamping berdasarkan
* Packing * Refined Hydr.Oils/ Special fats asumsi harga pada Tahun 2010
5 * Office+ Yard * Rafinasi Same as above ( No 1) * Armada Boxes * CPO * Fatty Acids : MCT, Stearic Acids( rubber) (Consumer Price Index/CPI sebesar:
Oleochem * IT & Transp * Fatty Splitter + Additional Lab. Equipm * Trucks * CPKO Palmitic Acids( candles, crayon ), Lauric 64,8), konversi dapat dilakukan dengan
Fatty acids * Distillator + Add. Eng.Equipment * Crude Palm Stearin Acids and Oleic Acids (surfactants, cos- 1,606
* Packing Lines + Cooling System * PFAD metics,chemicals), Capric Acid, Caprylic- ekstrapolasi pada besaran CPI tahun
* PKFAD Capric Acids etc.
* Soaps and Metallic Soaps
2021 sebesar: 104,2.
* Glycerin
• Semakin ke hilir, besaran unit investasi
6 * Office+ Yard * Rafinasi Same as above ( No 1) * Armada Boxes * CPO * Fatty Alcohols : F.alcohol sulfates ( FAS), akan semakin meningkat khususnya
Oleochem * IT & Transp * Fatty Splitter + Additional Lab. Equipm * Trucks * CPKO F.alcohols ethoxy lates ( FAE), F.alcohol
Fatty alcohols * Distillator + Add. Eng.Equipment * Crude Palm Stearin etoxy lates 2,232 dalam bentuk teknologi produk dan/atau
* Hydrogenation Unit + Cooling System * PFAD * Fatty nitrogen compounds : Palm Kernel teknologi proses yang pada umumnya
* Packing Lines * PKFAD Diethonoamide ( foam booster)
* Glycerine dikuasai oleh lisensor tertentu.
14
Sumber : Unit-unit Usaha di GIMNI- Sept. 2010
V. Kebijakan Pengembangan Perwilayahan Industri Nasional/
Kawasan Industri Berbasis Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
A. Kawasan Industri Prioritas dan Pengembangan RPJMN 2020-2024

15
b. Peta Aliran Material Minyak Sawit (CPO dan Turunannya) untuk Ekspor dan Kebutuhan DN
Kebutuhan Pelabuhan Ekspor untuk
pasar China dan USA perlu dibangun di • Pelabuhan Pengumpul ekspor minyak
EKSPOR KE Indonesia bagian Timur (Kalimantan
ASIA SELATAN, Timur, dan Papua) untuk minimisasi
sawit dan produk turunan (cair)
TIMUR JAUH, logistic cost. • Belawan Medan (historis, No 1a)
TIMUR TENGAH • Kuala Tanjung (No. 1b)
Ekspor ke Asia • Dumai Riau (utama, No. 2)
DAN UNI EROPA Timur. Utara dan • Kalimantan Selatan/Timur (No 3)
Amerika • Pelabuhan Ekspor Baru yang Potensial
• Teluk Bayur, Padang (No 4)
1 • Panjang. Lampung (No. 5)
A 8 • Kijing Kalbar (No. 6)
H • Tanah Laut Kalsel (No. 7a)
2 B
• Maloy dan Kariangaiu (No. 7b)
6 • Bitung, Sulut (No. 8)
4 7b
G Daftar Kawasan Industri (Kotak dengan
Abjad)
• Pasokan CPO untuk konsumsi lokal 7a F A. Sumut: Belawan. Medan, Sei
didapat dari sumatera bagian selatan, C
kalimantan bagian bawah Mangkei
5 D B. Riau: Dumai, Lubuk Gaung
• Ekspor minyak sawit curah dari
Indonesia timur, diolah di Pabrik E C. Sumbagsel: Lampung, Palembang,
sekitar Sulawesi Utara D. Jabagbar: Pulogadung, Cikarang,
• Produk minyak sawit curah di Banten
Kalimantan bagian atas diekspor ke
E. Jabagtim: Surabaya, Gresik
malaysia (via pelabuhan darat dan
laut) • Pelabuhan Ekspor Produk Hilir Kontainer
F. KalselTim: Tarjun, Balikpapan, Maloy
• Sebagian produk dari pulau sulawesi • Belawan Medan G. Kalbarteng: Pangkalan Buun, Kijing
bagian selatan digunakan untuk • Tj Priok Jakarta H. Sulbagut: Bitung, Pasangkayu
bahan baku industri di Pulau Jawa • Tj. Perak Surabaya
sumber: Analisis Kemenperin Bersama K/L terkait, 2021 16
• Kuala Tanjung (Baru)
c. Analisis mengenai Pengembangan Kawasan Industri Khusus Kelapa Sawit
1. Kementerian Perindustrian telah mengusulkan Beberapa Kawasan Industri potensial untuk investasi baru bidang pengolahan kelapa sawit,
yang pada umumnya berada di Luar Pulau Jawa, dalam rangka mendekati sumber bahan baku.
2. Kawasan industri (KI) konvensional yang telah dihuni berbagai tenant pengolahan minyak sawit a.l. (i). Provinsi Riau yaitu: KI Dumai, KI
Lubuk Gaung, KI Pelindo, (ii). Provinsi Sumatera Utara yaitu: KI Kuala Tanjung, KI Belawan, (iii). Provinsi Lampung yaitu KI Pelabuhan
Panjang, (iv). Provinsi Kalimantan Selatan yaitu KI Tanah Laut, (v). Provinsi Sulawesi Utara yaitu KI Bitung.
3. Kawasan Industri baru (non Konvensional) yang sedangd dikembangkan untuk tenant baru industri pengolahan kelapa sawit a.l. (i).
Provinsi Sumatera Barat yaitu KI Teluk Bayur, (ii). Provinsi Kalimantan Barat yaitu KI Kijing, (iii). Provinsi Kalimantan Tengah yaitu KI Citra
Borneo, dan (iv). Provinsi Kalimantan Timur yaitu KI Kariangau Balikpapan.
4. Meskipun demikian, terdapat aglomerasi industri pengolahan kelapa sawit yang mendekati Pasar yaitu Pulau Jawa, a.l.. (i). Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa barat: KI Pulogadung, KI Marunda, KI Cikarang, (ii). Provinsi Jawa Timur: Pelabuhan Tanjung perak, KI SIER Surabaya, KI
Maspion, Gresik, KI Pelabuhan Gresik, (iii). Provinsi Banten: KI Cilegon/Bojonegara dan Tangerang.
5. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan penentuan lokasi pabrik hilir kelapa sawit a.l.
a. Pelabuhan dengan draft minimal 10 m LWS, sehingga mampu didarati Kapal double hull kapasitas > 80.000 DWT (utama).
b. Ketersediaan Tangki Timbun/Curah Cair dan Fasilitas Ekspor Kontainer/Curah Padat, untuk mengefisiensikan biaya logistik.
c. Ketersediaan infrastruktur gas bumi, pasokan listrik, piping rack, dan fasilitas pelabuhan yang memadai.
d. Akusisi Lahan Kawasan Industri dengan cara Dibeli (atau sewa jangka Panjang), terkait loan collateral, apabila perusahaan diberikan
konsesi membangun TUKS (Terminal Untuk Keperluan Sendiri) maka hal ini menjadi pertimbangan utama investasi skala besar.
e. Jarak Tempuh dengan perkebunan penyuplai bahan baku, dan perimbangan dengan lokasi pasar produk hilir, meskipun hal ini bukan
menjadi pertimbangan utama karena pengiriman produk secara SQCD-R (Service Quality Cost and Delivery + Reliability) jasa
Kepelabuhanan sangat diutamakan oleh investor dan Lender.
17
VI. Dukungan Program Pengembangan Teknologi Industri Agro
Program Kemenperin dalam mendukung Pengembangan Teknologi Industri Agro

Restrukturisasi Program P3DN dan Peningkatan


Mesin/Peralatan Industri TKDN
Implementasi keberpihakan
Pemberian keringanan biaya
terhadap Industri Dalam Negeri dan
investasi
Penguatan Struktur Industri

Insentif Fiskal dan Non-


Fiskal
• Super Deduction Tax (R&D)
Program Substitusi Impor • Tax Holiday (Industri Pionir)
• Konsultansi HaKI
• Penerapan Instrumen Pengendalian Impor • Lisensi/Patent
• Memberikan waktu bagi teknologi dan/atau • Bantuan Promosi/Business
produk industri dalam negeri untuk Matching
meningkatkan daya saingnya

18
a. Teknologi Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU/SPOT)
Teknologi baru (pionir) menggantikan teknologi produksi CPO yang berusia ±100 tahun Langkah Tindak Lanjut:
1. Teknologi produksi CPO konvensional: (i). memerlukan uap panas, (ii). Menyebabkan 1. Telah siap diresmikan pembangunan (groundbreaking) 17 (tujuh belas)
kandungan chlorine (tidak sehat), (iii). kurang ramah lingkungan; emisi CO2 tinggi, unit PMTU/SPOT, di Riau (5), di Sumatera Utara (2 unit), di Sumatera Barat
muncul limbah cair. (3), di Jambi (3), di Kalimantan Tengah (1), di Kalimantan Barat (2), dan di
2. Teknologi Produksi IVO/ILO: Minyak nabati industri TIDAK untuk Pangan, tetapi untuk Sulawesi Barat (1).
produksi Greenfuel. Keunggulan IVO/ILO: meningkatkan keekonomian produk 2. pabrik yang dibangun bermitra dengan koperasi petani dalam hal
Greenfuel untuk substitusi langsung BBM Diesel tanpa modifikasi mesin. penyediaan bahan baku TBS
3. Tahap ke II : perlunya pabrik SPOT dibangun di Provinsi minus penyediaan
3. Teknologi SPOT/PMTU menghasilkan SPO (Steamless Palm Oil) sebagai New Generation
Minyak Goreng a.l. Bengkulu, Kaltara dan Sultra.
Palm Oil; Straight edible palm oil. Keunggulan SPO: (i). bahan pangan masyarakat dan
4. Pabrik SPOT dilengkapi dengan:
media penghantar (Carrier) nutrisi a.l. Vitamin A, Vitamin E, dsb, (ii). Emisi karbon lebih
1. IRU (Impurities Removal Unit) untuk menghasilkan minyak pangan kaya
rendah 75% dari produksi CPO, (iii). Stabilitas oksidasi produk SPO tinggi, (iv). Kapasitas
Antioksidan, Vit. A, dan Vit. E)
produksi modular skala kecil (5-10 ton/jam). Kelebihan lain dari Teknologi SPOT adalah:
2. diikuti Pembangunan Pabrik Bensin Sawit (Green Gasoline dengan RON
dapat dibangun di setiap lokasi, tidak memerlukan ekstensifikasi lahan untuk
108 dan Green Diesel) dan bahan baku Bio-degredable plastik
peningkatan produksi minyak sawit.
(Polyetilene, Polypropilene, dsb).
Perbandingan ketiga produk diatas disajikan pada tabel di bawah 3. Potensi investasi pabrik hilir pangan fungsional untuk stunting, wasting,
Produk Satuan CPO IVO/ILO PMTU/SPOT dan malnutrisi
konvensional 5. Pelaksana Project:
1. Investor: PT Agro Investama
CAPEX Rp. Miliar/ 3,4 3,6 2,6 2. Pelaksana EPC: PT Nusantara Green Energy
ton TBS/jam 3. Didukung Kementerian Perindustrian, CaRE ITB (pengembangan
Processing Rp/Kg TBS 185 200 112 biofuel), INSTIPER (perkebunan), dan F-MIPA UI (pengembangan jenis
Cost produk yang diterima di pasar)
4. Peresmian project pembangunan 17 unit Pabrik SPOT dan IRU akan
Rendemen % 100 99 102
dilaksanakan pada minggu ke-IV Oktober 2022 (tentative).
Basis
6. Dukungan pemerintah
BEP/PBP Tahun 5 4,5 3 • Regulasi pendistribusian dan penjualan retail bensinsawit
• Peningkatan TKDN mesin peralatan pabrik SPOT 19
b. Teknologi Fraksionasi Komponen Penyusun Biomassa (BBIA – Kemenperin – Rekind – ITB)
KONSEP PENGEMBANGAN INDUSTRI BIOREFINERY TKKS (TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT)
Pabrik Pengolahan
Enzyme TKKS
on-site
60 kton TKS basah/th Pabrik Xilitol
Listri & Kukus Xilosa (60%-b)
disuplai oleh PLTBS Enzyme 20 kton xilitol/th
(dipasok dari 6 pabrik TKS)
19 kTPA

PKS T-TKS
240 kton TBS/th Industri Hulu
(55 kton CPO/th) TKS
Glukosa (60%-b)
Cangkang &
Serat
9 kTPA Bioethanol Fuel
Pabrik Butandiol
50 kton BDO/th 4000 kL Bioethanol/yr
Ç√ Listrik & Lignin (60%-b)
(dipasok dari 18 pabrik TKS)

Listrik & Kukus


Kukus
11 kTPA *Indonesia berpotensi untuk
mengembangkan industri hilir
**Indonesia berpotensi untuk
PLTBS menjadi major eksportir
BTX Plant
*terintegrasi dengan PKS
dan Pabrik Pengolahan
TKKS dan Enzim

By-product
sebagai [a]Nilai Produk (USD) dibandingkan dengan nilai TKS-basah (USD)
pupuk
20
Breakthrough Penyediaan Bahan Baku Alternatif Produksi Bio Ethanol dengan by product xylose, xylene (BTX)
Riset Fraksionasi Biomassa Menjadi Komponen Prekursor Industri Kimia,
• Issue penyediaan bahan baku siap olah/precursor produksi Bioethanol, dari Tetes Termasuk Prekursor Selulosa Untuk Bahan Baku Bioethanol
Tebu berrmasalah kompetisi Pangan vs. Energi, sehingga mempengaruhi
keekonomian harga produk Bioethanol yang diproduksi dari Tetes Tebu. Teknologi TKKS menjadi Glukosa
• Bahan Baku Alternatif produksi Bioethanol pengganti Tetes Tebu dilakukan melalui:
• Teknologi Produksi dari Sorghum (Tanaman Berpati), oleh Kementan; dan ▪ Penelitian pada skala laboratorium hingga skala bench telah dilakukan
(tingkat kesiapan teknologi TKT-5)
• Teknologi Fraksionasi Komponen Biomassa (Tandan Kosong Sawit) oleh
▪ Kinerja teknologi:
Kemenperin (konsorsium BBIA Bogor – REKIND – ITB didukung pendanaan - konsumsi enzim rendah (10-20 FPU/g selulosa),
oleh BPDP Kelapa Sawit). - konsumsi NaOH rendah (0,1 – 0,2 kg NaOH/kg TKKS kering),
• Pengembangan Teknologi Fraksionasi Komponen Biomassa (Selulosa, - yield glukosa yang tinggi (90% terhadap yield teoritis), dan
Hemiselulosa, Lignin) merupakan teknologi breakthrough dalam penyediaan - konsentrasi glukosa yang tinggi (170 g/L)
precursor aneka produk kimia secara simultan, yang akan mengoptimalkan ▪ Telah diperoleh desain optimum reaktor pretreatment dan hidrolisis
enzimatik untuk operasional solid loading di atas 15%
keekonomian produksi Bioethanol (jalur utama) melalui penjualan produk ▪ Paten dan publikasi:
Samping; dengan perincian sbb: - Indonesia Patent No.P00201803638;
• Selulosa Murni/Pekat→ Sakarifikasi → Fermentasi → Bioethanol - International PCT-WIPO patent No.PCT/IB 2019/054125
• Hemiselulosa Murni/Pekat → Xylosa → Xylitor/Levulinic Acid - 2 (dua) Publikasi internasional
• Lignin Murni/Pekat → Bio Benzene , Bio Toluene , Bio Xylene (Bio BTX) Teknologi TKKS menjadi Xilosa dan Lignin

▪ Penelitian pada skala laboratorium telah dilakukan (tingkat kesiapan


Untuk meningkatkan tingkat kesiapan teknologi dari teknologi pengolahan TKKS menjadi teknologi TKT-4)
glukosa ataupun teknologi terintegrasi, perlu dilakukan pengujian dan optimasi pada ▪ Kinerja teknologi:
skala/kapasitas yang lebih besar, yaitu skala pilot. - Yield xilosa: 0,44 g/g Hemiselulosa (xylose recovery: 40%),
- Lignin recovery: 90%
Teknologi TKT saat ini Target TKT Project ▪ Publikasi:
- Harahap & Kresnowati, Biomass Conversion & Biorefinery, 2018
- Diah & Kresnowati, et al., Applied Sciences, 2020, 10, 1391
Teknologi Pengolahan TKKS 5 6-8
Catatan :
Menjadi Glukosa ▪ TKT 4: Uji coba pada skala laboratorium
Teknologi Pengolahan TKKS 4 -5 6 ▪ TKT 5 : Uji coba pada skala bengkel/ bench
terintegrasi Menjadi Glukosa, ▪ TKT 6: Uji coba/verifikasi teknologi pada skala pilot
▪ TKT 7: Teknologi telah teroptimasi pada skala pilot dan reliable (single unit operation)
Xilosa, Lignin ▪ TKT 8: Teruji dan reliable secara sistem operasi dan menghasilkan produk sesuai
standar/spesifikasi 21
c. Teknologi Industri Greenfuel dari Sumber Bahan Baku Non Konvensional (Greenfuel-Bioethanol)
a. Greenfuel (Greendiesel, GreenAvtur, GreenGasoline) yang b. ProduksiBioethanol dari Mollasses (Tetes) dalam rangka
dihasilkan langsung dari minyak nabati (tanpa melalui proses optimalisasi pendapatan Pabrik Gula Tebu
esterifikasi/ transesterifikasi berbahan baku IVO/ILO
(Industrial Vegetable Oil/Industrial Lauric Oil) Sesuai SNI
Langkah – Langkah yang dilakukan Kemenperin dalam rangka
8875:2020
mendukung pengembangan Industri Greenfuel a.l.
Langkah – Langkah yang dilakukan Kemenperin dalam rangka • Memfasilitasi pembangunan Pilot plant Pabrik Bioethanol dari
mendukung pengembangan Industri Greenfuel a.l. Mollasses di Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto Jatim oleh
• Menyusun SNI 8875:2020 Minyak Nabati Industri yang digunakan PTPN X dengan skema Hibah (Grant) dari JICA (Japan
sebagai Bahan Baku Pembuatan Greenfuel. International Cooperation Agency) pada tahun 2010.
• Melakukan penelusuran teknologi produksi IVO/ILO dengan secara • Memberikan dukungan penyelesaian administrasi dan
mandiri melalui Riset BSPJI Pekanbaru pada tahun 2020 – 2021 commissioning pabrik Bioethanol PTPN X, sehingga dapat
• Melakukan promosi komoditas IVO/ILO sebagai bahan baku beroperasi komersial pada tahun 2015.
alternatif pembuatan Greenfuel yang lebih ekonomis, sebagai
• Peningkatan adaptibilitas Mesin kendaraan dalam konsumsi
langkah untuk pengenalan komoditas IVO/ILO untuk alternatif
Bioethanol komposisi tinggi (>20%) berkoordinasi dengan
produksi bahan bakar nabati
pabrikan mesin otomotif (mempersiapkan implementasi
• Berkoordinasi dengan akademisi, Lembaga riset, dsb untuk
program E20 dari sisi user).
mempromosikan segregasi kualitas minyak sawit berdasarkan
• Program Bioethanol dari Molasses merupakan upaya cepat
kualitas untuk peruntukan dan penyesuaian harga jual yang
remuneratrif (Minyak untuk bahan bakar nabati tidak perlu sama untuk substitusi BBM Gasoline sambal menunggu teknologi
harga dan kualitasnya dengan minyak untuk pangan, sehingga produksi Bioethanol dari Selulosa (tandan kosong sawit
lebih ekonomis dan kredibel). selesai)

22
d. Teknologi Bioaditif BBM dari Minyak Atsiri
Teknologi Produksi Bioaditif BBM berbasis Minyak Atsiri untuk Efisiensi BBM Diesel – Bensin yang adaptif pada Permesinan
1. Harga BBM Diesel yang digunakan sektor Pertambangan dan Transportasi Laut (BBM Langkah Tindak Lanjut:
Diesel Harga Komersial) cenderung meningkat dengan volume penggunaan yang
1. Kementerian Perindustrian telah menyusun SNI8744: 2019 tentang
semakin tinggi (Haga BBM Diesel untuk Pertambangan per Sep 2022 mencapai Rp.
Bioaditif berbasis minyak atsiri untuk bahan bakar motor diesel yang dapat
21.000/liter).
digunakan sebagai referensi standar mutu Bioaditif agar dapat dipasarkan
2. Terdapat kebutuhan minimasi/penghilangan Downtime peralatan produksi tambang secara komersial.
mineral/batubara, yang salah satunya disebabkan performa bahan bakar BBM Diesel 2. Kementerian terkait dapat melakukan kajian untuk mendukung
(wajib dicampur dengan Biodiesel B30). Demikian juga dengan Transportasi laut. komersialisasi Bioaditif dari Minyak Atsiri, sebagai salah satu solusi yang
ditawarkan kepada Industri Pertambangan, Transportasi Laut, di tengah
3. Risiko spesifikasi BBM Diesel adalah kandungan air dan densitas energi yang lebih peningkatan biaya produksi imbas kenaikan harga BBM Komersial.
rendah, sehingga diperlukan tambahan aditif yang dapat memperbaiki kualitas bahan 3. Kementerian/Lembaga diharapkan dapat melakukan kajian tambahan
bakar Diesel sehingga meminimalisasi terjadinay Downtime/UnScheduled Shutdown mengenai Rantai Manfaat Penggunaan Bioaditif untuk pengembangan
yang akan membawa kerugian besar bagi operasional Pertambangan/Transportasi Laut sektor pertanian/perkebunan atsiri hingga rantai pasoknya, mengingat
bahan baku produksi bioaditif berasal dari Petani Atsiri Rakyat.
4. Bioaditif. Khususnya yang bersumber dari Minyak Atsiri (Essential Oil) dapat digunakan
4. Peningkatan Uji Coba secara massif untuk spektrum mesin Diesel yang
untuk memperbaiki spesifikasi BBM Diesel sehingga dapat memitigasi risiko terjadinya
adaptif terhadap Penggunaan Bioaditif BBM dari Minyak Atsiri, sehingga
Downtime; serta mampu meningkatkan efisiensi penggunaaan BBM Diesel dan juga apabila teknologi ini dapat dikembangkan secara luas akan dapat
mengurangi emisi karbon karena pembakaran bahan bakar lebih sempurna. membawa manfaat pengurangan biaya produksi dari pembelian BBM
Perbandingan Kinerja Bioaditif BBM Diesel sesudah ditambahkan Bioaditif. Diesel Komersial.
5. Pelaksana Project:
Lokasi Implementasi Parameter Nilai Keterangan 1. Produsen existing: PT. Bio Pacific Energy, PT Pemalang Agro Wangi
Kapal Pandu MPC-2 Pelindo Penghematan BBM - 16% Power dan suhu mesin kapa; stabil, 2. Benchmark: Produk dari LN yang harganya 4 – 5 x lipat lebih mahal
II Jakarta (selama 2 minggu (penggunaan 1 emisi gas buang ltipis (conth: Aderco, Xado, Liqui Moly, Generic dsb).
pada tahun 2008) permil volume) 3. Lab pengujian kualitas Bioaditif: BBKK – Pasar Rebo Kemenperin,
Genset dan Boiler Gedung Penghematan BBM -21% Rata- rata penghematan konsumsi
Lemigas Kemen ESDM) untuk uji performa mesin yang BBM Dieselnya
MICE International berlokasi (pernggunaan 1 per BBM, power mesin meningkat, suhu ditambahkan Bioaditif, BTBRD – BRIN (Lab Pengujian bahan Bakar)
di Jakpus pada tahun 20228 mil) mesin stabil, dan emisi gas buang tipis 6. Dukungan pemerintah
• Implementasi SNI Wajib Bioaditif BBM dari Minyak Atsiri
Kontraktor Tambang Penghematan BBM - 7,5% Produktivitas mesin meningkat, • Pengujian Massif pada sektor pengguna BBM Non Subsidi,
Batubara di Tanah Grogot dengan penggunaan downtime rendah, performa mesin
• Fasilitasi formulasi produksi Bioaditif untuk Petani Rakyat yang ingin
Kaltara (2012) 1 per mil volume meningkat, emisi jernih, power
meningkat
mengembangkan industri hilir atsirinya.
23
VII. Trend Digitalisasi/Industri 4.0 di masa mendatang
Peningkatan Tren Otomasi selama 2 tahun ke depan Pemetaan Otomasi Proses Bisnis yang Berpotensi Untuk Ditingkatkan..

Sumber: Global Automation Survey, Bain & Company (2020)


• Ekspektasi perusahaan selama 2 tahun ke depan akan
ada peningkatan otomasi yang signifikan, terutama
pada workflow automation, Optical Character
Recognition (OCR) dan Robotic Process Automation
(RPA)
• Perusahaan perlu melihat tren otomasi ke depan
sebagai kesempatan untuk meningkatkan
produktivitas, bukan untuk menggantikan peran
tenaga kerja
• Tenaga kerja low skills yang mengerjakan tuga syang
repetitive memiliki risiko yang lebih tinggi

Sumber: Bappenas,
Kementerian Kemenperin, BKPM, Statistik IBS, (2020) diolah
PPN/Bappenas 24
2
1. Selama ini proses penerimaan susu segar dari peternak sapi
a. CONTOH REAL DIGITALISASI DALAM
perah ke tempat penerimaan susu (TPS) koperasi susu masih
bersifat manual (pencatatan biasa) dan menggunakan teknologi INDUSTRI AGRO; Perbaikan Rantai Pasok:
pengukuran volume susu segar sederhana yang berakibat: Teknologi Digitalisasi Susu Segar
▪ antrian penyetoran susu segar dari peternak menjadi lama;
▪ kualitas susu segar menurun karena tidak segera didinginkan
di cooling unit;
Teknologi digitalisasi penerimaan susu segar
▪ ketidakakuratan volume penyetoran yang diperoleh
peternak; dan
▪ penurunan pendapatan peternak sapi perah
2. Untuk itu diperlukan transformasi penerimaan susu segar
menjadi digital yang akan mempercepat penerimaan susu segar Peternak Susu Peternak scan Susu ditransfer
di TPS/koperasi, meningkatkan keakuratan pencatatan volume menimbang dituang ke barcode, data dari milk can ke
susu segar milk can dan setoran susu dumping unit
setoran masing-masing peternak, dan peningkatan pendapatan
pengambilan masuk ke untuk masuk ke
peternak sampel database masing- cooling unit
3. Transformasi penerimaan susu segar menggunakan beberapa masing peternak

peralatan dan perangkat lunak antara lain:


▪ Komputer/laptop Koperasi susu yang sudah menerapkan digitalisasi
sistem penerimaan susu segar:
▪ Timbangan digital
1. KPBS Pangalengan di Kab Bandung, Jabar
▪ Receipt printer 2. KAN Jabung di Kab Malang, Jatim
▪ Barcode scanner/RFID reader 3. SAE Pujon di Kab Malang, Jatim
▪ Kartu barcode/RFID
▪ Perangkat lunak penerimaan susu segar
25
b. Contoh implementasi teknologi digital berbasis ICT untuk integrasi Perkebunan – Industri
Pengolahan Kelapa Sawit
Produsen CPO Konsumen
dan/atau Produsen Minyak Distributor
Masyarakat, Usaha
RBDPO Goreng
D1 D2 Pengecer Kecil, Usaha Mikro

• Produsen melaporkan
Sumber Bahan Baku • Pengecer menjual MGS
• Ekspor CPO dilakukan CPO via SIINas. tidak melebihi HET.
• D1 melepas MGS ke D2 dan/atau Pengecer • Melaporkan • MGS Curah tidak boleh
setelah realisasi DMO- • Produsen Menugaskan
dengan harga mengikuti HAK. penerimaan MGS dijual Kembali kepada
DPO Sebesar x kali Distributor 1 (D1)
• D1 mengkonfirmasi D2 dan/atau Pengecer ke SIMIRAH. Repacker, Industri, dan
volume DMO • Penerbitan DO melalui
SIMIRAH sesuai PO D1 • Penerbitan DO oleh D1 via SIMIRAH. • Registrasi Ekspor Illegal.
• Menyerahkan CPO • Harga Penyerahan MGS mengikuti HAK, Pengecer sesuai
• Harga Penyerahan MGS
sesuai Volume DMO mencakup Ongkos Angkut dan Margin NIK dan/atau
mengikuti HAK.
NPWP.
• Konsumen membeli
dan Harga DPO seluruh Distributor (D1- D2, dst)
• Produsen Melaporkan maksimal 2 Liter per hari
• D1 dan D2 melaporkan realisasi Penyaluran • Mengumpulkan
• Eksportir CPO – MGS realisasi Penyaluran ke
Bukti Penjualan. dengan input KTP/NIK.
D1 via SIMIRAH, berikut via SIMIRAH, berikut mengumpulkan Bukti
mendapatkan Hak
Bukti transaksi. transaksi penjualan. • Pengawasan oleh Pemda
Ekspor melalui
• Menyerahkan Minyak Goreng sesuai • Pelaporan MGS DMO dan MGS dari CPO-DMO Provinsi – Kabupaten dan
Kerjasama dengan
produsen CPO Volume DMO dan Harga DPO melalui SIMIRAH atau aplikasi terdaftar Lainnya, Satgas Pangan Polri
dan/atau produsen • Ekspor Minyak Goreng dilakukan setelah sebagai control DMO Ekspor CPO – MGS Daerah
migor atau dari hak realisasi DMO-DPO Sebesar x kali DMO • Memastikan Konsumen Menerima Minyak Goreng
ekspor yang dialihkan • Pelaporan melaluI SIINas – SIMIRAH Curah pada HET Rp14.000/lt
(Permendag No. SIMIRAH 1.0
30/2022). 26
SIMIRAH 2.0
c. Contoh implementasi teknologi digital berbasis ICT untuk Pengambilan Keputusan/Kebijakan Rantai
Pasok Komoditas Andalan Ekspor – Pemenuhan Kebutuhan DN untuk Masyarakat

Aliran Informasi
No.Reg No.Reg Keterangan: Aliran Material
SISTEM INFORMASI MINYAK Cakupan Pengawasan
Pendaftaran GORENG CURAH (SIMIRAH)

Distributor Pengecer Konsumen


Produsen D2
Produsen CPO D1 Masyarakat
Minyak Goreng

Berbasis NIK

Eksportir CPO, Akses PEMDA


RBD PO, RBD
Palm Olein, Akses bagi Eksportir sesuai DO yang Dikerjasamakan
UCO
Akses K/L
27
VIII.Industri Kelapa Sawit Nasional dan Issue Sustainability/Traceability
Hulu – Hilir
a. Pengantar tentang Keberlanjutan Industri Hilir – Rantai pasok
• Konsumen produk industry hilir minyak sawit global semakin sadar akan pentingnya aspek keberlanjutan/
sustainability, sehingga sustainable palm oil products akan menjadi determine value untuk memenangkan
pasar.
• Indonesia sbg negara produsen minyak sawit (CPO/CPKO) terbesar di dunia; didorong untuk concern dengan
issue sustainability, baik untuk sector hulu perkebunan maupun sector hilir rantai pasok dan industry
pengolahan. CPO/CPKO, selain diekspor sbg komoditas internasional, juga digunakan sbg bahan baku industri
hilir F4 (Food, Fuel, FineChem, Fiber); diutamakan diolah di dalam negeri untuk menciptakan nilai tambah dan
bangkitan ekonomi produktif nasional.
• Ultimate Norms Sustainability yang telah disepakati masyarakat global adalah United Nation of Sustainable
Development Goals (UN SDGs), yang akan diturunkan menjadi prinsip dan kriteria sustainability di msg-msg
sector, termasuk di sector industry kelapa sawit hulu – hilir.
• Dalam tataran nasional, telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 44/2020 tentang Sistem Sertifikasi
Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia; lazim disebut ISPO/Indonesian Sustainable Palm Oil.
Pengaturan teknis keberlanjutan sektor hulu perkebunan telah ditindaklanjuti melalui Peraturan Menteri
Pertanian No. 38/2020, namun masih diperlukan pengaturan teknis mengenai rantai pasok dan sektor hilir
melalui (Rancangan) Peraturan Menteri yang menangani urusan pemerintahan bidang industry.
28
b. Rancangan Dasar Sistem dan Norma Sustainability Industri Hilir dan Rantai Pasok
• Visi : what we want to be
Menjadikan produk industri minyak sawit Indonesia berpredikat sustainable berkelas dunia, dari ujung rantai
pasok hulu perkebunan s.d. hilir industry pengolahan, sehingga menjadi pemain ekspor terbesar secara global.
• Misi : how to reach the vision
– Meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan kelapa sawit nasional akan pentingnya aspek keberlanjutan dalam
produk industri kelapa sawit nasional.
– Menyusun norma keberlanjutan kelapa sawit Indonesia yang sejalan dengan norma Sustainability Global dan disesuaikan
dengan praktek bisnis industri perkelapasawitan yang berlaku secara nasional.
– Membentuk seperangkat peraturan perundangan yang mengatur pelaksanaan norma keberlanjutan kelapa sawit berikut
sistem sertifikasi independent yang terakreditasi pada lingkup rantai pasok dan industri hilir sawit Nasional.
– Melaksanakan sistem sertifikasi sustainability kepada pelaku usaha rantai pasok dan industry hilir kelapa sawit nasional
dengan cakupan yang luas, untuk memperkuat basis ekspor kelapa sawit berkelanjutan.
– Mendorong upaya promosi Sistem Sertifikasi Sustainability Rantai Pasok dan Industri Hilir Kelapa Sawit (ISPO-RP-IHKS) agar
diterima oleh semakin banyak negara importir produk industri kelapa sawit Indonesia,
• saran : what to make to do the mission
– Output ISPO RP-IHKS berupa (Rancangan) Peraturan Menteri yang menangani bidang pemerintahan sektor industry,
sebagai pairing regulation ISPO Hulu Permentan No. 38/2020 (peraturan teknis hulu – hilir).
– ISPO ISPO RP-IHKS berlaku bagi perusahaan yang memproses, memproduksi, memasok, dan / atau mengekspor produk
minyak sawit dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari perkebunan kelapa sawit bersertifikasi ISPO, dan / atau
mengambil kepemilikan sah dan secara fisik menangani produk minyak sawit bersertifikasi ISPO di seluruh rantai pasok.
29
Sumber: DMSI,2021
c. Usulan Ruang Lingkup pengaturan ISPO IHKS-RP

Permentan No. 38 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan


Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

Rancangan Permenperin Nomor xx Tahun


2021 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi
Industri Hilir Kelapa Sawit dan Rantai Pasok
Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

30
d. Perbandingan Aspek ISPO Hulu – Hilir sesuai amanat Perpres No 44 Tahun 2020

ASPEK ISPO PRINSIP ISPO HULU PRINSIP ISPO IHKS-RP


(Perpres No. 44 Tahun 2020) (Permentan 38/2020) (R-Permenperin XX/202X)
1. Menggunakan Bahan baku CPO/CPKO yang
1. Legalitas Usaha Perkebunan
tersertifikasi ISPO sebagai prasyarat utama
Aspek Legalitas 2. Penerapan Praktik Perkebunan yang Baik isertifkasi industry – rantai pasok
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup, Sumber 2. Legalitas Usaha Industri dan Rantai pasok
Daya Alam, dan Keanekaragaman Hayati (Perizinan dan/atau registrasi)
Aspek Ekonomi
4. Tanggung Jawab terhadap 3. Memenuhi Pedoman/Tata Cara Produksi
Industri Hilir dan Rantai pasok,
Ketenagakerjaan
4. Mengutamakan pencapaian kesejahteraan
Aspek Sosial&Budaya 5. Tanggung Jawab Sosial dan Pemberdayaan
pemangku kepentingan, kelestarian
Ekonomi Masyarakat lingkungan hidup dan/atau sosial budaya.
6. Transparansi 5. Berorientasi pada penerimaan pasar
Aspek Lingkungan
7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan produk industry hilir bernilai tambah tinggi.
6. Sertifikasi yang edukatif untuk mencapai
massive certification rate
• Prinsip dan Kriteria diatur berdasarkan peraturan perundangan yag berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam yang meliputi
aspek legalitas, ekonomi, social budaya dan lingkungan.
• Keberadaan ISPO dijamin oleh Pemerintah Indonesia, untuk itu wajib dilakukan oleh para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit,
termasuk pekebun. 31
IX. Kesimpulan dan Penutup
1. Program Indonesia Emas 2045 (100 Tahun Indonesia Merdeka) dapat dicapai melalui Pertumbuhan Ekonomi
Berbasis kegiatan Produktif yang berkualitas sebagai Penggerak Kemajuan Bangsa yang Kokoh dan Mantap
2. Salah satu pilar Indonesia Emas 20545 adalah kegiatan usaha Perkelapasawitan (Sektor Hulu Perkebunan –
Hilir Pengolahan) yang terintegrasi; dengan syarat industry tersebut berkinerja tinggi efisien, berdaya saing
tinggi, mematuhi aspek keberlanjutan tinggi, dan didukung oleh ekosistem digital berbasis pertukaran data
nasional; khususnya dalam hal traceability dan fats response decision making.
3. Khusus untuk sektor hilir pengolahan, Kemenperin telah mempunyai strategi jangka Panjang dan
seperangkat kebijakan operasional dengan tema besar Hilirisasi Industri. Indonesia sebagai negara dengan
Tingkat Produksi dan Konsumsi Minyak sawit dunia terbesar di Dunia berpotensi menjadi Price Setter
konstelasi Minyak nabati dunia.
4. Terdapat 5 (lima) prasyarat untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045 dari Sektor usaha kelapa sawit :
1. Dukungan Ketersediaan bahan baku CPO/CPKO di dalam negeri, yang mencukupi.
2. Dukungan Perwilayahan/Kawasan Industri untuk Minimasi Biaya Logistik.
3. Dukungan Teknologi Produksi yang lebih Efektif-Efisien dan Lintas Multidisiplin Ilmu,
4. Dukungan Teknologi Digital untuk keberlanjutan dan fast response decision making (magnate terbesar pasar ada di Indonesia)
5. Dukungan Konsistensi Kebijakan antar K/L dengan aspek keberlanjutan usaha (hulu – hilir harmonis) sebagai Kompasnya.
5. Masing – masing pemangku kepentingan hendaknya dapat memberikan dukungan atas pencapaian tujuan
Indonesia Emas 2045 dari sektor sawit, untuk menciptakan championship kontribusi pada PDB Nasional
yang semakin dominan.
Terima kasih 32

Anda mungkin juga menyukai