Abstrak
Tingkat produktivitas nasional suatu Negara menjadi faktor penting dalam kegiatan ekspor karet, hal itu
dikarenakan jika suatu negara memiliki produktivitas yang baik maka membuktikan bahwa keadaan ekonomi
Negara tersebut baik sehingga akan menguntungkan jika melakukan kegiatan ekspor. Dalam menentukan Negara
yang paling efisien untuk dilakukan kegiatan ekspor kami menggunakan metode DEA dan BWM untuk
mengambil keputusan. Metode ini merupakan metode yang paling sesuai karena dengan metode ini kita dapat
menentukan kriteria penilaian sesuai dengan standar ekspor oleh pemerintah sehingga hasil yang diperoleh
sangat nyata. Data yang digunakan yaitu volume ekspor karet selama tahun 2011-2015 dan GDP dari sepuluh
Negara dari tahun yang sama, berdasarkan metode DEA dengan CCR dan BCC, dan berdasarkan BWM maka
hasilnya menunjukkan bahwa Negara E1 yang paling efisien untuk dilakukan kegiatan ekspor karet oleh
pemerintah. Dan hal itu juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan untuk membuat berbagai peralatan yang
berbahan dasar karet dari Negara tersebut.
Abstract
The national productivity level of a country is an important factor in rubber export activities, because if a
country has good productivity it proves that the country's economic condition is good so that it will be profitable
if it conducts export activities. In determining the most efficient country for export activities we use the DEA and
BWM methods to make decisions. This method is the most suitable method because with this method we can
determine the assessment criteria in accordance with export standards by the government so that the results
obtained are very real. The data used is the volume of rubber exports during 2011-2015 and GDP of ten
countries from the same year, based on the DEA method with CCR and BCC, and based on BWM the results
show that Country E1 is the most efficient rubber export activity carried out by the government. And it is also
influenced by the need to make various rubber-based equipment from that country.
1
PENDAHULUAN lebih efisien untuk dilakukan kegiatan ekspor
karet. Metode DEA ini menggunakan input dan
Indonesia menjadi penghasil produk karet menghasilkan output yang dapat digunakan untuk
terbesar kedua di dunia setelah Thailand, akan mengetahui negara yang paling efisien.
tetapi penggunaan karet dalam produk lokal Sedangkan metode BWM digunakan untuk
masih sangat rendah hanya berkisar 10-15% dari memutuskan negara mana yang lebih efisien dari
total produksi karet. Hal ini menyebabkan bahan pada negara lain.
baku karet sangat melimpah di Indonesia,
sehingga pemerintah mengambil tindakan untuk TINJAUAN PUSTAKA
mengekspor karet ke Negara-negara yang
membutuhkan. Kegiatan ekspor karet ini Karet menjadi salah satu produk ekspor terbesar
dilakukan dengan melihat pendapatan nasional yang ada di Indonesia. Aktivitas ekspor ini
dari setiap Negara yang ingin mengimpor karet banyak memberi manfaat untuk masyarakat
dari Indonesia. Dengan begitu pemerintah dapat Indonesia, salah satunya adalah untuk
mengetahui Negara mana yang paling menawarkan produk asli dari Indonesia. Melalui
menguntungkan jika dilakukan kegiatan ekspor. penjualan antar negara ini memberikan peluang
Ekspor karet ini juga dapat menambah bagi eksportir Indonesia menawarkan produknya
pendapatan cadangan devisa Negara. ke negara lain. Kegiatan ini bisa memberi
tambahan devisa bagi negara. Berdasarkan hal itu
Karet merupakan bahan baku dasar yang sering kekayaan negara akan meningkat karena devisa
dipergunakan untuk membuat peralatan rumah merupakan salah satu sumber pendapatan negara
tangga, ban kendaraan ataupun mobil, sabuk (Ketut Edo Kurniawan, I Komang Gede Bendesa,
transmisi, sepatu, sandal karet dan masih banyak 2014). Naik turunnya perkembangan ekspor karet
lagi. Dalam hal ini negara–negara luar penghasil di Indonesia banyak disebabkan oleh beberapa
produk tersebut memerlukan banyak bahan baku faktor yang berasal dari dalam dan dari luar
karet untuk memenuhi kebutuhan produksinya. negara. Faktor-faktor yang berasal dari dalam
Sehingga hal tersebut membuat Negara-negara negara meliputi PDB, nilai tukar, serta gejolak
luar mengimpor karet dari Indonesia karena inflasi. Sementara faktor dari luar meliputi krisis
kualitas karet Indonesia yang baik. Karet yang yang terjadi di negara pengimpor karet. (Alinda,
diekspor oleh Indonesia ini merupakan produksi 2013). Beberapa negara non anggota ACFTA
industri Hulu (setengah jadi) bukan ekspor karet masih memiliki potensi untuk dapat dijadikan
industri Hilir (barang jadi). pasar ekspor karet Indonesia. Oleh karena itu,
kebijakan yang harus diambil oleh Pemerintah
Gross Domestic Bruto (GDP) merupakan salah Indonesia adalah meningkatkan perdagangan
satu faktor penting untuk mengukur “kekuatan” dengan negara-negara tersebut. (Marlina Banne
perekonomian suatu negara. GDP merupakan Lembang, Yulius Pratomo, 2013). Pemerintah
salah satu data ekonomi penting (big figure) yang lndonesia hendaknya dapat menambah kualitas
diperhatikan untuk membaca potensi arah dan kuantitas karet alam yang diproduksi dalam
pergerakan pasar selanjutnya. Berdasarkan hal itu negeri, Pemerintah Indonesia diharapkan dapat
GDP ini juga digunakan pemerintah untuk meningkatkan hubungan perdagangan yang lebih
menentukan banyaknya jumlah ekspor karet yang baik dan menambah ekspor ke negara mitra
akan diekspor. Hal itu dilakukan karena kenaikan dagang utama. (Galuh Puspitasari, Malik
pendapatan luar negeri (GDP) akan mendorong Cahyadin, 2014). Permintaan terhadap karet alam
pengeluaran luar negeri pada barang-barang di pasar dunia sepanjang tahun terus meningkat.
Indonesia sehingga menaikkan ekspor atau Hal ini bisa diketahui dari meningkatnya jumlah
permintaan terhadap barang barang lndonesia ekspor karet alam dunia. Menurut data FAO,
Penelitian ini menggunakan metode DEA dan pertumbuhan jumlah ekspor karet alam dunia dari
BWM untuk menentukan Negara mana yang tahun 1996 sampai 2010 mengarah pada
2
peningkatan (Yogi Rahmad Syahputra, dkk., efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan
2014). yang besar bagi negara.
3
Nilai Minimum CCR efisien dalam kegiatan ekspor apabila memiliki
nilai efisiensi 1. Apabila kurang dari 1 maka
dikatakan tidak efisien. Dalam penelitian ini
menggunakan nilai GDP sebagai input dan
Subject to volume ekspor sebagai output. Hubungan antara
input dan output ini sangat kuat karena
banyaknya permintaan ekspor suatu negara
bergantung pada seberapa besar atau seberapa
banyak produk yang dihasilkan suatu negara
tersebut.
Subject to
5
berpengaruh terhadap permintaan suatu ekspor terbesar ke 2 di dunia setelah Thailand maka
adalah kebutuhan suatu Negara terhadap barang dalam menentukan Negara yang efisien untuk
yang diekspor, dalam hal ini kebutuhan bahan kegiatan ekspor menjadi sangat penting untuk
karet sangat berpengaruh terhadap permintaan dapat menambah keuntungan bagi negara.
ekpor suatu negara. Negara yang paling efisien Produktivitas karet Indonesia dari tahun ke tahun
untuk dilakukan kegiatan ekspor karet semakin meningkat sehingga volume karet yang
berdasarkan metode DEA dan BWM adalah dapat diekspor juga banyak, hal ini sejalan juga
Negara E1. dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku
suatu negara dalam proses pembuatan produk
DISKUSI dari negara masing-masing.
Evaluasi metode DEA dan BWM ini adalah SARAN
dalam metode ini menunjukkan hasil yang sesuai
dengan data asli yang merujuk pada data BPS, Berdasarkan hasil dan kesimpulan di atas maka
dimana dalam data tersebut menunjukkan bahwa dapat diberikan saran bahwa kedepannya
negara yang efisien untuk kegiatan ekspor adalah diharapkan juga bukan hanya untuk memenuhi
Negara E1. Pada uji DEA dengan metode CCR kebutuhan ekspor saja namun juga diharapkan
dan BCC menunjukkan bahwa Negara E1 konsumsi lokal dapat meningkat untuk memenuhi
memiliki tingkat efisien yang paling tinggi kebutuhan bahan baku pembuatan produk lokal.
dibandingkan negara lain. Walaupun ada Negara Berdasarkan hal itu pemerintah dapat
lain yang juga memiliki tingkat efisien tinggi menggunakan hasil analisis ini dalam
akan tetapi seperti yang dijelaskan pada menentukan suatu Negara yang efisien untuk
pembahasan bahwasannya Negara E1 menjadi kegiatan ekspor karet.
Negara efisien karena beberapa faktor penilaian
yang ada. Faktor penilaian ini berupa kualitas, DAFTAR PUSTAKA
legalitas, kebutuhan, pengelolaan, lingkungan
Alinda, N., 2013. Analisis Faktor-Faktor
dan pekerja. Model ini jelas memiliki tingkat uji
yang Mempengaruhi Ekspor Karet di
keefisienan yang tinggi dan merupakan tujuan Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
berkelanjutan untuk menentukan Negara paling 11(1), p. 93.
efisien untuk kegiatan ekspor karet. Dengan Gabriella Claudia, dkk, 2016. Pengaruh
adanya hasil ini dapat membantu pemerintah Produksi Karet Alam Domestik, Harga Karet
dalam menentukan negara paling efisien untuk Alam Internasional, dan Nilai Tukar terhadap
kegiatan ekspor sehingga dapat menambah Volume Ekspor Karet Alam (Studi pada
keuntungan bagi negara. Perlu diingat bahwa Komoditi Karet Alam Indonesia Tahun 2010-
pada grafik 1 hanya menghasilkan 5 negara yang 2013. Jurnal Administrasi Bisnis, 35(1), p.
termasuk efisien sedangkan pada grafik 2 165.
menghasilkan 7 negara yang termasuk efisien. Galuh Puspitasari, Malik Cahyadin, 2014.
Salah satu faktor yang sangat penting Negara E1 Pengaruh Gross Domestic Product (GDP)
menjadi paling efisien adalah berdasar pada dan Nilai Tukar Negara Mitra Dagang Utama
grafik 3, faktor kebutuhan Negara E1 Terhadap Ekspor Karet Alam Indonesia
menyebabkan meningkatnya permintaan Tahun 2000-2012. Kajian, 19(1), p. 22.
terhadap ekspor karet karena GDP Negara
Ketut Edo Kurniawan, I Komang Gede
Bendesa, 2012. Pengaruh Produksi Kare,
tersebut juga meningkat.
Kurs Dollar Amerika Serikat dan Ekspor
KESIMPULAN Karet Terhadap Cadangan Devisa Indonesia
Periode 1995-2012. Jurnal Ekonomi
Berdasarkan analisis DEA dan BWM dapat Pembangunan , 3(7), p. 312.
disimpulkan bahwa Negara yang paling efisien Marlina Banne Lembang, Yulius Pratomo,
adalah neagara E1. Sebagai penghasil karet 2013. Ekspor Karet Indonesia ke-15 Negara
6
Tujuan Utama setelah Pemberlakuan
Kebijakan ACFTA. Jurnal Trikonomika,
12(1), p. 21.
Rosyada, A., 2011. Analisis Efesiensi Teknis
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
Periode Tahun 2008-2009 dengan
Menggunakan Metode DEA (Data
Envelopment Analysis). Media Ekonomi,
19(2), p. 53.
W. Huang, dkk, 2002. Recovery of
Monomers and Fillers from High-
Temperature- Vulcanized Silicone Rubbers-
Combined Effects of Solvent, Base and
Fillers. Polymer , 13(9), p. 7296.
Yogi Rahmad Syahputra, dkk, 2014. Analisis
Daya Saing Ekspor Karet Alam (Natural
Rubber) Indonesia di Pasar Internasional.
Jom Faperta, 1(2), p. 2.