Anda di halaman 1dari 21

M.K.

Pemasaran Ekspor Produk Agribisnis Hari/Tanggal : Kamis, 09 Februari 2023

Kel/Prak :1/2

Dosen Pengampu :

Dr. Veralianta Br Sebayang, S.P., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Anisah Salsabila (J0310202344)

2. Audrey Meilinda (J0310201294)

3. Cut Natasha Shaharani (J1310201013)

4. Keisya Rizqiawardhani (J0310201032)

5. Resty Kurnia Ilahi (J1310201037)

6. Rahman (J1310201008)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2023
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya
alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas
sumberdaya perikanan dan kelestarian lingkungan. Salah satu komoditas perikanan
Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi primadona adalah udang. Udang
merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang tersedia hampir diseluruh perairan
Indonesia dan merupakan salah satu komoditas ekspor andalan dari sub sektor perikanan
penunjang. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor udang ke negara-
negara tujuan ekspor seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Miro, 2013).
Permintaan udang Pada tahun 2014 mencapai 200.000 ton. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2013 hanya 162.000 ton atau naik 23%. Sementara itu permintaan
udang yang cukup signifikan dari 5 tahun terakhir, dipicu dengan meningkatnya
permintaan konsumsi udang. Indonesia memiliki luas lahan budidaya yang potensial
untuk udang, yakni mencapai 866.550 hektar, sementara sampai tahun 1999 luas tambak
yang dibangun baru mencapai 344.759 ha. Artinya, tingkat pemanfaatannya baru 39,7%.
Sementara itu, potensi penangkapan udang di laut diperkirakan 74.000 ton/tahun dan
telah dimanfaatkan sekitar 70.000 ton/tahun.
Terdapat beberapa jenis udang yang banyak dipelihara petambakdi Indonesia, yaitu
udang windu, udang vaname, udang api-api, udang putih, dan udang galah. Udang
budidaya yang dikaitkan dengan pasar ekspor Indonesia adalah udang windu. Komoditas
udang windu dikenal bernilai ekonomis tinggi dibanding beberapa komoditas lainnya,
baik untuk konsumsi lokal maupun untuk pasar ekspor (Sugara, t.thn.). Budidaya udang
windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi
pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan
penghasil devisa terbesar pada produk perikanan selepas tahun 1995.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui negara ekspor pada komoditas udang windu.
2. Mengetahui isu ekspor pada komoditas udang windu.
3. Mengetahui daya saing pada komoditas udang windu.
4. Mengetahui perusahaan yg mengekspor komoditas udang windu.
5. Mengetahui keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas udang windu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Windu (Penaeus monodon)


Udang Windu (Penaeus monodon) merupakan crustacea, pertumbuhan dan
reproduksi krustasea diatur oleh kombinasi hormon neuropeptide, ecdysteroids (hormone
moulting) dan methyl farnesoate isoprenoid (MF). Pertumbuhan pada udang merupakan
penambahan protoplasma dan pembelahan sel yang terus menerus pada waktu ganti kulit.
Udang Windu (Penaeus monodon) dikenal dengan sebutan black tiger shrimp merupakan
udang laut asli Indonesia yang tumbuh mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram.
Namun, jika dipelihara di tambak panjang tubuhnya hanya mencapai 20 cm dan berat
sekitar 140 gram. Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau
kebiruan, dan berloreng-loreng besar. Saat muda udang Windu berada di perairan
dangkal tepi pantai, dan begitu dewasa mencari tempat yang dalam di tengah laut. Selain
itu, udang memiliki kadar protein yang tinggi, vitamin, mineral, dan asam amino yang
lengkap, baik esensial maupun non esensial serta dikenal sebagai komoditi ekspor yang
menguntungkan.

2.2 Ekspor
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh
pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukkannya ke negara
lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai
di negara pengirim maupun penerima (Purwito, 2015). Ekspor adalah kegiatan
mengeluarkan barang dari dalam daerah Indonesia atau dikenal juga dengan sebutan
daerah pabean keluar daerah Indonesia atau keluar dari daerah pabean (Berata, 2014).

2.3 Daya Saing


Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar
daerah menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif lebih tinggi dan
berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Menurut Porter 1990,
daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk masuk dan bertahan dalam
persaingan di perdagangan internasional. oleh karena itu, negara yang memiliki daya
saing yang kuat pada suatu komoditas akan menguasai perdagangan pada komoditas
tersebut.
Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat
bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau keunggulan
kompetitif. Pentingnya daya saing karena tiga hal berikut: (1) Mendorong produktivitas
dan meningkatkan kemampuan mandiri, (2) Dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik
dalam konteks regional ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga
pertumbuhan ekonomi meningkat, (3) Kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih
menciptakan efisiensi.
2.4 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
● Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh
individu, perusahaan, ataupun negara guna menghasilkan barang maupun jasa
dengan menggunakan sejumlah dana yang lebih rendah daripada dana yang
dikeluarkan oleh kompetitor. Keunggulan komparatif dapat memberikan
kemampuan untuk menjual barang ataupun jasa dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan kompetitor. Selain itu, keunggulan komparatif juga bisa
membantu para pemilik usaha dalam menyadari margin penjualan yang cukup kuat.
● Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah
kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya suatu perusahaan
untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain pada industri
atau pasar yang sama. Istilah ini berasal dari judul buku Michael Porter, Competitive
Advantage (1985), yang dibuat sebagai jawaban atas kritik terhadap konsep
keunggulan komparatif. Porter merumuskan dua jenis keunggulan kompetitif
perusahaan, yaitu biaya rendah atau diferensiasi produk.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Negara Ekspor Udang Windu (Penaeus monodon) Terbesar (10)


Indonesia sebagai negara agraris memiliki keragaman komoditas perikanan dan
kelautan, salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor tersebut adalah udang
dengan berbagai jenis yang memiliki potensi cukup besar dalam menggerakkan ekonomi
perdagangan nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan membedakan jenis udang
Indonesia berdasarkan upaya petambak dan pengolahan udang, Indonesia memiliki udang
dari hasil tangkapan laut lepas dan udang berdasarkan hasil budidaya tambak yang
tersebar hampir di seluruh Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Sulawesi Selatan
dan Kalimantan Timur yang merupakan penghasil udang windu terbesar di Indonesia.
Udang menjadi salah satu komoditas perikanan di Indonesia yang memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. Indonesia sendiri menempati urutan ketiga sebagai
negara pengekspor udang terbesar di dunia setelah Thailand dan India. Jenis udang yang
dibudidayakan, seperti udang windu. Negara tujuan ekspor udang windu, diantaranya;
Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Thailand, Taiwan, Singapura, Hong Kong,
Spanyol, dan beberapa negara lain, seperti negara kawasan Uni Eropa dan China.
Kontribusi udang sebagai komoditas yang dianggap bernilai positif terhadap
devisa negara menjadikan pemerintah memberi perhatian khusus dalam upaya budidaya
udang di berbagai provinsi di Indonesia, pengawasan terhadap subsidi dan teknologi
budidaya adalah contoh bentuk dorongan pemerintah Indonesia dalam peningkatan
produksi udang, selain itu upaya ini juga untuk mendorong peningkatan kualitas udang
yang dihasilkan. Guna memenuhi permintaan udang Indonesia dari berbagai
wilayah/provinsi yang juga mengalami peningkatan, Jepang, Amerika Serikat, serta
beberapa negara lain, adalah negara-negara importir udang Indonesia.

3.2 Isu Ekspor Udang Windu (Penaeus monodon) yang Terjadi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari 5 (lima) produsen udang terbesar di dunia.
Permintaan ekspor terhadap komoditas udang windu asal Provinsi Kalimantan Utara
(Kaltara) menunjukkan tren peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai
ekspor udang dan perikanan sepanjang 2020 lalu mencapai US$ 3,51 miliar. Komoditas
perikanan jadi salah satu yang masih mengalami surplus meski pandemi menghantam.
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
(BKIPM) Tarakan mengatakan bahwa di semester pertama 2020, permintaan ekspor
udang windu terus mengalami kenaikan dan kenaikan tersebut sebesar 10%. Dari data
KKP melalui statistik.kkp.go.id, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki volume
produksi tertinggi pada tahun 2020, yakni 159.013,10 ton yang membuka peluang NTB
menjadi produsen udang utama di Indonesia.
Di tahun 2021 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor
udang budidaya Tanah Air sebanyak 5,33 juta kilogram (kg) pada Januari hingga
November 2021. Volume ekspornya meningkat 36,13% dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 3,92 juta kg. Sementara, nilai ekspor udang budidaya pada
Januari hingga November 2021 tercatat sebesar US$ 36,75 juta. Nilai ekspornya naik
hingga 48,68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$
24,72 juta.
Ekspor udang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional dengan terus mengoptimalkan pemanfaatan daerah
potensial. KKP menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton per tahun pada
tahun 2024. Untuk mewujudkan target tersebut, salah satu rencana KKP adalah bekerja
sama dengan pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah dengan
membangun tambak udang berbasis kawasan seluas 100 hektare. Pembangunan tambak
udang berbasis kawasan dilaksanakan dengan menggunakan pertimbangan ekologi dan
ekonomi. Dengan begitu diharapkan tidak hanya terdapat peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pendapatan asli daerah namun juga kelestarian ekosistem dapat terjaga.

3.3 HS Code Udang Windu (Penaeus monodon)


Harmonized System Code atau biasa disebut HS Code adalah suatu daftar
penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah
pentarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari
sistem klasifikasi sebelumnya. Saat ini pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan
kepada Harmonized System dan dituangkan ke dalam suatu daftar tarif yang disebut Buku
Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI). Di Indonesia sendiri sistem penggolongan tersebut
menggunakan sistem penomoran 8 digit dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia
(BTKI).
HS Code pada udang windu (Penaeus monodon) menurut Indonesia National
Single Window (INSW) di bawah Menteri Keuangan, yaitu 03063611. udang windu
termasuk ke dalam kode jenis binatang hidup produk hewani, ikan dan crustacea,
moluska beserta invertebrata air lainnya, dengan deskripsi kode :
 0306
Crustacea, bercangkang maupun tidak, hidup, segar, dingin, beku, dikeringkan,
diasinkan atau dalam air garam; crustacea di asap, dimasak maupun tidak sebelum
atau selama proses pengasapan; crustacea, bercangkang, dikukus atau direbus,
dingin, beku, dikeringkan, diasinkan atau dalam air garam maupun tidak.
 030636
- - Udang dan udang besar lainnya :
 03063611
- - - - Udang windu (Penaeus monodon) Serta keterangan tambahan lainnya
menurut sumber INSW mengenai Udang Windu, yaitu :

3.4 Daya Saing Udang Windu (Penaeus monodon)


Konsep daya saing dalam perdagangan internasional sangat terkait dengan
keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditi atau kemampuan suatu negara dalam
menghasilkan suatu komoditi tersebut secara efisien dibanding negara lain. Dilihat dari
perkembangan ekspor Indonesia, produk ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor non
migas, dimana terdapat sektor industri, pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Komoditas perikanan, yaitu udang merupakan 10 komoditas ekspor utama dari Indonesia
dan berkontribusi terhadap sektor non migas sebesar 0.91 persen. Komoditas udang
merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekspor penting bagi
Indonesia. Permintaan udang di pasar global sempat turun pada tahun 2015 namun
mengalami kenaikan rata-rata pada tahun 2014- 2018 sebesar 4,79 persen.

Hasil dari penelitian analisis Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)
selama 10 tahun (2007-2016) didapatkan udang segar di pasar internasional memiliki
bentuk pasar oligopoli dengan pemimpin kekuatan pasar monopoli dengan konsentrasi
pasar sedang atau Moderately concentrated markets, udang beku memiliki bentuk pasar
oligopoli dengan konsentrasi pasar sedang atau Moderately concentrated markets, dan
udang olahan memiliki bentuk pasar monopolistik dengan pemimpin kekuatan pasar
oligopoli kuat dengan konsentrasi pasar tinggi atau High concentrated markets.
Hasil dari penelitian analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) komoditas
udang Indonesia pada tahun 2008-2017, udang segar Indonesia memiliki nilai RCA
sebesar 0,94, artinya tidak memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing lemah.
Udang beku Indonesia memiliki nilai RCA sebesar 2,551, artinya Indonesia sudah
memiliki strategi dan mempunyai keunggulan komparatif dalam komoditas udang beku.
Udang olahan Indonesia memiliki nilai RCA sebesar 0,625, artinya tidak memiliki
keunggulan komparatif dan berdaya saing lemah. Hasil dari penelitian analisis Indeks
Spesialisasi Perdagangan komoditas udang Indonesia pada tahun 2008-2017, udang segar
memiliki rata-rata nilai ISP sebesar 0.479, udang beku sebesar 0.387, dan udang olahan
sebesar 0.118, artinya udang segar, beku, dan olahan Indonesia berada dalam tahap
pertumbuhan dan berdaya saing rendah, artinya penawaran komoditi udang lebih besar
daripada permintaan.
Berdasarkan hasil analisis daya saing ekspor komoditas udang Indonesia ke
negara tujuan ekspor, yaitu Jepang, USA, Malaysia, dan Inggris didapatkan bahwa daya
saing ekspor komoditas udang di Negara Jepang, USA, dan Inggris memiliki nilai daya
saing yang tinggi. Sementara daya saing ekspor komoditas udang di Negara Malaysia
rendah.
 Strategi yang dapat diterapkan oleh pemerintah dan pelaku ekspor secara internal
adalah memperkuat daya saing komoditas udang Indonesia dengan meningkatkan
mutu produk ekspor. Selain itu, pelaku ekspor dan pemerintah perlu
mengukuhkan sistem produksi udang dalam negeri dengan melakukan riset
mengenai budidaya dan pemijahan benih udang yang berkualitas serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kegiatan produksi.
 Strategi yang perlu diterapkan untuk meningkatkan daya saing dari segi eksternal
(luar negeri) adalah melakukan riset pasar dan preferensi konsumen di pasar
internasional, melakukan riset pasar negara eksportir pesaing, dan mengurangi
ekspor benih udang dalam negeri menuju negara eksportir pesaing.
 Dari sisi internal, strategi yang sangat penting dalam pengembangan usaha udang
adalah meningkatkan dan mempertahankan jumlah serta kualitas produksi. Hal
ini dapat dicapai dengan menjaga ketersediaan dan kualitas sumber daya
produksi, seperti benih udang dan pakan.
 Strategi yang dapat diterapkan untuk jangka panjang adalah dengan meningkatkan
kerja sama antara para pelaku usaha budidaya udang dalam negeri dengan para
produsen benih udang agar memprioritaskan penjualan benih udang berkualitas
kepada pembudidaya dalam negeri.
Hasil estimasi dari regresi model Gravity, ada beberapa komponen yang
mempengaruhi pergerakan nilai ekspor komoditas udang Indonesia, yaitu GDP
nominal negara tujuan, nilai tukar riil rupiah, jarak ekonomi Indonesia dengan negara
tujuan, dan jumlah ekspor tahun sebelumnya.
 Strategi pertama yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai ekspor
komoditas udang oleh pemerintah dan pelaku ekspor komoditas udang adalah
dengan memanfaatkan peluang semakin tingginya GDP nominal negara-negara
tujuan ekspor sehingga seiring dengan meningkatnya GDP negara tujuan ekspor
akan meningkatkan permintaan ekspor udang Indonesia. Selain itu, Pemerintah
perlu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sehingga bisa terus mendorong
ekspor udang.
 Strategi kedua adalah dengan meminimalisir sumber daya yang dibutuhkan dalam
perdagangan bilateral dengan efisiensi transportasi, waktu, dan tenaga kerja serta
inovasi teknologi distribusi sehingga jarak ekonomi yang besar tidak menjadi
hambatan yang menurunkan daya saing komoditas udang Indonesia.
 Strategi yang ketiga adalah bagaimana Pemerintah dan Pelaku usaha bisa
mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas/mutu komoditas udang yang
diekspor. Dengan demikian negara-negara tujuan ekspor akan percaya dan terus
meningkatkan ekspor udangnya dari Indonesia.

Kerangka Pemecahan Masalah Analisis Daya Saing Industri Udang Tambak Indonesia

3.5 Perusahaan Ekspor Udang Windu (Penaeus monodon) atau Black Tiger
 PT. Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP)
PT. Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) didirikan pada tahun 2004
sebagai perusahaan pengolah dan pengekspor udang. Kantor pusat Panca Mitra
berada di Surabaya dan pabrik pengolahannya berada di Situbondo, Jawa Timur, dan
Tarakan, Kalimantan Utara. Total kapasitas produksi perusahaan adalah 25.000
ton/tahun, dengan fasilitas tempat penyimpanan dingin 46.000 ton.
Pada 2004, PMMP beserta anak perusahaannya Tri Mitra Makmur (TMM)
bersama rekan kerjanya dari Singapura membangun pabrik pengolahan udang
pertama di Situbondo. Enam tahun kemudian, PMMP melebarkan sayap ke Tarakan,
Kalimantan Utara untuk memproduksi udang jenis Black Tiger. PT. Panca Mitra
terus berekspansi dengan menambah pabrik pengolahan di Situbondo dan Tarakan
dan pada 2019, perusahaan ini mencatatkan kapasitas produksi 25.100 ton per tahun
dan ekspor lebih dari 15.000 ton udang, dikombinasikan dengan 46.000 ton fasilitas
cold storage.

Panca Mitra juga menempati peringkat kedua eksportir udang terbesar dari
sisi volume udang yang diekspor pada 2019. PMMP telah melepas udang ke semua
pasar utama di seluruh dunia. Selain itu, produk terobosan lainnya berhasil
menembus pasar ritel dan layanan makanan di Amerika Serikat dan Jepang.
Beberapa negara tujuan ekspor PMMP di antaranya Singapura, Hong Kong, Jepang,
Amerika Serikat, dan Denmark. Konsumen terbaru di 2021 yakni Britania Raya.
PMMP juga menjadi pemasok di Walmart (AS), Seven-Eleven (Jepang) dan juga
Papaya Fresh Market (Indonesia). Adapun jenis udang segar yang ditawarkan Panca
Mitra adalah udang Black Tiger dan Vannamei.
PMMP dan entitas anak perusahaannya mengembangkan berbagai produk
udang ke dalam dua kategori, yakni produk komoditas dan produk bernilai
tambah. Untuk produk komoditas terbagi ke dalam dua jenis produk, yakni udah
mentah dan udang cooked. Beberapa merek perusahaan ini adalah Leaders untuk
udang beku (Black Tiger dan Vannamei) dan Ebinoya (Breaded Shrimp Roti
Udang, Sushi Ebi Shrimp Organik, Nobashi Shrimp, Raw Tempura Shrimp,
Cooked Shrimp Ring dan Garlic Butter Marinated Shrimp).

 PT. Mustika Minanusa Aurora (PT. MMA)


PT. Mustika Minanusa Aurora didirikan pada tanggal 15 mei 2000 sesuai
dengan surat pemberitahuan dari badan koordinasi penanaman modal (BKPM)
berdasarkan hasil kesepakatan dan penanaman saham, perusahaan ini merupakan
perusahaan milik swasta nasional yang berkantor pusat di Surabaya.
PT. Mustika Minanusa Aurora Tarakan adalah suatu perusahaan yang
bergerak dibidang pengolahan dan pemasaran udang beku. PT. Mustika Minanusa
Aurora Tarakan bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasaran produk perikanan
udang beku untuk ekspor, diantaranya :
- Udang Tiger
- Udang Pink
- Udang Yellow
- Udang White
- Udang Cat
- Udang Werus
Kelompok Hasil Produksi PT. MMA :
- HO (Head On)
- HL (Headless)
- PND (Peeled and Deveined)
- PUD (Peeled Undeveined)
- PTO (Peeled Tail On)
- PDTO (Peeled Deveined Tail On)
Dari sekian banyak produk yang dihasilkan, perusahaan juga memiliki banyak
brand, tetapi produknya tetap sama, yaitu udang beku. Dimana brand tersebut
ditentukan oleh buyer. Berikut nama-nama brand yang yang dikeluarkan perusahaan :

Harga produk udang beku pada PT. Mustika Minanusa Aurora, yaitu
dihitung per MC (Master Carton) sesuai jenis produk udang windu beku dengan
harga penjualan sebesar Rp. 2.500.000/MC (Master Carton). Berikut ini tabel
udang windu berdasarkan jenis, harga dan sizenya :
Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan biaya-biaya selama proses
produksi, tujuan pemasaran (ekspor), jumlah bahan baku pesanan, perubahan nilai
tukar rupiah dengan mata uang asing, dan berdasarkan hasil negosiasi pihak
perusahaan dengan buyer.
Proses penyaluran hasil produksi di PT. Mustika Minanusa Aurora
menggunakan metode langsung ke negara tujuan tanpa melalui perantara, karena
pembeli/buyer merupakan investor pada perusahaan tersebut. produk yang
dihasilkan perusahaan dikirim menggunakan kontainer dan kapal ekspor. Adapun
negara tujuan konsumen atau ekspor PT. Mustika Minanusa Aurora dari semua
hasil proses produksinya seratus persen untuk ekspor, yaitu negara Jepang,
Taiwan, Hong Kong, Red China, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Kegiatan promosi yang dilakukan di PT. Mustika Minanusa Aurora, yaitu
penyebaran informasi melalui iklan di media elektronik, dengan mengunjungi
website perusahaan, komunikasi secara langsung (lisan) terhadap konsumen.

3.6 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Udang Windu (Penaeus monodon)


 Keunggulan Komparatif Udang Windu (Penaeus monodon)
Analisis daya saing komparatif udang beku Indonesia pada penelitian ini
menggunakan dua metode, yaitu metode Revealed of Comparative Advantage
(RCA) dan metode Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Adapun negara tujuan
utama ekspor udang beku Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Vietnam,
Inggris, dan China. Di lima negara tujuan tersebut, udang beku Indonesia memiliki
daya saing komparatif yang kuat berdasarkan analisis RCA maupun analisis ISP.
Udang beku Indonesia memiliki nilai rata-rata RCA lebih besar dari pada satu (>1)
dan berdasarkan analisis ISP, Indonesia berada pada tahap kematangan dengan rata-
rata nilai ISP sebesar 1,00 di semua negara tujuan, kecuali Inggris dengan rata-rata
nilai ISP sebesar 0,85.
Daya Saing udang beku Indonesia dapat ditentukan oleh keunggulan
komparatifnya. Analisis keunggulan komparatif udang beku Indonesia dengan
menggunakan indeks RCA dilakukan untuk mengetahui daya saing komoditas
tersebut di pasar internasional dengan melihat nilai ekspor secara komparatif. Hal ini
dikarenakan rata - rata nilai RCA udang beku di indonesia pada setiap negara tujuan

lebih besar dari satu. Berikut adalah perhitungan nilai RCA udang beku indonesia
pada negara tujuan ekspor.

Ekspor udang beku Indonesia ke lima negara tujuan utama secara umum
memiliki daya saing komparatif yang kuat karena memiliki nilai RCA lebih dari 1.
Dari lima negara tujuan ekspor udang beku Indonesia, Amerika Serikat menjadi
pangsa pasar udang beku Indonesia terbesar dengan rata-rata nilai RCA sebesar
24,88. Kemudian Inggris berada di posisi kedua sebagai pangsa pasar Indonesia
terbesar dengan rata-rata nilai RCA sebesar 16,94, lalu diikuti oleh Jepang dengan
rata-rata nilai RCA sebesar 6,20, China dengan rata-rata nilai RCA sebesar 5,88, dan
Vietnam dengan rata-rata nilai RCA sebesar 5,16.

 Keunggulan Kompetitif Udang Windu (Penaeus monodon)


Daya saing udang beku Indonesia selanjutnya ditentukan oleh keunggulan
kompetitifnya. Keunggulan kompetitif udang beku Indonesia dapat dilihat melalui
nilai EPD (Export Product Dynamic) pada setiap negara tujuan ekspor udang Nilai
EPD Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Udang beku Indonesia. Analisis EPD
sendiri bertujuan untuk mengukur dinamis tidaknya satu komoditas di negara tujuan
utamanya. Pada metode ini terdapat 4 Kuadran, yaitu Rising Star, Falling Star,
Retreet, dan Lost Opportunity. Berikut adalah perhitungan nilai EPD udang beku
Indonesia pada negara tujuan Ekspor. Berikut merupakan hasil dari perhitungan nilai
EPD Indonesia pada tujuan pasar ekspor.

Tabel tersebut menggambarkan posisi pasar udang beku indonesia selama


kurun waktu 2012-2018. Berbeda dengan hasil RCA yang menunjukkan bahwa
udang beku Indonesia berdaya saing kuat di semua negara tujuan, hasil analisis
EPD menunjukkan bahwa udang beku Indonesia tidak berdaya saing di semua
negara tujuan utama. Hasil analisis EPD menunjukan bahwa ekspor udang beku
Indonesia berada di empat posisi pasar, yaitu Rising Star di Amerika serikat yang
berarti memiliki daya saing kuat, kemudian Falling Star di Jepang yang berarti
berdaya saing lema, sedangkan Retreat di Vietnam dan Inggris yang berarti tidak
memiliki daya saing atau udang beku Indonesia tidak lagi diinginkan, serta Lost
Opportunity di China yang berarti Indonesia harus mencari pasar pengganti.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Sugara, B. (t.thn.). MAKALAH UDANG TIGER ATAU WINDU. Diambil kembali dari
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/29497554/MAKALAH_UDANG_TIGER_ATAU_WINDU

https://insw.go.id/intr/detail-komoditas

https://www.scisi.co.id/blog/f_and_q/harmonized-system-code-hs-code/

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/131~PMK.01~2008Per.htm#:~:text=Indonesia
%20National%20Single%20Window%20yang,dan%20sinkron%20(single%20and
%20synchronous

https://kkp.go.id/bkipm/artikel/22342-permintaan-ekspor-udang-windu-kaltara-alami-
peningkatan

https://kkp.go.id/brsdm/sosek/artikel/39265-produksi-budi-daya-udang-di-indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/08/5-negara-tujuan-ekspor-udang-
budidaya-terbesar-ri

Keunggulan kompetitif dan komparatif


https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/55823/1/SAYID
%20MOHAMAD%20FURQON-FST.pdf

Anda mungkin juga menyukai