Kel/Prak :1/2
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
6. Rahman (J1310201008)
SEKOLAH VOKASI
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Ekspor
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem
pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh
pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukkannya ke negara
lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai
di negara pengirim maupun penerima (Purwito, 2015). Ekspor adalah kegiatan
mengeluarkan barang dari dalam daerah Indonesia atau dikenal juga dengan sebutan
daerah pabean keluar daerah Indonesia atau keluar dari daerah pabean (Berata, 2014).
PEMBAHASAN
3.2 Isu Ekspor Udang Windu (Penaeus monodon) yang Terjadi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari 5 (lima) produsen udang terbesar di dunia.
Permintaan ekspor terhadap komoditas udang windu asal Provinsi Kalimantan Utara
(Kaltara) menunjukkan tren peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai
ekspor udang dan perikanan sepanjang 2020 lalu mencapai US$ 3,51 miliar. Komoditas
perikanan jadi salah satu yang masih mengalami surplus meski pandemi menghantam.
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
(BKIPM) Tarakan mengatakan bahwa di semester pertama 2020, permintaan ekspor
udang windu terus mengalami kenaikan dan kenaikan tersebut sebesar 10%. Dari data
KKP melalui statistik.kkp.go.id, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki volume
produksi tertinggi pada tahun 2020, yakni 159.013,10 ton yang membuka peluang NTB
menjadi produsen udang utama di Indonesia.
Di tahun 2021 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor
udang budidaya Tanah Air sebanyak 5,33 juta kilogram (kg) pada Januari hingga
November 2021. Volume ekspornya meningkat 36,13% dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 3,92 juta kg. Sementara, nilai ekspor udang budidaya pada
Januari hingga November 2021 tercatat sebesar US$ 36,75 juta. Nilai ekspornya naik
hingga 48,68% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$
24,72 juta.
Ekspor udang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional dengan terus mengoptimalkan pemanfaatan daerah
potensial. KKP menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton per tahun pada
tahun 2024. Untuk mewujudkan target tersebut, salah satu rencana KKP adalah bekerja
sama dengan pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah dengan
membangun tambak udang berbasis kawasan seluas 100 hektare. Pembangunan tambak
udang berbasis kawasan dilaksanakan dengan menggunakan pertimbangan ekologi dan
ekonomi. Dengan begitu diharapkan tidak hanya terdapat peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pendapatan asli daerah namun juga kelestarian ekosistem dapat terjaga.
Hasil dari penelitian analisis Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)
selama 10 tahun (2007-2016) didapatkan udang segar di pasar internasional memiliki
bentuk pasar oligopoli dengan pemimpin kekuatan pasar monopoli dengan konsentrasi
pasar sedang atau Moderately concentrated markets, udang beku memiliki bentuk pasar
oligopoli dengan konsentrasi pasar sedang atau Moderately concentrated markets, dan
udang olahan memiliki bentuk pasar monopolistik dengan pemimpin kekuatan pasar
oligopoli kuat dengan konsentrasi pasar tinggi atau High concentrated markets.
Hasil dari penelitian analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) komoditas
udang Indonesia pada tahun 2008-2017, udang segar Indonesia memiliki nilai RCA
sebesar 0,94, artinya tidak memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing lemah.
Udang beku Indonesia memiliki nilai RCA sebesar 2,551, artinya Indonesia sudah
memiliki strategi dan mempunyai keunggulan komparatif dalam komoditas udang beku.
Udang olahan Indonesia memiliki nilai RCA sebesar 0,625, artinya tidak memiliki
keunggulan komparatif dan berdaya saing lemah. Hasil dari penelitian analisis Indeks
Spesialisasi Perdagangan komoditas udang Indonesia pada tahun 2008-2017, udang segar
memiliki rata-rata nilai ISP sebesar 0.479, udang beku sebesar 0.387, dan udang olahan
sebesar 0.118, artinya udang segar, beku, dan olahan Indonesia berada dalam tahap
pertumbuhan dan berdaya saing rendah, artinya penawaran komoditi udang lebih besar
daripada permintaan.
Berdasarkan hasil analisis daya saing ekspor komoditas udang Indonesia ke
negara tujuan ekspor, yaitu Jepang, USA, Malaysia, dan Inggris didapatkan bahwa daya
saing ekspor komoditas udang di Negara Jepang, USA, dan Inggris memiliki nilai daya
saing yang tinggi. Sementara daya saing ekspor komoditas udang di Negara Malaysia
rendah.
Strategi yang dapat diterapkan oleh pemerintah dan pelaku ekspor secara internal
adalah memperkuat daya saing komoditas udang Indonesia dengan meningkatkan
mutu produk ekspor. Selain itu, pelaku ekspor dan pemerintah perlu
mengukuhkan sistem produksi udang dalam negeri dengan melakukan riset
mengenai budidaya dan pemijahan benih udang yang berkualitas serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kegiatan produksi.
Strategi yang perlu diterapkan untuk meningkatkan daya saing dari segi eksternal
(luar negeri) adalah melakukan riset pasar dan preferensi konsumen di pasar
internasional, melakukan riset pasar negara eksportir pesaing, dan mengurangi
ekspor benih udang dalam negeri menuju negara eksportir pesaing.
Dari sisi internal, strategi yang sangat penting dalam pengembangan usaha udang
adalah meningkatkan dan mempertahankan jumlah serta kualitas produksi. Hal
ini dapat dicapai dengan menjaga ketersediaan dan kualitas sumber daya
produksi, seperti benih udang dan pakan.
Strategi yang dapat diterapkan untuk jangka panjang adalah dengan meningkatkan
kerja sama antara para pelaku usaha budidaya udang dalam negeri dengan para
produsen benih udang agar memprioritaskan penjualan benih udang berkualitas
kepada pembudidaya dalam negeri.
Hasil estimasi dari regresi model Gravity, ada beberapa komponen yang
mempengaruhi pergerakan nilai ekspor komoditas udang Indonesia, yaitu GDP
nominal negara tujuan, nilai tukar riil rupiah, jarak ekonomi Indonesia dengan negara
tujuan, dan jumlah ekspor tahun sebelumnya.
Strategi pertama yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nilai ekspor
komoditas udang oleh pemerintah dan pelaku ekspor komoditas udang adalah
dengan memanfaatkan peluang semakin tingginya GDP nominal negara-negara
tujuan ekspor sehingga seiring dengan meningkatnya GDP negara tujuan ekspor
akan meningkatkan permintaan ekspor udang Indonesia. Selain itu, Pemerintah
perlu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sehingga bisa terus mendorong
ekspor udang.
Strategi kedua adalah dengan meminimalisir sumber daya yang dibutuhkan dalam
perdagangan bilateral dengan efisiensi transportasi, waktu, dan tenaga kerja serta
inovasi teknologi distribusi sehingga jarak ekonomi yang besar tidak menjadi
hambatan yang menurunkan daya saing komoditas udang Indonesia.
Strategi yang ketiga adalah bagaimana Pemerintah dan Pelaku usaha bisa
mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas/mutu komoditas udang yang
diekspor. Dengan demikian negara-negara tujuan ekspor akan percaya dan terus
meningkatkan ekspor udangnya dari Indonesia.
Kerangka Pemecahan Masalah Analisis Daya Saing Industri Udang Tambak Indonesia
3.5 Perusahaan Ekspor Udang Windu (Penaeus monodon) atau Black Tiger
PT. Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP)
PT. Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) didirikan pada tahun 2004
sebagai perusahaan pengolah dan pengekspor udang. Kantor pusat Panca Mitra
berada di Surabaya dan pabrik pengolahannya berada di Situbondo, Jawa Timur, dan
Tarakan, Kalimantan Utara. Total kapasitas produksi perusahaan adalah 25.000
ton/tahun, dengan fasilitas tempat penyimpanan dingin 46.000 ton.
Pada 2004, PMMP beserta anak perusahaannya Tri Mitra Makmur (TMM)
bersama rekan kerjanya dari Singapura membangun pabrik pengolahan udang
pertama di Situbondo. Enam tahun kemudian, PMMP melebarkan sayap ke Tarakan,
Kalimantan Utara untuk memproduksi udang jenis Black Tiger. PT. Panca Mitra
terus berekspansi dengan menambah pabrik pengolahan di Situbondo dan Tarakan
dan pada 2019, perusahaan ini mencatatkan kapasitas produksi 25.100 ton per tahun
dan ekspor lebih dari 15.000 ton udang, dikombinasikan dengan 46.000 ton fasilitas
cold storage.
Panca Mitra juga menempati peringkat kedua eksportir udang terbesar dari
sisi volume udang yang diekspor pada 2019. PMMP telah melepas udang ke semua
pasar utama di seluruh dunia. Selain itu, produk terobosan lainnya berhasil
menembus pasar ritel dan layanan makanan di Amerika Serikat dan Jepang.
Beberapa negara tujuan ekspor PMMP di antaranya Singapura, Hong Kong, Jepang,
Amerika Serikat, dan Denmark. Konsumen terbaru di 2021 yakni Britania Raya.
PMMP juga menjadi pemasok di Walmart (AS), Seven-Eleven (Jepang) dan juga
Papaya Fresh Market (Indonesia). Adapun jenis udang segar yang ditawarkan Panca
Mitra adalah udang Black Tiger dan Vannamei.
PMMP dan entitas anak perusahaannya mengembangkan berbagai produk
udang ke dalam dua kategori, yakni produk komoditas dan produk bernilai
tambah. Untuk produk komoditas terbagi ke dalam dua jenis produk, yakni udah
mentah dan udang cooked. Beberapa merek perusahaan ini adalah Leaders untuk
udang beku (Black Tiger dan Vannamei) dan Ebinoya (Breaded Shrimp Roti
Udang, Sushi Ebi Shrimp Organik, Nobashi Shrimp, Raw Tempura Shrimp,
Cooked Shrimp Ring dan Garlic Butter Marinated Shrimp).
Harga produk udang beku pada PT. Mustika Minanusa Aurora, yaitu
dihitung per MC (Master Carton) sesuai jenis produk udang windu beku dengan
harga penjualan sebesar Rp. 2.500.000/MC (Master Carton). Berikut ini tabel
udang windu berdasarkan jenis, harga dan sizenya :
Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan biaya-biaya selama proses
produksi, tujuan pemasaran (ekspor), jumlah bahan baku pesanan, perubahan nilai
tukar rupiah dengan mata uang asing, dan berdasarkan hasil negosiasi pihak
perusahaan dengan buyer.
Proses penyaluran hasil produksi di PT. Mustika Minanusa Aurora
menggunakan metode langsung ke negara tujuan tanpa melalui perantara, karena
pembeli/buyer merupakan investor pada perusahaan tersebut. produk yang
dihasilkan perusahaan dikirim menggunakan kontainer dan kapal ekspor. Adapun
negara tujuan konsumen atau ekspor PT. Mustika Minanusa Aurora dari semua
hasil proses produksinya seratus persen untuk ekspor, yaitu negara Jepang,
Taiwan, Hong Kong, Red China, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Kegiatan promosi yang dilakukan di PT. Mustika Minanusa Aurora, yaitu
penyebaran informasi melalui iklan di media elektronik, dengan mengunjungi
website perusahaan, komunikasi secara langsung (lisan) terhadap konsumen.
lebih besar dari satu. Berikut adalah perhitungan nilai RCA udang beku indonesia
pada negara tujuan ekspor.
Ekspor udang beku Indonesia ke lima negara tujuan utama secara umum
memiliki daya saing komparatif yang kuat karena memiliki nilai RCA lebih dari 1.
Dari lima negara tujuan ekspor udang beku Indonesia, Amerika Serikat menjadi
pangsa pasar udang beku Indonesia terbesar dengan rata-rata nilai RCA sebesar
24,88. Kemudian Inggris berada di posisi kedua sebagai pangsa pasar Indonesia
terbesar dengan rata-rata nilai RCA sebesar 16,94, lalu diikuti oleh Jepang dengan
rata-rata nilai RCA sebesar 6,20, China dengan rata-rata nilai RCA sebesar 5,88, dan
Vietnam dengan rata-rata nilai RCA sebesar 5,16.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Sugara, B. (t.thn.). MAKALAH UDANG TIGER ATAU WINDU. Diambil kembali dari
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/29497554/MAKALAH_UDANG_TIGER_ATAU_WINDU
https://insw.go.id/intr/detail-komoditas
https://www.scisi.co.id/blog/f_and_q/harmonized-system-code-hs-code/
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/131~PMK.01~2008Per.htm#:~:text=Indonesia
%20National%20Single%20Window%20yang,dan%20sinkron%20(single%20and
%20synchronous
https://kkp.go.id/bkipm/artikel/22342-permintaan-ekspor-udang-windu-kaltara-alami-
peningkatan
https://kkp.go.id/brsdm/sosek/artikel/39265-produksi-budi-daya-udang-di-indonesia
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/08/5-negara-tujuan-ekspor-udang-
budidaya-terbesar-ri