DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar
Internasional.
Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI
FARMAYANTI)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan
yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang
menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di
Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang
masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak
diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia,
namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi
yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing
lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan
internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International
Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur
tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of
Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang
terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO),
termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary
Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO)
juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar
internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan
persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan
komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan
strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan
Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui
United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari
hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007.
Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR),
Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis
SWOT.
Ikan tuna nasional diperdagangkan dalam tiga bentuk yaitu segar,beku,
dan olahan. Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar,
beku, maupun olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar
monopolistik yang cenderung oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia
masih berpeluang dalam menguasasi pasar, namun pergerakan pasar ke oligopoli
akan membuat Indonesia hanya sebagai pengikut pasar. Posisi ini mengakibatkan
Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan harga maupun
produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan pemimpin pasar.
Indeks RCA untuk komoditas ikan tuna segar selama tahun 2002-2007 selalu
lebih besar dari satu sehingga memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna beku
memiliki indeks RCA dibawah satu sehingga tidak memiliki keunggulan
komparatif. Ikan tuna olahan memiliki indeks RCA berfluktuasi antara 0,85-1,10
sehingga ikan tuna Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif.
Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter
menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif.
Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur)
masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri
cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk
menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar
internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi
budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk
subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan
kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun
masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya
yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran
kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya
perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna
nasional.
Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu
(1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada
nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya,
(2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar
negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan
dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada
nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan
sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5)
melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara
melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP
dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan
prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana
pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
Daya saing ikan tuna nasional perlu untuk ditingkatkan agar mampu
bersaing di pasar internasional. Perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk
ikan tuna yang dihasilkan, penelitian dan pengembangan teknologi budidaya harus
dilakukan dengan langkah awal membentuk tim peneliti teknologi budidaya
tersebut, dan pemerintah perlu meningkatkan subsidi BBM serta membentuk
sistem perikanan terpadu dari hulu hingga hilir. Pembenahan infrastruktur dan
kebijakan akan meningkatkan daya saing ikan tuna nasional di pasar internasional.
Penjagaan sumberdaya perairan juga perlu ditingkata untuk mengatasi kasus
pencurian dan pencatatan hasil tangkapan juga harus dilakukan dengan baik.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi
Nama
NIM
: H34051584
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Daya
Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional adalah karya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman
(Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi
pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42
Jakarta dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005.
Penulis diterima di
kegiatan budaya sebagai salah satu anggota Tari Saman Bungong Puteh IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Daya Saing
Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia,
menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta
menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan
tuna nasional.
Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna
baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.
Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3.
Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4.
Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan
seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5.
Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun
Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang
tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian
bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang
selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu
mendoakan kami yang berada disini.
6.
Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar
penulis.
7.
8.
Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba
Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu
penulis
9.
Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiii
xv
xvi
II
III
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
3
8
8
8
10
12
16
16
16
20
22
24
IV
Kebijakan ........................................................................
30
32
35
35
35
35
35
36
40
40
42
42
VI.
43
45
45
45
46
47
50
52
54
57
58
61
61
64
70
71
71
73
75
76
77
78
78
80
80
81
84
89
90
92
109
109
110
112
LAMPIRAN ................................................................................................
116
VII.
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
10
45
47
48
49
49
12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor
Utama Tahun 1998-2007 ............................................................
58
61
65
66
67
68
68
69
72
73
74
80
82
86
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
19
.................................................................................................
2. The Complete System of National Competitive Advantage .........
26
.................................................................................................
3. Kerangka Operasional Penelitian ................................................
34
44
51
51
108
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
117
118
119
125
5. Market Share Ikan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (%) ....
127
129
7. Market Share Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (%) .....
131
133
135
137
138
139
13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa
Tahun 2003-2007 (kg) ...................................................................
140
141
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang
mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat
Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar baik dalam tingkat
kualitas
maupun
diversitasnya.
Letak
geografis
yang
strategis
dan
Sektor Usaha
Tanaman
Bahan
Makanan
Tanaman
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Jumlah
2003
2004
119.164,8
122.611,7
181.331,6
214.346,3
268.124,4
Kenaikan
Rata-rata
(%)
10,13
38.693,9
39.548,0
56.433,7
63.401,4
84.459,2
9,70
30.647,0
17.213,7
34.667,9
240.387,3
31.672,5
17.333,8
37.056,8
248.222,8
44.202,9
22.561,8
59.639,3
364.169,3
51.074,7
30.065,7
74.335,3
433.223,4
62.095,8
35.734,1
96.822,1
547.302,8
8,87
9,80
12,70
10,22
2007
mungkin serta mampu menggerakkan seluruh potensi bangsa, untuk itu diperlukan
suatu upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program revitalisasi
perikanan.
Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi,
dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu prime mover
pembangunan ekonomi nasional serta merupakan suatu upaya untuk memacu
pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan guna
peningkatan kesejateraan rakyat serta memacu peningkatan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional (DKP 2005).
Tabel 2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan Indonesia
Wilayah Pengelolaan Perikanan
Selat Malaka
Laut Cina Selatan
Laut Jawa
Selat Makassar dan Laut Flores
Laut Banda
Laut Seram, Laut Halmahera, dan Teluk Tomini
Laut Sulawesi, Samudera Pasifik
Laut Arafura
Samudera Hindia
Pemanfaatan
OE
UE
OE
UE
UE
UE
UE
FE
UE
2004-2005 ekspor ikan tuna Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar.
Penyebab dari penurunan ekspor tersebut adalah pada tahun itu mulai banyak
diberlakukan beberapa hambatan tarif dan isu-isu lingkungan yang membuat
ekspor ikan tuna negara Indonesia menjadi melemah. Ekspor ikan tuna ke negaranegara tujuan ekspor utama dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun (Tabel 3).
Tabel 3.
Negara Tujuan
2003
2004
Jepang
23.881,3
22.770,1
Hongkong
794,1
257,4
Taiwan
12.019,4
2.493,1
Thailand
3.501,4
1.288,2
Singapura
5.722,0
6.305,2
Vietnam
519,8
26,3
Australia
163,2
131,6
Amerika Serikat
2.810,1
2.744,3
Uni Eropa
3.670,3
3.278,1
Lainnya
18.838,9
8.196,5
Total
71.920,5
47.490,8
Rata-rata peningkatan (2003-2007) (%)
2005
21.298,1
591,1
996,7
918,2
4.051,2
79,1
187,4
3.439,3
3.303,6
7.206,1
42.070,8
2006
21.657,5
1.821,2
548,3
4.570,8
2.891,9
1.323,7
253,8
4.181,6
2.385,2
5.836,7
45.470,7
2007
19.808,6
3.846,4
1.614,5
18.174,3
3.105,5
4.131,3
73,5
5.985,8
1.152,8
11.403,3
69.296,0
3,8
Oleh karena itu, ikan tuna merupakan komoditas yang patut dikelola
dengan baik agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasar
internasional dan kekayaan perairan Indonesia pun dapat dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk memenuhi permintaan baik dalam maupun luar negeri.
1.2. Perumusan Masalah
Sektor perikanan sebagai salah satu sektor usaha yang mampu mendukung
perekonomian nasional harus dikelola dengan baik, selain pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat baik domestik maupun internasional dan para ahli
memperkirakan bahwa konsumsi ikan masyarakat global akan semakin
meningkat, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya1:
1)
Meningkatnya
jumlah
penduduk
disertai
meningkatnya
pendapatan
masyarakat dunia.
Sumber: Kusumastanto T. 2007. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya
Saing Produk Perikanan Nasional. http://tridoyo.blogspot.com/. Diakses tanggal 6 Maret 2009.
2)
3)
4)
semakin ketat baik dalam lingkup lokal, regional, maupun internasional. Produsen
dituntut untuk menghasilkan produk yang baik dari kuantitas maupun kualitas.
Persaingan yang ada membuat Negara Indonesia mengalami pergeseran dari
posisi sepuluh negara pengekspor perikanan terbesar menjadi urutan ketiga belas
(Purnomo 2007).
Ikan tuna memiliki jumlah ekspor terbesar dari sektor perikanan setelah
udang (Tabel 4). Negara tujuan ekspor utama ikan tuna Indonesia adalah Jepang,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa (jumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa
terdapat pada Lampiran 1). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa negara Taiwan,
Thailand, dan Singapura juga tinggi nilai ekspornya, tetapi ketiga negara tersebut
tidak banyak melakukan hambatan terhadap ekspor ikan tuna Indonesia. Hal ini
terkait adanya beberapa regulasi dan syarat-syarat tertentu yang dilakukan oleh
Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
penetapan standar dan kualitas mutu, hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia
ke Uni Eropa mengalami penurunan sebab standar produknya sangat ketat.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas
Utama Tahun 2003-2007 (Ton)
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
kenaikan
(%) 20022007
Udang
124,763
138,588
142,098
153,900
169,329
157,545
5,00
Komoditi Utama
Tuna,
Rumput
Cakalang,
Laut
Tongkol
28,560
92,797
40,162
117,092
51,011
94,221
69,264
90,589
95,588
91,822
94,073
121,316
7,26
27,97
Mutiara
Lainnya
Jumlah
6
12
2
13
2
13
319,614
561,929
615,027
544,015
569,736
481,381
565.739
857,783
902,458
857,782
926,478
854,328
248,12
12,59
10,42
839.722
852.113
892.452
948.452
1.115.963
1.029.935
Tuna,
Cakalang,
Tongkol
212.426
213.179
243.938
245.375
250.557
304.348
4,49
7,79
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
kenaikan
(%) 20022007
Udang
Rumput
Laut
Mutiara
Lainnya
Jumlah
15.785
20.511
25.296
57.515
49.586
57.522
11.471
17.128
5.866
10.735
13.409
12.644
490.949
540.612
613.281
651.180
673.957
854.470
1.570.353
1.643.542
1.780.833
1.912.926
2.103.471
2.258.920
36,57
17,15
12,00
7,56
Hambatan non tarif yang dihadapi Indonesia untuk komoditas ikan tuna
cukup banyak terutama tentang standar mutu, kesehatan, sanitasi, dan keamanan
pangan yang diterapkan negara pengimpor serta untuk mengurus surat pemenuhan
standar tersebut dibutuhkan waktu dan biaya yang besar, ditambah lagi dengan
adanya perbedaan standar pada beberapa negara.
Berdasarkan kondisi perdagangan ikan tuna di atas, maka dapat dilihat
bahwa potensi perairan Indonesia yang besar belum mampu dikelola dengan baik,
sehingga perlu diberikan perhatian yang serius terhadap upaya pengembangan
sektor perikanan agar tetap mampu menyumbangkan devisa bagi negara.
Pengembangan ekspor ikan tuna dalam jangka panjang sangat bergantung pada
peningkatan kualitas komoditas dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan
pasar baru atau pun bertahan pada pasar yang sudah ada.
Komoditas ikan tuna nasional agar dapat bertahan dalam pasar
internasional perlu memiliki strategi pengembangan. Strategi yang disusun harus
mampu mengatasi masalah yang sudah ada maupun yang potensial untuk terjadi
ke depan, sehingga dapat mengantisipasi perubahaan-perubahaan yang terjadi.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis daya
saing ikan tuna di pasar internasional, sehingga diharapkan hasil analisis ini
nantinya dapat menghasilkan strategi bagi industri ikan tuna nasional untuk dapat
bersaing di pasar internasional.
dalam
mengidentifikasi
dan
menganalisi
permasalahan
komoditas perikanan serta sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama ini.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji daya saing ikan tuna Indonesia di pasar
internasional dengan menggunakan beberapa metode analisis dan merumuskan
strategi untuk meningkatkan daya saing ikan tuna tersebut. Namun, penentuan
strategi yang terkait dengan faktor internal dan eksternal ditentukan sendiri oleh
penulis berdasarkan pengamatan terhadap kondisi dan data yang ada.
Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora Tuna Sirip Biru, Cakalang),
Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk Biru, Setuhuk Hitam, Setuhuk Loreng, Ikan
Layaran), Tongkol dan Tenggiri, dan Cucut Mako. Jenis ikan pelagis kecil antara
lain : Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang,
Lemuru, Siro), dan Skombroid (Kembung).
Badan tuna memanjang bulat seperti cerutu serta memiliki satu lunas kuat
pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Penampang
lintang tubuh tuna berbentuk bulat panjang atau agak membulat.
Warna
punggungnya biru tua, kadang-kadang hampir hitam dan bagian perut berwarna
keputih-putihan yang terkadang berubah bila ikan telah mati. Ikan tuna termasuk
ikan buas, karnivora, predator, dan dapat mencapai panjang 50-150 cm. Selain
itu, tuna juga mempunyai kebiasaan bergerombol (schooling) kecil sewaktu
mencari makan dan kecepatan renangnya dapat mencapai 50 km/jam.
Tuna
menyebar luas di seluruh perarian tropis dan sub-tropis. Di Samudera Hindia dan
Samudera Atlantik, Tuna menyebar di antara 400 LU 400 LS, pada tingkat
kedalaman 0-400 meter, suhu perairan 17-310 C, dan tingkat salinitas berkisar
antara 32-35 ppt atau perairan orsenik.
Menurut Burhannudin (1984) bahwa suku Scombridae mencakup banyak
jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis dan di perairan Indonesia terdapat 20
jenis, tetapi untuk jenis tuna hanya terdapat 9 jenis. Di Indonesia tuna hampir
menyebar di seluruh perairan Indonesia, seperti di sepanjang pantai Utara dan
Timur Aceh, Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut
Banda Flores, Halamahera, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya dan Selat Maluku. Jenis
tuna yang ada di Indonesia dijelaskan seperti berikut (Tabel 5):
Tabel 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia dan Diperdagangkan
Nama Indonesia
Lisong
Tongkol Pisang / Krai
Tongkol Komo
Cakalang
Tongkol Abu-Abu
Madidihang
Albakora
Tuna Mata Besar
Tuna Sirip Biru Selatan
Jenis Ikan
Auxis rochei
Auxis thazard
Eutynnus affinis
Katsuwonus pelamis
Thunnus tonggol
Thunnus albacores
Thunnus alalunga
Thunnus obetus
Thunnus maccoyii
Nama Internasional
Bullet Tuna
Frigated Tuna
Eastern Little Tuna
Skipjack Tuna
Longtail Tuna
Yellowfin Tuna
Albacore
Bigeye Tuna
Southern Bluefin Tuna
terdapat
di
seluruh
wilayah
perairan
laut
Indonesia.
diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan baik
dalam bentuk olahan (preserved) maupun dalam wadah vakum (airlight
container).
Setiap perdagangan dunia untuk sebuah komoditi yang diperjualbelikan di
pasar dunia memiliki kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. Kode HS
enam digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna
dalam kemasan secara berurutan adalah HS 0302.30, HS 0303.40, dan HS
1604.14 (DKP 2008b). Klasifikasi produk ikan tuna untuk diekspor terdapat pada
Lampiran 3.
Ikan tuna dalam perdagangannya dikelompokkan menurut standar atau
kualitas daging yang terbagi menjadi empat tingkat mutu yaitug grade A, B, C,
dan D. Pengujian tingkatan mutu ikan dilakukan dengan cara menusukkan coring
tube yaitu suatu alat berbentuk batang, tajam, dan terbuat dar besi. Coring tube
dimasukkan pada kedua sisi ikan (bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri,
sehingga didapatkan potongan daging ikan tuna. Ciri-ciri untuk masing-masing
grade adalah sebagai berikut (Fadly 2009):
1) Grade A
Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut:
a) Warna daging untuk yellowfin tuna adalah merah seperti darah segar dan
untuk bigeye tuna dagingnya berwarna merah tua seperti bunga mawar,
serta tidak ada pelangi (yak e)
b)
Tekstur daging untuk yellowfin tuna keras, kenyal, dan elastis dan
untuk bigeye tuna dagingnya lembut, kenyal dan elastik
menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang
digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari
penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke
negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar
Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect
menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor
tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap
negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor
tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah
penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata
terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai Analisis
pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia dengan
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content
analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan
melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah
model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari
penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni
Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh
penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui
pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna
Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada
masa yang akan datang.
Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan
perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC
(European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC
No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003
mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand
dan Filipina. Kebijakan non tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia
Kebijakan tarif
berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif
sebesar -0,64 dan bersifat inelastis.
hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor
tuna Indonesia.
dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu.
Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil
peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18t dengan
nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011.
Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada
kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya
terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan,
dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada
penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat
keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi
perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk
mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa
sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal ketentuanketentuan mutu dan keamanan pangan.
Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai Analisis daya
saing komoditas udang nasional di pasar internasional dengan menggunakan
metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk
menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur
keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur
keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor
udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal
perdagangan udang nasional di pasar internasional, menganalisis struktur pasar
penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan
masalah yang diangkat dan atribut yang dibahas.
ini
terjadi
akibat
adanya
usaha
untuk
memaksimumkan
Dampak yang
Perbedaaan yang permintaan dan penawaran dua negara yang berbeda akan
menyebabkan negara tersebut melakukan perdagangan sehingga menimbulkan
perdagangan internasional dijelaskan pada Gambar 1. Panel A menunjukkan
keadaaan komoditas X di negara 1 (pengimpor), panel B menunjukkan hasil dari
adanya perdagangan, dan panel C menunjukkan keadaaan komoditas X di negara
2 (pengekspor). Pada negara 1 harga komoditas X tinggi sebesar P1, sedangkan
di negara 2 harga komoditas X lebih rendah yaitu sebesar P2. Akan tetapi pada
negara 1 terjadi kelebihan permintaan (excess demand ) sebesar CB sedangkan
pada negara 2 terjadi kelebihan penawaran (excess supply) IG. Hal tersebut
mengakibatkan maka kedua negara tersebut melakukan kegiatan perdagangan,
sehingga harga yang berlaku sebesar P3 dan komoditas X yang diperjualbelikan
sebesar K yang digambarkan dengan titik ekulibrium pada E (Lindert &
Kindleberger 1995).
Pedagangan yang terjadi antara dua negara akan menyebabkan negara
tersebut melakukan suatu hambatan baik untuk melindungi pordusen maupun
konsumen dalam negerinya. Setiap negara akan menerapkan hambatan dalam
perdagangan secara bebas. Penerapan kebijakan tersebut merupakan alat untuk
meningkatkan kesejahteraan nasional, namun dalam kenyataannya hal tersebut
lebih bersifat kepentingan dari pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan
adanya hambatan tersebut. Bentuk kebijakan perdagangan atau hambatan tersebut
dapat bersifat tarif dan non-tarif. Hambatan tarif dapat berbentuk tarif ad valorem
yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari barang
impor, tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban unit barang yang diimpor, dan
tarif campuran yang merupakan gabungan dari kedua tarif
tersebut yang
mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan ditambah sekian persen lagi.
(Salvatore 1997). Hambatan non-tarif yang terjadi dapat berasal atau berbentuk
isu mutu, sanitasi, dan keamanan produk yang diperketat dengan persyaratan,
serta isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, hak azazi manusia, bahkan isu
terorisme (Purnomo 2007).
.
Sx
P1
A
Impor
P3
Sy
B
Eskpor
Sz
G
P2
H
Dx
J
Dy
Q
A. Negara 1 (importir)
B. Hubungan Perdagangan
Antara Negara 1 dan 2
Dz
K
F L
C. Negara 2 (eksportir)
Laba
perusahaan adalah peningkatan laba ekonomi yang cukup besar atau tingkat
pengembalian diatas normal.
peniru sebagai pesaing akan membuat pangsa pasar dan laba akan menurun.
Oleh karena itu, perusahaan yang berada dalam pasar persaingan
monopolistik harus memiliki keunggulan bersaing yang berbeda untuk
mempertahankan konsumennya.
3) Pasar Oligopoli
Pasar yang hanya ada beberapa penjual atau perusahaan yang menguasai
pasar baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama.
Adanya rintangan untuk masuk ke dalam pasar yang disebabkan skala
ekonomi, persyaratan modal, periklanan, biaya penelitian dan pengembangan
atau faktor lainnya.
dengan mutu produk dan biaya, dan setiap keputusan harga yang diambil oleh
suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya.
Pasar oligopoli memiliki potensi untuk laba ekonomi (diatas normal) dapat
dicapai baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, namun peraingan
yang terjadi terkadang sangat ketat sehingga kondisi pencapaian laba
ekonomi menjadi relatif (Pappas dan Hirschey 1995).
4) Pasar Monopoli
Pasar monopoli dicirikan dengan keadaan komoditi yang sangat didiferensiasi
dan produk pengganti tidak tersedia. Penjual tunggal dan pembeli banyak
dengan tingkat informasi pasar yang dimiliki berbeda dimana pembeli hanya
memiliki akses yang sangat terbatas terhadap informasi harga dan mutu
produk. Adanya hambatan untuk keluar masuk pasar yang disebabkan oleh
skala ekonomis (monopoli alamiah), hak paten, hak cipta, franchise atau
faktor lainnya. Penjual dapat mempengaruhi harga (price maker) dan untuk
mencapai keuntungan maksimum perusahaan selalu mengusahakan ongkos
marjinal sama dengan permintaan marjinal dan potensi untuk laba ekonomi
baik dalam jangka pendek maupun panjang. (Pappas dan Hirschey 1995).
3.1.3. Keunggulan Komparatif
Konsep keunggulan komparatif seringkali digunakan untuk menjelaskan
spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Selain itu,
konsep ini juga dapat digunakan untuk wilayah yang lebih kecil seperti propinsi.
Menurut Adam Smith diacu dalam Hady (2004) bahwa setiap negara akan
memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut
memiliki keunggulan absolut (absolute advantage), serta mengimpor barang jika
negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage).
Namun, teori keunggulan absolut ini hanya dapat menjelaskan sedikit saja dari
perdagangan internasional pada saat ini.
Pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan
absolute dengan teori keunggulan komparatif melalui buku yang berjudul
Principles of Political Economy and Taxation. Buku tersebut berisi penjelasan
mengenai teori keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage).
Hukum tersebut menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien
dibandingkan (memiliki
Negara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
konsep
oleh
keunggulan
komparatif
yang
dikemukan
David
Ricardo
disempurnakan oleh Heckscher dan Ohlin pada tahun 1933 (Salvatore 1997).
Heckscher dan Ohlin melakukan perbaikan terhadap hukum keunggulan
komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo. Teori Heckscher-Ohlin atau teori
kelimpahan yang diekspresikan ke dalam dua teorema yang saling berhubungan,
yaitu teorema Heckscher-Ohlin serta teorema penyamaan harga faktor. Menurut
teorema Heckscher-Ohlin, sebuah negara akan mengekspor komoditas yang padat
faktor produksi yang ketersediaannya di negara tersebut melimpah dan murah,
sedangkan di sisi lain negara tersebut akan mengimpor komoditas yang padat
dengan faktor produksi yang langka dan mahal. Menurut teorema penyamaan
harga faktor produksi atau teorema Heckscher-Ohlin-Samuelson, perdagangan
internasional cenderung menyamakan harga-harga baik itu secara relatif maupun
secara absolut dari berbagai faktor produksi yang homogen atau sejenis diantara
negara-negara yang terlibat dalam hubungan dagang. Pada intinya teori
perdagangan Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perdagangan internasional
berlangsung atas dasar keunggulan komparatif yang berbeda dari masing-masing
negara. Teori ini juga menyinggung mengenai dampak-dampak perdagangan
internasional terhadap harga atau tingkat pendapatan dari masing-masing faktor
produksi. Secara umum model Heckscher-Ohlin masih dapat dianggap sebagai
model baku dalam perdagangan internasional (Salvatore 1997).
3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter
Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk
mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian
aktual. Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi
suatu komoditas dengan biaya cukup rendah sehingga dengan harga yang terjadi
produsen tetap dapat memperoleh keuntungan. Pada awalnya konsep keunggulan
kompetitif dikembangkan oleh Porter pada tahun 1980 dengan bertitik tolak dari
kenyataan-kenyataan perdagangan internasional yang ada.
Menurut Porter
dan ketrampilan yang dimiliki, tingkat upah yang berlaku, dan etika kerja
(moral).
Kesempatan
Persaingan, Struktur,
dan Strategi perusahaan
Kondisi Faktor
Kondisi
Sumberdaya
Permintaan
Peran
Industri Pendukung
Pemerintah
mengunjungi
suatu
negara
juga
dapat
mendorong
dan
utama sebagai bahan bakunya dan memiliki daya saing global, maka industri
hilir tersebut dapat menarik industri hulu untuk memiliki daya saing global
juga.
4) Struktur, Persaingan dan Strategi Perusahaan
Tingkat pesaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong
bagi perusahaan-perusahaan yang berkompetisi utnuk terus melakukan
inovasi terhadap produk yang dihasilkannya. Keberadaan pesaing lokal yang
handal dan kuat merupakan motor penggerak dalam memberikan tekanan
antar perusahaan untuk berkompetisi dan melakukan inovasi dalam rangka
meningkatkan daya saingnya. Perusahaan yang telah teruji mampu bersaing
ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan
internasional dibandingkan dengan perusahaan yang belum memiliki daya
saing nasional atau berada dalam industri yang tingkat persaingannya rendah.
Struktur perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan
cara melakukan perbaikan dan inovasi. Struktur industri yang monopolistis
kurang memiliki dorongan untuk melakukan perbaikan serta inovasi baru
dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan
yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana
perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana
tekanan persaingan baik domestik maupun internasional.
kekuasaan
atas
produk-produk
vital
yang
menyangkut
4) Ancaman (Threats)
Ancaman termasuk dalam faktor eksternal. Ancaman adalah situasi yang
paling tidak disukai dalam lingkunngan perusahaan. Ancaman merupakan
penghalang bagi posisi yang diharapkan bagi perusahaan. Masuknya pesaing
baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran
pembeli dan pemasok, perubahan tekonologi, peraturan baru atau yang
ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia
karena sebagai salah satu penyumbang devisa negara dari sektor perikanan yang
terbesar, daerah perairan di Inonesia masih banyak yang belum dimafaatkan
dengan baik, dan ikan tuna termasuk komoditas perikanan yan paling banyak
digemar di dunia.
dihadapkan pada persoalan isu lingkungan dan berbagai macam hambatan tarif
yang dilakukan oleh beberapa negara sehingga potensi perairan Indonesia yang
begitu besar belum terkelola dengan baik dan perkembangan ekspor ikan tuna
dalam jangka panjang sangat bergantung pada kualitas komoditas dan
kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar-pasar baru.
Permasalahan tersebut menjadi dasar dari penelitian ini, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji perkembangan ekspor ikan tuna dan faktorfaktor yang mempengaruhi perdagangannya, menganalisis struktur pasar ikan tuna
dalam perdagangan ikan tuna internasional serta menganalisis posisi daya saing
ikan tuna di pasar internasional.
Oleh karena itu, tahapan pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis
dengan
Herfindahl
Index
(HI)
dan
Concentration
Ratio
(CR)
untuk
menggambarkan struktur dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditas ikan tuna
Indonesia di pasar internasional.
Indonesia memiliki
kekayaan laut yang masih
belum dimanfaatkan dengan
masksimal.
Devisa yang dihasilkan
cukup tinggi
Ikan tuna termasuk produk
perikanan yang banyak
digemari di dunia
Analisis
struktur
komoditas ikan
tuna di pasar
internasional
dengan
menggunakan
Herfindahl
Index dan
Concentration
Ratio
Analisis
keunggulan
komparatif
komoditas ikan
tuna Indonesia
dengan
menggunakan
Revealed
Comparative
Advantage
Analisis
keunggulan
kompetitif
komoditas ikan
tuna Indonesia
dengan
menggunakan
Teori Berlian
Porter
Gambaran
daya saing
komoditas
ikan tuna
dalam
menghadapi
persaingan
internasiona
(Analisis
SWOT)
mendapatkan data berupa alat pencatat dan penyimpan elektronik berupa flashdisk
dan camera.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber instansi yang terkait yaitu BPS dan DKP yang
terletak di Jakarta melalui studi literatur dan penelusuran situs UN Comtrade
untuk data ekspor dunia. Data yang diambil pada penelitian ini mulai dari tahun
1998 hingga tahun 2007. Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai dari bulan
Maret hingga Mei tahun 2009.
4.4. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.
Menurut Whitney (1960) diacu dalam Nazir (2003) metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuannya adalah untuk membuat
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Teknik
pengumpulan data dalam
untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing serta faktor
strategis perusahaan sehingga diperoleh strategi yang dapat digunakan untuk
menghadapi
persaingan
global.
Analisis
kualitatif
dilakukan
dengan
menggunakan Teori Berlian Porter dan Analisis SWOT. Proses pengolahan data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007.
4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)
Herfindahl Index dan Concentration Ratio (CR) adalah alat analisis yang
digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang dihadapi suatu industri.16
Tingkat konsentrasi yang diukur dikategorikan dan diarahkan pada bentuk pasar
yang selama ini terjadi pada pasar ikan tuna internasional. Bentuk pasar yang ada
akan mempengaruhi tingkat persaingan yang dianalisis pada bagian selanjutnya.
Pengukuran tingkat konsentrasi sangat memperhitungkan besaran pangsa pasar
yang diperoleh tiap negara dalam komposisi ekspor komoditas ikan tuna di pasar
internasional.
Herfindahl Index (HI) atau HerfindahlHirschman Index (HHI) merupakan
suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya (ukuran)
perusahaan-perusahaan dalam suatu industri dan sebagai indikator jumlah
persaingan diantara mereka. Penelitian ini menggunakan alat analisis HI dengan
tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditas ikan tuna di pasar internasional
16
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung pangsa pasar tiap
negara produsen ikan tuna di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor ikan
tuna. Pangsa pasar komoditas ikan tuna suatu negara dapat dihitung dengan cara
membandingkan ekspor komoditas ikan tuna negara tersebut dengan total ekspor
komoditas ikan tuna dunia. Perhitungan pangsa pasar tersebut dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
S ij
X ij
TX j
.. (1)
Keterangan :
Sij
Xij
TXj
= Pangsa pasar negara i dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar internasional
Nilai HI mencerminkan
penguasaan pangsa pasar oleh suatu negara dalam pasar internasional. Indeks
tersebut merupakan hasil penjumlahan kuadrat pangsa pasar tiap-tiap negara
dalam pasar internasional. Rumusnya adalah sebagai berikut:
HI = S12 + S22 + S32 + + Sn2 .. (2)17
Keterangan :
HI
Sn
= Hefindahl Index
= Pangsa pasar negara I dalam perdagangan komoditas ikan tuna di pasar
internasional
Nilai HI berkisar antara nol hingga satu (atau 10.000 yang merupakan
6 Maret 2009.
CR
18
ni
Anonim. 2009.
S ij
j 1
Hefindahl
..... (3)
Keterangan :
Sij
Keunggulan
komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk
dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Keunggulan komparatif adalah
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan
kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau
perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.20
4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur keunggulan
komparatif adalah dengan menggunakan Balassas Revealed Comparative
Advantage Index (RCA) yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor
tertentu suatu negara dalam pangsa pasar sektor tertentu tersebut di pasar dunia.
Indeks RCA ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi keunggulan bersaing
dari suatu komoditas di pasar internasional dibandingkan dengan negara produsen
lainnya.
Keunggulan
menggunakan
indeks
RCA
adalah
indeks
ini
negara-negara produsen lainnya di pasar internasional. Selain itu, indeks ini juga
dapat mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup
tangguh di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan
menggunakan indeks ini.
Smyth diacu dalam Meryana (2007) berdasarkan rumus yang ditemukan
oleh Balllas, untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas suatu negara
dengan menggunakan indeks RCA adalah:
Keterangan :
Xij
Xij
Xij
Xij
j
X ij
Keterangan :
Xi j X ij
i
X
= Ekspor 82efens
I negara j
ij i
RCA
=
Total
ekspor
I
dari
negara
j
j
Xi
Xi
X
j
ij
Xij
= Total ekspordunia dari 82efensi
Xi j X ij Xi j Xi j
i
j
dunia
i
ekspor
j i Xij =j Total
(4)
Jika nilai indeks RCA suatu negara lebih besar dari 1, maka negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas yang terkait dan berdaya saing
kuat. Sebaliknya, jika nilai indeks RCA kurang dari 1 berarti tidak memiliki
keunggulan komparatif terhadap produk tersebut dan komoditas tersebut memiliki
daya saing lemah. Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi nilai RCA maka
semakin kuat daya saingnya.
4.4.4. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah
organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu
Kamus
telaah
industri yang realtif cukup lengkap atau sejumlah artikel yang cakupannya
luas.
3) Laporan tahunan. Laporan tahunan dapat berupa data-data perdagangan yang
bersifat nasional maupun internasional dengan rentang waktu tertentu.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menentukan apa yang ingin
diketahui dari industri dan bagaimana cara mengembangkan data di setiap bidang
secara berurutan. Hal ini perlu diperhatikan sebagai pedoman dalam menganalisis
suatu industri yang terlalu luas jika tidak dibatasi (Maulana diacu dalam Meryana,
2007).
4.4.6. Analisis SWOT
23
peluang dan ancaman dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategi yang dijelasan pada Gambar 4.
Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh terhadap kelangsungan industri ikan tuna melalui proses identifikasi
terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Menurut David (2006),
terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan faktor-faktor peluang organisasi atau perusahaan.
2) Menentukan faktor -faktor ancaman organisasi atau perusahaan
3) Menentukan faktor faktor kekuatan organisasi atau perusahaan.
4) Menentukan faktor -faktor kelemahan organisasi atau perusahaan.
5) Menyesuaikan
kekuatan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
perusahaan dapat bersaing dalam suatu industri yang sedang tumbuh dan
diharapkan terus tumbuh cukup tinggi.
6) Menyesuaikan
kelemahan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
kekuatan
internal
dengan
ancaman
eksternal
untuk
faktor
Strenghts (S)
Menentukan
5-10
kekuatan internal
Strategi SO
Menciptakan strategi
menggunakan kekuatan
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Menciptakan strategi
menggunakan kekuatan
mengatasi ancaman
faktor
yang
untuk
yang
untuk
Weaknesses (W)
Menentukan
5-10
faktor
kelemahan internal
Strategi WO
Menciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi WT
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Tabel 7 Memperlihatkan negaranegara produsen perikanan terbesar di dunia.
Tabel 7. Negara Produsen Perikanan Terbesar di Dunia Tahun 2002-2006 (metric
tons)
No
Negara
2006
1 China
51.521.268
2 Peru
7.045.884
3 India
6.978.602
4 Indonesia
6.051.979
5 USA
5.324.933
6 Chille
4.970.871
7 Japan
4.920.871
8 Thailand
4.162.096
9 Viet Nam
3.617.627
10 Rusia
3.389.651
11 Norway
2.964.293
12 Philipines
2.942.353
13 Myanmar
2.581.780
14 Bangladesh
2.328.545
15 Korea Rep.of
2.263.497
16 Malaysia
1.464.652
17 Mexico
1.458.642
18 Iceland
1.335.304
19 Spain
1.242.802
20 Canada
1.233.971
21 Other
24.024.218
141.823.839
TOTAL
Sumber: UN Comtrade 2008
2005
49.468.714
9.414.818
6.653.340
5.893.086
5.385.318
5.026.860
4.836.042
4.118.483
3.367.200
3.312.317
3.054.799
2.803.185
2.217.470
2.215.957
2.075.640
1.390.017
1.437.934
1.672.913
1.065.899
1.257.752
24.529.567
141.197.311
Tahun
2004
47.507.761
9.626.642
6.185.645
5.688.994
5.566.375
5.586.846
5.088.240
4.099.595
3.078.105
3.051.335
3.161.266
2.723.367
1.986.960
2.102.026
1.981.221
1.507.034
1.363.327
1.742.570
1.101.353
1.321.230
24.534.619
139.004.511
2003
5.641.852
6.099.680
6.025.120
5.623.808
5.483.285
4.176.960
5.494.325
3.914.133
2.793.607
3.390.132
3.097.398
2.625.427
1.595.870
1.998.197
2.030.939
1.454.244
1.441.666
1.992.753
1.163.266
1.261.260
24.096.078
131.400.000
2002
44.320.395
8.776.715
5.923.792
5.236.835
5.434.651
4.821.720
5.187.379
3.779.124
2.505.639
3.333.612
3.291.641
2.473.568
1.474.460
1.890.459
1.968.413
1.440.674
1.524.394
2.138.131
1.145.628
1.233.612
25.024.097
132.924.939
produksi perikanan tangkap meningkap rata-rata sebesar 2,59 persen per tahun.
Volume produksi perikanan tangkap di laut pada periode tersebut meningkat ratarata sebesar 2,77 persen per tahun, yaitu 3.612.961 ton pada tahun 1997 menjai
4.734.280 ton pada tahun 2007. Volume produksi perikanan tangkap di perairan
umum juga meningkat rata-rata sebesar 0,40 persen per tahun yaitu 304.258 ton
pada tahun 1997 menjadi 210.457 ton pada tahun 2007 (DKP 2008).
5.2.1. Produksi Tuna Indonesia
Indonesia memiliki potensi yang baik sebagai negara produsen tuna.
Posisi Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa menguntungkan untuk
produksi tuna Indonesia, hal ini dikarenakan sebagai berikut (DKP 2005):
i)
Adanya massa air barat dan timur yang melintas di Samudera Hindia dengan
membawa partikel dan kaya akan makanan biota laut.
ii) Adanya arus Kuroshio yaitu North Equatorial dan South Equatorial Current
di Samudera Pasifik merupakan wilayah yang kaya dengan bahan makanan
serta mempunyai suhu, salinitas, dan beberapa faktor oseanografis yang
disukai oleh ikan tuna.
iii) Wilayah periaran nusantara merupkan tempat berpijah atau kawin berbagai
jenis ikan termasuk ikan tuna, terutama di perairan Selat Makassar dan Laut
Banda.
Ikan tuna dalam statitik perikanan Indonesia dikategorikan menjadi tuna,
cakalang, dan tongkol.
ikan yang terdiri dari jenis tuna besar (Thunnus.spp) yang terdiri dari yellowfin
tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, dan albacore.
Cakalang umumnya
dan kenaikan yang fluktuatif pada produksi ikan tuna di pengaruhi baik oleh
faktor alam maupun perekonomian di Indonesia. Penyebab penurunan produksi
karena semakin berkurangnya penggunaan kapal penangkapan yang berukuran
>200 GT, padahal jenis kapal ini mampu untuk beroperasi di perairan ZEE (Zona
Ekonomi Ekslusif). Hal ini menyebabkan potensi ikan tuna di wilayah perairan
ZEE belum dimanfaatkan secara optimal. Penyebab berkurangnya penggunaan
kapal tersebut terkait dengan peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) di
Indonesia.
Tabel 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 (ton)
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tuna
116.214
168.122
136.474
163.241
153.110
148.439
151.926
176.996
183.144
159.404
191.558
Jenis
Cakalang
187.206
227.068
244.847
236.275
214.077
203.102
208.626
233.319
252.232
277.388
301.531
Tongkol
212.511
236.673
236.111
250.522
233.051
266.955
267.339
310.393
309.776
329.115
399.347
Total
565.931
631.863
617.432
650.038
600.238
618.496
627.891
720.708
745.152
765.907
892.436
Kenaikan
(%)
10,44
41,4
5,02
-8,25
2,95
1,50
12,88
3,28
2,71
14,18
3) Belum maksimalnya kinerja ekspor para ekportir ikan tuna di Indonesia. Hal
ini terkait dengan keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki.
Berikut ini perkembangan ekspor ikan tuna berdasarkan bentuk yang
diperdagangkan:
1) Ekspor Ikan Tuna Segar
Ikan tuna dalam bentuk segar mengalami penurunan volume ekspor pada
tahun 1998 hingga tahun 1999 yaitu sebesar 10,74 persen. Pada tahun 1999
hingga tahun 2001 volume ekpor ikan tuna segar mengalami peningkatan
dengan rata-rata sebesar sebelas persen. Pada tahun 2001 hingga tahun 2004
ekspor perikanan Indonesia mengalami penurunan kembali dengan rata-rata
penurunan sebesar 2,26 persen.. Namun, pada tahun 2004 hingga tahun 2005
volume ekspor kembali peningkat sebesar 15,8 persen, tetapi pada tahun 2005
hingga tahun 2007 kembali mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar
16,74 persen (Tabel 9).
Tabel 9. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Segar Tahun 1998-2007
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Nilai Ekspor
(US $)
Tingkat
Pertumbuhan (%)
51.404.759
75.433.445
104.370.266
90.643.482
90.506.779
81.514.715
104.698.879
93.737.522
87.845.012
88.277.193
0
46,74
38,3
-13,15
-0,15
-9,94
28,44
-10,47
-6,29
0,49
Volume
Ekspor (Kg)
25.065.157
22.372.031
23.951.776
27.520.542
27.233.515
26.660.233
25.690.599
29.749.778
24.770.938
14.183.402
Tingkat
Pertumbuhan
(%)
0
-10,74
7,06
14,90
-1,04
-2,11
-3,64
15,80
-16,74
-42,74
Nilai Ekspor
(US $)
22.974.654
19.555.289
25.510.940
38.070.307
28.716.857
21.528.712
11.237.366
18.818.588
25.052.082
43.645.640
Tingkat
Pertumbuhan (%)
0
-14,88
30,46
49,23
-24,57
-25,03
-47,80
67,46
33,12
74,22
Volume
Ekspor (Kg)
23.161.720
13.087.928
10.205.547
9.507.431
32.142.257
17.854.794
48.622.314
9.521.412
11.360.955
11.983.588
Tingkat
Pertumbuhan (%)
0
-43,49
-22,02
-6,84
238,08
-44,45
172,32
-80,42
19,32
5,48
3)
Kemudian menurun
kembali dari tahun 2001 hingga tahun 2004 dengan rata-rata penurunan
sebesar 8,55 persen.
mengalami
peningkatan kembali, lalu turun pada tahun 2006 dan naik kembali pada
tahun 2007.
Tabel 11. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Olahan tahun 1998-2007
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Nilai Ekspor
(US $)
104.167.912
82.499.839
87.832.633
84.132.896
86.048.521
101.241.561
118.449.189
128.635.721
129.790.247
151.941.915
Tingkat
Pertumbuhan (%)
0
-20,80
6,46
-4,21
2,28
17,66
17,00
8,60
0,90
17,07
Volume
Ekspor (Kg)
52.430.117
47.092.012
50.758.758
48.346.836
46.845.915
38.345.650
35.205.624
44.732.106
36.264.489
39.940.104
Tingkat
Pertumbuhan (%)
0
-10,18%
7,79
-4,75
-3,10
-18,15
-8,19
27,06
-18,93
10,14
Importir / Buyer
4
Negeri
Luar Negeri
14
Dalam Negeri
Produsen
13
2
Eksportir / Seller
Bank Dalam,
Negeri
10
12
C
5
6
11
8
Pelayaran
D
Instansi Ekspor
E
Asuransi
Kedutaan Asing
Jalur tataniaga ikan tuna untuk tujuan ekspor (Gambar 6) dimulai dari
penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh para nelayan, yang kemudian
dikumpulkan oleh para pedagang pengumpul atau perusahaan inti.
Para
perusahaan inti inilah yang kemudian menyalurkan ikan tuna tersebut kepada
eksportir untuk dikirimkan kepada importir. Perusahaan inti selain menyalurkan
ke eksportir, terkadang perusahaan inti langsung menyalurkan ke importir tanpa
perantara eksportir.
Nelayan/
Pedagang
Produsen
Perusahaan Inti
Pengumpul
Eksportir
Importir
Indonesia:
1) Amerika Serikat
Pengawasan untuk bahan makanan termasuk produk perikanan di Amerika
Serikat ditangani oleh Food and Drugs (FDA) yang berada dibawah
nanungan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat. FDA bertugas
untuk membuat peraturan yang melindungi konsumen dan menjaga keamanan
pangan.
Peraturan utama dalam pengawasan bahan pangan di Amerika Serikat
tercantum dalam Federal Food, Drugs, and Cosmetic Act yang didalamnya
berisi peraturan berikut yang penting dalam ekspor ikan tuna mengenani
bahan yang rusak, label yang tidak sesuai dengan bahan yang terkandung,
batas bahan makanan tambahan, batas maksimal residu kimia, sistem eksporimpor, dan cara pendaftaran unit pengolahan.
Regulasi lain yang terkait dengan perdagangan ikan tuna terdapat pada Code
of Federal Regulation (CFR) 123 tentang ikan dan produk berbahan dasar
ikan.
2) Uni Eropa
Uni Eropa merupakan gabungang dari negara-negara Eropa yang dibentuk
oleh Belanda, Belgia, Jerman, Luxembourg, dan Perancis. Uni Eropa saat ini
merupakan gabungan dari 26 negara dan memiliki mata uang Euro. Institusi
yang bertanggung jawab mengatur peraturan-peraturan yang berlaku
termasuk didalamnya untuk perdagangan ikan tuna adalah European
Comission (EC). Beberapa regulasi yang terkait dengan perdagangan ikan
tuna adalah:
a)
kandungan histamine dan logam berat yang ditemukan dalam ikan tuna yang
diekspor. Berikut penjelasan mengenai kedua aspek mutu tersebut:
1) Histamin
Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak
terdapat pada ikan terutama pada ikan famili Scombroidae seperti tuna.
Asam amino ini merupakan salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang
dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi bukan asam amino esensial bagi
orang dewasa. Kadar histamin yang tinggi pada ikan menandakkan bahwa
adanya kemunduran mutu dan berpotensi menimbulkan racun berbahaya jika
dikonsumsi.
Histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek psikoaktif menyerang
sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek vasoaktif-nya menyerang
sistem vaskular. ada orang-orang yang peka, histamin dapat menyebabkan
migren dan meningkatkan tekanan darah.24
Kadar histamin yang ada dalam ikan membuat negara tujuan ekspor
memberlakukan syarat terhadap ambang batas histamin. Kadar histamine
yang diperbolehkan dalam ikan tuna berbeda untuk negara tujuan ekspor,
namun ada beberapa negara juga yang tidak memberlakukan syarat. Negara
24
tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan
syarat untuk histamine yang boleh dikandung dalam ikan tuna. Amerika
Serikat menerapkan batas maksimum 50mg/kg daging, Uni Eropa tidak
memperbolehkan satu contohpun yang mengandung histamin lebih dari
20mg/100g daging.
2) Logam Berat
Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih,
dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya
bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa
diantaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen).
Hal ini
adalah 0,5 mg/kg, standar ini sama dengan yang ditetapkan oleh FAO (Food
A Organization). Uni Eropa menetapkan standar merkuri untuk non predator
fish 0,5 mg/kg dan untuk predator fish (termasuk ikan tuna) 1 mg/kg.
Amerika Serikat melalui FDA (Food and Drugs Administration) menetepkan
batas maksimum I mg/kg (BPOM 2004; FAO 2004)
Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya
tinggi.
mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan atau atau
jasa serta mampu memfasilitasi masuknya produk nasional dalam transaksi
pasar global. Sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya saing produk barang dan atau atau jasa Negara Indonesia di pasar
global.26
Tabel 12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uaang Negara Tujuan Ekspor
Utama Tahun 1998-2007
Tahun
Yen
HKD
NTD
1998 61,30 1.036
239,95
1999 62,34
914
220,04
2000 89,00 1.230
307,28
2001 84,38 1.333
303,43
2002 77,17 1.146
279,83
2003 76,94 1.090
252,33
2004 84,34 1.195
264,65
2005 86,91 1.303
301,92
2006 78,60 1.160
279,06
2007 77,31 1.208
289,97
Sumber: Bank Indonesia 2007
26
Bath
219
189
222
230
221
210
225
241
241
283
SGD
4.834
4.252
5.546
2.945
5.395
5.057
5.317
5.835
5.770
6.567
VND
0,68
0,51
0,62
0,67
0,64
0,56
0,57
0,61
0,57
0,57
AUD
4.923
4.622
5.318
5.375
5.163
5.681
6.779
7.214
6.848
7.729
USD
8.025
7.100
9.595
10.256
9.675
8.685
8.845
9.712
9.165
9.139
EURO
8.387
7.732
9.175
9.321
9.986
11.565
12,067
11.512
12.524
Pada tahun 1998 nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar AS
mengalami penurunan karena terjadinya krisis ekonomi. Puncaknya pada tahun
2000 nilai rupiah terus melememah hingga Rp.10.256/US $. Negara Belanda dan
Belgia awalnya memakai mata uang Deutsche mark dan Franc, namun sejak tahun
1998 bergabung ke dalam persatuan Uni Eropa sehingga mata uang yang dipakai
oleh kedua negara tersebut menjadi Euro. Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang
negara tujuan ekspor utama ikan dijelaskan pada Tabel 12.
d) Pisau ditusukkan tepat dibelakang siri dada (pectoral fin) dengan rapi serta
tidak boleh ada sisa sirip atau duri yang tersisa dilantai, sebab dapat
melukai ikan lain yang berdampka pada penurunan kualitas kemiringan
sekitar 450 sedalam 5-10 cm, disusul pemotongan urat nadi tulang
belakang bagian ekor.
e)Sirip perut kemudian dipotong dengan posisi ikan terlentang dan sirip perut
dipotong sedekat mungkin ked aging, namun tidak boleh sampai
menyentuh dagingnya.
f) Isi perut dikeluarkan dengan cara pemotongaan dengan pisau mulai dari
bagian bekas sirip perut kea rah dubur dan isi perut tidak boleh tersayat.
Isi perut dikeluarkan dengan memotong ujung usus pada dubur dan ikan
dibalik agar sisa darah keluar. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati
danikan lainnya.
g) Penutup insang dibuka untuk memutuskan isthimus joint (sambungan
antara dua insang dan badan yang terletak di bagian bawah ikan) dan
selaput insang bagian bawah kemudian dipotong denga pisau.
h) Sirip dada dipotong sedekat mungkin dengan daging dan saat penarikan
tidak boleh terlalu kuat sebab dapat menyebabkan lubang pada daging.
i) Penutup insang dipotong dengan cara menyayat dari arah bawah perut
menggunakan pisau gergaji dan diikuti dengan pemotongan insang bagian
depan sehingga insang dapat dikeluarkan.
j) Ikan dicuci dengan sikat halus dan air dingin untuk membersihkan rongga
perut, rongga insang, dan permukaan badan.
k) Jika ikan dipesan tanpa kepala dan ekor, maka kepala dipotong dengan
kapak khusus dan ekor dipotong dengan pisau gergaji.
l) Ikan yang telah bersih dibawa ke ruang pendingin dengan suhu 00C selama
tiga jam untuk dibekukan. Proses ini dilakukan jika kapal memiliki sarana
pembekuan, jika tidak tersedia maka ikan akan langsung ditaruh dalam
palka yang telah diisi es balok.
m) Ikan yang telah beku diatur dalam palka pendingin denga rapi sehingga
ikan tidak bersentuhan dengan dinding palka. Palka berisi es balok dan
saat diatur usahakan ekor ikan mengarah ke lubang palka agar mudah
terhindar dari sinar matahari dan saat ikan dikeluarkan harus dijaga agar
tidak bertabrakan dengan lubang palka yang mungkin dapat merusak kulit
atau tubuh ikan.
b) Ikan diturunkan dari kapal ke pelabuhan dengan papan luncur dan diberi
tenda pelindung.
keadaan basah oleh air yang terus mengalir dengan suhu sekitar 00C.
Panjang papan luncur lebih dari 2,5 m, maka ikan harus dibungkus dengan
plastik, kain atau karung tebal.
3) Pembongkaran ikan di darat atau pelabuhan
a) Saat kapal sudah bersandar di pelabuhan, ikan yang sudah dikeluarkan dari
palka keudian dipindahkan ke darat oleh petugas. Petugas yang diluar
bertugas menerima ikan yang diluncurkan dari atas kapal. Ikan kemudian
diletakkan di atas kereta dorong yang dipermukaannya telah dibasahi
dengan air. Ikan tetap dilindngi dengan kain yang harus selalu dalam
keadaan basah.
b) Ikan yang diangkut tidak boleh saling menumpuk atau salaing bertumpang
tindih dan pengangkutan ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin untuk
menghambat proses pembusukan
Beku (Frozen)
Jumlah
CR4
HI
Eksportir
(%)
33 510
35
37 647
38
45 513
33
45 453
33
41 450
35
41 352
32
42 310
29
43 273
27
42 357
31
40 432
32
Olahan (Preserved)
Jumlah
CR4
HI
Eksportir
(%)
39 1810
63
40 1863
63
46
952
52
42 1473
62
46 1448
63
49 1407
60
49 1613
63
49 1863
65
48 1725
65
47 1894
65
oligopoli.
Hal ini
dikarenakan nilai HI yang rendah berkisar antara 576 hingga 1193 dan banyaknya
jumlah negara yang terlibat dalam pasar sangat banyak. Negara yang terlibat
dalam kegiatan ekspor ikan tuna segar berkisar antara 36-49 negara, dimana
tahun 1998 memiliki jumlah negara yang paling sedikit terlibat dalam ekspor ini
yaitu sebesar 38 negara dan yang tertinggi pada tahun 2003 sebanyak 51 negara.
Sejak tahun 1998 hingga 2003 jumlah negara yang terlibat mengalami kenaikan
dan sejak tahun 2004 hingga 2007 negara yang terlibat mengalami penurunan.
Rasio
tingkat
konsentrasi
yang
ditunjukkan
dengan
nilai
CR4
Pasar
komoditas ikan tuna beku dunia menunjukkan struktur pasar persaingan sempurna
yang cenderung monopolistik. Hal ini terlihat dari nilai HI yang kecil berkisar
antara 273 hingga 647 dan jumlah negara yang terlibat dalam pasar jumlahnya
banyak. Negara yang terlibat dalam pasar komoditas ikan tuna beku pada tahun
1998-2007 antara 33-45 negara, dimana dari tahun 1998-2001 mengalami
kenaikkan dan penurunan terjadi sejak tahun 2003-2007 mengalami fluktuasi
jumlah negara yang terlibat.
Rasio
tingkat
konsentrasi
yang
ditunjukkan
dengan
nilai
CR4
komoditas ikan tuna beku berada dalam struktur pasar persaingan sempurna yang
cenderung monopolistik (concentration ratio berkisar antara 0-50 persen).
Negara yang mendominasi pasar komoditas ikan tuna beku pada tahun 1998-2007
adalah Perancis, Spanyol, EU-27, Korea, Jepang, Panama, dan Australia yang
saling bergantian menguasasi pasar komoditas tersebut. Negara Korea memiliki
pangasa pasar terbesar disetiap tahunnya.
Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna beku berada
dalam pasar monopolistik. Hal ini berarti Indonesia masih memiliki kesempatan
untuk bersaing dalam pasar tersebut, namun produk yang dihasilkan harus
memiliki keunggulan dibandingkan produk negara lain terutama negara penguasa
pasar. Diferensiasi produk yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki
mutu produk yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan produsen lain.
Komoditas ikan tuna beku memiliki nilai HI berkisar antara 952 hingga
1894.
Komoditas ikan tuna olahan pada tahun 1998-1999, 2005, dan 2007
konsentrasi pasar rendah, dan pada tahun 2001-2004 dan 2006 memiliki tingkat
konsentrasi pasar sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1998-1999,
2005, dan 2007 komoditas tersebut berada dalam struktur pasar yang sedikit
monopoli yang cenderung oligopoli. Tahun 2000 komoditas ini berada dalam
struktur pasar monopoolistik yang mengarah ke oligopoli, dan pada tahun 20012004 dan 2006 berada dalam pasar oligopoli. Saat pasar berada dalam struktur
monopoli yang cenderung oligopoli negara yang terlibat masih banyak, tetapi
hanya beberapa negara yang mampu menguasai pasar. Jumlah negara yang
terlibat dalam pasar komoditas ini berkisar antara 39-49 negara.
Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan CR4 memperlihatkan
kecendrungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai pasar lebih dari
60 persen selama tahun 1998-2007, kecuali pada tahun 2000 dimana CR4 hanya
52 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa komoditas ikan tuna olahan berada
dalam struktur pasar yang cenderung oligopoli. Negara yang mendominasi pasar
komoditas ikan tuna olahan ini selama tahun 1998-2007 adalah Thailand,
Spanyol, Perancis, Ekuador, Seychelles, Mauritus, dan Filipina.
Nilai HI dan CR4 menunjukkan bahwa komoditas ikan tuna olahan berada
dalam pasar oligopoli. Indonesia tidak termasuk dalam negara yang menguasai
pasar. Hal ini berarti Indonesia hanya berperan sebagai pengikut pasar dan tidak
memiliki kesempatan untuk menentukan harga.
Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik untuk ikan tuna segar,
beku, dan olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistic
yang cenderung mengarah ke oligopoli. Hal ini menyebabkan Indonesia masih
memiliki potensi untuk tetap bersaing di pasar internasional dan dapat
menetapkan harga, namun untuk mengatasi persaingan Indonesia harus
melakukan diferensiasi produk.
Pasar yang mengarah ke strukutr pasar oligopli harus diantisipasi dengan
baik, sebab jika tidak Indonesia dalam pasar hanya akan berperan sebagai
pengikut pasar tanpa kesempatan untuk menentukkan harga di pasaran. Posisi ini
mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan
dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan
pemimpin pasar. Namun, Indonesia masih memiliki peluang untuk tetap bersaing
dalam pasar internasional karena untuk komoditas ikan tuna segar Indonesia
masih termasuk negara yang memiliki penguasaan pasar yang cukup baik dan
untuk ikan tuna beku dan olahan harus ditingkatkan ekspornya (besarnya ekspor
dan market share ada pada Lampiran 4 sampai dengan 9).
6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna Nasional
Keunggulan komparatif komoditas ikan tuna Indonesia di pasar
internasional diukur dengaan menggunakan Indeks Revealed Comparatif
Advabtage (RCA). Indeks ini digunakan untuk membandingkan posisi daya saing
Indonesia dengan negara produsen lainnya di pasar ikan tuna internasional.
Semakin tinggi nilai Indeks RCA (lebih dari satu) menunjukkan bahwa negara
yang bersangkutan memiliki keunggulan komparatif dalam produk tersebut dan
memiliki daya saing yang kuat., begitu pula sebaliknya. Jika RCA sama dengan
satu, berarti daya saing komoditas tersebut sama dengan negara lain yang terlibat
dalam kegiatan ekspor komoditas tersebut.
Perhitungan Indeks RCA ekspor suatu komoditas negara tertentu
dibandingkan dengan total ekspor negara tersebut, maka negara yang jumlah
ekpsornya relatif sama dengan negara lain namun total ekspornya lebih besar akan
mempunyai indeks RCA yang lebih kecil. Oleh karena itu penting untuk melihat
pangsa pasar negara tersebut untuk menunjukkan bahwa daya saing negara
tersebut kuat atau lemah.
Perhitungan
Indeks
RCA
hanya
dilakukan
untuk
negara-negara
pengekspor yang memiliki angka ekspor yang besar untuk komoditas ikan tuna
baik dalam bentuk segar, beku, dan olahan.
2002
RCA
2003
Rank
RCA
2004
Rank
RCA
2005
Rank
RCA
2006
Rank
RCA
2007
Rank
RCA
Rank
2,30
0,18
0,33
0,47
2,81
1,25
2,20
1,20
2
9
8
7
1
5
3
6
2,74
0,34
1,84
0,19
2,39
1,16
2,26
0,68
1
8
5
9
2
6
3
7
2,69
0,07
2,28
0,26
2,60
1,38
1,55
0,55
1
10
3
8
2
6
5
7
2,26
0,05
1,89
0,68
2,31
1,73
2,54
0,70
3
11
4
8
2
5
1
7
1,53
0,05
1,76
0,21
1,62
1,50
3,70
0,37
4
11
2
8
3
5
1
7
1,83
0,11
3,06
1,03
2,27
1,79
1,61
0,65
3
9
1
7
2
4
5
8
0,05
11
0,10
10
0,06
11
0,10
0,08
10
0,11
10
4
11
0,00
1,78
0,07
4
9
0,00
1,19
0,07
6
10
0,00
0,90
0,09
6
9
0,00
1,50
0,08
6
11
0,00
- 0,00
1,95
4 1,88
0,06
11 0,07
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
untuk indeks RCA komoditas ikan tuna segar. Negara yang menjadi pesaing kuat
untuk komoditas ikan tuna segar adalah Australia, Jepang dan Spanyol yang
memiliki indeks RCA lebih besar dari satu. Indeks RCA ini berarti Indonesia
memiliki keunggulan komparatif antara 1,62 hingga 2,81 relatif lebih baik
dibandingkan negara eksportir lain.
Indeks RCA Indonesia memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki daya
saing yang kuat untuk komoditas ikan tuna segar. Selain keunggulan komparatif
perlunya melihat penguasaan pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan
tuna segar di pasar internasional.
Indonesia untuk ikan tuna segar cukup besar yaitu rata-rata sebesar 9,49 persen
per tahun (Tabel 15). Indonesia merupakan negara dengan penguasaan terbesar
ketiga di dunia.
dengan rata-rata sebesar 12,99 persen, namun untuk indeks RCA berada dibawah
Indonesia sebab total ekspornya lebih besar negara Indonesia.
Tabel 15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar Tahun 2002-2007 (%)
Negara
2002
2003
9,63
9,06
Ekuador
0,81
1,46
EU-27
1,56
10,66
Perancis
4,35
1,60
Indonesia
12,53
9,12
Italia
2,92
2,18
Jepang
3,23
2,77
Filipina
3,50
1,87
Rep. Korea
0,28
0,38
Seychelles
0,00
0,00
Spanyol
17,15
15,88
Thailand
0,97
1,09
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
Australia
2004
6,26
0,24
15,88
2,00
10,65
2,93
3,02
0,92
0,26
0,00
15,73
1,18
2005
5,39
0,23
10,69
2,23
9,71
4,24
3,16
1,18
0,36
0,00
9,75
1,32
2006
3,05
0,21
9,99
1,63
5,93
3,52
13,60
0,73
0,22
0,00
6,95
1,78
2007
4,21
0,54
17,85
2,70
8,98
4,13
2,43
0,79
0,30
0,00
12,47
1,50
Rata-rata
per tahun
6,27
0,58
11,11
2,42
9,49
3,32
4,70
1,50
0,30
0,00
12,99
1,31
lainnya. Negara yang memiliki indeks RCA terbesar untuk komoditas ikan tuna
beku adalah Republik Korea, Australia, Uni Eropa, dan Jepang.
Indeks RCA ini memperlihatkan bahwa negara Indonesia tidak memiliki
keunggulan komparatif dan pengusasan pangsa pasarnya juga kecil sehingga daya
saingnya sangat rendah. Rendahnya daya saing komoditas ikan tuna beku ini
disebabkan nilai ekspor Indonesia untuk ikan tuna beku kecil dan lebih banyak
mengekspor ikan tuna dalam bentuk segar karena negara tujuan ekspor.
Komoditas ikan tuna dalam bentuk beku yang dihasilkan oleh Indonesia
kualitasnya belum baik karena masih minimnya alat dan penerapan sistem
manajemen pengolahan pasca panen.
Tabel 16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007
Negara
Australia
Ekuador
EU-27
Perancis
Indonesia
2002
RCA
Rank
2003
RCA
1,77
3 1,61
0,12
9 0,04
1,90
2 1,50
0,50
5 0,69
0,39
7 0,32
Italia
0,08
10 0,08
Jepang
1,54
4 1,58
Filipina
0,33
8 0,34
Rep. Korea
2,73
1 2,88
Seychelles
0,00
- 0,00
Spanyol
0,50
6 0,50
Thailand
0,01
11 0,02
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
2004
2005
2006
Rank
RCA
Rank
RCA
Rank
2
10
4
5
8
9
3
7
1
6
11
1,43
0,07
1,23
0,57
0,13
0,05
1,82
0,60
2,64
0,00
0,56
0,04
3
9
4
6
8
10
2
5
1
7
11
1,81
0,06
1,41
1,65
0,23
0,07
1,45
0,62
2,86
0,00
0,58
0,03
2
10
5
3
8
9
4
6
1
7
11
RCA
2,62
0,02
1,64
0,83
0,42
0,03
0,61
0,96
3,97
0,00
0,69
0,03
2007
Rank
2
11
3
5
8
10
7
4
1
6
9
RCA
3,17
0,08
1,55
1,78
0,65
0,01
3,02
3,27
4,19
0,00
0,79
0,10
Rendahnya indeks RCA ikan tuna beku juga ditandai dengan enguasaan
pangsa pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna beku rata-rata pertahun
hanya 1,43 persen per tahun (Table 17). Negara Indonesia tidak termasuk negara
yang memiliki keunggulan bersaing untuk komoditas ini.
Penguasaan pasar
terbesar dikuassai oleh negara Republik Korea yaitu rata-rata sebesar 11,58
persen.
Rank
4
10
6
5
8
11
3
2
1
7
9
Tabel 17. Pangsa Pasar Ikan Tuna Beku Tahun 2002-2007 (%)
Negara
2002
2003
2004
Australia
Ekuador
EU-27
Perancis
Indonesia
Italia
Jepang
Filipina
Rep. Korea
Seychelles
Spanyol
Thailand
7,40
5,35
0,54
0,18
8,88
8,66
4,59
5,84
1,73
1,21
0,18
0,15
2,26
1,95
0,96
0,93
15,17
11,09
0,00
0,00
4,40
4,24
0,18
0,27
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
2005
3,33
0,23
8,56
4,43
0,54
0,11
3,55
1,00
10,8
0,00
4,94
0,57
4,29
0,27
7,96
5,41
0,97
0,17
1,80
1,04
9,93
0,00
4,71
0,64
2006
Rata-rata
per tahun
5,48
0,29
8,74
5,22
1,43
0,12
2,72
1,63
11,58
0,00
5,02
0,71
2007
5,22
0,10
9,35
6,39
1,53
0,07
2,23
1,90
10,75
0,00
5,31
0,60
7,28
0,40
9,03
4,65
2,58
0,02
4,55
3,97
11,72
0,00
6,56
1,97
2002
RCA
Rank
2003
RCA
2004
2005
2006
2007
Rank
RCA
Rank
RCA
Rank
RCA
Rank
RCA
Rank
Australia
0,01
12 0,01
12
Ekuador
1,92
3 1,86
3
EU-27
0,55
9 0,39
9
Perancis
1,54
5 1,48
6
Indonesia
0,87
8 0,99
8
Italia
1,60
4 1,56
4
Jepang
0,21
10 0,19
10
Filipina
1,43
6 1,55
5
Rep. Korea
0,02
11 0,05
12
Seychelles
2,07
1 2,00
1
Spanyol
1,06
7 1,04
7
Thailand
2,04
2 1,97
2
Sumber: UN COmtrade 2008, diolah
0,03
2,09
0,34
1,62
1,10
1,62
0,14
1,49
0,04
2,17
1,06
2,12
12
3
9
4
7
5
10
6
11
1
8
2
0,03
1,96
0,42
0,67
1,08
1,38
0,17
1,36
0,05
2,02
1,22
1,97
12
3
9
8
7
4
10
5
11
1
6
2
0,02
1,86
0,38
1,41
1,01
1,24
0,05
1,28
0,00
1,89
1,18
1,84
11
2
9
4
8
6
10
5
1
7
3
0,01
1,54
0,34
0,70
0,85
1,20
0,11
0,23
0,00
1,59
0,97
1,54
11
3
8
7
6
4
10
9
1
5
2
Pengusaan pasar negara Indonesia untuk komoditas ikan tuna olahan ratarata hanya 4,11 persen per tahun (Tabel 19). Pangsa pasar terbesar dikuasai oleh
Negara Thailand dan Perancis yang masing meguasasi pasar rata-rata sebesar
35,37 dan 9,12 persen.
Tabel 19. Pangsa Pasar Ikan Tuna Olahan Tahun 2002-2007 (%)
Negara
2002
2003
Australia
0,03
0,03
Ekuador
8,76
7,91
EU-27
2,55
2,25
Perancis
14,14
12,56
Indonesia
3,86
3,79
Italia
3,74
2,95
Jepang
0,30
0,24
Filipina
4,18
4,27
Rep. Korea
0,13
0,18
Seychelles
7,25
7,26
Spanyol
9,29
8,78
Thailand
30,86
31,12
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
2004
0,06
6,92
2,37
12,60
4,51
3,45
0,27
2,49
0,16
6,44
9,40
34,21
2005
0,06
8,78
2,39
2,21
4,50
3,39
0,21
2,29
0,17
6,24
10,01
39,54
2006
0,04
8,61
2,17
10,82
3,68
2,91
0,17
2,52
0,00
5,31
9,08
36,80
2007
0,03
9,42
2,57
2,37
4,34
3,56
0,21
0,36
0,00
5,23
10,35
39,66
Rata-rata
per tahun
0,04
8,40
2,38
9,12
4,11
3,33
0,23
2,69
0,11
6,29
9,48
35,37
Tujuh industri
pengalengan ikan tuna di Jawa Timur,saat ini empat unit tidak berproduksi lagi.
Sulawesi Utara yang semula memiliki empat industri, saat ini hanya dua yang
masih beroperasi. Namun, kedua industri tersebut sekarang telah diambil alih oleh
investor dari Filipina. Bali saat ini hanya satu unit yang masih aktif, sebelumnya
ada dua industri pengalengan ikan tuna. Perusahaan pengolahan ikan banyak
yang tidak beroperasi karena kurangnya bahan baku dan modal untuk terus
melanjtukan usahanya. Peraturan pemerintah yang mengijinkan penjualan tuna
secara gelondongan, juga mempengaruhi ekspor tuna olahan. Para penangkap
ikan tuna lebih senang menjual langsung ikan tuna segar terutama yang masuk
grade A, menurut mereka daya beli pengolah di dalam negeri masih rendah dan
belum mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi daripada harga ekspor.
Masalah ini membuata adanya sedikit pertentangan antara industri pengolah dan
pemasar ekspor.
komoditas ikan tuna segar yang besar, namun tidak untuk komoditas ikan tuna
beku dan olahan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pangsa pasar terutama untuk komoditas ikan tuna beku dan olahan dan
meningkatkan daya saing komoditas Ikan tuna baik segar, beku dan olahan di
pasar internasional baik secara internal maupun eksternal
Upaya internal yang harus dilakukan yaitu memperbaiki kualitas ikan
terutama dari penyakit dan berbagai isu tentang keamanan pangan yang menjadi
hambatan dalam perdagangan ikan tuna di pasar internasional dan penerapan
teknologi yang lebih baik dalam pengolahan ikan. Upaya ekstenal yang dilakukan
yaitu memperluas jaringan kerjasama internasional dengan melakukan usaha
ekspor ke negara lain selain negara yang menjadi tujuan utama ekspor dan
mengikuti organisasi yang berkaitan dengan perdagangan ikan tuna di pasar
internasional agar mudah dalam melakukan perdagangan internasional.
6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna Nasional
Daya saing suatu negara selain dilihat dari keunggulan komparatifnya
harus dilihat pula keunggulan kompetitifnya.
Peran
pemerintah dan peran kesempatan berada diluar industri ikan tuna (faktor
eksternal), namun kedua peran ini turut mempengaruhi daya saing ikan tuna
nasional. Penjelasan tentang kondisi faktor internal dan eksternal ikan tuna
nasional adalah sebagai berikut:
Ikan
tuna
memiliki
sifat
mudah
bermigrasi,
sehingga
untuk
Persentase
penggunaan kapal tanpa motor pada tahun 2007 sebesar 41 persen, kapal dengan
motor temple 31 persen, dan kapal motor sebanyak 28 persen. Rendahnya nilai
penggunaan kapal motor membuat jumlah ikan yang mampu diekspor sangat
sedikit, sebab penggunaan kapal tanpa motor tidak dilengkapi dengan alat
penyimpan ataupun es batu. Hal ini menyebabkan saat sampai ke daratan ikan
sudah tidak segar lagi.
Kapal motor dibedakan umumnya dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1) Kapal besar.
fresh tuna.
2002
2003
2004
219.079
250.469
256.830
130.185
158.411
74.292
20.208
5.866
3.382
2.685
2005
Kenaikan
rata-rata
20022007 (%)
2006
2007
244.471
249.955
241.889
2,21
165.337
165.314
185.983
185.509
7,66
79.218
24.358
5.764
3.131
2.338
90.148
22.917
5.952
3.598
800
102.456
26.841
6.968
4.553
1.092
106.609
29.899
8.190
5.037
970
114.273
30.617
8.194
5.345
913
9,06
9,11
7,24
10,16
-11,85
2.430
2.698
1.740
2.160
1.926
1.832
-3,21
1.612
1.731
1.342
1.403
1.381
1.322
-3,28
559
559
436
323
367
420
-3,97
460.298
528.677
549.100
555.581
590.317
590.314
5,23
Biaya yang terkait dalam penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap Long
Line .(rawai tuna) dengan asumsi seperti berikut:
1) Kapal yang digunakan ukuran 30 GT dengan kebutuhan Solar 7.000 liter per
trip
2) Satu kali trip selama 20 hari dan dalam hanya ada Sembilan kali trip.
Perhitungan biaya ikan tuna dalam setahun berdasarkan asumsi di atas
dijelaskan pada Tabel 21. Biaya yang paling besar dikeluarkan terletak pada
kebutuhan bahan bakar dengan persentase sebesar 13,07 persen.
Jumlah Biaya
1.500.000.000
50.500.000
60.000.000
20.000.000
20.000.000
4.800.000
283.500.000
186.300.000
10.000.000
15.000.000
18.750.000
2.168.850.000
Kondisi faktor sumberdaya alam untuk komoditas ikan tuna dilihat dari
segi ketersediaan daerah penangkapan masih baik, namun untuk kondisi
ketersediaan kapal dan biaya terkait dengan penangkapan ikan tuna terdapat
kendala yaitu rendahnya kapal berukuran besar yang beroperasi dan tinggi biaya
yang dikeluarkan terutama untuk bahan bakar. Daya saing komoditas ikan tuna
nasional akan meningkat jika kualitas dan kuantitas ikan tuna juga meningkat,
maka diperlukan upaya untuk menjaga ketersediaan ikan tuna diperairan dan
memperbanyak jumlah kapal motor agar dapat melakukan penangkapan di laut
lepas.
6.3.1.2. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan faktor penentu dalam peningkatan
dinamika pembangunan suatu negara. Sumberdaya manusia merupakan faktor
penggerak sumberdaya lain yang besifat statis.
penting untuk meningkatkan daya saing terutama dalam suasana persaingan yang
sangat ketat. Sumberdaya manusia yang terkait dengan perdagangan ikan tuna
dan mempengaruhi daya saing ikan tuna di pasar internasional ini meliputi jumlah
tenaga kerja yang tersedia baik di bagian hulu dan hilir, kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh sumberdaya manusia tersebut.
Nelayan Penuh
(Full time)
1.277.129
1.729.671
1.182.604
1.145.653
1.293.530
1.095.399
Sambilan Utama
(Part time-major)
923.322
1.112.217
826.206
648.591
626.065
805.011
Sambilan Tambahan
(Part time-minor)
371.591
469.933
337.972
263.742
283.817
331.557
-0,35
4,28
0,17
-15,32
28,58
16,82
dapat ditangani dengan pemberian suhu rendah melalui proses pendinginan dan
pembekuan.
menghindarkan hasil
Program PEMP
meliputi beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari program besar PEMP.
Beberapa kegiatan tersebut adalah :
1) Klinik Bisnis. Klinik ini berguna untuk konsultasi dan pendampingan bisnis
bagi masyarakat terutama penerima Bantuan Sosial Mikro dengan output
layanan Konsultasi yang berkaitan dengan rencana bisnis, pangsa pasar, mitra
usaha, rasio keuntungan dan pengembangan bisnis termasuk tatacara proposal
ke LKM/Bank
2) Kedai Pesisir LEPPM3 melalui Unit Usaha Kedai Pesisir dengan Output
layanan.
Kedai ini melayani dan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dan
kebutuhan usaha bagi masyarakat pesisir berbentuk outlet dengan system
swalayan berlokasi di pusat kegiatan usaha masyarakat pesisir. Kedai ini juga
berfungsi sebagai pemasok bagi warung-warung sejenis di sekitarnya.
3) Program Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN)/ Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan (SPBN). SPDN/SPBN dengan Output
layanan Melayani kebutuhan BBM bagi nelayan dan pembudidaya ikan skala
kecil dengan harga sesuai ketetapan pemerintah.
PNPM Mandiri-KP merupakan program lain yang dilakukan pemerintah
untuk membantu dalam permodalan. Kegiatan pokok PNPM Mandiri-KP ini
terdiri dari:
1) Perencanaan pembangunan wilayah dan sumberdaya kelautan dan perikanan
berbasis desa.
2) Pembangunan infrastruktur desa dan lingkungan.
3) Penguatan kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan dan aparat.
4) Pemberdayaan masyarakat.
Program bantuan modal yang dilakukan pemerintah selama ini belum
banyak membantu permodalan para nelayan kecil. Bantuan modal tersebut tidak
dapat mencukupi kebutuhan nelayan terutama perahu untuk memancing. Akses
modal yang ada terkadang pelaksanaannya menyulitkan nelayan sehingga nelayan
jarang yang memanfaatkan akses ini. Akses modal umumnya hanya dapat diakses
oleh nelayan skala besar.
listrik. Air bersih dan listrik umumnya sangat susah didapat di daerah pantai.
Keadaan ini menyebabkan rendahnya tingkat sanitasi dan kehigienisan tempat
pendaratan ikan dan pengolahan ikan.
Kondisi jalan yang dilalui dalam proses pendistribusian ikan tuna dari
nelayan ke pengumpul atau eksportir
Indonesia bagian Timur. Keadaan ini membuat jarak tempuh semakin lama dan
berakibat terhadap kemunduran kesegaran ikan tuna. Kondisi sitem transportasi
yang dimiliki seperti bandar udara dan pelabuhan sudah dimiliki. Bandar udara
yang dipakai untuk pengiriman ekspor biasanya Bali dan Jakarta, namun untuk
maskaspainya berasal dari negara asing, sebab maskapai dalam negeri masih
belum mampu memenuhi permintaan jasa penerbangan ekspor bahan makanan
segar (Fahruddin 2003). Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Indonesia (PIPP
2006 diacu dalam Kusumastanto 2007) mencatat sampai saat ini terdapat 670 unit
pelabuhan di seluruh Indonesia, yang terdiri dari lima unit Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS), dua belas unit Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), 46 unit
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan 607 unit Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI).
Unit pelabuhan yang ada hanya sedikit saja yang berstandar internasional seperti
PPS Jakarta.
Sumberdaya infrastruktur untuk komoditas ikan tuna saat ini dapat
dikategorikan masih rendah. Sumberdaya infrastruktur yang ada harus diperbaiki
kondisinya, sehingga mampu menunjang peningkatan kualitas dan kuantita ikan
tuna nasional.
6.3.2. Kondisi Permintaan
Faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing komoditas ikan
tuna nasional adalah sebagai berikut:
6.3.2.1. Komposisi Permintaan Domestik
Komposisi permintaan domestik menjadi salah satu
faktor yang
Tingkat
membeli ikan tuna dalam bentuk utuh dan dilakukan di pasar tradisional.
Ikan tuna yang diperdagangkan di pasar tradisional biasanya adalah cakalang
dan tongkol, sedangkan untuk jenis yang lain umumnya untuk dijual ke pasar
swalayan atau di ekspor.
2) Pengalaman dan Selera Pembeli yang Tinggi
Selera masyarakat terhadap produk ikan tuna umumnya lebih menyenangi
mengkonsumsi secara segar.
2002
Konsumsi
525.699
Ekspor
92.797
Total
618.496
Sumber: DKP 2008
2003
2004
2005
2006
2007
562.005
65.886
627.891
596.562
124.146
720.708
612.324
132.828
745.152
629.782
136.125
765.907
656.088
236.348
892.436
Kenaikan
Rata-rata
2002-2007
(%)
4,55
28,51
7,79
beberapa alat penangkapan yaitu. rawai tuna (long line), huhate (pole and
line), pancing tangan (handline), pukat cincin (purse seine), dan jaring insang
(gillnet). Tabel 23 memperlihatkan jumlah alat penangkapan yang paling
banyak digunakan untuk penangkapan ikan tuna dengan menggunkanan
jarring insang.
panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jarring. Cara kerja
jaring insang yaitu membiarkan jarring terapung selama dua hingga tiga jam,
setelah itu jarring diangkant, ikan akan terjerat dibagian insangnya pada mata
jaring. Teknik ini memungkinan untun menangkap ikan dengan ukuran relatif
seragam.
Alat tangkap hutate dan rawai tuna memiliki kenaikan rata-rata terbesar
dibandingkan alat tangkap lainnya dengan besar masing-masing 63,05 dan
48,29 persen (Tabel 24). Kondisi industri penangkapan ikan tuna nasional,
masih dikategorikan tradisional.
2002
Pancing
Tangan
Pukat
13.213
Cincin
Hutate
2.092
Jaring
87.623
Insang
Rawai Tuna
2.264
Sumber: BPS 2007
2003
2004
2005
2006
2007
33.018
22.863
30.250
53.768
15.685
13.714
17.198
20.211
22.741
2.512
5.032
3.872
6.861
15.765
136.324
131.708
127.542
128.166
154.407
6.547
5.656
5.226
9.290
8.893
Kenaikan
Rata-rata
2002-2007
(%)
26,43
15,26
63,05
7,91
48,29
Kondisi indutri pengolahan ikan tuna saat ini mengalami kendala kekurangan
bahan baku dan rendahnya daya beli. Industri pengolahan ikan tuna belum
mampu memenuhi kuota ikan tuna olahan yang mengakibatkan rendahnya
volume ekspor ikan tuna olahan. Industri pengolahan ikan tuna banyak yang
tidak beroperasi lagi sebab kekurangan bahan baku. Nelayan atau pengumpul
lebih memilih menjual hasil tangkapan untuk langsung diekspor daripada
menjualnya ke industri pengolahan ikan. Industri ikan tuna nasional hanya
mampu membeli ikan tuna grade C dan D yang kondisinya tidak terlalu baik,
serta tidak semua indutsri ikan tuna mampu membeli dengan harga tinggi.
Industri terkait dengan komoditas ikan tuna kondisinya belum mampu
mendukung daya saing komoditas ikan tuna nasional. Industri hulu masih
bermasalah dengan kurangnya modal dan penerapan teknologi sehingga hasil
tangkapannya tidak banyak, ukurannya beraneka ragam, dan kualitas ikan
yang tidak terlalu baik. Indutri hilir juga belum mampu mendukung daya
saing ikan tuna, sebab belum mampu berproduksi dalam jumlah banyak
karena keterbatasan bahan baku.
2) Industri Pendukung
Industri pendukung dalam daya saing ikan tuna nasional yaitu industri
pemasaran dan jasa pendidikan, penelitian, dan pengembangan perikanan
nasional. Industri jasa pemasaran ikan tuna nasional terdiri dari para pelaku
yang berperan sebagai perantara pemasaran komoditas ikan tuna dari nelayan
hingga ke tangan konsumen.
Jasa pendidikan
memiliki laut dapat melakukan kegiatan ekspor ikan tuna karena ikan tuna
hanya terdapat di perairan tropis dan sub-tropis dan memiliki sifat yang aktif
bergerak. Ancaman adanya pendatang baru dalam perdagangan ikan tuna
mungkin saja terjadi terutama dari negara di kawasan Asia yang termasuk
dalam perairan tropis dan sub-tropis. Malaysia sudah mengalokasikan dana
untuk perikanan tuna dan bahkan berani menarik industri tuna nasional
dengan subsidi BBM jika bersedia pindah ke Malaysia.
Ancaman pendatang baru juga dapat berasal dari negara yang akan
menerapkan teknologi budidaya ikan tuna. Negara seperti Perancis, Italia,
Kroasia, Aljazair, Tunisia, Maroko, Lybia, Malta, Siprus, Yunani, Turki,
Libanon, Syria, Amerika Serikat di pantai Barat California, Meksiko dan
Kanada juga mulai aktif mengembangkan budidaya tuna. Negara ini sangat
berpeluang menjadi ancaman bagi Indonesia, sebab jika mereka berhasil
melakukan budidaya ikan tuna akan mempengaruhi jumlah ekspor ikan tuna
nasional. Teknik budidaya ini memungkinan dihasilkan ikan dengan berat
yang hampir seragam dan kontinuitas dapat terjaga, sedangkan Indonesia
sangat bergantung kepada kondisi alam yang hasilnya sangat beragam.
2) Ancaman Produk Subtitusi
Ancaman akan produk subtitusi ikan tuna dapat dapat berasal dari komoditas
perikanan lain yang memiliki kandungan gizi yang hampir sama atau
memiliki tingkat permintaan yang besar. Ikan ini merupakan sumber omega3 terbaik. Sumber omega-3 dapat berasal dari ikan tuna, ikan salmon, ikan
hering, ikan sarden, udang dan kerang.
terhadap hasil perikanan ini dapat berfungsi sebagai produk subtittusi. Ikan
salmon menjadi ancaman utama produk subtitutisi ikan tuna sebab memiliki
rasa yang hampir sama dan sering diolah menjadi sashimi oleh masyarakat
Jepang. Ikan salmon juga memiliki tren permintaan yang meningkatkan dan
disukai oleh masyarakat Barat untuk dijadikan steak karena rasanya yang
enak. Produk ancaman ikan tuna olahan dapat berasal dari ikan makarel dan
sarden. Kedua ikan ini banyak yang diolah dalam bentuk kaleng sebagai
makanan cepat saji. Ikan makarel memiliki rasa dan kandungan gizi yang
hampir sama dengan ikan tuna seperti yang terlihat dalam Tabel 25.
Komposisi
Air
Protein
18,3
(gram)
Lemak
1,4
(gram)
Karbohidrat
0,1
(kal)
Abu (gram)
1,5
Sumber: Infofish 2002
Mackerel
62,5
21,4
23,6
23,1
22,2
25,8
19,8
24,6
9,3
11,6
2,1
2,0
16,5
0,1
0,1
0,1
0,1
0,4
0,1
1,3
1,4
0,3
1,4
1,4
1,1
Jepang juga
perikanan juga menjadi kekuatan negara tujuan ekspor, jika Indonesia tidak
termasuk dalam daftar anggota, negara tersebut cenderung akan melakukan
penolakan terhadap ikan tuna nasional.
4)
lebih murah untuk menghindari ikan membusuk dan tidak laku dijual.
Pedangang pengumpul yang memiliki cold storage selanjutnya menjadi
pemasok bagi industri ikan tuna segar, beku, dan olahan.
Pedagang
pengumpul ini yang menentukkan kepada siapa ikan tersebut akan dijual
apakah terhadap perusahaan ikan tuna segar, beku atau olahan. Industri ikan
tuna olahan nasional memiliki posisi tawar yang rendah terhadap pedagang
pengumpul ataupun perusahaan penangkapan ikan tuna. Industri ikan tuna
olahan nasional belum memiliki kemampuan untuk membeli ikan tuna
dengan harga yang bersaing terhadap ikan tuna segar.
Perusahaan
umumnya hanya bisa mendapatkan ikan tuna kualitas grade C dan D. Ikan
tuna grade C dan D biasanya diolah terlebih dahulu untuk dijual, namun
masih ada negara seperti Thailand yang menerima ikan grade C dan D ini
dalam bentuk segar. Para nelayan lebih menyenangi menjual ikan tersebut
untuk diekspor daripada dijual ke dalam negeri. Industri ikan tuna olahan
nasional tidak memiliki posisi tawar yang baik, sehingga sering mengalami
kekurangan bahan baku karena ikan dijual kepada negara lain dan terpaksa
harus melakukan impor untuk mencukupi kekurangan tersebut.
Faktor lain yang membuat posisi tawar industri ikan tuna olahan nasional
rendah karena adanya ketergantungan terhadap impor untuk bahan pengemas
kaleng (tin-plate).
bersaingnya harga jual ikan tuna kaleng nasional, sebab harganya akan lebih
mahal untuk menutupi biaya impor.
Indonesia
sebenarnya memiliki potensi ikan tuna yang lebih besar ketimbang Thailand,
tetapi nilai ekspor Indonesia dibawah Thailand. Hal ini disebabkan Indonesia
juga melakukan ekspor ikan tuna segar ke Thailand, hal ini sangat
disayangkan karena Indonesia menjadi penyuplai bahan baku bagi Industri
pengolahan Thailand.
Industri
perusahaan ini dapat memperlemah daya saing komoditas ikan tuna nasional.
6.3.5. Peran Pemerintah
Peran serta pemerinatah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator
pengawasan perekonomian untuk memajukan komoditas ikan tuna nasional sangat
diharapkan. Persaingan global yang dihadapi saat ini membutuhkan pemerintahan
yang kuat untuk pengembangan ekonomi domestik. Peran pemerintah dalam
peningkatan ikan tuna nasional saat ini sudah cukup baik. Departemen Kelautan
dan Perikanan merupakan lembaga yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur
masalah tentang perikanan Indonesia.
sendiri saat ini telah melakukan pengembangan untuk komoditas ikan tuna.
Progaram DKP terkait dengan tuna yaitu revitaliasasi perikanan dan Program
Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) yang berbasis dari Hazard Analysis of
Critical Control Points (HACCP) terutama terhadap indutsri pengolahan
berorientasi ekspor.
Program DKP untuk mengembangkan komoditas ikan tuna disebut sebagai
revitalisasi perikanan.
komoditas utama yaitu udang, ikan tuna dan rumput laut. Program revitalisasi
untuk ikan tuna meliputi:
1) Optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab.
2) Peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha penangkapan.
3) Peningkatan kemampuan dan kapasitas pendukung produksi di dalam negeri.
4) Peningkatan sumberdaya manusia dan penyerapan teknologi.
5) Peningkatan kemampuan manajemen usaha kecil dan akses permodalan.
6) Peningkatan mutu hasil perikanan sebagai bahan baku.
7) Pengembangan dan penyebaran cluster industri.
8) Restrukturisasi armada perikanan.
9) Revitalisasi pelabuhan perikanan.
10) Pengembangan dan penyusunan standarisasi sarana perikanan tangkap.
Pemerintah juga mendirikan Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang
berguna untuk melakukan pengawasan mutu ikan tuna yang dihasilkan seperti
menguji histamine yang terdapat pada ikan dan menetapkan batas histamin yang
dapat dikandung. Ikan tuna hasil tangkapan harus mendapatkan SNI (Standarisasi
Nasional Indonesia) agar bisa diekspor.
Pemerintah saat ini telah banyak membantu perkembangan komoditas ikan
tuna, namun ada hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah terkait dengan
ketersediaan ikan tuna di alam. Pemerintah sebaikknya melakukan pengawasan
yang ketat terhadap semua daerah perairan Indonesia dari pencurian ikan. Kasus
pencurian ikan ini akan membawa dampak negatif terhadap perkembangan
komoditas ikan tuna nasional. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama oleh semua
aparat pemerintahan untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam Indonesia.
Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk peningkatan daya saing ikan tuna
nasiona, hal ini terkait dengan pembenahan infrastruktur, penciptaan iklim bisnis
yang mendukung, dan peningkatan terhadap akses pembiayaan.
6.3.6. Peran Kesempatan
Peran kesempatan yang berada pada ruang lingkup komoditas ikan tuna
untuk meningkatkan daya saing diantara lain perkembangan teknologi budidaya
dan era perdagangan bebas.
bagian dalam yang terbuat dari plastik polyetilene hitam, berdiameter 3040 meter (m) , dengan kedalam jaring 12-20 m atau lima meter diatas
permukaan dasar laut dan ukuran mata jaring 60-90 milimeter (mm).
Jaring apung luar memiliki ukuran mata jaring 150-200 mm dan
berfungsi untuk menjaga ikan dari predator, namun menurut penelitian
jaring luar ini tidak diperlukan sehingga dapat menghemat biaya. Satu
jaring apung standar dapat menampung 2000 ekor anak tuna tergantung
diameter jaring dan daya tamping maksimum yang diijinkan, idealnya 4
kg per meter kubik air. Ikan diberi makan dua kali sehari dengan ikan
makarel atau sarden, namun saat ini bisa memakai makanan buatan
(pellet) yang lebih tinggi tingkat konsumsi pakannya dan dapat
menghemat biaya. Ikan dipelihara sekitar tiga hingga lima bulan atau
sampai mencapai ukuran konsumsi.
b) Penanganan Induk hingga Pemeliharaan Benih
Calon induk dipelihara sejak masih benih yang berasal dari hasil
tangkapan trap net (trolling net). Calon induk diberi makan ikan segar
seperti teri, makarel, horse makarel, dan cumi-cumi serta berbagai
vitamin dan enzim ditambahkan dalam pakan. Pemberian pakan dua
hingga lima persen dari berat tubuh dan dilakukan satu atau dua kali
sehari. Kemudian proses pemijahan dilakukan untuk ikan tuna yang
telah berumur lima tahun. Proses pemijahan dilakukan didalam jaring
berdiameter 30 m dan kedalam tujuh meter pada suhu 21,8-25,60C. Telur
ikan tuna menetas setelah 32 jam pada suhu 240C selama setengah jam.
27
Diakses
yaitu terhadap tiga komoditas utama udang, ikan tuna dan rumput laut.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ikan tuna.
Pemerintah melalui DKP juga mendirikan lembaga riset untuk komoditas
perikanan, untuk ikan tuna sendiri dibentuknya Komisi Tuna Nasional
untuk mengatasi masalah ikan tuna.
2) Faktor Kelemahan
Faktor kelemahan merupakan faktor kekurangan yang dimiliki oleh
komoditas ikan tuna Indonesia jika dibandingkan dengan negara pengekspor
ikan tuna lainnya. Faktor kelemahan tersebut adalah:
a) Rendahnya pengawasan kualitas mutu.
Rendahnya tentang pengawas mutu ikan tuna dengan banyaknya kasus
penolakan ikan tuna yang terjadi. Penolakan ini umumnya disebabkan
mutu ikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh negara importir.
rendah
dan
manajemen
teknik
dan
penangkapan
pemasaran
masih
juga
tradisional.
masih
rendah.
nasional lemah daya saing jika dibanding dengan negara Asia Tenggara
seperti Thailand kualitasnya jauh dibawah Thailand. Thailand mampu
melakukan ekspor ikan tuna kaleng dalam jumlah besar walaupun hasil
perikanannya lebih banyak berasal dari impor.
3) Faktor Peluang
Faktor peluang merupakan keadaan yang mampu memberikan keuntungan
untuk ekspor ikan tuna Indonesia. Faktor peluang ini terkait dengan keadaan
diluar kondisi ikan tuna Indonesia, namun dapat memberikan efek positif
untuk pengembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Faktor peluang tersebut
adalah:
a) Adanya perkembangan teknologi budidaya.
Perkembangan budidaya ini terkait dengan adanya cara baru yang dapat
dilakukan untuk melakukan budidaya ikan tuna. Budidaya ini sangat
bermanfaat sehingga bisa menjaga ketersediaan ikan tuna, karena saat ini
Indonesia hanya mengandalkan ketersedian ikan tuna melalui hasil
tangkapan di alam bebas (wild catch).
b) Pangsa pasar yang masih luas.
Ikan tuna merupakan produk ikan yang digemari oleh masyarakat dunia.
Pangsa pasar untuk komoditas ikan tuna masih terbuka luas. Jepang,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa merupakan pasar yang potensial untuk
dimasuki. Kebutuhan akan permintaan ikan tuna untuk ketiga negara
tersebut belum mampu dicukupi oleh negara pengekspor ikan tuna.
Negara Jepang memiliki persentase permintaan impor rata-rata pertahun
untuk ikan tuna segar, beku dan olahan masing-masing sebesar 33,17;
8.01; dan 3,06 persen. Negara Amerika Serikat memiliki persentase
permintaan impor untuk ikan tuna segar, beku, dan olahan masingmasing sebesar 16,87; 0,42; dan 15,88 persen.
memiliki persentase permintaan impor untuk ikan tuna segar, beku, dan
olahan masing-masing sebesar 4,83; 3,94; dan 29,35 persen. Hasil ini
memperlihatkan bahwa Negara Jepang adalah pasar yang saat
berpotensial untuk komoditas ikan tuna segar, Uni Eropa berpotensial
untuk ikan tuna olahan dan Amerika Serikat merupakan pasar yang
potensial untuk komoditas ikan tuna beku dan olahan (Lampiran 13)
c) Adanya tren from red meat to white meat.
Tren tersebut mulai mengubah pandangan masyarakat yang selama ini
lebih banyak mengkonsumsi daging hewan ternak mulai menggemari
terbuka lebar terutama untuk ikan tuna yang menjadi salah satu jenis ikan
yang disukai oleh masyarakat selain salmon, makarel, dan herring.
e) Adanya Organisasi Manajemen Perikanan Regional (Regional Fisheries
Management Organization).
Organisasi tersebut adalah Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) yang
menangani manajemen penangkapan ikan tuna yang terletak di Samudera
Hindia, International Convention on Conservation of Atlantic Tuna
(ICCAT) yang menangani kegiatan penangkapan dan konservasi ikan
tuna di kawasan Atlantik, Western and Central Pacific Fisheries
Commission (WCPFC), dan Commission for Conservation of Southern
Bluefin Tuna (CCSBT) yang menangani khusus tentang tuna sirip biru
selatan.
f) Adanya negara yang mau berinvestasi.
Australia merupakan negara yang mau melakukan investasi untuk
komoditi ikan tuna, karena melihat potensi yang dimiliki oleh Indonesia
masih banyak yang belum dimaksimalkan. Kesempatan ini sangat baik
untuk dimanfaatkan untuk mengatasi kendala modal yang menjadi salah
satu masalah internal untuk ikan tuna.
4) Faktor Ancaman
Faktor ancaman merupakan keadaan yang mampu memberikan efek negatif
peningkatan daya saing komoditas ikan tuna Indonesia. Faktor peluang ini
terkait dengan keadaan diluar kondisi ikan tuna Indonesia. Faktor peluang
tersebut adalah:
a) Peningkatan kekuatan tawar pembeli.
Peningkatan kekuatan pembeli dapat menurunkan posisi tawar dalam
proses perdagangan.
ditetapkan oleh negara tujuan ekspor baik yang menyangkut tarif maupun
non-tarif membuat negara Indonesia mengalami kendala untuk
melakukan ekspor karena akan meningkatkan biaya produksi. Peraturan
yang ditetapkan pun berbeda-beda, jika produk ikan tuna yang dihasilkan
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka produk tersebut
ditolak.
Alimentarius
Comisscion
(CAC)
seperti
persyaratan
Isu hak asasi manusia yang terkait dengan rendahnya upah pekerja dan
pekerja bawah umur.
melakukan
ekspor
karena
Amerika
Serikat
melakukan
analisis SWOT:
1) Strategi SO
Strategi SO dilakukan untuk memaksimalkan keunggulan yang dimiliki
dengan peluang yang ada. Strategi SO untuk komoditas ikan tuna adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatkan produski ikan tuna. Pangsa pasar yang masih terbuka luas
dan mulai meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan
membuat permintaan akan ikan semakin meningkat kedepannya.
Luasnya daerah perairan Indonesia dan beberapa daerah yang masih
berstatus UE dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Potensi tersebut
sangat baik untuk peningkatan kuantitas jumlah yang diekspor. Produksi
ikan tuna akan meningkat, jika didukung oleh penguatan kelima kondisi
faktor sumberdaya yang saat ini masih memiliki keterbatasan.
Peningkatan produksi yaitu dengan cara:
i)
tersebut sangat ketat, sebab ketiga negara tersebut memiliki daya beli
yang baik. Negara lain saat ini mulai aktif melakukan kegiatan
produksi ikan tuna, sebagian memanfaatkan potensi alam yang
dimiliki dan menerepkan teknologi budidaya. Pesaing baru tersebut
pasti akan mencoba masuk ke pasar Amerikan, Jepang dan Kawasan
Uni Eropa.
perikanan sebab mutu ikan tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh negara tujuan ekspor.
i)
Keterbatasan
WO
dilakukan
untuk
meminimalisir
kelemahan
dengan
hingga
sampai
pengolahan.
ditangan
konsumen
akhir
atau
perusahaan
Armada
permintaan
untuk
pengiriman
ekspor,
agar
Strenghts (S)
Weakness (W)
Strategi SO
1)
Strategi WO
2.
organisasi
manajemen
perikanan
regional.
masalah tuna
Indonesia
Threaths (T)
1) Peningkatan
2)
kekuatan
Strategi ST
tawar
menawar 1) Meningkatkan
Strategi WT
mutu
ikan
pembeli.
dihasilkan(S1,S2,S3,T1,T2,T3,T4)
nasional (W1,W3,W4,W5,W6,T1,T2,T3,T4,T6)
peran
perbaikan SDM-nya
lembaga
pengawasan
nasional.
6) IUU Fishing
108
lemah karena berbagai masalah yang dihadapi oleh industri ikan tuna
nasional, seperti kondisi faktor sumberdaya yang masih rendah, struktur
persaingan yang ketat, dan industri terkait dan pendukung yang kinerjanya
masih rendah.
3) Pemerintah sebagai salah satu pendukung peningkatan daya saing ikan tuna
nasional perlu melalukan pembenahan terkait dengan banyaknya masalah
yang terjadi disemua faktor sumberdaya. Penjagaan akan sumberdaya alam
perlu ditingkatkan dengan menambah armada pengawasan perairan. Program
subsidi BBM perlu ditingkatkan terutama untuk nelayan yang terbatas
modalnya.
mulai dari hulu hingga hilir, terutama perbaikan infrastruktur dan kebijakan
yang ada.
4) Pembangunan pabrik es yang dekat dengan nelayan atau tempat pelelangan
ikan sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran ikan tuna, sehingga saat
sampai ditangan perusahaan eksportir atau pengolahan masih dalam keadaan
yang baik dan saat sampai di negara ekspor kualitas dan mutunya masih
terjaga. Hal ini akan menghindari kasus penolakan karena kualitas ikan yang
sudah tidak baik.
5) Pemerintah juga harus mengkaji ulang beberapa peraturan agar tidak saling
bertentangan antara kepentingan pihak eksportir dan pihak pengolahan.
6) Penjagaan sumberdaya perairan harus dilakukan dengan sebaik mungkin
untuk mengantisipasi kasus pencurian ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir M.S. 1996. Seluk Beluk dan Teknik Pedagangan Luar Negeri Suatu
Penuntun Ekspor Impor Cetakan Kedelapan. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Presindo.
[BI]. Bank Indonesia. 2007. Perkembangan Perekonomian Tahun 2007. Jakarta:
Bank Indonesia.
Bondar AI. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor
Tuna Segar Indonesia [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BPOM]. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2004. Batas Pemasukan Logam
Berat dalam Porduk Perikanan. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan
Makanan.
[BPS]. Badan Pusat Statitik. 2007. Statistic Yearbook. Jakarta : Badan Pusat
Statistik.
Burhanuddin et al. 1984. Suku Scombriade : Tinjauan Mengenai Ikan Tuna,
Cakalang, dan Tongkol. Jakarta : LIPI.
Dahuri R. 2008. Ikan Tuna Indonesia. http://majalahsamudra.at.ua/news/2008-1210-1. [13 Februari 2009].
David FR. 2006. Manajemen Strategis : Konsep, Edisi Kesepuluh. Budi IS,
penerjemah; Rahayo S, editor. Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari :
Strategic Management : Concepts and Cases, 10thed.
[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Direktori Ikan Konsumsi dan
Produk Olahan. Direktori JEnderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
dan Pemasaran. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005a. Potensi dan Pemberdayaan
Ikan Tuna. www.dkp.go.id. [13 Februari 2009].
[DKP]. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005b.
Jakarta: SBP
Revitalisasi Perikanan.
LAMPIRAN
Inggris
Jerman*
Yunani
Belgia*
Portugal
Luxemburg*
Spanyol
Perancis*
Austria
Italy
Swedia
Denmark
Finlandia
Irlandia
Siprus
Slovakia
Slovenia
Rep.Cechnya
Lithuania
Bulgaria
Malta
Hungaria
Polandia
Estonia
Rumania
Latvia
Sumber : WTO (2007) diacu dalam Rastikarany (2008)
Keterangan : (*) Pendiri Uni Eropa
Ikan Madidihang29
(Yellowfin Tuna)
Ikan Albakora30
(Albacore Tuna)
Ikan Cakalang33
(Skipjack Tuna)
Ikan Lisong34
(Bullet tuna )
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna). www.shell.site88.net. Diakses tanggal 19 Februari
2009.
30
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Albakora (Albacore Tuna). www.theoceanaire.com Diakses tanggal 19 Februari
2009.
31
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Mata Besar (Bigeye Tuna). www.alltackle.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009.
32
Sumber: Anonim. 2009.. Gambar Ikan Cakalang (Skipjack Tuna). www.sportfishinggrancanaria.com. Diakses tanggal 19
Februari 2009.
33
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Lisong (Bullet Tuna). www.mexfish.com. Diakses tanggal 19 Februari 2009.
34
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Pisang / Krai (Frigated Tuna). www.fistenet.gov.vn. Diakses tanggal 19
Februari 2009.
35
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Komo (Eastern Little Tuna). www.iccat.int. Diakses tanggal 19 Februari
2009.
36
Sumber: Anonim. 2009. Gambar Ikan Tongkol Abu-abu (Longtail Tuna). www.fistenet.gov.vn. Diakses tanggal 19
Februari 2009.
Mikrobiologi
Total Plate Count Koloni / gr
5x105
Salmonella
negative
V. Cholerae
negative
Stok Lokasi :
Sulut, Papua, Maluku, Jawa, Bali
Pemasaran :
Domestik : Indutri pengolahan tuna (pengalengan, pembekuan, pasar
tradisional, dan pasar modern).
Ekspor : Jepang, Amerika, Eropa, dll
Standar :
SNI 01-2710-1992
2. Tuna Beku (HS 0303400000)
Tuna beku dijual dalam bentuk beku. Jenis tuna yang biasanya dijual dalam
bentuk segar adalah tuna mata besar, Yellowfin tuna, albakora, dan Bluefin
tuna.
Spesifikasi :
-
Mikrobiologi
Total Plate Count Koloni/ gr
5x105
Salmonella
V. Cholerae
negative
negative
Stok Lokasi :
Sulut, Papua, Maluku, Jawa, Bali
37
Pemasaran :
Domestik : Indutri pengolahan tuna (pengalengan, pembekuan, pasar
tradisional, dan pasar modern).
Ekspor : Jepang, Amerika, Eropa, dll
Standar :
SNI 01-2710-1992
3. Tuna Loin Mentah Beku / Frozen Tuna Loin (HS 0304200000)
Tuna loin mentah beku adalah produk yang dibuat dari tuna segar atau beku
yang mengalami perlakuan sebagai berikut : penyiangan, pembelahan
membujur menjadi 4 bagian (loin), pembuangan daging gelap (dark meat),
pembuangan lemak, pembuangan kulit, perapihan, pembekuan cepat sehingga
suhu pusatnya
-18oC.
Klasifikasi :
Standar ini digolongkan menjadi 1 tingkatan mutu
Spesifikasi :
-
Cemaran Mikroba
TPC Coloni / gr
5x105
<3
Salmonella / 25 gr
negative
V. Cholerae
negative
V. Parahameo lyticus / 50 gr
-
negative
Cemaran Kimia
Timah (Sn) maks (mg / kg)
4.0
2.0
1.0
0.5
100.0
20.0
Fisika
Suhu pusat maks
Bobot besih (sesuai label)
-180C
10.0
Standar :
SNI 01-4104-1996
4. Tuna Steak Beku / Frozen Tuna (HS 0304200000)
Tuna steak beku adalah produk yang dibuat dari tuna segar atau beku yang
mengalami perlakuan sebagai berikut : penyiangan, pembelahan membujur
menjadi 4 bagian (loin), pembuangan daging gelap (dark meat), pembuangan
tulang, pembuangan kulit, pengirisan menjadi bentuk dan ketebalan tertentu,
perapihan, pembekuan cepat sehingga suhu pusatnya -18oC.
Klasifikasi :
Standar ini digolongkan menjadi 1 tingkatan mutu
IVP (Individually Vacuum Packed)
1 I/C (Inner Carton)
= 10 lbs
= 4 1 I/C = 40 lbs
Spesifikasi :
-
Cemaran Mikroba
TPC Coloni / gr
5x105
<3
Salmonella / 25 gr
negative
V. Cholerae
negative
V. Parahameo lyticus / 50 gr
-
negative
Cemaran Kimia
Timah (Sn) maks (mg / kg)
4.0
2.0
1.0
0.5
100.0
20.0
Fisika
Suhu pusat maks
Bobot besih (sesuai label)
-180C
10.0
Standar :
SNI 01-4485-1998
5. Tuna Saku (Thunnus albacares) (HS 0304200000)
Size : AA Sashimi grade, A grade
Packing : Vaccum pk : 1/22 lb/ccs
Vacuum p : 1/22 lb/ccs
6. Yellowfin Tuna Cube Cut Packaging (HS 0304200000)
-
1 M/C
Cube Size
= 26,4 lbs
L/W/H
= 3/4" to 1"
1 M/C
Cube Size
= 26,4 lbs
L/W/H
= 3/4" to 1"
1 Styrofoam box
1 M/C
Size :
a.
= 11 lbs
= 2 styrofoam box = 22 lbs
AA
L = 6" to 7"
W = 2 1/8" to 3 1/8"
H = 1" to 1 1/4"
b. A
L = 4 1/4" to 5 1/2"
W = 2" to 3 1/8"
H = 1" to 1 1/4"
c. C
L = 3 1/2" to 4"
W = 1 1/2" to 2 1/2"
H = 1" to 1 1/4"
9. Yellowfin Tuna Loin Packaging
a. Natural Cut
-
1 M/C = 44 lbs
1 M/C = 44 lbs
c. Super Cut
-
1 M/C = 44 lbs
11. Ground
Ground adalah daging tuna yang dicacah untuk tujuan spicy tuna rolls dan top
quality tuna burger yang di kemasan dalam 2 x 11 lbs.
12. Sashimi (HS 0304100000)
a. Tuna Sashimi (Tuna-Sashimi Cube)
Ukuran
: 2 cm or 1 inch cube
Packing
: 4, 5, 6, 8, 10, 12 oz
: vacuum pack 1x10 lbs
Tuna kaleng adalah produk yang berasal dari tuna dan dikemas dengan media
atau tanpa bahan lain, dikemas hermetic dan diproses dengan suhu tinggi
untuk mencegah terjadinya bahaya keamanan pangan. Jenis bahan baku tuna
kaleng adalah ikan tuna family Thunnidar dan varitas lainnya.
- Bentuk Kemasan
(US $)
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
50.007.186
48.485.340
68.552.405
93.731.458
69.582.612
80.941.296
61.472.557
52.027.141
45.150.393
41.392.592
19.756
67.045
125.300
235.926
112.529
344.105
646.237
535.561
364.466
1.719.290
6.260.207
774.058
8.780.455
7.642.907
7.166.002
8.083.605
14.479.846
14.524.078
18.732.803
17.769.979
4.225.431
494.954
11.063.730
6.565.516
7.179.161
9.596.287
13.546.697
11.354.459
14.177.187
13.564.586
12.208.916
7.343.646
Croatia
5.874.809
4.305.320
11.094.300
30.077.477
37.122.369
63.560.544
32.088.497
26.611.558
42.639.438
36.430.496
Ecuador
36.536.088
19.668.593
10.830.300
3.599.895
5.853.301
13.065.948
2.330.968
2.262.414
3.149.531
5.309.900
1.858.578
2.705.198
525.212
97.886
214.374
314.167
343.960
85.730
145.304.788
106.274.970
11.281.140
95.265.897
156.067.468
103.204.722
148.055.687
175.459.417
Costa Rica
El Salvadore
EU-27
Fiji
France
French Polynesia
Germany
12.960.604
217.992
9.237.109
10.749.153
10.749.153
16.853.086
16.540.811
17.332.333
11.499.136
14.167.606
17.559.682
21.979.748
31.410.650
14.331.640
19.638.677
21.514.193
24.191.667
26.535.585
160.321
230.852
1.661.864
4.470.026
4.163.997
2.228.976
1.422.544
751.476
996.560
776.126
88.000
28.843
86.000
318.000
95.000
413.000
1.316.000
3.248.000
1.103.000
879.000
4.617.763
5.090.735
4.084.598
4.361.873
1.540.076
2.654.985
1.978.046
10.243.065
17.034.226
11.844.703
15.229
33.046
1.003.560
1.079.396
1.246.913
702.108
864.789
148.013
132.701
635.442
1.498.154
1.856.771
3.049.267
7.443.220
8.560.865
51.404.759
75.433.445
104.370.266
90.643.482
90.506.779
81.514.715
104.698.879
93.737.522
87.845.012
88.277.193
2.059.640
6.197.408
3.967.809
3.576.559
95.694
2.736.978
259.902
303.297
59.136
106.957
Italy
14.412.840
21.328.726
23.375.003
14.745.317
21.103.933
19.473.561
28.823.845
40.990.755
52.117.037
40.602.537
Japan
23.903.519
Greece
Grenada
India
Indonesia
Ireland
28.680.175
31.963.932
34.101.331
3.256.924
23.349.169
24.767.600
29.724.852
30.499.447
201.529.751
Malaysia
4.081.666
6.294.396
5.765.028
4.457.711
2.893.058
1.232.276
1.523.524
7.872.021
7.379.539
7.750.967
Maldives
5.514.559
1.139.970
5.331.701
5.265.113
10.175.880
14.208.274
18.487.435
20.279.007
23.640.706
16.237.800
Malta
Mexico
Namibia
Netherlands
New Caledonia
New Zealand
393.577
197.280
1.292.828
133.743
2.474.462
7.872.865
28.348.577
355.348.577
27.269.873
4.799.884
10.297.901
12.000.184
12.260.018
33.812.082
73.198.796
64.136.822
58.307.147
51.205.246
40.823.354
1.488.366
513.263
1.023.287
446.544
1.982.067
2.818.532
1.469.491
3.504.390
3.528.160
91.899
299.172
345.911
486.321
482.821
384.892
910.761
660.388
1.389.570
2.930.939
4.222.107
4.867.513
2.746.304
5.443.362
1.739.040
718.750
384.518
649.634
3.593.470
5.462.113
6.413.411
6.229.950
4.245.770
4.810.825
5.020.700
2.971.835
4.399.899
4.307.920
Negara
Oman
Other Asia, nes
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
14.118.145
22.173.521
34.494.497
3.201.264
8.508.767
15.101.742
22.820.107
23.456.729
24.151.765
25.435.500
16.625.316
10.660.664
6.379.146
6.826.724
6.249.796
34.453.557
38.416.406
36.179.189
Panama
1.961.975
1.966.790
1.228.300
2.143.421
7.564.132
2.398.874
5.795.199
15.180.090
12.826.791
2.813.715
5.730.233
15.743.816
17.246.372
17.131.070
15.596.602
31.977.567
29.371.666
34.808.827
27.766.218
25.312.726
16.725.532
8.991.450
11.414.434
10.809.759
7.761.604
1.608.897
813.806
2.499.213
3.110.013
5.101.394
1.856.165
1.288.928
1.825.834
1.996.664
6.373.330
268.260
201.481
411.620
682.012
2.030.192
3.435.404
2.565.374
3.434.772
3.280.336
2.917.067
1.130.854
451.705
65.527
3.854.714
5.191.567
Saudi Arabia
80.354
144.202
39.230
378
1.363.420
123.563
23.534
143.575
85.538
76.245
Senegal
49.543
14.173
39.413
11.006
87.138
1.158.146
273.829
486.118
94.638
Seychelles
13.357
Singapore
21.863.220
39.710.850
53.597.119
43.656.221
14.101.023
1.399.892
21.481
2.277
2.870
239
Philippines
Portugal
Rep. Of Korea
Samoa
South Africa
9.120
14.540
2.751.769
4.011.188
3.852.559
5.312.467
7.136.079
6.744.518
83.250.434
163.293.602
144.591.411
112.698.069
123.892.787
141.903.185
154.577.595
94.169.728
102.946.959
122.632.358
1.890.706
7.391.655
2.540.342
2.526.145
3.276.396
3.833.985
5.048.577
8.977.430
5.686.267
7.894.769
6.978.009
9.708.524
11.637.711
12.781.580
26.351.799
14.782.453
94
22.320
26.345
18.211
143.739
483.054
551.949
765.728
601.522
1.681.374
Tunisia
6.527.013
7.960.480
7.388.907
12.307.437
14.266.562
5.736.712
11.683.518
31.956.845
40.839.757
38.163.839
Turkey
Spain
Sri Lanka
Thailand
Trinidad and Tobago
1.280.634
1.465.002
1.933.774
1.436.613
4.940.392
24.256.049
31.043.787
54.866.062
42.739.052
35.961.375
United Kingdom
163.452
1.968.296
240.337
161.883
271.055
164.910
2.112.699
2.126.407
1.615.098
808.302
Uruguay
645.754
186.729
122.608
208.136
175.400
173.518
256.654
1.016.008
634.475
129.857
18.375.730
19.277.151
19.503.558
23.434.110
27.739.050
62.531.870
79.777.905
90.710.848
30.145.972
37.086.766
Venezuela
413.795
181.381
195.946
923.140
1.111.049
321.479
293.753
119.855
3.204
Viet Nam
6.614.000
18.446.728
14.180.803
25.843.945
23.629.560
17.205.238
28.987.748
Yemen
2.058
978.503
14.975.794
1.876.588
33.937.517
USA
Other
TOTAL
2.940.821
2.565.187
6.140.459
6.277.536
7.626.896
6.778.239
14.763.197
23.221.127
21.958.425
29.670.404
456.770.029
582.095.092
832.233.367
762.365.856
722.211.810
893.525.294
982.666.140
965.827.649
1.481.317.543
983.034.749
(%)
1998
10,95
1999
8,33
2000
8,24
2001
12,29
2002
9,63
2003
9,06
2004
6,26
2005
5,39
2006
3,05
2007
4,21
0,00
1,37
0,00
2,42
1,29
8,00
0,41
0,00
0,00
2,52
0,04
0,02
1,01
0,00
0,00
11,25
0,45
3,16
6,28
0,89
1,21
0,09
1,05
0,00
0,02
0,00
0,01
0,13
0,00
1,13
0,74
3,38
0,46
0,00
0,00
2,43
0,04
0,00
0,87
0,01
0,00
12,96
1,06
3,66
5,49
1,08
0,20
0,03
1,77
0,00
0,05
0,50
0,02
1,06
0,00
0,86
1,33
1,30
0,06
17,46
1,56
2,11
0,20
0,01
0,49
0,12
0,00
12,54
0,48
2,81
4,10
0,69
0,64
0,00
1,44
0,18
0,04
0,51
0,03
1,00
0,00
1,26
3,95
0,47
0,01
13,94
0,03
2,88
0,59
0,04
0,57
0,14
0,00
11,89
0,47
1,93
0,43
0,58
0,69
0,17
1,61
0,07
0,06
0,64
0,02
0,99
0,00
1,88
5,14
0,81
0,03
1,56
1,28
4,35
0,58
0,01
0,21
0,17
0,09
12,53
0,01
2,92
3,23
0,40
1,41
0,02
4,68
0,14
0,07
0,38
0,04
0,90
0,47
1,27
7,11
1,46
0,04
10,66
1,20
1,60
0,25
0,05
0,30
0,08
0,17
9,12
0,31
2,18
2,77
0,14
1,59
0,28
8,19
0,05
0,04
0,61
0,07
1,47
0,05
1,44
3,27
0,24
0,04
15,88
1,09
2,00
0,14
0,13
0,20
0,09
0,19
10,65
0,03
2,93
3,02
0,16
1,88
0,80
6,53
0,20
0,09
0,18
0,06
1,50
0,00
1,40
2,76
0,23
0,01
10,69
1,74
2,23
0,08
0,34
1,06
0,02
0,32
9,71
0,03
4,24
3,16
0,82
2,10
2,94
6,04
0,29
0,07
0,07
0,02
1,26
0,00
0,82
2,88
0,21
0,00
9,99
1,12
1,63
0,07
0,07
1,15
0,01
0,50
5,93
0,00
3,52
13,60
0,50
1,60
23,99
3,46
0,10
0,09
0,03
0,17
1,81
0,00
0,75
3,71
0,54
0,00
17,85
1,76
2,70
0,08
0,09
1,20
0,00
0,87
8,98
0,01
4,13
2,43
0,79
1,65
2,77
4,15
0,36
0,36
0,07
Negara
1998
New Zealand
0,79
Oman
0,00
Other Asia, nes
7,54
Panama
0,43
Papua New Guinea
0,62
Philippines
7,00
Portugal
0,35
Rep. Of Korea
0,06
Samoa
0,00
Saudi Arabia
0,02
Senegal
0,01
Seychelles
0,00
Singapore
4,79
South Africa
0,00
Spain
18,23
Sri Lanka
0,00
Thailand
1,11
Trinidad and Tobago
0,00
Tunisia
1,43
Turkey
0,28
United Kingdom
0,04
Uruguay
0,14
USA
4,02
Venezuela
0,09
Viet Nam
0,00
Yemen
0,00
Other
0,64
TOTAL
100
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
1999
0,94
0,00
6,60
0,34
0,00
5,05
0,14
0,03
0,00
0,02
0,00
0,00
6,82
0,00
28,05
0,32
1,54
0,00
1,37
0,25
0,34
0,03
3,31
0,03
0,00
0,00
0,44
100
2000
0,77
1,70
4,35
0,15
0,69
4,18
0,30
0,05
0,00
0,00
0,00
0,00
6,44
0,00
17,37
0,00
0,68
0,00
0,89
0,23
0,03
0,01
2,34
0,02
0,79
0,00
0,74
100
2001
0,82
2,91
3,08
0,28
2,07
3,64
0,41%
0,09
0,15
0,00
0,00
0,00
5,73
0,00
14,78
0,97
1,04
0,00
1,61
0,19
0,02
0,03
3,07
0,12
2,42
0,00
0,82
100
2002
0,59
4,78
3,34
1,05
2,39
3,50
0,71
0,28
0,06
0,19
0,00
0,00
1,95
0,38
17,15
0,35
0,97
0,02
1,98
0,68
0,04
0,02
3,84
0,15
1,96
0,00
1,06
100
2003
0,54
0,00
2,85
0,27
1,92
1,87
0,21
0,38
0,01
0,01
0,01
0,00
0,16
0,45
15,88
0,28
1,09
0,05
0,64
2,71
0,02
0,02
7,00
0,04
2,89
0,00
0,76
100
2004
0,51
0,33
1,69
0,59
1,59
0,92
0,13
0,26
0,39
0,00
0,12
0,00
0,00
0,39
15,73
0,33
1,18
0,06
1,19
3,16
0,21
0,03
8,12
0,03
2,40
0,10
1,50
100
2005
0,31
0,88
1,10
1,57
0,00
1,18
0,19
0,36
0,54
0,01
0,03
0,00
0,00
0,55
9,75
0,40
1,32
0,08
3,31
5,68
0,22
0,11
9,39
0,01
1,78
1,55
2,40
100
2006
0,30
1,02
0,43
0,87
0,00
0,73
0,13
0,22
0,00
0,01
0,03
0,00
0,00
0,48
6,95
0,00
1,78
0,04
2,76
2,89
0,11
0,04
2,04
0,00
1,96
0,13
1,48
100
2007
0,44
2,32
0,69
0,64
0,00
0,79
0,65
0,30
0,00
0,01
0,01
0,00
0,00
0,69
12,47
0,00
1,50
0,17
3,88
3,66
0,08
0,01
3,77
0,00
0,00
3,45
3,02
100
Lampiran 6. Total Ekspor Ikan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (US$)
Negara
Australia
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
19.695.667
66.005.530
56.967.847
84.405.926
122.538.485
95.111.956
69.888.551
83.133.169
85.559.956
123.053.381
Brazil
5.957.394
3.725.269
10.533.941
12.865.754
8.903.021
3.992.240
2.635.840
2.669.723
2.272.618
1.522.452
Canada
2.062.842
3.163.923
4.329.999
6.392.561
4.692.485
8.852.463
16.799.557
12.442.858
10.915.534
10.114.633
Chile
1.223.965
1.636.256
1.662.676
1.274.107
8.320
77.617
35.270
13.339
25.205
China
China,
Hongokng SAR
Colombia
2.436.511
910.845
364.082
1.573.664
3.653.932
2.856.444
644.485
2.531.082
3.598.176
6.125.095
Costa Rica
Cote d'Ivore
Croatia
Ecuador
EU-27
France
French
Polynesia
Ghana
35.114
6.735.844
1.604.050
1.607.614
397.098
17.086
189.430
49.804
940.536
797.882
55.315.476
30.152.718
42.582.664
42.094.494
40.869.233
35.615.662
45.792.545
47.138.440
31.523.657
52.442.106
4.260.960
4.144.389
444.917
476.073
3.228.528
903.131
725.351
1.485.250
863.593
2.324.831
4.649
1.139.139
395.180
228.112
836.697
455.810
289.920
730.309
9.048.674
496.299
2.512.517
3.458.889
7.693.225
8.673.665
12.673.665
10.200.502
16.502.974
12.455.016
10.735.264
7.986.853
4.375.214
13.158.278
8.982.685
3.254.176
4.894.157
5.140.443
1.578.150
6.798.576
59.576.535
96.186.899
147.077.364
154.053.802
179.587.890
154.304.018
153.303.858
152.520.384
79.983.793
69.279.409
54.837.556
77.283.252
75.978.066
103.805.350
93.053.146
104.835.999
104.835.999
78.587.209
596.326
911.353
1.662.117
2.077.041
22.952
30.151
168.219
11.536
86.469
348.673
7.513.280
5.792.149
5.876.169
9.774.698
7.694.389
3.638.923
1.851.178
14.263.614
Greenland
1.455.707
3.018.952
1.320.395
1.737.175
272.537
108.699
25.314
Guatemala
2.476.456
9.643.537
8.796.225
526.277
5.520
5.222
54.200
27.293
245.807
596.398
862.663
3.981.705
3.900.849
9.421.970
16.348.830
22.974.654
19.555.289
25.510.940
38.070.307
28.716.857
21.528.712
11.237.366
18.818.588
25.052.082
43.645.640
137.752
39.692
1.780.778
1.044.857
408.686
2.993
6.525
2.731.871
159.147
254.523
Italy
4.256.636
5.006.078
5.054.731
2.509.163
2.989.656
2.608.264
2.210.255
3.311.311
1.139.075
324.616
Japan
61.326.302
69.565.239
60.129.584
46.662.624
37.461.727
34.617.405
74.431.798
34.881.508
36.580.036
76.862.945
Malaysia
1.106.588
1.648.510
442.477
701.622
594.371
1.101.810
3.379.610
6.969.643
1.231.183
5.734.875
Maldives
13.233.182
8.695.280
501.343
1.672.898
2.263.369
6.495.343
8.072.070
7.255.138
7.246.408
6.639.493
189.567
333.331
4.759.091
38.179.125
28.977.502
43.692.656
30.451.937
40.031.910
36.037.666
24.183.322
11.975.871
1.505.123
10.833.831
13.733.202
23.539.570
543.034
7.556.847
3.752.471
33.667.525
236.328
148.376
175.889
250.769
288.173
364.458
1.065.043
1.099.403
2.446.194
4.368.329
India
Indonesia
Ireland
Malta
Mexico
Netherlands
Negara
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
462.395
726.576
1.214.969
1.411.774
1.148.795
16.488.728
2.327.707
1.211.717
980.625
9.930.983
9.227.256
9.385.765
11.855.808
13.333.593
11.435.073
11.306.917
9.090.546
7.694.139
7.444.462
503.985.128
444.470.384
560.499.022
481.351.978
563.314.575
687.241.722
838.263.334
835.102.051
546.546.512
391.967.721
758.820
8.986.750
29.843.594
51.803.776
67.896.912
130.697.105
119.846.012
86.007.253
74.871.207
74.364.374
2.907.448
334.596
1.714.530
6.366.145
6.212.201
6.284.869
6.929.685
24.065
385.091
2.109
87.123
421.080
33.720
498.894
294.230
46.961
13.299.098
5.808.200
9.568.968
11.660.473
15.854.316
16.522.108
20.920.284
20.100.113
31.075.819
67.064.164
610.587
165.208
819.813
165.815
243.194
328.329
312.325
418.015
839.614
2.356.808
New Caledonia
New Zealand
Other Asia, nes
Panama
Papua New
Guinea
Peru
Philippines
Portugal
Rep. Of Korea
254.719.564
279.159.050
282.502.590
234.347.457
251.333.114
197.180.928
227.401.274
192.378.562
176.324.339
198.091.869
Senegal
4.189.029
17.309.720
11.136.201
30.993.827
1.234.545
Seychelles
65.799
52.281
Singapore
83.719.143
69.606.899
60.025.426
40.121.778
26.827.816
19.331.258
26.060.029
34.081.164
37.280.503
25.747.802
4.090.213
7.988.464
6.388.008
4.797.370
9.422.907
5.220.026
7.771.230
8.158.115
65.883.149
53.130.823
55.474.612
82.914.663
72.845.123
75.317.833
103.665.861
91.184.449
87.025.743
110.863.372
South Africa
Spain
Sri Lanka
Thailand
Turkey
USA
37.627
1.756.029
7.258.535
6.967.090
7.012.323
9.622.727
16.686.836
29.462.094
11.331.868
4.358.511
4.354.037
3.061.764
4.824.623
11.910.128
12.383.703
9.910.440
33.314.605
32.636
290.313
439.251
232.431
14.620.138
45.120
26.090.449
4.922.930
21.421.669
379.575
18.418.650
8.718.398
8.153.096
15.235.771
14.476.287
24.221.871
26.628.733
21.072.403
25.071.287
35.220.985
Venezuela
593.423
1.783.567
5.194.989
12.667.420
4.143.660
1.294.096
1.740
28.865
Viet Nam
36.523.000
7.131.244
17.304.733
1.751.261
6.994.760
9.635.672
13.889.145
Yemen
773.864
632.956
1.697.245
2.757.948
Other
41.268.226
39.210.737
7.473.313
8.117.097
19.240.145
36.705.762
42.883.241
39.224.882
24.180.608
35.590.280
Total
1.349.799.861
1.253.848.074
1.431.906.451
1.451.561.863
1.656.312.863
1.778.288.611
2.098.658.137
1.937.682.586
1.639.748.071
1.689.901.904
(%)
1998
1,46
0,44
0,15
0,09
0,18
1999
5,26
0,30
0,25
0,13
0,07
2000
3,98
0,74
0,30
0,12
0,03
2001
5,81
0,89
0,44
0,09
0,11
2002
7,40
0,54
0,28
0,00
0,22
2003
5,35
0,22
0,50
0,00
0,16
2004
3,33
0,13
0,80
0,00
0,03
2005
4,29
0,14
0,64
0,00
0,13
2006
5,22
0,14
0,67
0,00
0,22
2007
7,28
0,09
0,60
0,00
0,36
0,00
4,10
0,32
0,00
0,00
0,80
0,00
5,93
0,04
0,56
0,00
0,00
0,00
1,70
0,01
0,32
4,54
0,08
0,98
0,00
1,79
0,02
0,54
2,40
0,33
0,09
0,04
0,64
0,00
5,53
0,07
0,46
0,00
0,20
0,00
1,56
0,00
0,40
5,55
0,13
0,69
0,02
0,96
0,01
0,11
2,97
0,03
0,03
0,18
0,31
4,16
3,83
0,12
0,41
0,10
0,67
0,00
1,78
0,12
0,35
4,20
0,03
0,04
0,02
0,11
0,01
0,11
2,90
0,03
0,02
0,24
0,91
6,63
5,32
0,14
0,67
0,21
0,61
0,02
2,62
0,07
0,17
3,21
0,05
0,12
0,33
0,75
0,02
0,02
2,47
0,19
0,00
0,46
0,54
8,88
4,59
0,00
0,00
0,08
0,00
0,04
1,73
0,02
0,18
2,26
0,04
0,14
2,31
0,83
0,02
0,00
2,00
0,05
0,05
0,49
0,18
8,66
5,84
0,00
0,43
0,10
0,00
0,05
1,21
0,00
0,15
1,95
0,06
0,37
1,63
1,32
0,02
0,01
2,18
0,03
0,02
0,60
0,23
8,56
4,43
0,01
0,00
0,01
0,00
0,19
0,54
0,00
0,11
3,55
0,16
0,38
2,08
0,03
0,05
0,00
2,43
0,08
0,01
0,53
0,27
7,96
5,41
0,00
0,19
0,01
0,03
0,20
0,97
0,14
0,17
1,80
0,36
0,37
1,57
0,39
0,06
0,06
1,92
0,05
0,04
1,01
0,10
9,35
6,39
0,01
0,11
0,00
0,00
0,57
1,53
0,01
0,07
2,23
0,08
0,44
2,44
0,23
0,15
0,05
3,10
0,14
0,54
0,74
0,40
9,03
4,65
0,02
0,84
0,00
0,00
0,97
2,58
0,02
0,02
4,55
0,34
0,39
2,13
1,99
0,26
Negara
1998
New Caledonia
0,00
New Zealand
0,74
Other Asia, nes
37,34
Panama
0,06
Papua New
Guinea
0,22
Peru
0,51
Philippines
0,99
Portugal
0,05
Rep. Of Korea
18,87
Senegal
0,00
Seychelles
0,00
Singapore
6,20
South Africa
0,00
Spain
4,88
Sri Lanka
0,00
Thailand
2,18
Turkey
0,00
USA
1,36
Venezuela
0,04
Viet Nam
0,00
Yemen
0,00
Other
3,06
Total
100
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
1999
0,04
0,74
35,45
0,72
2000
0,05
0,66
39,14
2,08
2001
0,08
0,82
33,16
3,57
2002
0,09
0,81
34,01
4,10
2003
0,06
0,64
38,65
7,35
2004
0,79
0,54
39,94
5,71
2005
0,12
0,47
43,10
4,44
2006
0,07
0,47
33,33
4,57
2007
0,06
0,44
23,19
4,40
0,00
0,00
0,46
0,01
22,26
0,00
0,00
5,55
0,00
4,24
0,00
0,90
0,02
0,70
0,14
0,00
0,00
3,13
100
0,02
0,03
0,67
0,06
19,73
0,00
0,00
4,19
0,29
3,87
0,12
0,30
0,03
0,57
0,36
2,55
0,00
0,52
100
0,12
0,00
0,80
0,01
16,14
0,00
0,00
2,76
0,55
5,71
0,50
0,30
0,02
1,05
0,87
0,49
0,00
0,56
100
0,38
0,01
0,96
0,01
15,17
0,00
0,00
1,62
0,39
4,40
0,42
0,18
0,88
0,87
0,25
1,04
0,00
1,16
100
0,35
0,02
0,93
0,02
11,09
0,24
0,00
1,09
0,27
4,24
0,39
0,27
0,00
1,36
0,07
0,10
0,00
2,06
100
0,30
0,00
1,00
0,01
10,84
0,82
0,00
1,24
0,45
4,94
0,46
0,57
1,24
1,27
0,00
0,33
0,04
2,04
100
0,00
0,03
1,04
0,02
9,93
0,57
0,00
1,76
0,27
4,71
0,86
0,64
0,25
1,09
0,00
0,50
0,03
2,02
100
0,00
0,02
1,90
0,05
10,75
1,89
0,00
2,27
0,47
5,31
0,00
0,60
1,31
1,53
0,00
0,85
0,10
1,47
100
0,00
0,00
3,97
0,14
11,72
0,07
0,00
1,52
0,48
6,56
0,00
1,97
0,02
2,08
0,00
0,00
0,16
2,11
100
(US $)
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1.166.262
1.373.130
1.511.602
934.973
597.834
931.531
1.563.992
1.849.535
1.487.501
997.445
98.713
453.837
427.498
388.875
384.817
432.819
606.599
951.442
1.239.672
2.418.542
7.878.072
9.388.702
4.647.160
5.417.836
5.665.254
7.729.460
8.899.591
7.231.395
9.580.968
9.346.121
11.102.943
9.125.206
8.925.669
9.147.335
5.211.546
5.657.438
6.920.194
9.708.194
11.274.838
19.714.529
967.283
795.132
563.364
862.973
944.266
1.677.438
1.542.265
2.211.148
2.140.811
2.930.658
3.368.092
1.477.580
1.327.683
3.740.683
5.221.162
5.629.839
8.110.342
19.745.338
41.571.153
67.571.298
631.650
658.186
434.122
622.582
785.706
902.998
1.209.034
844.500
2.191.892
1.244.492
Colombia
51.926.296
35.549.344
31.160.868
22.669.758
28.956.600
33.756.488
25.297.181
27.275.083
21.173.819
29.916.107
Costa Rica
26.809.218
14.780.596
9.837.028
15.410.805
23.657.852
2.717.806
19.946.995
20.648.023
12.093.020
15.456.126
Cote d'Ivore
3.539.849
6.174.459
1.151.221
22.548
347.203
131.562
530.798
1.547.067
1.002.834
215.561
57.634
240.465
363.791
472.636
1.045.750
992.028
1.428.556
952.628
1.942.852
258.083
537.885
351.904
355.135
480.423
790.904
676.942
78.991
36.184
30.500
37.785
21.194
84.029
8.097.380
498.553
665.526
1.083.382
Croatia
Cuba
Czech Rep.
Denmark
595.932
505.064
569.962
148.224
1.493.120
1.155.976
1.980.396
2.323.007
1.967.711
3.215.087
108.014.104
106.180.129
99.576.376
137.870.576
195.343.776
211.243.672
181.970.459
250.901.867
303.399.221
329.980.637
El Salvadore
826
329
3.663.089
31.073.368
51.958.958
49.151.779
90.981.263
EU-27
41.014.095
52.294.638
56.786.095
60.087.342
62.219.612
68.366.979
76.334.513
90.069.388
Ecuador
Fiji
1.366.312
424.643
522.746
126.120
272.217
6.350.044
France
73.909.712
111.085.056
247.060.990
257.407.060
315.310.475
335.239.126
331.328.222
63.205.918
381.593.614
83.005.690
Germany
37.954.000
43.254.800
36.577.000
47.836.000
59.048.000
67.843.000
71.457.000
86.460.000
89.979.000
84.777.000
Ghana
51.190.920
54.280.884
57.024.828
62.722.753
99.982.559
33.693.174
19.539.218
30.717.215
99
492
8.718
221.846
540.411
21.220.507
755
36.800.041
104.167.912
82.499.839
87.832.633
84.132.896
86.048.521
101.241.561
118.449.189
128.635.721
129.790.247
151.941.915
Guatemala
Indonesia
Iran
506.123
364.522
438.120
1.140.563
1.008.153
701.065
962.759
970.465
2.097.226
2.719.930
849.446
462.581
282.341
1.686.463
1.935.691
858.526
337.288
1.245.701
Italy
37.088.508
37.725.094
48.298.910
58.482.317
83.279.440
78.758.527
90.694.902
96.702.470
102.463.541
124.626.732
Japan
6.966.829
8.901.360
4.148.512
7.403.275
6.740.053
6.372.133
7.054.108
6.056.302
5.821.028
7.476.679
Ireland
Negara
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jordan
578.274
197.438
35.770
1.010.156
100.902
401.415
584.212
103.726
Kenya
334
57
119
591
1.953
2.549
13.099
2.484.477
49.662
128.097
67.092
59.456
129.601
183.458
218.000
1.184.000
20.441.983
56.208.546
57.484.118
85.498.148
60.603.676
20.324.456
44.604.403
43.042.183
Malaysia
6.050.736
6.077.115
6.327.847
5.234.173
5.692.305
5.647.453
5.984.126
4.718.455
8.519.309
3.108.253
Maldives
16.721.122
8.623.772
10.869.123
9.831.304
10.071.970
12.835.894
15.581.845
16.940.787
15.378.271
12.328.122
Mauritius
40.897.864
37.540.331
35.388.776
61.497.384
67.430.104
71.630.160
80.608.119
107.508.553
156.936.231
196.936.228
4.631.783
5.100.783
1.423.576
1.290.067
6.148.876
3.578.158
5.529.462
7.679.633
6.557.207
7.682.688
919.798
232.750
1.309.147
1.943.221
414.388
1.231.159
949.206
6.186.659
15.317.224
9.913.099
20.521.139
3.673.295
3.654.979
4.509.517
6.260.798
5.622.132
9.925.144
14.220.095
17.813.119
21.958.336
471.706
1.440.887
2.303.731
765.121
6.624.179
4.993.003
2.132.122
4.639.383
726.742
604.710
1.954.718
2.199.267
3.384.479
5.154.005
6.501.044
4.805.774
6.967.203
12.498.489
Lebanon
Madagascar
Mexico
Morocco
Netherlands
Oman
Peru
Philippines
130.117.088
78.113.232
64.492.908
68.803.368
93.172.924
114.056.312
65.449.461
65.449.461
88.986.526
Rep. Of Korea
1.163.695
1.127.152
1.022.551
3.723.558
2.894.607
4.742.834
4.164.749
4.723.677
Saudi Arabia
1.647.962
841.007
197.900
4.112
224.270
914.033
546.602
1.303.967
1.238.432
996.793
Senegal
264
59
18.332.740
16.345.946
24
24.770.014
23.197.360
24.077.999
2.053.698
12.396.416
Seychelles
78.567.496
99.576.712
110.196.962
140.685.366
161.523.113
193.888.796
169.261.803
178.138.315
187.076.670
183.158.879
Singapore
424.766
336.340
228.126
263.415
454.721
493.566
420.684
393.676
961.077
427.766
Spain
194.770.368
165.347.484
157.397.680
218.968.784
207.056.608
234.394.215
247.054.831
285.865.824
320.175.685
362.725.414
Thailand
681.513.302
637.300.089
51.176.447
655.982.252
688.046.888
830.952.062
899.495.534
1.129.555.254
1.297.248.280
1.389.715.176
United Kingdom
35.520.255
35.520.255
9.743.723
11.149.822
14.325.454
13.775.061
15.374.397
14.861.864
8.085.851
28.113.402
USA
15.832.705
12.647.518
7.011.027
5.056.993
6.027.387
8.649.857
4.516.109
4.702.108
7.034.570
5.024.863
Venezuela
2.606.650
2.628.608
21.686
46.104
2.400.625
3.279.670
3.286.985
7.076
28.217
Viet Nam
1.189.000
8.372.313
11.835.298
16.176.964
21.210.206
38.014.265
62.099.773
Yemen
2.153.764
448.043
482.042
302.122
Other
1.874.055
2.098.303
2.501.045
2.110.038
4.212.978
3.016.632
3.569.558
12.593.082
5.449.043
6.404.758
Total
1.769.205.642
1.623.532.626
1.188.714.502
2.045.177.130
2.229.335.865
2.669.872.610
2.628.985.571
.856.467.009
3.525.160.174
3.504.216.653
(%)
1998
0,07
0,01
1999
0,08
0,03
2000
0,13
0,04
2001
0,05
0,02
2002
0,03
0,02
2003
0,03
0,02
2004
0,06
0,02
2005
0,06
0,03
2006
0,04
0,04
2007
0,03
0,07
0,45
0,63
0,05
0,19
0,04
2,94
1,52
0,20
0,01
0,00
0,00
0,03
6,11
0,00
0,00
0,00
4,18
2,15
2,89
0,00
5,89
0,03
0,15
2,10
0,39
0,58
0,56
0,05
0,09
0,04
2,19
0,91
0,38
0,00
0,02
0,00
0,03
6,54
0,00
0,00
0,00
6,84
2,66
3,34
0,00
5,08
0,02
0,05
2,32
0,55
0,39
0,75
0,05
0,11
0,04
2,62
0,83
0,10
0,02
0,05
0,00
0,05
8,38
0,00
3,45
0,00
20,7
3,08
4,80
0,00
7,39
0,04
0,04
4,06
0,35
0,26
0,45
0,04
0,18
0,03
1,11
0,75
0,00
0,02
0,00
0,00
0,01
6,74
0,00
2,56
0,00
12,59
2,34
3,07
0,00
4,11
0,06
0,01
2,86
0,36
0,25
0,23
0,04
0,23
0,04
1,30
1,06
0,02
0,02
0,02
0,00
0,07
8,76
0,00
2,55
0,06
14,14
2,65
0,00
0,00
3,86
0,05
0,00
3,74
0,30
0,29
0,21
0,06
0,21
0,03
1,26
0,10
0,00
0,04
0,01
0,00
0,04
7,91
0,14
2,25
0,02
12,56
2,54
3,74
0,01
3,79
0,03
0,06
2,95
0,24
0,34
0,26
0,06
0,31
0,05
0,96
0,76
0,00
0,04
0,02
0,31
0,08
6,92
1,18
2,37
0,02
12,60
2,72
0,00
0,02
4,51
0,04
0,07
3,45
0,27
0,25
0,34
0,08
0,69
0,03
0,95
0,72
0,02
0,05
0,03
0,02
0,08
8,78
1,82
2,39
0,00
2,21
3,03
1,18
0,74
4,50
0,03
0,03
3,39
0,21
0,27
0,32
0,06
1,18
0,06
0,60
0,34
0,04
0,03
0,02
0,02
0,06
8,61
1,39
2,17
0,01
10,82
2,55
0,55
0,00
3,68
0,06
0,01
2,91
0,17
0,27
0,56
0,08
1,93
0,04
0,85
0,44
0,03
0,06
0,00
0,03
0,09
9,42
2,60
2,57
0,18
2,37
2,42
0,88
1,05
4,34
0,00
0,04
3,56
0,21
Negara
1998
Jordan
0,00
Kenya
0,00
Lebanon
0,00
Madagascar
0,00
Malaysia
0,34
Maldives
0,95
Mauritius
2,31
Mexico
0,26
Morocco
0,05
Netherlands
1,16
Oman
0,00
Peru
0,26
Philippines
7,35
Rep. Of Korea
0,07
Saudi Arabia
0,09
Senegal
0,00
Seychelles
4,44
Singapore
0,01
Spain
11,01
Thailand
38,52
United Kingdom
2,01
USA
0,89
Venezuela
0,15
Viet Nam
0,00
Yemen
0,00
Other
0,11
Total
100
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
1999
0,00
0,00
0,01
0,00
0,37
0,53
2,31
0,31
0,01
0,23
0,00
0,04
4,81
0,07
0,05
0,00
6,13
0,03
10,18
39,25
2,19
0,78
0,16
0,00
0,00
0,13
100
2000
0,05
0,00
0,01
1,72
0,53
0,91
2,98
0,12
0,11
0,31
0,04
0,05
5,43
0,09
0,02
1,54
9,27
0,04
13,24
4,31
0,82
0,59
0,00
0,10
0,00
0,21
100
2001
0,01
0,00
0,00
2,75
0,26
0,48
3,01
0,06
0,10
0,22
0,07
0,10
3,36
0,18
0,00
0,80
6,88
0,02
10,71
32,07
0,55
0,25
0,00
0,41
0,00
0,10
100
2002
0,00
0,00
0,01
2,58
0,26
0,45
3,02
0,28
0,02
0,28
0,10
0,10
4,18
0,13
0,01
0,00
7,25
0,02
9,29
30,86
0,64
0,27
0,11
0,53
0,00
0,19
100
2003
0,04
0,00
0,01
3,20
0,21
0,48
2,68
0,13
0,05
0,21
0,00
0,13
4,27
0,18
0,03
0,93
7,26
0,04
8,78
31,12
0,52
0,32
0,12
0,61
0,00
0,11
100
2004
0,00
0,00
0,01
2,31
0,23
0,59
3,07
0,21
0,04
0,38
0,03
0,20
2,49
0,16
0,02
0,88
6,44
0,02
9,40
34,21
0,58
0,17
0,13
0,81
0,08
0,14
100
2005
0,01
0,00
0,00
0,71
0,17
0,59
3,76
0,27
0,22
0,50
0,23
0,23
2,29
0,17
0,05
0,84
6,24
0,01
10,01
39,54
0,52
0,16
0,00
1,33
0,02
0,44
100
2006
0,02
0,00
0,00
1,27
0,24
0,44
4,45
0,19
0,43
0,51
0,14
0,14
2,52
0,00
0,04
0,06
5,31
0,01
9,08
36,80
0,23
0,20
0,00
1,76
0,01
0,15
100
2007
0,00
0,07
0,03
1,23
0,09
0,35
5,62
0,22
0,28
0,63
0,06
0,20
0,36
0,00
0,03
0,35
5,23
0,01
10,35
39,66
0,80
0,14
0,00
0,00
0,01
0,18
100
maksimal
10
hari
sebelum ekspor
Competent
eksportir
Authority
mengeluarkan
negara
health
Eropa
dilakukan
pengujian
di
Tidak
Sesuai
negara eksportir
seluruh
negara
anggota
melalui
European
Comissiona
peninjauan
melakukan
kembali
sesuai
permintaan eksportir
Produk
yang
diperbolehkan
Eropa
Sumber: Fajar 2008
sesuai
masuk
standar
ke
Uni
akan
dihancurkan
dipulangkan
atau
mengevaluasi
Entry
Notice
Bea Cukai/FDA melakukan pengambilan
FDA
tidak
importir
melakukan
diberi
May
uji,
Proceed
Sampel tidak memenuhi standar, Notice Of
importir
Importir
Notice
FDA
menunda
tidak menanggapi
of
Detention
and
Hearing
pemeriksaan
produk
Refusal Admission
Importir
mengajukan
proposal
FDA
rekondisi
Importir
bukti
perintah
menunjukkan
menerima
rekondisi
FDA
mekanisme rekondisi
melakukan
pengujian
menyetujui
menolak
mekannisme
ulang
Sampel
Sampel
memenuhi
standar,
FDA
tidak
sesuai standar
Importir
seluruh
prosedur rekondisi
FDA
mengeluarkan
menyelesaikan
melakukan
pengambilan
sampel ulang
Release Notice
Sampel
memenuhi
standar
FDA
Sampel
tidak
memenuhi standar
37
http://www.fda.gov/Food/GuidanceComplianceRegulatoryInformation/GuidanceDocuments/ImportsExports/ucm080938.ht
m
Kedatangan kargo
Pemeriksaan impor
Evaluasi dokumen di
Inspeksi dibutuhkan
Pemeriksaan
and Wealth
Laboratorium untuk
pemeriksaan fisik
Inspeksi tidak dibutuhkan
atau
Karantina untuk
inspeksi administrasi
Sesuai standar
Certificate of Notification
dikeluarkan
Lampiran 13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Kawasan Uni Eropa Tahun 2003-2007 (kg)
2003
Keterangan
Jumlah
Jepang
60.412.019
Uni Eropa
3.939.404
Amerika
Segar
25.641.757
Seikat
Other
55.830.487
Total Dunia
145.823.485
Jepang
242.452.325
Uni Eropa
146.347.917
Amerika
Beku
19.105.648
Seikat
Other
2.503.023.973
Total Dunia
2.910.929.863
Jepang
42.405.722
Uni Eropa
425.709.576
Amerika
Olahan
255.134.987
Seikat
Other
717.187.279
Total Dunia
1.440.437.564
Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
2004
Market
share
(%)
Jumlah
2005
Market
share
(%)
Jumlah
2006
Market
share
(%)
Jumlah
2007
Market
share
(%)
Jumlah
Market
share
(%)
Ratarata
per
tahun
(%)
41,43
2,70
56.713.668
6.553.990
41,28
4,77
51.007.440
15.262.689
31,81
9,52
44.474.208
5.639.981
27,35
3,47
38.066.570
6.108.161
23,97
3,85
33,17
4,83
17,52
26.426.481
19,24
25.476.906
15,89
25.092.313
15,43
25.767.053
16,23
16,87
38,29
100
8,33
5,03
47.682.341
137.376.480
246.838.685
84.047.985
34,71
100
10,15
3,46
68.621.988
160.369.023
242.927.329
102.346.765
42,79
100
8,27
3,48
87.395.190
162.601.692
195.992.522
89.949.973
53,75
100
7,29
3,35
88.858.415
158.801.199
166.147.103
120.923.413
55,96%
100%
6,03
4,39
48,34
8,01
3,94
0,66
12.738.460
0,52
9.874.486
0,34
8.096.617
0,30
8.255.336
0,30
0,42
85,99
100
2,94
29,55
2.087.448.510
2.431.073.640
47.601.888
427.251.189
85,87
100
3,33
29,92
2.583.525.475
2.938.674.055
49.313.824
459.393.397
87,92
100
3,03
28,18
2.394.718.337
2.688.757.449
47.888.510
474.399.061
89,06
100
3,08
30,54
2.458.679.844
2.754.005.696
48.480.570
472.509.565
89,28
100
2,93
28,57
87,62
3,06
29,35
17,71
248.163.821
17,38
254.495.513
15,61
240.691.576
15,49
218.232.326
13,20
15,88
49,79
100
704.782.302
1.427.799.200
49,36
100
866.872.439
1.630.075.173
53,18
100
790.597.894
1.553.577.041
50,89
100
914.442.159
1.653.664.620
55,30
100
51,70
-
Vitamin
Vitamin C, asam ascorbic, 1 mg
Thiamin, 0.033 mg
Riboflavin, 0.1 mg
Niacin, 15.4 mg
Asam Pantothenic, 0.42 mg
Vitamin B-6, 0.85 mg
Folate, 9 mcg
Vitamin B-12, 1.9 mcg
Vitamin A, 52 IU
Vitamin A, RE, 16 mcg_RE
Sumber: http://www.asiamaya.com/nutrients/ikantuna.htm [Diakses tanggal 28 Oktober 2009]