PENDAHULUAN
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang
ditetapkan sebagai komoditas unggulan nasional dalam program percepatan
industrialisasi. Ikan patin memiliki rasa yang lezat, mudah untuk dibudidayakan, dan
memiliki kandungan gizi yang tinggi (Khairuman dan Sudenda 2009). Men et al. (2004)
menyatakan bahwa secara umum spesies ikan patin diantaranya P. hypophtalmus, P.
djambal, P. bocourti, Puntius altus, dan Oxyelotris marmorata.
Jenis-jenis ikan patin yang populer di Indonesia adalah patin siam (P.
hypophtalmus) dan patin jambal (P. djambal). Produksi patin di Indonesia didominasi
oleh patin siam yang berdaging kuning, sementara patin jambal yang berdaging putih
produksinya masih terbatas (Khairuman dan Sudenda 2009). Budidaya ikan patin
semakin meningkat secara signifikan. Tahun 2006 sampai dengan tahun 2012
meningkat sebesar 651.000 ton pertahun. Ikan ini juga ditargetkan menjadi 1.107.000
ton pada tahun 2013 (KKP 2013).
Fillet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang akan diolah lagi
menjadi makanan lain seperti abon,bakso, sosis, dan juga dapat digunakan untuk
fortifikasi berbagai aneka produk olahan. Secara teknis, proses pengolahan ikan patin
menjadi fillet tidak sulit. Menurut Peranginangin et.al.(1999), pinsip dasarnya adalah
daging ikan diambil,dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak diinginkan (tulang, sisik,
kulit dan lain-lain), dicuci, dan dibekukan. Selanjutnya fillet dpat diolah menjadi olahan
lain.
Kebutuhan ikan patin di Indonesia mencapai 700 ton/bulan, produksi patin dalam
negeri hanya 100-120 ton, sisanya diperoleh dari impor. Vietnam merupakan negara
eksportir filet patin terbesar di dunia karena memiliki kualitas filet yang berdaging putih
dan harga yang murah semakin menjadi daya tarik bagi konsumen (Nurhayat 2013).
Orban et al. (2008) mengungkapkan bahwa filet patin untuk pasar Uni Eropa kadar
lemaknya harus berkisar antara 1,1-3% (bb). Khairuman dan Sudenda (2009)
menyatakan bahwa jenis patin yang diproduksi di Vietnam adalah patin bocourti (P.
bocourti) yang merupakan komoditas ekspor ke Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa
negara Asia. Saat ini konsumen lebih menyukai filet patin yang berdaging putih dan
tidak berbau lumpur. Beberapa produsen dalam negeri menambahkan bahan-bahan
tambahan makanan misalnya pemutih makanan pada produknya agar memiliki
kenampakan menyerupai produk impor tersebut (Trobos 2012).
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang sudah didomestikasikan sejak lama, ikan
patin ini sangat banyak yang menyukainya dan juga sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Ikan patin ini sangat banyak di budidayakan dan di ternakan para petani. Selain
itu, ikan patin ini juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga pengembangan
semakin luas diberbagai daerah dan juga wilayah.
Ikan patin ini memiliki bentuk memanjang, berwarna putih perak dengan punggung bewarna
kebiruan, ikan patin ini tidak memiliki sisik, dan memiliki kepala relatif jauh lebih kecil
dibanding dengan bentuk tubuhnya. Selain itu, ikan patin ini juga dimanfaatkan dan
digunakan untuk menambah asupan nutrisi tubuh dengan maksimal. Secara sistematisnya
ikan patin ini dapat di bedakan berdasarkan taksonomi dan klasifikasinya yaitu sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia ( hewan )
Filum : Chordata ( bertulang belakang )
Kelas : Pisces
Famili : Pangisidae
Genus : pangisius
Spesies : Pangisius Hypopthalamus, Pangisius jambal, Pangisius humeralis Pangisius
lithostoma, Pangisius nasutus, Pangisius polyuranodon dan Pangisius niewenhuisii.
Morfologi Ikan Patin
Memiliki kepala kecil dibandingkan dengan bentuk badannya
Bagian mulut kerucut melebar dan juga memiliki kumis halus.
Memiliki mata bulat berwarna kehitaman dan juga sirip dada dibagian samping.
Insang terletak pada bagian samping dekat dengan sirip dada.
Sirip punggung memanjang kebelakang dan memiliki penjang 1-2 cm
Sirip anak ini berbentuk sisir dibagian pangkal ujung runcing berwarna kekuningan
dan perak
Sirip ekor berbentuk segitiga dibagian ujung pangkal bawah dan atas runcing
Keuntungan ikan patin
Memiliki nilai ekonomis relatif tinggi
Mudah dibudidaya dan diternakan
Manajemen pemeliharan tergolong mudah
Mudah beradaptasi dengan lingkungan
Memiliki nilai nutrisi dan kandungan vitamin tinggi
Menurut Sutojo (1993), dalam melakukan analisa aspek pasar dan pemasaran terdapat
lima hal yang diteliti yaitu kedudukan produk yang direcanakan akan diluncurkan, komposisi
dan perkembangan permintaan dari masa yang telah lampau hingga sekaran, proyeksi
permintaan produk di masa mendatang, kemungkinan persaingan dengan industry sejenis
serta peranan pemerintah dan swasta dalam menunjang perkembangan pemasaran produk.
Husnan dan Suwarno (1997) menambahkan, bahwa analisa aspek pasar dan pemasaran
terhadap usaha suatu proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai besar pasar
potensial yang tersedia untuk masa yang akan datang , besar pangsa pasar yang akan diserap
oleh proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial, serta perkembangan pangsa pasar
tersebut di masa yang mndatang dan gambaran mengenai strategi pemasaran yang
digunakan untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan.
Fillet patin merupakan bahan baku untuk industry pengolahan lanjutan lainnya, seperti
industry pengolahan value added. Oleh karena itu pangsa pasarnnya adalah industry-industri
pengolahan lanjutan lainnya, baik skal besar ataupun kecil. Fillet patin merupakan produk baru
di Kabupaten Pacitan industry ini rencnanya akan dibangun di kecamatan Arjosari , yaitu
industry pengolahan fillet patin “ Patin 45” yang merupkan proyek percontohan milik usaha
bersama.
Data permintaan dan penawaran fillet ikan patin tidak tercatat di Departemen Perindustrian
dan Perdagangan serta di Departemen Kelautan dan Perikanan, begitu pula di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan maupun di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Pacitan.
Begitu pula data permintaan dan penawaran fillet ikan untuk pasar domestik tidak tercatat
di Departemen Kelautan dan Perikanan maupun Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Data yang tercatat pada kedua departemen tersebut adalah data perkembangan ekspor
komoditi hasil perikanan, untuk fillet/hasil perikanan lainnya yaitu sebesar 258.538.363,17 kg
pada tahun 2018 dengan nilai USD 766.948.739,91. (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2017).
Dalam beberapa tahun terakhir ini ekspor komoditi perikanan Indonesia terus
menunjukkan laju kenaikan. Berbeda dengan komoditi lain yang mengalami
kemerosotan ekspor sebagai dampak krisis moneter, ekspor produk perikanan hampir
tidak terpengaruh oleh resesi ekonomi bahkan nilainya cenderung meningkat. Kecenderungan
ini nampaknya disebabkan karena 21 kandungan lokal komoditi perikanan sangat tinggi
sehingga daya saingnya di pasaran global lebih kuat. Selain itu pula kekurangan pasokan ikan
di pasaran dunia ikut mempengaruhi kecenderungan tersebut, dimana menurut FAO
diperkirakan kekurangan tersebut hingga tahun 2010 dapat mencapai 2 juta ton pertahun.
Tabel 1. Nilai dan Volume Ekspor Produk Perikanan dan Kelautan 2018
sejenis dengan industri yang akan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan
angka konsumsi ikan pada tahin 2019 bisa mencapai 54,49 kilogram/kapita. Target ini
diharapkan tercapai seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas
pangan bernilai gizi tinggi.
Tingkat konsumsi ikan nasional memiliki kecenderungan selalu naik setiap tahun terutama bila
merujuk kepada data sepanjang lima tahun terakhir. Dirjen penguatan Daya Saing Produk
Kelautan Perikanan KKP mengatakan sepanjang 5 tahun terakhir, target konsumsi ikan
perkapita tahunnya selalu meningkat yaitu pada tahun yaitu pada tahun 2014 sebesar 38,14
kilogram (kg) per kapita tahun 2017 sebesar 47,12 per kapita pada tahun 2018 sebesar 50 kg
per kapita per tahun tahun dan untuk tahun 2019 target konsumsi perikanan nasional menjadi
54,49 per kapita / tahun.
Dari data-data diatas maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peluang pasar produk
olahan hasil perikanan masih luas. Untuk menentukan kapasitas produksi yang direncanakan,
akan menggunakan data referensi dari unit usaha “patin 45” yang merupkan unit usaha yang
didirikan.