Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang
ditetapkan sebagai komoditas unggulan nasional dalam program percepatan
industrialisasi. Ikan patin memiliki rasa yang lezat, mudah untuk dibudidayakan, dan
memiliki kandungan gizi yang tinggi (Khairuman dan Sudenda 2009). Men et al. (2004)
menyatakan bahwa secara umum spesies ikan patin diantaranya P. hypophtalmus, P.
djambal, P. bocourti, Puntius altus, dan Oxyelotris marmorata.

Jenis-jenis ikan patin yang populer di Indonesia adalah patin siam (P.
hypophtalmus) dan patin jambal (P. djambal). Produksi patin di Indonesia didominasi
oleh patin siam yang berdaging kuning, sementara patin jambal yang berdaging putih
produksinya masih terbatas (Khairuman dan Sudenda 2009). Budidaya ikan patin
semakin meningkat secara signifikan. Tahun 2006 sampai dengan tahun 2012
meningkat sebesar 651.000 ton pertahun. Ikan ini juga ditargetkan menjadi 1.107.000
ton pada tahun 2013 (KKP 2013).
Fillet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang akan diolah lagi
menjadi makanan lain seperti abon,bakso, sosis, dan juga dapat digunakan untuk
fortifikasi berbagai aneka produk olahan. Secara teknis, proses pengolahan ikan patin
menjadi fillet tidak sulit. Menurut Peranginangin et.al.(1999), pinsip dasarnya adalah
daging ikan diambil,dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak diinginkan (tulang, sisik,
kulit dan lain-lain), dicuci, dan dibekukan. Selanjutnya fillet dpat diolah menjadi olahan
lain.
Kebutuhan ikan patin di Indonesia mencapai 700 ton/bulan, produksi patin dalam
negeri hanya 100-120 ton, sisanya diperoleh dari impor. Vietnam merupakan negara
eksportir filet patin terbesar di dunia karena memiliki kualitas filet yang berdaging putih
dan harga yang murah semakin menjadi daya tarik bagi konsumen (Nurhayat 2013).
Orban et al. (2008) mengungkapkan bahwa filet patin untuk pasar Uni Eropa kadar
lemaknya harus berkisar antara 1,1-3% (bb). Khairuman dan Sudenda (2009)
menyatakan bahwa jenis patin yang diproduksi di Vietnam adalah patin bocourti (P.
bocourti) yang merupakan komoditas ekspor ke Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa
negara Asia. Saat ini konsumen lebih menyukai filet patin yang berdaging putih dan
tidak berbau lumpur. Beberapa produsen dalam negeri menambahkan bahan-bahan
tambahan makanan misalnya pemutih makanan pada produknya agar memiliki
kenampakan menyerupai produk impor tersebut (Trobos 2012).

I.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penulisan ini adalah :
1. Mendapatkan gambaran dasar tentang kemungkinan usaha fillet ikan patin beku
yang berlokasi di Kabupaten Pacitan
2. Melakukan analisa pemasaran dan analisa Finansial.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Patin

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang sudah didomestikasikan sejak lama, ikan
patin ini sangat banyak yang menyukainya dan juga sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Ikan patin ini sangat banyak di budidayakan dan di ternakan para petani. Selain
itu, ikan patin ini juga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi sehingga pengembangan
semakin luas diberbagai daerah dan juga wilayah.

Ikan patin ini memiliki bentuk memanjang, berwarna putih perak dengan punggung bewarna
kebiruan, ikan patin ini tidak memiliki sisik, dan memiliki kepala relatif jauh lebih kecil
dibanding dengan bentuk tubuhnya. Selain itu, ikan patin ini juga dimanfaatkan dan
digunakan untuk menambah asupan nutrisi tubuh dengan maksimal. Secara sistematisnya
ikan patin ini dapat di bedakan berdasarkan taksonomi dan klasifikasinya yaitu sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia ( hewan )
Filum : Chordata ( bertulang belakang )
Kelas : Pisces
Famili : Pangisidae
Genus : pangisius
Spesies : Pangisius Hypopthalamus, Pangisius jambal, Pangisius humeralis Pangisius
lithostoma, Pangisius nasutus, Pangisius polyuranodon dan Pangisius niewenhuisii.
Morfologi Ikan Patin
 Memiliki kepala kecil dibandingkan dengan bentuk badannya
 Bagian mulut kerucut melebar dan juga memiliki kumis halus.
 Memiliki mata bulat berwarna kehitaman dan juga sirip dada dibagian samping.
 Insang terletak pada bagian samping dekat dengan sirip dada.
 Sirip punggung memanjang kebelakang dan memiliki penjang 1-2 cm
 Sirip anak ini berbentuk sisir dibagian pangkal ujung runcing berwarna kekuningan
dan perak
 Sirip ekor berbentuk segitiga dibagian ujung pangkal bawah dan atas runcing
Keuntungan ikan patin
 Memiliki nilai ekonomis relatif tinggi
 Mudah dibudidaya dan diternakan
 Manajemen pemeliharan tergolong mudah
 Mudah beradaptasi dengan lingkungan
 Memiliki nilai nutrisi dan kandungan vitamin tinggi

Fillet Ikan Patin


Fileet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang akan diolah lagi menjadi
makanan lain seperti abon,bakso,sosis, dan juga dapat digunakan untik fortifiksi berbgai
aneka produk olahan. Secara teknis, proses pengolahan ikan patin menjdi fillet tidak sulit.
Menurut Pranginangin et.al (1999), prinsip dasarnya adalah daging ikan diambil,
dibersihkan dari bhan-bahan yang tidak diinginkan (tulang,sisik,kulit dan lain-lain), dicuci
dan dibekukan. Selanjutnya fillet dapat langsung diolah menjadi produk olahan ikan:
Berikut ini dalah beberapa keuntungan penggunaan fillet :
1. Dapat digunkan langsung untuk pengolahan produk –produk makanan seperti
bakso, sosis, kmaboko, burger dan lain-lain.
2. Tidak berbau, bebas tulang dan duri, sehingga produk-produk olahannya mudah
dikonsumsi oleh berbagai tingkat usia.
3. Suplai dan harganya relative stabil karena fillet dapat dapat disimpan lama dan ini
memudahkan perencanaan pengolahnnya.
1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Sutojo (1993), dalam melakukan analisa aspek pasar dan pemasaran terdapat
lima hal yang diteliti yaitu kedudukan produk yang direcanakan akan diluncurkan, komposisi
dan perkembangan permintaan dari masa yang telah lampau hingga sekaran, proyeksi
permintaan produk di masa mendatang, kemungkinan persaingan dengan industry sejenis
serta peranan pemerintah dan swasta dalam menunjang perkembangan pemasaran produk.
Husnan dan Suwarno (1997) menambahkan, bahwa analisa aspek pasar dan pemasaran
terhadap usaha suatu proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai besar pasar
potensial yang tersedia untuk masa yang akan datang , besar pangsa pasar yang akan diserap
oleh proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial, serta perkembangan pangsa pasar
tersebut di masa yang mndatang dan gambaran mengenai strategi pemasaran yang
digunakan untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan.

Fillet patin merupakan bahan baku untuk industry pengolahan lanjutan lainnya, seperti
industry pengolahan value added. Oleh karena itu pangsa pasarnnya adalah industry-industri
pengolahan lanjutan lainnya, baik skal besar ataupun kecil. Fillet patin merupakan produk baru
di Kabupaten Pacitan industry ini rencnanya akan dibangun di kecamatan Arjosari , yaitu
industry pengolahan fillet patin “ Patin 45” yang merupkan proyek percontohan milik usaha
bersama.

1. Permintaan dan Penawaran

Data permintaan dan penawaran fillet ikan patin tidak tercatat di Departemen Perindustrian
dan Perdagangan serta di Departemen Kelautan dan Perikanan, begitu pula di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan maupun di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Pacitan.
Begitu pula data permintaan dan penawaran fillet ikan untuk pasar domestik tidak tercatat
di Departemen Kelautan dan Perikanan maupun Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Data yang tercatat pada kedua departemen tersebut adalah data perkembangan ekspor
komoditi hasil perikanan, untuk fillet/hasil perikanan lainnya yaitu sebesar 258.538.363,17 kg
pada tahun 2018 dengan nilai USD 766.948.739,91. (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2017).
Dalam beberapa tahun terakhir ini ekspor komoditi perikanan Indonesia terus
menunjukkan laju kenaikan. Berbeda dengan komoditi lain yang mengalami
kemerosotan ekspor sebagai dampak krisis moneter, ekspor produk perikanan hampir
tidak terpengaruh oleh resesi ekonomi bahkan nilainya cenderung meningkat. Kecenderungan
ini nampaknya disebabkan karena 21 kandungan lokal komoditi perikanan sangat tinggi
sehingga daya saingnya di pasaran global lebih kuat. Selain itu pula kekurangan pasokan ikan
di pasaran dunia ikut mempengaruhi kecenderungan tersebut, dimana menurut FAO
diperkirakan kekurangan tersebut hingga tahun 2010 dapat mencapai 2 juta ton pertahun.
Tabel 1. Nilai dan Volume Ekspor Produk Perikanan dan Kelautan 2018

sejenis dengan industri yang akan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan
angka konsumsi ikan pada tahin 2019 bisa mencapai 54,49 kilogram/kapita. Target ini
diharapkan tercapai seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas
pangan bernilai gizi tinggi.

Tingkat konsumsi ikan nasional memiliki kecenderungan selalu naik setiap tahun terutama bila
merujuk kepada data sepanjang lima tahun terakhir. Dirjen penguatan Daya Saing Produk
Kelautan Perikanan KKP mengatakan sepanjang 5 tahun terakhir, target konsumsi ikan
perkapita tahunnya selalu meningkat yaitu pada tahun yaitu pada tahun 2014 sebesar 38,14
kilogram (kg) per kapita tahun 2017 sebesar 47,12 per kapita pada tahun 2018 sebesar 50 kg
per kapita per tahun tahun dan untuk tahun 2019 target konsumsi perikanan nasional menjadi
54,49 per kapita / tahun.

Dari data-data diatas maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peluang pasar produk
olahan hasil perikanan masih luas. Untuk menentukan kapasitas produksi yang direncanakan,
akan menggunakan data referensi dari unit usaha “patin 45” yang merupkan unit usaha yang
didirikan.

2. Penentuan Harga Jual


Fillet patin yang dipasarkan dikemas dalam kemasan plastik. Harga jual yang ditetapkan
sebesar Rp.19.300 per/kg berdasarkan harga jual dengan mrgin keuntungan sebesar 35%.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dalam penentuan harga jual mrgin
ditentukan dengan angka dari 1-100% dan margin yng diinginkan dinytakan dalam persentase.
(Ibrahim 1998).
Pada tahun 2017 di wiliyah Kabupten Pacitan di tingkat petani adalah Rp. 6000 / kg,
sedangkan harga tingkt pengecer berkisar antara Rp. 7000 – Rp.7.500/kg. Oleh karena itu
penetapan harga bahan baku terendah di tingkat pengecer, yaitu sebesar Rp.7.000/kg.
3. Konsep Produk
Menurut Paranginangin (1999) fillet ikan merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan
yang nantinya akan dijadikan lagi menjadi makanan lain seperti bakso, abon dan sosis.
Oleh karena itu target pasar yang akan dijadikan sebagai konsumen untuk industry fillet
ikan patin ini adalah produsen pengolahan makanan berbahan dasar daging ikan.
Konsumsi fillet untuk konsumen rumah tangga tidaklah popular di Indonesia dikarenkan
harga fillet yang relatif lebih mahal dibandingkan harga ikan atau daging segar. Sebagai
perbandingan harga ikan patin segar di pasaran berkisar antara Rp. 9.000-Rp. 11.000/kg
sedangkan harga fillet di usaha yang kan direncnakan adalah Rp. 19.300 per
kg.Sedangkan untuk industry pengolahan makanan fillet mempunyai beberapa kelebihan
yaitu, biaya penyimpanan. Distribusi, dan transportasi yang lebih murah karena fillet
merupakan bagian ikan yang bermanfaat saja serta menghemat waktu dan tenaga kerja
karena penangannya lebih mudah.
Dalam proses produksi bahan bku patin yang digunkan berukuran 1-2 kg. Kemudian dari
ikan patin berukuran 1 kg di dapat fillet ikan berukuran 0,65 yang dikemas dlam ukuran 2
kg. Kemasan 2 kg dipilih untuk mempercepat proses pembekuannya. Hal ini diperhitungkan
karena penggunaan suhu rendah merupakan hal mutlah untuk menjaga mutu fillet, semakin
cepat fillet mencapai suhu yang diinginkan dalam penyimpnan maka semakin baik mutu
fillet. Jika fillet dikemas dalam ukuran lebih besar dari 2 kg maka semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk membekukannya sehingga mutunya menjadi kurang baik.
Bagian pula dalam proses pendistribusian penggunaan suhu rendah juga adalah penting.
Oleh karena itu selama proses distribusi produk ke konsumen yang ditargetkan digunkan
mobil box berpendingin.

Anda mungkin juga menyukai