OLEH :
RANDI CANDRA PRATAMA
20182011P
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tiongkok. Impor ikan Patin di negeri tirai bambu tersebut tumbuh pesat hingga
mencapai 34.400 ton per tahun. Angka tersebut disusul oleh Thailand yang
mencapai 19.200 ton per tahunnya. Di Amerika Latin, impor ikan Patin juga
budidaya ikan Patin tingkat Sumatera Selatan. Produksi ikan Patin di sumatera
Ikan Patin (Pangasius hypophthlamus) merupakan salah satu jenis ikan air
(Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias Sp) dan
dalam memenuhi gizi dan protein, daging ikan patin mengandung protein sebesar
12,6%-15,6%, lemak 1,09%-5,8%, abu 0,74%-3,5%, dan air 80%-85% (Sindi,
2020). Tingginya kandungan air tersebut merupakan media yang sangat cocok
mengalami penurunan mutu pada proses pembusukan. Hal ini akan sangat
merugikan dengan terjadinya penurunan harga pada saat terjadi produksi yang
maka perlu dilakukan diversifikasi produk perikanan (Apriani, 2018). Salah satu
proses tersebut adalah dengan memanfaatkan ikan patin sebagai sumber protein
cukup banyak dan masing-masing memiliki pangsa pasar sendiri. Salah satu jenis
kerupuk yang digemari masyarakat Indonesia adalah kerupuk ikan. Hal tersebut
yang terkandung di daging ikan, serta harganya yang relatif lebih murah
dibandingkan daging sapi dan daging ayam (Martha, 2006). Untuk variasi
kerupuk dengan menggunakan pewarna alami saat ini yaitu kerupuk dengan
penambahan pure bit (Beta vulgaris) yang bertujuan untuk merubah warna
kerupuk dengan penambahan pure bit (Beta vulgaris) untuk produk kerupuk
(Muchsiri, 2018)
Selain tanaman pure bit (Beta vulgaris) dan daun kelor (Morigan oleifera
Lam) yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan ataupun pewarna alami
bunga telang (Clitoria ternatea Linn) juga aman untuk dikonsumsi. Kandungan
antosianin dari bunga telang berpotensi untuk dijadikan pewarna alami pada
bahan pangan. Warna biru dari bunga telang telah dimanfaatkan sebagi pewarna
biru pada ketan di Malaysia. Bunga telang juga dimakan sebagai sayuran di
Kerala (India) dan diFilipina (Lee dkk., 2011). Menurut Suebkhampet dan
dari antosianin, dengan adanya pigmen alami antosianin dalam bunga telang
(Pangasius hypophthlamus).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
2. Untuk mengetahui mutu kimia dan organoleptik kerupuk ikan patin dengan
D. HIPOTESIS
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pembuatan kerupuk ikan patin (Pangasius hypophthlamus) dengan
penambahan sari bunga telang (Clitoria ternatea Linn).
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangsih pengetahuan
mengenai Teknologi Hasil PerikananKepada masyaraka serta dapat membuka
peluang usaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerupuk Ikan
ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih
banyak dan salah satunya diproduksi menjadi kerupuk ikan. Produk olahan yang
telah terindustrialisasi secara mapan tersedia dengan daya tarik yang masih kurang
dan yang murah harganya. Pada umumnya harga kerupuk terjangkau masyarakat
2012:) Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang berasal dari ikan yang
Kerupuk ikan banyak jenis dan bentuk yang dijual di pasaran. Jenis
makanan ini bergantung pada jenis bahan bakunya, sedangkan variasi bentuknya
yang bahannya terdiri dari adonan tepung dan ikan. Kerupuk ikan mempunyai
dalam kerupuk. Semakin banyak jumlah ikan yang terkandung dalam krupuk
Indonesia telah lama mengenal kerupuk ikan sebagai makanan. Kerupuk ikan
makan atau sekedar dikonsumsi sebagai makanan kecil. Banyak jenis kerupuk
yang telah dibuat orang, mulai dari kerupuk yang dibuat dari beras, tepung terigu,
atau tepung tapioka. Bahan-bahan tersebut dapat diramu dengan bahan tambahan
seperti udang, ikan tengiri, ikan patin, lele dan sebagainya sehingga menjadi
krupuk ikan dengan rasa sesuai ikan yang ditambahkan. Macam-macam ikan
misalnya: kerupuk ikan tengiri, kerupuk ikan tongkol, kerupuk udang, dan masih
Air % Maks. 11
Protein % Maks. 6
Bahan tambahan makanan tidak ternyata atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Cemaran logam (pb, cu hg). tidak ternyata atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
2. Morfologi
Morfologi Ikan patin memiliki tubuh yang memanjang dan berwarna putih
memiliki panjang hingga mencapai 120 cm, bentuk kepala yang relatif kecil,
mulut terletak di ujung kepala bagian bawah, pada kedua sudut mulutnya terdapat
dua pasang kumis yang berfungsi sebagai alat peraba yang merupakan ciri khas
ikan golongan catfish, dan memiliki sirip ekor berbentuk cagak dan simetris, Ikan
patin siam merupakan hewan yang melakukan aktivitas di malam hari (nocturnal)
1. Klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Clitoria
(Sunda); kembang telang (Jawa); bunga telang (Sulawesi); bisi sayama gulele
2. Morfologi
berambut halus, pangkal batang berkayu, batang muda berwarna hijau, dan batang
tua berwarna putih kusam. Daun majemuk dengan pertulangan menyirip ganjil.
Anak daun berjumlah 3-9 lembar, berwarna hijau, bertangkai pendek, berbentuk
oval atau elips, pangkal daun runcing, sedangkan ujung tumpul. Diketiak daun
terdapat daun penumpu yang berbentuk garis. Bunga tunggal, muncul dari ketiak
sedangkan mahkota bunga berwarna biru nila dengan warna putih ditengahnya.
Buah polong, bentuk pipih memanjang. Polong muda bewarna hijau, dan polong
basah, berpasir dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini
dapat tumbuh subur dalam medium yang agak lembab atau tanah yanag
mempunyai kandungan humus yang tinggi. Tanaman ini dapat membiakan dengan
cara stek batang atau biji. Tanaman telang tegolong terna menahun karena
Tanaman rambat ini bisa digunakan sebagai tanaman penghias pagar. Bunganya
yang berwarna biru keunguan akan mekar sepanjang tahun seperti terlihat pada
memiliki khasiat sebagai antimikroba, obat cacing atau agen antioksidan, penurun
A. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2021 sampai Agustus 2021 di
Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas PGRI Palembang dan untuk pengujian kima di Laboratorium Balai
Riset Dan Standarisasi Industri (Baristand industri) Palembang.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini pada tabel :
N Bahan Kegunaan
o
1. Bunga telang (Clitoria Ternatea) Subyek penelitian
2. Fillet ikan patin (Pangasius Hypophthlamus) Subyek penelitian
3. Tepung tapioca Untuk bahan pengisi
4. Bawang putih Untuk bumbu
5. Merica Untuk bumbu
6. Garam Memberi rasa gurih
7. Bahan kimia untuk analisis proksimat Untuk analisis kadar air,
kadar abu, protein,
lemak, dan karbohidrat.
8. Minyak goreng Untuk menggoreng
bahan
3. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan merupakan metode eksperimen dengan
menggunakan teknik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakauan 3
ulangan.
Keterangan :
P1= Perlakuan perbandingan konsentrasi sari bunga telang yang digunakan dalam
adonan kerupuk ikan patin (0%) dari berat bahan baku.
4. Prosedur penelitian
a. Pembuatan sari bunga telang
Pembuatan sari bunga telang pada penelitian ini berdasarkan cara kerja
pembuatan sari kulit buah naga dalam Suwoto, (2017), dengan bahan baku
bunga telang. Proses pembuatan sari bunga telang adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku ikan seluang dengan berat 1 kg, disiangi (dibersihkan sisik, isi
penggiling.
3. Campur ikan segar yang sudah digiling halus kedalam bahan tambahan
penelitian.
6. Adonan yang telah kalis dan tidak lengket dibentuk menjadi dodolan bulat
cahaya matahari.
11. Setelah kering kerupuk di goreng dalam minyak panas pada suhu 180 oc
sampai mengembang.
Tabel 4. Komposisi campuran pengolahan kemplang
Penggilingan Daging
Ikan
Pencampuran Ikan Giling dengan bahan
tambahan, garam 12 gram,
Setelah kering kemplang digoreng dalam minyak panas dengan suhu 1800C
d. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah menggunakan
analisis sidik ragam atau Analisis of Varience (ANOVA). Jika F hitung ˂ F tabel
(ɑ=5%) berarti perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon
yang diamati, artinya H0 diterima pada level nyata (ɑ) 5%. Jika F hitung ˃ F tabel
(ɑ= 5%) berarti perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon yang
diamati, artinya H1 diterima pada level nyata (ɑ) 5%. Selanjutnya, jika F hitung ˃
F tabel (ɑ=1%)berarti perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap respon yang diamati, artinya H1diterima pada level nyata (ɑ) 1%.