Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4443131318
4443132206
4443131633
4443131198
4443141317
4443131776
4443141831
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Tujuan........................................................................................................1
Kesimpulan..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
LAMPIRAN...........................................................................................................20
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Banten merupakan provinsi yang strategis dalam bidang perikanan
dengan luas wilayah 8.800,83 km dan panjang garis pantai 517,42 km (Abidin
2009 diacu dalam Sonyenzellnd 2015). Hal tersebut dilihat dari banyaknya jenis
ikan dan crustacea yang tertangkap di perairan estuary di Provinsi Banten, salah
satunya adalah ikan payus (Elops hawaiensis). Pada daerah Domas ikan payus
dijadikan bahan baku pada pembuatan bontot, baso ikan , dan kerupuk ikan
(Haryati 2011).
Salah satu produk yang cukup digemari oleh masyarakat adalah kerupuk
ikan dengan tekstur yang renyah, dan rasa yang gurih sehingga sesuai dengan cita
rasa masyarakat setempat. Kerupuk ikan merupakan salah satu makanan ringan
atau cemilan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan umur. Kerupuk ikan
dijadikan salah satu produk inovasi berbasis perikanan yang menjadi salah satu
usaha bisnis yang menguntungkan, namun tidak semua produk yang dihasilkan
bisa berkembang dengan baik.
Kerupuk ikan yang dijadikan salah satu produk diversifikasi dalam bidang
perikanan, dengan memanfaatkan ikan payus sebagai bahan baku yang dianggap
hama bagi sebagian petani ikan bandeng di tambaknya dikarenakan ikan payus
sering memangsa nener (anakkan) ikan bandeng, sehingga ikan payus merupakan
salah satu hasil ikutan budidaya ikan bandeng. Ikan payus dimanfaatkan oleh
pengrajin produk untuk diolah menjadi sebuah produk unggulan. Dalam
pemanfaatkan hasil samping produk perikanan ini, dapat dijadikan salah satu
inovasi produk berupa olahan pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi yang
dimiliki oleh ikan payus sebagai bahan baku utama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini dalah untuk mengetahui perkembangan produk
diversifikasi dan fortifikasi pada kerupuk ikan payus yang dijadikan sebagai
produk unggulan masyarakat Domas.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
olahan pangan yang dapat dijadikan suatu cita rasa yang khas yang dapat
diminati oleh masyarakat. Bahan baku dalam pembuatan kerupuk ikan
adalah dengan menggunakan ikan payus yang berasal dari petani-petani
ikan bandeng disekitar tempat tinggal pengrajin olahan produk kerupuk
ikan. Ikan payus merupakan jenis ikan hama atau predator yang paling
sering terdapat di tambak tradisional. Ikan ini masuk ketika air laut pasang
melewati pintu air petakan yang dibuka oleh petani tambak dan dikenal
sebagai pemangsa bibit bandeng (nener) dan udang-udang kecil. Adapun
kalasifikasi ikan payus (Elops hawaiensis) menurut Myers 2016 sebagai
berikut:
Kingdom
: Animalia
2
Phylum
Subphylum
Class
Ordo
Family
Genus
Species
: Chordata
: Vertebrata
: Actinopterygii
: Elopiformes
: Elopidae
: Elops
: Elops Hawaiensis
Menurut Saanin (1968) diacu dalam Mustahal (2013) menjelaskan
Kerupuk ikan yaitu makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung
tapioka dicampur bahan ikan dan dibuat dengan cara pengukusan adonan
sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan
digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Ratnawati 2013).
Kerupuk ikan payus merupakan produk turunan yang terbuat dari
bontot ikan payus. Bontot merupakan salah satu produk gel ikan (fish jelly
product) khas Banten yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten dan
Kota Serang. Bontot terbuat dari campuran daging ikan dengan tepung
tapioka dan bumbu melalui proses pembuatan adonan, pencetakan,
pengukusan, pendinginan dan penggorengan (Haryati 2010). Kerupuk ikan
payus terbuat dari bontot yang diiris tipis kemudian dijemur yang
selanjutnya dapat digoreng untuk dikonsumsi.
Bahan baku utama kerupuk adalah ikan payus sebagai salah satu
hasil ikutan budidaya ikan bandeng. Kerupuk ini bagi masyarakat Desa
Domas, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang merupakan makanan
keseharian. Keung gulan produk kerupuk ini adalah makanan halal dan
sehat karena kaya gizi serta mengandung omega tiga yang baik untuk
kecerdasan dan kesehatan.
Umumnya kerupuk ikan payus diproduksi pada industri rumahan (home industry)
oleh penduduk menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional. Kerupuk
4
ikan payus merupakan produk diversifikasi hasil perikanan yang dapat dijadikan
solusi untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia khususnya di
Propinsi Banten. Selain itu, kerupuk ikan payus dapat menambah keragaman
produk hasil perikanan sehingga masyarakat mendapatkan produk yang halal,
sehat, dan bergizi.
2.3 Kandungan Gizi Produk
Kandungan gizi yang didapatkan berdasarkan hasil uji proksimat
yang dilakukan oleh Putri (2014) menunjukkan kandungan gizi kerupuk
panggang ikan payus. Kerupuk panggang ikan payus hanya dibedakan
berdasarkan hasil akhir proses pemasakkannya saja, sedangkan proses
awal hingga akhir dalam pembuatan adonan kerupuk sama seperti
pembuatan kerupuk yang dibuat pada umumnya, berikut adalah
kandungan gizi kerupuk ikan payus yang dipanggang:
Kandungan (%)
Kerupuk Panggang
Ikan Payus
Ikan Payus
18,44
8,87
1, 16
6,2
77, 98
5,06
Komposisi
Kadar Protein
Kadar Lemak
Kadar Air
Kadar Abu
Kadar Karbohidrat
0,98
1,44
SNI 01-2713-1999
Min 6 %
Maks 0,5 %
Maks 11 %
2,63
77,34
Maks. 1 %
73,89 %
peningkatan
karena
penggunaan
minyak
goreng
saat
proses
(2000:98)
klasifikasi
Menurut
Kotler
dan
Amstrong
(2008
272)
penunjang
kepuasan
konsumen
hal
tersebut
sudah
are
competitive
tool
for
differentiating
the
yaitu
produk
memberikan
keunikan
tersendiri
pada
dengan
atribut
produk
adalah
unsur-unsur
produk
meliputi
merek,
jaminan
(garansi),
merupakan
nama,
istilah,
tanda,
keyakinan,
jaminan
kualitas
kepada
(container)
atau
pembungkus
(wrapper)
untuk
suatu
Sebagai
pelindung
isi
(protection).
Misalnya
dari
c.
Bermanfaat
dalam
pemakaian
ulang
(reusable),
e.
f.
g.
h.
Sebagai
cermin
inovasi
produk,
berkaitan
dengan
10
a.
b.
obyektif
mengenai
konstruksi/pembuatan
dan
karakteristik-karakteristik
penggunaan,
kinerja
lainya
produk,
yang
serta
berhubungan
dengan produk
c.
lain,
tetapi
layanan
pelengkapnya
mempunyai
kesamaan.
Layanan pelengkap yang dimiliki hasna prosuk ridak
terlalu lengkap, karena Informasi yang dimiliki, misalnya
jalan/arah menuju tempat produsen, jadwal atau skedul
penyampaian produk/jasa, harga, intruksi mengenai cara
menggunakan produk inti atau pelayanan pelengkap,
peringatan
(warning),
pemberitahuan
konfirmasi
kondisi
adanya
reservasi,
penjualan/layanan,
perubahan,
rekapitulasi
dokumentasi,
rekening
belum
11
yang
merupakan
kewajiban
berfungsi
sebagaimana
yang
diharapkan
dan
dijanjikan.
Untuk garansi yang ada di hasna produk (makanan)
hanya memberikan garansi jika produk kerupuk payus
sebelum dibeli banyak yang mengalami kerusakan maka
dijamin maka keruouk ikan payus diganti dengan yang
tidak rusak. Akan tetapi memang secara umum pada
produk makanan untuk jaminan makanan tidak terlalu
ditetankan kerana bersifat produk sekali habis (tidak tahan
lama).
2.7 Distribusi Produk
Kerupuk ikan milik Hj. Hasnah dipasarkan dengan cara berkeliling
disekitar kantor dan SD/SMP yang berada di pontang, selain itu juga ibu
Hj. Hasnah sudah memiliki konsumen teteap yang datang langsung
ketempat produksi pembuatan produk kerupuk ikan, dan ibu Hj. Hasnah
juga menerima pesanan dengan melalui cara pesan-antar atau yang lebih
dikenal dengan delivery.
2.8 Produk Lifecycle
Dewasa ini terdapat persaingan yang semikin tajam dalam
pemasaran produk, baik yang termasuk dalam barang konsumsi maupun
barang industri dan jasa. Persaingan ini terutama terdapat dalam kondisi
pasar pembeli, dimana pembeli yang mempunyai peranan yang dominan di
pasar, dalam hal ini pembeli dianggap raja,yang harus dipenuhi dan
dilayani kepuasannya atas barang atau jasa yang dibelinya, dengan
12
konsep
penjualan
menekankan
pada
orientasi
13
(decline).
Tahap Perkenalan (Introduction)
Pada tahap ini produk baru diperkenalkan di pasar biasanya biaya
yang dikeluarkan cukup tinggi terutama biaya periklanan sedang volume
penjualan masih kecil. Promosi pada tahap ini memegang peranan yang
sangat penting, yang pada hakekatnya promosi dilaksanakan dengan
berorientasi penjualan. Tahap penjualan suatu produk menunjukan ciri-ciri
dimana tingkat keuntungan belum begitu nampak hasill penjualan relatif
kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Tahap perkenalan
produk biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan yang baru memulai
kegiatan operasional atau perusahaan yang sudah ada yang menciptakan
atau menjual produk baru.
kesempatan lain dapat membeli lagi. Dalam tahap ini perusahaan mulai
menikmati keuntungan karena volume penjualan mulai meningkat
sedangkan pengusaha-pengusaha lain mulai melihat bahwa produk tersebut
dapat memberikan keuntungan sehingga mereka juga akan beramai-ramai
mengusahakan barang atau jasa yang identik sama, baik ukuran maupun
kualitas.
15
6000
8000
10000
2008
2011
2014
2016
Tahun Poduksi
Grafik daur hidup Hasnah Produk, Domas, Kota Serang saat ini
berada pada tahap pertumbuhan pada tahun 2016. Produksi kerupuk ikan
dilakukan setiap hari jika produk olahan bontot tidak habis maka produk
kerupuk ikan menjadi turunan dari bontot. Produk kerupuk ikan sudah
meningkatkan jumlah produksinya menjadi 15 kg / 1 hari dari tahun
pertama memulai usaha hanya 5 kg ikan payus. Dimana produk sudah
mulai dikenal dalam masyarakat sehingga hasil penjualan sudah mulai
meningkat. Perhatian pembeli terhadap produk mulai tumbuh dan akan
mencoba produk apabila cocok dengan selera mereka maka pada
kesempatan lain dapat membeli lagi. Dalam tahap ini perusahaan mulai
menikmati keuntungan karena volume penjualan mulai meningkat
sedangkan pengusaha-pengusaha lain mulai melihat bahwa produk
16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerupuk ikan yaitu makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung
tapioka dicampur bahan ikan dan dibuat dengan cara pengukusan adonan
sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan
digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Salah satu produk
diversifikasi ini memanfaatkan ikan payus dikarenakan ikan payus yang
dianggap hama bagi sebagian petani ikan bandeng di tambaknya
dikarenakan ikan payus sering memangsa nener (anakkan) ikan bandeng,
sehingga ikan payus merupakan salah satu hasil ikutan budidaya ikan
bandeng. Ikan payus memiliki kandungan protein dan omega 3 yang
cukup tinggi sehingga mampu membantu peningkatan kesehatan
masyarakat bila mengkonsumsinya, seperti kandungan omega 3 yang
memiliki manfaat sebagai pencegah penyakit jantung dan kolesterol,
sebagai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta otak usia anak-anak,
oleh sebab itu produk kerupuk ikan payus ini dapat dikatakan sebagai
produk fortifikasi karena pada produk kerupuk ikan yang diproduksi
terdapat tambahan gizi yang berasal dari ikan payus sehingga makanan
yang dikonsumsi memiliki nilai gizi untuk tubuh.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z.A. 2009. Profil Pengolahan dan Diversifikasi Produk Hasil Perikanan di
Provinsi Banten. Bahan Pelatihan Diversifikasi Nilai Tambah Produk
Perikanan. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Untirta. Serang.
Abidin, Z., U. 2016. Analisis Daur Hidup (Product Life Cycle) Produk Ikan Tuna
Olahan (Suatu Penelitian Di Pt. Betel Citra Seyan Gorontalo) Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Volume 7. No.3.
ISSN 1693- 9034
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press
Buntaran, W., O. P. Astirin, E. Mahojoeno. 2009. Effect of Various Sugar
Solution
Concentration on Characteristics of Dried Candy Tomato
(Lycopersicum esculentum). Journal of Bioscience. Vol. 2, hal 5.
Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Di Tambak Tradisional dan Cara
Penanganannya. Jurnal Oseana. 25(1): 21-30.
Godam. 2012. Isi Kandungan Gizi Kemplang Panggang Komposisi NutrisiBahan
Makanan.http://www.organisasi.org/
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid I.
Yogyakarta.
Liberty.
18
Mustahal. Sakinah Haryati. Suherman. 2013. Aspek Biologi Dan Morfologi Ikan
Payus (Elops Hawaiensis) Dari Perairan Tambak Di Provinsi Banten.
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. 2(2): 99-107.
Myers. 2016. Morphology and Classification Elops Hawaiensis. Diakses pada 10
Oktober 2016.
Putri Dewinta Nuriendnesia, Yunita Eka Puspita. 2014. Pembuatan Kerupuk
Panggang Ikan Payus (Elops Hawaiensis) Di Ukm Ikan Payus Makmur
Kelurahan Tambak Langon Kecamatan Asemrowo Surabaya. Jurusan
Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Brawijaya Malang.
Rose Ratnawati. 2013. Eksperimen Pembuatankerupuk Rasa Ikan Banyar Dengan
Bahan Dasar Tepung Komposit Mocaf Dan Tapioka. Skripsi. Jurusan
Teknologi Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Semarang.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung : Binatjipta.
SNI.1999. SNI Kerupuk Ikan No. 01-2173- 1999. Badan Standar Nasional.
Sonyenzellnd Nico , Mustahal, Sakinah Haryati. Studi Mengenai Morfometrik
Dan Meristik Ikan Payus (Elops hawaiensis) Di Wilayah Perairan Utara
Provinsi Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5(1): 5-11.
Weber M dan De Beaufort LF. 1913. The fishes of the Indo Australian Archipelago, Malacopterygii, Myctophoidea, Ostariophysi, I Siluroidea. EJ
Brill. Leiden: 404 pp.
19
LAMPIRAN
20
21