Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH OBSERVASI PRODUK DIVERSIFIKASI DAN

FORTIFIKASI KERUPUK IKAN PAYUS

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Destysa Bella Al Jannah


Febry Roby Sriandani
Habibulloh
Indrianto Nugroho
Isti Qomah
Lestariyani
Okky Rizal Kusuma

4443131318
4443132206
4443131633
4443131198
4443141317
4443131776
4443141831

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Tujuan........................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................2


2.1 Deskripsi Bahan Baku....................................................................................2
2.2 Deskripsi Produk............................................................................................3
2.3 Kandungan Gizi Produk.................................................................................4
2.4 Proses Pengolahan..........................................................................................5
2.5 Daya Awet Produk.........................................................................................6
2.6 Atribut Produk................................................................................................6
2.7 Distribusi Produk.........................................................................................10
2.8 Produk Lifecycle..........................................................................................10
2.9 Analisis Swot................................................................................................15
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................17
3.1

Kesimpulan..............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
LAMPIRAN...........................................................................................................20

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Banten merupakan provinsi yang strategis dalam bidang perikanan
dengan luas wilayah 8.800,83 km dan panjang garis pantai 517,42 km (Abidin
2009 diacu dalam Sonyenzellnd 2015). Hal tersebut dilihat dari banyaknya jenis
ikan dan crustacea yang tertangkap di perairan estuary di Provinsi Banten, salah
satunya adalah ikan payus (Elops hawaiensis). Pada daerah Domas ikan payus
dijadikan bahan baku pada pembuatan bontot, baso ikan , dan kerupuk ikan
(Haryati 2011).
Salah satu produk yang cukup digemari oleh masyarakat adalah kerupuk
ikan dengan tekstur yang renyah, dan rasa yang gurih sehingga sesuai dengan cita
rasa masyarakat setempat. Kerupuk ikan merupakan salah satu makanan ringan

atau cemilan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan umur. Kerupuk ikan
dijadikan salah satu produk inovasi berbasis perikanan yang menjadi salah satu
usaha bisnis yang menguntungkan, namun tidak semua produk yang dihasilkan
bisa berkembang dengan baik.
Kerupuk ikan yang dijadikan salah satu produk diversifikasi dalam bidang
perikanan, dengan memanfaatkan ikan payus sebagai bahan baku yang dianggap
hama bagi sebagian petani ikan bandeng di tambaknya dikarenakan ikan payus
sering memangsa nener (anakkan) ikan bandeng, sehingga ikan payus merupakan
salah satu hasil ikutan budidaya ikan bandeng. Ikan payus dimanfaatkan oleh
pengrajin produk untuk diolah menjadi sebuah produk unggulan. Dalam
pemanfaatkan hasil samping produk perikanan ini, dapat dijadikan salah satu
inovasi produk berupa olahan pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi yang
dimiliki oleh ikan payus sebagai bahan baku utama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini dalah untuk mengetahui perkembangan produk
diversifikasi dan fortifikasi pada kerupuk ikan payus yang dijadikan sebagai
produk unggulan masyarakat Domas.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
olahan pangan yang dapat dijadikan suatu cita rasa yang khas yang dapat
diminati oleh masyarakat. Bahan baku dalam pembuatan kerupuk ikan
adalah dengan menggunakan ikan payus yang berasal dari petani-petani
ikan bandeng disekitar tempat tinggal pengrajin olahan produk kerupuk
ikan. Ikan payus merupakan jenis ikan hama atau predator yang paling
sering terdapat di tambak tradisional. Ikan ini masuk ketika air laut pasang
melewati pintu air petakan yang dibuka oleh petani tambak dan dikenal
sebagai pemangsa bibit bandeng (nener) dan udang-udang kecil. Adapun
kalasifikasi ikan payus (Elops hawaiensis) menurut Myers 2016 sebagai
berikut:
Kingdom
: Animalia
2

Phylum
Subphylum
Class
Ordo
Family
Genus
Species

: Chordata
: Vertebrata
: Actinopterygii
: Elopiformes
: Elopidae
: Elops
: Elops Hawaiensis
Menurut Saanin (1968) diacu dalam Mustahal (2013) menjelaskan

bahwa ciri-ciri morfologi ikan payus (Elops hawaiensis) diantaranya


memiliki sirip punggung tunggal dan tidak berjari-jari keras, badan
bersisik, tidak bersungut, bergaris rusuk, bertulang dagu diantara cabang
tulang rahang bawah, sirip perut jauh ke belakang (abdominal), sirip
punggung tidak berjari-jari lemah yang memanjang. Menurut Webber dan
Beaufort (1913) diacu dalam Fahmi (2000), tubuh ikan payus berwarna
keperakan dan panjangnya dapat mencapai 90 cm, memiliki mulut sangat
besar dengan rahang atas yang panjang dan ujung maxilla mencapai depan
mata. Ikan payus yang dianggap sebagai hama dalam budidaya ikan
bandeng kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
makanan.
Ikan payus digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerupuk
ikan karena memiliki kandungan protein (17,00%), air (76,00%), , lemak
(4,50%), mineral dan vitamin (2,52%-4,50%), serta omega 3 (14,2%). Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari kandungan yang dimiliki oleh ikan payus
mampu membantu peningkatan kesehatan masyarakat bila mengkonsumsinya,
seperti kandungan omega 3 yang memiliki manfaat sebagai pencegah penyakit
jantung dan kolesterol, sebagai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
otak usia anak-anak, dan sebagainya (Mustahal, 2013). Selain dalam
kesehatan kandungan yang dimiliki ikan payus dapat menarik konsumen
sehingga mampu mempengaruhi permintaan konsumen yang terbukti setiap
tahun meningkat sebesar 6,33% dan untuk produksi meningkat 3,82%
(Purnomowati, dkk., 2007).
2.2 Deskripsi Produk
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 1999, Kerupuk
adalah produk makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka

dengan atau penambah bahan makanan lain yang diizinkan. Kerupuk


merupakan makanan tradisional Indonesia yang disukai masyarakat.
Kerupuk sudah dikenal secara luas, memiliki cita rasa yang khas dan dapat
diterima oleh semua orang. Kerupuk umumnya dimakan sebagai cemilan
atau sebagai pelengkap saat makan. Pembuatan kerupuk dapat dijadikan
salah satu alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan
bahan pangan relatif lebih lama. Kerupuk tergolong produk olahan yang
awet. Untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan kerupuk
biasanya dikemas dalam kantong plastik dan ditutup rapat.

Kerupuk ikan yaitu makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung
tapioka dicampur bahan ikan dan dibuat dengan cara pengukusan adonan
sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan
digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Ratnawati 2013).
Kerupuk ikan payus merupakan produk turunan yang terbuat dari
bontot ikan payus. Bontot merupakan salah satu produk gel ikan (fish jelly
product) khas Banten yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten dan
Kota Serang. Bontot terbuat dari campuran daging ikan dengan tepung
tapioka dan bumbu melalui proses pembuatan adonan, pencetakan,
pengukusan, pendinginan dan penggorengan (Haryati 2010). Kerupuk ikan
payus terbuat dari bontot yang diiris tipis kemudian dijemur yang
selanjutnya dapat digoreng untuk dikonsumsi.
Bahan baku utama kerupuk adalah ikan payus sebagai salah satu
hasil ikutan budidaya ikan bandeng. Kerupuk ini bagi masyarakat Desa
Domas, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang merupakan makanan
keseharian. Keung gulan produk kerupuk ini adalah makanan halal dan
sehat karena kaya gizi serta mengandung omega tiga yang baik untuk
kecerdasan dan kesehatan.
Umumnya kerupuk ikan payus diproduksi pada industri rumahan (home industry)
oleh penduduk menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional. Kerupuk
4

ikan payus merupakan produk diversifikasi hasil perikanan yang dapat dijadikan
solusi untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia khususnya di
Propinsi Banten. Selain itu, kerupuk ikan payus dapat menambah keragaman
produk hasil perikanan sehingga masyarakat mendapatkan produk yang halal,
sehat, dan bergizi.
2.3 Kandungan Gizi Produk
Kandungan gizi yang didapatkan berdasarkan hasil uji proksimat
yang dilakukan oleh Putri (2014) menunjukkan kandungan gizi kerupuk
panggang ikan payus. Kerupuk panggang ikan payus hanya dibedakan
berdasarkan hasil akhir proses pemasakkannya saja, sedangkan proses
awal hingga akhir dalam pembuatan adonan kerupuk sama seperti
pembuatan kerupuk yang dibuat pada umumnya, berikut adalah
kandungan gizi kerupuk ikan payus yang dipanggang:
Kandungan (%)
Kerupuk Panggang
Ikan Payus
Ikan Payus
18,44
8,87
1, 16
6,2
77, 98
5,06

Komposisi
Kadar Protein
Kadar Lemak
Kadar Air
Kadar Abu
Kadar Karbohidrat

0,98
1,44

SNI 01-2713-1999
Min 6 %
Maks 0,5 %
Maks 11 %

2,63
77,34

Maks. 1 %
73,89 %

Hasil ini menunjukkan adanya penurunan setelah diolah menjadi


produk kerupuk panggang ikan payus yang disebabkan adanya proses
pengukusan kerupuk. Menurut Hadiwiyanto, (1993) diacu dalam Putri
(2014), suhu tinggi dapat menyebabkan kadar protein menurun, sehingga
ikatan peptida akan pecah yang akhirnya menurunkan kadar protein dalam
bahan.

Kadar lemak kerupuk panggang ikan payus mengalami

peningkatan

karena

penggunaan

minyak

goreng

saat

proses

pemanggangan. Menurut Ketaren (1986) diacu dalam Putri (2014), bahwa


selama proses penggorengan, sebagian minyak masuk ke dalam bahan
pangan dan mengisi ruang kosong yang pada mulanya diisi oleh air. Kadar
air ikan payus (E. hawaiensis) segar setelah diproses mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan adanya proses pengeringan dalam proses


pembuatan kerupuk panggang ikan payus (E. hawaiensis). Nilai kadar abu
ini mengalami peningkatan yang disebabkan oleh penambahan beberapa
bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan kerupuk panggang ini.
Kandungan abu beberapa bahan yang menyebabkan peningkatan
diantaranya gula dan garam. Menurut Buntaran et al., (2009) diacu dalam
Putri (2014) kadar abu gula sebesar 92 mg/100 g. Tingginya kadar
karbohidrat ini dapat dipengaruhi oleh adanya penambahan bahan
tambahan seperti gula pasir, tepung tapioka, dan bawang putih. Kandungan
karbohidrat pada gula pasir adalah 93 gram (Godam, 2012) diacu dalam
Putri (2014). Sedangkan kadar karbohidrat tepung tapioka adalah 86,90%
(Depkes RI, 1981 diacu dalam Putri (2014). Untuk kadar karbohidrat
dalam 100 gram bahan bawang putih yakni sebesar 23,1 24, 6 gram
(Syamsiah dan Tajudin, 2003) diacu dalam Putri (2014).
2.4 Proses Pengolahan
Ikan payus diperoleh dari petani ikan yang berada disekitar tempat
pengolahan, kemudian ikan dibersihkan dengan menghilangkan bagian
kepala, kulit dan tulang, ambil bagian dagingnya dan giling, campurkan
dengan sagu dan tepung terigu, bawang merah, bawang putih, merica dan
garam, campurkan sampai hingga merata, bentuk lonjong seperti
membentuk adonan bontot

dan kukus kurang lebih 30 menit, setalah

masak maka produk telah berhasil menjadi bontot, selanjutnya, bontot


diiris-iris tipis, kemudiaan jemur sampai kering dan digoreng, jadilah
produk kerupuk ikan payus.
2.5 Daya Awet Produk
Produk kerupuk ikan dapat bertahan selama satu bulan. Waktu yang
singkat dalam prosespembuatan kerupuk laut tersebut dapat dipengaruhi
dari bahan baku yang tidak dapat bertahan lama. Banyak faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi ketahanan produk dalam mempertahankan hasil
mutunya diantaranya adalah proses pembuatan yang kuarang ataupun

belum menerapkan prinsip hygiene sehingga dapat dengan mudah


pengatar bakteri menghinggap pada produk olahan yang sudah jadi
ataupun setengah jadi, pengemasan yang kurang maksimal terutama pada
perekatan plasti tidak merekat secara keseluruhan sehingga udara masih
dapat masuk kedalam kemasan yang dapat menyebabkan mikroba yang
ada merusak hasil produk, selain itu penjemuran yang tidak merata
sehingga dapat membuat konsisi kerupuk yang masih dalam keadaan
mentah dapat menimbulkan jamur karena keadaan yang lembab.
2.6 Atribut Produk
Menurut Fandy Tjiptono
produk

(2000:98)

klasifikasi

bisa dilakukan atas berbagai macam sudut

pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat


diklasifikasikan

kedalam dua kelompok utama yaitu

barang dan jasa. Ditinjau dari aspek daya tahannya,


terdapat dua macam barang, yaitu Barang Tidak Tahan
Lama (Nondurable Goods) dan Barang Tahan Lama (Durable
Goods). Pada hasna produk (makanan) termasuk barang
yang tidak tahan lama karena berisi tentang produk kerupuk
ikan payus yang sekali pakai habis (dimakan).
Komponen Atribut Produk
Meninjau dari komponen atribut produk kerupuk ikan
payus

Menurut

Kotler

dan

Amstrong

(2008

272)

komponen atribut produk diantaranya adalah sebagai


berikut :
1. Kualitas Produk
Ada empat tingkatan kualitas produk yang umumnya
dimiliki, yaitu Kualitas rendah, Kualias rata-rata sedang,
Kualitas baik dan Kualitas sangat baik. Pada kualitas produk
kerupuk ikan payus yang diproduksi dikategorikan sebagai
kualitas yang baik, karena Kualitas baik akan sangat
membangun kepercayaan konsumen sehingga merupakan

penunjang

kepuasan

konsumen

hal

tersebut

sudah

diupayakan keras oleh team produksi dalam menjamin


mutu kerupuk ikan payus.
2. Fitur produk
Menurut Kotler dan Amstrong ( 2008 : 272 ) : bahwa
feature

are

competitive

tool

for

differentiating

companys product from competitors product,

the
yaitu

artinya fitur adalah alat untuk bersaing yang membedakan


produk suatu perusahaan dengan produk perusahaanperusahaan pesaing. Fitur yang dimiliki oleh produksi
makanan (Hasna Produk) belum memiliki keunggulan yang
istimewa dibanding dengan produk perusahaan (produsen)
pesaing, hal ini dapat dilihat dengan fitur yang dimiliki
masih pasif dan semua produk makanan memiliki fitur
sama sehingga tampak terlihat homogen.
3. Desain produk
Cara lain untuk menambah nilai konsumen adalah
melalui desain atau rancangan produk yang berbeda dari
yang lain. Desain merupakan totalitas keistimewaan yang
mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk dari
segi kebutuhan konsumen.
Produk hasna makanan benar-benar menyadari akan
arti pentingnnya desain. Karena dengan desain yang baik
dapat menarik perhatian konsumen dan calon konsumen.
Atribut

produk

memberikan

keunikan

tersendiri

pada

produk sehingga membedakan produk satu dengan yang


lainnya. Desain yang dimiliki hasna produk (makanan)
memiliki ke khasan tersendiri, mengapa demikian karena
hasna produk memproduksi beberapa makanan dan setiap
makanan memiliki desain dalam pemasarannya terutama

kerupuk ikan payus memiliki desin produk yang sederhana


namun menarik yaitu dibungkus dengan plastik bening dan
di tempel stiker kerupuk ikan payus.
Berdasarkan pada pengertian dan konsep tentang
atribut produk di atas, maka dapat disimpulkan yang
dimaksud

dengan

atribut

produk

adalah

unsur-unsur

produk yang sangat penting, dimana meliputi beberapa


komponen seperti kualitas, fitur, dan desain.
Menurut Tjiptono (2007 : 104) menyatakan bahwa
Atribut

produk

meliputi

merek,

jaminan

(garansi),

pelayanan, dan sebagainya.


1. Merek
Merek

merupakan

nama,

istilah,

tanda,

simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi


atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat
memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk
pesaing. Dan merek juga digunakan untuk beberapa tujuan
yaitu Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensi
atau membedakan produk

suatu perusahaan dengan

produk pesaingnya, Untuk membina citra, yaitu dengan


memberikan

keyakinan,

jaminan

kualitas

kepada

konsumen, Untuk mengendalikan pasar.


Merek yang dimiliki oleh produsen kerupuk ikan
payus adalah hasna produk yang beralamat di domas
pontang serang Banten. Label berwarna kuning cerah
menarik ditambah dengan lambang menara banten lama
sebagai khas oleh-oleh Banten.
2. Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang
berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah

(container)

atau

pembungkus

(wrapper)

untuk

suatu

produk dan Tujuan kemasan antara lain meliputi :


a.

Sebagai

pelindung

isi

(protection).

Misalnya

dari

kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar atau isi.


b.

Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan


(operating), misalnya supaya tidak tumpah, sebagi alat
pemegang, mudah menyemprotkannya(seperti obat
nyamuk, parfum)

c.

Bermanfaat

dalam

pemakaian

ulang

(reusable),

misalnya untuk diisi kembali (refl) atau wadah lainnya


d.

Memberikan daya tarik (promotion), yaitu aspek artistik,


warna, bentuk, maupun desainnya.

e.

Sebagai identitas (image) produk, misalnya berkesan


kokoh/awet, lembut, atau mewah.

f.

Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung,


dan ditangani

g.

Informasi(labelling), yaitu menyangkut isi, pemakaian,


dan kualitas

h.

Sebagai

cermin

inovasi

produk,

berkaitan

dengan

kemajuan teknologi dan daur ulang.


Pada pengemasan yang dilakukan oleh hasna produk
pada kerupuk ikan payus yaitu dengan menggunakan
pengemasan plastik tebal putih bening dan sedikit press
agar tidak ada ruamg udara dalam kemasan.
3. Pemberian Label (Labelling)
Label merupakan bagian dari suatu produk yang
menyampaikan informasi mengenai produk dari penjual.
Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau
bisa pula merupakan tanda pengenal yang dicantumkan
kepada produk.secara garis besar terdapat tiga macam
label yaitu:

10

a.

Brand label, yaitu bernama merek yang diberikan pada


produk atau dicantumkan pada kemasan

b.

Descriptive label, yaitu label label yang memberikan


informasi

obyektif

mengenai

konstruksi/pembuatan

dan

karakteristik-karakteristik

penggunaan,

kinerja

lainya

produk,

yang

serta

berhubungan

dengan produk
c.

Grade label, yaitu label yang mengidentifikasi penilai


kualitas produk (products judged quality) dengan suatu
huruf, angka, atau kata.
Pada label kerupuk ikan payus yang dicantumkan
sangan sederhana yaitu meliputi komposisi, masa simpan,
berat bersih dan keterangan lainnya seperti label halal.

4. Layanan Pelengkap (Supplementary Services)


Produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau
layanan, baik itu jasa sebagai produk inti (jasa murni)
maupun jasa sebagai pelengkap. Produk inti umumnya
sangat bervariasi antara tipe bisnis yang satu dengan tipe
yang

lain,

tetapi

layanan

pelengkapnya

mempunyai

kesamaan.
Layanan pelengkap yang dimiliki hasna prosuk ridak
terlalu lengkap, karena Informasi yang dimiliki, misalnya
jalan/arah menuju tempat produsen, jadwal atau skedul
penyampaian produk/jasa, harga, intruksi mengenai cara
menggunakan produk inti atau pelayanan pelengkap,
peringatan

(warning),

pemberitahuan
konfirmasi

kondisi

adanya

reservasi,

penjualan/layanan,

perubahan,

rekapitulasi

dokumentasi,

rekening

belum

sepenuhnya di berikan oleh hasna produk sehingga para


konsumen sedikit banyak kesulitan dalam menggunakan

11

layanan tersebut yang seharusnya ada dalam setiap


produsen.
5. Jaminan (Garansi)
Jaminan adalah janji

yang

merupakan

kewajiban

produsen atau produknya kepada konsumen, diman para


konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak
bisa

berfungsi

sebagaimana

yang

diharapkan

dan

dijanjikan.
Untuk garansi yang ada di hasna produk (makanan)
hanya memberikan garansi jika produk kerupuk payus
sebelum dibeli banyak yang mengalami kerusakan maka
dijamin maka keruouk ikan payus diganti dengan yang
tidak rusak. Akan tetapi memang secara umum pada
produk makanan untuk jaminan makanan tidak terlalu
ditetankan kerana bersifat produk sekali habis (tidak tahan
lama).
2.7 Distribusi Produk
Kerupuk ikan milik Hj. Hasnah dipasarkan dengan cara berkeliling
disekitar kantor dan SD/SMP yang berada di pontang, selain itu juga ibu
Hj. Hasnah sudah memiliki konsumen teteap yang datang langsung
ketempat produksi pembuatan produk kerupuk ikan, dan ibu Hj. Hasnah
juga menerima pesanan dengan melalui cara pesan-antar atau yang lebih
dikenal dengan delivery.
2.8 Produk Lifecycle
Dewasa ini terdapat persaingan yang semikin tajam dalam
pemasaran produk, baik yang termasuk dalam barang konsumsi maupun
barang industri dan jasa. Persaingan ini terutama terdapat dalam kondisi
pasar pembeli, dimana pembeli yang mempunyai peranan yang dominan di
pasar, dalam hal ini pembeli dianggap raja,yang harus dipenuhi dan
dilayani kepuasannya atas barang atau jasa yang dibelinya, dengan

12

menekankan pada pemberian kepuasan kapada konsumen atas barang atau


jasa yang dipasarkan, maka terdapat pergeseran atas konsep pendekatan
dalam pemasaran produk,yaitu dari konsep penjualan menjadi konsep
pemasaran.konsep pemasaran menekankan orientasinya pada pemberian
kepuasan kepada konsumen malalui strategi pamasaran terpadu agar
tujuan perusahaan mandapatkan keuntungan jangka panjang dapat
tercapai.sedangkan

konsep

penjualan

menekankan

pada

orientasi

kepentingan penjual atau produsen agar target penjualan dapat tercapai


melalui kegiatan penjualan dan promosi produk (Kotler 1993).
Sehingga tujuan perusahaan untuk mandapatkan keuntungan jangka
pendek dapat tercapai. Oleh karena dalam pemasaran produk pada akhirakhir ini peranan konsep pemasaran semakin penting, maka setiap
produsen atau pengusaha akan mencari strategi pemsaran yang tepat bagi
produknya, sehingga sasaran pasar dan tujuan bidang pemasarannya dapat
tercapai. Dalam rangka ini perlu diperhatikan salah satu faktor yang
penting bagi keberhasilan strategi pemasaran yang dijalankan adalah
tahapan kehidupan usaha (Product Life Cycle) Sehubungan dengan hal
tersebut diatas, Hasnah Produk, Domas, Kota Serang harus dapat
memperhatikan langkah-langkah strategis dalam evaluasi produk yaitu
melakukan kajian tentang perkembangan pemasaran dengan melakukan
analisis Daur Hidup Product (Product Life Cycle) karena dengan lemahnya
konsep bauran pemasaran akan mengurangi volume penjualan perusahaan
dimasa akan datang (Keleinsteuber 2002).
Dalam melakukan ekspansi usaha Hasnah Produk, Domas, Kota
Serang menyadari belum optimalnya implementasi sistem pemasaran
terutama yang berkaitan dengan konsep Daur Hidup Product (Product Life
Cycle) dan strategi fokus produk pada perusahaan. Daur Hidup Product
(Product Life Cycle) merupakan konsep dalam mengevaluasi dan
menganalisis secara langsung permintaan stock baik eksport maupun
lokal. Berdasarkan hal ini maka penulis melakukan studi tentang Analisis
Siklus Daur Hidup Produk di Hasnah Produk, Domas, Kota Serang.
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan didepan, maka

13

masalah penelitian adalah Bagaimanakah Siklus Daur Hidup Produk


Hasnah Produk, Domas, Kota Serang.
Konsep pemasaran menekankan orientasinya pada pemberian
kepuasan kepada konsumen melalui strategi pemasaran terpadu agar
tujuan perusahaan mendapatkan keuntungan jangka dapat tercapai.
Sedangkan konsep penjualan menekankan pada orientasi kepentingan
penjual atau produsen agar target penjualan dapat tercapai melalui
kegiatan penjualan dan promosi produk, sehingga tujuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek dapat tercapai. Setiap perusahaan
akan mencari strategi pemasaran yang tepat bagi produknya, sehingga
sasaran pasar dan tujuan bidang pemasarannya dapat tercapai. Dalam
rangka ini perlu diperhatiakan salah satu faktor yang penting bagi
keberhasilan strategi pemasaran yang dijalankan adalah tahapan kehidupan
usaha produk (Product Life Cycle) (Abidin 2016).
Menurut (Assauri 2004 : 289) Siklus daur hidup produk ada empat
tahapan, yaitu : tahapan pengenalan (introduction), tahap pengembangan
(growth), tahapan pematangan (maturity), dan tahapan penurunan
1

(decline).
Tahap Perkenalan (Introduction)
Pada tahap ini produk baru diperkenalkan di pasar biasanya biaya
yang dikeluarkan cukup tinggi terutama biaya periklanan sedang volume
penjualan masih kecil. Promosi pada tahap ini memegang peranan yang
sangat penting, yang pada hakekatnya promosi dilaksanakan dengan
berorientasi penjualan. Tahap penjualan suatu produk menunjukan ciri-ciri
dimana tingkat keuntungan belum begitu nampak hasill penjualan relatif
kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Tahap perkenalan
produk biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan yang baru memulai
kegiatan operasional atau perusahaan yang sudah ada yang menciptakan
atau menjual produk baru.

Tahap Pertumbuhan (Growth)


Tahap pertumbuhan produk yang dimaksudkan yaitu karena produk
sudah mulai dikenal dalam masyarakat sehingga hasil penjualan sudah
mulai meningkat. Perhatian pembeli terhadap produk mulai tumbuh dan
akan mencoba produk apabila cocok dengan selera mereka maka pada
14

kesempatan lain dapat membeli lagi. Dalam tahap ini perusahaan mulai
menikmati keuntungan karena volume penjualan mulai meningkat
sedangkan pengusaha-pengusaha lain mulai melihat bahwa produk tersebut
dapat memberikan keuntungan sehingga mereka juga akan beramai-ramai
mengusahakan barang atau jasa yang identik sama, baik ukuran maupun
kualitas.

Tahap Kedewasaan (Maturity)


Pada tahap kedewasaan produk persaingan sudah mulai semakin tajam
dimana sudah terdapat beberapa perusahaan lain yang juga memasarkan
produk yang sama sehingga pernjualan terusahaan tidak dapat ditingkatkan
lagi kecuali perusahaan mengambil langkah yang tepat dalam situasi
tersebut. Kebijaksanaan harga jual dan promosi sangat menentukan dalam
tahap ini, dimana perusahaan dapat menurunkan harga dan melakukan
kegiatan promosi yang lebih agresif tergantung pada kemampuan terusahaan
dan perolehan keuntungan. Hal ini dapat terjadi pada setiap perusahaanperusahaan manufaktur yang semakin lama semakin pula menghadapi
situasi persaingan yang kian meningkat.

Tahap Kemunduran (Decline)


Pada tahap ini jumlah produk yang sama atau serupa meningkat,
masingmasing perusahaan yang bersaing tidak bergerak secara leluasa
karena pembeli mempunyai banyak pilihan. Pemberian potongan harga dan
sejenisnya mulai bermunculan dan kegiatan promosi semakin meningkat.
Adapun volume penjualan pada beberapa perusahaan tidak dapat
berkembang sedang biaya pemasaran semakin meningkat. Karena biaya
pemasaran tidak dapat diimbangi oleh hasil penjualan menyebabkan
keuntungan usaha perusahaan-perusahaan yang bersaing menurun secara
keseluruhan. Pada tahap ini kemunduran ini biasanya sudah dilakukan lagi
pengenalan produk-produk baru. Tahap ini memberikan ciri-ciri yang
kurang menguntungkan. Pembeli sudah tidak memperhatikan lagi produk
yang lama tetapi mereka akan memilih produk yang baru muncul yang
dianggap lebih bermanfaat dari produk lama. Dengan memperhatikan daur

15

kehidupan produk maka suatu perusahaan menyusun strategi kombinasi


produk atau kebijakan produk baru dalam peranannya menghasilkan
keuntungan meningkatkan volume penjualan atau perencanaan produk
harapan masa mendatang
Berdasarkan uraian di atas bahwa pengukuran yang dilakukan oleh
penulis yakni dengan melihat produksi yang dihasilkan oleh industri
rumahan yang kami tuju. Ada sembilan jenis produk yang dihasilkan oleh
Hasnah Produk, Domas, Kota Serang. Tetapi kami hanya melakukan analisis
daur hidup produk kerupuk ikan payus, berikut hasil survei dan wawancara
dengan pemilik usaha, yang kami tampilkan dalam bentuk grafik daur hidup
Hasnah Produk, Domas, Kota Serang :
Daur Hidup "Hasnah Produk"
20000
15000
15000
Jumlah Produksi (gram) 10000
5000
5000
2005

6000

8000

10000

2008

2011

2014

2016

Tahun Poduksi

Grafik daur hidup Hasnah Produk, Domas, Kota Serang saat ini
berada pada tahap pertumbuhan pada tahun 2016. Produksi kerupuk ikan
dilakukan setiap hari jika produk olahan bontot tidak habis maka produk
kerupuk ikan menjadi turunan dari bontot. Produk kerupuk ikan sudah
meningkatkan jumlah produksinya menjadi 15 kg / 1 hari dari tahun
pertama memulai usaha hanya 5 kg ikan payus. Dimana produk sudah
mulai dikenal dalam masyarakat sehingga hasil penjualan sudah mulai
meningkat. Perhatian pembeli terhadap produk mulai tumbuh dan akan
mencoba produk apabila cocok dengan selera mereka maka pada
kesempatan lain dapat membeli lagi. Dalam tahap ini perusahaan mulai
menikmati keuntungan karena volume penjualan mulai meningkat
sedangkan pengusaha-pengusaha lain mulai melihat bahwa produk

16

tersebut dapat memberikan keuntungan sehingga mereka juga akan


beramai-ramai mengusahakan barang atau jasa yang identik sama, baik
ukuran maupun kualitas.
2.9 Analisis Swot
Strength/ Kekuatan
Ikan payus yang merupakan bahan baku utama pembuatan memiliki
kandungan protein dan omega yang cukup tinggi, bahan baku mudah
didapatkan dari petani-petani ikan sekitar tempat olahan produk, memiliki
lingkungan yang mudah dijangkau oleh konsumen, hamper sebagian besar
masyarakat setempat mengenal pemilik tempat olahan dan mengetahui
hasil olahan produknya.
Weakness/ Kelemahan
Penggunaan alat yang masih sangat sederhana menghambat hasil produksi,
tempat pengolahan yang jauh dari kebersihan dapat mempengaruhi mutu
produk, bentuk pengemasan yang kurang menarik daya minat konsumen,
kurangnyapenyebaran informasi yang dapat diperoleh oleh konsumen
diluar kota atau kabupaten Serang, produksi pemasaran masih dalam
lingkup kota atau kabupaten serang, produksi penjualan hanya
memanfaatkan konsumen yang datang langsung ketempat produksi, daya
simpan produk dalam waktu yang tidak lama.
Opportunities/Kesempatan
Semakinbanyak konsumen yang datang langsung ketempat pengolahan
semakin membuka peluang pasar yang cukup luas untuk berkembangnya
usaha pengolahan kerupuk ikan dimasa yang akan datang, penjualan
kerupuk yang konstan mampu mempertahankan konsumen untuk membeli
produk, mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Threats/Ancaman
Kondisi cuaca yang terkadang tidak menentu dapat menghambat produksi
produk, perubahan musim dapat mempengaruhi harga bahan baku dari
petani ikan yang ada, lemahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam
informasi dan teknologi, konsumen yang menginginkan harga terjangkau
namun kualitas menjanjikan, fluktuasi BBM juga dapat mempengaruhi
17

harga produk yang menyebabkan harga bahan-bahan lainnya mengalami


kenaikkan harga, dalam lingkungan tempat pengolahan produk terdapat
beberapa rumah yang menghasilkan produk kerupuk ikan.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerupuk ikan yaitu makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung
tapioka dicampur bahan ikan dan dibuat dengan cara pengukusan adonan
sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan
digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Salah satu produk
diversifikasi ini memanfaatkan ikan payus dikarenakan ikan payus yang
dianggap hama bagi sebagian petani ikan bandeng di tambaknya
dikarenakan ikan payus sering memangsa nener (anakkan) ikan bandeng,
sehingga ikan payus merupakan salah satu hasil ikutan budidaya ikan
bandeng. Ikan payus memiliki kandungan protein dan omega 3 yang
cukup tinggi sehingga mampu membantu peningkatan kesehatan
masyarakat bila mengkonsumsinya, seperti kandungan omega 3 yang
memiliki manfaat sebagai pencegah penyakit jantung dan kolesterol,
sebagai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta otak usia anak-anak,
oleh sebab itu produk kerupuk ikan payus ini dapat dikatakan sebagai
produk fortifikasi karena pada produk kerupuk ikan yang diproduksi
terdapat tambahan gizi yang berasal dari ikan payus sehingga makanan
yang dikonsumsi memiliki nilai gizi untuk tubuh.

18

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z.A. 2009. Profil Pengolahan dan Diversifikasi Produk Hasil Perikanan di
Provinsi Banten. Bahan Pelatihan Diversifikasi Nilai Tambah Produk
Perikanan. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Untirta. Serang.
Abidin, Z., U. 2016. Analisis Daur Hidup (Product Life Cycle) Produk Ikan Tuna
Olahan (Suatu Penelitian Di Pt. Betel Citra Seyan Gorontalo) Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Volume 7. No.3.
ISSN 1693- 9034
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press
Buntaran, W., O. P. Astirin, E. Mahojoeno. 2009. Effect of Various Sugar
Solution
Concentration on Characteristics of Dried Candy Tomato
(Lycopersicum esculentum). Journal of Bioscience. Vol. 2, hal 5.
Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Di Tambak Tradisional dan Cara
Penanganannya. Jurnal Oseana. 25(1): 21-30.
Godam. 2012. Isi Kandungan Gizi Kemplang Panggang Komposisi NutrisiBahan
Makanan.http://www.organisasi.org/
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid I.
Yogyakarta.

Liberty.

Haryati S dan A Munandar. 2010. Identifikasi Keragaman Bontot sebagai Upaya


Diversifikasi Produk Perikanan di Desa Domas Kecamatan Pontang
Kabupaten serang Propinsi Banten. Prosiding Seminar Nasional
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II. Jakarta:
Balai Besar Riset Pengolahan dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Haryati S dan Munandar A. 2011. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Payus (Elops
hawaiensis) Sebagai Alternatif Sumber Kalsium Dalam Produk Bontot,
Jurnal Penelitian Universitas Sultan Ageng Titayasa. Hal 117-120.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta : UI-Press.
Kleinsteuber alih bahasa Sutojo Siswanto. 2002. Strategi Manejemen Pemasaran.
Damar Mulia Pustaka Jakarta.
Kotler Philip. 1993. Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan Implementasi
dan Kontrol, Volume I Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta

18

Mustahal. Sakinah Haryati. Suherman. 2013. Aspek Biologi Dan Morfologi Ikan
Payus (Elops Hawaiensis) Dari Perairan Tambak Di Provinsi Banten.
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. 2(2): 99-107.
Myers. 2016. Morphology and Classification Elops Hawaiensis. Diakses pada 10
Oktober 2016.
Putri Dewinta Nuriendnesia, Yunita Eka Puspita. 2014. Pembuatan Kerupuk
Panggang Ikan Payus (Elops Hawaiensis) Di Ukm Ikan Payus Makmur
Kelurahan Tambak Langon Kecamatan Asemrowo Surabaya. Jurusan
Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Brawijaya Malang.
Rose Ratnawati. 2013. Eksperimen Pembuatankerupuk Rasa Ikan Banyar Dengan
Bahan Dasar Tepung Komposit Mocaf Dan Tapioka. Skripsi. Jurusan
Teknologi Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Semarang.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan I. Bandung : Binatjipta.
SNI.1999. SNI Kerupuk Ikan No. 01-2173- 1999. Badan Standar Nasional.
Sonyenzellnd Nico , Mustahal, Sakinah Haryati. Studi Mengenai Morfometrik
Dan Meristik Ikan Payus (Elops hawaiensis) Di Wilayah Perairan Utara
Provinsi Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5(1): 5-11.
Weber M dan De Beaufort LF. 1913. The fishes of the Indo Australian Archipelago, Malacopterygii, Myctophoidea, Ostariophysi, I Siluroidea. EJ
Brill. Leiden: 404 pp.

19

LAMPIRAN

Gambar 1. Penyiangan ikan payus

Gambar 2. Pengukusan bontot

Gambar 3. Bontot yang sudah matang

Gambar 4. Pemotongan bontot menjadi


lembaran

Gambar 5. Penjemuran kerupuk ikan

Gambar 6. Setelah penjemuran

20

Gambar 7. Kerupuk ikan yang sudah


dikemas

Gambar 8. Rumah Produksi Hj.Hasnah

Gambar 9. Kondisi rumah produksi

Gambar 10. Kondisi rumah produksi

Gambar 11. Kondisi rumah produksi

Gambar 12. Karyawati dirumah


produksi

Gambar 13. Foto bersama Hj.Hasnah

21

Anda mungkin juga menyukai