Anda di halaman 1dari 7

Proses pembuatan telur asin

Nama : Aperius Lafau


Kelas : XI tkj 2
MApel : pkk

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuknya
kami dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan tugas yang diamanahkan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan secara tuntas.

Harapan kami, semoga makalah dengan judul “PEMBUATAN TELUR ASIN


MEKANISME TRANSPOR MEMBRAN” ini membantu kami dalam panunjang
penilaian dalam mata pelajaran Biologi (Lintas Minat) ini, agar menjadi lebih
baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para guru, dan teman sekalian untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1.2 Landasan Dasar/Teori

BAB. II METODOLOGI

2.1 Bahan dan Alat

2.2 Cara Kerja

BAB. III PENUTUP

3.1 Hasil Pengamatan

3.2 Pembahasan

3.3 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan pembuatan makalah ini


adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui cara pembuatan Telur Asin.

2.      Apa sajakah kandungan gizi dalam Telur Asin.

3.      Untuk mengetahui apakah dengan cara pengasinan itu dapat membuat
awet Telur.

1.2 Landasan Dasar/Teori

Ada beberapa cara pengawetan telur antara lain dengan cara pengasinan atau
penggaraman, dibuat tepung, dan dibuat pindang. Cara yang paling banyak dilakukan
adalah dengan cara pengasinan menggunakan garam yang dicampur dengan batu
bata merah halus. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan abu maupun
perendaman dalam larutan garam. Namun demikian menurut hasil percobaan
maupun pengalaman akan lebih baik jika digunakan menggunakan bata merah.
Memilih telur dapat dilakukan dengan cara pengamatan, peneropongan, dan dapat
juga dimasukkan kedalam air. Bila mengapung maka telur tidak atau kurang baik dan
apabila telur melayang atau tenggelam berarti baik.
Pembuatan telur asin dapat menggunakan telur bebek maupun telur ayam tetapi
yang sering digunakan adalah telur bebek karena selain kulit cangkangnya tebal bila
dibuat telur asin rasanya lebih enak. Sebelum dilakukan pengaweten telur harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel selain untuk menjaga
kebersihan juga untuk membuka pori-porinya. Dengan cara melihat telur yang telah
lama dierami dan hampir menetas. Ternyata didalam telur terdapat mata kehidupan.
Larutan garam mempunyai sifat plasmolisis sehingga dapat menerobos pori-pori
kulit telur dengan tekanan. Telur asin yang baik dapat diamati dengan cara
membelah telur asin yang baik dapat diamati dengan cara membelah telur asin yang
sudah dimasak yaitu kuning telurnya berwarna kecoklatan dan masir.
BAB. II METODOLOGI
2.1 Bahan & Alat

Bahan
 Telur bebek
 Garam
 Batu bata
 Abu gosok
 Air

Alat

 Amplas
 Wadah

2.2 Cara Kerja


1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk).

2. Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan.

3. Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka.

4. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan
perbandingan sama (1:4). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk
bata merah dengan garam.

5. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta.

6. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur,
kira-kira setebal 1-2 mm.

7. Simpan telur dalam wadah selama 6 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di
tempat yang bersih dan terbuka.
BAB. III PENUTUP
3.1 Hasil Pengamatan
-Semakin lama telur yang telah dibalur dengan garam dan abu gosok disimpan,
kadar garamnya akan semakin tinggi. Sehingga telur akan semakin awet tetapi
rasanya akan semakin asam, dikarenakan semakin lama kadar garam dalam
telur akan semakin tinggi.

-Dalam pembuatan telur asin, ada yang menggunakan amplas ada yang tidak.
Amplas seluruh permukaan telur secara merata agar pori porinya terbuka,
sehingga mudah retak atau pecah

-Pemberian abu gosok pada pencapuran adonan telur asin bertujuan agar
garam dapat lebih mudah meresap. Sehingga dalam pembungkusan telur asin
bias lebih merata

-Setelah pemeraman dan perebusan, didapat 14 butir telur asin dengan variasi
ketebalan balutan 1-2 mm adonan yang masing-masing variasi terdiri dari 2
butir telur.

3.2 Pembahasan
Pembuatan telur asin ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan telur. Secara
tradisional telur asin biasanya dibuat dari telur itik dan memiliki daya simpan antara 1-3
minggu. Ketahanan simpan ini dikarenakan kadar garam yang tinggi. Dalam pembuatan telur
asin ini, yang digunakan adalah adonan abu gosok/batu bata dan garam. Garam berfungsi
sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi
kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik
(enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.

Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan
garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok
atau bubuk bata merah Prinsip kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses
pengurangan air dari bahan dengan cara membenamkan bahan   dalam suatu larutan
berkonsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi
osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan
(countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari
larutan ke dalam bahan.
Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air (WL,water loss) dan
penambahan padatan, SG,solid gain). Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan,
terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam
ke dalam telur.

Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit,
menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. NaCl mula-mula akan diubah menjadi
ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai
bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama
dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalam telur,
sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur dibungkus adonan ini harus
disesuaikan dengan selera individu yang akan mengonsumsinya.

Pada proses pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni
satu ion H+ diganti oleh suatu ion Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan
dan jarang berlangsung lengkap. Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H + berasal dari
air. Dengan demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur
menjadi asin.

3.3 Kesimpulan
1. Proses pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi lebih awet.

2. Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara dehidrasi osmosis,  ion Na
didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air , dengan demikian ion Na masuk
kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur menjadi asin.
DAFTAR PUSTAKA

-Di Berandaku, 2013. Makalah Pembuatan Telur Asin, http://berandagustinjuna.blogspot.co.id

-Gendhenks, 2010. PEMBUATAN TELUR ASIN (PENGASINAN TELUR),


https://komputernrecipe.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai