Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL USAHA

ABON IKAN PATIN


“Prima Rasa Ikannya”

Owner :1. Dinda Sri Wahyuni


2. Niken Ayu
3. Nur Asiah
Nama Perusahaan : Ornamental Fish
Bidang Usaha : Kuliner
Jenis Produk : Abon Ikan Patin
PROPOSAL ABON IKAN PATIN
A. DATA PRIBADI PEMILIK USAHA
Nama :
Tempat dan Tgl lahir:
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
Nomor KTP :
No.HP :
Email :

Nama : Niken Ayu


Tempat dan Tgl lahir: Perawang, 16 Juli 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun IV Desa Pongkai, Rt 001/Rw 001
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor KTP : 1401215607990001
No.HP : 0813-7812-3104
Email : niken6091@gmail.com

Nama : Nur Asiah


Tempat dan Tgl lahir: Kuok, 31 Mei 2000
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor KTP : 1401057105000002
No.HP : 0812-7572-1866
Email : nurasiah31mei2000@gmail.com
B. DATA USAHA
Nama Perusahaan : Ornamental Fish
Bidang Usaha : Kuliner
Jenis Produk : Abon Ikan Patin
Lokasi Usaha :
Slogan Usaha : Prima Rasa Ikannya

C. DASAR PEMIKIRAN
Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian.
Sektor pertanian ini akan berperan bagi perkembangan sektor industri, karena sektor pertanian
sebagai pemasok bahan baku ke sektor industri. Menurut Suryana, (2005), efek industri mampu
mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah
rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Agroindustri adalah kegiatan dengan ciri : (a) Meningkatkan nilai tambah, (b) Menghasilkan
produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) Meningkatkan daya simpan,
dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan salah satu sentra produksi perikanan.
Kegiatan perikanan di daerah ini terdiri dari kegiatan budidaya ikan di kolam dan keramba. Ikan
yang dihasilkan di Kabupaten Kampar diantaranya adalah ikan patin. Ikan patin merupakan salah
satu komoditas unggulan ikan air tawar yang mudah dibudidayakan serta mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, nilai protein daging ikan patin
tergolong tinggi mencapai 68,6%, lemak 5,8%, abu 5%, dan air 59,3%. ikan selain kandungan
proteinnya sangat tinggi juga mempunyai nilai biologis yang sangat tinggi yaitu 80 % jaringan
pengikatnya sedikit, umumnya berdaging tebal dan putih sehingga memungkinkan untuk
dijadikan berbagai macam olahan. Ikan yang dimanfaatkan secara komersial umumnya ikan yang
bernilai ekonomis sedangkan sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu desa sentra produksi ikan patin di Kabupaten Kampar adalah Desa Koto
Mesjid. Pada daerah ini terdapat 776 kolam ikan dengan luas 42 hektar, setiap harinya
menghasilkan 3 sampai 4 ton ikan patin segar. Seperti produk perikanan lainnya, ikan patin ini
bersifat perishable yaitu cepat mengalami pembusukan (kerusakan). Kandungan air dalam ikan
yang cukup tinggi menjadikan ikan cepat mengalami proses pembusukan, oleh sebab itu perlu
penanganan berupa pengolahan lebih lanjut (agroindustri). Salah satu produk olahan ikan patin di
daerah ini adalah abon. Diversifikasi produk olahan lainnya adalah bakso, krupuk, sosis,
nugget, empek empek, pudung.
Menurut Karyono dan Wachi dalam Marjodo (2015), abon ikan merupakan produk
olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Abon ikan adalah suatu jenis makanan
kering berbentuk khas yang terbuat dari daging ikan yang direbus, disayat-sayat, dibumbui,
digoreng, dan dipres. Pembuatan abon ikan menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka
penganekaragaman produk perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa
panen.
Pengolahan abon ikan dapat dilakukan dalam skala kecil, sedang, besar, dan dapat
dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam menyediakan lauk pauk sehari-hari. Jenis ikan yang
biasa diolah menjadi abon ikan umumnya ikan pelagis, yaitu ikan cakalang, (Katsuwonus
pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp), tongkol (Euthynus sp) dan lain-lain. Menurut Rahayu
dan Djafar (2001), bahwa abon ikan memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya
luas. Kalangan masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi atas menyukai
abon. Konsumen abon tidak hanya masyarakat kota saja akan tetapi masyarakat desa pun
menyukainya. Di Desa Koto Mesjid agroindustri yang potensial untuk dikembangkan pada saat
ini adalah agroindustri perikanan. Walaupun di desa ini sudah terdapat pengolahan ikan patin,
namun pemanfaatannya belum optimal dimana umumnya ikan banyak masih dijual dalam
keadaan segar sehingga jangkauan pasar terbatas. Untuk memperluas pasar maka
pengolahan/agroindustri perikanan perlu dikembangkan. Diantaranya dengan melakukan
diversifikasi pengolahan daging ikan patin menjadi berbagai produk olahan, seperti ikan salai,
abon, Kerupuk, fillet dan nuget, dan bentuk lainnya. Keberadaan agroindustri ini merupakan
salah satu solusi dalam pengembangan produk perikanan, karena akan memberikan nilai tambah
ikan itu sendiri, sehingga pendapatan petani akan meningkat, yang pada gilirannya akan
meningkatkan perekonomian daerah.
D. TUJUAN

1. Menciptakan lapangan kerja sendiri


2. Memiliki penghasilan sendiri
3. Menciptakan inovasi kuliner baru
4. Mengurangi tingkat pengangguran minimal untuk kalangan ibu rumah tangga (IRT)
5. Mencipkatan sumber daya manusi yang kreatif dan berjiwa kewirausahaan

E. PASAR DAN STRATEGI PEMASARAN


Strategi pemasaran produk olahan ikan dapat terlebih dahulu dilakukan pelatihan
kegiatan pemasaran yang dilakukan dengan:

1. Menetapkan strategi pemasaran dan membuat target bisnis, kegiatan ini dilakukan dengan
penentuan strategi pemasaran yang hendak dilakukan berdasarkan produk olahan yang
hendak dipasarkan. Strategi pemasaran yang digunakan apabila produsen terkendala
dengan penggunaan teknologi informasi dapat dilakukan dengan pemasaran secara offline
dari mulut ke mulut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan produk.
2. Strategi pemasaran produk olahan ikan mencakup tiga strategi yaitu a) segmentasi pasar
berdasarkan faktor geografis meliputi segmen dalam daerah dan luar daerah Desa b)
targeting meliputi seluruh segmen pasar (Full Market Coverage), dan c) Positioning
yaitu pemasok berusaha memenuhi permintaan produk olahan ikan pada setiap segmen
dan membangun image kepada konsumen, bahwa produk olahan ikan berasal dari Desa
Sendang mempunyai rasa enak yang berbahan baku ikan segar.
3. Promosi secara online dan Promosi secara online merupakan promosi yang
memanfaatkan media online seperti sosial media, dan sebagainya hingga produk sampai
ke konsumen. Sedangkan promosi secara offline seperti menggunakan media cetak
seperti spanduk,benner, neon box dan media lainnya, sehingga produk dapat dikenal oleh
masyarakat (Ulfa dkk, 2020).
4. Memperhatikan kemasan dan label. Dalam mendesain sebuah kemasan, hendaklah dibuat
dengan bentuk, warna, dan tulisan yang menarik dan unik sehingga tampak berbeda
dengan yang lainnya. Kemasan yang unik akan mencuri perhatian konsumen dan
kemudian akan mempertimbangkannya untuk membelinya. Selain itu, pemberian label
pada kemasan juga harus diperhatikan. Label pada kemasan memberikan informasi
produk yang sebenarnya (Warni, 2015).
5. Bermitra dengan mini market, toko klontong, tokok oleh-oleh dan menerima pesanan.

Selain itu, ada beberapa bentuk pemasaran digital yang bisa dilakukan untuk dapat melakukan
untuk memasarkan produk, yaitu antara lain :

1. Publikasi video dan foto produk di akun sosial media secara intensif
2. Membuat video produk pemasaran yang ditayangkan melalui sosial media atau
melakukan live promosi produk. Strategi ini jika dilakukan dengan benar akan
berpengaruh positif terhadap bisnis
3. Melibatkan konsumen dalam pemilihan produk, melakukan edukasi dan pengenalan
terhadap kualitas produk secara intensif di akun media sosial dan menggunakan kata-kata
kreatif serta menggunakan hastag (#) agar lebih mudah ditemukan konsumen. Dengan hal
ini diharapkan dapat terbentuk kesadaran merek dan dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen (Hardilawati, 2020).

H. PROSES PENGOLAHAN

Pengolahan abon membutuhkan bahan baku dan bahan penunjang. Bahan baku berupa ikan
patin tersedia didaerah tersebut dan mencukupi untuk pengolahan secara kontinue, begitu juga
dengan bahan penunjang bisa didapat dipasar terdekat di daerah tersebut. Menurut Karyono dan
Wachi dalam Ahsan Mardjudo (2015) , abon ikan merupakan produk olahan yang sudah cukup
dikenal luas oleh masyarakat. Abon ikan adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang
terbuat dari daging ikan yang direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng, dan dipres. Pembuatan
abon ikan menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk perikanan
dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen. Ikan patin (pangasius
hypopthalmus) termasuk dalam keluarga cat fish, memiliki daging yang lebih putih, tekstur
sedikit lembek, berdaging dan tidak terlalu banyak duri. Oleh sebab itu ikan patin ini banyak
diolah menjadi berbagai produk olahan.
Pada pembuatan abon, setelah bahan baku dan peralatan disiapkan, maka dilanjutkan
dengan proses pengolahan abon ikan dengan langkah-langkah sebagai berikut : ikan patin segar
terlebih dahulu dibersihkan, pisahkan kulit dan kepala ikan dengan daging, dikukus, pisahkan
daging dengan tulang, daging ikan digiling(glinder), ditambah bahan penunjang berupa bumbu-
bumbu yang sudah dihaluskan, digoreng, keringkan, dikemas, diberi label dan siap dipasarkan.
Untuk lebih jelasnya pengolahan ikan patin menjadi abon dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini

Ikan patin segar Pencucian Kepala dan


kulit

Pengukusan

Penghalusan bumbu -
bumbu (bahan Pemisahan Tulang
penunjang) ( pencabikan daging )

Pencampuran dan
Penggilingan

Penggorengan

Pengeringan
dengan spiner

Pengemasan,
pelabelan dan
siap dipasarkan

Gambar Skema Proses Pengolahan Abon Ikan Patin


G. BIAYA PRODUKSI DAN KEBUTUHAN MODAL
Biaya produksi atau biaya manufaktur merupakan biaya atau pengeluaran yang
dibebankan terkait dengan proses produksi. Biaya produksi ini dapat terdiri dari biaya
bahan-bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan proses
produksi. Biaya produksi abon ikan patin dengan bahan baku sebanyak 50 kg ikan patin
dapat dilihat sebagai berikut yang tersedia dalam bentuk tabel
No Komponen Jumlah Harga Satuan Jumlah biaya
Biaya (kg/buah)
1 Ikan patin 50kg Rp. 20.000 Rp. 1.000.000
2 Gula 4kg Rp. 10.000 Rp. 40.000
3 Garam 260gr Rp. 2.000 Rp. 100
4 Bumbu 4kg Rp. 15.000 Rp. 60.000
5 Alumunium 200 buah Rp. 1.000 Rp. 200.000
voil
6 Inner carton 200 buah Rp. 2.000 Rp. 400.000
7 Master carton 4 Rp. 4.000 Rp. 16.000
Jumlah Rp. 1.886.100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan biaya produksi abon ikan patin dari
beberapa komponen sebanyak Rp.1.886.100. Pada penyedian bahan baku ikan patin
sebanyak 50 kg akan menurun menjadi 20 kg karena telah mengalami proses penyiangan
dan penggilingan daging akan diproses dengan penambahan gula sebanyak 4 kg, garam
sebanyak 260 gram, bumbu-bumbu 4 kg, selain itu ada biaya pada pengemasan seperti
alumunium voil sebanyak 200 buah dan kardus 200 buah karena hasil akhir dari abon ikan
patin menjadi 16 kg dan setelah dikemas sebanyak 80 gram akan menjadi 4 karton dalam 1
karton berisi 48 bungkus abon ikan patin. Harga 1 bungkus abon ikan patin dalam kemasan
80 gram diberi harga dijual dipasar Rp. 20.000,- dan harga yang diberikan kepada
distribusi Rp. 15.000,-. Dari Biaya produksi Rp.1.886.100,- dihasilkan volume produk
sebanyak 16 kg. Sementara volume atau Berat 1 buah inner carton adalah 80 g, sehingga
dihasilkan 200 buah inner carton. Harga 1 buah inner carton adalah Rp. 15.000,-. Dengan
begitu hasil penjualan diperoleh sebesar 200 buah inner carton x Rp. 15.000,-. = Rp.
3.000.000,-. Sehingga dengan begitu laba atau keuntungan kotor adalah Rp. 3.000.000 -
Rp.1.886.100,- = Rp. 1.113.900,-.

Anda mungkin juga menyukai