Anda di halaman 1dari 9

KEBERLANJUTAN BUDIDAYA

IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)


UNTUK BIOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI
MASYARAKAT SULAWESI UTARA

Disusun oleh:
Aulia Putri Apsari 20210250002

PROGRAM PEMBELAJARAN ILMU PERIKANAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2022
Ikan cakalang merupakan hasil perikanan jenis pelagis. Ikan
cakalang berukuran sedang dari familia Scombridae (tuna) adalah satu-
satunya spesies dari genus Katsuwonus (Suara et al. 2014). Ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumberdaya ikan ekonomis
penting yang dihasilkan dari perairan Indonesia, baik sebagai komoditas
ekspor maupun sebagai konsumsi dalam negeri (Tumonda et al. 2017).
Ikan cakalang hidup bergerombol dalam kawanan yang sangat
besar. Satu kawanan ikan ini dapat mencapai jumlah lebih 50.000 ekor
ikan. Mereka memangsa berbagai jenis ikan dan hewan laut. Seperti hiu,
ikan cakalang juga termasuk predator tertinggi di lautan.
Ikan cakalang memiliki segudang gizi dan manfaat. Kandungan
omega 3 dan protein yang kaya di pada dagingnya menjadikan ikan ini
sangat diminati negara tujuan ekspor. Peminat ikan kebanyakan berasal
dari kalangan menengah ke atas. Adapun beberapa manfaat ikan
cakalang, sebagai berikut:
1. Mencegah Anemia
Kandungan vitamin B12 di dalam ikan cakalang dapat membantu untuk
mencegah gejala anemia, seperti rasa lelah yang ekstrem, otot menjadi
lemah, dan penglihatan terganggu
2. Menjaga Kesehatan Jantung
Cakalang kaya akan DHA, omega 3 dan EPA. Unsur tersebut adalah
nutrisi yang biasanya terdapat pada suplemen dengan kandungan
trigliserida. Fungsinya adalah untuk membantu mengurangi risiko
penyakit jantung.
3. Menyeimbangkan Kadar Gula Darah
Asam lemak omega 3 dan karbohidrat sangat baik untuk menjaga dan
menyeimbangkan kadar gula di dalam darah. Cakalang juga memiliki
kedua nutrisi tersebut, sehingga sangat baik untuk mengonsumsi ikan
cakalang apabila ingin menyeimbangkan kadar gula di dalam darah.
4. Mencegah Demensia
Omega 3 juga berfungsi mengatasi peradangan pada tingkat sel, sehingga
sangat baik untuk menurunkan risiko terkena gangguan demensia.
Cakalang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi pasien yang mengalami
cedera otak atau stroke.
5. Kaya Protein
Seperti halnya ikan tuna, cakalang merupakan sumber protein yang
lengkap. Protein lengkap sangat baik untuk menjaga jaringan di dalam
tubuh, membentuk hormon, kolagen, enzim, dan antibodi yang baik bagi
tubuh.
Cakalang adalah satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus
dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Actinopterygii
Ordo Perciformes
Famili Skombride
Genus Katsuwonus
Spesies Katsuwonus pelamis
Karena ikan cakalang menjadi jenis ikan dengan nilai komersial
tinggi, maka ikan cakalang juga banyak dibudidayakan. Bahkan cakalang
juga menjadi salah satu ikan sumber devisa bagi Indonesia. Tidak hanya
bagi negara tetapi ikan cakalang juga mampu membangkitkan ekonomi
daerah pembudidaya seperti hal-nya di Sulawesi Utara.
ASPEK BIOLOGI
Penelitian aspek biologi suatu spesies ikan penting dilakukan
sebagai pengetahuan dasar yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumber
daya.
Sumberdaya ikan cakalang tersebar cukup luas di perairan
Indonesia. Total hasil tangkapan ikan pelagis besar di Indonesia tahun
2005-2014, didominasi oleh cakalang sebesar 29,6%, sisanya berupa ikan
tongkol komo (12,4%), tongkol krai (12,3%), madidihang (11,6%),
tongkol abu-abu (8,7%), serta ikan pelagis besar lainnya sekitar 15%
(Anonimus, 2015). Untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan cakalang
diperlukan strategi pengelolaan salah satunya dari aspek biologi.
Cakalang mempunyai sifat pemijahan asynchronous, dimana
dalam satu irisan gonad terdapat beberapa ukuran oosit. Keadaan ini
seperti yang terjadi pada ikan tuna sirip kuning yang tertangkap di
Pelabuhan Benoa – Bali (Andamari et al., 2012; Faizah & Prisantoso,
2010). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Matsumoto et al. (1984) yang menyatakan bahwa cakalang melakukan
pemijahan sepanjang tahun dan telur dikeluarkan secara bertahap dalam
waktu yang panjang (partial spawner) (Effendie, 2002).
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga
keberlangsungan ikan cakalang berdasarkan aspek biologi:
1. Menangkap ikan berdasarkan ukuran layak tangkap
 Keberlanjutan perikanan tangkap sebaiknya didukung oleh
peraturan yang menetapkan ukuran ikan yang layak tangkap.

 Salah satu kriteria ikan layak ditangkap adalah memiliki


panjang yang lebih besar dari panjang pertama kali ikan matang
gonad (length at first maturity, Lm). Berdasarkan nilai Lm
dapat diketahui bahwa ukuran ikan layak tangkap di zona Utara
dan Tengah >465–619 mm, sedangkan ukuran ikan layak
tangkap di zona Selatan >465–649 mm.
 Kelompok cakalang yang layak tangkap dizona Utara
umumnya terdapat pada April hingga Desember, di zona
Tengah pada Februari hingga Desember sedangkan di zona
selatan pada Maret hingga Desember.

ASPEK SOSIAL
Aspek sosial merupakan hasil aktivitas hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.
Ikan cakalang merupakan produk andalan Provinsi Sulawesi Utara
yang bernilai ekonomis tinggi. Dikatakan demikian karena spesies ikan
ini digunakan sebagai bahan baku oleh berbagai jenis industri pengolahan
seperti cakalang fufu, ikan kayu, ikan kaleng, abon cakalang, dan masih
banyak lagi produk olahan yang menggunakan ikan cakalang sebagai
bahan baku.
Untuk mengolah berbagai produk tersebut memerlukan pula
investasi untuk membangun kapal, pabrik pengolahan, pabrik es, gudang
beku dan lembaga pemasaran. Kegiatan investasi tersebut pada akhirnya
menyerap banyak tenaga kerja sehingga banyak orang beroleh
pendapatan yang pada gilirannya mendorong perekonomian makro
regional bergerak maju dan berkembang pesat.
1. Menyerap Tenaga Kerja
Tersedianya lapangan kerja baru untuk mengatasi
peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target
yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya
tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan
ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada
sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi,
infrastruktur maupun industri pengolahan.
2. Industri Penangkapan
Sebagian warga wilayah pesisir Kota Bitung memiliki
pekerjaan sebagai nelayan. Industri penangkapan sangat berperan
penting dalam menghasilkan suatu barang dan jasa. Sehingga
tenaga kerja yang diserap pada industry penangkapan sangat
banyak, khususnya kapal penangkap ikan yaitu huhate (pole and
line) dan pukat cincin (purse seine). Pada tahun 2011 jumlah kapal
huhate (pole and line) sebanyak 40 unit jumlah tenaga kerja 625
jiwa, dan kapal penangkap pukat cincin (purse seine) berjumlah
152 unit dengan jumlah tenaga kerja 1.300 jiwa yang tersebar di
seluruh Kota Bitung.

3. Industri Pengolahan
Industri pengolahan ikan cakalang sangat berperan dalam
pembangunan perekonomian Kota Bitung.

ASPEK EKONOMI

Aspek Ekonomi adalah aspek geografi social yang berkaitan


dengan hal-hal ekonomis. Aspek Ekonomi itu sendiri membahas
tentang bagaimana perusahaan berkembang yang tentunya
impactnya positif terhadap pendapatan yang diperoleh.

Secara ekonomis ikan cakalang memberikan kontribusi


besar yang ditunjukan oleh sebagian besar masyarakat pesisir
memiliki pekerjaan sebagai nelayan baik pada usaha penangkapan,
pengolahan, perdagangan dan industri penunjang. Keadaan ini
dapat dilihat jelas di Provinsi Sulawesi Utara khususnya di wilayah
administrasi Kota Bitung.

Ikan cakalang juga tercatat sebagai komoditi ekspor baik


dalam bentuk segar, beku maupun olahan. Dari kegiatan ekspor
tersebut negara Indonesia khususnya Sulawesi Utara mendapat
tambahan devisa yang penting bagi keseimbangan neraca
perdagangan luar negeri. Devisa yang masuk ke Sulawesi Utara
akan menyebabkan peningkatan kesejahteraan penduduk.

Adapun pemasaran yang dilakukan oleh nelayan di kota


Bitung. Hasil tangkapan nelayan khususnya ikan cakalang
didaratkan ke TPI. Semua ikan yang terkumpul dilelang kemudian
pedagang besar membeli ikan dan disalurkan ke pedagang
pengecer, kemudian diteruskan ke konsumen. Adapun sebagian
hasil tangkapan ikan langsung dijual ke perusahaan perikanan,
diolah menjadi ikan olahan seperti ikan kaleng, ikan beku, ikan
kayu dan ikan asap. Umumnya ikan olahan akan diekspor.

Pemasaran hasil perikanan di Kota Bitung berupa produk


ikan segar dan produk beku. Daerah tujuan pemasaran meliputi
wilayah sekitar Kota Bitung (pasar tradisional/modern), maupun
luar pulau dan eksport. Hasil perikanan ke luar negeri dilakukan
oleh pengusaha perikanan yang ada di Kota Bitung, dengan tujuan
ekspor yaitu Jepang, Jerman, Inggris, Belanda, Amerika, Eropa,
Korea, Cina, Taiwan, Slovenia, Filipina, Kuwait, Afrika dan
Denmark.

KESIMPULAN
Nilai ekonomis ikan cakalang juga dapat terbaca dari nilai
produksi sekitar 2.9 trilyun rupiah pada tahun 2011 yaitu nilai dari
47.288,9 ton ikan cakalang sedangkan pada tahun 2019 mencapai
10,8 trilliyun rupiah. Pemasaran ikan cakalang mendominasi
kegiatan perdagangan di kota Bitung dimana 15,647 jiwa atau 20%
dari jumlah penduduk bekerja di sector ini. Hasil perikanan
khususnya ikan cakalang memiliki nilai eksport yang tinggi.

SARAN
Melihat beberapa penjelasan diatas berdasarkan aspek
biologi, social dan ekonomi, hal yang dapat kita lakukan untuk
menghindari punahnya ikan cakalang yang terus di eksploitasi,
tanpa adanya pemulihan, dapat berbahaya bagi kelangsungan
ekosistem laut. Atau dengan kata lain, Meskipun sumberdaya
perikanan tersebut dapat pulih (renewable resources) namun
tingkat kecepatan pemulihannya dapat saja tidak seimbang dengan
laju pemanfaatan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk
menghindari punahnya ikan cakalang, yaitu:
1) Menangkap sesuai kelayakan ukuran
Hal ini dimaksudkan agar para nelayan menangkap ikan
yang sudah dewasa dan bukan ikan ikan kecil atau dalam
artian masih pertumbuhan jangan ditangkap.

2) Menangkap ikan yang sudah matang gonad


Ikan yang tertangkap sebelum matang gonad, diduga ikan
tersebut belum sempat memijah sehingga hal ini akan
mempengaruhi rekruitmen di daerah penangkapan tersebut.
Sehingga kedepannya akan lebih susah menangkap ikan
cakalang, karena tidak ada benih ikan cakalang di alam.
Yang disebabkan ikan yang belum memijah atau belum
matang gonad tidak sempat memijah sehingga tidak dapat
menghasilkan benih ikan cakalang.

3) Menggunakan alat tangkap yang sesuai


Alat tangkap perikanan sangat beragam, bahkan ada yang
dapat membahayakan ekosistem laut. Untuk ikan cakalang
alat tangkap yang sesuai adalah dengan menggunakan pukat
cincin dan huhate. Dengan menggunakan alat tangkap yang
sesuai kita dapat melestarikan lingkungan dan juga kita tidak
merugikan ekosistem laut.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Irwan jatmika, H. h. (2015). Biologi reproduksi ikan cakalang (katsuwonus pelamis) di
samudera hindia bagian timur . Denpasar: Bawal vol.7.

Keren W Lumi, E. M. (2013). Nilai ekonomi sumberdaya perikanan di sulawesi utara (studi
kasus ikan cakalang, katsuwonus pelamis). jurnal ilmiah platax vol, 1-2.

Muhammad jamal, M. F. (2011). Pemanfaatan data biologi ikan cakalang (katsuwonus


pelamis) dalam rangka pengelolaan perikanan bertanggung jawab di perairan teluk
bone . Bogor : Jurnal natur Indonesia (14)1.

Anda mungkin juga menyukai