Anda di halaman 1dari 5

187

Teknologi budidaya ikan bandeng ... (Nur

Ansari Rangka)

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI


SELATAN
Nur Ansari Rangka dan Andi Indra Jaya Asaad
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi
Selatan 90512 E-mail: litkanta@indosat.net.id

ABSTRAK
Budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak telah berkembang secara pesat
hampir di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan perairan payau atau pasang
surut. Aplikasi teknologi budidaya bandeng meliputi teknologi budidaya secara
tradisional hingga intensif. Berbagai opsi budidaya bandeng dapat dilakukan di Keramba
Jaring Apung (KJA) dengan memanfaatkan sifat biologis ikan bandeng yang didromus dan
budidaya di tambak air payau yang dapat dikombinasikan dengan komoditas lainnya
(polikultur). Penentuan lokasi tambak perlu didukung dengan memperhatikan aspek
teknis dan non teknis. Studi kasus pada beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan
menunjukkan prospek dan perkembangan budidaya bandeng yang meningkat dan menjadi
sumber ekonomi bagi masyarakat petambak. Berdasarkan perhitungan ekonomi usaha
budidaya bandeng konsumsi di tambak selama satu tahun per hektar, maka estimasi
laba bersih yang diperoleh adalah sekitar Rp 100.526.850,-.
KATA KUNCI:

budidaya bandeng, tambak, Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN
Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha diversifikasi
budidaya yang tahan terhadap perubahan lingkungan guna mempertahankan
produktivitas tambak. Sebagai salah satu pengganti komoditas udang windu,
bandeng
memiliki
beberapa
keunggulan
antara
lain
mudah
dalam
pemeliharaannya,
tidak
rentan
terhadap
serangan
penyakit.
Untuk
keberhasilan dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara tradisional
dapat di perhatikan beberapa aspek antara lain: pemilihan lokasi, persiapan
tambak, penebaran nener, pemberian pakan, dan pengaturan air. Bandeng
memiliki keunggulan komparatif dan strategis dibandingkan dengan komoditas
perikanan lain di tambak karena:
Teknologi pembenihan dan pembesarannya telah dikuasai dan berkembang di
masyarakat,
Kebutuhan prasyarat kurang memerlukan kriteria kelayakan yang tinggi dan
toleran terhadap perubahan kualitas lingkungan
Preferensi masyarakat untuk mengkomsumsi bandeng cukup tinggi
Sumber protein ikan yang potensial bagi pemenuhan gizi masyarakat.
Kegiatan budidaya bandeng di tambak pada umumnya mencakup dua tahapan
kegiatan, yaitu pendederan dan pembesaran baik untuk umpan maupun
komsumsi. Pada tiap tahapan diperlukan berbagai upaya persiapan seperti
pemberantasan hama, pengolahan tanah dasar, dan perbaikan pematang.
Kelalaian pada persiapan tambak dapat menurunkan hasil panen. Tulisan ini
menguraikan tentang pendederan, produksi, dan analisis usaha budidaya bandeng
intensif di tambak. Ikan Bandeng termasuk jenis ikan yang sudah menjadi
komoditas utama dalam budidaya di tambak air payau di Sulawesi Selatan. Jenis
ikan ini dipilih karena komoditas unggulan yang biasa dibudidayakan di tambak
seperti udang windu sering mendapatkan masalah yang mengakibatkan kematian
massal dan kerugian bagi petani. Hal ini disebabkan ikan ini merupakan ikan asli
Indonesia, termasuk ikan dengan toleransinya yang amat besar terhadap salinitas

lingkungannya. Menurut Kuo (1995) dalam Cholik et al. (2005), bahwa ikan
bandeng tahan hidup dalam kisaran salinitas antara 8105 ppt. Walaupun ikan ini
termasuk ikan laut, ikan ini dapat pula hidup dan tumbuh pesat di perairan tawar
seperti di sawah tambak di Jawa Timur dan di Waduk Jatiluhur. Selain Indonesia,
Negara-negara yang telah membudidayakan bandeng adalah Filipina dan Taiwan.
Aplikasi teknologi budidaya bandeng secara umum meliputi teknologi budidaya
secara tradisional hingga intensif. Perkembangan teknologi tidak hanya pada wadah
tambak tetapi juga pada keramba

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010

188

jaring apung mengingat sifat toleransi salinitas ikan bandeng yang tinggi. Teknologi
yang diterapkan umumnya teknologi ekstensif dengan pemupukan. Produksi
berkisar antara 0,81 ton/ha/tahun. Produksinya dapat ditingkatkan dua kali lipat
melalui maniipulasi stok (Djajadiredja & Daulay, 1983 dalam Cholik et al., 2005).
Teknologi intensif dikembangkan dengan adanya pemberian pakan buatan pada
tambak maupun di keramba jaring apung. Pada budidaya intensif, padat tebar
yang digunakan adalah 50.000 ekor/ ha/musim tanam. Ukuran benih yang ditebar
bobotnya 0,30,5 g. Pakan buatan yang diberikan berkadar protein 20%30%
sebanyak 3%10% bobot badan/hari. Untuk mengatasi kekurangan oksigen, setelah
ukuran ikan mencapai 50 g/ekor perlu digunakan kincir air sebanyak 12 unit/ha.
Produksi tambak bandeng intensif dapat mencapai 1520 ton/ha/tahun (Ahmad et
al., 1999 dalam Cholik et al., 2005). Produk yang dihasilkan dari pembudidayaan
bandeng data berupa telur, benih (nener), gelondongan, bandeng umpan,
bandeng konsumsi dan bahkan ukuran induk. Namun di Sulawesi Selatan
umumnya teknologi budidaya masih dilakukan secara tradisional hingga
tradisional plus dengan aplikasi sistem polikultur dengan komoditas lainnya
(rumput laut).
Ikan Bandeng Sebagai Umpan Segar
Selain dapat diusahakan menjadi ikan konsumsi, bandeng juga memiliki segmen
pasar lain yang cukup menjanjikan sebagai ikan umpan.
Ikan bandeng juga dapat digunakan sebagai umpan segar untuk perikanan
tuna dan cakalang yang kebutuhannya mencapai 20.800 ton/tahun atau sekitar
250 juta ekor (ukuran 1216 cm) untuk memasok sekitar 1.000 kapal rawai tuna.
Kebutuhan tersebut sebagian dapat dipenuhi dari produksi bandeng umpan di
tambak.
Untuk Umpan Tuna
Bandeng terbilang ikan budidaya yang memiliki keunggulan komparatif dan
strategis karena dapat dibudidayakan di air payau, laut, dan air tawar, teknologi
pembesaran dan pembenihannya telah dikuasai masyarakat, toleran terhadap
perubahan mutu lingkungan, serta tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu,
bandeng juga ikan yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia,
digunakan sebagai umpan dalam penangkapan tuna dan cakalang, dan telah pula
menjadi komoditas ekspor.
Bandeng diproduksi dalam berbagai ukuran sesuai kebutuhan pasar. Untuk
umpan penangkapan tuna dan cakalang, ukurannya berkisar 80200 g/ekor,
konsumsi 300500 g/ekor, super 5001.000 g/ekor, dan induk >4 kg/ekor. Dalam
sehari, Kota Makassar misalnya, membutuhkan bandeng konsumsi sebanyak 5
6 ton dengan nilai Rp 90 jutaRp 100 juta. Namun produksi yang tersedia hanya
berkisar 25%30%. Permintaan bandeng meningkat pada NovemberJanuari, saat
ikan hasil tangkap nelayan berkurang.
Sebagian besar budidaya bandeng masih dilakukan secara tradisional. Dengan
mengandalkan pupuk untuk pertumbuhan klekap sebagai pakan alami, produksi
rata-rata yang dicapai hanya 300
1.000 kg/ha/musim. Namun, dengan input teknologi berupa pakan dan kincir,
produksi bandeng dapat ditingkatkan hingga 5.000 kg/ha/tahun. Benih yang
digunakan rata-rata 50 g/ekor (panjang 7 10 cm) yang ditebar dengan kepadatan
500 ekor/m3. Ikan mencapai ukuran bobot 450 g/ekor setelah dipelihara selama 120
hari.
Di antara empat ukuran bandeng, produksi bandeng umpan dan super paling
sedikit jumlahnya. Padahal pasar bandeng umpan dan bandeng super cukup besar.
Bandeng umpan digunakan untuk penangkapan tuna (sirip kuning, mata besar,
sirip biru), cakalang, dan tongkol. Sedangkan bandeng super untuk ekspor dan
induk (Tabel 1).

Budidaya bandeng umpan memiliki prospek yang baik seiring menurunnya hasil
tangkapan umpan alam. Ketersediaan umpan hidup yang cukup dan berkualitas
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan. Umpan hidup
yang biasa digunakan dalam penangkapan tuna dan cakalang antara lain ikan
teri (Stolephorus sp.), ikan tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger
kanagurta), pisang-pisang (Caesio sp.), dan layang (Decapterus russeli).

Thank you for using www.freepdfconvert.com service!


Only two pages are converted. Please Sign Up to convert all pages.
https://www.freepdfconvert.com/membership

Anda mungkin juga menyukai