Abstract: This research to answer two main hypotheses, namely: (1) business carp
rearing in cage culture at Parit Mayor Village has not reached the standard
productivity, (2) factors production in the form of cage volume, seed, feed, labor, and
drugs affect the level productivity of carp rearing in cage culture in the Parit Mayor
village. This study uses data analysis in the form of productivity analysis, and
production function analysis. The results showed that: (1) business productivity
enlargement carp in cage culture in Parit Mayor Village not yet reached the standard,
(2) the production factors of volume KJA, seed, feed, labor, and drugs affect business
productivity. This research proved that the productivity of enlargement the cage in the
Parit Mayor village has not reached the limits standardized because the use of factors
production not fully utilized.
Key Words : business analysis, enlargement of carp, floating net cage, productivity,
production functions
ikan berkisar antara Rp18.000,- sampai tahun 2008 rata-rata produksi untuk setiap
dengan Rp22.000,-/kg. Melihat harga yang unit KJA per siklus (3 siklus/tahun)
cukup tinggi banyak petani/pembudidaya sebanyak 1.181,25 kg atau 40,02 kg/m3.
ikan melakukan kegiatan budidaya ikan Berdasarkan SNI No. 01-6494.1.2000
mas. Selain dari segi harga, ikan mas juga ternyata kondisi tersebut menandakan
sangat digemari oleh konsumen di kota belum optimalnya pemanfaatan faktor-
Pontianak bahkan hingga ke kabupaten faktor produksi yang ada oleh pembudidaya
sekitarnya. Hal ini ditandai dengan ikan sehingga membuat produktivitasnya
besarnya permintaan ikan mas di pasar belum sesuai standar, begitu pula belum
tradisional dan pasar modern bahkan juga diketahui secara pasti faktor-faktor produksi
dari usaha kuliner seperti restoran, rumah apa saja yang mempengaruhi belum
makan, dan kaki lima sehingga prospek standarnya produktivitas usaha tersebut.
pasarnya sangat menjanjikan. Namun
prospek pasar yang baik ini belum dapat RERANGKA TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh
pembudidaya untuk meningkatkan Aspek Biologi Ikan Mas (Cyprinus
produksinya guna memenuhi kebutuhan carpio)
pasar pada tahun 2008 hingga saat ini. Menurut BPPT (2000) dan Saanin
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, (1984), dalam ilmu taksonomi hewan,
Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
jumlah produksi ikan mas tahun 2006 Class Osteichthyes, Sub Class Actinop-
berjumlah 98 ton, tahun 2007 berjumlah terygii, Ordo Cypriniformes, Family
104,8 ton dan tahun 2008 turun menjadi Cyprinidae, Genus Cyprinus, dan Species
80,51 ton. Cyprinus carpio L. Ikan mas mempunyai
Salah satu lokasi yang melakukan banyak ras atau strain. Perbedaan sifat dan
usaha budidaya ikan mas pada KJA yaitu di ciri dari ras disebabkan oleh adanya
Kelurahan Parit Mayor Kecamatan Ponti- interaksi antara genotipe dan lingkungan
anak Timur Kota Pontianak. Sejak tahun kolam, musim dan cara pemeliharaan yang
2005 hingga tahun 2008 telah terdapat 331 terlihat dari penampilan bentuk fisik,
unit KJA dengan jumlah petani sekitar 275 bentuk tubuh dan warnanya. Ikan mas
orang, 166 unit KJA berada di kelurahan mempunyai bentuk badan agak panjang dan
Parit Mayor. Dari jumlah tersebut, agak pipih, mulut dapat disembulkan
sebanyak 125 orang berada dalam dengan tipe terminal. Mempunyai 3 helai
pembinaan langsung oleh Unit Pelayanan sungut yang menempel di rahang atas.
dan Pengembangan (UPP) dan merupakan Insang terletak tepat di belakang rongga
anggota inti, sedangkan sisanya merupakan mulut di dalam pharynx. Jumlah lengkung
anggota petani plasma. Jumlah KJA yang insang ada lima pasang. Tetapi hanya empat
mengusahakan pembesaran ikan mas yang berfilamen insang. Kepala simetris,
berjumlah 66 unit dengan ukuran rata-rata 4 sisik berbentuk cycloid. Garis rusuk
x 3 x 0,8 m dan padat tebarnya 130 lengkap dan berada di atas dari sirip dada.
ekor/m3 atau 1.250 ekor/unit KJA. Pada Tidak memiliki jari-jari sirip yang keras.
Jari-jari punggung yang kedua bergigi
seperti gergaji. Warna tubuh ikan mas pada keramba terapung atau disingkat kajapung.
umumnya keemasan, tetapi ada juga yang Keramba jaring apung merupakan sistem
berwarna hijau, merah, dan biru belang. budidaya dalam wadah berupa jaring yang
Menurut Sumantadinata (1983), ikan mengapung dengan bantuan pelampung dan
mas merupakan jenis ikan yang hidup di ditempatkan pada perairan seperti danau,
perairan tawar. Penyebarannya hampir di waduk, sungai, selat, dan teluk. Sistem ini
seluruh Sumatra, Jawa, Sulawesi, Bali, terdiri atas beberapa komponen yaitu
NTB, NTT, dan Irian Jaya. Ikan mas rangka, kantong jaring, pelampung, jalan
mempunyai beberapa ras/strain yaitu ikan inspeksi, dan rumah jaga. Kantong jaring
mas majalaya, ikan mas punten, ikan mas terbuat dari bahan polyethylene dan
sinyonya, ikan mas merah, ikan mas taiwan, polypropylene dengan berbagai ukuran
ikan mas kumpay, ikan mas karper kaca, mata jaring juga berbagai ukuran benang,
dan ikan mas kancra domas. berfungsi sebagai wadah untuk pemeli-
Secara umum perairan yang ideal haraan dan penanganan ikan. Pelampung
bagi komoditas perikanan adalah yang pH- terbuat dari drum plastik atau drum besi
nya berkisar antara 6,5 - 9 (Wardoyo, bervolume 200 liter, styrofoam atau gabus
1975), kemudian menurut Cholik, Artati & yang dibungkus dengan kain terpal yang
Arifudin (1986), supaya organisme yang berfungsi untuk mempertahankan kantong
dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik, jaring tetap mengapung di dekat permukaan
maka pH air selama 24 jam hendaknya air. Keramba jaring apung idealnya
tidak mengalami fluktuasi tinggi dan ditempatkan pada perairan yang memiliki
mendadak. pH 4 merupakan titik mati asam kedalaman lebih dari 2 meter (Rochdianto,
bagi ikan, pH optimum untuk pertumbuhan 2005).
ikan adalah 6,5-9 dan pH 11 merupakan Budidaya ikan dengan menggunakan
titik mati basa. Untuk ikan mas kadar keramba merupakan alternatif sistem
oksigen terlarut optimum adalah 6 mg/liter. budidaya ikan yang sangat potensial untuk
Menurut Jangkaru (1994), kadar dikembangkan di Indonesia karena wila-
karbondioksida 5 ppm masih dapat ditolerir yahnya terdiri dari 70 persen perairan tawar
asalkan kadar oksigen terlarut tinggi. Pada maupun laut. Jenis-jenis wadah yang dapat
kadar 50–100 ppm bersifat mematikan digunakan dalam membudidayakan ikan
dalam waktu singkat (Boyd, 1991). Jika dengan keramba ada beberapa macam yaitu
oksigen terlarut rendah, kadar keramba jaring terapung (KJA) dan
karbondioksida tinggi (> 10 mg/l) dapat keramba bambu tradisional dengan berbagai
menghambat pengikatan oksigen oleh Hb. bentuk tergantung pada kebiasaan
Keramba Jaring Apung (KJA) masyarakat dan sumberdaya lokal di
Kantong jaring terapung atau keram- wilayah tersebut. Beberapa keunggulan
ba jaring apung adalah wadah berupa kan- sistem KJA adalah (1) teknologi yang
tong berbahan jaring yang letaknya tera- digunakan dalam membudidayakan ikan
pung di permukaan air. Beberapa masya- dengan karamba ini relatif tidak mahal dan
rakat ada yang menyebut kantong jaring sederhana, (2) tidak memerlukan lahan
apung, keramba kolam terapung, dan jaring daratan menjadi badan air yang baru dan
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
156
relatif mudah dalam pengontrolan, serta (3) Pelampung berbahan styrofoam atau drum,
dapat meningkatkan produksi perikanan bentuk silindris, volume 200 liter, jumlah
budidaya dengan penerapan padat tebar pelampung minimal 8 buah/ jaring; Tali
jangkar berbahan polyethylene (PE),
yang lebih tinggi.
panjang 1,5 kali kedalaman perairan,
Teknik Pembesaran Ikan Mas di KJA jumlah 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci;
Berdasarkan SNI. 01-6131–1999 Jangkar berbahan besi/blok beton/batu,
bahwa pemeliharaan pembesaran dapat bentuk segi empat, berat minimal 40 kg
dilakukan secara polikultur maupun /buah, jumlah 5 buah/ jaring; Jaring
monokultur. Pakan yang diberikan berupa berbahan polyethylene (PE 210 D/12),
pelet (pakan buatan), kandungan protein 30- ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau,
ukuran jaring 7x7x2,5m.
35%, lemak 6-8% (bobot kering). Obat-
Benih: Sangkal ikan Mas kelas benih
obatan yang dibutuhkan seperti formalin,
sebar keturunan pertama dari induk dasar
kalium permanganat, kloramfenikol,
hasil seleksi sesuai SNI: 01- 6133 - 1999
oksitetrasiklina, dan kapur.
tentang Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus
Peralatan yang diperlukan untuk
carpio Linneaus) strain Majalaya kelas
pemeliharaan ikan Mas pada keramba
benih sebar. Sedangkan Pakan
Jaring apung seperti: lambit, pembersih
menyesuaikan SNI 01-4266-1996 tentang
jaring, pengukur kualitas air, peralatan
Pakan buatan untuk ikan mas (Cyprinus
lapangan (timbangan, hapa/waring, ember,
carpio Linneaus) pada budidaya intensif.
alat panen). Kualitas air yang dikehendaki
Bahan kimia dan obat obatan: garam,
dalam pembesaran ini: Suhu: 25-30°C,
metilin biru, kalium permanganat
Nilai pH: 6,5-8,5, Oksigen terlarut: lebih
(KMnO4). Kemudian peralatan: lambit,
dari 5 mg/l, Ammoniak (NH3): kurang dari
pembersih jaring, pengukur kualitas air
0,01 mg/l, dan Kecerahan sechi disk: lebih
(termometer, sechsi disk, DO meter, pH
dari 3 meter.
meter), peralatan lapangan (timbangan,
Selanjutnya menurut SNI. 01-
hapa, waring, ember, alat panen, dll.)
6494.1.2000 bahwa pelaksanaan budidaya
Proses Produksi
ikan Mas terdiri dari beberapa tahapan
Kualitas air: Suhu 25-30ºC, pH 6,50-
berikut ini.
8,6, oksigen terlarut < 5 ppm, amoniak
Pra produksi
(NH3) > 0.02 ppm, kelimpahan plankton
Lokasi: Sebaiknya terletak di perairan
5.000-10.000 individu/ml. Padat tebar benih
umum, memenuhi persyaratan minimal
kualitas air untuk budidaya, kedalaman air 140 okor/m3. Waktu pemeliharaan 90-120
minimal 5 meter dari dasar jaring saat surut hari. Penggunaan pakan dengan dosis 3-5%
terendah, kekuatan arus 20-40 cm, luas per hari dan frekuensi 4 kali sehari.
areal peruntukan pemasangan jaring ≤ 10% Pemanenan
dari luas potensi perairan atau 1% dari Dilakukan secara total maupun
perairan waktu surut terendah, dan luas parsial/sebagian sesuai dengan pesanan atau
jaring ≤ 10% luas areal peruntukan
permintaan pasar. Pemanenan dilakukan
pemasangan jaring.
Wadah Budidaya: Kerangka berba- pada pagi atau sore hari untuk mengurangi
han kayu tahan air, bambu atau besi dicat terik matahari agar ikan tidak stress.
anti karat, ukuran 7x7m, bentuk persegi;
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
158
pengamatan (non neutral difference in the budidaya ikan nila gift dan ikan patin.
respective technology). Ini artinya, kalau Usaha budidaya ikan nila gift dan ikan patin
fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai menguntungkan dan layak untuk
model dalam suatu pengamatan dan bila diusahakan, dan usaha budidaya ikan nila
diperlukan analisa yang merupakan lebih gift mempunyai tingkat keuntungan yang
dari suatu model, maka perbedaan model lebih tinggi dari pada usaha budidaya ikan
tersebut terletak pada intercept dan bukan patin.
pada kemiringan garis (slope) model Penelitian serupa yang dilakukan oleh
tersebut; (3) Tiap variabel X adalah perfect Mustika pada tahun 2005 tentang “Analisis
competition; (4) Perbedaan lokasi (pada Usaha Tani Budidaya Ikan Nila Dalam
fungsi produksi) seperti iklim, sudah Kolam Di Kabupaten Banjar Kalimantan
tercakup pada faktor kesalahan µ. Selatan yang menggunakan model analisis
Hasil penelitian terdahulu yang fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis
dilakukan oleh Inayastika pada tahun 2005 efisiensi alokatif, menunjukkan bahwa: (1)
tentang “Analisis Usaha Budidaya Ikan faktor-faktor yang berpengaruh nyata
Nila Gift dan Ikan Patin Dalam Karamba Di terhadap tingkat produksi adalah luas
Kabupaten Barito Utara” bertujuan untuk kolam, jumlah benih, jumlah pakan dan
menganalisis faktor-faktor yang mempe- tingkat mortalitas; (2) hasil analisis fungsi
ngaruhi produksi budidaya ikan nila gift produksi juga menunjukkan bahwa secara
dan ikan patin dalam karamba di Kabupaten teknis petani yang menggunakan air dari
Barito Utara. Metode dasar yang digunakan sumber irigasi lebih efisien dibandingkan
adalah metode deskriptif analisis dengan petani yang menggunakan sumber air non
jenis data primer dan sekunder. Metode irigasi; (3) hasil analisis efisiensi alokatif
analisis yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai
tersebut adalah metode analisis regresi keuntungan maksimum petani harus
linier berganda menggunakan fungsi menambah luas kolam, mengurangi jumlah
produksi Cobb-Douglas, analisis benih dan mengurangi jumlah penggunaan
keuntungan dengan uji beda dua rata-rata, pakan”.
dan analisis SWOT. Kerangka Berpikir
Dari hasil analisis regresi linier Potensi usaha pembudidayaan ikan
berganda menggunakan fungsi produksi Mas dalam KJA di Kalimantan Barat cukup
Cobb-Douglas didapatkan bahwa produksi besar, tidak terkecuali kota Pontianak yang
ikan nila gift dipengaruhi oleh faktor diindikasikan oleh jumlah KJA di
volume keramba, jumlah benih, jumlah sepanjang sungai Kapuas sebanyak 331 unit
pakan ikan, pengalaman dan umur petani. dengan jumlah petani sekitar 275 orang,
Produksi ikan patin dipengaruhi oleh faktor 166 unit KJA berada di Kelurahan Parit
volume karamba, jumlah benih, jumlah Mayor, dan 66 unit diantaranya merupakan
pakan dan pengalaman petani. Dari hasil KJA yang khusus memproduksi ikan Mas.
analisis keuntungan dengan uji beda dua Komoditas ini mempunyai nilai ekonomis
rata-rata bahwa terdapat perbedaan yang yang lebih baik dibandingkan dengan ikan-
signifikan antara keuntungan usaha ikan air tawar yang lainya seperti ikan Nila
dan Lele Dumbo dimana harga jual ikan Kelurahan Parit Mayor belum mencapai
tersebut berkisar antara Rp18.000,- produktivitas yang standar; (2) Faktor
/Rp22.000,- perkilogram sedangkan ikan produksi berupa volume KJA, benih, pakan,
Mas sendiri harga jualnya di tingkat petani tenaga kerja, dan obat-obatan mempe-
sebesar Rp25.000,- hingga Rp27.000,- ngaruhi tingkat produktivitas usaha
perkilogram. pembesaran ikan mas pada KJA di
Kebutuhan ikan mas untuk kota Kelurahan Parit Mayor.
Pontianak mencapai 3-4,5 ton perhari dan Secara statistik, hipotesis disajikan
baru dapat dipenuhi oleh produksi KJA dengan spesifik sesuai dengan alat analisis
sebanyak 200-350 kg perhari. Produksi ikan yang digunakan pada metode penelitian.
Mas terjadi penurunan pada tahun 2008 jika
dibandingkan pada tahun 2006 berjumlah METODE PENELITIAN
98 ton, tahun 2007 berjumlah 104,8 ton dan Desain Penelitian
tahun 2008 turun menjadi 80,51 ton, atau Desain penelitian ini bersifat ex post
jika dikonversikan produksi KJA pada facto yaitu penelitian yang tidak
tahun 2008 sebesar 22,59 kg/m3 sedangkan memanipulasi variabel bebas, tujuan utama
standarnya adalah 56,70 kg/m3. Hal ini penggunaan desain ini ialah bersifat
menandakan bahwa telah terjadi kesen- eksplorasi dan deskriptif. Sedangkan
jangan antara jumlah penawaran/produksi metode penelitian yang digunakan pada
dengan permintaan, juga produktivitasnya penelitian ini adalah metode survei.
pada saat ini dinilai belum mencapai taraf Menurut Singarimbun & Effendi (1995)
yang distandarkan. bahwa penelitian survei merupakan suatu
Berdasarkan kenyataan di atas maka jenis penelitian yang mengambil sampel
dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi dari satu populasi dan menggunakan
ikan Mas pada KJA di Kelurahan Parit kuesioner sebagai alat pengumpulan data
Mayor kota Pontianak hingga saat ini masih yang pokok. Metode pengumpulan data
belum standar. Guna membuktikan apakah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
produktivitas usaha KJA sudah mencapai dengan teknik wawancara dan observasi
taraf standar atau belum, maka perlu untuk memper-oleh data primer sedangkan
dilakukan suatu analisis terhadap nilai input metode studi litelatur digunakan untuk
dan output yang dihasilkan. Setelah memperoleh data sekunder.
diketahui produktivitas KJA, selanjutnya Waktu pelaksanaan penelitian selama
akan dikaji lagi mengenai faktor-faktor 6 bulan yaitu pada bulan Juli s.d. Desember
produksi dengan pendekatan fungsi tahun 2010. Lokasi penelitian ini terletak di
produksi Cobb-Douglas guna menentukan Kelurahan Parit Mayor Kecamatan
faktor manakah yang paling dominan dalam Pontianak Timur kota Pontianak
mempengaruhi produktivitas KJA. Kalimantan Barat (lihat gambar 1). Lokasi
Pengembangan Hipotesis penelitian ini dipilih karena menurut data
Berdasarkan kajian teori maka dari Dinas Pertanian Perikanan dan
hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) Kehutanan Kota Pontianak bahwa sejak
Usaha pembesaran ikan mas pada KJA di tahun 2005 hingga tahun 2008 telah
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
160
terdapat 331 unit KJA dengan jumlah untuk membuktikan kebenaran data maka
petani sekitar 275 orang, 166 unit KJA diperlukan pengamatan langsung/observasi
berada di Kelurahan Parit Mayor dan 66 di lapangan. Alat yang dibutuhkan dalam
unit diantaranya khusus mengusa-hakan observasi adalah kamera digital atau
pembesaran ikan mas sehingga dianggap kamera hand phone sebagai alat
representatif untuk diteliti (gambar 2). dokumentasi.
Populasi dan Sampel Prosedur Pengumpulan Data
Jumlah populasi dalam penelitian ini Pada penelitian ini teknik
sebanyak 66 unit usaha pembesaran ikan pengumpulan data yang digunakan adalah
mas pada KJA di Kelurahan Parit Mayor. dengan cara wawancara, studi pustaka, dan
Pengambilan sampel dilakukan dengan observasi. Adapun prosedur pengumpulan
teknik simple random sampling untuk data adalah sebagai berikut.
analisis produktivitas dan analisis fungsi Produktivitas
produksi. Berdasarkan observasi awal, Pengumpulan data tentang podukti-
populasi bersifat homogen dengan memiliki vitas usaha pembesaran ikan mas pada KJA
ciri karakteristik yang sama sehingga di Kelurahan Parit Mayor berupa data
jumlah sampel tidak perlu ditetapkan secara “Output” dan “Input” menggunakan teknik
kuantitatif namun disesuaikan dengan wawancara untuk melengkapi data yang
kebutuhan masing-masing analisis. akan dianalisis. Pengumpulan data dila-
Jumlah responden/sampel yang dibu- kukan dengan mewawancarai petani seka-
tuhkan pada analisis produktivitas dan ligus mengisi lembar/form isian wawancara
analisis fungsi produksi Cobb-Douglas kepada responden. Selain dengan kuesioner
adalah sebanyak 30 orang petani KJA. dan wawancara, pengumpulan data juga
Kriteria petani yang dipilih untuk menjadi dilakukan dengan teknik observasi. Data
responden yaitu minimal selama tiga tahun yang dikumpulkan yaitu: volume KJA,
terakhir masih bertahan dalam usaha jumlah benih ikan mas, jumlah pakan,
pembesaran ikan mas pada KJA di jumlah tenaga kerja, dan jumlah obat-
Kelurahan Parit Mayor. obatan. Setelah data diperoleh selanjutnya
Instrumen Penelitian data ditabulasikan (lihat tabel 1), kemudian
Pada analisis produktivitas, dilakukan analisis.
pengambilan datanya memerlukan Fungsi Produksi
instrumen berupa daftar pertanyaan Data-data yang diambil pada analisis
wawancara dan pencatatan langsung dengan fungsi produksi adalah berupa “faktor-
mengisi form isian hasil wawancara/ faktor produksi” usaha pembesaran ikan
kuisioner (dapat dilihat pada lampiran A). mas pada KJA di Kelurahan Parit Mayor.
Alat yang gunakan dalam pencatatan yaitu Teknik pengumpulan data dilakukan
pensil, pulpen, form isian wawancara, dan dengan metode wawancara kepada
form daftar pertanyaan. responden sambil melakukan pencatatan
Analisis fungsi produksi Cobb- pada lembar/form isian wawancara. Setelah
Douglas memerlukan instrumen yang sama data diperoleh, selanjutnya data
dengan analisis produktivitas. Selanjutnya ditabulasikan, kemudian dilakukan analisis.
Waktu pelaksanaan wawancara dilakukan
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
162
pakan ikan mas, tenaga kerja, dan obat- Kriteria keputusan dalam uji t adalah:
obatan tidak berpengaruh terhadap Jika t tabel ≥ t hitung atau sig ≤ 0,05 maka
produktivitas usaha pembesaran ikan mas H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t tabel < t
pada KJA di kelurahan Parit Mayor. H1 = hitung atau sig > 0,05 maka H0 diterima dan
Secara simultan faktor produksi volume H1 ditolak.
KJA, benih ikan mas, pakan ikan mas,
tenaga kerja, dan obat-obatan berpengaruh PENYAJIAN DATA
terhadap produktivitas usaha pembesaran Produktivitas
ikan mas pada KJA di kelurahan Parit Berdasarkan hasil analisis
Mayor. produktivitas (pada tabel 2) menunjukkan
Kriteria keputusan dalam uji F bahwa untuk usaha pembesaran ikan mas
adalah: Jika F tabel ≥ F hitung atau sig ≤ pada KJA di Kelurahan Parit Mayor
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika membutuhkan input sebesar 1.931 dan
F tabel < F hitung atau sig > 0,05 maka H0 menghasilkan output sebesar 328 sehingga
diterima dan H1 ditolak. diperoleh nilai P1 sebesar 0,17. Kemudian
Tahap selanjutnya adalah dengan untuk usaha pembesaran ikan mas pada
melakukan Uji Parsial (uji t) dengan KJA yang standar membutuhkan input
maksud untuk menguji pengaruh secara sebesar 23.289 dan menghasilkan output
parsial antara variabel bebas terhadap sebesar 6.174 sehingga diperoleh nilai P2
variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa sebesar 0,27. Merujuk pada hasil analisis
variabel lain dianggap konstan, dengan tersebut yaitu P1 < P2 maka dapat
tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05). Menurut dinyatakan bahwa besarnya produktivitas
Sugiyono (2002) rumus yang dipakai pada usaha pembesaran ikan mas pada KJA di
uji t adalah : Kelurahan Parit Mayor belum mencapai
taraf yang standar.
Fungsi Produksi
Keterangan: t hit = t hitung, bi = koefesien Data lapangan pada penelitian ini
regresi variabel bebas ke-i, sbi = simpangan telah ditransformasikan kedalam bentuk
baku variable bebas ke-i. logarit-ma natural (Ln) dan telah diuji
Hipotesis yang diajukan pada uji t dengan serangkaian uji asumsi klasik
adalah: H0 = Secara parsial faktor produksi menggunakan program pengolahan data
volume KJA, benih ikan mas, pakan ikan statistik SPSS versi 15.0 yang terdiri dari
mas, tenaga kerja, dan obat-obatan tidak uji normalitas, uji aoutokorelasi, uji
berpengaruh terhadap produktivitas usaha multikolinieritas, dan uji heteroskedatisitas.
pembesaran ikan mas pada KJA di Hasil analisis fungsi produksi dapat dilihat
kelurahan Parit Mayor. H1 = Secara parsial pada gambar 3.
faktor produksi volume KJA, benih ikan Uji Koefisien Determinasi (R2)
mas, pakan ikan mas, tenaga kerja, dan Hasil uji koefisien determinasi
obat-obatan berpengaruh terhadap menunjukkan nilai koefisien determinasi
produktivitas usaha pembesaran ikan mas (R2) sebesar 0,395 menunjukkan bahwa
pada KJA di kelurahan Parit Mayor. 39,5% variasi volume KJA, benih, pakan,
tenaga kerja, dan obat-obatan mampu
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
164
0,05. Karena t hitung < t tabel maka dapat 0,544 pada α = 0,05. Karena t hitung < t
dikatakan variabel pakan (LnX3) secara tabel dan sig. t > 0,05 maka dapat dikatakan
parsial tidak mempunyai pengaruh yang variabel obat-obatan (LnX5) secara parsial
signifikan terhadap produktivitas. tidak berpengaruh signifikan terhadap
Koefisien LnX3 sebesar -0,135 produktivitas.
sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas Koefisien LnX5 sebesar 0,007
input pakan terhadap produktivitas usaha sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas
pembesaran ikan mas pada KJA di input obat-obatan terhadap produktivitas
Kelurahan Parit Mayor yang artinya jika usaha pembesaran ikan mas pada KJA di
kenaikan setiap 1 (satu) persen pakan Kelurahan Parit Mayor yang artinya jika
dengan mengasumsikan input lain konstan, kenaikan 1 (satu) persen kapasitas obat-
maka produksi akan turun sebesar 0,135 obatan dengan mengasumsikan input lain
persen. konstan, maka akan meningkatkan produksi
Tenaga Kerja (X4) sebesar 0,007% karena nilai koefisiennya
Pengaruh variabel LnX4 (tenaga positif.
kerja) diperoleh nilai t hitung sebesar - Variabel Dominan
0,607 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = Berdasarkan hasil regresi linier
0,05), derajat kebebasan (df = 24) dari tabel berganda dari data primer yang diolah
distribusi t student diperoleh t tabel sebesar dengan menggunakan SPSS (pada tabel 3)
2,06 dan nilai signifikansi t sebesar 0,549 diperoleh persamaan fungsi produksi
pada α = 0,05. Karena t hitung < dari t tabel sebagai berikut: anti LN Y = 923,342 - 1,047X1 –
dan sig. t > 0,05 maka dapat dikatakan 1,106X2 - 1,145X3 - 1,002X4 + 1 + 0,248
variabel tenaga kerja (LnX4) secara parsial LnY = 6,828 - 0,046 LnX1 - 0,006 LnX2 -
tidak berpengaruh signifikan terhadap 0,135 LnX3- 0,002 LnX4+ 0,007LnX5
produktivitas.
DISKUSI
Koefisien LnX4 sebesar -0,002
sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas Produktivitas
input tenaga kerja terhadap produktivitas Volume KJA. Ukuran keramba
usaha pembesaran ikan mas pada KJA di jaring apung yang disyaratkan oleh SNI.
Kelurahan Parit Mayor yang artinya jika 01-6494.1.2000 tentang “Produksi Ikan
kenaikan 1 (satu) persen kapasitas tenaga Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain
kerja dengan mengasumsikan input lain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba
konstan, maka akan menurunkan produksi Jaring Apung” adalah 7 x 7 x 2,5 meter
sebesar 0,002% karena nilai koefisiennya dengan ketinggian jaring yang tergenang air
negatif. 2 meter atau volumenya 98 m3, sedangkan
Obat-Obatan (X5) ukuran KJA yang dimiliki petani adalah
Pengaruh variabel LnX5 (obat-obatan) berukuran 4 x 3 x 1,2 meter dengan
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,615 ketinggian jaring yang tergenang air adalah
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,8 meter sehingga volumenya hanya 9,6
0,05), derajat kebebasan (df = 24) dari tabel m3 saja. Hal ini dapat diartikan bahwa
distribusi t student diperoleh t tabel sebesar sebenarnya dengan satuan luas yang sama
2,06 kemudian hasil signifikansi t sebesar (m3) masih dapat dimanfaatkan untuk
memelihara ikan dengan menambah pendederan dan belum siap untuk dilakukan
kedalaman jaring yang tergenang air. proses pembesaran.
Benih. Padat tebar benih yang Pakan
disyaratkan oleh SNI. 01-6494.1.2000 Seluruh pakan yang digunakan oleh
adalah sebanyak 140 ekor/m3 sedangkan petani adalah pakan jenis pellet buatan
padat tebar yang dilakukan petani baru pabrik diantaranya seperti merek Bintang
sebanyak 130 ekor/m3. Hal ini menandakan 581-L (kandungan nutrisi ; Protein min
bahwa terdapat ruang sisa yang masih dapat 21%, Lemak 3-5%, Serat 5-6%, Abu 5-8%,
dimanfaatkan lagi untuk memelihara ikan Kadar air 10-12%), merek Turbo
mas yaitu sebanyak 10 ekor/m3. Menurut (kandungan nutrisi; Protein Min 25%,
Anonym (2010) bahwa padat tebar ikan Lemak Min 3%, Serat Max 5%, Kadar Air
mas pada pembesaran di KJA bisa Max 12%) dan merek Hi Pro Vit 781-1
mencapai 300 kg/unit KJA atau setara (kandungan nutrisi; Protein 31–33%,
dengan 306 ekor/m3 untuk benih ukuran 5-8 Lemak 3–5%, Serat 4–6%, Abu 10–13%,
cm. Kadar air 11–13%), dan merek Comfeed.
Penelitian yang dilakukan oleh Secara rata-rata kandungan proteinnya
Amidarhana tahun 2001, petani ikan di berkisar 21-33%, artinya telah mencukupi
Jatiluhur untuk jenis usaha monokultur kebutuhan nutrisi untuk ikan mas yaitu 25%
menebar benih ikan mas pada petak (BPPT, 2000). Namun permasalahannya
berukuran 7x7 m rata-rata 94 adalah pellet dengan kandungan protein
kg/petak/musim tanam atau sekitar 287 tinggi seperti Hi Pro Vit 781-1 dan Turbo
ekor/m2/musim tanam untuk 1 kg benih jarang dibeli petani karena harganya yang
ikan mas rata-rata berjumlah 150 ekor atau lebih mahal dibanding merek Bintang dan
setara 6,67 g/ekor dengan panjang berkisar Comfeed sehingga kandungan protein
4-10 cm. Hal ini menandakan bahwa pakan lebih banyak berada di kisaran 21%
sebenarnya padat tebar pada KJA masih yang artinya di bawah standar kebutuhan
dapat ditingkatkan. nutrisi.
Selain padat tebar, ukuran benih juga Kebutuhan pakan selama pemeli-
memegang peranan penting dalam haraan oleh petani sebanyak 2 kali dari
menentukan keberhasilan produksi. Ukuran bobot ikan yang di panen atau setara
benih menurut SNI. 01-6494.1.2000 adalah dengan nilai konversi pakan (FCR) = 2.
80 - 100 gram/ekor sedangkan ukuran benih Secara umum, suatu jenis pakan dikatakan
yang ditebar petani adalah 5-8 cm atau 8-10 cukup efisien jika faktor konversinya
gram/ekor. Menurut SNI: 01- 6133 - 1999 sekitar 1,7. Komposisi nutrien dalam pakan
“Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus dan nilai dari FCR sangat berpengaruh
carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas terhadap kandungen fisik, kimiawi serta
Benih Sebar” bahwa benih ukuran 5-8 limbah yang terbuang dalam bentuk feces
(sangkal) adalah untuk benih yang ditebar dan limbah terlarut dalam bentuk phospate
dalam proses pendederan. Hal ini dapat dan nitrat (unsur nitrogen). Pakan yang
diartikan bahwa benih yang ditebar oleh tidak termakan adalah sumber utama
petani sebenarnya masih dalam tahap masa nutrien untuk pakan alga terutama dapat
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
166
ditambahkan lagi hingga 10 ekor benih/m3 dengan pathogen (Dinas Perikanan dan
namun karena koefisien regresinya negatif Kelautan Provinsi Sumatera Barat dalam
maka justru dengan penambahan volume www.jakartacitydirectory.com, 2010).
KJA akan menurunkan produksi. Hal ini Pada umumnya jaring yang
dapat terjadi karena beberapa penyebab digunakan petani terdiri dari 2 lapisan yaitu
yaitu tata letak yang kurang baik dan lapisan luar dari bahan polyethylene no.380
kurangnya kedalaman air di tepian sungai D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size)
yang dijadikan lokasi budidaya. sebesar 2 inch (5,08 cm) dan lapisan dalam
Tata letak atau posisi penempatan dari jenis waring berbahan polypropylene
KJA juga memegang peranan penting dengan mesh size 0,25 cm. Mesh size pada
sesuai pendapat Pengawasan Sumber Daya jaring lapisan dalam ternyata lebih kecil
Kelautan dan Perikanan Kendari (2009) dari yang disarankan oleh SNI.01-
bahwa penempatan atau tata letak KJA 6494.1.2000 yaitu 0,75 atau 1 inch (1,9 cm
harus terencana dengan baik, dengan atau 2,54 cm) sehingga disinyalir kecepatan
memper-timbangkan daya dukung dan arus air yang melewati jaring dapat
kondisi lingkungan. Menurut LIPI (2010) berkurang. Hal ini akan bertambah lebih
jarak antar KJA adalah sekitar 10 meter parah apabila terdapat sampah yang
sedangkan di lapangan jaraknya hanya menyumbat penampang jaring yang
mencapai 0,5 meter antar unit KJA, hal ini menghambat kecepatan arus air.
akan menyebabkan terhambatnya aliran Berkurangnya kecepatan arus air akan
arus air yang melewati KJA sehingga suplai berdampak pada berkurangnya konsentrasi
oksigen berkurang pada petakan di oksigen terlarut. Dampak lain yang
belakangnya dan juga sisa pakan tidak bisa ditimbulkan adalah pakan yang tidak
hanyut terbawa arus yang akan termakan akan mengendap di dasar jaring
menyebabkan penumpukan pada dasar sehingga lambat laun akan terjadi
perairan. pembusukan yang menyebabkan
Tinggi air pada unit KJA di lapangan menurunnya kualitas air.
adalah 0,8 meter dengan kedalaman Benih (X2). Faktor produksi benih
perairan antara 1 meter hingga 2,5 meter turut berperan dalam menentukan
pada saat surut terendah, sehingga jarak produktivitas usaha pembesaran ikan mas di
dasar jaring dengan dasar perairan KJA baik secara kuantitas maupun
mencapai 0,2 hingga 1,7 meter. Menurut kualitasnya. Kuantitas dapat dikaitkan
SNI.01-6494.1.2000 bahwa idealnya dengan jumlah padat tebarnya sedangkan
kedalaman air dari dasar jaring pada saat kualitas berkaitan dengan ukuran dan mutu
surut terendah adalah minimal 5 meter. benih itu sendiri.
Kedalaman air pada usaha pembesaran ikan Padat tebar yang dilakukan petani
mas pada KJA di lapangan masih kurang sebanyak 130 ekor/m3 dibawah padat tebar
dan hal ini akan menyebabkan besarnya menurut SNI yaitu 140 ekor/m3. Walaupun
kemungkinan terjadinya kontami-nasi padat tebarnya masih dapat ditingkatkan
antara ikan dengan bauran lumpur pada lagi namun hal tersebut harus didukung
dasar perairan dan juga kontak langsung pula oleh kualitas pakan yang baik.
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
168
protein, nafsu makan, laju pencernaan, dan dimensi organisasian. Dimensi individu
kebutuhan makan”. melihat produktivitas dalam kaitannya
Nafsu makan berhubungan erat dengan karakteristik-karakteristik kepriba-
dengan kepenuhan lambung dan laju
dian individu yang muncul dalam bentuk
pengosongan lambung yang akan
menentukan jumlah pakan yang sikap mental dan mengandung makna
dikonsumsi. Pemberian pakan yang keinginan dan upaya individu yang selalu
berlebihan akan mengakibatkan adanya sisa berusaha untuk meningkatkan kualitas
pakan yang tidak termakan sehingga dapat kehidupannya. Sedangkan dimensi keorga-
menurunkan kualitas air media nisasian melihat produktivitas dalam
pemeliharaan, sehingga berpengaruh kerangka hubungan teknis antara masukan
terhadap kelangsungan hidup dan produksi
(input) dan keluaran (output). Oleh karena
ikan yang dibudidayakan (Boyd, 1991).
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa itu dalam pandangan ini, terjadinya
petani tidak mengamati kondisi nafsu peningkatan produktivitas tidak hanya
makan pada ikan sehingga petani hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga
menerapkan frekuensi pemberian pakan dapat dilihat dari aspek kualitas.
sebanyak 2 kali sehari, sedangkan menurut Kedua pengertian produktivitas
SNI idealnya pemberian pakan dilakukan tersebut mengandung cara atau metode
sebanyak 4 kali dalam setiap harinya.
pengukuran tertentu yang secara praktek
Penyakit nutrisi dapat dihindari
sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu
dengan pemberian kombinasi pakan alami
dikarenakan, pertama karakteristik-karak-
dan pakan buatan dengan komposisi yang
teristik kepribadian individu bersifat
lengkap. Hal lain yang harus diperhatikan
kompleks, sedangkan yang kedua
adalah kualitas pakan yang diberikan.
disebabkan masukan-masukan sumber daya
Pakan yang sudah busuk atau pakan buatan
bermacam-macam dan dalam proporsi yang
yang kadaluarsa (tengik/berjamur) dapat
berbeda-beda.
menye-babkan ikan menjadi sakit. Temuan
Produktivitas kerja sebagai salah satu
di lapangan mengindikasikan bahwa pakan
orientasi manajemen dewasa ini,
tidak disimpan dengan baik karena petani
keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai
tidak memiliki ruang penyimpanan khusus.
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terkadang pakan hanya disimpan dirumah
terhadap produktivitas pada dasarnya dapat
jaga yang apabila turun hujan maka akan
diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu
terkena percikan air pada pakan sehingga
remunerasi dan pendidikan/latihan.
lambat laun akan menurunkan mutu pakan.
Remunerasi adalah merupakan
Tenaga Kerja (X4). Produktivitas
imbalan atau balas jasa yang diberikan
kinerja petani/pekerja belum optimal karena
perusahaan kepada tenaga kerja sebagai
mereka cenderung hanya sebatas memberi
akibat dari prestasi yang telah diberikannya
pakan saja dan tidak memantau tingkah
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
laku ikan, kondisi jaring, dan kebersihan
Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
lingkungan KJA. Menurut Masofa (2008)
keberadaannya di dalam suatu organisasi
konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari
perusahaan tidak dapat diabaikan begitu
dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
saja. Sebab, akan terkait langsung dengan
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
170
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
172
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur
174
Analisis Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus Carpio) pada Keramba Jaring Apung di Kelurahan Parit Mayor
Kecamatan Pontianak Timur