Oleh :
M. RIZKY RIDHO YUSUF
NRP. 52163111463
2. UDANG
Menurut Kordi.G, (2012) Udang Vaname (L. vannamei) adalah salah satu spesies udang
unggul yang sejak tahun 2002 mulai dikulturkan di tambak-tambak di Indonesia. Udang yang
biasa disebut pacific white shrimp atau rostris ini berasal dari perairan Amerika dan hawai dan
sukses dikembangkan diberbagai negara di Asia seperti Cina, Thailand, Vietnam dan Taiwan.
Secara ekolologis udang vaname mempunyai siklus hidup identik dengan udang windu yaitu
melepaskan telur di tengah laut kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas
menjadi nauplius seterusnya menjadi stadium zoea, mysis, postlarva, dan juvenil. Pada stadium
juvenil telah tiba di daerah pesisir selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan
telur. Berikut adalah klasifikasi Udang Vaname Menurut (Effendie, 1997) :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
3.PEMBEKUAN UDANG
Pembekuan udang merupakan proses penanganan udang secara modern yang paling
lazim digunakan. sebab selain tidak merubah penampilan dan tekstur, juga memiliki daya awet
yang lama yaitu mencapai 2 tahun. Sehingga waktu pengiriman yang lama sekitar 1-2 bulan
hingga mencapai konsumen luar negeri tidak mempengaruhi kualitas produk.
1. Udang diterima dari suplier dan tambak dalam kondisi Head On (HO) dalam box dengan
pendingin es. Udang diterima pada bagian penerimaan untuk dicuci ozon dan dilakukan
sampling size maupun mutu udang. Selain itu dilakukan juga uji chlorampenichol yang
sering kali digunakan oleh petambak udang.
2. Setelah penerimaan bahan baku berupa HO adalah dilakukannya proses potong kepala.
Sehingga udang menjadi head less atau HL.
3. Udang HL ini kemudian disortir secara otomatic dengan mesin pengatur berat atau ukuran
sehingga lebih seragam ukurannya. atau menggunakan mesin grading yang mengatur
volume tubuh udang untuk memisahkan udang berdasarkan size.
4. Udang hasil sortir dikupas sesuai permintaan. ada beberapa jenis kupasan yaitu PND (peel
and diveined), PUD (peel un diveined), PDTO (peel diveined tail on) dan BTO ( Buterfly
tail on). Ada juga beberapa jenis kupasan lain.
5. Udang hasil kupasan dibekukan dengan mesin pembeku. Ada beberapa macam metode
pembekuan : IQF (individual quick frozen), Air blast freezer, contact plate freezer.
6. Udang hasil pembekuan dipacking sesuai permintaan buyer.
4. STUDI KELAYAKAN
Studi kelayakan merupakan evaluasi pendahuluan yang bertujuan untuk menghemat
waktu dan biaya evaluasi sehingga investor dapat menentukan apakah proyek masih berarti
untuk dilanjutkan atau harus dihentikan. Laporan studi kelayakan haruslah meyakinkan,dengan
disertai tentang harapan keberhasilan proyek, dengan didukung oleh bukti-bukti realistis dan
dengan tidak lupa menunjukkan berbagai resiko yang mungkin dihadapi (Sutojo,1993).
Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil. Umumnya penelitian studi
kelayakan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.
Tolak ukur studi kelayakan adalah nilai moneter. Dalam studi kelayakan, semua komponen
manfaat dan biaya dinilai dengan harga pasar. Penilaian terhadap keadaan dan prospek suatu
industri dilakukan atas kriteria tertentu yang disusun dengan mempertimbangkan manf
aat bagi perusahaan dan negara. Kriteria-kriteria tersebut mencakup aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial (Sutojo, 1993).
Udang adalah makanan yang tidak akan pernah mati dikarenakan digemari banyak orang
dan juga kandungan gizinya yang lengkap di tambah diolah hanya dengan pembekuan yang
menambah kepercayaan konsumen karena tidak menggunakan bahan tambahan
4.1.1.1 Segmentation
Daerah yang dipilih sebagai tempat pembuatan UPI tentunya harus jauh dari pemukiman
penduduk atau di area industri, dan juga memiliki akses yang sarana dan prasarana yang
memadai untuk menunjang jalannya perusahaan seperti jalan utama, listrik, air dan lain
sebagainya.
Perusahaan ini walaupun jauh dari pemukiman penduduk namun untuk pemasarannya
dipasar lokal akan di pasarkan melalui agen-agen kecil maupun suplier yang mengambil dari
perusahaan
4.1.1.2 Targeting
Target pasar merupakan kunci penting untuk diperhatikan. Kegiatan produksi akan terus
berlanjut untuk memenuhi permintaan ekspor yang meningkat yang berarti bahan baku harus
terus datang dari berbagai tambak. Yang berarti kita harus terus meningkatkan relasi antara
petambak lokal untuk memberikan bahan baku kepada perusahaan ini.
Udang Beku dipasarkan dalam bentuk beku yang dikemas hampa udara dengan plastik
polyethilene sebagai kemasan primernya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemasan
hampa udara merupakan pengemas yang baik untuk mempertahankan mutu produk dendeng
fillet ikan dan perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas (Ibrahim dan Dewi, 2008). Menurut
Siah dan Tahir (2011), Udang Beku yang dikemas dengan plastik polyethilene atau linear low
density polyethilene memiliki masa simpan selama 14 hari dengan penyimpanan menggunakan
atmosfir termodifikasi.
Berat udang per kemasan yang akan dipasarkan yaitu 1000 g. Ukuran ini dipilih untuk
mempercepat proses pembekuannya. Prinsip utama dalam pembekuan udang adalah pembekuan
cepat. Dengan ukuran yang semakin kecil, maka luas permukaan pembekuan akan semakin
besar, sehingga semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan dan
mutu udang akan semakin baik.
Dalam pendistribusian, udang beku dikemas lagi dengan kemasan karton/kardus sebagai
kemasan sekundernya dan didistribusikan menggunakan mobil yang telah dilengkapi dengan
boks berpendingin. Bahan pengemas digunakan untuk mengemas produk akhir terdiri dari :
- Kemasan primer : yaitu kemasan yang langsung berhubungan dengan produk, berfungsi untuk
mencegah kekeringan dan oksidasi. Bahan pengemas yang digunakan adalah plastik bening
jenis polyethylene.
- Kemasan sekunder : yaitu kemasan berukuran 50 cm x 29 cm x 26 cm, yang biasanya disebut
inner carton. Pada kemasan ini dicantumkan jenis ikan, ukuran, jenis potongan, merek
dagang, approval number, kode produksi, dan sertifikasi HAACP/GAP.
- Kemasan master carton, yaitu kemasan yang terluar. Pada kemasan ini dicantumkan label yang
memuat identitas perusahaan, jenis ikan, ukuran, jenis potongan, merek dagang, approval
number, cara penyimpanan dan kode produksi. Kode produksi yang dicantumkan
menunjukkan kode unit pengolahan, tanggal, bulan dan tahun pembuatan.