Anda di halaman 1dari 7

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA ASPEK PEMASARAN UDANG

PUTIH (Litopenaeus vannamei) BEKU

Oleh :
M. RIZKY RIDHO YUSUF
NRP. 52163111463

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2020
1. LATAR BELAKANG
Usaha budidaya udang Penaeid di Indonesia telah berkembang pesat sejak periode tahun
80-an. baik usaha budidaya udang secara intensif maupun ekstensif. Upaya pemerintah dan
sektor swasta dalam meningkatkan kembali produksi udang melalui program ekstensifikasi dan
intensifikasi tambak secara bersamaan telah meningkatkan produksi udang dari hasil budidaya
dari 27.600 ton pada tahun 1983 meningkat menjadi 160.000 ton pada tahun 2003 atau
meningkat sebanyak 479.71% dalam kurun waktu 20 tahun dengan tingkat pertumbuhan rata-
rata 7.65% per tahun.
Berdasarkan data produksi udang negara-negara di dunia tahun 1986-2002. Indonesia
menempati urutan ketiga terbesar negara penghasil udang di dunia setelah China dan India
dengan total produksi sebesar 5.371.6 ribu metric ton atau 9,73% dari total produksi udang dunia
dengan produksi rata-rata 316,0 ribu metric ton per tahun dan tingkat pertumbuhan rata-rata
sebesar +6,79% per tahun. Sedangkan berdasarkan negara penghasil udang dari produksi
budidaya tahun 1988-2003, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar setelah Thailand dan
China dengan total produksi sebesar 2.029,7 ribu metric ton atau 13,58% dari total produksi
budidaya udang dunia dengan produksi rata-rata 126,9 ribu metric ton per tahun dan tingkat
pertumbuhan rata-rata sebesar +13,58% per tahun.
Peningkatan produksi udang ternyata telah memberikan arti tersendiri dalam peningkatan
devisa dari ekspor non-migas, sebab udang telah dapat menunjukkan dominasinya sebagai salah
satu komoditi andalan ekspor di pasaran dunia. Berdasarkan data volume ekspor udang negara-
negara didunia tahun 1988-2002, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar negara pengekspor
udang di dunia setelah Thailand dan India dengan total volume ekspor komoditi udang Indonesia
adalah sebesar 1.374,9 ribu metric ton atau 7,25% dari total volume ekspor udang dunia dengan
volume ekspor rata-rata 91.7 ribu metric ton per tahun dan tingkat pertumbuhan rata-rata 6,75%
per tahun.

2. UDANG
Menurut Kordi.G, (2012) Udang Vaname (L. vannamei) adalah salah satu spesies udang
unggul yang sejak tahun 2002 mulai dikulturkan di tambak-tambak di Indonesia. Udang yang
biasa disebut pacific white shrimp atau rostris ini berasal dari perairan Amerika dan hawai dan
sukses dikembangkan diberbagai negara di Asia seperti Cina, Thailand, Vietnam dan Taiwan.
Secara ekolologis udang vaname mempunyai siklus hidup identik dengan udang windu yaitu
melepaskan telur di tengah laut kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas
menjadi nauplius seterusnya menjadi stadium zoea, mysis, postlarva, dan juvenil. Pada stadium
juvenil telah tiba di daerah pesisir selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan
telur. Berikut adalah klasifikasi Udang Vaname Menurut (Effendie, 1997) :

Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Gambar 1. Udang Vaname (Sumber : Suyanto dan Mujiman, 2003)


Makanannya berupa bangkai atau tumbuhan dan hewan lain. Alat pencernaan
makanannya terdiri atas tiga bagian, yaitu : tembolok, lambung otot, dan lambung kelenjar. Di
dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal. Selain
gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik yang berfungsi mengeraskan
eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan
makanannya dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan
anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat
kelenjar hijau.

3.PEMBEKUAN UDANG
Pembekuan udang merupakan proses penanganan udang secara modern yang paling
lazim digunakan. sebab selain tidak merubah penampilan dan tekstur, juga memiliki daya awet
yang lama yaitu mencapai 2 tahun. Sehingga waktu pengiriman yang lama sekitar 1-2 bulan
hingga mencapai konsumen luar negeri tidak mempengaruhi kualitas produk.

Proses pembekuan udang adalah sebagai berikut :

1. Udang diterima dari suplier dan tambak dalam kondisi Head On (HO) dalam box dengan
pendingin es. Udang diterima pada bagian penerimaan untuk dicuci ozon dan dilakukan
sampling size maupun mutu udang. Selain itu dilakukan juga uji chlorampenichol yang
sering kali digunakan oleh petambak udang.
2. Setelah penerimaan bahan baku berupa HO adalah dilakukannya proses potong kepala.
Sehingga udang menjadi head less atau HL.
3. Udang HL ini kemudian disortir secara otomatic dengan mesin pengatur berat atau ukuran
sehingga lebih seragam ukurannya. atau menggunakan mesin grading yang mengatur
volume tubuh udang untuk memisahkan udang berdasarkan size.
4. Udang hasil sortir dikupas sesuai permintaan. ada beberapa jenis kupasan yaitu PND (peel
and diveined), PUD (peel un diveined), PDTO (peel diveined tail on) dan BTO ( Buterfly
tail on). Ada juga beberapa jenis kupasan lain.
5. Udang hasil kupasan dibekukan dengan mesin pembeku. Ada beberapa macam metode
pembekuan : IQF (individual quick frozen), Air blast freezer, contact plate freezer.
6. Udang hasil pembekuan dipacking sesuai permintaan buyer.

4. STUDI KELAYAKAN
Studi kelayakan merupakan evaluasi pendahuluan yang bertujuan untuk menghemat
waktu dan biaya evaluasi sehingga investor dapat menentukan apakah proyek masih berarti
untuk dilanjutkan atau harus dihentikan. Laporan studi kelayakan haruslah meyakinkan,dengan
disertai tentang harapan keberhasilan proyek, dengan didukung oleh bukti-bukti realistis dan
dengan tidak lupa menunjukkan berbagai resiko yang mungkin dihadapi (Sutojo,1993).
Menurut Husnan dan Suwarsono (1997), studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil. Umumnya penelitian studi
kelayakan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.
Tolak ukur studi kelayakan adalah nilai moneter. Dalam studi kelayakan, semua komponen
manfaat dan biaya dinilai dengan harga pasar. Penilaian terhadap keadaan dan prospek suatu
industri dilakukan atas kriteria tertentu yang disusun dengan mempertimbangkan manf
aat bagi perusahaan dan negara. Kriteria-kriteria tersebut mencakup aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknis teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial (Sutojo, 1993).

4.1. Aspek Pasar dan Pemasaran

4.1.1 Analisis Potensi Pasar


Target konsumen pada usaha “pembekuan udang” yaitu pasar lokal dan pasar ekspor.
Pembekuan udang merupakan perusahaan / UPI skala menengah yang mengambil bahan baku
dari tambak sekitar dan dipasarkan ke luar negeri dikarenakan permintaan udang di tiap tahunnya
yang kian meningkat.

Udang adalah makanan yang tidak akan pernah mati dikarenakan digemari banyak orang
dan juga kandungan gizinya yang lengkap di tambah diolah hanya dengan pembekuan yang
menambah kepercayaan konsumen karena tidak menggunakan bahan tambahan

4.1.1.1 Segmentation

Daerah yang dipilih sebagai tempat pembuatan UPI tentunya harus jauh dari pemukiman
penduduk atau di area industri, dan juga memiliki akses yang sarana dan prasarana yang
memadai untuk menunjang jalannya perusahaan seperti jalan utama, listrik, air dan lain
sebagainya.

Perusahaan ini walaupun jauh dari pemukiman penduduk namun untuk pemasarannya
dipasar lokal akan di pasarkan melalui agen-agen kecil maupun suplier yang mengambil dari
perusahaan

4.1.1.2 Targeting
Target pasar merupakan kunci penting untuk diperhatikan. Kegiatan produksi akan terus
berlanjut untuk memenuhi permintaan ekspor yang meningkat yang berarti bahan baku harus
terus datang dari berbagai tambak. Yang berarti kita harus terus meningkatkan relasi antara
petambak lokal untuk memberikan bahan baku kepada perusahaan ini.

Estimasi Target Pasar :

Permintaan produk udang beku Indonesia dari negara-negara tujuan ekspor


seperti Jepang dan Amerika juga dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel atau
agregat yang berhubungan dengan konsumen di masing- masing negara tujuan ekspor.
antara lain yaitu :
 Tingkat pendapatan. dimana tingkat pendapatan menunjukkan daya beli konsumen
terhadap permintaaan produk udang beku
 Tingkat konsumsi udang. dimana tingkat konsumsi udang meggambarkan selera
dan preferensi konsumen.
 Jumlah populasi penduduk. dimana jumlah populasi penduduk menggambarkan
jumlah konsumen potensial pada negara tujuan ekspor.

4.1.2. Konsep Produk

Udang Beku dipasarkan dalam bentuk beku yang dikemas hampa udara dengan plastik
polyethilene sebagai kemasan primernya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemasan
hampa udara merupakan pengemas yang baik untuk mempertahankan mutu produk dendeng
fillet ikan dan perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas (Ibrahim dan Dewi, 2008). Menurut
Siah dan Tahir (2011), Udang Beku yang dikemas dengan plastik polyethilene atau linear low
density polyethilene memiliki masa simpan selama 14 hari dengan penyimpanan menggunakan
atmosfir termodifikasi.
Berat udang per kemasan yang akan dipasarkan yaitu 1000 g. Ukuran ini dipilih untuk
mempercepat proses pembekuannya. Prinsip utama dalam pembekuan udang adalah pembekuan
cepat. Dengan ukuran yang semakin kecil, maka luas permukaan pembekuan akan semakin
besar, sehingga semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan dan
mutu udang akan semakin baik.
Dalam pendistribusian, udang beku dikemas lagi dengan kemasan karton/kardus sebagai
kemasan sekundernya dan didistribusikan menggunakan mobil yang telah dilengkapi dengan
boks berpendingin. Bahan pengemas digunakan untuk mengemas produk akhir terdiri dari :
- Kemasan primer : yaitu kemasan yang langsung berhubungan dengan produk, berfungsi untuk
mencegah kekeringan dan oksidasi. Bahan pengemas yang digunakan adalah plastik bening
jenis polyethylene.
- Kemasan sekunder : yaitu kemasan berukuran 50 cm x 29 cm x 26 cm, yang biasanya disebut
inner carton. Pada kemasan ini dicantumkan jenis ikan, ukuran, jenis potongan, merek
dagang, approval number, kode produksi, dan sertifikasi HAACP/GAP.
- Kemasan master carton, yaitu kemasan yang terluar. Pada kemasan ini dicantumkan label yang
memuat identitas perusahaan, jenis ikan, ukuran, jenis potongan, merek dagang, approval
number, cara penyimpanan dan kode produksi. Kode produksi yang dicantumkan
menunjukkan kode unit pengolahan, tanggal, bulan dan tahun pembuatan.

Anda mungkin juga menyukai