Anda di halaman 1dari 4

SWOT Strategi Pengembangan Perkebunan Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah

Yudha Pratomo Putra (C1A019067)

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jenderal Soedirman

Pendahuluan
Provinsi Sulawesi Tengah secara luasnya termasuk ke dalam provinsi terbesar di Pulau
Sulawesi. Daerah ini terkenal akan keberadaan teluk-teluk indah dan pulau yang cantik.
Wilayah ini juga kaya akan sumber daya alam, mulai dari pertanian, kehutanan, perikanan,
pertambangan, hingga perkebunan. Perkebunan muncul menjadi salah satu produk komoditas
unggulan sulawesi tengah setelah berhasil membuat catatan yang cukup menakjubkan.

Melihat dari sisi pendapatan negara segi ekspor, sektor perkebunan sulawesi tengah
memiliki subsektor unggulan yaitu kakao. Pada 2020, produksi kakao nasional sebanyak 713
ribu ton dengan luas areal kakao 1.528 Ha, dan produktivitas 706 kg per Ha. Dengan produksi
tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-6 negara produsen kakao biji terbesar di dunia.
Sedangkan industri pengolahan kakao Indonesia berada di peringkat ke-3 terbesar di dunia
setelah Belanda dan Pantai Gading. Produk cokelat yang diekspor Indonesia antara lain cocoa
liquor/paste, cocoa cake, cocoa butter, dan cocoa powder. Ekspor cokelat Indonesia dalam
bentuk biji sebesar 6,1% dan sisanya 93,9% dalam bentuk olahan. Dengan mayoritas tujuan
ekspor cokelat dan produk olahannya adalah Amerika, Malaysia dan Belanda.

Di Sulteng, kakao biji di produksi di semua daerah tingkat II (9 kabupaten dan satu
kota). Produksi terbanyak adalah di Kabupaten Parimo (33%) yang terletak di KPT. Peringkat
berikutnya (22%) adalah Kabupaten Donggala yang letaknya di KPB. Dua kawasan tersebut
memiliki iklim panas (Oktober – Maret) dan hujan (April – September) yang saling bergantian.
Pada saat di KPB musim panas, di KPT musim hujan, dan sebaliknya (BPS, berbagai tahun).
Dengan kondisi iklim tersebut maka pasokan biji kakao dari Sulteng konstan sepanjang tahun
karena transisi dari periode kering ke basah merupakan faktor penting yang mengatur intensitas
pembungaan kakao (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

Dengan pasokan kakao biji yang konstan sepanjang tahun maka secara teoritis variasi
harga kakao di tingkat provinsi seharusnya kecil. Namun faktanya tidak demikian. Sebagian
besar kakao biji produksi Sulteng adalah untuk pasar ekspor, namun pangsanya di pasar
internasional kecil. Di sisi lain, struktur dan perilaku pasar di level tertentu diduga
tersegmentasi sehingga transmisi harga ketika harga meningkat tidak sama dengan ketika harga
turun.
Pembahasan

Identifikasi Lingkungan Internal


1. Kekuatan (Strengths)
• Tersedianya varietas bibit kakao unggul.
• Tersedianya mesin-mesin produksi pengelolaan kakao dan tenaga kerja yang
cukup.
• Dukungan kebijakan pemerintah yang turut memajukan industri perkebunan
khususnya kakao
• Sebagian besar lahan di sulawesi tengah dimiliki oleh perkebunan.
• Sektor perkebunan memiliki modal yang cukup untuk menjalankan usaha.
2. Kelemahan (Weaknesses)
• Bibit yang tersedia kadang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
• Tenaga kerja belum sepenuhnya menguasai penggunaan mesin-mesin pengelolaan
kakao, dan teknik-teknik budidaya kakao di lapangan.
• Tenaga kerja yang belum sepenuhnya disiplin dalam menjalankan setiap tugas
yang diemban.
• Lahan yang miskin unsur hara, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
• Laporan keuangan yang belum disusun secara terperinci.

Identifikasi Lingkungan Eksternal

1. Peluang (Opportunities)
• Kebutuhan konsumsi kakao dunia yang terus mengalami peningkatan.
• Harga kakao di pasaran yang relatif stabil dan cenderung meningkat.
• Tersedianya pangsa pasar yang cukup luas.
• Pengembangan usaha disektor lain seperti UMKM untuk produk olahan kakao.
2. Ancaman (Threats)
• Kebutuhan konsumsi kakao yang terus meningkat, mengakibatkan adanya
persaingan pasar yang cukup tinggi di antara para produsen.
• Permintaan kakao yang terus meningkat mengakibatkan permintaan akan tenaga
kerja juga semakin tinggi.
• Propaganda dari perusahaan lain untuk mengajak pekerja bergabung dengan
perusahaannya.
• Serangan hama dan penyakit yang bisa datang kapan saja.
Strategi Perkembangan Perkebunan Kakao di Sulawesi Tengah

1. Strategi S-O
• Meningkatkan kualitas bibit, melalui riset-riset yang dibiayai perusahaan.
• Meningkatkan kualitas tenaga kerja, melalui pelatihan-pelatihan, dan perawatan
khusus untuk mesin-mesin perusahaan.
• Menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan pemerintah, khususnya untuk
pemasaran ke luar wilayah dan luar negeri.
• Membuat bisnis sampingan, misalnya wisata ke pabrik pengolahan kakao atau
rumah coklat.
2. Strategi W-O
• Meningkatkan kualitas bibit yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.
• Memberikan pelatihan dan kursus khusus bagi pekerja untuk meningkatkan
kualitasnya.
• Memberikan sanksi bagi pekerja yang kurang disiplin, dan memberikan apresiasi
khusus bagi pekerja teladan (bonus).
• Melakukan pengolahan tanah dan unsur-unsur pendukung lainnya dengan
menggunakan bahan ramah lingkungan.
3. Strategi S-T
• Mempertahankan mutu bibit dan tetap mengadakan penelitian lebih lanjut untuk
meningkatkan mutu tanaman.
• Merekrut tenga kerja yang bermutu dan berkualitas, dengan menjalin kerja sama
dengan kampus-kampus tertentu.
• Memperhatikan kesejahteraan karyawan, dan memberikan penghargaan bagi
karyawan yang loyal terhadap perusahaan.
• Melakukan penanggulangan serangan hama dan penyakit melalui cara-cara yg
tepat dan efisien seperti penggunaan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
4. Strategi W-T
• Penggunaan bibit kakao varietas unggul di wilayah dengan kondisi tanah yang
kurang subur, meningkatkan perawatan, dan pemeliharaan tanaman.
• Megadakan kerja sama dengan kampus-kampus tertentu untuk merekrut tenaga
kerja berkualitas dan mengirim karyawan untuk mengikuti kursus atau pendidikan
khusus.
• Pemberian upah yang layak bagi karyawan, dan penghargaan khusus bagi
karyawan loyal dan teladan.
• Menanggulangi serangan hama dan penyakit dengan tekhnik yang tepat dan.
efisien, serta ramah lingkungan.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi yang dapat
digunakan untuk pengembangan perkebunan kakao di sulawesi tengah terdiri dari (1) Strategi
S-O, (2) Strategi W-O, (3) Strategi S-T, (4) Strategi W-T. Namun untuk keadaan sekarang ini,
strategi yang paling tepat untuk diterapkan adalah strategi S-T.

Daftar Pustaka
BPS. (2021). Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Diambil kembali dari Luas
Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Jenis Komoditi dan
Kabupaten/Kota, 2016: https://sulteng.bps.go.id/statictable/2017/12/21/664/luas-areal-
dan-produksi-tanaman-perkebunan-rakyat-menurut-jenis-komoditi-dan-kabupaten-
kota-2016-.html
Indonesia, K. P. (2021). Pertanian. Diambil kembali dari Produksi Kakao Menurut Provinsi
di Indonesia, 2017 - 2021:
https://www.pertanian.go.id/home/index.php?show=repo&fileNum=209
Limanseto, H. (2020). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Diambil kembali
dari Kunjungi Sulawesi Tengah, Menko Airlangga Lepas Ekspor Kakao Biji Sebagai
Komoditas Andalan Provinsi: https://ekon.go.id/publikasi/detail/3247/kunjungi-
sulawesi-tengah-menko-airlangga-lepas-ekspor-kakao-biji-sebagai-komoditas-
andalan-provinsi

Anda mungkin juga menyukai