Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

Sambung Pucuk Tanaman Kakao (Grafting)

Mata kuliah : Tanaman Perkebunan Utama

Dosen : Nursalam sp., MP.

OLEH :

Asrul

BIA214115

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN

UNUVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan

Laporan praktikum sambung pucuk kakao adapun tujuan disusunnya laporan ini

adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah perkebunan utama

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata,

melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya

laporan ini.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.

Untuk itu,saya selaku penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran

yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. saya berharap

semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Tamggetada, 25 Januari 2018

penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Kakao ....................................................................................................4

2.2 Penyambungan.......................................................................................6

BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................8

3.1 Lokasi Waktu Penelitian...................................... .................................8

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................8

3.3 Alur Praktikum.......................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................10

4.1 Model kerja..........................................................................................10

BAB V PENUTUP................................................................................................12

5.1 Kesimpulan..........................................................................................12

5.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

LAMPIRAN ........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbanyakan vegetatif tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara okulasi,

setek atau kultur jaringan. Perbanyakan vegetatif yang sering dilakukan adalah

dengan okulasi, karena penyetekan sulit dilakukan ditingkat perkebunan.Okulasi

dilakukan dengan menempelkan mata kayu pada batang kayu bawah yang telah

disayat kulit kayunya dengan urutaan tertentu, diikat, dan dipelihara sampai

menempel dengan sempurna walupun tanpa ikatan lagi.

Tanaman kakao hasil perbanyakan vegetatif memiliki bentuk pertembuhan

yang sesuai dengan enteres yang digunakan.Jika entres berasal dari cabang

plagiotrop dengan bentuk pertumbuhan seperti kipas.

Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan

suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain.

Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak

variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa

seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15

dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini.

Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119

bentuk grafting.

1
Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi, Scion

grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten.

2. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman

sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya

masing-masing Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas

(sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah

yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.

Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa

belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi

dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris

atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang

pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang

perantara (Inter-Stock).

Bibit sambungan tanaman kakao terdiri dari beberapa macam, yaitu : bibit

sambung pada ( umur batang bawah 14-21 hari ), bibit sambung remaja tipe

bendera dan tipe tongkat ( umur batang bawah 60 hari), serta bibit sambung

dewasa ( umur batang bawah 4 bulan). Bibit sambung muda tanaman kakao

memiliki salah satu keunggulan yaitu bibit dapat disambung lebih dini, sehingga

bibit tanaman kakao tersebut cepat beradaptasi dan cepat pindah ke areal tanam.

Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan untuk membuat bibit

sambung muda tanaman kakao, yaitu :

2
a) Batang bawah berumur 14-21 hari kotiledonya belum lepas, dan daun

pertamanya 4 lembar mulai tumbuh,

b) batang atas (entres) berasal dari cabang plagiotrip tanaman kakao unggul yang

sudah menghasilkan, berwarna hijau, memiliki ukuran diameter yang sama

dengan diameter batang bawah, dan memiliki dua lembar daun yang dipotong

setengah,

c) Tangan pekerja yang digunakan harus selalu bersih (steril) dengan

menggunakan desinfektan di lap yang bersih.

1.2. Tujuan Penelitian

Teknik penyambungan ini bisa di terapkan untuk beberapa keperluan, yaitu

membuat tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak, dan

juga untuk membantu pertumbuhan tanaman.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kakao

Kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan tanaman perkebunan penghasil biji

coklat yang berasal dari hutan-hutan tropis Amerika Tengah dan bagian utara

Amerika Selatan. Secara umum tanaman kakao dikelompokkan menjadi tiga jenis

yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario yang merupakan hasil persilangan antara

Forastero dengan Criollo (Moramayor 2008). Sebagian besar klon-klon kakao

yang dikembangkan sekarang merupakan pengembangan dari tipe Forastero.

Tanaman ini mulai masuk dan diperkenalkan ke Indonesia oleh bangsa Spanyol

pada tahun 1560 di Manado, dan beberapa tempat di Sulawesi.

Di Jawa kakao mulai ditanam pada tahun 1880 di perkebunan Djati Runggo,

sehingga kemudian dikenal dengan klom DR yang merupakan kakao mulia, dan

hingga kini masih tetap ditanam (Prawoto 2008). Selanjutnya dihasilkan klon-klon

lain seiring dengan berkembangnya perkebunan kakao di berbagai wilayah di

Indonesia, baik klon-klon yang tergolong mulia maupun lindak. Saat ini lahan

penanaman kakao di Indonsia menempati peringkat ke tiga setelah Pantai Gading

dan Ghana.

Botani Tanaman Kakao Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman

berbentuk pohon, bercabang dengan tinggi berkisar antara 6 – 7.5 m. Daun

tunggal bentuk memanjang (oblongus), dengan tulang daun menyirip. Bunga

tunggal dengan tangkai panjang yang menempel pada batang (cauliflor), berwarna

putih. Buah kakao mempunyai panjang 20-27 cm dengan diameter 5–10 cm

4
dengan warna yang bervariasi sesuai varietasnya. (Dalam klasifikasi tanaman

kakao termasuk ke dalam divisi Spermatophyta/Magnoliophyta; Classis

Magnoliopsida/ Dicotyledoneae; Ordo Malvales; dan Family Sterculiaceae

(Concruist, 1984). Tanaman kakao dimanfaatkan bijinya, meskipun buahnya juga

dapat dimakan. Biji kakao mengandung alkaloid Theobromin yang merupakan

stimulan ringan. Biji kakao merupakan bahan dasar pembuatan coklat yang 10

diperoleh dengan memanggang dan menggilingnya menjadi bubuk coklat, dan

diolah menjadi berbagai jenis makanan maupun minuman yang banyak digemari.

Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di Asia Tenggara, dan

sentra produksinya tersebar di berbagai wilayah.

Kakao merupakan tanaman yang cocok ditanam di daerah tropis dengan suhu

optimal 27 o C dan kelembaban yang cukup tinggi yaitu antara 80 – 90%. Akan

tetapi iklim tersebut juga mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan

patogen P. palmivora (Wood dan Lass, 1989). Tanaman kakao dapat hidup di

daerah yang mempunyai kelembaban dan curah hujan rendah, tetapi peka terhadap

perubahan suhu dan kelembaban, sehingga tanaman ini dapat tumbuh dengan baik

di daerah yang memiliki iklim tetap. Selain itu, pohon kakao juga tidak tahan

terhadap angin kencang, karena percabangannya kurang kuat sehingga mudah

patah. Angin yang kencang akan mudah merusak pertanaman kakao, mematahkan

batang dan merusak buahnya. Untuk menghindari hal ini, biasanya pertanaman

kakao dilindungi oleh tanaman pelindung sehingga dapat terhindar dari kerusakan.

Di antara tiga jenis kakao, Criolo merupakan jenis kakao tertua yang mulai

ditanam oleh suku Maya sekitar 3000 tahun yang lalu di Amerika Tengah. Kakao

5
jenis ini menghasilkan bubuk coklat dengan kualitas terbaik, tetapi tidak tahan

terhadap berbagai penyakit (Argout et al. 2010).

2.2 Penyambungan

Berbagai jenis varietas tumbuhan yang sudah dibudidayakan secara komersial

umumnya menggunakan bibit yang berasal dari okulasi Di Indonesia, okulasi

merupakan metode perbanyakan tanaman secara komersial. Keuntungan dari

okulasi diantaranya adalah tanaman mempunyai perakaran yang kuat dan tahan

penyakit ataupun hama, tahan kekeringan ataupun kelebihan air serta memperoleh

suatu tanaman sesuai dengan yang diinginkan.(Yursan. dan Noer.. 2011)

Pertumbuhan batang bawah tanaman dengan cara grafting sangat berpengaruh

pada pertumbuhan batang atas. Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain hubungan spesies antara batang atas dan batang

bawah, teknik penyambungan, faktor lingkungan, serta serangan hama dan

penyakit.(Turhan. dkk., 2011)

Sambung samping adalah cara penyambungan batang atas pada bagian

samping batang bawah. Caranya sebagai berikut: pada batang bawah jeruk dibuat

irisan belah dengan mengupas bagian kulit. Irisan kulit batang bawah dibiarkan

atau tidak dipotong. Batang atas dibuat irisan meruncing pada kedua sisinya. Sisi

irisan yang menempel pada batang bawah dibuat lebih panjangSedangkan salah

satu kelemahannya adalah seringkali terjadi ketidak serasian antara batang antara

batang atas dan batang bawah menyatakan bahwa penampakan pertumbuhan suatu

varietas tanaman tidak terlepas dari interaksi genotipe dan lingkungan tumbuhnya.

(Petropoulos, et all 2012.)

6
Tujuan dari produksi tanaman budidaya adalah memaksimalkan laju

pertumbuhan dan hasil panen melalui manipulasi genetik dan lingkungan.

Genotipe dapat diubah melalui pemuliaan atau seleksi varietas sedang lingkungan

dapat dimodifikasi dengan melalui teknik budidaya, diantaranya dengan

pemupukan. (Adinurani. 2011)

Menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung

pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman lain

batang bawah. Batang ataslah yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat

induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh dan

mengambil makanan dari dalam tanah. Oleh sebab itu kriteria pemilihan batang

atas dan batang bawah berbeda (Sukarminli. dkk. 2010).

Dalam Teknik sambung pucuk bisa dilakukan pada semua tanaman buah-

buahan yang berbiji dan memiliki kambium. Sistem sambung celah atau pucuk

yang menggunakan batang bawah yang tua dan tinggi sambungan 1 m memiliki

tingkat keberhasilan yang tinggi dan lebih tahan dari serangan cendawan.

Tanaman yang mengalami proses penyambungan akan lebih baik jika ditaruh

bedengan yang diberi naungan. Naungan yang digunakan dapat berupa daun

kelapa yang hanya mampu menerima 25-35%. Tanaman yang sedang mengalami

proses penyambungan, tanaman harus disiram dengan memperhatikan

kelembapan media tanamnya. Jika tanaman atas kering atau busuk, maka proses

penyambungan akan mengalami kegagalan. Cara yang sangat mudah

mengatasinya adalah tanaman bagian bawah dipotong dan proses penyambungan

bisa diulangi kembali (Mangoeidjojo. 2003).

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

2.1. Lokasi dan Waktu

 Lokasi

Lokasi praktik untuk melakukan sambung pucuk pada tanaman kakao

yaitu di Lapangan Praktek fakultas pertaniaan,perikanan dan peternakan

(FPPP) Universitas Sembilanbelas November.

 Waktu

Hari : minggu, 21 januari 2018

Pukul :16.00 WIB s/d selesai

2.2. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Gunting Entris

Kater Batang Kakao

Plastik elastis Air

Tali rapia

2.3 alur praktikum

1. Menyediakan batang kakao yang akan digunakan sebagai batang bawah (stock)
dan batang atas (entres) serta alat-alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atas sebesar batang bawah dan membuat perlakuan sebagai
berikut :

8
a) Memotong cabang batang atas (entrees) dengan menyisahkan 1 cm dari
batang dengan jumlah total tiga cabang.
b) Potong batang bawah 40–50 cm dari permukaan tanah, lalu belah bagian
atasnya sedalam 3 cm.
c) Buat sayatan berbentuk huruf V pada dua sisi pangkal batang atas (entres)
sepanjang 3 cm.
d) Menyisipkan batang atas (entres) ke dalam celah batang bawah (stock).
e) Membuat sambungan dengan dengan mengikat menggunakan tali atau plastik
es mulai dari bawah ke atas.
f) Mengkerudungi bidang sambungan dengan kantong plastik es, dan kemudian
mengikat pada batang bawah.
g) meletakkan di tempat yang teduh sekitar 2-3 minggu.
h) Sambungan yang tumbuh akan muncul daun atau tunas baru.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

3.1. Metode Kerja

Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang

dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga

gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.

Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa

belandanyaonder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi

dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris

atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang

pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang

perantara (Inter-Stock).

Dalam praktek sambung pucuk grafting ini dilakukan pada tanaman kakao,

penyembungan pucuk ini tidaklah mudah karena harus memerlukan ketelitan dan

perlakuan yang khusus agar tanaman yang disambung dapat menyatu dengan

baik.Pada penyambungan yang pertama kali yaitu 2 pohon saya lakukan gagal,

karena batang atasnya busuk.

Penyambungan yang kedua juga mengalami kegagalan sama dengan

penyambungan yang pertama yaitu batang atasnya busuk, kemudian saya

mencoba kembali untuk melakukan sambung pucuk pada penyambungan saya

yang ketiga ini dapat dikatakan berhasil karena yang saya tanam tumbuh

10
keduanya, dan tunas airnya mulai tumbuh, tetapi selang beberapa hari mati satu

batang.

Sambung pucuk yang dikatakan berhasil atau hidup yaitu tunas atas dan

bawahnya menyatatu dengan sempurna kemudian jika plastik yang diikan pada

batang sebagai penyatu antara batang bawah dan batang atas dilepas tanaman

kakao tersebut tetap menyatu.

11
BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam melakukan sambung pucuk tidaklah mudah harus memerlukan

ketekunan, ketelitian dan perlakuan yang khusus. Sambung pucuk juga tidk

selamanya mengutungkan tetapi juga memiliki kerugian adapun keuntungan dan

kerugianya sebagai berikut :

1. Keuntungan

 Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan

vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.

 Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan

terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang

rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.

 Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang

tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.

 Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-

buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika

tanaman kehutanan).

2. Kerugian

 Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah

jika ditiup angin kencang dan tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok

antara scion dan rootstock

12
DAFTAR PUSTAKA

Subiantoro, Rijadi dan Hartono, Joko SS, 2013. Pengolaan Tanaman Kakao.

Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung.

Bandar Lampung

http://marwanard.blogspot.com/2011/11/petunjuk-teknis-sambung-pucuk-

tanaman.html

Anonim, 1993, Pegangan Pelaksanaan Pembiakan Vegetatif Konvensional.

Sambung

Pracaya, 1992, Jeruk Manis. Varietas, Budidaya, dan Pasca panenP.T.

Penebar. Swadaya, Jakarta.

13
LAMPIRAN

 Gambar Kegiata Praktikum Sambung Pucuk Kakao (Grifting)

14

Anda mungkin juga menyukai