Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH LENGKAP KELAPA SAWIT

(Teknologi Budidaya Tanaman Kelapa Sawit)

OLEH :

RIZKI PRATAMA

MADRASAH ALIYAH NURUL HUDA KELAS X IPS


PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN
PROVINSI RIAU
2018/2019
KATA PENGANTAR

ALHAMNDULILLAHIRRABBIL ALAMIN

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam. Itulah pujian yang kami panjatkan atas
kehadirat Maha besar-Nya Allah swt karena atas limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul“Teknologi budidaya tanaman
kelapa sawit” dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknologi produksi
tanaman.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kelemahan
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
mahasiswa, dosen dan pembaca sekalian.

pelalawan, 25 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …...
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Rumusan Masalah . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..
1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . .. . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . …..
2.1 Pengertian Kelapa Sawit .. . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . .
BAB III PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..…
3.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . …. . . . .
3.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
4.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan
salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya,
dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit
dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia
akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah
pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran
perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada
tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona
Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan
memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi
Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas.
Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha
pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah
satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang
besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan
adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil
akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa
sawit ini yaitu :
1. Bagaimana syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kelapa sawit ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa sawit
ini yaitu :
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan
kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan
kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara
dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa
terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus
yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak
lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120
lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination).
Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya
dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin
tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang
dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa
ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara
2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24º -38º C. Ketinggian
di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah.
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan
vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi
buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.
Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang
perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan
bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran
penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit
harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan
iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit
adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies :Elaeis guineensis Jacq.
2.1.1 Iklim
 Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan
kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama
penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore
atau malam hari.
 Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata
tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan
banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu
semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami
merata sepanjang tahun.
 Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan
lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata
sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran
rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500
meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya
pun akan rendah.
2.1.2 Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk
bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan
organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua
hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
 Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya
antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut,
terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas
lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut
memiliki pH rendah.
 Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum
dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan
lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi
pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara
alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan
tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat
fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
2.2.1 Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit
yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai
dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat
ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan
dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang
direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja,
2003).
2.2.2 Pembibitan Bibit
Merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat
berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan
langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap
pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit
kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal
serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan
penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik
dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan,
sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan
pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
2.2.2.1 Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
2) Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
3) Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.
4) Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga
pada musim hujan tidak tergenang air.
5) Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang
memenuhi syarat.
6) Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun.
7) Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk
ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit
2.2.2.2 Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang
direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak
tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian
jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan
lebar 5 m.
2.2.2.3 Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman
kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada
sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih
dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan
utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak
dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
1) Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan
seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
2) Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag
besar di pembibitan utama.
3) Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan
pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
2.2.3 Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya
tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan
kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam
polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses
pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya.
2.2.3.1 Kantong Plastik (Polybag)
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal
(Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm,
lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20
buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan
ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang
diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.
2.2.3.2 Pembibitan Awal (Pre-Nursery)
Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag
yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg
tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam
sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di
prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat
dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek.
Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh
bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh
kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan
polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm
dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang
telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan
dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah
polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar
kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan
sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).

2.2.3.3 Pemeliharaan (pada pembibitan)


Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan
umur dan saat tanam yang tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
1. Penyiraman
2. Penyiangan
3. Pengawasan dan seleksi
4. Pemupukan
 Penyiraman
1. Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8
mm pada hari yang bersangkutan.
2. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan
halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
3. Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.
 Penyiangan
1. Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,
dikored atau dengan herbisida
2. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma.
 Pengawasan dan seleksi
1. Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan
hama dan penyakit.
2. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang.
3. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu
pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke
lapangan. Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi
pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua
dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan
setelah berumur 12-14 bulan.
4. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a. Bibit tumbuh meninggi dan kaku
b. Bibit terkulai
c. Anak daun tidak membelah sempurna
d. Terkena penyakit
e. Anak daun tidak sempurna.
2.2.4 Pemupukan
 Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan
subur.
 Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.
2.2.5 Hama dan Penyakit
2.2.5.1 Hama
 Hama Tungau
Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala
terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR.
 Ulat Setora
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang
terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara
penyemprotan dengan Pestisida
2.2.5.2 Penyakit
 Root Blast
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp).
Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman
dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan
persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur
lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
 Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun.
Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun,
daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman
muda.
 Dry Basal Rot
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala
terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit
2.2.6 Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan
saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya
pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola
dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu
bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit
hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang
menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman
berproduksi secara terus menerus sampi batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia
ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun.
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen,
dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya
ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

2.2.7 Pasca Panen


Pasca panen tanaman kelapa sawit dalam pengolahan bahan baku berupa Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) terdiri dari beberapa tahapan
yaitu :
2.2.7.1 Jembatan Timbang
Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer
untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
timbang berhenti sekitar 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan
sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah
berat TBS yang ditrima dipabrik.

Gambar 2.2.7.1. Jembatan Timbang


2.2.7.2 Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis buah
yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan
faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :

KEMATANGAN BUAH Rendamen minyak% Kadar ALB (%)


Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 - 31 3,8 – 6,1

Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (Loding ramp ) dan
selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan (Sterilizer ).

Gambar 2.2.7.2. Penyortiran


2.2.7.3 Proses Perebusan (Sterilizer)
Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi Wearing
Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya
untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,7%. Dalam melakukan proses perebusan
diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke
sterilizer 2,8 – 3 kg/cm2, 140 derajat celcius dan direbus selama 90 menit.
Gambar 2.2.7.3. Sterilizer
2.2.7.4 Proses Penebah (Thereser Process)
 Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch
feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
 Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch
conveyor.
2.2.7.5 Proses Pengempaan (Pressing Process)
Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit dengan
jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui
efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
 Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah masuk ke
Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang
fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian
menyalurkan buah masuk ke Digester.

Gambar 2.2.7.5 Digester


 Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari
digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan
mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ).

Gambar 2.2.7.5. Screw Press

2.2.7.6 Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan ampas press
yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya
sebagai berikut :

1) Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank.
Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap mencapai
95 0C

2) Vibro Seperator / Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut yang dapat
mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem
getaran – getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor.
Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

3) Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana
minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan
berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar
dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara
mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur
yang cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda
jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

4) Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni
95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.

5) Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara sentrifugal. Pada
saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95o C.

6) Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya
sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan
dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak
menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.

7) Sludge Tank

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang terdiri dari
padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95o C.

8) Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge dan untuk
memudahkan proses selanjutnya.

9) Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge sehingga tidak
mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.

10) Sludge Seperator

Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge
dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan
bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.

11) Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan
sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam
Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat
mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil
minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi
kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh
di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih
10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan
buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.
4.2 Saran
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datangseiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan teknologi produksi sebagai usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta


Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera barat.
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Anonim. 2012. Makalah teknik budidaya kelapa sawit. http://www.blogspot.com . (Diakses, 25
Nopember 2015)
Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html (diakses,
25 Nopember 2015)

Anda mungkin juga menyukai