Oleh
YUYUN ROHMAWATI
NIM. 135100301111075
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
Oleh
Yuyun Rohmawati
NIM 135100301111075
v
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................iv
ABSTRAK ............................................................................. v
DAFTAR ISI...........................................................................vi
DAFTAR TABEL .................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................xi
BAB PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 3
2.1 Biji Kakao .................................................................... 3
2.2 Manajemen Industri .................................................... 3
2.3 Pengeringan Biji Kakao .............................................. 7
BAB III METODE PELAKSNAAN ......................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................. 9
3.2 Metode Pelaksanaan ................................................... 9
3.3 Materi Kegiatan .........................................................10
3.3.1 Materi Kegiatan Umum .......................................10
3.3.2 Materi Tugas Khusus ..........................................10
3.4 Jadwal Kegiatan .........................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................13
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................13
4.1.1 Sejarah Perusahaan ...........................................13
4.1.2 Visi dan Misi ........................................................14
4.1.3 Lokasi Perusahaan……………………………….. .14
4.2 Struktur Organisasi .....................................................16
4.3 Ketenagakerjaan ........................................................17
4.3.1 Klasifikasi Tenaga Kerja .....................................17
4.3.2 Sistem Pengupahan dan Penggajian ..................18
4.3.3 Waktu Jam Kerja.................................................19
vi
4.3.4 Kompensasi ........................................................20
4.4 Mesin dan Peralatan...................................................23
4.5 Bahan Baku ................................................................34
4.6 Proses Produksi .........................................................37
4.6.1 Proses Produksi Primer (Hulu)………………….. 37
4.5.2 Proses Produksi Sekunder (Hilir)……………….. 42
4.7 Pengendalian Mutu…………………………………….. .46
4.7.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku .........................46
4.7.2 Pengendalian Mutu Proses .................................47
7.7.3 Pengendalian Mutu Produk Akhir……………….. 51
4.8 Tata Letak Fasilitas ....................................................51
4.8.1 Tipe Layout………………………………………… .52
4.8.2 Pola Aliran Bahan………………………………….. 52
4.9 Sanitasi dan Limbah ...................................................53
4.9.1 Sanitasi……………………………………………… 53
4.9.2 Limbah………………………………………………. 55
4.10 Pemasaran ...............................................................57
BAB V TUGAS KHUSUS .....................................................61
5.1 Proses Pengeringan ...................................................61
5.2 Alat dan Bahan Pengeringan ......................................64
5.3 Metode Pengeringan Yang Digunakan .......................65
5.4 Hasil Pengukuran Kadar Air .......................................68
5.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan…………….70
5.6 Uji Banding Citarasa (Hedonik) Biji Kakao Dengan
Pengeringan Mekanis Vs Sun Drying………………… .72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................89
6.1 Kesimpulan ................................................................89
6.2 Saran .........................................................................89
DAFTAR PUSTAKA .............................................................91
LAMPIRAN ...........................................................................95
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 5.9 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Kekerasan
.......................................................................79
Gambar 5.10 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Tekstur.,81
Gambar 5.11 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Aftertaste..
.......................................................................84
Gambar 5.12 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Tingkat
Kesukaan .......................................................86
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
biji memiliki kadar air 7%, warna cokelat merata, kadar lemak
tinggi, keasaman rendah dan biji tidak mudah pecah.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Ketenagakerjaan
5. Proses Produksi
6. Bahan Baku
7. Pengendalian Mutu
6
kontaminan dari makanan dan mesin pengolahan makanan
serta mencegah kontaminasi kembali.
10. Pemasaran
11
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Visi
Menjadi lembaga penelitian yang handal dan produktif
dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi yang terkait
dengan perkebunan kopi dan kakao.
b. Misi
1. Menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao.
2. Menjadi mitra pelaku usaha dengan pemerintah dalam
mengembangkan inovasi teknologi baru.
3. Menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya
manusia dalam meningkatkan daya saing.
4.3 Ketenagakerjaan
4.3.1 Klasifikasi Tenaga Kerja
4.3.4 Kompensasi
23
Gambar 4.2. Mesin Pemecah Buah Kakao
24
dengan mesin penggerak motor bahan bakar Honda 5,5 PK.
Di Puslitkoka terdapat 1 buah mesin yang digunakan.
3. Peti Fermentasi
25
pembakaran berasal dari kayu bakar yang diletakkan dalam
tungku dan ditiup oleh 2 kipas aksial. Di Puslitkoka terdapat
1 buah mesin yang digunakan.
5. Mesin Sortasi Kakao (Grader)
32
19. Kabinet Tempering
33
Water bath digunakan untuk menyimpan lemak kakao agar
tetap dalam keadaan cair. Suhu dalam water bath diatur
105oC.
22. Freezer
Freezer digunakan untuk menyimpan bungkil kakao dan
lemak kakao. Di Puslitkoka terdapat 2 freezer yang
digunakan.
23. Timbangan Duduk
34
sendiri yaitu jenis kakao mulia (Fine cocoa/F). Biji kakao mulia
merupakan biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis
Criolo dan Trinitario serta hasil persilangan. Sedangkan biji
kakao dari supplier yaitu biji kakao Glenmore-Banyuwangi, biji
kakao Blitar Baru-Blitar, biji kakao Kencong, dan biji kakao
Trebasala.
Harga dari biji kakao yang berasal dari supplier ditentukan
oleh pihak Puslitkoka berdasarkan analisa persyaratan umum.
Misalnya jika biji kakao yang dibeli dari supplier kadar airnya
tidak memenuhi standar yaitu maksimal 7,5% maka harga
kakao yang dibeli akan semakin murah, karena masih akan
dilakukan perulangan proses pengeringan terhadap biji kakao.
Sebaliknya jika bahan baku memenuhi persyaratan maka harga
akan semakin tinggi.
Biji kakao yang digunakan oleh Puslitkoka mengacu kepada
beberapa syarat mutu yang sudah ber-SNI. Persyaratan atau
ketentuan yang digunakan untuk menentukan mutu biji kakao di
Indonesia tertuang dalam SNI 2323-2008 (BSN, 2008). SNI
mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun
persyaratan umum dan khususnya guna menjaga konsistensi
mutu biji kakao yang dihasilkan. Pemberlakuan aturan SNI
kakao, oleh pemerintah juga disertai dukungan program
Gerakan Nasional (Gernas) 10 Kakao untuk peremajaan di
sistem produksi/budidayanya hingga tahun 2014. Hal ini
disebabkan kualitas biji kakao kering yang dihasilkan tidak dapat
lepas dari kualitas buah dan tanaman kakaonya.
Biji kakao kering menurut persyaratan mutunya, terbagi
menjadi 3 kelas, yaitu mutu kelas I, II, dan III, dengan ketentuan
telah memenuhi persyaratan umum dan khusus. Persyaratan
umum biji kakao dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan persyaratan
khusus biji kakao kering dapat dilihat pada Tabel 4.5.
35
Tabel 4.4 Persyaratan Umum
No Parameter Uji Satuan Persyaratan
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air % fraksi massa Maks. 7,5%
3. Biji berbau asap atau - Tidak ada
abnormal dan atau berbau
asing
4. Kadar benda-benda asing - Tidak ada
Sumber: SNI 2323: 2008
36
Berdasarkan persyaratan SNI 2323-2008 (umum, khusus dan
golongan berat) diatas, maka biji kakao kering hasil olahan
petani dapat ditentukan kelas dan mutunya yang dapat dilihat
pada Tabel 4.7.
Biji cacat adalah biji yang berjamur, biji slaty (biji tidak
terfermentasi), biji berserangga, biji pipih (waste), biji
berkecambah. Untuk menentukan biji cacat ini biji kakao dibelah
tepat di bagian tengah, arah memanjang dari keping biji,
permukaan biji yang terbelah dapat dilihat dengan jelas untuk
kadar dari masing-masing biji cacat. Apabila pada suatu biji
terdapat lebih dari pada satu jenis cacat, maka biji tersebut
dianggap mempunyai jenis cacat yang terberat sesuai dengan
tingkat resiko yang ditimbulkan, tingkatan tersebut jamur,
serangga, kecambah, dan biji yang slaty.
Klasifikasi atau penggolongan mutu biji kakao kering
menurut SNI 2323-2008 terbagi menjadi tiga, yaitu menurut
jenis tanaman, jenis mutu dan ukuran berat biji per 100 gram.
Menurut jenis tanaman kakao, biji kakao digolongkan menjadi
dua, yaitu biji mulia (biji kakao yang berasal dari tanaman kakao
jenis Criolo atau Trinitario serta hasil persilangannya dan biji
kakao lindak (biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis
Forastero) (BSN, 2008).
37
4.6 Proses Produksi
41
h. Grading
Grading atau biasa disebut dengan pengkelasan adalah
tahapan dimana biji yang telah lolos tahap sortasi akan
dibedakan berdasarkan mutu. Mutu yang dipakai
berdasarkan ukuran biji. Mesin sortasi mempunyai tiga
saringan dengan memisahkan biji dengan golngan mutu A, B
dan C. Secara kuantitatif mutu A adalah golongan biji dengan
ukuran besar dan mempunyai jumlah biji antara 85-90 untuk
setiap 100 g. Mutu B adalah golongan biji antara 95-100.
Sedangkan mutu C antara golongan biji dengan ukuran kecil
dengan jumlah di atas 120. Biji pecah keluar dari ayakan
paling bawah untuk mesin tipe getar. Mutu AA untuk biji
ukuran sangat besar dengan jumlah biji kurang dari 85. Biji
dengan mutu AA keluar dari corong paling atas. Biji hasil
sortasi atas dasar ukuran kemudian dikemas di dalam karung
goni. Setiap karung memiliki berat bersih 60 kg dan dilabel
yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen dengan
menggunakan pelarut non minyak.
i. Penggudangan
Penggudangan bertujuan untuk menyimpan hasil panen yang
telah dilakukan grading dalam kondisi yang aman sebelum
dipasarkan ke konsumen. Penggudangan dilakukan di
sebuah ruangan tertutup. Karung goni yang berisi biji kakao
diletakan diatas pallet. Menurut Asri (2014), penggunaan
pallet kayu sering digunakan pada keperluan logistik pabrik.
Dimana fungsi utamanya adalah agar produk tidak langsung
bersentuhan dengan tanah. Rongga yang diciptakan oleh
pallet berguna untuk sirkulasi udara sehingga tidak lembab.
Pallet kayu dipilih karena sifatnya yang isolator terhadap
panas maupun listrik. Biji kakao yang elah difermentasi dan
dikeringkan hingga kadar air < 7,5% bisa disimpan selama 9
sampai 12 bulan di wilayah tropik. Berdasarkan pedoman
teknis penanganan pascapanen kakao, jumlah tumpukan
maksimum biji kakao adalah 6 karung, dengan tumpukan
diberi alas pallet dari papan kayu setinggi 8 – 10 cm, jarak
42
dari dinding 15 -20 cm, dan jarak tumpukan karung dari
plafon minimum 100 cm.
47
4.7 Pengendalian Mutu
4.7.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku
6. Pengempaan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses pengempaan ini memiliki jawaban ya, artinya ada
tindakan pengendalian. Kemudian dilanjutkan pada
pertanyaan 2 (P2) memiliki jawaban ya, sehingga proses ini
dikategorikan CCP.
7. Pencampuran dan penghalusan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses pencampuran ini memiliki jawaban ya, artinya ada
tindakan pengendalian. Kemudian dilanjutkan pada
pertanyaan 2 (P2) memiliki jawaban ya, sehingga proses ini
dikategorikan CCP.
8. Pengoncingan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses pengoncingan ini memiliki jawaban ya, artinya ada
tindakan pengendalian. Kemudian dilanjutkan pada
pertanyaan 2 (P2) memiliki jawaban ya, sehingga proses ini
dikategorikan CCP.
51
9. Pencetakan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses pencetakkan ini memiliki jawaban ya, artinya ada
tindakan pengendalian. Kemudian dilanjutkan pada
pertanyaan 2 (P2) memiliki jawaban tidak dan dilanjutkan
pada pertanyaan 3 (P3) memiliki jawaban tidak. Sehingga
dapa disimpulkan bahwa proses pemasta dikategorikan
bukan CCP.
10. Pelepasan cetakan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses ini memiliki jawaban tidak yang artinya tidak ada
tindakan pengendalian sehingga dikategorikan bukan CCP.
11. Pengemasan
Dilihat dari pohon keputusan, pada pertanyaan 1 (P1)
proses pengemasan ini memiliki jawaban ya, artinya ada
tindakan pengendalian. Kemudian dilanjutkan pada
pertanyaan 2 (P2) memiliki jawaban tidak dan dilanjutkan
pada pertanyaan 3 (P3) memiliki jawaban tidak. Sehingga
dapa disimpulkan bahwa proses pemasta dikategorikan
bukan CCP.
55
4.9.1.1 Sanitasi Peralatan
56
sehingga saat melakukan proses produksi tidak terjadi
kontaminan yng disebabkan dari tenaga kerja.
4.9.2 Limbah
57
4.9.2.1 Limbah Cair
4.10 Pemasaran
1. Segmenting
Segmenting merupakan suatu strategi yang di gunakan
oleh perusahaan untuk membagi-bagi konsumen dalam
kelompok yang lebih homogen. Keuntungan yang diperoleh
dengan melakukan segmentasi pasar seperti perusahaan
dapat menganalisis pasar dalam membantu mendeteksi
siapa saja yang telah masuk pasar produknya. Produk
cokelat di Puslitkoka memilih segmen pasar geografis dan
demografis. Dari sisi geografis persebaran produk cokelat
Puslitkoka hanya sebatas jember saja dengan alasan
karena ruang lingkup produksinya belum terlalu besar.
Segmentasi geografis di wilayah Jember diharapkan agar
masyarakat Jember dapat mengenal produk asli
59
cokelatnya. Dari sisi demografis sasaran produk cokelat
Puslitkoka adalah semua umur, jadi cokelat ini tidak
membeda-bedakan konsumen dari segi umurnya.
2. Targetting
Targetting adalah segmen pasar yang akan dilayani
kebutuhannya. Produk cokelat Puslitkoka memilih strategi
targetting yaitu undifferentiated marketing. Undifferentiated
marketting ini tidak membeda medakan kelompok pembeli
dan memusatkan perhatian pada kesamaan kebutuhan
orang. Strategi ini dilakukan untuk meraih konsumen
sebanyak-banyaknya. Keuntungan yang didapat adalah
produk cokelat Puslitkoka dapat dengan cepat dikenal oleh
masyarakat Jember.
3. Positioning
Positioning adalah tindakan untuk menempatkan posisi
bersaing produk dan bauran pemasaran yang tepat pada
setiap pasar sasaran. Fungsi dari strategi ini adalah
perusahaan dapat mengetahui persepsi pelanggan terhadap
produknya dengan demikian dapat dikaji kekurangan yang
dimiliki sehingga akan menghasilkan perbaikan ke
depannya. Produk cokelat di Puslitkoka merupakan produk
yang baru di pasaran cokelat Indonesia, terlebih permen
cokelat ini hanya di pasarkan di wilayah Jember. Maka dari
itu dapat disimpulkan produk cokelat Puslitkoka merupakan
Follower. Follower disini adalah produk ini diciptakan
dengan mengikuti produk yang sudah terkenal di pasaran,
namun produk cokelat ini memiliki perbedaan utama yaitu
tidak mengandung pengawet. Produk cokelat ini diharapkan
dapat diterima oleh konsumen dengan spesifikasinya.
4.10.2 Strategi 4P
60
Puslitkoka memiliki produk olahan cokelat yang bermerk
Vicco. Vicco ini dihasilkan sebagai hasil penelitian
Puslitkoka yang dikembangkan atas nama koperasi dengan
tujuan agar petani kakao mampu mengolah buah kakaonya
sendiri. Vicco tersebut terdiri dari berbagai olahan produk
sekunder cokelat seperti cokelat batang dan bubuk. Cokelat
bubuk yang tersedia meliputi bubuk murni, 3 in 1 sachet, 3
in 1 ukuran 200 gr, dan 3 in1 curah. Cokelat bubuk dikemas
dengan sachet sedangkan cokelat batang dengan berbagai
bentuk mulai dari bentuk bar, trapesium, segitia dan pralin.
Permen cokelat tersebut dikemas sesuai dengan
bentuknya. Permen cokelat di Puslitkoka terdapat jenis milk
cokelat dan dark cokelat yang biasaya juga terdapat variasi
kacang mente. Cokelat premium juga tersedia di Puslitkoka.
Cokelat ini dibuat dengan rasa dan harga yang lebih
dibanding dengan yang lain. Cokelat premium memiliki
varian rasa seperti markisa, mangga, buah naga, pepaya,
nanas dan kiwi.
2. Place
Vicco dipasarkan di sekitar Jember. Produk cokelat yang
telah selesai diproduksi akan dipasarkan di tempat-tempat
yang sudah tersedia. Puslitkoka memiliki outlet yang berada
disetiap kantor di Jember baik di Jalan PB Sudirman no 90
maupun Kebun Percobaan di Kaliwining Jenggawah.
Outlet-outlet yang tersedia di kantor Puslitkoka dipasarkan
untuk tamu-tamu yang berkunjung. Selain itu, Koperasi
Sekar Arum dibawah naungan Puslitkoka mulai bekerja
sama dengan pihak luar untuk mambangun cafe di Jember
yang bernama Corakna serta Puja Sera Dapur Cokelat.
Corakna didirikan oleh pensiunan pegawai Puslitkoka. Pada
cafe tersebut tersedia berbagai jenis Vicco dan produk
olahan kopi dan kakao yang dapat dikonsumsi di tempat
tersebut. Selain tempat-tempat tersebut Vicco juga tersedia
di outlet primadona dan outlet makanan khas Jember.
3. Price
61
Penentuan harga yang ditetapkan perusahaan sesuai
dengan kualitas dan kuantitas produk yang dipesan. Harga
cokelat seperti yang sudah tersedia juga relatif mahal. Hal
itu terkait dengan mutu dan brand yang dimiliki oleh produk
cokelat masing masing. Vicco adalah salah satu produk
olahan Puslitkoka yang menetapkan harga sesuai dengan
kualitas dari cokelat yang dihasilkan. Variasi harga untuk
cokelat sendiri dimulai dari kisaran Rp.6000 sampai
puluhan ribu rupiah sesuai dengan jenis dan ukuran
cokelat. Daftar harga produk cokelat dapat dilihat di
Lampiran 11.
4. Promotion
Vicco selama sejauh ini belum ada upaya promosi secara
besar-besaran. Vicco sendiri sudah dikenal melalui
kunjungan instansi ke Puslitkoka. Secara tidak langsung hal
tersebut sudah memasarkan produk Vicco. Instansi atau
pihak yang berkepentingan dengan Puslitkoka ingin
mengetahui produk nyata hasil riset dari Puslitkoka.
Pemasaran Vicco terus berkembang seiring berjalannya
waktu. Kegiatan promosi yang dilaksanakan dalam bentuk
online maupun offline. Promosi online dilakukan dengan
layanan internet dimana Puslitkoka mempunyai website
resmi sebagai pusat informasi serta upaya bagi jasa
pelyanan dan produk yang dihasilkan. Sedangkan promosi
offline ini kegiatan usaha promosi yang dilakukan secara
nyata. Puslitkoka menjadikan pabrik pengolahan cokelat
sebagai wisata edukasi dan rujukan penelitian.
62
BAB V TUGAS KHUSUS
5.1.1 Penjemuran
66
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan-bahan
yang dibutuhkan yaitu biji kakao pada proses
pengeringan.
b. Serok Stainless
Serok digunakan sebagai sarana penghubung untuk
memindahkan biji kakao ke wadah untuk menimbang
bahan (biji kakao).
c. Alat ukur kadar air biji-bijian (Digimost)
Digimost digunakan sebagai pengukur kadar air biji
kakao untuk mengetahui penurunan kadar air selama
proses pengeringan.
d. Digi-term
Digi-term adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur suhu dan kelembaban udara nisbi pada saat
proses pengeringan.
e. Waring
Waring digunakan sebagai wadah sampel biji kakao
f. Alat ukur pH
PH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH atau kadar keasaman pada biji kakao.
g. Dryer
Dryer digunakan untuk pengeringan biji kakao secara
mekanis. Tipe dari mesin dryer ini yaitu batch memiliki
kapasitas ± 4 ton biji dengan suhu udara pengering
maksimal 60°C. Sumber panas dari pembakaran
berasal dari kayu bakar yang diletakkan dalam tungku
dan ditiup oleh 2 kipas aksial. Pembakaran kayu
dilakukan didalam tungku. Intensitas pembakaran diatur
dengan pengaturan jumlah udara pembakaran atau
jumlah bahan bakar. Gas hasil pembakaran dilewatkan
dalam pipa, sedangkan udara pengering dilewatkan
diluar pipa sehingga terjadi perpindahan panas tetapi
tidak terjadi perpindahan sisa pembakaran.
2. Bahan
Pada proses pengeringan, biji kakao digunakan sebagai
sampel untuk mengetahui kadar air pada biji kakao. Biji kakao
67
yang digunakan yaitu biji kakao yang sudah mengalami
fermentasi selama 5 hari (2 hari fermentasi di peti deret atas
kemudian dibalik ke peti bawah selama 3 hari).
68
Gambar 5.3 Sampel setiap 1,5kg, kemudian dibersihkan
lendirnya dan diletakkan didalam waring
69
tempat pengering yang berbeda untuk mengetahui perubahan
yang terjadi. Sampel yang dkeringkan di dryer dan rumah kaca
dapat dilihat pada Gambar 5.4.
71
Tabel 5.2 Kadar Air Pengeringan Rumah Kaca
Hari Suhu (°) Berat Sampel (kg) Kadar Air (%)
ke-
1 30-50 1.5 55
2 30-50 1.3 -
3 30-50 0.95 -
4 35-70 0.7 -
5 35-70 0.6 11.6
6 35-70 0.58 7.5
7 35-70 0.5 6.4
Sumber: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Diolah), 2016
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 25,117
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
77
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak.
Dari Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa nilai rerata ranking
warna pengeringan biji kakao antara 1,33 hingga 2,85. Pada
analisis friedman menyatakan bahwa pada parameter warna
memiliki perbedaan yang nyata dari perlakuan pengeringan biji
kakao. Tingkat kesukaan kebanyakan panelis warna pasta
kasar cokelat yang dihasilkan pada pasta sampel A yaitu
standar pasta dengan nilai ranking sebesar 2,85. Sedangkan
kesukaan terendah diperoleh pada pasta sampel C sebesar
1,33 dengan perlakuan pengeringan dryer. Sampel C
menghasilkan warna gelap karena kegosongan pada saat
proses penyangraian yang lalai. Kegosongan biji kakao dapat
menyebabkan hasil yang tidak sesuai standar. Pada sampel A,
warna pasta cokelat cerah merata. Sampel B ini merupakan
pengeringan biji kakao dari rumah kaca memiliki warna pasta
cokelat muda. Sedangkan pada sampel C yaitu pengeringan
mekanis biji kakao yang memiliki warna cokelat pekat.
2. Aroma
Aroma merupakan salah satu faktor terpenting bagi
konsumen dalam memilih produk makanan yang disukai.
Menurut Winarno (2007) mengatakan bahwa dalam banyak hal
kelezatan makanan ditentukan oleh aroma atau bau dari
makanan tersebut. Hasil rangking uji hedonik pasta kasar
cokelat terhadap parameter aroma dapat dilihat pada Tabel 5.4.
78
Tabel 5.4 Rangking Aroma
Panelis A R B R C R
Hasan 5 3 4 2 3 1
Elok 7 2.5 7 2.5 4 1
Widodo 7 2 8 3 3 1
M Khoirul Anam 7 3 6 2 5 1
Habib 9 3 2 1 5 2
Suparno 7 3 3 2 2 1
Abdul Fatah 8 3 4 2 1 1
Solehudin 9 3 7 2 1 1
Ahmad Saiful Rofik 7 2 8 3 6 1
Shohibul Ilmi 6 2 8 3 4 1
M. Fahrul Hidayat 6 2 7 3 4 1
Fathur Rohman 6 2 7 3 4 1
Saiful Bahri 8 2.5 8 2.5 6 1
Haris 7 2 6 1.5 6 1.5
Bayu Prasetyo 7 3 4 1.5 4 1.5
Fitri 7 2 7 2 7 2
Rafenska 7 2.5 7 2.5 6 1
Wulan 7 2.5 7 2.5 6 1
Muslikah 6 2 4 1 8 3
Aida 3 1 5 2 6 3
Σ 136 48 119 44 91 27
ΣRi2 2304 1936 729
x bar 6.8 2.4 5.95 2.2 4.55 1.35
79
Gambar 5.8 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Aroma
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 15,200
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,001 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak
Dari Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa nilai rerata rangking
aroma pengeringan biji kakao antara 1,35 hingga 2,45. Pada
analisis friedman menyatakan bahwa pada parameter aroma
memiliki perbedaan yang nyata dari perlakuan pengeringan biji
kakao. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma yang
dihasilkan paling disukai pada standar pasta kasar cokelat, yaitu
perlakuan A dengan nilai rangking 2,45 dan tidak disukai pada
perlakuan C yaitu pasta dari pengeringan mekanis dengan nilai
rangking 1,35. Pada perlakuan C tidak beraroma cokelat
80
melainkan beraroma gosong yang disebabkan pada proses
penyangraian yang terlalu lama sehingga menyebabkan
kegosongan pada biji. Sedangkan pada perlakuan B yaitu pasta
yang berasal dari pengeringan mekanis beraroma cokelat yang
sudah disukai panelis. Menurut Wahyudi dkk (2008), biji kakao
yang telah disangrai memiliki aroma cokelat khas yang inten
dengan rasa sepat, pahit dan asam yang rendah.
3. Kekerasan
Kekerasan merupakan parameter yang dapat dilihat dengan
mata telanjang tanpa dirasakan. Hasil rangking uji hedonik
pasta kasar cokelat terhadap parameter kekerasan dapat dilihat
pada Tabel 5.5.
82
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 14,575
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,001 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak.
Dari Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa nilai rerata rangking
kekerasan pengeringan biji kakao antara 1,55 hingga 2,65.
Pada analisis friedman menyatakan bahwa pada parameter
kekerasan memiliki perbedaan yang nyata dari perlakuan
pengeringan biji kakao. Tingkat kesukaan panelis dari 20 orang
panelis terhadap kekerasan pasta kasar cokelat didapatkan
bahwa rata-rata panelis menyukai kekerasan dari pasta cokelat
pada perlakuan A dengan nilai rangking 2,65 dan yang tidak
disukai didapatkan pada perlakuan B dengan nilai rangking
terendah yaitu 1,55. Pada perlakuan A yang merupakan standar
dari pasta kasar cenderung halus dan ancer. Perlakuan B
merupakan pasta cokelat dari pengeringan biji rumah kaca yang
cenderung kasar dan padat, hal ini dikarenakan faktor kulit biji
yang banyak terikut pada proses pemisahan biji dan kulit.
Sedangkan pada perlakuan C merupakan pasta cokelat dari
pengeringan biji kakao secara mekanis. Dari 20 panelis lebih
meyukai pada pada standar pasta cokelat.
4. Tekstur
Penginderaan tentang tekstur yang berasal dari sentuhan
dapat ditangkap oleh seluruh permukaan kulit. Hasil rangking uji
hedonik pasta kasar cokelat terhadap parameter tekstur dapat
dilihat pada Tabel 5.6.
84
Gambar 5.10 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Tekstur
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 26,225
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak.
Dari Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa nilai rerata rangking
tekstur pengeringan biji kakao antara 1,48 hingga 2,88. Pada
analisis friedman menyatakan bahwa pada parameter tekstur
memiliki perbedaan yang nyata dari perlakuan pengeringan biji
kakao. Tingkat kesukaan panelis dari 20 orang terhadap
parameter tekstur pasta kasar cokelat didapatkan bahwa yang
paling disukai dari tekstur pasta cokelat ini yaitu pada perlakuan
A dengan niai rangking tertinggi yaitu 2,88 dan yang tidak
disukai didapatkan pada perlakuan B dengan nilai rangking
85
terendah yaitu 1,48. Pada perlakuan B yang merupakan pasta
cokelat dari pengeringan biji kakao dirumah kaca dan pada saat
proses pengolahan pada pemisahan biji dan kulit kurang bagus,
dimana kulit yang terikut banyak.
5. Aftertaste
Parameter aftertaste merupakan bagaimana suatu zat
rangsang menimbulkan kesan yang mudah atau tidak mudah
hilang setelah merasakan sesuatu. Rasa manis memiliki kesan
sesudah lebiih rendah atau lemah dibandingkan dengan rasa
pahit. Hasil rangking uji hedonik pasta kasar cokelat terhadap
parameter aftertaste dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
87
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 8,528
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,014 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak.
Dari Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa nilai rerata
rangking aftertaste pengeringan biji kakao antara 1,58 hingga
2,45. Pada analisis friedman menyatakan bahwa pada
parameter aftertaste memiliki perbedaan yang nyata dari
perlakuan pengeringan biji kakao. Tingkat kesukaan panelis dari
20 orang terhadap parameter dari aftertaste yang dihasilkan
tertinggi pada standar pasta kasar cokelat, yaitu perlakuan A
yang memiliki nilai rangking tertinggi yaitu 2,45 yang artinya
panelis amat sangat suka dan nilai terendah pada perlakuan C
yaitu pasta dari pengeringan mekanis dengan nilai ranking 1,58
yang berati tidak suka. Pada perlakuan C mendapatkan nilai
terendah dikarenakan rasa yang tertinggal pahit dan gosong.
Sehingga banyak panelis yang tidak menyukai pada perlakuan
C.
88
Solehudin 9 3 7 2 1 1
Ahmad Saiful 9 3 7 2 6 1
Rofik
Shohibul Ilmi 7 2.5 7 2.5 5 1
M. Fahrul Hidayat 8 3 6 2 2 1
Fathur Rohman 7 2.5 7 2.5 6 1
Saiful Bahri 9 3 8 2 7 1
Haris 8 3 3 2 1 1
Bayu Prasetyo 7 2.5 3 1 7 2.5
Fitri 7 2.5 6 1 7 2.5
Rafenska 7 3 6 2 4 1
Wulan 6 3 3 2 2 1
Muslikah 7 2 2 1 8 3
Aida 6 1 7 2 9 3
Σ 139 53 103 37.5 84 29.5
ΣRi2 2809 1406 870.3
x bar 6.95 2.65 5.15 1.875 4.2 1.475
89
Gambar 5.12 Hasil SPSS Uji Friedman Parameter Tingkat Kesukaan
Hipotesis:
H0 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
tidak berbeda nyata
H1 = kenampakan dari setiap perlakuan pengeringan biji kakao
berbeda nyata
Pada SPSS memberikan hasil uji friedman Chi-Square = 15,227
yang mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan
2. Untuk uji friedman ini p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari
α= 0,05 maka H0 ditolak.
Dari Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa nilai rerata ranking
tingkat kesukaan pengeringan biji kakao antara 1,49 hingga
2,65. Pada analisis friedman menyatakan bahwa pada
parameter tingkat kesukaan memiliki perbedaan yang nyata dari
perlakuan pengeringan biji kakao. Tingkat kesukaan panelis dari
20 orang, parameter tingkat kesukaan yang dihasilkan tertinggi
pada standar pasta kasar cokelat, yaitu perlakuan A dengan
nilai rangking 2,65 dan nilai terendah pada perlakuan C yaitu
pasta dari pengeringan mekanis dengan nilai rangking 1,49.
Pada perlakuan A sangat disukai oleh banyak panelis, pada
90
perlakuan B agak disukai oleh panelis dikarenakan rasa yang
tidak terlalu pahit. Sedangkan pada perlakuan C tidak disukai
oleh banyak panelis karena rasa yang gosong dan cenderung
tidak ada rasa cokelatnya.
Dapat dilihat dari ke-6 parameter dari uji hedonik
dihasilkan bahwa sampel A memiliki tingkat kesukaan yang
paling tinggi menurut panelis. Sampel A ini merupakan sampel
dari standar pasta kasar dari biji kakao kaliwining yang diambil
dari proses produksi. Untuk sampel B dan sampel C dapat
dikatakan tidak seberapa disukai panelis dikarenakan rasa dan
tekstur yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan
pada waktu pengolahan sekunder yaitu pada proses sangrai
dan desheller. Menurut Brooker (2007), pengaruh perbedaan
perlakuan pada proses pengeringan biji kakao tidak begitu
berpengaruh secara signfikan terhadap citarasa cokelat. Hal ini
disebabkan pada pabrik pengolahan cokelat ada proses
conching yang berfungsi untuk menurunkan tingkat keasaman.
Namun, pada proses pengeringan alami menggunakan rumah
kaca, aroma cokelat lebih tercium.
91
92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
96
Purnawijayanti, H. 2006. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan
Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta
97
LAMPIRAN
Lampiran 1. Logsheet
95
Lampiran 1. Logsheet (Lanjutan)
96
Lampiran 2. Lokasi kebun percobaan Puslitkoka
97
Lampiran 3. Layout Pabrik dan kebun percobaan di Kaliwining
98
Lampiran 4. Struktur Organisasi
99
Lampiran 5. Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing
Jabatan di Puslitkoka
100
Lampiran 5. Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing
Jabatan di Puslitkoka (Lanjutan)
101
Lampiran 5. Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing
Jabatan di Puslitkoka (Lanjutan)
No Nama Jabatan Tugas
15 Kaur. Produksi Merencanakan, melaksanakan,
Alat, Mesin & mengkoordinasi dan mengevaluasi
Industri Hilir pelaksanaan proses produksi alsin
dan industry hilir pasca panen.
16 Kaur Lab. Urusan Merencanakan, melaksanakan,
QC Produksi mengkoordinasi dan mengevaluasi
Somatic pengendalian kualitas proses serta
Embryogonesis analisa dampak terkait penelitian
kultur jaringan bioteknologi yang
dilakukan.
17 Kaur. Pengadaan Merencanakan, melaksanakan,
dan mengkoordinasi dan mengevaluasi
Pemeliharaan peningkatan pelayanan yang
Barang & Jasa berkualitas dalam bidang pengadaan
dan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada.
18 Kaur. Tata Usaha Mengkoordinasi pelaksana urusan
& Kerjasama administrasi kepegawaian dan umum
Penelitian Kopi (kerumahtanggaan & sarana-
prasarana) penelitian bidang kopi.
19 Kaur. Tata Usaha Mengkoordinasi pelaksana urusan
& Kerjasama administrasi kepegawaian dan umum
Penelitian Kakao (kerumahtanggaan & sarana-
prasarana) penelitian bidang kakao.
20 Kaur. Diversifikasi Mengkoordinasi pelaksanaan
Usaha kerangka acuan, petunjuk teknis
operasional kegiatan serta
menyiapkan rencana mengenai
optimalisasi arah pengembangan
produk dalam upaya perluasan usaha.
102
Lampiran 5. Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing
Jabatan di Puslitkoka (Lanjutan)
No Nama Jabatan Tugas
21 Kaur. Bahan Mengkoordinasi dan melaksanakan
Tanaman Kopi asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas dibidang tanaman kopi.
22 Kaur. Keuangan Mengkoordinasi setiap upaya
dan Akuntansi pengendalian kegiatan akuntansi
manajemen, keuangan & sistem
informasi keuangan, mengurus setiap
aliran kas yang ada.
23 Kaur. Kebun Mengkoordinasi serta
Percobaan Kopi memberdayakan potensi yang ada di
Arabika afdeling dan menjaga kestabilan kerja
Andungsari para staff di kebun percobaan
Andungsari.
24 Kaur. Pelatihan Mengkoordinasi dan melaksanakan
dan Pelayanan tugas di bidang pelatihan dan
produktivitas tenaga kerja dan
penempatan tenaga kerja.
25 Kaur. Sertifikasi Membentuk kinerja tim audit dan
sertifikasi, menjamin terlaksananya
prosedur pengelolaan keluhan dan
banding dalam konteks organisasi
sebagai konsultan.
26 Kepala Produksi Melaksanakan teknis operasional di
Urusan Bahan bidang sumber daya, sarana,
Tanam Kakao prasarana, produksi serta pengolahan
komoditas kakao.
27 Kaur. Mengkoordinasi pembagian tugas &
Kepegawaian & wewenang, mengalokasikan
Pengembangan pemberdayaan SDM yang ada,
SDM menetapkan jadwal waktu kerja pada
tiap shift, mengurusi program
pelatihan & pengembangan pegawai,
menetapkan sistem pengupahan.
103
Lampiran 5. Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing
Jabatan di Puslitkoka (Lanjutan)
No Nama Jabatan Tugas
28 Kaur. Kebun Mengkoordinasi serta
Percobaan Kopi memberdayakan potensi yang ada di
Robusta afdeling dan menjaga kestabilan kerja
Sumberasin para staff dan dikebun kopi percobaan
Sumberasin.
29 Kaur. Kebun Mengkoordinasi serta
Percobaan Kakao memberdayakan potensi yang ada di
Kaliwining afdeling dan menjaga kestabilan kerja
para staff dan dikebun kakao
percobaan Kaliwining.
30 Kaur. Melaksanakan penyusunan kebijakan
Perpustakaan dan petunjuk teknis di bidang
pengembangan dokumentasi dan
pengembangan koleksi bahan
pustaka penelitian.
31 Kaur. Pemasaran Menyusun, mengendalikan serta
& Kerjasama mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
Usaha pemasaran dan penyebar luasan
informasi produk, membentuk jaringan
kerjasama dengan konsumen.
32 Kaur Mengkoordinasi penyusunan dan
Perencanaan pengolahan informasi sebagai bahan
Monitoring & penyusun rencana kegiatan,
Pelaporan mendokumentasikan serta
mengevaluasi kinerja setiap divisi
yang ada.
Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2016
104
Lampiran 6. Diagram Alir Proses Produksi Primer
Buah Kakao
Panen
Buah
Sortasi Buah
rusak/cacat
Biji Kakao
Grading
105
Lampiran 7. Diagram Alir Proses Sekunder
Bahan Baku /
Biji Kakao
Air ±
Steaming / pengukusan selama 30 menit Scrap
224 Liter
Pemastaan
Penghalusan bungkil
dengan suhu ± 25°C
Pengoncingan selama 4jam
Pengayakan
Pencetakan dengan suhu
26°C - 33°C
Coklat Bubuk
Tempering dengan suhu
48°C selama 10-12 menit
Coklat Batang
tidak
Bukan CCP
ya tidak
Bukan CCP
ya
P4 Apakah langkah selanjutnya
dapat mengendalikan bahaya?
tidak
Bukan CCP CCP
107
Lampiran 9. Identifikasi Dan Penentuan CCP Pada Proses
Pengolahan Cokelat
108
Lampiran 10. Layout Produksi Cokelat
109
Lampiran 11. Daftar Harga Produk Cokelat
110
Lampiran 11. Daftar Harga Produk Cokelat (Lanjutan)
111
Lampiran 11. Daftar Harga Produk Cokelat
112