Anda di halaman 1dari 34

LUH PUTU SUCIATI

• Memusatnya aktivitas merupakan dampak dari penerapan


teori pemusatan ( Central Place Theory) yang menjadi
teori umum yang diadopsi dalam pembangunan wilayah.
• Penetapan indeks pemusatan aktivitas dapat dijadikan
salah satu teknik untuk mengidentifikasi proses
aglomerasi serta mengidentifikasi sentra aktivitas di suatu
wilayah.
• Kondisi fisik geografis menjadi salah satu sumber
keunggulan komparatif suatu wilayah.
• Lokasi pemusatan
aktivitas/sektor basis

• Kapasitas “ekspor”
perekonomian suatu wilayah

• Tingkat kecukupan barang/jasa


dari produksi lokal suatu wilayah
• Kondisi geografis unit wilayah relatif
seragam
• Pola aktivitas antar unit wilayah bersifat
seragam
• Seluruh aktivitas menghasilkan produk
yang dinilai dalam satuan yang sama
Persamaan LQ, LI & SI
Keterangan:
X /X Xij : nilai aktifitas jenis ke-j di wilayah ke-i
LQ  IJ I.
Xi. : jumlah seluruh aktifitas di wilayah ke-i
IJ
X .J
/X .. X.j : jumlah aktifitas ke-j di seluruh unit wilayah
X.. : jumlah seluruh aktifitas di seluruh unit wilayah

 X ij X i. 
n Kisaran nilai LQ:
LI J  12     0 : aktifitas tidak berkembang
I 1  X . j X .. 
 1 : perkembangan aktifitas sama dengan rataan
seluruh unit wilayah
<1 : perkembangan aktifitas di bawah rataan
P 
 X ij X . j  seluruh unit wilayah
SI i  2  
1  
>1 : perkembangan aktifitas lebih tinggi dari
j 1  X i X .. 

perkembangan rataan seluruh unit wilayah
atau indikasi adanya pemusatan aktifitas
di unit wilayah tersebut
Kisaran nilai LI dan SI

Nilai LI dan SI berkisar antara 0 – 1


Interpretasi LI:
~0 : perkembangan aktifitas bersifat indifferent tidak ada
perbedaan tingkat performa untuk dikembangkan di seluruh
lokasi
~ 1: ada indikasi terjadi pemusatan aktifitas di salah satu unit
wilayah

Interpretasi SI:
~0 : kecenderungan unit wilayah tidak memiliki kekhasan
aktifitas
~ 1: ada indikasi unit wilayah tertentu memiliki aktifitas khas
Tahap penetapan indeks
1. Siapkan data
2. Hitung jumlah baris (wilayah) dan jumlah kolom
(aktifitas) serta jumlah seluruh sel data
3. Hitung nilai indeks dengan persamaan tersebut
Data
A B C D E
Kecamatan Pertanian Industri Jasa Total
1
2 A 105 40 5 150
3 B 210 220 70 500
4 C 125 60 15 200
5 D 60 80 10 150
6 Total (E) 500 400 100 1000
Hitung nilai indeks LQ
1. Buat 1 persamaan di sel data pertama .
2. Kopikan persamaan ke seluruh sel

A B C D
Kecamatan Pertanian Industri Jasa
1
A =(B2/$E2)/
2 (B$6/$E$6)
B
3
C
4
D
5
Hasil perhitungan indeks LQ

A B C D
Kecamatan Pertanian Industri Jasa
1
2 A 1.40 0.67 0.33

3 B 0.84 1.10 1.40

4 C 1.25 0.75 0.75

5 D 0.80 1.33 0.67

Contoh interpretasi nilai indeks:


Terjadi pemusatan aktifitas sektor pertanian di Kecamatan A dan C atau
Sektor pertanian berkembang di atas rata-rata di wilayah A dan C.
• Jika nilai LQ > 1, berarti perkembangan aktivitas di unit wilayah
ke-i lebih tinggi dari perkembangan rataan seluruh unit wilayah
atau indikasi adanya pemusatan aktivitas di unit wilayah ke-i.
• Jika nilai LQ = 1, berarti perkembangan aktivitas di unit wilayah
ke-I sama dengan rataan seluruh unit wilayah (unit wilayah ke-i
mempunyai pangsa aktivitas yang setara dengan pangsa rataan
aktivitas tersebut di seluruh unit wilayah).
• Jika LQ < 1, berarti perkembangan aktivitas di unit wilayah ke-i
lebih kecil dari rataan perkembangan aktivitas tersebut di
seluruh unit wilayah
(unit wilayah ke-i mempunyai pangsa aktivitas yang relatif lebih
kecil dibandingkan pangsa rataan di seluruh unit wilayah).
Hitung nilai indeks LI
1. Buat 1 persamaan di sel data pertama .
2. Kopikan persamaan ke seluruh sel

A B C D
Kecamatan Pertanian Industri Jasa
1
A =1/2*abs((B2/
2 B$6)-($E2/$E$6))
B
3
C
4
D
5
Hasil perhitungan indeks LI

A B C D
1 Kecamatan Pertanian Industri Jasa
2 A 0.03 0.03 0.05
3 B 0.04 0.03 0.10
4 C 0.03 0.03 0.03
5 D 0.02 0.03 0.03
6 Nilai LI 0.11 0.10 0.20

Contoh interpretasi nilai indeks:


Indikasi peluang pemusatan terbesar adalah pada aktifitas jasa.
Secara umum perkembangan seluruh aktifitas relatif indifferent di
seluruh unit wilayah.
• Jika nilainya mendekati 0, berarti
perkembangan aktivitas bersifat indifferent
(tidak ada perbedaan tingkat performa untuk
dikembangkan di seluruh lokasi)

• Jika nilainya mendekati 1, berarti aktivitas


yang diamati akan cenderung berkembang
memusat di suatu lokasi. Artinya aktivitas
yang diamati akan berkembang lebih baik jika
dilakukan di lokasi-lokasi tertentu
Hitung nilai indeks SI
1. Buat 1 persamaan di sel data pertama .
2. Kopikan persamaan ke seluruh sel

A B C D
Kecamatan Pertanian Industri Jasa
1
A =1/2*abs((B2/
2 $E2)-(B$6/$E$6))
B
3
C
4
D
5
Hasil perhitungan indeks SI
Catatan :
Nilai SI adalah hasil penjumlahan nilai setiap kolom dari persamaan
Jumlah nilai SI sebanyak jumlah wilayah.
A B C D E
1 Kecamatan Pertanian Industri Jasa Nilai SI
2 A 0.10 0.07 0.03 0.20
3 B 0.04 0.02 0.02 0.08
4 C 0.06 0.05 0.01 0.13
5 D 0.05 0.07 0.02 0.13
Contoh interpretasi nilai indeks:
Ada indikasi wilayah A memiliki aktifitas khas yang memiliki peluang
perkembangan lebih baik dibandingkan jika dikembangkan di wilayah lain.
Wilayah B cenderung memiliki pola aktifitas dengan kinerja yang hampir sama
atau tidak bersifat khas.
• Jika nilainya mendekati 0, berarti tidak ada
kekhasan. Artinya unit wilayah yang diamati tidak
memiliki aktivitas khas yang relatif menonjol
perkembangannya dibandingkan dengan di sub
wilayah lain.

• Jika nilainya mendekati 1, berarti terdapat


kekhasan. Artinya unit wilayah yang diamati
memiliki aktivitas khas yang perkembangannya
relatif menonjol dibandingkan dengan di sub
wilayah lain.
II. Keunggulan Kompetitif Wilayah
(Shift Share Analysis)

• Shift share analysis (SSA) merupakan teknik analisis


yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan
kompetitif (competitiveness) suatu wilayah dalam
cakupan wilayah agregat yang lebih luas, berdasarkan
kinerja sektor lokal (local sector) di wilayah tersebut
• Keunggulan berkompetisi (competitiveness) diukur dari
tingkat pertumbuhan
• Wilayah yang dimaksud bisa berupa wilayah provinsi dalam
cakupan wilayah agregat nasional, atau wilayah
Kabupaten/Kota dalam cakupan wilayah agregat Provinsi,
dan seterusnya.
• Dilihat dari penyebabnya, koefisien pertumbuhan
didekomposisikan menjadi 3, yaitu sebab yang bersumber
dari dinamika keragaan :
 Wilayah secara agregat
 Sektor secara agregat
 Unit wilayah terkecil (dalam analisis) secara sektoral
Ketiga Komponen Pertumbuhan Secara Teknis:
 Komponen Laju Pertumbuhan Total (Regional share) Komponen
ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu.

 Komponen Pergeseran Proporsional (Proportional Shift).


Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu
secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum
dalam total wilayah.

 Komponen Pergeseran Diferensial (Differential Shift).


Komponen ini menjelaskan tingkat kompetisi (competitiveness)
suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total
sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah.
(a) komponen laju pertumbuhan total (regional share) yang merupakan
pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan
dinamika total wilayah;
(b) komponen pergeseran proporsional (proportional shift) yang
merupakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif
dibandingkan dg pertumbuhan secara umum dalam total wilayah
yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah;
(c).komponen pergeseran diferensial (differential shift) yang
menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu
aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total
sektor/aktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini
menggambarkan dinamika keunggulan atau ketidakunggulan
suatu sektor/aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap
aktivitas tersebut di sub wilayah lain.
Persamaan
 X ..   X X ..   X X 
  1      
( t1) i ( t1) ( t1) ij ( t1) i ( t1)
SSA      
 X .. (t 0)   X i (t 0) X ..
(t 0)   X ij ( t 0 ) X i (t 0) 

a b c

a = komponen regional share


b = komponen proportional shift
c = komponen differential shift, dan
X.. = Nilai total aktifitas agregat wilayah
X.i = Nilai total aktifitas tertentu secara agregat
Xij = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1 = titik tahun akhir
t0 = titik tahun awal
DATA YANG DIGUNAKAN
• SSA menggunakan data dari dua titik waktu untuk
menganalisa pergeseran. Karena hanya menggunakan 2
titik waktu maka sebisa mungkin dicari rentang waktu
yang menunjukkan nilai pergeseran yang stabil.
Catatan Penting dalam shift share analysis:
 Untuk kasus pertumbuhan ekonomi wilayah, semua
nilai mempunyai rentang dari negatif tak hingga
sampai positif tak hingga
 Pada kasus-kasus jumlah agregat yang bersifat tetap
(misal luas lahan dalam suatu wilayah), maka
komponen share akan sama dengan 0.
 SSA merupakan penjumlahan dari seluruh komponen.
Komponen dengan nilai terbesar (Share, prop. Shift
atau Diff. Shift) menunjukkan komponen yang
berperan paling besar dalam pertumbuhan aspek yang
dijelaskan.
HASIL DAN ANALISIS
Dalam analisis regional terdapat 4 butir pokok yang akan
memberikan gambaran bagaimana posisi Kabupaten
Tulang Bawang dalam konteks regional Provinsi
Lampung.
Keempat poin tersebut :
(1) kinerja perekonomian wilayah,
(2) perkembangan struktur ekonomi wilayah
(3) sektor unggulan komparatif dan kompetitif, dan
(4) interaksi antar kabupaten/kota berdasarkan aliran
orang di Provinsi Lampung.
Sektor Unggulan Komparatif Dan
Kompetitif
 Identifikasi mengenai sektor unggulan ini penting untuk
mengetahui keunggulan wilayah Kabupaten Tulang
Bawang dibandingkan dengan wilayah Kabupaten/Kota
lainnya di Provinsi Lampung.
 Sektor unggulan ini akan dapat dijadikan modal dasar
untuk mengembangkan daya saing wilayah Kabupaten
Tulang Bawang.
 Dengan mengembangkan keunggulan-keunggulan yang
dimiliki maka proses pembangunan akan menjadi lebih
cepat dan efisien
Hasil Analisis LQ di Level Sektor Kabupaten/Kota Provinsi Lampung

Listrik, gas & air bersih

Keuangan, persewaan,
Perdagangan, hotel &
Industri pengolahan
Pertambangan &

Pengangkutan &
Wilayah

komunikasi
penggalian
Pertanian

& js. Prsh.


Bangunan

Jasa-jasa
restoran
Lampung Barat 1.49 0.55 0.22 0.65 0.72 1.24 0.53 0.38 0.46
Tanggamus 1.36 0.57 0.41 0.40 1.14 0.88 0.52 0.67 1.04
Lampung Selatan 1.18 0.43 0.88 0.87 1.01 0.86 0.93 0.77 1.01
Lampung Timur 1.14 5.23 0.52 0.47 0.87 1.01 0.41 0.48 0.50
Lampung Tengah 1.19 0.54 1.15 1.13 1.14 0.88 0.39 0.66 0.82
Lampung Utara 0.96 0.31 1.10 1.96 0.91 1.14 0.88 1.07 1.08
Way Kanan 1.47 0.76 0.79 0.35 0.91 0.52 0.47 0.37 0.96
Tulang Bawang 1.13 0.06 1.69 0.11 0.33 1.11 0.85 0.51 0.37
Bandar Lampung 0.11 0.52 1.36 1.97 1.52 1.18 2.69 2.54 1.88
Kota Metro 0.35 0.00 0.39 2.53 0.88 1.20 1.72 2.92 3.07
Hasil Analisis SSA Kabupaten Tulang Bawang
Kab. Tulang Bawang Prov. Lampung

Proportional

Differential
Regional
Sektor

Share

Shift

Shift

SSA
2000 2006 2000 2006
Pertanian 1,394,682.94 1,794,701.99 10,143,870.48 12,609,473.35 0.32 -0.08 0.04 0.29
Pertambangan & penggalian 3,398.00 6,181.73 620,949.34 855,343.43 0.32 0.06 0.44 0.82
Industri pengolahan 628,012.90 814,970.22 2,950,303.04 3,833,932.18 0.32 -0.02 0.00 0.30
Listrik, gas & air bersih 771.47 1,545.48 79,525.53 111,643.76 0.32 0.09 0.60 1.00
Bangunan 54,344.14 64,988.54 1,188,137.56 1,581,679.62 0.32 0.01 -0.14 0.20
Perdagangan, hotel & restoran 554,360.95 687,881.43 3,734,976.57 4,905,688.82 0.32 -0.01 -0.07 0.24
Pengangkutan & komunikasi 129,684.86 192,770.22 1,260,798.39 1,804,382.44 0.32 0.11 0.06 0.49
Keuangan, persewaan, & js. Prsh. 78,571.16 134,842.48 890,938.54 2,088,364.48 0.32 1.03 -0.63 0.72
Jasa-jasa 103,792.81 115,488.24 2,087,750.98 2,477,575.19 0.32 -0.13 -0.07 0.11
• Sektor pertanian memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif
• Sektor inilah yang harusnya dapat menjadi modal
dasar
• Diharapkan leading sector akan diikuti dengan
berkembangnya aktivitas agro-industri, agro-
processing, agrobisnis, termasuk jasa-jasa penunjang
sektor pertanian seperti pusat pendidikan, pusat
penelitian
• Kerjasama antar wilayah
• Suatu sektor di suatu wilayah dinamakan kompetitif jika
komponen differential shift-nya positif. Artinya pergeseran
sektor tersebut di wilayah tertentu lebih banyak
disumbang oleh faktor-faktor dari dalam atau internal
wilayah itu sendiri.
• Jika pergeseran sektor tersebut di wilaya tertentu lebih
banyak disumbang oleh faktor-faktor eksternal (memiliki
nilai regional share dan proportional shift yang besar dan
positif) maka pada saat kondisi ekternalnya berubah,
sektor tersebut juga akan ikut berubah
analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM), sebagai berikut
(Warpani, 1984):

Kriteria pengambilan keputusan:


BSR dan RM > 1, maka sektor basis mendukung kegiatan
BSR dan RM ≤ 1, maka sektor basis tidak mendukung kegiatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai