KATA PENGANTAR
Rencana Strategis (Renstra) Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tahun
2015 – 2019 disusun sebagai amanat dari Surat Edaran Sekretaris Direktorat Jenderal
(Sekditjen) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan
Nomor: S. 738/IV-Set/2014 Perihal Surat Edaran Penyusunan Renstra 2015-2019. Renstra
Balai TNGM tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada prioritas pembangunan
nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019 serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan lingkungan
hidup dan kehutanan yang tersusun dalam Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem (KSDAE).
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) 2015 – 2019 disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang KSDAE tahun 2015-2019 di unit kerja Balai
Taman Nasional Gunung Merapi. Dengan adanya pedoman pelaksanaan program, kegiatan
dan anggaran, maka diharapkan peningkatan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan bidang KSDAE lingkup Balai TNGM dapat dicapai. Selain itu, dokumen
perencanaan lima tahunan ini diharapkan dapat menjadi alat untuk sinkronisasi dalam upaya-
upaya pencapaian tujuan dan sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dari Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, beserta indikator
kinerja kegiatan dan komponen yang telah ditetapkan secara berjenjang. Ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan lima tahunan ini, semoga waktu,
tenaga dan pemikiran yang telah disumbangkan mendapatkan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
1
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
DAFTAR ISI
2
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
4
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
BAB I. PENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Gunung Merapi merupakan gunungapi aktif yang meletus lebih dari 80 kali atau rata-
rata sekali meletus setiap 4 tahun berdasarkan dari dokumentasi yang tercatat sejak jaman
kolonial Belanda pada abad 17 hingga saat ini. Letusan sebelumnya tidak tercatat dengan
jelas. Gunung Merapi memiliki indeks letusan kecil hingga besar dan masa istirahat pendek
hingga panjang. Masa istirahat Gunung Merapi berkisar antara 1-18 tahun, artinya masa
istirahat terpanjang yang pernah tercatat adalah 18 tahun. Berdasarkan data tersebut, Gunung
Merapi merupakan gunungapi paling aktif meletus dari 127 gunungapi aktif di Indonesia
(Sumber: BPPTKG). Gunung Merapi yang terletak di DIY dan Jawa Tengah merupakan
ekosistem gunung yang unik, karena karakteristik gunungapi Merapi yang secara periodik
selalu meletus menyebabkan perubahan terhadap ekosistem maupun masyarakat di
sekitarnya.
1. Daerah tangkapan air utama yang memberikan pasokan air bersih bagi daerah
pemukiman dan pengairan lahan-lahan pertanian di DIY dan Jawa Tengah terutama
daerah Magelang, Klaten, Boyolali, Sleman dan Kota Yogyakarta.
2. Hutan Gunung Merapi merupakan hutan tropis pegunungan yang khas karena terletak
pada gunung berapi yang masih aktif, sehingga memiliki potensi keaneakaragaman
5
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
hayati yang khas. Potensi ini merupakan laboratorium alam yang sangat berguna bagi
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
3. Kawasan Gunung Merapi yang masih alami, cocok untuk kegiatan wisata alam dan
pendidikan, seperti : kemah, tracking, outbond, pendakian dan lain-lain. Demikian pula
dengan upacara tradisional Labuhan Merapi, Merti Bumi dan Sedekah Gunung yang
dapat dimanfaatkan sebagai wisata budaya yang menarik minat wisatawan.
Setelah dilakukan rekonstruksi batas tahun 2007 dan tata batas definitif tahun 2009,
serta hasil pencermatan bersama Ditjen Planologi, BPKH XI Wilayah Jawa – Madura dan
Balai TNGM tahun 2011, maka terbit SK Penetapan TNGM oleh Menteri Kehutanan dengan
Nomor : SK.3627/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 6 Mei 2014 dengan luas 6.607,52 Ha.
Terdapat perbedaan luas penunjukan dan penetapan seluas 197,52 ha, walaupun di tingkat
lapangan tidak ada perubahan batas kawasan yang signifikan. Jadi, perbedaan yang ada
hanya pada tingkat pemetaan di atas kertas.
Gambar 1. Perbedaan Peta Penunjukan Tahun 2004 dan Penetapan Tahun 2014
Selama kurun waktu 5 tahun yaitu 2010-2015, pasca erupsi besar Gunung Merapi
tahun 2010 yang menimbulkan kerusakan baik ekosistem maupun sosial ekonomi
masyarakat di sekitarnya, alam dan manusia telah mulai memulihkan diri.
6
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Kondisi tutupan lahan Merapi tahun 2011 atau kurang dari 1 tahun pasca erupsi
melalui interpretasi Citra Landsat 7 menunjukkan dominasi lahan terbuka mencapai
2.155,54 ha atau hampir 30% luas total kawasan. Empat tahun kemudian melalui interpretasi
Citra Landsat 8 menunjukkan pengurangan lahan terbuka yang signifikan hampir 50%
menjadi hanya 1.131,10 ha. Sebagian besar perubahan tersebut menjadi rumput, semak
belukar, dan hutan sekunder, sedangkan sebagian kecil menjadi pertanian campur semak.
2,500.00
- 47.53%
Hektar
2,000.00
2.09%
1,500.00
PL_2011
1,000.00 - 43.84%
PL_2015
500.00
340.26%
-
Lahan Rumput Semak Pertanian Hutan
Terbuka Belukar Campur Sekunder
Semak
Jenis Tutupan Lahan
7
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Dalam kurun waktu 2011-2015 tersebut, luas hutan sekunder bertambah 69% dari
1.877,59 ha menjadi 3.173,05 ha. Penambahan yang cukup besar dan dalam waktu yang
tidak terlalu lama ini terutama disebabkan oleh munculnya jenis tumbuhan invasif Acacia
decurrens Willd pada area terbuka, rumput, dan semak belukar pasca erupsi 2010. Hasil
penelitian terakhir menunjukkan okupasi Acacia decurrens Willd seluas 27,27% dari total
kawasan.
Dalam rangka pengelolaan yang lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, Balai TNGM melaksanakan kegiatan review zonasi
tahun 2015. Zonasi ini membagi kawasan menjadi bagian-bagian sesuai dengan
peruntukannya sebagaimana gambar dan tabel berikut :
8
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Zonasi 2015
Jumlah pegawai Balai TNGM sampai dengan Bulan Desember 2015 berjumlah 72
orang PNS dan 15 orang tenaga upah.
9
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Tabel 3. Jumlah PNS Balai TNGM menurut Golongan per tingkat Pendidikan
tahun 2014 dan 2015 (Triwulan IV)
Tahun 2014 Tahun 2015
NO. TINGKAT IV III II I JML IV III II I JML
PENDIDIKAN
1. S3 - 1 - - 1 - 1 - - 1
2. PASCA - 6 - - 6 - 7 - - 7
SARJANA
3. SARJANA 1 23 - - 24 1 21 - - 22
4. SARJANA - - 4 - 4 - - 4 - 4
MUDA
5. SLTA - 21 15 - 36 - 21 15 - 36
6. SLTP - - 1 - 1 - - 1 - 1
7. SD - - 1 - 1 - - 1 - 1
JUMLAH 1 50 21 - 72 1 50 21 - 72
Sumber : Laporan Pegawai Balai TNGM Triwulan IV Tahun 2014 – 2015
Tahun 2014
Tahun 2015
10
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Tabel 4. Jumlah PNS Balai TNGM menurut Golongan per tingkat Pendidikan Tahun 2015
GOLONGAN
TINGKAT IV III II I JMLH
NO.
PENDIDIKAN a b c d a b c d a b C d a b c d
1. S3 - - - - - - - 1 - - - - - - - - 1
1. PASCA SARJANA - - - - - 3 5 - - - - - - - - - 8
2. SARJANA - 1 - - 7 6 3 5 - - - - - - - - 22
3. SARJANA MUDA - - - - - - - - - - 1 3 - - - - 4
4. SLTA - - - - 8 11 2 - 2 - 8 5 - - - - 36
5. SLTP - - - - - - - - - - 1 - - - - - 1
6. SD - - - - - - - - 1 - - - - - - - 1
JUMLAH - 1 - - 15 20 10 5 3 4 9 5 - - - - 72
Sumber : Laporan Pegawai Balai Taman Nasional Gunung Merapi Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 5. Sebaran PNS Balai TNGM menurut Jenis Jabatan Tahun 2015 (Triwulan IV)
S3 S2 S1 / D4 D3 SLTA SLTP SD JUMLAH
NO. JENIS JABATAN
L P L P L P L P L P L P L P L P TOTAL
I. STRUKTURAL 1 - 1 - 1 1 - - - - - - - - 3 1 4
II. NON STRUKTURAL - - - 1 5 4 - 2 7 4 1 - 1 - 13 11 24
III. FUNGSIONAL
1. PEH MUDA - - - 1 - - - - - - - - - - - 1 1
2. PEH PERTAMA - - 3 2 2 2 - - - - - - - - 5 4 9
3. PEH PELAKSANA - - - - - - - - 3 - - - - - 3 - 3
4. PEH PELAKSANA LANJUTAN - - - - - - - - - 1 - - - - - 1 1
5. CALON PEH - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
6. POLHUT MUDA - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
11
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
12
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai TNGM mengelola aset barang milik
negara sebagai sarana dan prasarana guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya di
lapangan. Tipologi satker Balai TNGM mempunyai keunikan sendiri, yakni mengelola
sarana dan prasarana hingga tingkat tapak (resort) di kawasan gunung berapi aktif. Aset
barang milik negara tersebut diantaranya : tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan dan jembatan, irigasi, jaringan, software, dan aset tetap lainnya.
Nilai aset BMN pada tabel di atas merupakan nilai tanpa penyusutan. Nilai aset
tahunan Barang Milik Negara (BMN) Balai TNGM Per 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp. 20.331.700.768,-, setelah dikurangi penyusutan nilai buku tahun 2015 menjadi
14.005.619.600,-. Jumlah aset, kompetensi dan kapasitas kuasa pengguna barang milik
negara dalam administrasi maupun pemeliharaan aset akan sangat menentukan kualitas
sarana prasarana di lapangan.
13
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
C. SISTEMATIKA RENSTRA
Dalam penyusunan Rencana Strategis Tahun 2015-2019, diperlukan alur pikir dan
asumsi dasar agar dalam perumusannya lebih terarah dan tepat sasaran. Alur pikir dan
asumsi mendasarkan pada background studies evaluasi dari Renstra periode sebelumnya.
Selain itu, masukan dari stakeholder baik masyarakat, swasta dan instansi pemerintah di luar
Balai TNGM juga menentukan latar belakang penyusunan Renstra. Kedua hal tersebut
kemudian diformulasikan keterkaitannya dengan isu strategis terkini bidang KSDAE baik
internal dan eksternal, dengan tetap merespon pengarusutamaan tema-tema tertentu dan
penugasan khusus seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya.
Melalui kombinasi dengan potensi yang ada, masalah dan tantangan yang ditemui maka
disusunlah visi, misi dan tujuan untuk ditetapkan menjadi arah kebijakan dan strategi,
sasaran (program dan kegiatan) serta target kinerja masing-masing kegiatan dan kerangka
pendanaannya.
14
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
‐ Kondisi Saat ini
‐ Kondisi yang
KEGIATAN
‐ Analisis
‐ Asumsi
MANDAT :
UU No. 5 Tahun 1990
UU No. 41 Tahun 1999
Gambar 6. Bagan Alur Pikir Penyusunan Renstra Balai TNGM Tahun 2015-2019
15
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
B. Regulasi dan Landasan Pembangunan Bidang KSDAE
C. Sistematika Renstra
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
A. Visi, Misi dan Tujuan
B. Sasaran Program
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
B. Arah Kebijakan Pembangunan KSDAE
C. Arah Kebijakan Pembangunan Taman Nasional Gunung Merapi
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
B. Kerangka Pendanaan
BAB V. PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Target Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019
16
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
17
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
B. SASARAN PROGRAM
Direktorat Jenderal KSDAE menjadi penanggung jawab pelaksanaan Program
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Program tersebut merupakan
penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Ditjen KSDAE. Adapun sasaran yang ingin dicapai
dari pelaksanaan Program KSDAE adalah : 1) peningkatan efektivitas pengelolaan hutan
konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati, dan 2) peningkatan penerimaan
devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati.
Pembangunan bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE)
pada Renstra periode sebelumnya belum secara langsung berkorelasi dengan visi dan misi
yang telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja yang diperoleh pun lebih difokuskan
kepada kegiatan pendukung dan bukan pada kegiatan utama Direktorat Jenderal KSDAE
18
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
yaitu sebagai pengelola hutan konservasi dalam rangka penyelamatan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati. Selama ini, dalam melakukan pengelolaan hutan konservasi, tenaga
dan konsentrasi Ditjen KSDAE banyak tersita dan justru terfokus pada pembangunan di luar
kawasan konservasi. Hal tersebut berakibat minimnya fokus kegiatan dan anggaran pada
kegiatan pengelolaan hutan konservasi itu sendiri. Hal lain yang menjadi masukan atas
fokus pembangunan bidang KSDAE dari Renstra periode sebelumnya adalah kurangnya
perhatian pada peningkatan nilai keekonomian hutan konservasi dalam kontribusinya
terhadap pembangunan nasional.
Paradigma pembangunan baru yaitu pembangunan yang berkelanjutan seperti yang
dibahas pada pertemuan tingkat tinggi (High Summit) di Rio de Janeiro, Brasil yang terkenal
dengan Rio+20, dimana Indonesia menjadi salah satu pemrakarsa, tertuang dalam dokumen
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu “Future We Want”. Salah satu mandat yang terdapat
pada dokumen tersebut adalah untuk mengarusutamakan ekonomi hijau (green economy)
dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Dalam
mewujudkan cita-cita bangsa-bangsa tersebut, biodiversitas merupakan salah satu
pembentuk pilar lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan. Sebagai usaha
pelaksanaan dari beberapa kesepakatan internasional tersebut, RPJM Nasional dan
Renstra Kementerian/Lembaga disusun dengan mensinergikan isu internasional, capaian
renstra sebelumnya dan aspirasi masyarakat ke dalam dokumen perencanaan yang lebih
teknis dan operasional. Dalam RPJM Nasional Tahun 2015-2019, salah satu arah
kebijakannya adalah untuk meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
yang berkelanjutan, dimana salah satu fokusnya adalah pada pengelolaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati. Khusus mengenai pengelolaan biodiversitas, forum internasional
melalui UNEP telah mendeklarasikan Rencana Strategis Biodiversitas 2011-2020 yang
terkenal dengan 20 Aichi Biodiversity Targets. .
Sebagai langkah awal untuk merespon isu internasional bidang keanekaragaman
hayati dan dalam rangka mengembalikan khittah Direktorat Jenderal KSDAE sebagai
pengelola kawasan, pada periode 2015-2019 Renstra Direktorat Jenderal KSDAE
sebagai salah satu turunan Renstra Kementerian LHK akan lebih mendorong pengelolaan
kawasan konservasi hingga tingkat tapak. Selain itu, pencapaian target biodiversitas seperti
yang telah tertuang dalam 20 Aichi Biodiversity Targets juga diakomodir dalam Renstra
tersebut.
19
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
20
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Dalam
rangka pemenuhan agenda pembangunan ekonomi, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menerapkan dua kebijakan yaitu: peningkatan hasil hutan dan kayu; dan
pengamanan ketahanan pangan energi dan air. Dalam rangka meningkatkan hasil hutan
dan kayu ditempuh melalui strategi industri peningkatan tata kelola hutan (good forest
governance), antara lain dengan memisahkan peran regulator dan peran operator kawasan
hutan dengan pemerintah sebagai fasilitator melalui pendekatan KPH.
Selanjutnya, selain strategi di atas, ditempuh juga strategi penerapan iptek serta
peningkatan inklusivitas masyarakat dalam industri kehutanan melalui hutan tanaman
rakyat, hutan rakyat, hutan desa dan hutan kemasyarakatan. Strategi ketiga dalam rangka
meningkatkan hasil hutan dan kayu adalah dengan pengembangan produk industri
pengolahan kayu dan HHBK untuk meningkatkan nilai tambah sektor kehutanan yang
ditempuh melalui deregulasi dan menghilangkan ‘bottleneck’ peraturan yang tidak pro
investasi, dan desentralisasi keputusan hingga tingkat tapak.
Untuk melaksanakan kebijakan pengamanan ketahanan pangan, energi dan air
sebagai salah satu tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada agenda
pembangunan ekonomi nasional, strategi yang ditetapkan adalah pemeliharaan dan
pemulihan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan ekosistemnya dengan melaksanakan
pengelolaan daerah hulu secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan strategi tersebut,
beberapa cara ditempuh antara lain dengan peningkatan pemahaman dan kualitas koordinasi
pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
(kabupaten/kota/provinsi) agar berbasis pada ekosistem daerah aliran sungai (DAS).
Selanjutnya, rehabilitasi lahan sangat kritis dan kritis pada DAS juga dilakukan untuk
memulihkan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan ekosistemnya. Terakhir, pengelolaan
DAS secara terpadu juga perlu untuk dilaksanakan melalui penyelesaian status DAS,
percepatan penyelesaian RPDAS terpadu dan peningkatan penanganan kualitas DAS
prioritas.
Dalam rangka pemenuhan agenda kedua, yaitu Pembangunan Pelestarian
Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melaksanakannya melalui satu kebijakan yaitu: peningkatan
konservasi dan tata kelola hutan. Untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut diperlukan
beberapa kondisi, antara lain kepastian status hukum kawasan hutan, keterbukaan data dan
21
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
informasi sumberdaya hutan dan peningkatan kualitas tata kelola di tingkat tapak.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menetapkan tiga kebijakan yang terdiri atas dua kebijakan sebagai jawaban dari
mandat agenda pembangunan nasional bidang ekonomi, yaitu kebijakan peningkatan hasil
hutan dan kayu; dan kebijakan pengamanan ketahanan pangan energi dan air, serta satu
kebijakan sebagai respon agenda pembangunan pelestarian sumberdaya alam,
lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, yaitu peningkatan konservasi dan tata kelola
hutan. Dari ketiga arah kebijakan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tersebut, masing-masing kebijakan memuat strategi untuk memberikan cara
pelaksanaan gagasan dari arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa strategi sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan Sasaran Strategis yang
merupakan target/sasaran dari strategi yang akan ditempuh melalui pembangunan nasional
bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sasaran strategis tersebut ditentukan dengan
menurunkan strategi dari masing-masing arah kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi
umum, capaian Renstra periode sebelumnya, isu strategis serta visi dan misi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, Sasaran Strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan tetap, untuk mengurangi
konflik dan meningkatkan pemanfaatan hutan;
2. Meningkatnya produksi kayu bulat, eksport kayu, HHBK, TSL dan jasa lingkungan,
sebagai upaya untuk menggerakkan industri primer yang integratif,
3. Menurunkan laju sedimentasi 13 DAS prioritas, sebagai bagian dari upaya
meningkatkan pasokan dan ketahanan air,
4. Meningkatkan populasi spesies terancam punah,
5. Menumbuhkan usaha kehutanan di tingkat masyarakat dalam pemanfaatan
keanekaragaman hayati hutan,
6. Mengelola hutan di tingkat tapak dalam bentuk kesatuan pengelolaan hutan (KPH),
7. Meningkatkan peran birokrasi dalam pengurusan dan pengelolaan hutan.
22
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
23
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
24
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
sebagian kawasan hutan konservasi di Indonesia masih belum clear and clean, sehingga
dalam pelaksanaan pengelolaan hutan konservasi dan keanekaragaman hayati pun tidak akan
optimal.
Selain itu, kebakaran hutan masih menjadi masalah tahunan di beberapa daerah.
Ancaman bahaya kebakaran hutan yang berdampak pada menurunnya kualitas udara masih
selalu menghantui penduduk Indonesia dan negara tetangga. Investasi yang digelontorkan
selama dua periode perencanaan strategis (2005-2009 dan 2010 -2014) pada fungsi
perlindungan, khususnya pengendalian kebakaran hutan, masih dipertanyakan
efektivitasnya. Efektivitas yang dimaksudkan adalah dengan melihat bahwa pada tahun
2013 sebagian besar kebakaran hutan (72,69% dari total titik panas) terdapat di luar kawasan
hutan. Lebih ironis lagi, kebakaran pada hutan konservasi hanya sebesar 4,04% dari total
titik panas yang ada, sedangkan investasi untuk pengendalian kebakaran hutan dibebankan
pada Ditjen KSDAE yang notabene merupakan pengelola hutan konservasi.
Disamping beberapa fakta negatif tersebut, isu nasional mengenai pentingnya
mengembalikan khittah pengelolaan hutan konservasi dan keanekagaraman hayati sebagai
core business Direktorat Jenderal KSDAE mulai digulirkan. Bappenas sadar dengan kondisi
ketidakfokusan pengelolaan hutan konservasi ini karena sebagian besar konsentrasi dari
Direktorat Jenderal KSDAE tersita untuk fungsi perlindungan saja, sedangkan fungsi
pengawetan dan pemanfaatan masih belum dieksplorasi dengan optimal.
Untuk meningkatkan pengelolaan kawasan, setelah pada Renstra periode
sebelumnya mainstreaming Resort Based Management telah diaplikasikan pada UPT
Direktorat Jenderal KSDAE, pada periode kali ini upaya konkrit untuk meningkatkan
kehadiran di lapangan utamanya di tingkat tapak adalah dengan mengarusutamakan KPH
(Kesatuan Pengelolaan Hutan). Konsep KPH adalah mandat dari UU Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, dimana pengelolaan hutan hingga tingkat tapak dilakukan pada seluruh
fungsi hutan baik produksi, lindung maupun konservasi. Khusus untuk KPH Konservasi
(KPHK) titik fokus pelaksanaan kebijakan ini adalah pada kawasan suaka margasatwa dan
cagar alam yang saat ini banyak terbengkalai dan tidak dikelola dengan baik.
Harapannya dengan pembentukan/penambahan suatu struktur organisasi yang
khusus menangani pengelolaan kawasan hutan konservasi, kehadiran negara di lapangan
dapat terlihat. Dengan demikian, potensi keterkelolaan kawasan beserta keanekaragaman
25
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
26
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
wisatawan mancanegara;
6. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara;
7. Jumlah kemitraan pengelolaan kawasan konservasi sebanyak 130 unit (usaha pariwisata
alam sebanyak 100 unit, pemanfaatan jasa lingkungan air sebanyak 25 unit, dan
pemanfaatan jasa lingkungan geothermal sebanyak 5 unit);
8. Jumlah kawasan ekosistem esensial yang terbentuk dan dioptimalkan pengelolaannya
sebanyak 48 unit; dan
9. Jumlah ketersediaan paket data dan informasi keanekaragaman hayati yang berkualitas
di 7 wilayah biogeografi (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua).
Selanjutnya, ketercapaian sasaran program yang diukur dengan menggunakan alat
ukur berupa Indikator Kinerja Program, ditentukan oleh tercapainya sasaran kegiatan yang
merupakan unsur pembentuk program.
27
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
28
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Berdasarkan fokus pengelolaan, bingkai konsep 3P dan sasaran yang ingin dicapai,
Balai TNGM merumuskan 13 program strategis sebagai berikut:
1. Melakukan inisiasi transformasi kelembagaan TNGM menjadi Kesatuan Pemangkuan
Hutan Konservasi (KPHK) melalui kajian pembangunan lembaga KPHK Gunung
Merapi dan pembangunan SDM sebagai inti transformasi kelembagaan.
2. Optimalisasi pengelolaan TNGM yang berlandaskan prinsip–prinsip tata kelola
kehutanan yang baik melalui peningkatan efektifitas penegakan hukum serta
pengelolaan pendanaan yang partisipatif, akuntabel dan transparan.
3. Penguatan pengelolaan berbasis tapak dengan menjalankan manajemen berbasis resort
melalui sinkronisasi alur database dari tahapan pengambilan data lapangan, pengolahan
data sampai penggunaan data untuk pengambilan kebijakan, menyediakan data dan
informasi tentang keanekaragaman hayati Gunung Merapi yang berkesinambungan,
peningkatan intensitas petugas ke lapangan dan berdialog dengan multi pihak, serta
dukungan manajemen lembaga TNGM terhadap pengelolaan berbasis resort.
4. Peningkatan pendanaan pengelolaan seperti restorasi dari pihak ketiga/CSR, adopsi
anggrek, wisata serta dukungan untuk pengembangan wisata.
5. Pembinaan habitat ekosistem areal terdampak erupsi gunung berapi dan bekas
penambangan pasir batu dalam rangka pemulihan sumberdaya air bagi kehidupan
masyarakat sekitar, pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan
anggrek Vanda tricolor serta dapat menginisiasi TNGM sebagai pusat penelitian
dinamika ekosistem.
6. Melakukan pembinaan habitat untuk tujuan khusus seperti riset, ekowisata, ritual adat
dan budaya, serta ketahanan pangan.
7. Melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
8. Melakukan perluasan dan penguatan jaringan para pihak.
9. Melakukan penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di
zona tradisional sepanjang batas kawasan.
29
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
10. Menjadikan TNGM sebagai pusat pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang
berkelanjutan.
11. Melakukan pengelolaan mass-tourism yang berkelanjutan.
12. Melakukan penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak
pariwisata alam.
13. Melakukan peningkatan kompetensi (skill, attitude, knowledge) bagi masyarakat sekitar
kawasan TNGM.
30
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
5. Sinkronisasi alur database dari tahapan pengambilan data lapangan, pengolahan data
sampai penggunaan data untuk pengambilan kebijakan
Database merupakan perangkat sistem pengumpulan data, analisis data, dan
pelaporan data yang terstruktur, yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan
31
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
dalam pengelolaan TNGM. Hal ini membutuhkan beberapa kegiatan yang saling
terintegrasi, yaitu:
a. Pengembangan sistem data base pengelolaan kawasan
b. Peningkatan kapasitas SDM pengelola database
c. Pemeliharaan sistem database
d. On the job training pengambilan data lapangan
e. Pembuatan mekanisme pengambilan data
f. Pengolahan data dan analisis data lapangan serta implementasi data lapangan dalam
kebijakan pengelolaan pada tingkat resort, seksi dan balai
32
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
11. Pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan anggrek Vanda
tricolor
Pemulihan habitat merupakan upaya yang dilakukan oleh pengelola kawasan untuk
menjaga, mencegah dan atau menghindari terjadinya kepunahan terhadap suatu jenis
tumbuhan atau satwa dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem. Selain itu, keberadaan
jenis-jenis tumbuhan dan satwa harus tetap terjaga kemurnian jenisnya serta tetap terjaga
keanekaragaman genetik tanpa merubah sifat-sifat alami jenis tumbuhan dan satwa.
Kegiatan pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Anggrek Vanda
tricolor antara lain:
a. Pembuatan blue print pengelolaan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi);
33
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
34
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
15. Penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di zona
tradisional sepanjang batas kawasan
Penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di zona
tradisional sepanjang batas kawasan merupakan upaya yang dilakukan oleh pengelola
kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian
kawasan. Disamping itu tanaman yang akan ditanam akan menjadi penanda bagi batas
kawasan terluar dari kawasan TNGM. Kegiatan yang dapat dilakukan terkait hal ini antara
lain:
a. Pembuatan demplot tanaman pangan bawah tegakan.
35
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
18. Penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak pariwisata
alam
Penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak pariwisata
alam suatu kebijakan pemantapan kawasan dalam rangka optimalisasi pengelolaan sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya. Saat ini Balai TNGM sudah melakukan proses penataan
zonasi dan disain tapak. Kegiatan ini meliputi:
a. Review zonasi pengelolaan TNGM;
b. Implementasi disain tapak pariwisata alam.
36
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
Penyusunan target kinerja dalam Renstra Balai TNGM tahun 2015 – 2019 dilakukan
berdasarkan program yang dilaksanakan oleh Balai TNGM. Mulai periode tahun 2016,
terdapat 2 program yang menjadi instrumen kebijakan pengelolaan kawasan TNGM, yaitu
Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE), serta Program Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum LHK). Program KSDAE dilaksanakan
melalui penyelenggaraan kegiatan Pengelolaan Taman Nasional, sedangkan Program
Gakkum LHK diimplementasikan melalui penyelenggaraan dua kegiatan, yaitu : 1)
Pencegahan dan Pengamanan Hutan, dan 2) Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Sebagai ukuran keberhasilan pencapaian kinerja dari masing-masing
kegiatan, Balai TNGM telah menentukan Indikator Kinerja Kegiatan berdasarkan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
37
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
38
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
39
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Tabel 8. IKK, Target Kinerja dan Lokasi Target Pencapaian Kinerja Kegiatan Pencegahan
dan Pengamanan Hutan
Target Kinerja Lokasi
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019 Target
1. Terlaksananya 7 7 7 7 7 BTNGM
pengamanan dan Resort Resort Resort Resort Resort
penindakan terhadap
gangguan dan ancaman
bidang kehutanan
2. Terpenuhinya standar 7 7 7 7 7 BTNGM
minimum sarana dan Resort Resort Resort Resort Resort
prasarana penyidikan
dan pengamanan hutan
3. Meningkatnya 25 25 25 25 25 BTNGM
kapasitas sumberdaya orang orang orang orang orang
manusia di bidang
penyidikan dan
pengamanan
hutan
40
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
B. Kerangka Pendanaan
Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan Balai TNGM pada tahun 2015,
sebagaimana pagu anggaran tahun 2015, adalah sebesar Rp.12,173.155.000- (dua belas
milyar seratus tujuh puluh tiga juta seratus lima puluh lima ribu rupiah). Pada tahun 2016,
pagu anggaran Balai TNGM untuk pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem sebesar Rp. 11.642.874.000,- (sebelas milyar enam ratus empat puluh dua juta
delapan ratus tujuh puluh empat ribu rupiah). Pagu Anggaran tahun 2016 untuk pelaksanaan
Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah Rp. 400.527.000,-
(empat ratus juta lima ratus dua puluh tujuh ribu rupiah). Adapun proyeksi rencana
pengeluaran masing-masing program untuk satu periode Renstra tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
Tabel 10. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (dalam ribu rupiah)
Alokasi (Rp juta) JML
PROGRAM
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp)
Konservasi 12.173.155 11.642.874 12.500.000 13.500.000 15.000.000 64.816.029
Sumber Daya
Alam dan
Ekosistem
Penegakan - 400.527 600.000 700.000 800.000 2.500.527
Hukum
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
Alokasi pagu anggaran tersebut direncanakan untuk membiayai gaji dan tunjangan,
operasional perkantoran serta belanja non operasional perkantoran. Uraian rencana
pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan Balai TNGM pada tahun 2015-2019 adalah
sebagaimana berikut.
41
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
Tabel 10. IKK, Target Kinerja dan Prakiraan Maju Alokasi Pagu Anggaran Balai TNGM
Tahun 2015-2019 (dalam ribu rupiah)
Alokasi (Rp Juta)
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019
1. Tersusunnya dokumen perencanaan 118.835 209.679 250.000 - 300.000
pengelolaan kawasan konservasi
(RP/Zonasi/Blok)
2. Pemulihan ekosistem kawasan 256.901 129.174 250.000 300.000 350.000
konservasi yang terdegradasi
3. Terlaksananya pembinaan daerah 146.655 276.314 300.000 350.000 400.000
penyangga kawasan konservasi
4. Meningkatnya kapasitas 33.720 56.870 75.000 100.000 125.000
sumberdaya manusia di bidang
penyidikan dan pengamanan hutan
5. Terjaminnya Peningkatan Populasi 255.325 129.400 250.000 300.000 300.000
Spesies yang Terancam Punah
Elang Jawa dan Anggrek Vanda
tricolor (menurut Redlist IUCN)
sebesar 10% sesuai nbaseline
datatahun 2013
6. Tercapainya kontribusi PNBP dari 731.919 1.230.338 1.250.000 1.300.000 1.400.000
jasa lingkungan sebesar Rp1 Milyar
7. Beroperasinya usaha jasa 85.380 56.860 - - 150.000
lingkungan air sebanyak 1 Unit
8. Tersedianya Kader Konservasi 128.370 272.110 300.000 325.000 350.000
(KK),Kelompok Pecinta Alam
(KPA), Kelompok Swadaya
Masyarakat/Kelompok Profesi
(KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 10 orang
9. Jumlah SDM Pengendalian 242.800 338.022 400.000 450.000 450.000
Kebakaran Hutan yang ditingkatkan
kapasitasnya sejumlah 10 orang
dalam 5 tahun
10. Terselesaikannya penanganan 23.110 23.750 50.000 75.000 100.000
perkara tindak pidana kehutanan
minimal 1 kasus per tahun
42
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
BAB V. PENUTUP
Renstra Balai TNGM Tahun 2015-2019 ini merupakan pedoman dan acuan dalam
melaksanakan program dan kegiatan pembangunan kehutanan bidang KSDAE tahun 2015-
2019. Renstra ini merupakan penjabaran dari RPJM Nasional Tahun 2015-2019, Renstra
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019, dan Renstra Ditjen
KSDAE Tahun 2015-2019. Dokumen Renstra ini akan benar-benar digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan (Renja) yang merupakan dasar penyusunan
RKA-K/L satker dari tahun 2016 – 2019.
Selain digunakan sebagai acuan penyusunan perencanaan tahunan, Dokumen
Renstra ini juga digunakan sebagai dasar penetapan kinerja yang akan dilakukan evaluasi
kinerjanya setiap tahun. Dalam Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L terdapat kemungkinan
untuk melakukan perubahan pada saat periode Renstra masih berjalan. Di dalam dokumen
Renstra ini, telah dimuat prioritas pembangunan nasional bidang kehutanan, khususnya
lingkup Ditjen KSDAE. Dalam pelaksanaan Renja juga dilakukan pencermatan terhadap
pilihan strategi dalam mewujudkan output kegiatan yang harus benar-benar mengacu pada
prioritas pembangunan, sasaran program, sasaran kegiatan dan tugas serta fungsi seluruh
unit kerja lingkup Ditjen KSDAE.
Dengan tersusunnya dokumen Renstra Balai TNGM tahun 2015 – 2019 ini
diharapkan pelaksanaan kegiatan di lapangan inline dengan perencanaan makro yang telah
disusun. Akhirnya, semoga dokumen ini dapat memberikan warna yang baru dalam
membangun kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang khas sesuai dengan
paradigma pembangunan bidang KSDAE yang berkualitas dalam mengelola hutan
konservasi di Indonesia.
43
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
LAMPIRAN
44
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
MATRIKS RENCANA PENCAPAIAN KINERJA
BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
TAHUN 2015 ‐ 2019
Kode Program/Kegiatan/IKK Target Kinerja (Volume dan Satuan) Sub Komponen
Program Konservasi Sumberdaya Alam
029.05.08 dan Ekosistem 2015 2016 2017 2018 2019
5426 Pengelolaan Taman Nasional
- Tersusunnya dokumen perencanaan
pengelolaan kawasan konservasi
(RP/Zonasi) 1 dok 1 dok 1 dok - 1 dok - Dokumen Penataan Zonasi (Review Zonasi)
- Sosialisasi Zonasi
- Penyusunan RP Zona Mitigasi dan
Rekontruksi
- Sosialisasi RP Zona Mitigasi dan
Rekonstruksi
- Monev
- Pemulihan ekosistem kawasan - Penyusunan Rantek Pembuatan demplot
konservasi yang terdegradasi 9 ha 10 ha 10 ha 10 ha 11 ha Restorasi
- Pembuatan demplot restorasi di Wilayah
SPTN I dan II
- Pembinaan Pokja Restorasi
- Survey Tutupan lahan Kritis
- Pemeliharaan demplot restorasi
- Pemeliharaan jalur batas
- Pemeliharaan tanaman RHL
- Pembinaan Habitat/Rehabilitasi Areal Bekas
Kebakaran
- Monev
44
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
45
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
46
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM
47