Anda di halaman 1dari 49

Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tahun
2015 – 2019 disusun sebagai amanat dari Surat Edaran Sekretaris Direktorat Jenderal
(Sekditjen) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan
Nomor: S. 738/IV-Set/2014 Perihal Surat Edaran Penyusunan Renstra 2015-2019. Renstra
Balai TNGM tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada prioritas pembangunan
nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019 serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan lingkungan
hidup dan kehutanan yang tersusun dalam Rencana Strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem (KSDAE).
Renstra Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) 2015 – 2019 disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang KSDAE tahun 2015-2019 di unit kerja Balai
Taman Nasional Gunung Merapi. Dengan adanya pedoman pelaksanaan program, kegiatan
dan anggaran, maka diharapkan peningkatan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan bidang KSDAE lingkup Balai TNGM dapat dicapai. Selain itu, dokumen
perencanaan lima tahunan ini diharapkan dapat menjadi alat untuk sinkronisasi dalam upaya-
upaya pencapaian tujuan dan sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dari Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, beserta indikator
kinerja kegiatan dan komponen yang telah ditetapkan secara berjenjang. Ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan lima tahunan ini, semoga waktu,
tenaga dan pemikiran yang telah disumbangkan mendapatkan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.

Yogyakarta, November 2015


Kepala Balai TNGM,

Ir. Edy Sutiyarto


NIP. 196103131989031002


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................ 2
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 5
A. KONDISI UMUM
A.1 Kondisi Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi ......................... 5
A.2 Kondisi Internal (Kelembagaan) Balai TNGM ................................. 9
B. REGULASI DAN LANDASAN PEMBANGUNAN
BIDANG KSDAE..................................................................................... 13
C. SISTEMATIKA RENSTRA ................................................................... 14
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM .......................... 17
A. VISI, MISI DAN TUJUAN ...................................................................... 17
B. SASARAN PROGRAM ........................................................................... 18
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .............................................. 20
A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN ...................... 20
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG KSDAE .................. 23
C. ARAH DAN STRATEGI PENGELOLAAN TNGM .............................. 27
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .................. 37
A. TARGET KINERJA ................................................................................. 37
B. KERANGKA PENDANAAN .................................................................. 41
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 43
Lampiran


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembangunan sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang Konservasi


Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
beserta turunan peraturan perundangan di bawahnya. Salah satu mandat yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 adalah pembangunan
bidang sumber daya air dan lingkungan hidup yang di dalamnya terkandung tugas Direktorat
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) untuk
melaksanakannya. Dalam mendukung kesuksesan pembangunan di bidang tersebut, Balai
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di bawah Ditjen KSDAE melaksanakan dua
Prioritas Nasional yaitu: prioritas lingkungan hidup dan pengelolaan bencana serta prioritas
daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik. Dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, Ditjen KSDAE diberi wewenang untuk mengelola kawasan konservasi dan ikut
berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal di
sekitar kawasan konservasi melalui fungsi-fungsi perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari dan
berkesinambungan.
Sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan sektor Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Rencana Strategis (Renstra) Balai TNGM Tahun 2015-2019 ini disusun sebagai
amanat dari Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta disusun
dengan berdasarkan pada arah kebijakan Ditjen KSDAE seperti yang tertuang di dalam
Renstra Ditjen KSDAE Tahun 2015-2019. Untuk operasionalisasi arah kebijakan tersebut,
termasuk dalam merespon isu strategis, Ditjen KSDAE telah merumuskan sasaran kegiatan
(output) yang jelas dengan satuan yang mencerminkan keluaran yang akan dicapai dan
bukan merupakan input atau proses.
Untuk mendukung pencapaian sasaran kegiatan tersebut telah ditentukan Indikator
Kinerja Kegiatan yang terukur, dengan satuan yang jelas dan akan diterapkan pada
pengukuran kinerja masing-masing kegiatan. Mengacu pada Renstra Ditjen KSDAE Tahun
2015-2019, visi Balai TNGM pada Renstra tahun 2015-2019 adalah: “Menjadi Taman
Nasional Yang Mantap Dalam Mengelola Ekosistem Volkano Yang Dinamis Berbasis
Partisipasi Para Pihak”. Adapun untuk misinya adalah (1). Meningkatkan kapasitas
kelembagaan berbasis prinsip tata kelola hutan yang baik dan pengelolaan di tingkat tapak;
(2) Merestorasi ekosistem volkano yang dinamis dan mitigasi bencana; (3).Meningkatkan
partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGM.
Dalam rangka mewujudkan pernyataan visi dan misi, sesuai dengan tugas dan
fungsinya, Balai TNGM menetapkan beberapa arah kebijakan yang sesuai dengan Renstra
Ditjen KSDAE, yaitu (1) Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi; (2) Meningkatkan upaya-upaya konservasi species yang dibarengi
dengan diversifikasi pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; (3) Mengembangkan
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; (4) Meningkatkan efektivitas


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

pengendalian kebakaran hutan; (5) Meningkatkan efektivitas pengamanan kawasan hutan;


serta (6) Mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai Balai TNGM juga mendasarkan pada
sasaran strategis Ditjen KSDAE dalam kurun waktu 2015-2019, yaitu: (1) Peningkatan
efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati; dan
(2) Peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati.
Sebagaimana diuraikan di atas, Balai TNGM dibawah Ditjen KSDAE melaksanakan
Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, dengan kegiatan Pengelolaan
Taman Nasional. Renstra Balai TNGM ini merupakan pedoman dan acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Tahun 2015 – 2019 Program KSDAE.


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

BAB I. PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM

A.1.Kondisi Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Gunung Merapi merupakan gunungapi aktif yang meletus lebih dari 80 kali atau rata-
rata sekali meletus setiap 4 tahun berdasarkan dari dokumentasi yang tercatat sejak jaman
kolonial Belanda pada abad 17 hingga saat ini. Letusan sebelumnya tidak tercatat dengan
jelas. Gunung Merapi memiliki indeks letusan kecil hingga besar dan masa istirahat pendek
hingga panjang. Masa istirahat Gunung Merapi berkisar antara 1-18 tahun, artinya masa
istirahat terpanjang yang pernah tercatat adalah 18 tahun. Berdasarkan data tersebut, Gunung
Merapi merupakan gunungapi paling aktif meletus dari 127 gunungapi aktif di Indonesia
(Sumber: BPPTKG). Gunung Merapi yang terletak di DIY dan Jawa Tengah merupakan
ekosistem gunung yang unik, karena karakteristik gunungapi Merapi yang secara periodik
selalu meletus menyebabkan perubahan terhadap ekosistem maupun masyarakat di
sekitarnya.

Kawasan Gunung Merapi ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan


Menteri Kehutanan Nomor 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada kelompok
hutan Gunung Merapi seluas ± 6.410 ha yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan
Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kawasan ini sebelumnya merupakan kawasan hutan yang terdiri dari Hutan Lindung, Taman
Wisata Alam dan Cagar Alam. Alih fungsi kawasan ini didasari oleh pertimbangan sebagai
berikut:

1. Daerah tangkapan air utama yang memberikan pasokan air bersih bagi daerah
pemukiman dan pengairan lahan-lahan pertanian di DIY dan Jawa Tengah terutama
daerah Magelang, Klaten, Boyolali, Sleman dan Kota Yogyakarta.
2. Hutan Gunung Merapi merupakan hutan tropis pegunungan yang khas karena terletak
pada gunung berapi yang masih aktif, sehingga memiliki potensi keaneakaragaman


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

hayati yang khas. Potensi ini merupakan laboratorium alam yang sangat berguna bagi
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
3. Kawasan Gunung Merapi yang masih alami, cocok untuk kegiatan wisata alam dan
pendidikan, seperti : kemah, tracking, outbond, pendakian dan lain-lain. Demikian pula
dengan upacara tradisional Labuhan Merapi, Merti Bumi dan Sedekah Gunung yang
dapat dimanfaatkan sebagai wisata budaya yang menarik minat wisatawan.

Setelah dilakukan rekonstruksi batas tahun 2007 dan tata batas definitif tahun 2009,
serta hasil pencermatan bersama Ditjen Planologi, BPKH XI Wilayah Jawa – Madura dan
Balai TNGM tahun 2011, maka terbit SK Penetapan TNGM oleh Menteri Kehutanan dengan
Nomor : SK.3627/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 6 Mei 2014 dengan luas 6.607,52 Ha.
Terdapat perbedaan luas penunjukan dan penetapan seluas 197,52 ha, walaupun di tingkat
lapangan tidak ada perubahan batas kawasan yang signifikan. Jadi, perbedaan yang ada
hanya pada tingkat pemetaan di atas kertas.

Gambar 1. Perbedaan Peta Penunjukan Tahun 2004 dan Penetapan Tahun 2014
Selama kurun waktu 5 tahun yaitu 2010-2015, pasca erupsi besar Gunung Merapi
tahun 2010 yang menimbulkan kerusakan baik ekosistem maupun sosial ekonomi
masyarakat di sekitarnya, alam dan manusia telah mulai memulihkan diri.

 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Kondisi tutupan lahan Merapi tahun 2011 atau kurang dari 1 tahun pasca erupsi
melalui interpretasi Citra Landsat 7 menunjukkan dominasi lahan terbuka mencapai
2.155,54 ha atau hampir 30% luas total kawasan. Empat tahun kemudian melalui interpretasi
Citra Landsat 8 menunjukkan pengurangan lahan terbuka yang signifikan hampir 50%
menjadi hanya 1.131,10 ha. Sebagian besar perubahan tersebut menjadi rumput, semak
belukar, dan hutan sekunder, sedangkan sebagian kecil menjadi pertanian campur semak.

Perbandingan Tutupan Lahan 2011 dan 2015


3,500.00
69.00%
3,000.00

2,500.00
- 47.53%
Hektar

2,000.00
2.09%
1,500.00
PL_2011
1,000.00 - 43.84%
PL_2015
500.00
340.26%
-
Lahan Rumput Semak Pertanian Hutan
Terbuka Belukar Campur Sekunder
Semak
Jenis Tutupan Lahan

Gambar 2. Perbandingan Penutupan Lahan Tahun 2011 dengan 2015

Tabel 1. Prosentase Perubahan Penutupan Lahan dari 2011 ke 2015


Persen Persen Perubahan
No. Nama PL PL_2011 PL_2015
(%) (%) (%)
1. Lahan Terbuka 2,155.54 32.62 1,131.10 17.12 -47.53

2. Rumput 874.25 13.23 491.01 7.43 -43.84

3. Semak Belukar 1,677.44 25.39 1,712.43 25.92 2.09

4. Pertanian Campur Semak 22.70 0.34 99.93 1.51 340.26

5. Hutan Sekunder 1,877.59 28.42 3,173.05 48.02 69.00


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Gambar 3. Peta Penutupan Lahan TNGM Tahun 2011 dan 2015

Dalam kurun waktu 2011-2015 tersebut, luas hutan sekunder bertambah 69% dari
1.877,59 ha menjadi 3.173,05 ha. Penambahan yang cukup besar dan dalam waktu yang
tidak terlalu lama ini terutama disebabkan oleh munculnya jenis tumbuhan invasif Acacia
decurrens Willd pada area terbuka, rumput, dan semak belukar pasca erupsi 2010. Hasil
penelitian terakhir menunjukkan okupasi Acacia decurrens Willd seluas 27,27% dari total
kawasan.

Dalam rangka pengelolaan yang lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, Balai TNGM melaksanakan kegiatan review zonasi
tahun 2015. Zonasi ini membagi kawasan menjadi bagian-bagian sesuai dengan
peruntukannya sebagaimana gambar dan tabel berikut :


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Zonasi 2015

Gambar 4. Zonasi Kawasan TNGM Tahun 2015

Tabel 2. Luas Zonasi Kawasan TNGM Tahun 2015


2015
No. Zonasi Kode Luas
%
(Ha)
1 Zona Inti ZI 1,041.12 15.76
2 Zona Rimba ZRi 2,980.19 45.10
3 Zona Pemanfaatan ZP 461.73 6.99
4 Zona Rehabilitasi Zre 418.42 6.33
5 Zona Mitigasi dan Rekontruksi Zremi - -
6 Zona Religi, Budaya dan Sejarah ZBS 11.57 0.18
7 Zona Tradisional ZTr 1,504.62 22.77
8 Zona Khusus Mitigasi & Rekonstruksi Zkh 189.88 2.87
Jumlah 6,607.52 100.00

A.2. Kondisi Internal (Kelembagaan) Balai TNGM

Jumlah pegawai Balai TNGM sampai dengan Bulan Desember 2015 berjumlah 72
orang PNS dan 15 orang tenaga upah.


 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Tabel 3. Jumlah PNS Balai TNGM menurut Golongan per tingkat Pendidikan
tahun 2014 dan 2015 (Triwulan IV)
Tahun 2014 Tahun 2015
NO. TINGKAT IV III II I JML IV III II I JML
PENDIDIKAN
1. S3 - 1 - - 1 - 1 - - 1
2. PASCA - 6 - - 6 - 7 - - 7
SARJANA
3. SARJANA 1 23 - - 24 1 21 - - 22
4. SARJANA - - 4 - 4 - - 4 - 4
MUDA
5. SLTA - 21 15 - 36 - 21 15 - 36
6. SLTP - - 1 - 1 - - 1 - 1
7. SD - - 1 - 1 - - 1 - 1
JUMLAH 1 50 21 - 72 1 50 21 - 72
Sumber : Laporan Pegawai Balai TNGM Triwulan IV Tahun 2014 – 2015

Tahun 2014
Tahun 2015

Gambar 5. Perbandingan Jumlah PNS Balai TNGM Tahun 2014 - 2015

10 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Tabel 4. Jumlah PNS Balai TNGM menurut Golongan per tingkat Pendidikan Tahun 2015
GOLONGAN
TINGKAT IV III II I JMLH
NO.
PENDIDIKAN a b c d a b c d a b C d a b c d
1. S3 - - - - - - - 1 - - - - - - - - 1
1. PASCA SARJANA - - - - - 3 5 - - - - - - - - - 8
2. SARJANA - 1 - - 7 6 3 5 - - - - - - - - 22
3. SARJANA MUDA - - - - - - - - - - 1 3 - - - - 4
4. SLTA - - - - 8 11 2 - 2 - 8 5 - - - - 36
5. SLTP - - - - - - - - - - 1 - - - - - 1
6. SD - - - - - - - - 1 - - - - - - - 1
JUMLAH - 1 - - 15 20 10 5 3 4 9 5 - - - - 72
Sumber : Laporan Pegawai Balai Taman Nasional Gunung Merapi Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 5. Sebaran PNS Balai TNGM menurut Jenis Jabatan Tahun 2015 (Triwulan IV)
S3 S2 S1 / D4 D3 SLTA SLTP SD JUMLAH
NO. JENIS JABATAN
L P L P L P L P L P L P L P L P TOTAL
I. STRUKTURAL 1 - 1 - 1 1 - - - - - - - - 3 1 4
II. NON STRUKTURAL - - - 1 5 4 - 2 7 4 1 - 1 - 13 11 24
III. FUNGSIONAL
1. PEH MUDA - - - 1 - - - - - - - - - - - 1 1
2. PEH PERTAMA - - 3 2 2 2 - - - - - - - - 5 4 9
3. PEH PELAKSANA - - - - - - - - 3 - - - - - 3 - 3
4. PEH PELAKSANA LANJUTAN - - - - - - - - - 1 - - - - - 1 1
5. CALON PEH - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
6. POLHUT MUDA - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1

11 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

S3 S2 S1 / D4 D3 SLTA SLTP SD JUMLAH


NO. JENIS JABATAN
L P L P L P L P L P L P L P L P TOTAL
7. POLHUT PENYELIA - - - - - - - - 2 - - - - - 2 - 2
8. POLHUT PERTAMA - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
9. POLHUT PELAKSANA - - - - - - - - 8 - - - - - 8 - 8
LANJUTAN
10. POLHUT PELAKSANA - - - - - - 1 1 10 - - - - - 11 1 12
11. CALON POLHUT - - - - - - - - 1 - - - - - 1 - 1
PELAKSANA PEMULA
11. PENYULUH KEHUTANAN - - - - - 2 - - - - - - - - - 2 2
12. CALON PENYULUH - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
KEHUTANAN
13. PENGELOLA PENGADAAN - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
BARANG JASA PERTAMA
JUMLAH 1 - 3 2 14 10 1 3 31 5 1 - 1 - 42 20 72
Sumber : Laporan Pegawai Balai Taman Nasional Gunung Merapi Triwulan IV Tahun 2015

12 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai TNGM mengelola aset barang milik
negara sebagai sarana dan prasarana guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya di
lapangan. Tipologi satker Balai TNGM mempunyai keunikan sendiri, yakni mengelola
sarana dan prasarana hingga tingkat tapak (resort) di kawasan gunung berapi aktif. Aset
barang milik negara tersebut diantaranya : tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan dan jembatan, irigasi, jaringan, software, dan aset tetap lainnya.

Tabel 6. Nilai Barang Milik Negara TNGM 2011-2015


No. Tahun Nilai BMN (Rupiah)
1. 2011 12.864.280.843,-
2. 2012 15.399.432.875,-
3. 2013 18.087.839.158,-
4. 2014 19.059.904.975,-
5. 2015 20.331.700.768,-

Nilai aset BMN pada tabel di atas merupakan nilai tanpa penyusutan. Nilai aset
tahunan Barang Milik Negara (BMN) Balai TNGM Per 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp. 20.331.700.768,-, setelah dikurangi penyusutan nilai buku tahun 2015 menjadi
14.005.619.600,-. Jumlah aset, kompetensi dan kapasitas kuasa pengguna barang milik
negara dalam administrasi maupun pemeliharaan aset akan sangat menentukan kualitas
sarana prasarana di lapangan.

B. REGULASI DAN LANDASAN PEMBANGUNAN BIDANG KSDAE


Demi terwujudnya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung, maka diperlukan pedoman dan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan
pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan bidang KSDAE tahun 2015-2019 di seluruh
unit kerja lingkup Direktorat Jenderal KSDAE. Landasan filosofis tersebut menjadi salah
satu dasar perumusan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2015-
2019. Adapun secara yuridis formal Renstra Direktorat Jenderal KSDAE disusun
berlandaskan amanat dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

13 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional.
Renstra Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu
pada RPJMN 2015-2019 yang tertuang lebih terperinci pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019. Oleh karena itu, selaku satker dibawah Ditjen
KSDAE, Balai TNGM menyusun Renstra Tahun 2015-2019 berdasarkan acuan dari Renstra
Ditjen KSDAE Tahun 2015-2019.
Renstra Balai TNGM Tahun 2015-2019 ini merupakan bagian dari upaya Ditjen
KSDAE untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan pembangunan
lingkungan hidup dan kehutanan bidang KSDAE. Dokumen perencanaan lima tahunan ini
diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran
strategis program pengelolaan hutan konservasi dan keanekaragaman hayati. Renstra ini juga
merupakan bagian dari upaya untuk melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka
mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik, dalam kerangka tertib administrasi
perencanaan, tertib pelaksanaan, tertib pemantauan, dan tertib administrasi pelaporan.

C. SISTEMATIKA RENSTRA
Dalam penyusunan Rencana Strategis Tahun 2015-2019, diperlukan alur pikir dan
asumsi dasar agar dalam perumusannya lebih terarah dan tepat sasaran. Alur pikir dan
asumsi mendasarkan pada background studies evaluasi dari Renstra periode sebelumnya.
Selain itu, masukan dari stakeholder baik masyarakat, swasta dan instansi pemerintah di luar
Balai TNGM juga menentukan latar belakang penyusunan Renstra. Kedua hal tersebut
kemudian diformulasikan keterkaitannya dengan isu strategis terkini bidang KSDAE baik
internal dan eksternal, dengan tetap merespon pengarusutamaan tema-tema tertentu dan
penugasan khusus seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya.
Melalui kombinasi dengan potensi yang ada, masalah dan tantangan yang ditemui maka
disusunlah visi, misi dan tujuan untuk ditetapkan menjadi arah kebijakan dan strategi,
sasaran (program dan kegiatan) serta target kinerja masing-masing kegiatan dan kerangka
pendanaannya.

14 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

‐ Kondisi Saat ini 
‐ Kondisi yang 

VISI MISI KEBIJAKAN


TUJUAN
SASA STRA
RAN TEGI PROGRAM

KEGIATAN

‐ Analisis
‐ Asumsi 
MANDAT :
UU No. 5 Tahun 1990
UU No. 41 Tahun 1999

Gambar 6. Bagan Alur Pikir Penyusunan Renstra Balai TNGM Tahun 2015-2019

Asumsi dasar yang menjadi kerangka pikir di atas adalah:


a. Renstra Ditjen KSDAE Tahun 2015-2019;
b. Rencana Pengelolaan TN Gunung Merapi periode Tahun 2005 – 2024 yang telah
direview menjadi Rencana Pengelolaan TNGM periode Tahun 2013 – 2022;
c. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.713/Menhut-II/2010 tentang Penetapan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) TNGM;
d. Struktur organisasi Balai TNGM;
e. Upaya prakondisi aktual terlaksana pada tahun-tahun awal mencakup kecukupan data
dan informasi;
f. Sistem informasi dan sistem manajemen terbangun mulai dari tingkat Resort wilayah,
Seksi Pengelolaan Taman Nasional hingga Balai Taman Nasional.

15 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Sistematika Renstra TNGM Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
B. Regulasi dan Landasan Pembangunan Bidang KSDAE
C. Sistematika Renstra
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
A. Visi, Misi dan Tujuan
B. Sasaran Program
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
B. Arah Kebijakan Pembangunan KSDAE
C. Arah Kebijakan Pembangunan Taman Nasional Gunung Merapi
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
B. Kerangka Pendanaan
BAB V. PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Target Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019

16 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

A. VISI, MISI DAN TUJUAN


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019
merupakan periode ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Tahun 2005 – 2025. Visi pembangunan nasional tahun 2015 – 2019 sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 adalah :
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Sebagai upaya mewujudkan pencapaian visi tersebut, telah dirumuskan 7 misi
pembangunan nasional, yaitu : 1) mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya
maritime, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan, 2)
mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara
hukum, 3) mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritime, 4) mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera, 5) mewujudkan bangsa yang berdaya saing, 6) mewujudkan Indonesia menjadi
negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta 7)
mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Visi dan misi pembangunan tahun 2015 – 2019 menjadi peta jalan seluruh
kementerian dan/atau lembaga penyelenggara negara dalam merancang arah pembangunan,
sasaran dan strategi yang akan dilaksanakan. Berangkat dari pandangan, harapan dan
permasalahan yang ada, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan
pembangunan tahun 2015 – 2019, yaitu : “Memastikan kondisi lingkungan berada pada
toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada pada rentang
populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk
memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional”. Untuk memastikan manifestasi dari
peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pembangunan nasional, telah
dirumuskan sasaran strategis yang meliputi : 1) menjaga kualitas lingkungan hidup untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, 2)
memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk

17 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dan 3) melestarikan


keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumberdaya alam
sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan sasaran strategis Kementerian LHK, amanat yang diberikan kepada
Direktorat Jenderal (Ditjen) KSDAE sebagai unit eselon I yang bertugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan konservasi sumberdaya alam
dan ekosistemnya adalah untuk melaksanakan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya alam
hayati serta keseimbangan ekosistemnya. Amanat yang diberikan kepada Ditjen KSDAE
tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa embanan Ditjen KSDAE berkaitan erat dengan
tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu : 1) perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2)
pengawetan sumber-sumber plasma nutfah, serta 3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya. Dari embanan tersebut, obyek yang dikelola oleh Ditjen
KSDAE antara lain terdiri dari kawasan konservasi, keanekaragaman hayati di dalam dan di
luar kawasan konservasi, serta kawasan atau ekosistem yang bernilai esensial dan HCVF.
Pengelolaan keanekaragaman hayati dilaksanakan pada tiga tingkatan, yaitu : level
ekosistem, spesies dan level sumberdaya genetik. Adapun pengelolaan keanekaragaman
hayati juga berkaitan erat dengan pencapaian multi manfaatnya, yaitu manfaat ekonomi,
sosial serta manfaat ekologi.

B. SASARAN PROGRAM
Direktorat Jenderal KSDAE menjadi penanggung jawab pelaksanaan Program
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Program tersebut merupakan
penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Ditjen KSDAE. Adapun sasaran yang ingin dicapai
dari pelaksanaan Program KSDAE adalah : 1) peningkatan efektivitas pengelolaan hutan
konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati, dan 2) peningkatan penerimaan
devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati.
Pembangunan bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE)
pada Renstra periode sebelumnya belum secara langsung berkorelasi dengan visi dan misi
yang telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja yang diperoleh pun lebih difokuskan
kepada kegiatan pendukung dan bukan pada kegiatan utama Direktorat Jenderal KSDAE

18 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

yaitu sebagai pengelola hutan konservasi dalam rangka penyelamatan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati. Selama ini, dalam melakukan pengelolaan hutan konservasi, tenaga
dan konsentrasi Ditjen KSDAE banyak tersita dan justru terfokus pada pembangunan di luar
kawasan konservasi. Hal tersebut berakibat minimnya fokus kegiatan dan anggaran pada
kegiatan pengelolaan hutan konservasi itu sendiri. Hal lain yang menjadi masukan atas
fokus pembangunan bidang KSDAE dari Renstra periode sebelumnya adalah kurangnya
perhatian pada peningkatan nilai keekonomian hutan konservasi dalam kontribusinya
terhadap pembangunan nasional.
Paradigma pembangunan baru yaitu pembangunan yang berkelanjutan seperti yang
dibahas pada pertemuan tingkat tinggi (High Summit) di Rio de Janeiro, Brasil yang terkenal
dengan Rio+20, dimana Indonesia menjadi salah satu pemrakarsa, tertuang dalam dokumen
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu “Future We Want”. Salah satu mandat yang terdapat
pada dokumen tersebut adalah untuk mengarusutamakan ekonomi hijau (green economy)
dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Dalam
mewujudkan cita-cita bangsa-bangsa tersebut, biodiversitas merupakan salah satu
pembentuk pilar lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan. Sebagai usaha
pelaksanaan dari beberapa kesepakatan internasional tersebut, RPJM Nasional dan
Renstra Kementerian/Lembaga disusun dengan mensinergikan isu internasional, capaian
renstra sebelumnya dan aspirasi masyarakat ke dalam dokumen perencanaan yang lebih
teknis dan operasional. Dalam RPJM Nasional Tahun 2015-2019, salah satu arah
kebijakannya adalah untuk meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam
yang berkelanjutan, dimana salah satu fokusnya adalah pada pengelolaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati. Khusus mengenai pengelolaan biodiversitas, forum internasional
melalui UNEP telah mendeklarasikan Rencana Strategis Biodiversitas 2011-2020 yang
terkenal dengan 20 Aichi Biodiversity Targets. .
Sebagai langkah awal untuk merespon isu internasional bidang keanekaragaman
hayati dan dalam rangka mengembalikan khittah Direktorat Jenderal KSDAE sebagai
pengelola kawasan, pada periode 2015-2019 Renstra Direktorat Jenderal KSDAE
sebagai salah satu turunan Renstra Kementerian LHK akan lebih mendorong pengelolaan
kawasan konservasi hingga tingkat tapak. Selain itu, pencapaian target biodiversitas seperti
yang telah tertuang dalam 20 Aichi Biodiversity Targets juga diakomodir dalam Renstra
tersebut.

19 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Mandat pembangunan bidang KSDAE termaktub di dalam Undang-Undang Nomor


5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Mandat tersebut
dilaksanakan melalui tiga fungsi, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam mendukung pembangunan nasional,
langkah-langkah konservasi diperlukan sehingga sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat
dengan pembangunan itu sendiri. Tiga pilar pembentuk konservasi keanekaragaman hayati
yaitu: pilar perlindungan, pilar pengawetan dan pilar pemanfaatan harus saling bersinergi
dan diseimbangkan guna mendukung suksesnya konservasi sumberdaya alam hayati.
Sebagai salah satu penanggung jawab program di lingkungan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal KSDAE melaksanakan beberapa
mandat pembangunan nasional yang tertuang dalam agenda pembangunan nasional. Mandat
tersebut harus diterjemahkan, dirinci dan dilaksanakan pada tingkat program melalui
kegiatan-kegiatan sebagai unsur pelaksanaan teknis. Dalam penyusunan perencanaan
pembangunan bidang KSDAE, selain kebijakan nasional dan kebijakan pembangunan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, isu strategis baik di tingkat internasional
maupun nasional selalu menjadi acuan dalam merumuskan arah kebijakan bidang KSDAE.
Kondisi umum dan capaian Renstra periode sebelumnya juga turut berperan dalam
menentukan strategi yang mengarahkan pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan. Perencanaan strategis bidang KSDAE juga dilandasi oleh semangat untuk
melaksanakan pengurusan hutan konservasi secara lebih fokus, khususnya dalam rangka
menjalankan tugas pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang terkandung di
dalamnya.

A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG LHK


Dua agenda kebijakan nasional yang menjadi tugas Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan untuk melaksanakannya sesuai dengan amanat RPJM Nasional tahun
2015-2019 adalah Agenda Pembangunan Ekonomi dan Agenda Pembangunan

20 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Dalam
rangka pemenuhan agenda pembangunan ekonomi, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menerapkan dua kebijakan yaitu: peningkatan hasil hutan dan kayu; dan
pengamanan ketahanan pangan energi dan air. Dalam rangka meningkatkan hasil hutan
dan kayu ditempuh melalui strategi industri peningkatan tata kelola hutan (good forest
governance), antara lain dengan memisahkan peran regulator dan peran operator kawasan
hutan dengan pemerintah sebagai fasilitator melalui pendekatan KPH.
Selanjutnya, selain strategi di atas, ditempuh juga strategi penerapan iptek serta
peningkatan inklusivitas masyarakat dalam industri kehutanan melalui hutan tanaman
rakyat, hutan rakyat, hutan desa dan hutan kemasyarakatan. Strategi ketiga dalam rangka
meningkatkan hasil hutan dan kayu adalah dengan pengembangan produk industri
pengolahan kayu dan HHBK untuk meningkatkan nilai tambah sektor kehutanan yang
ditempuh melalui deregulasi dan menghilangkan ‘bottleneck’ peraturan yang tidak pro
investasi, dan desentralisasi keputusan hingga tingkat tapak.
Untuk melaksanakan kebijakan pengamanan ketahanan pangan, energi dan air
sebagai salah satu tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada agenda
pembangunan ekonomi nasional, strategi yang ditetapkan adalah pemeliharaan dan
pemulihan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan ekosistemnya dengan melaksanakan
pengelolaan daerah hulu secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan strategi tersebut,
beberapa cara ditempuh antara lain dengan peningkatan pemahaman dan kualitas koordinasi
pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
(kabupaten/kota/provinsi) agar berbasis pada ekosistem daerah aliran sungai (DAS).
Selanjutnya, rehabilitasi lahan sangat kritis dan kritis pada DAS juga dilakukan untuk
memulihkan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan ekosistemnya. Terakhir, pengelolaan
DAS secara terpadu juga perlu untuk dilaksanakan melalui penyelesaian status DAS,
percepatan penyelesaian RPDAS terpadu dan peningkatan penanganan kualitas DAS
prioritas.
Dalam rangka pemenuhan agenda kedua, yaitu Pembangunan Pelestarian
Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melaksanakannya melalui satu kebijakan yaitu: peningkatan
konservasi dan tata kelola hutan. Untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut diperlukan
beberapa kondisi, antara lain kepastian status hukum kawasan hutan, keterbukaan data dan

21 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

informasi sumberdaya hutan dan peningkatan kualitas tata kelola di tingkat tapak.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menetapkan tiga kebijakan yang terdiri atas dua kebijakan sebagai jawaban dari
mandat agenda pembangunan nasional bidang ekonomi, yaitu kebijakan peningkatan hasil
hutan dan kayu; dan kebijakan pengamanan ketahanan pangan energi dan air, serta satu
kebijakan sebagai respon agenda pembangunan pelestarian sumberdaya alam,
lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, yaitu peningkatan konservasi dan tata kelola
hutan. Dari ketiga arah kebijakan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tersebut, masing-masing kebijakan memuat strategi untuk memberikan cara
pelaksanaan gagasan dari arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa strategi sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan Sasaran Strategis yang
merupakan target/sasaran dari strategi yang akan ditempuh melalui pembangunan nasional
bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sasaran strategis tersebut ditentukan dengan
menurunkan strategi dari masing-masing arah kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi
umum, capaian Renstra periode sebelumnya, isu strategis serta visi dan misi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, Sasaran Strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan tetap, untuk mengurangi
konflik dan meningkatkan pemanfaatan hutan;
2. Meningkatnya produksi kayu bulat, eksport kayu, HHBK, TSL dan jasa lingkungan,
sebagai upaya untuk menggerakkan industri primer yang integratif,
3. Menurunkan laju sedimentasi 13 DAS prioritas, sebagai bagian dari upaya
meningkatkan pasokan dan ketahanan air,
4. Meningkatkan populasi spesies terancam punah,
5. Menumbuhkan usaha kehutanan di tingkat masyarakat dalam pemanfaatan
keanekaragaman hayati hutan,
6. Mengelola hutan di tingkat tapak dalam bentuk kesatuan pengelolaan hutan (KPH),
7. Meningkatkan peran birokrasi dalam pengurusan dan pengelolaan hutan.

22 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG KSDAE


1. Program, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program
Merujuk pada Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L2015-2019, program didefinisikan sebagai
instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan
atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Kementerian.
Bidang KSDAE merupakan salah satu unsur dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
kepengurusan hutan konservasi di bawah yurisdiksi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Dalam mendukung tercapainya pembangunan nasional bidang lingkungan hidup
dan kehutanan, khususnya dalam pelaksanaan tugas perlindungan hutan dan konservasi
alam, salah satu program di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah
Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem . Pelaksanaan program tersebut
merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal KSDAE, termasuk seluruh unit kerja yang
bernaung di bawah eselon I tersebut.
Tujuan dari program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem ini adalah
untuk “mewujudkan peningkatan kemandirian perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
hutan konservasi beserta keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya secara lestari
dalam perannya sebagai unsur pendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan
demi sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Diharapkan hasil dari pelaksanaan program
tersebut adalah biodiversitas dan ekosistemnya berperan secara signifikan sebagai
penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat
bangsa dalam pergaulan global. Beberapa kata kunci yang dapat digaris-bawahi dari
penetapan program ini adalah: pengelolaan, konservasi, keanekaragaman hayati
(biodiversitas) dan ekosistem.
Dari kata kunci tersebut di atas, isu strategis baik di tingkat internasional dan
nasional harus dapat direspon dengan baik oleh program ini. Di kancah internasional saat
ini, isu kesetaraan unsur biodiversitas sebagai salah komponen pembentuk pilar lingkungan
dalam menunjang kesuksesan pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu yang
sedang mengemuka dan menjadi perhatian sebagian besar pemimpin dunia maupun
pengamat dan praktisi lingkungan, khususnya yang peduli terhadap konservasi biodiversitas.

23 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Pertemuan tingkat tinggi (High summit) mengenai pembangunan berkelanjutan


(sustainable development) pada tanggal 27 Juli 2012, yang terkenal dengan Rio+20 ,
melahirkan kesepakatan seperti yang tertuang dalam dokumen “The Future We Want” yang
dengan jelas menerangkan pentingnya kesetaraan tiga pilar penentu pembangunan
berkelanjutan yaitu: ekonomi, lingkungan dan sosial. Aspek lingkungan, dimana aspek
biodiversitas merupakan salah satu unsur pembentuknya, mulai menjadi salah satu platform
dalam penentuan keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Dokumen PBB tersebut
menerangkan mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan
konektivitas habitat dan pembangunan ketahanan ekosistem (ecosystem resilience) sebagai
unsur pembentuk pembangunan berkelanjutan.
Biodiversitas sebagai salah satu unsur komponen yang membentuk pilar target
lingkungan, seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, di tingkat internasional telah
ditetapkan rencana strategis pengelolaan biodiversitas yang terkenal melalui Aichi
Biodiversity, yang merupakan sasaran strategis pelaksanaan pengelolaan biodiversitas di
seluruh dunia. Dalam dokumen tersebut terdapat lima sasaran strategis:
1. Mengarusutamakan konservasi biodiversitas melalui pemerintah dan masyarakat.
2. Mengurangi tekanan pada keanekaragaman hayati dan mempromosikan pemanfaatan
yang berkelanjutan.
3. Meningkatkan status keanekaragaman hayati dengan pengamanan ekosistem, spesies
dan keanekaragaman genetik.
4. Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dari keanekaragaman hayati dan ekosistem.
5. Meningkatkan implementasi kebijakan melalui perencanaan partisipatif, manajemen
pengetahuan dan peningkatan kapasitas.
Di tingkat nasional, isu lingkungan khususnya pengelolaan hutan konservasi hingga
saat ini masih diwarnai oleh beberapa hal baik yang positif maupun negatif. Konflik tenurial
yang berujung pada gangguan keamanan dan ketertiban masih terjadi di beberapa kawasan
hutan konservasi. Hal tersebut menandakan bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan, tidak hanya oleh pemerintah selaku pengelola hutan konservasi. Aksi
kolaboratif dari para pemangku kepentingan (stakeholder) masih perlu untuk terus didorong
demi terciptanya keamanan dalam negeri. Adanya gangguan keamanan di beberapa daerah
yang bersinggungan dengan kawasan hutan konservasi merupakan bukti nyata bahwa

24 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

sebagian kawasan hutan konservasi di Indonesia masih belum clear and clean, sehingga
dalam pelaksanaan pengelolaan hutan konservasi dan keanekaragaman hayati pun tidak akan
optimal.
Selain itu, kebakaran hutan masih menjadi masalah tahunan di beberapa daerah.
Ancaman bahaya kebakaran hutan yang berdampak pada menurunnya kualitas udara masih
selalu menghantui penduduk Indonesia dan negara tetangga. Investasi yang digelontorkan
selama dua periode perencanaan strategis (2005-2009 dan 2010 -2014) pada fungsi
perlindungan, khususnya pengendalian kebakaran hutan, masih dipertanyakan
efektivitasnya. Efektivitas yang dimaksudkan adalah dengan melihat bahwa pada tahun
2013 sebagian besar kebakaran hutan (72,69% dari total titik panas) terdapat di luar kawasan
hutan. Lebih ironis lagi, kebakaran pada hutan konservasi hanya sebesar 4,04% dari total
titik panas yang ada, sedangkan investasi untuk pengendalian kebakaran hutan dibebankan
pada Ditjen KSDAE yang notabene merupakan pengelola hutan konservasi.
Disamping beberapa fakta negatif tersebut, isu nasional mengenai pentingnya
mengembalikan khittah pengelolaan hutan konservasi dan keanekagaraman hayati sebagai
core business Direktorat Jenderal KSDAE mulai digulirkan. Bappenas sadar dengan kondisi
ketidakfokusan pengelolaan hutan konservasi ini karena sebagian besar konsentrasi dari
Direktorat Jenderal KSDAE tersita untuk fungsi perlindungan saja, sedangkan fungsi
pengawetan dan pemanfaatan masih belum dieksplorasi dengan optimal.
Untuk meningkatkan pengelolaan kawasan, setelah pada Renstra periode
sebelumnya mainstreaming Resort Based Management telah diaplikasikan pada UPT
Direktorat Jenderal KSDAE, pada periode kali ini upaya konkrit untuk meningkatkan
kehadiran di lapangan utamanya di tingkat tapak adalah dengan mengarusutamakan KPH
(Kesatuan Pengelolaan Hutan). Konsep KPH adalah mandat dari UU Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, dimana pengelolaan hutan hingga tingkat tapak dilakukan pada seluruh
fungsi hutan baik produksi, lindung maupun konservasi. Khusus untuk KPH Konservasi
(KPHK) titik fokus pelaksanaan kebijakan ini adalah pada kawasan suaka margasatwa dan
cagar alam yang saat ini banyak terbengkalai dan tidak dikelola dengan baik.
Harapannya dengan pembentukan/penambahan suatu struktur organisasi yang
khusus menangani pengelolaan kawasan hutan konservasi, kehadiran negara di lapangan
dapat terlihat. Dengan demikian, potensi keterkelolaan kawasan beserta keanekaragaman

25 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

hayati dan ekosistemnya dapat ditingkatkan. Dengan terlindungi dan termanfaatkannya


biodiversitas dengan lebih optimal melalui kehadiran pengelola kawasan di lapangan,
konflik-konflik tenurial dapat secara dini dideteksi dan diatasi. Demi menjembatani antara
mandat pembangunan bidang pelestarian sumberdaya alam dengan isu-isu strategis baik
internasional maupun nasional serta permasalahan dan kendala yang dihadapi, perlu untuk
dirumuskan arah kebijakan bidang KSDAE yang dituangkan ke dalam sasaran program.
Arah kebijakan tersebut merupakan acuan dan titik tujuan pelaksanaan pembangunan agar
kegiatan yang dilakukan menjadi terarah dan fokus sesuai dengan sasaran yang akan dituju.
Sebagai acuan untuk pelaksanaan program Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem, telah ditetapkan beberapa sasaran program sebagai acuan unit kerja Direktorat
Jenderal KSDAE. Penentuan sasaran program telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan
merupakan ekstraksi dari sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melalui analisis strategis dan pembobotan (skoring). Dari hasil analisis strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diturunkan beberapa sasaran program
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem untuk periode perencanaan tahun 2015-2019
sebagai berikut:
1. Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi
keanekaragaman hayati; serta
2. Peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati.
Dari sasaran program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem tersebut, Indikator
Kinerja Program yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Nilai indeks efektivitas pengelolaan kawasan konservasi minimal 70 % (kategori baik)
pada minimal 260 unit dari 521 unit kawasan konservasi di seluruh Indonesia (27,21 juta
ha);
2. Jumlah KPHK non taman nasional yang terbentuk dan beroperasi sebanyak 100 unit;
3. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas (sesuai IUCN
Red List of Threatened Species) sebesar 10 % dari baseline data tahun 2013;
4. Nilai ekspor pemanfaatan satwaliar dan tumbuhan alam serta bioprospecting sebesar Rp
25 Triliun;
5. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang

26 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

wisatawan mancanegara;
6. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara;
7. Jumlah kemitraan pengelolaan kawasan konservasi sebanyak 130 unit (usaha pariwisata
alam sebanyak 100 unit, pemanfaatan jasa lingkungan air sebanyak 25 unit, dan
pemanfaatan jasa lingkungan geothermal sebanyak 5 unit);
8. Jumlah kawasan ekosistem esensial yang terbentuk dan dioptimalkan pengelolaannya
sebanyak 48 unit; dan
9. Jumlah ketersediaan paket data dan informasi keanekaragaman hayati yang berkualitas
di 7 wilayah biogeografi (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua).
Selanjutnya, ketercapaian sasaran program yang diukur dengan menggunakan alat
ukur berupa Indikator Kinerja Program, ditentukan oleh tercapainya sasaran kegiatan yang
merupakan unsur pembentuk program.

C. ARAH DAN STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG


MERAPI
Berdasarkan Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Gunung Merapi periode
2015-2024, beberapa isu yang menjadi fokus pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) adalah :
1) Perlindungan sumber-sumber mata air sebagai penunjang sistem kehidupan skala lokal
dan regional;
2) Perbaikan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi);
3) Terjaganya batas kawasan;
4) Pengendalian pengambilan pasir dan batu di dalam kawasan TNGM;
5) Pengkajian dan monitoring perkembangan invasif spesies dan eksotik spesies;
6) Restorasi ekosistem gunung berapi paska erupsi;
7) Identifikasi dan inventarisasi, pemantauan, pembinaaan habitat dan penyelamatan
jenis keanekaragaman hayati;
8) Pemanfaatan rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar untuk kebutuhan subsisten
masyarakat;
9) Pemanfaatan dan revitalisasi obyek daya tarik wisata alam dan wisata budaya;

27 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

10) Pengelolaan wisata minat khusus (pendakian);


11) Pembangunan lembaga TNGM (disain organisasi, kapasitas SDM, kepemimpinan,
program dan dana);
12) Penguatan relasi stakeholder pengelolaan TNGM secara kolaboratif.

Fokus perhatian tersebut dikelola berdasarkan konsep 3P (perlindungan,


pengawetan, pemanfaatan). Secara khusus, konsep 3P dimaknai dalam kerangka ekosistem
gunung berapi yang dinamis dan berpotensi bencana vulkanik. Manifestasi konsep 3P
didukung oleh kelembagaan berbasiskan multi aktor pengelolaan. Komponen utama yaitu
lembaga TNGM.
Balai TNGM akan melakukan relasi dengan stakeholder yang berbasiskan norma-
norma good forestry governance. Masyarakat merupakan stakeholder kunci pengelolaan dan
diberikan prioritas dalam pemberian akses sumberdaya dan penguatan kelembagaan.
Konsep 3P dijalankan dengan fokus utama adalah pengelolaan di tingkat tapak.
Semua unit lembaga TNGM mendukung pekerjaan di tingkat tapak dengan
menjadikan organisasi resort sebagai inti organisasi. Dengan pemberdayaan resort, dinamika
ekosistem dan sosio-kultural masyarakat akan terpantau dan menjadi dasar pengelolaan
mulai tingkatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mekanisme kontrol.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan TNGM periode 2015 – 2024 adalah:
1. Penataan ruang dalam kawasan yang sesuai dengan dinamika ekosistem dan
sosiokultural masyarakat meliputi rekonstruksi batas kawasan, zonasi pengelolaan dan
disain tapak perencanaan wisata alam;
2. Terjaganya kelestarian dan pemulihan habitat elang jawa, anggrek Vanda tricolor dan
jenis tumbuhan serta satwa lainnya paska bencana vulkanik;
3. Pemulihan ekosistem paska bencana vulkanik sebagai sumber mata air dengan restorasi
ekosistem;
4. Adanya rekayasa mitigasi bencana dalam upaya pengurangan resiko bencana vulkanik;
5. Turunnya gangguan keamanan kawasan, kebakaran hutan dan lahan;
6. Adanya bank data dan wali data keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
7. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan melalui pemberian akses
pemanfaatan kawasan terutama sektor jasa wisata;
8. Penguatan Merapi sebagai simbol budaya yang menunjang fungsi-fungsi konservasi;

28 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

9. Pengelolaan kawasan berbasiskan organisasi di tingkat tapak dengan menjalankan


prinsip-prinsip good forestry governance; dan
10. Penguatan kemitraan dengan multi pihak.

Berdasarkan fokus pengelolaan, bingkai konsep 3P dan sasaran yang ingin dicapai,
Balai TNGM merumuskan 13 program strategis sebagai berikut:
1. Melakukan inisiasi transformasi kelembagaan TNGM menjadi Kesatuan Pemangkuan
Hutan Konservasi (KPHK) melalui kajian pembangunan lembaga KPHK Gunung
Merapi dan pembangunan SDM sebagai inti transformasi kelembagaan.
2. Optimalisasi pengelolaan TNGM yang berlandaskan prinsip–prinsip tata kelola
kehutanan yang baik melalui peningkatan efektifitas penegakan hukum serta
pengelolaan pendanaan yang partisipatif, akuntabel dan transparan.
3. Penguatan pengelolaan berbasis tapak dengan menjalankan manajemen berbasis resort
melalui sinkronisasi alur database dari tahapan pengambilan data lapangan, pengolahan
data sampai penggunaan data untuk pengambilan kebijakan, menyediakan data dan
informasi tentang keanekaragaman hayati Gunung Merapi yang berkesinambungan,
peningkatan intensitas petugas ke lapangan dan berdialog dengan multi pihak, serta
dukungan manajemen lembaga TNGM terhadap pengelolaan berbasis resort.
4. Peningkatan pendanaan pengelolaan seperti restorasi dari pihak ketiga/CSR, adopsi
anggrek, wisata serta dukungan untuk pengembangan wisata.
5. Pembinaan habitat ekosistem areal terdampak erupsi gunung berapi dan bekas
penambangan pasir batu dalam rangka pemulihan sumberdaya air bagi kehidupan
masyarakat sekitar, pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan
anggrek Vanda tricolor serta dapat menginisiasi TNGM sebagai pusat penelitian
dinamika ekosistem.
6. Melakukan pembinaan habitat untuk tujuan khusus seperti riset, ekowisata, ritual adat
dan budaya, serta ketahanan pangan.
7. Melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
8. Melakukan perluasan dan penguatan jaringan para pihak.
9. Melakukan penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di
zona tradisional sepanjang batas kawasan.

29 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

10. Menjadikan TNGM sebagai pusat pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang
berkelanjutan.
11. Melakukan pengelolaan mass-tourism yang berkelanjutan.
12. Melakukan penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak
pariwisata alam.
13. Melakukan peningkatan kompetensi (skill, attitude, knowledge) bagi masyarakat sekitar
kawasan TNGM.

Program strategis tersebut selanjutnya diterjemahkan ke dalam rencana kegiatan


pengelolaan jangka panjang 10 tahun berdasarkan format yang telah diatur dalam Permenhut
No. 41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jenis kegiatan yang disusun masih bersifat
indikatif yang selanjutnya dapat diterjemahkan dalam dokumen Rencana Pengelolaan pada
tingkat yang lebih detil, yaitu Rencana Kerja Tahunan (RKT). Berikut arahan kegiatan di
TN Gunung Merapi pada periode tahun 2015 – 2024:

1. Kajian pembangunan lembaga KPHK Gunung Merapi


Kajian pembangunan lembaga KPHK Gunung Merapi merupakan suatu program
yang bertujuan untuk membangun lembaga TN Gunung Merapi menjadi Kesatuan
Pemangkuan Hutan Konservasi berdasarkan amanah PP.6/2007 tentang Tata Hutan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Identifikasi variable-variabel pembangunan lembaga KPHK.
b. Kajian relasi stakeholder pengelolaan TNGM.
c. Kajian disain pembangunan lembaga KPHK.

2. Pembangunan SDM sebagai inti transformasi kelembagaan


Pembangunan SDM sebagai inti transformasi kelembagaan merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas SDM di TNGM dalam rangka transformasi kelembagaan menjadi
KPHK. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan kapasitas pegawai ini antara
lain:
a. Peningkatan kapasitas pegawai melalui achievement motivation training
b. Latihan kepemimpinan

30 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

c. Pelatihan teknis kehutanan

3. Peningkatan efektifitas penegakan hukum


Peningkatan efektifitas penegakan hukum TNGM merupakan salah satu kegiatan
rutin yang dilaksanakan oleh Balai TNGM. Proses kegiatan ini dilakukan secara persuasif
dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja pengelola kawasan. Selain itu, koordinasi
dan kolaborasi dengan aparat penegak hukum dilakukan secara berkelanjutan untuk
menyelesaikan berbagai kasus hukum yang dihadapi dalam kegiatan pengelolaan kawasan
TNGM. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pemetaan dan rancangan kaji tindak perlindungan hutan
b. Pemeliharaan dan sosialisasi batas kawasan
c. Patroli pengamanan hutan
d. Perlindungan hutan dan penanganan bencana berbasis kemitraan multi stakeholder
e. Operasi Fungsional
f. Operasi Intelijen
g. Operasi Gabungan
h. Inisiasi alternatif pengurangan kegiatan perumputan dan perencekan seperti pembuatan
biogas dan silase pakan ternak

4. Pengelolaan pendanaan yang partisipatif, akuntabel dan transparan


Untuk mewujudkan efektifitas pengelolaan kawasan TNGM, lembaga Balai TNGM
membutuhkan pengelolaan pendanaan yang partisipatif, akuntabel dan transparan, sehingga
ada sinkronisasi antara pelaksanaan kegiatan dengan pendanaannya. Kegiatan yang
dilakukan TNGM, antara lain :
a. Manajemen pengelolaan dana yang partisipatif, akuntabel dan transparan
b. Pengaturan tata laksana kegiatan, pengaturan administrasi kegiatan
c. Membuat SOP monitoring dan evaluasi

5. Sinkronisasi alur database dari tahapan pengambilan data lapangan, pengolahan data
sampai penggunaan data untuk pengambilan kebijakan
Database merupakan perangkat sistem pengumpulan data, analisis data, dan
pelaporan data yang terstruktur, yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan

31 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

dalam pengelolaan TNGM. Hal ini membutuhkan beberapa kegiatan yang saling
terintegrasi, yaitu:
a. Pengembangan sistem data base pengelolaan kawasan
b. Peningkatan kapasitas SDM pengelola database
c. Pemeliharaan sistem database
d. On the job training pengambilan data lapangan
e. Pembuatan mekanisme pengambilan data
f. Pengolahan data dan analisis data lapangan serta implementasi data lapangan dalam
kebijakan pengelolaan pada tingkat resort, seksi dan balai

6. Penyediaan data dan informasi tentang kehati Gunung Merapi yang


berkesinambungan
Penyediaan data dan informasi tentang keanekaragaman hayati Gunung Merapi yang
berkesinambungan dibutuhkan dalam rangka mewujudkan efektifitas pengelolaan kawasan
TNGM. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Pembuatan bank data dan wali data
b. Pembuatan mekanisme sharing data.

7. Peningkatan intensitas petugas ke lapangan dan berdialog dengan multi stakeholder


Peningkatan intensitas petugas ke lapangan dan berdialog dengan multi stakeholder
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan efektifitas pengelolaan kawasan TNGM. Rencana
kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Peningkatan sarana prasarana
b. Pelatihan teknik fasilitasi dan resolusi konflik.

8. Dukungan manajemen lembaga TNGM terhadap pengelolaan berbasis resort


Kegiatan dukungan manajemen lembaga TNGM terhadap pengelolaan berbasis
resort merupakan salah satu bagian kegiatan yang tidak terpisahkan dalam suatu kegiatan
pengelolaan kawasan konservasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Sinkronisasi aktivitas pengelolaan di tingkat resort, seksi dan balai
b. Monitoring dan evaluasi.

32 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

9. Peningkatan pendanaan pengelolaan


Peningkatan pendanaan merupakan upaya mandiri untuk melakukan pembiayaan
terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak dibiayai oleh pemerintah tetapi berasal dari pihak
ketiga. Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai TNGM terkait peningkatan pendanaan
pengelolaan, antara lain:
a. Melakukan publikasi
b. Melakukan penguatan networking (jaringan)
c. Melakukan sharing program dengan pihak ketiga

10. Pemulihan sumber daya air


Pemulihan sumber daya air merupakan upaya untuk memperbaiki keadaan sumber
air guna mempertahankan keberadaan atau menaikkan kualitas sumber daya air tersebut bagi
kehidupan masyarakat sekitar. Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai TNGM terkait
pemulihan sumber daya air, antara lain :
a. Membuat rancangan teknis pembinaan habitat
b. Pembinaan habitat
c. Identifikasi potensi dan kebutuhan sumberdaya air
d. Monitoring sumber daya air
e. Pembentukan forum pemanfaat sumber daya air
f. Kajian normalisasi alur sungai
g. Rancangan teknis pengelolaan sumber daya air

11. Pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan anggrek Vanda
tricolor
Pemulihan habitat merupakan upaya yang dilakukan oleh pengelola kawasan untuk
menjaga, mencegah dan atau menghindari terjadinya kepunahan terhadap suatu jenis
tumbuhan atau satwa dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem. Selain itu, keberadaan
jenis-jenis tumbuhan dan satwa harus tetap terjaga kemurnian jenisnya serta tetap terjaga
keanekaragaman genetik tanpa merubah sifat-sifat alami jenis tumbuhan dan satwa.
Kegiatan pemulihan habitat spesies Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Anggrek Vanda
tricolor antara lain:
a. Pembuatan blue print pengelolaan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi);

33 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

b. Pembuatan blue print anggrek Vanda tricolor.

12. Inisiasi TNGM sebagai pusat penelitian dinamika ekosistem


Inisiasi TNGM sebagai pusat penelitian dinamika ekosistem merupakan suatu
kebijakan yang diambil dalam rangka menjadikan TNGM sebagai tempat untuk melakukan
berbagai macam penelitian baik yang dilakukan secara mandiri maupun bekerjasama dengan
perguruan tinggi. Kegiatan yang akan dilakukan oleh Balai TNGM terkait hal tersebut di
atas adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan blue print restorasi ekosistem;
b. Inisiasi kemitraan yang bersifat akademis terutama dengan perguruan tinggi.

13. Pembinaan habitat untuk tujuan khusus


Pembinaan habitat untuk tujuan khusus di TNGM merupakan upaya yang dilakukan
oleh pengelola kawasan dalam rangka memenuhi kepentingan penelitian (riset), ekowisata,
ritual adat dan budaya serta ketahanan pangan. Kegiatan yang akan dilakukan terkait
pembinaan habitat untuk tujuan khusus ini antara lain :
a. Identifikasi dan inventarisasi lokasi pembinaan habitat untuk tujuan khusus.
b. Membuat rancangan teknis pembinaan habitat untuk tujuan khusus.
c. Melakukan aktivitas silvikultur pada lokasi yang sesuai.

14. Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya


Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di TNGM merupakan upaya
yang dilakukan oleh pengelola kawasan untuk menjaga, mencegah, dan atau menghindari
terjadinya kepunahan terhadap suatu jenis tumbuhan atau satwa dan mencegah terjadinya
kerusakan ekosistem. Selain itu, keberadaan jenis–jenis tumbuhan dan satwa harus tetap
terjaga kemurnian jenisnya serta tetap terjaga keanekaragaman genetik tanpa merubah sifat–
sifat alami jenis tumbuhan dan satwa. Kegiatan yang akan dilakukan terkait pengelolaan
tumbuhan dan satwa liar antara lain:
a. Inventarisasi dan monitoring jenis dan populasi tumbuhan dan satwa liar termasuk jenis
asli, migran dan invasif.
b. Pelepas-liaran satwa

34 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

c. Relokasi tumbuhan bernilai penting


d. Mitigasi satwa ketika terjadi bencana erupsi

15. Penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di zona
tradisional sepanjang batas kawasan
Penguatan ketahanan pangan terpadu bagi masyarakat sekitar kawasan di zona
tradisional sepanjang batas kawasan merupakan upaya yang dilakukan oleh pengelola
kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian
kawasan. Disamping itu tanaman yang akan ditanam akan menjadi penanda bagi batas
kawasan terluar dari kawasan TNGM. Kegiatan yang dapat dilakukan terkait hal ini antara
lain:
a. Pembuatan demplot tanaman pangan bawah tegakan.

16. Pusat pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan


Pusat pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan merupakan
upaya yang dilakukan oleh pengelola kawasan untuk mengembangkan ekowisata di kawasan
TNGM dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan. Tekanan masyarakat sekitar
terhadap kawasan yang mungkin terjadi karena kondisi sosial ekonomi dapat diminimalisir
dengan melaksanakan kegiatan ini dan juga melalui program dan pengembangan daerah
penyangga. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
kawasan dengan usaha-usaha yang tidak menimbulkan tekanan bagi kawasan. Kegiatan
yang akan dilaksanakan antara lain:
a. Pembuatan master plan ekowisata berbasis masyarakat (pengelolaan pendakian minat
khusus, camping, sepeda gunung, pendidikan konservasi, budaya lokal dan pelestarian
anggrek);
b. Pendampingan masyarakat sebagai pelaku ekowisata berkelanjutan;
c. Pemberdayaan masyarakat (kontrak sosial, penguatan kelembagaan, penguatan aspek
teknis kegiatan, pendampingan kebijakan serta strategi phase out).

35 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

17. Pengelolaan masstourism (terbatas) yang berkelanjutan


Program pengelolaan masstourism dengan skala waktu dan lokasi yang terbatas serta
berkelanjutan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap kawasan
wisata Tlogo Muncar dan Nirmolo yang berada di wilayah kawasan wisata Kaliurang.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Peningkatan pelayanan di Telogo Muncar dan Nirmolo;
b. Perbaikan sarana prasarana di Telogo Muncar dan Nirmolo;
c. Inisiasi kemitraan pengelolaan di Telogo Muncar dan Nirmolo.

18. Penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak pariwisata
alam
Penataan ruang dalam kawasan berupa review zonasi dan disain tapak pariwisata
alam suatu kebijakan pemantapan kawasan dalam rangka optimalisasi pengelolaan sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya. Saat ini Balai TNGM sudah melakukan proses penataan
zonasi dan disain tapak. Kegiatan ini meliputi:
a. Review zonasi pengelolaan TNGM;
b. Implementasi disain tapak pariwisata alam.

19. Peningkatan kompetensi masyarakat sekitar kawasan


Peningkatan kompetensi masyarakat sekitar kawasan TNGM adalah suatu kebijakan
untuk meningkatkan peran masyarakat sekitar dalam menjaga kawasan serta menambah
keterampilan dan pengetahuan masyarakat tentang potensi yang dapat dikerjakan di sekitar
kawasan. Kegiatan ini meliputi:
a. Inhouse training;
b. Pendampingan kelompok masyarakat;
c. Penguatan kelembagaan melalui pelatihan SAR, pembuatan biogas, silase pakan ternak,
jamur dan sebagainya.

36 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGA PENDANAAN

A. TARGET KINERJA
Penyusunan target kinerja dalam Renstra Balai TNGM tahun 2015 – 2019 dilakukan
berdasarkan program yang dilaksanakan oleh Balai TNGM. Mulai periode tahun 2016,
terdapat 2 program yang menjadi instrumen kebijakan pengelolaan kawasan TNGM, yaitu
Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE), serta Program Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum LHK). Program KSDAE dilaksanakan
melalui penyelenggaraan kegiatan Pengelolaan Taman Nasional, sedangkan Program
Gakkum LHK diimplementasikan melalui penyelenggaraan dua kegiatan, yaitu : 1)
Pencegahan dan Pengamanan Hutan, dan 2) Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Sebagai ukuran keberhasilan pencapaian kinerja dari masing-masing
kegiatan, Balai TNGM telah menentukan Indikator Kinerja Kegiatan berdasarkan sasaran
yang ingin dicapai. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :

A.1 Kegiatan Pengelolaan Taman Nasional


Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Taman Nasional
adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya dokumen perencanaan pengelolaan kawasan TNGM (RP, zonasi);
b. Terpulihkannya ekosistem kawasan TNGM yang terdegradasi;
c. Meningkatnya kegiatan pembinaan desa di daerah penyangga kawasan TNGM;
d. Meningkatnya populasi spesies yang terancam punah, yaitu Elang Jawa dan anggrek
Vanda tricolor sebesar 10% pada tahun 2019;
e. Meningkatnya PNBP dari kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan TNGM;
f. Beroperasinya usaha jasa lingkungan air;
g. Terbentuk dan terbinanya Kader Konservasi Alam (KKA), Kelompok Pecinta Alam
(KPA) dan Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP);
h. Meningkatnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia terkait pengendalian
kebakaran hutan; dan

37 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

i. Tercapainya peningkatan akuntabilitas kinerja Balai TNGM.


Indikator kinerja kegiatan (IKK), target kinerja dan lokasi target pencapaian kinerja dari
Kegiatan Pengelolaan Taman Nasional, diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. IKK, Target Kinerja dan Lokasi Target Pencapaian Kinerja Kegiatan Pengelolaan
Taman Nasional
Target Kinerja Lokasi
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019 Target
1. Tersusunnya dokumen 1dok 1 dok 1 dok - 1 dok BTNGM
perencanaan pengelolaan
kawasan konservasi
(RP/Zonasi/Blok)
2. Pemulihan ekosistem kawasan 9 ha 10 ha 10 ha 10 ha 11 ha BTNGM
konservasi yang terdegradasi
3. Terlaksananya pembinaan 6 desa 4 desa 4 desa 4 desa 4 desa BTNGM
daerah penyangga kawasan
konservasi
4. Terjaminnya peningkatan 2% 2% 2% 2% 2% BTNGM
populasi spesies yang
terancam punah Elang Jawa
dan anggrek Vanda tricolor
sebesar 10% sesuai baseline
data tahun 2013
5. Tercapainya kontribusi PNBP 183 200 200 200 200 juta BTNGM
dari kegiatan pemanfaatan jasa juta juta juta juta (Tlogo
lingkungan sebesar Rp 1 Muncar,
Milyar dalam 5 tahun
Nirmolo,
Deles,
Selo,
Jurang
Jero)
6. Beroperasinya usaha jasa 1 ijin 1 Ijin - - 1 Ijin BTNGM
lingkungan air sebanyak 1Unit (Cangkri
ngan)
7. Tersedianya Kader 10 10 10 10 10 BTNGM
Konservasi (KK), Kelompok orang orang orang orang orang
Pecinta Alam (KPA),
Kelompok Swadaya
Masyarakat/Kelompok Profesi
(KSM/KP) yang berstatus
aktif sebanyak 10 orang

38 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

8. Meningkatnya jumlah dan 20 20 20 20 20 BTNGM


kapasitas SDM terkait orang orang orang orang orang
Pengendalian Kebakaran
Hutan
9.. SAKIP Balai TNGM dengan 77 77 77 78 78 nilai BTNGM
nilai minimal 78 (A) di tahun nilai nilai nilai nilai
2019

A.2 Kegiatan Pencegahan dan Pengamanan Hutan


Kegiatan Pencegahan dan Pengamanan Hutan dilaksanakan untuk mencapai
beberapa sasaran sebagai berikut :
a. Terlaksananya pencegahan serta pengendalian ancaman dan gangguan melalui
kegiatan sosialisasi, patroli dan operasi pengamanan kawasan TNGM;
b. Meningkatnya kapasitas sumberdaya manusia di bidang penyidikan dan pengamanan
hutan; dan
c. Tersedianya sarana dan prasarana penyidikan dan pengamanan hutan.
Indikator kinerja kegiatan (IKK), target kinerja dan lokasi target pencapaian kinerja dari
Kegiatan Pencegahan dan Pengamanan Hutan, diuraikan sebagai berikut:

39 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Tabel 8. IKK, Target Kinerja dan Lokasi Target Pencapaian Kinerja Kegiatan Pencegahan
dan Pengamanan Hutan
Target Kinerja Lokasi
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019 Target
1. Terlaksananya 7 7 7 7 7 BTNGM
pengamanan dan Resort Resort Resort Resort Resort
penindakan terhadap
gangguan dan ancaman
bidang kehutanan
2. Terpenuhinya standar 7 7 7 7 7 BTNGM
minimum sarana dan Resort Resort Resort Resort Resort
prasarana penyidikan
dan pengamanan hutan
3. Meningkatnya 25 25 25 25 25 BTNGM
kapasitas sumberdaya orang orang orang orang orang
manusia di bidang
penyidikan dan
pengamanan
hutan

A.3 Kegiatan Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kegiatan Penegakan Hukum Pidana
Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah terselesaikannya penanganan perkara tindak
pidana kehutanan.
Indikator kinerja kegiatan (IKK), target kinerja dan lokasi target pencapaian kinerja dari
Kegiatan Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan diuraikan dalam
Tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9. IKK, Target Kinerja dan Lokasi Target Pencapaian Kinerja Kegiatan Penegakan
Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Target Kinerja Lokasi
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019 Target
1. Terselesaikannya 1 1 1 1 1 BTNGM
penanganan perkara kasus kasus kasus kasus kasus
tindak pidana
kehutanan minimal 1
kasus per tahun

40 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

B. Kerangka Pendanaan
Pendanaan pelaksanaan program dan kegiatan Balai TNGM pada tahun 2015,
sebagaimana pagu anggaran tahun 2015, adalah sebesar Rp.12,173.155.000- (dua belas
milyar seratus tujuh puluh tiga juta seratus lima puluh lima ribu rupiah). Pada tahun 2016,
pagu anggaran Balai TNGM untuk pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem sebesar Rp. 11.642.874.000,- (sebelas milyar enam ratus empat puluh dua juta
delapan ratus tujuh puluh empat ribu rupiah). Pagu Anggaran tahun 2016 untuk pelaksanaan
Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah Rp. 400.527.000,-
(empat ratus juta lima ratus dua puluh tujuh ribu rupiah). Adapun proyeksi rencana
pengeluaran masing-masing program untuk satu periode Renstra tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
Tabel 10. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (dalam ribu rupiah)
Alokasi (Rp juta) JML
PROGRAM
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp)
Konservasi 12.173.155 11.642.874 12.500.000 13.500.000 15.000.000 64.816.029
Sumber Daya
Alam dan
Ekosistem
Penegakan - 400.527 600.000 700.000 800.000 2.500.527
Hukum
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan

Alokasi pagu anggaran tersebut direncanakan untuk membiayai gaji dan tunjangan,
operasional perkantoran serta belanja non operasional perkantoran. Uraian rencana
pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan Balai TNGM pada tahun 2015-2019 adalah
sebagaimana berikut.
   

41 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

Tabel 10. IKK, Target Kinerja dan Prakiraan Maju Alokasi Pagu Anggaran Balai TNGM
Tahun 2015-2019 (dalam ribu rupiah)
Alokasi (Rp Juta)
No IKK
2015 2016 2017 2018 2019
1. Tersusunnya dokumen perencanaan 118.835 209.679 250.000 - 300.000
pengelolaan kawasan konservasi
(RP/Zonasi/Blok)
2. Pemulihan ekosistem kawasan 256.901 129.174 250.000 300.000 350.000
konservasi yang terdegradasi
3. Terlaksananya pembinaan daerah 146.655 276.314 300.000 350.000 400.000
penyangga kawasan konservasi
4. Meningkatnya kapasitas 33.720 56.870 75.000 100.000 125.000
sumberdaya manusia di bidang
penyidikan dan pengamanan hutan
5. Terjaminnya Peningkatan Populasi 255.325 129.400 250.000 300.000 300.000
Spesies yang Terancam Punah
Elang Jawa dan Anggrek Vanda
tricolor (menurut Redlist IUCN)
sebesar 10% sesuai nbaseline
datatahun 2013
6. Tercapainya kontribusi PNBP dari 731.919 1.230.338 1.250.000 1.300.000 1.400.000
jasa lingkungan sebesar Rp1 Milyar
7. Beroperasinya usaha jasa 85.380 56.860 - - 150.000
lingkungan air sebanyak 1 Unit
8. Tersedianya Kader Konservasi 128.370 272.110 300.000 325.000 350.000
(KK),Kelompok Pecinta Alam
(KPA), Kelompok Swadaya
Masyarakat/Kelompok Profesi
(KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 10 orang
9. Jumlah SDM Pengendalian 242.800 338.022 400.000 450.000 450.000
Kebakaran Hutan yang ditingkatkan
kapasitasnya sejumlah 10 orang
dalam 5 tahun
10. Terselesaikannya penanganan 23.110 23.750 50.000 75.000 100.000
perkara tindak pidana kehutanan
minimal 1 kasus per tahun

11. Terlaksananya pengamanan dan 246.330 388.320 400.000 450.000 450.000


penindakan terhadap gangguan dan
ancaman bidang kehutanan
12. Terpenuhinya standar minimum 354.740 492.500 300.000 250.000 300.000
sarana dan prasarana penyidikan dan
pengamanan hutan
13. SAKIP Balai TNGM dengan nilai 413.569 508.548 600.000 650.000 700.000
minimal 77 (A) di tahun 2019

42 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

BAB V. PENUTUP

Renstra Balai TNGM Tahun 2015-2019 ini merupakan pedoman dan acuan dalam
melaksanakan program dan kegiatan pembangunan kehutanan bidang KSDAE tahun 2015-
2019. Renstra ini merupakan penjabaran dari RPJM Nasional Tahun 2015-2019, Renstra
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019, dan Renstra Ditjen
KSDAE Tahun 2015-2019. Dokumen Renstra ini akan benar-benar digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan (Renja) yang merupakan dasar penyusunan
RKA-K/L satker dari tahun 2016 – 2019.
Selain digunakan sebagai acuan penyusunan perencanaan tahunan, Dokumen
Renstra ini juga digunakan sebagai dasar penetapan kinerja yang akan dilakukan evaluasi
kinerjanya setiap tahun. Dalam Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L terdapat kemungkinan
untuk melakukan perubahan pada saat periode Renstra masih berjalan. Di dalam dokumen
Renstra ini, telah dimuat prioritas pembangunan nasional bidang kehutanan, khususnya
lingkup Ditjen KSDAE. Dalam pelaksanaan Renja juga dilakukan pencermatan terhadap
pilihan strategi dalam mewujudkan output kegiatan yang harus benar-benar mengacu pada
prioritas pembangunan, sasaran program, sasaran kegiatan dan tugas serta fungsi seluruh
unit kerja lingkup Ditjen KSDAE.
Dengan tersusunnya dokumen Renstra Balai TNGM tahun 2015 – 2019 ini
diharapkan pelaksanaan kegiatan di lapangan inline dengan perencanaan makro yang telah
disusun. Akhirnya, semoga dokumen ini dapat memberikan warna yang baru dalam
membangun kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang khas sesuai dengan
paradigma pembangunan bidang KSDAE yang berkualitas dalam mengelola hutan
konservasi di Indonesia.

43 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

LAMPIRAN

44 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

MATRIKS RENCANA PENCAPAIAN KINERJA 
BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI 
TAHUN 2015 ‐ 2019 
 
Kode Program/Kegiatan/IKK Target Kinerja (Volume dan Satuan) Sub Komponen
Program Konservasi Sumberdaya Alam
029.05.08 dan Ekosistem 2015 2016 2017 2018 2019
5426 Pengelolaan Taman Nasional
- Tersusunnya dokumen perencanaan
pengelolaan kawasan konservasi
(RP/Zonasi) 1 dok 1 dok 1 dok - 1 dok - Dokumen Penataan Zonasi (Review Zonasi)
- Sosialisasi Zonasi
- Penyusunan RP Zona Mitigasi dan
Rekontruksi
- Sosialisasi RP Zona Mitigasi dan
Rekonstruksi
- Monev
- Pemulihan ekosistem kawasan - Penyusunan Rantek Pembuatan demplot
konservasi yang terdegradasi 9 ha 10 ha 10 ha 10 ha 11 ha Restorasi
- Pembuatan demplot restorasi di Wilayah
SPTN I dan II
- Pembinaan Pokja Restorasi
- Survey Tutupan lahan Kritis
- Pemeliharaan demplot restorasi
- Pemeliharaan jalur batas
- Pemeliharaan tanaman RHL
- Pembinaan Habitat/Rehabilitasi Areal Bekas
Kebakaran
- Monev

- Terlaksananya pembinaan daerah 4 4 4 - Penetapan/Pembentukan Kelompok Tani


penyangga kawasan konservasi 6 desa desa desa desa 4 desa Pemberdayaan masyarakat

44 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

- Pembinaan Kelompok Tani Pemberdayaan


masyarakat
- Pembentukan Kelompok Tani sadar wisata
- Penyusunan Masterplan Pemberdayaan
Masyarakat
- Sosialisasi Masterplan Pemberdayaan
masyarakat
- Pembuatan demplot tanaman lokal
- Penataan Habitat bambu
- Sosialisasi
- Monev
- Terjaminnya peningkatan populasi
spesies yang terancam punah Elang Jawa
dan anggrek Vanda tricolor sebesar 10%
sesuai baseline data tahun 2013 2% 2% 2% 2% 2% - Monitoring Populasi Elang Jawa
- Monitoring Populasi Macan Tutul
- Inventarisasi Primata
- Pembinaan Habitat satwaliar
- Pembuatan demplot anggrek
- Pembinaan habitat bambu
- Pembuatan demplot tanaman obat
- Monitoring popuasi satwa herbivora
- Monev
- Tercapainya kontribusi PNBP dari
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan 183 200 200 200
sebesar Rp 1 Milyar dalam 5 tahun juta juta juta juta 200 juta - Pemeliharaan jalur pendakian
- Pameran Konservasi
- Pembinaan Pengelolaan PNBP
- Pemeliharaan Obyek Wisata Alam
- Penataan habitat untuk Pengembangan wisata
alam
- Pemeliharaan jalur labuhan Merapi

45 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

- Pengadaan sarpras wisata alam


- Penataan Kawasan Wisata Alam
- Penyiapan dan pembuatan bahan informasi
wisata alam
- Ekspedisi jalur pendakian
- Evakuasi dan Pengamanan Pendakian
- Penyusunan Masterplan Pengembangan
wisata alam
- Sosialisasi masterplan pengembangan wisata
alam
- Pelatihan manajemen pendakian
- Monev
- Tersedianya Kader Konservasi (KK),
Kelompok Pecinta Alam (KPA),
Kelompok Swadaya
Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) 10 10 10 10 10 - Pembentukan dan Pembinaan Kader
yang berstatus aktif sebanyak 10 orang orang orang orang orang orang Konservasi
- Lomba Lintas Alam
- Koordinasi, sosialisasi dan monev
- Lomba Birdwatching
- Pendidikan Konservasi ke sekolah
- Wisata Konservasi Pelajar
- SAKIP Balai TNGM dengan nilai
minimal 78 (A) di tahun 2019 77 77 77 78 78 - Penyusunan SAKIP
- Penyusunan Laporan tahunan
- Penyusunan Statistik
- Evaluasi Pengelolaan TN Berbasis Resort
- Penyusunan Rencana Kerja
- Koordinasi, konsultasi, evaluasi dan
pelaporan
- Pengelolaan Administrasi Kepegawaian

46 
 
Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Balai TNGM 
 

- Meningkatnya jumlah dan kapasitas


SDM terkait Pengendalian Kebakaran 20 20 20 20 20
Hutan orang orang orang orang orang - Patroli Pencegahan Karhut
- Deteksi dan Peringatan Dini Karhut
- Pengendalian Karhut
Program Penegakan Hukum LH dan
029.10.12 Kehutanan
5428 Pencegahan dan Pengamanan Hutan
- Terlaksananya pengamanan dan
penindakan terhadap gangguan dan 7 7 7
ancaman bidang kehutanan 7 resort resort resort resort 7 resort - Operasi Intelijen
- Operasi Pengamanan Fungsional
- Operasi Pengamanan Gabungan
- Sosialisasi Peraturan Perundangan
- Operasi Insidentil/Khusus
- Terpenuhinya standar minimum sarana
dan prasarana penyidikan dan 7 7 7 - Pengadaan sarpras penydikan dan
pengamanan hutan 7 resort resort resort resort 7 resort pengamanan hutan
- Meningkatnya kapasitas sumberdaya
manusia di bidang penyidikan dan
pengamanan 25 25 25 25 25
hutan orang orang orang orang orang - Penyegaran Polhut
- Pelatihan Menembak
5431 Penegakan Hukum LH dan Kehutanan
- Terselesaikannya penanganan perkara
tindak pidana kehutanan minimal 1 kasus 1 1 1
per tahun 1 kasus kasus kasus kasus 1 kasus - Penyidikan tindak pidana LH dan Kehutanan
- Koordinasi dan monev

47 
 

Anda mungkin juga menyukai