PRAKTIKUM
MK SISTEM EKONOMI
WILAYAH
Eri Addharu
A156170141
Latar Belakang
Perencanaan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan hal-hal yang akan
dikerjakan pada waktu yang akan dating berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran
yang matang dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan. Perencanaan juga
merupakan pedoman dan acuan bagi para pelaksana kegiata, agar kegiatan yang ada
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan bersama
(Sumaryadi, 2005). Pengembangan wilayah adalah strategi memanfaatkan dan
mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang
merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah
(Riyadi, 2000). Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam pembangunan
suatu wilayah adalah alokasi sumberdaya yang kurang merata di suatu wilayah.
Alokasi sumberdaya yang dibutuhkan agar pembangunan wilayah dapat berjalan
dengan lancar. Optimasi alokasi sumberdaya dalam suatu wilayah sangat
diperlukan, maka metode pemograman linear diperlukan untuk memaksimalkan
keuntungan yang didapatkan atau dapat meminimumkan biaya produksi dalam
suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, dalam jangka waktu
yang cukup panjang, dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau
kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga didefinisikan sebagai
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi dan 2 peningkatan kesejahteraan.
Pertumbuhan ini ditandai dengan adanya pembangunan yang lebih baik, meliputi
bidang produksi maupun infrastruktur. Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat
self generating. Hal ini berarti bahwa proses pertumbuhan menghasilkan kekuatan
bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode
selanjutnya.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat diartikan sebagai total nilai barang
dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu 3 tertentu (satu
tahun). Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu:
pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya,
dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha, yaitu: Pertanian;
Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih;
Bangunan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi;
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Jasa-Jasa (BPS, 2007). Menurut
pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan
akhir, yaitu: pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto,
perubahan stok dan ekspor netto dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor
netto adalah ekspor dikurangi impor (BPS, 2007). Menurut pendekatan pendapatan,
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak lainnya (BPS, 2007).
Pembangunan suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut
dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki. Setiap daerah diberi kebebasan
dalam mengelola sumber daya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi
pengembangan ekonomi unggulannya, terlebih lagi setelah diberlakukannya
otonomi daerah tahun 1999. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut
berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi
unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat yang pada gilirannya akan tercipta kesejahteraan
masyarakat.
Perbaikan ekonomi akan terjadi sejalan dengan implementasi berbagai
kebijakan pemerintah di sektor riil yang didukung dengan terjaganya stabilitas
makroekonomi serta membaiknya persepsi bisnis para pelaku ekonomi dan
kepercayaan masyarakat. Pengaruh sektor ekonomi secara nasional, belum tentu
memengaruhi kinerja sektor ekonomi yang sama di daerah lain. Oleh karena itu,
diperlukan kajian mengenai sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan
di suatu daerah karena adanya sektor-sektor ekonomi unggulan dapat
membangkitkan kinerja sektor riil yang nantinya akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Selain itu, pemerintah juga bisa fokus dalam
memperbaiki iklim investasi dan infrastrukturnya serta menetapkan berbagai
kebijakan yang tepat terkait dengan adanya sektor-sektor unggulan tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penghitungan analisis potensi wilayah bertujuan melihat
karakteristik potensi suatu wilayah yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan dari pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan di dalam
suatu wilayah yang dipilih menjadi studi kasus sehingga dapat dijadikan sebagai
alat evaluasi.
METODE ANALISIS
Metode analisis yang digunakan akan dijelaskan tiap bagian dari materi
yang telah diberikan.
1. Pemusatan Aktivitas.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sebaran pemusatan aktivitas yang
terdapat di suatu wilayah dengan menghitung besar nilai Localization Quotient
(LQ), Localization Index (LI), dan Specialization Index (SQ). Urutan dalam
menganalisis pemusatan akan dijabarkan sebagai berikut.
Mempersiapkan Analisis
data PDRB
Menghitung Menghitung Menghitung
wilayah nilai LQ nilai LI nilai SI data
LQ X IJ
/X I.
IJ
X .J
/X ..
Keterangan:
Xij : nilai aktifitas jenis ke-j di wilayah ke-i
Xi. : jumlah seluruh aktifitas di wilayah ke-i
X.j : jumlah aktifitas ke-j di seluruh unit wilayah
X.. : jumlah seluruh aktifitas di seluruh unit wilayah
Kisaran nilai LQ:
0 : aktifitas tidak berkembang
1 : perkembangan aktifitas sama dengan rataan seluruh unit wilayah
<1 : perkembangan aktifitas di bawah rataan seluruh unit wilayah
>1 : perkembangan aktifitas lebih tinggi dari perkembangan rataan seluruh unit
wilayah atau indikasi adanya pemusatan aktifitas di unit wilayah tersebut
Untuk menghitung nilai Localization Index (LI) menggunakan rumus
X
n
X
2
1
ij
i.
LI J
I 1
X .j X ..
Interpretasi LI (Localization Index) :
~0 : perkembangan aktifitas bersifat indifferent, tidak ada perbedaan tingkat
performa untuk dikembangkan di seluruh lokasi
~1 : ada indikasi terjadi pemusatan aktifitas tertentu di salah satu unit wilayah
Untuk menghitung nilai Specialization Index (SQ) menggunakan rumus
P X X
SI i 1 2
ij .j
j 1 X i X ..
Interpretasi SI (Specialization Index) :
~0 : kecenderungan unit wilayah tidak memiliki kekhasan aktifitas
~1 : ada indikasi unit wilayah tertentu memiliki aktifitas khas
Nilai LI dan SI berkisar antara 0 – 1
3 Menganalisis Data
A B C
A : Regional Share (RS) C : Differential Shift (DS)
B : Proportional Shift (PS)
Gambar 1 Grafik Nilai LQ Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011 dan 2016
Tabel 2 Nilai LI Kab. Kapuas Hulu-Kalimantan Barat
Penye Administ
Pengadaa Perdagang
diaan rasi
Pertania n Air, an Besar Trans
Pertam Akom Infor Jasa Pemerint Jasa
n, Indust Pengada Pengelol dan portas Jasa
bangan odasi masi Keuang ahan, Jasa Kesehata Jasa
Kehutan ri an aan Konst Eceran; i dan Real Peru
Sektor dan dan dan an dan Pertahan Pendidi n dan lainn
an, dan Pengo Listrik Sampah, ruksi Reparasi Pergu Estate saha
Penggal Maka Komu Asurans an dan kan Kegiatan ya
Perikana lahan dan Gas Limbah Mobil dan danga an
ian n nikasi i Jaminan Sosial
n dan Daur Sepeda n
Minu Sosial
Ulang Motor
m Wajib
Tahun
0.01 0.00 0.00 0.02 0.04 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00 0.01 0.00 0.02
2011
LI Kalbar 0.24 0.38 0.16 0.37 0.43 0.12 0.12 0.35 0.13 0.09 0.30 0.06 0.16 0.14 0.18 0.12 0.22
Tahun
0.01 0.00 0.00 0.01 0.04 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01
2016
LI Kalbar 0.27 0.38 0.15 0.36 0.42 0.12 0.11 0.34 0.13 0.09 0.25 0.07 0.14 0.13 0.16 0.13 0.20
.
Gambar 2 Nilai LI Kabupaten kapuas Hulu
Tabel 3 Nilai SI Kabupaten Kapuas Hulu-Kalimantan Barat
Tahun
Sektor
2011 2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.050 0.040
Pertambangan dan Penggalian 0.002 0.001
Industri Pengolahan 0.016 0.013
Pengadaan Listrik dan Gas 0.000 0.000
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.001 0.001
Konstruksi 0.020 0.020
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.025 0.026
Transportasi dan Pergudangan 0.007 0.008
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.005 0.004
Informasi dan Komunikasi
0.002 0.003
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.005 0.005
Real Estate 0.000 0.001
Jasa Perusahaan 0.002 0.001
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.003 0.004
Jasa Pendidikan 0.013 0.008
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.000 0.000
Jasa lainnya 0.004 0.003
Nilai SI 0.157 0.138
Gambar 9 Cluster 2
Gambar 10 Cluster 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ardani A. 1992. Analysis of Regional Growth and Disparity The Impac Analysis
of the INPRES Project on Indonesia Development, a Doctor desertasion, USA
(US) : University of Pennsylvania Philadelphia.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Kalimantan Barat dalam Angka
2017. Kalimantan Barat (ID): BPS Kalimantan Barat
Panuju,DR., Ernan, R 2013. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Restiatun. 2009. Identifikasi Sektor Unggulan Dan Ketimpangan
Antarkabupaten/Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan, 2(1).Hlm 1.
Riyadi (2000), Implikasi UU no 22/1999 dan UU no 25/1999 Terhadap
Pembangunan Daerah: Strategi Pengembangan potensi daerah, Jurnal
Perencanaan Pembangunan BAPENAS, naskah no 19, Maret-April 2000.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2005. Diktat Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Bogor(ID) : Fakultas Pertanian IPB.
Rustiadi E. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.Edisi Mei 2006. Bogor:
Fakultas Pertanian IPB.
Rustiadi E.2011.Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.Jakarta(ID): Yayasan
Pustaka Obor Rakyat.
Sumaryadi, I. N. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Citra Utama.
Tarigan R. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.