Jalan Nasional
Jalan Nasional terdiri dari jalan arteri primer dan jalan tol.
Jalan Kabupaten
Penyelenggaraan jalan kabupaten merupakan kewenangan pemerintah
kabupaten. Jalan kabupaten terdiri dari :
- Jalan kolektor primer
- Jalan lokal primeer
- Jalan sekunder
- Jalan strategis kabupaten
Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam
kota.
Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer.
b. Hirarki Jalan
Hirariki jalan adalah definisi jalan yang telah di jelaskan pada UU No. 38
Tahun 2004
c. Kondisi Jalan
Kondisi jalan dijelaskan dengan mendeskripsikan bagaimana kondisi
eksisting jalan pada BWP yang akan direncanakan.
d. Konektivitas Kawasan
Konektivitas jalan dilakukan untuk mengetahui keterhubungan antar
pusat wilayah pengembangan yang telah ditentukan sebelumnya.
Keterhubungan yang dimaksud berkaitan dengan jaringan jalan yang
menghubungkan antar pusat wilayah pengembangan.
Uji konektivitas jalan dapat dilakukan dengan cara melihat
keterhubungan antar wilayah BWP Yosowilangun. Hasil dari perhitungan
konektivitas dapat dimanfaatkan untuk mengetahui struktur eksisting dan
dapat mengetahui perbaikan struktur yang harusnya dilakukan di BWP
Yosowilangun.
Kriterianya adalah :
Bila LQ > 1, menunjukan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis
di wilayah tersebut. Dimana hasilnya tidak hanua memenuhi kebutuhan
wilayah, namun juga bisa diekspor ke luar wilayah
Bila LQ < 1, menunjukan bahwa sektor tersebut merupakan sektor non
basis di wilayah tersebut, dimana produksi dari sektor ini tidak dapat
memenuhi kebutuhan wilayah tersebut, sehingga memerlukan impor dari
luar
Bila LQ = 1, menunjukkan kemandirian, maksudnya adalah sektor ini
hanya memenuhi kebutuhan dari wilayah mereka sendiri.
b. Analisis Shift Share
Analisis shift share adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi sacara relative. Maka, dengan
adanya tujuan tersebut, dibutuhkan beberapa aspek yang berhubungan satu
sama lain, yaitu :
Pertumbuhan ekonomi yang mengacu pada provinsi atau nasional
Pergerakan proporsional suatu sektor di suatu daerah dengan refrensi
sektor yang sama di provinsi atau nasional
Pergeseran differensial
Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis ini adalah :
- Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah
D ij = N ij + M ij + C ij
- Pengaruh pertumbuhan ekonomi
N ij = E ij x r n
- Pergeseran proportional
M ij = E ij (r in – rn)
- Pengaruh keunggulan kompetitif
C ij = E ij (r ij – r in)
Keterangan :
E ij = kesempatan kerja di sektor i (daerah)
E in = kesempatan kerja di sektor i (nasional)
r ij = laju pertumbuhan di sektor i (daerah)
r in = laju pertumbuhan di sektor i (nasional)
r n = laju pertumbuhan ekonomi nasional
Keterangan:
Ca = kapasitas
Co = kapasitas dasar Fw
= faktor lebar jalan
Trotoar/pedestrian
Trotoar dapat dibuat sejajar jalan dan terletak pada ruang manfaat jalan
(Rumaja). Pada keadaan tertentu trotoar dapat tidak sejajar jalan karena
topografi setempat atau karena adanya pertemuan dengan fasilitas lain.
Trotoar dapat juga terletak di ruang milik jalan.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif observasi
dan evaluatif yakni dengan membandingkan lebar trotoar berdasarkan
hasil observasi lapangan di wilayah studi dengan ketentuan lebar trotoar
menurut SK SNI S-03,1990. Dalam perencanaan trotoar yang perlu
diperhatikan ialah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului
pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan. Lebar minimum trotoar yang
dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Pajak Provinsi terdiri atas: (1) Pajak Kendaraan Bermotor, (2) Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), (3) Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, dan (4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah (deep well) dan Air Permukaan.
Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: (1) Pajak Hotel, (2) Pajak
Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan
Jalan, (6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan (7) Pajak
Parkir.
Retribusi Daerah dirinci menjadi: (1) Retribusi Jasa Umum, (2)
Retribusi Jasa Usaha, (3) Retribusi Perijinan Tertentu.
b. Sumber Pendanaan Non Konvensional
Sumber-sumber pendanaan melalui mekanisme non anggaran, terdiri atas:
- Sumber Pembiayaan Melalui Pendapatan (Revenue Financing),
- Sumber Pembiayaan Melalui Hutang (Debt Financing),
- Sumber Pembiayaan Melalui Kekayaan (Equity Financing).
Disamping sumber-sumber di atas, terdapat pula sumber pendanaan yang berasal
dari swadaya masyarakat, yang perolehannya dapat dilakukan dengan iuran
langsung dari masyarakat. Karena skalanya berada pada lingkup yang
sangat terbatas, maka pemanfaatan sumber dana ini sebaiknya diarahkan
untuk membiayai proyek-proyek sosial, fasilitas-fasilitas lingkungan dalam
skala kecil, dan sarana-prasarana lingkungan, seperti: jalan lingkungan,
fasilitas sosial skala lingkungan, musholla, penggajian kader posyandu,
siskampling, dan sebagainya.