Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan perencanaan pertanian industrial yang bertempat
di Industri Kopi, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. Adapun tujuan dari
penelitian ini untuk memenuhi tugas mata kuliah perencanaan pertanian industrial. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang industri kopi bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Sasaran Perencanaan...................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................8
METODE PENELITIAN...........................................................................................................8
3.1 Pola Pikir Perencanaan (V).........................................................................................8
3.2 Teknik Analisis............................................................................................................9
3.3 Pendekatan Perencanaan.............................................................................................9
3.4 Metode Pengumpulan Data.......................................................................................11
3.5 Metode Analisis.........................................................................................................11
3.5.1 Aspek Technically Feasible...............................................................................12
3.5.2 Aspek Enviromentally Friendly.........................................................................13
3.5.3 Aspek Economically Profitable.........................................................................14
3.5.4 Aspek Social Acceptable (V).............................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan besarnya produksi kopi di Indonesia, maka tidak heran jika usaha kopi di
Indonesia memberikan dampak besar bagi Indonesia dalam banyak aspek. Aspek-
aspek ini dapat berupa aspek Technically feasible, aspek Environmentally
friendly, aspek Economically profitable, dan aspek Sosial acceptable. Dari tulisan
ini akan dibahas tentang bagaimana perkebunan kopi rakyat di kecamatan Sumber
Wringin, Kabupaten Bondowoso berdampak pada keempat aspek tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karateristik Industri
Industri di Indonesia memiliki 4 kriteria yakni industri besar dengan jumlah tenaga
lebih dari 100 orang, kemudian industri sedang dengn jumlah tenaga kerja sebanyak 20-
99 orang, industri rumah tangga dengan banyak tenaga kerja 1-4 orang, dan industri kecil
yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang, (Badan Pusat Statistika, 2015).
Departemen Perindustrian (2005) menyatakan pendapatan yang dihasilkan dalam
aktivitas ekonomi hulu dapat meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan
konsumsi, akibatnya terjadilah peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja, dan
permintaan produk di industri hilir, hal ini berarti bahwa industri hulu memiliki peran
sebagai penggerak awal yang apabila terjadi perubahan kenaikan ataupun penurunan akan
menimbulkan efek terhadap perekonomian di wilayahnya.
B. Karateristik Industri
Industri di Indonesia memiliki 4 kriteria yakni industri besar dengan jumlah tenaga
lebih dari 100 orang, kemudian industri sedang dengn jumlah tenaga kerja sebanyak 20-
99 orang, industri rumah tangga dengan banyak tenaga kerja 1-4 orang, dan industri kecil
yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang, (Badan Pusat Statistika, 2015).
Departemen Perindustrian (2005) menyatakan pendapatan yang dihasilkan dalam
aktivitas ekonomi hulu dapat meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan
konsumsi, akibatnya terjadilah peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja, dan
permintaan produk di industri hilir, hal ini berarti bahwa industri hulu memiliki peran
sebagai penggerak awal yang apabila terjadi perubahan kenaikan ataupun penurunan akan
menimbulkan efek terhadap perekonomian di wilayahnya.
C. Perencanaan Agroindustri
Pengendalian produksi adalah fungsi untuk menggerakan barang melalui siklus
manufaktur keseluruhan dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman produk
jadi, kalimat ini dikemukaan oleh American Production and Inventory Control Society
(APICS), sedangkan pengendalian persediaan merupakan aktivitas-aktivitas dan teknik-
teknik penjagaan stok barang barang pada tingkat tertentu yang berupa bahan baku,
barang dalam proses, dan produk jadi (Smith 1989). Dalam hal ini, pengendalian
dilakukan dengan tujuan agar produksinya mampu memenuhi permintaan pada tingkat
biaya minimum. Kegiatan produksi yang dilakukan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
baku dan banyaknya permintaan yang ada, bahan baku yang dimaksud nantinya akan
diproses untuk menjadi produk, dan pasokan bahan baku ini memiliki beberapa
karateristik musiman, mudah rusak, beragam, dan bulky. Oleh karena itu, perencanaan
dan pengendalian produksi sangat berperan dalam hal karateristik melalui pengelolaan
3
persediaan, kapasitas dan penjadwalan, agar estimasi biaya dan kerusakan bahan baku
serta produk, selain itu kapasitas atau kelancaran dalam memproses produksi serta
penjadwalannya agar dapat menjaga kualitas pada tingkat persediaan yang minimum.
4
3. Di Kawasan Agropolitan perlu adanya pengembangkan Klinik Konsultasi Agribisnis
(KKA) yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi (modal, pasar, tehnologi,
maupun pelatihan) bagi petani-petani sekitarnya. Kegiatan diharapkan menjadi
kegiatan kerjasama lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, masyarakat ataupun
badan swasta.
4. Pemberian fasilitas sarana dan prasarana prioritas yang dibutuhkan masyarakat seperti
pasar, jalan, irigasi, jaringan telepon atau listrik, air bersih dan lain-lain, yang sesuai
dengan perencanaan kawasan.
5. Pemberian insentif pada pelaku-pelaku agribisnis dalam mengembangkan produksi
dan produk komoditi unggulan seperti harga dasar, pajak, permodalan dan lain-lain.
6. Pemberian insentif maupun penghargaan kepada aparatur dan petugas seperti Camat,
penyuluh/petugas lapangan, Kepala Desa/Kepala Dusun yang terkait dengan
pelaksanaan Gerakan Pengembangan Kawasan Agropolitan (Djakapermana, 2007 Hal
1).
G. Karateristik kopi
Kopi (Coffea sp), merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Coffea, tumbuhnya tegak, bercabang dan jika dibiarkan
tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya berbentuk bulat telur memiliki ujung agak
meruncing, daunnya tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.
Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman
kopi memiliki persyaratan tanah yang berpori, sehingga memungkinkan air mengalir ke
dalam tanah secara bebas. Tanaman kopi tidak cocok jika ditanam di tanah liat yang
terlalu lekat, hal ini memiliki sebab karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak
pula cocok untuk ditanam di daerah yang berpasir karena terlalu teksturnya berpori
(porous). Penanaman kopi dapat dilakukan pada tanah dengan kedalaman 1,8 m karena
pohon kopi memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dan memperluas sistem perakaran.
Tanah yang dalam nantinya dapat memberi bahan - bahan makanan atau nutrisi yang
diperlukan dan dibutuhkan tanaman kopi.
Pengendalian produksi adalah fungsi untuk menggerakan barang melalui siklus
manufaktur keseluruhan dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman produk
jadi, kalimat ini dikemukaan oleh American Production and Inventory Control Society
(APICS), sedangkan pengendalian persediaan merupakan aktivitas-aktivitas dan teknik-
teknik penjagaan stok barang barang pada tingkat tertentu yang berupa bahan baku,
barang dalam proses, dan produk jadi (Smith 1989). Dalam hal ini, pengendalian
dilakukan dengan tujuan agar produksinya mampu memenuhi permintaan pada tingkat
biaya minimum. Kegiatan produksi yang dilakukan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
baku dan banyaknya permintaan yang ada, bahan baku yang dimaksud nantinya akan
diproses untuk menjadi produk, dan pasokan bahan baku ini memiliki beberapa
karateristik musiman, mudah rusak, beragam, dan bulky. Oleh karena itu, perencanaan
dan pengendalian produksi sangat berperan dalam hal karateristik melalui pengelolaan
persediaan, kapasitas dan penjadwalan, agar estimasi biaya dan kerusakan bahan baku
serta produk, selain itu kapasitas atau kelancaran dalam memproses produksi serta
penjadwalannya agar dapat menjaga kualitas pada tingkat persediaan yang minimum.
5
H. Infrastruktur produksi pertanian
Infrastruktur adalah wujud dari public capital (modal publik) yang terbentuk dari
investasi yang dilakukan pemerintah. Infrastruktur dalam pertanian meliputi jalan,
jembatan, dan saluran irigasi (Mankiw, 2003: 38). Infrastruktur produksi pertanian adalah
infrastruktur yang digunakan dan bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian yang
berperan dalam merangsang perumbuhan ekonomi di dalam kegiatan pertanian, karena
ketersediaan infrastruktur sepertihalnya irigasi akan memudahkan masyarakat dalam
mengelola tanaman pertaniannya. Pembangunan prasarana irigasi turut meningkatkan
pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatkan hasil pertanian karena sumber
aliran air milik bersama bagi masyarakat. Pembangunan jaringan irigasi dengan skala
besar membutuhkan dan investasi yang sangat besar.
6
kegiatan kerjasama lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, masyarakat ataupun
badan swasta.
4. Pemberian fasilitas sarana dan prasarana prioritas yang dibutuhkan masyarakat seperti
pasar, jalan, irigasi, jaringan telepon atau listrik, air bersih dan lain-lain, yang sesuai
dengan perencanaan kawasan.
5. Pemberian insentif pada pelaku-pelaku agribisnis dalam mengembangkan produksi
dan produk komoditi unggulan seperti harga dasar, pajak, permodalan dan lain-lain.
6. Pemberian insentif maupun penghargaan kepada aparatur dan petugas seperti Camat,
penyuluh/petugas lapangan, Kepala Desa/Kepala Dusun yang terkait dengan
pelaksanaan Gerakan Pengembangan Kawasan Agropolitan (Djakapermana, 2007 Hal
1).
K. Karateristik kopi
Kopi (Coffea sp), merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Coffea, tumbuhnya tegak, bercabang dan jika dibiarkan
tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya berbentuk bulat telur memiliki ujung agak
meruncing, daunnya tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.
Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman
kopi memiliki persyaratan tanah yang berpori, sehingga memungkinkan air mengalir ke
dalam tanah secara bebas. Tanaman kopi tidak cocok jika ditanam di tanah liat yang
terlalu lekat, hal ini memiliki sebab karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak
pula cocok untuk ditanam di daerah yang berpasir karena terlalu teksturnya berpori
(porous). Penanaman kopi dapat dilakukan pada tanah dengan kedalaman 1,8 m karena
pohon kopi memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dan memperluas sistem perakaran.
Tanah yang dalam nantinya dapat memberi bahan - bahan makanan atau nutrisi yang
diperlukan dan dibutuhkan tanaman kopi.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
Arahan Pengembangan
8
3.2 Teknik Analisis
Teknik analisis yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
b. Teknik sampling yaitu hanya mengambil sebagian para petani kopi ataupun yang
bekerja di industri kopi sebagai responden melalui wawancara maupun survei
9
kopi dan industri pengolahan kopi mempunyai peran penting dalam merumusan rencana
yang kemudian akan dipaparkan kepada masyarakat.
Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke
depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA dengan
keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat
pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan budidaya.
C. Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang
menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah
perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap
kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis
akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan wilayah perencanaan.
Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang ada.
Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan
integrasi pemanfaatan ruang.
10
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah
masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan pembangunan
harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh karena itu harus
mengikut sertaan masyarakat lokal Sumber Wringin yang ikut terlibat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.
E. Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan ini menitikberatkan pada perencanaan yang berdasarkan pada
tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang berkembang di dalamnya,
terutama di lokasi perencanaan kebun kopi Sumber Wringin untuk menghasilkan
perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang optimalisasi pembangunan
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan daya dukung
pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan secara umum dalam menciptakan
kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi spasial, sosial, maupun ekonominya.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang Data primer disini adalah data yang diperoleh
langsung dari sumbernya dengan cara menyebarkan kuisioner atau melakukan
wawancara langsung dengan panduan kuisioner. Data – data yang ditanyakan
berkaitan dengan sasaran penelitian ini dapat diambil dari beberapa petani kopi dan
pekerja di industri kopi di Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
Selain menggunakan metode berupa kuisioner ataupun wawancara, penelitian juga
menggunakan metode observasi secara deskriptif mengenai kegiatan yang terjadi,
juga merekam dengan kamera foto mengenai gambaran kondisi industri kopi di
Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari sumber lain,
yaitu dari menyalin atau mengutip datadalam bentuk sudah jadi. Data yang didapat
untuk penelitian ini diperoleh dari referensi dan informasi yang didokumentasikan
oleh kantor/dinas wilayah Kabupaten Bondowoso yang berkaitan langsung dengan
industri kopi di Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
11
3.5.1 Aspek Technically Feasible
Terkait dengan permasalahan dalam kelayakan aspek teknis dilakukan dengan
analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis dengan cara menggambarkan
secara terperinci bagaimana kegiatan petani kopi rakyat bidang on farm, lokasi, luas
produksi, teknologi dan layout. Kegiatan on farm yang dimaksud yaitu dilakukan oleh
petani kopi rakyat mulai dari persiapan sampai dengan kegiatan panen. Kegiatan on farm
yang akan dilakukan oleh petani akan ditinjau dari beberapa literature ataupun referensi
yang menjadi acuan dalam melakukan kegiatan perkebunan kopi. Dalam pelaksanaannya,
maka akan diketahui layak atau tidaknya kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar kawasan
industri dalam hal infrastruktur dan teknologi. Secara aspek teknis untuk teknologi dan
infrastruktur yang digunakan oleh para petani di kawasan industri akan memenuhi
kelayakan jika beberapa kriteria telah terpenuhi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu alat
yang digunakan diharapkan tidak hanya membantu petani dalam berusaha tani, melainkan
mampu memberi tingkat efesiensi dalam bekerja supaya penyerapan tenaga kerja pada
usaha tani kopi rakyat lebih kecil.
Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan
tata letak usaha dapat menghasilkan produk secara optimal. Menurut Nurmalina et al.
(2010), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan
bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun.
Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yaitu :
12
- Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.
- Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi
yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.
Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang secara umum
digolongkan dalam mesin pabrik, peralatan mekanik, peralatan elektronik, peralatan
angkutan, dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis
teknologi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan berbagai macam faktor non
teknologis seperti:
1. Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat
pembongkaran pertama sampai ke lokasi bisnis.
2. Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang ada
di sekitar lokasi bisnis.
3. Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan
tersebut.
a. Identifikasi Lokasi
Identifikasi lokasi pada penelitian pada industri kopi di Kecamatan Sumberwringin,
Kabupaten Bondowoso ini menggunakan Teori Weber “Bahwa penentuan lokasi industri
ditempatkan di tempat – tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau
minimal, yaitu tempat dimana lokasi tempat industri berdekatan dengan pasar dan tempat
bahan baku” sehingga, lokasi industri yang baik merupakan lokasi industri yang dekat
dengan pasar dan lokasi bahan baku.
b. Ketersediaan Bahan Baku
Aspek ketersediaan bahan baku juga dilihat dari Teori Weber yang menyatakan
bahwa lokasi yang baik adalah lokasi industri dan pemasok bahan baku yang tidak
terpaut jarak yang jauh
c. Sistem Produksi
Menurut data sekunder, sistem produksi yang dilakukan pada industri kopi dapat
dilakukan menggunakan beberapa cara, yaitu :
- Mesin pengupas
- Mesin penggiling
- Proses manual ataupun tenaga manusia
d. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah yang sering digunakan untuk industri kopi merupakan
pengelolaan menggunakan biothenol dimana bagian yang dimanfaatkan disini
merupakan limbah basah kopi
13
3.5.3 Aspek Economically Profitable
Kelayakan secara ekonomi menjadi salah satu faktor penentu dalam berdirinya
industri pertanian. Mengapa? Jika ditinjau dari pengertian industri sendiri yaitu kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang
jadi menjadi barang bermutu tinggi. Jelas bahwasanya industri merupakan kegiatan
ekonomi yang berarti, tolok ukur keberhasilan suatu industri adalah dari segi finansialnya,
dengan dukungan kelayakan sosial dan lingkungan tentunya. Oleh sebab itu, penting bagi
suatu kegiatan industri untuk mengkaji aspek perekonomian, apakah secara ekonomi
menguntungkan atau tidak. Ukuran yang dipakai dalam perhitungan aspek ekonomi juga
dapat dihitung dari pengaruh perkembangan industri terhadap kondisi perekonomian
penduduk setempat atau pekerjanya yang kaitannya dengan add vallue atau nilai tambah
yang dapat dirasakan kebermanfaatannya bagi banyak orang. Aspek ekonomi dan
keuangan adalah untuk menilai kemampuan perusahan dalam memperoleh pendapatan
serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Perlu diperhatikan dalam aspek ekonomi dan
keungan adalah menyangkut perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya produksi (modal
kerja), sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, penghitungan kriteria investasi
(Suartha, 2009).
Proyeksi pasar atau lebih mudahnya perkiraan kondisi pasar pada masa mendatang
dengan menggunakan data yang ada sekarang. Perlunya memahami proyeksi pasar agar
dapat melakukan perecanaan yang baik dalam mengelola dan mengenali pasar-pasar
sasaran dan mendapat pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan mereka. Untuk
melakukan proyeksi pasar, terlebih dulu melakukan pengukuran permintaan pasar saat ini
dengan memperhatikan Database Pemasaran atau informasi tentang klient atau pelanggan
yang digunakan untuk menilai potensi mereka membeli produk kita. Database pemasaran
ini memberikan kemampuan untuk menentukan target sebuah segmen pasar tertentu yang
relevan dengan kebutuhan mereka. Yang diharapkan dapat mempertahankan bahkan
menaikkan daya beli masyarakat akan produk dari industri kopi di lokasi studi.
Pada aspek ekonomi dan keuangan akan dianalisis hasil kriteria yaitu:
1. Net Present Value (NPV) adalah kriteria unvestasi yang banyak digunakan dalam
mengukur apakah satu proyek feasible atau tidak. Penghitungan Net Present Value
merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social oportunity
cost of capital (SOCC) (Ibrahim,2009).
2. Internal Rate Of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan
net present value sama dengan 0 (nol). IRR merupakan tingkat bunga yang
menyamakan present value dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas
masuk (Nurcahyo, 2011).
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang
telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-).Jika
nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek layak untuk
dijalankan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk dikerjakan.
14
Aspek Social Acceptable bersangkutan langsung dengan pembinaan serta penilaian
dari sumber daya manusia pada sektor industri pertanian saat ini. Banyaknya konsekuensi
dari semakin disadarinya ketertinggalan Indonesia dalam hal mutu Sumber Daya Manusia
membentuk suatu tuntutan pembinaan mutu dari SDM itu sendiri. Hal ini juga dapat menjadi
langkah antisipatif dalam menghadapi persaingan global maupun persaingan industri –
industri pertanian di masing – masing wilayah agar dapat menjadi suatu sektor unggulan bagi
wilayahnya masing – masing. Aspek Social Acceptable terdiri dari beberapa aspek
pendukung, antara lain :
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
4.1.2 Ketersediaan Bahan Baku
Dalam sebuah industri, baik itu industri rumahan maupun industri berskala besar tentu
memiliki bahan baku yang diolah menjadi sebuah produk. Bahan baku adalah bahan
yang digunakan dalam membuat produk, bahan tersebut secara menyeluruh tampak
pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). Berikut
merupakan bahan baku industri yang ada di Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso.
17
melalui beberapa proses pengolahan yaitu proses natural, proses honey dan proses full
washed. Pada tahapan proses tersebut masing – masing memiliki keunggulan produk
yang berbeda-beda, berikut tahapannya:
1. Proses Natural
Proses natural adalah proses pengolahan kopi yang memakan waktu terlama
diantara proses yang lainnya. Proses natural ini membutuhkan waktu 25 sampai 30
hari. Berikut adalah tahapan pengolahan proses natural:
a. Panen pilih untuk memanen kopi dengan memetik buah kopi yang sudah berwarna
merah atau buah yang sudah masak sempurna.
b. Perambangan yang bertujuan untuk memisahkan ceri kopi yang dapat diolah menjadi
kopi natural. Buah kopi yang dapat dijadikan kopi natural adalah buah yang
tenggelam, sedangkan buah yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi natural.
c. Buah kopi yang sudah dipanen selanjutnya dijemur di bawah matahari. Penjemuran
dilakukan sekitar 25 hari hingga kadar air mencapai 12%, dengan pengecekan kadar
air menggunakan measure meter. Pada proses penjemuran terjadi penyusutan sebesar
75%, sehingga 7,5 kg ceri kopi menjadi 1,875 kg gabah (Horn Skin).
d. Buah kopi yang telah dijemur selama sekitar 25 hari dan mencapai kadar air 12%,
selanjutnya di hulling dengan mesin huller. Hulling merupakan proses pengupasan
kulit tanduk. Pada proses ini mengalami penyusutan sebesar 40%, sehingga 1,875 kg
gabah (Horn Skin) menjadi 1,125 kg green bean. Hasil dari proses hulling ini adalah
biji kopi (green bean) yang selanjutnya akan disortasi.
e. Biji kopi (green bean) yang telah melalui proses di-hulling, selanjutnya di-grading
sesuai dengan ukurannya dan disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader
sehingga diperoleh biji kopi dengan jenis grade A, grade B, dan grade C. Pada proses
sortasi, biji kopi mengalami penyusutan sebesar 15%, sehingga 1,125 kg biji kopi
menjadi 1 kg biji kopi. Biji kopi yang telah di-grading, selanjutnya disortir secara
manual untuk memisahkan biji yang rusak akibat hama dan penyakit.
f. Biji kopi (green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni
dengan ukuran 60 kg. Sebelum dimasukkan ke dalam karung goni, biji kopi terlebih
dahulu akan dikemas dengan menggunakan plastik bening. Hal tersebut untuk
menghindari dari serangan kutu dan menjaga agar bau biji kopi tidak berubah, karena
biji kopi mudah menyerap bau. Biji kopi yang telah dikemas selanjutnya disimpan di
dalam gudang penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya.
Penggunaan pallet kayu dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan
lantai dan tidak mengalami kerusakan.
2. Proses Honey
Proses honey merupakan proses pengolahan biji kopi, dimana menyisakan
kulit daging yang dapat memberikan rasa manis pada kopi. Terdapat tiga jenis proses
honey yaitu yellow honey, red honey, dan black honey. Perbedaan tersebut terletak
pada proses pengolahan dan rasa yang akan dihasilkan, rasa yang dihasilkan pada red
honey lebih manis dibandingkan dengan yellow honey dan black honey. Pada proses
pengolahan red honey sama dengan proses pengolahan yellow honey dan berbeda
dengan proses black honey. Pada proses pengolahan black honey, ceri kopi yang telah
18
dirambang dimasukan terlebih dahulu ke dalam karung selama tujuh hari. Setelah
tujuh hari di dalam karung, proses selanjutnya di-pulping, dijemur selama tujuh hari
dan di-hulling. Secara umum, proses pengolahan kopi honey sebagai berikut:
a. Panen pilih untuk memanen kopi dengan memetik buah kopi yang sudah berwarna
merah atau buah yang sudah masak sempurna.
b. Perambangan memiliki tujuan untuk memisahkan ceri kopi yang dapat diolah menjadi
kopi honey. Buah kopi yang dapat dijadikan kopi honey adalah buah kopi yang
tenggelam, sedangkan buah kopi yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi
honey.
c. Buah kopi yang tenggelam pada proses perambangan, selanjutnya dikupas kulitnya
dengan mesin pulper. Pada proses pulping mengalami penyusutan sebesar 48%,
sehingga 7,5 kg ceri menjadi 3,9 kg gabah basah.
d. Buah kopi yang sudah di-pulping selanjutnya dijemur selama 10 hari hingga kadar air
mencapai 12%. Proses penjemuran dilakukan secara manual dengan bantuan sinar
matahari. Pada saat penjemuran mengalami penyusutan 62%, sehingga 3,9 kg gabah
basah menjadi 1,482 kg gabah kering.
e. Kopi yang telah mencapai kadar air 12%, selanjutnya pengupasan kulit tanduk dengan
menggunakan mesin huller, sehingga menjadi green bean. Pada proses hulling terjadi
penyusutan sebesar 20%, sehingga 1,482 kg gabah kering menjadi 1,186 kg biji kopi.
f. Biji kopi (green bean) yang telah di-hulling, selanjutnya adalah di-grading sesuai
dengan ukurannya dan disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader sehingga
diperoleh biji kopi grade A, grade B, dan grade C. Biji kopi yang telah di-grading,
selanjutnya disortir secara manual untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak
diinginkan serta biji yang rusak akibat hama dan penyakit. Biji kopi yang disortir
mengalami penyusutan sebesar 15%, sehingga 1,186 kg biji kopi menjadi 1 kg.
g. Biji kopi (green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni
berukuran 60 kg. Sebelum dimasukkan ke dalam karung goni, biji kopi terlebih
dahulu dikemas dengan menggunakan plastik bening. Hal tersebut untuk menghindari
dari serangan kutu dan menjaga agar bau dari biji kopi tidak berubah karena biji kopi
mudah menyerap bau. Biji kopi yang telah dikemas tersebut disimpan di dalam
gudang penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya. Penggunaan
pallet dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan tidak
mengalami kerusakan.
19
tenggelam, sedangkan buah kopi yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi full
washed.
c. Buah kopi yang tenggelam pada proses perambangan, selanjutnya dikupas kulitnya
dengan mesin pulper. Pada proses pulping mengalami penyusutan sebesar 48%,
sehingga 7,5 kg ceri menjadi 3,9 kg gabah basah.
d. Proses pengolahan full washed, buah kopi yang sudah di-pulping selanjutnya
difermentasi selama 12 jam. Proses fermentasi dilakukan dengan cara merendam buah
kopi dan pergantian air dilakukan setiap 6 jam sekali.
e. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan lendir buah kopi. Pencucian tersebut
bertujuan untuk menghilangkan rasa manis kopi.
f. Buah kopi yang sudah dicuci selanjutnya dijemur selama 7 hari hingga kadar air
mencapai 12%. Proses penjemuran dilakukan secara manual dengan bantuan sinar
matahari. Pada saat penjemuran mengalami penyusutan 62%, sehingga 3,9 kg kopi
basah menjadi 1,482 kg kopi kering.
g. Kopi yang telah mencapai kadar air 12%, selanjutnya pengupasan kulit tanduk dengan
menggunakan mesin huller, sehingga menjadi green bean. Pada proses hulling terjadi
penyusutan sebesar 20%, sehingga 1,482 gabah kering menjadi 1,186 biji kopi.
h. Biji kopi (green bean) yang telah di-hulling, selanjutnya adalah di-grading sesuai
dengan ukurannya dan disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader sehingga
diperoleh biji kopi grade A, grade B, dan grade C. Biji kopi yang telah di-grading,
selanjutnya disortir secara manual untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak
diinginkan serta biji yang rusak akibat hama dan penyakit. Biji kopi yang disortir
mengalami penyusutan sebesar 15%, sehingga 1,186 kg biji kopi menjadi 1 kg.
i. Biji kopi (green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni
berukuran 60 kg. Biji kopi yang telah dikemas tersebut disimpan di dalam gudang
penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya. Penggunaan pallet
dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan tidak
mengalami kerusakan.
Potensi limbah yang didapatkan dari tahapan pengolahan kopi cara kering
ataupun basah adalah kulit buah basah, limbah cair mengandung lendir, dan kulit
gelondong keringnya ataupun cangkang keringnya. Dalam kopi terdapat zat kimia
20
berupa gula atau sakarin dimana banyak terdapat di kulit dan lendir. Produksi bioetanol
dari limbah kopi adalah proses konversi bahan selulosa menjadi bioetanol dimana
memiliki 3 tahap yakni proses perlakuan pendahuluan, hidrolisis solulosa menjadi gula
sederhana dan fermentasi dai gula sederhana tersebut menjadi etanol, yang kemudian
dilakukan permunian etanol melaui distilasi untuk memperoleh full-grade bioetanol
berbahan baku limbah pulp kopi tersebut. Berikut adalah skema pembuatan bioetanol.
21
Fermentasi bioetanol dilakukan dengan penambahan NPK dan ragi roti pada bubur pulp
untuk menaikkan pH, dilakukan dengan memasukan botol berisi cairan limbah yang
telah dicuci dan ditambahkan NPK dan ragi roti ke dalam kotak kaca kemudian ditutup
rapat. Penylingan (Distilasi) adalah proses pemisahan campuran zat cair dengan prinsip
menguapkan suatu zat dan kemudian mengembunkannya kembali, bioetanol mentah
yang dihasilan pada proses fermentasi perlu didistilasi untuk mendapatkan full-grade
bioetanol. Dari penelitian ini bioetanol memeiliki hasil kadar alkohol sebanyak 30%.
a. Sebesar 44,4% produk kopi bubuk dipasarkan langsung kepada konsumen. Saluran
ini paling banyak digunakan, karena produsen dapat bertransaksi langsung dan
umumnya konsumen langsung mendatangi gerai penjualan kopi bubuk di wilayah
Bondowoso.
b. Sebesar 28,2% dari total produk yang diproduksi oleh agroindustri dijual kepada
pedagang perantara yang selanjutnya dijual kepada konsumen. Pedagang perantara
dalam kota ini berperan sebagai pengecer.
c. Sebessar 21,4% total produk kopi bubuk yang diproduksi oleh agroindustri dijual
kepada pedagang perantara yang ada diluar kota dan selanjutnya dijual kepada
konsumen. Pedagang perantara luar kota inipun berperan sebagai pengecer. Umumnya
mereka tidak datang langsung ke lokasi agroindustri akan tetapi produk dikirim oleh
produsen ke alamat pedagang perantara luar kota. Sementara ini hanya 3 agroindustri
yang sudah memiliki pedagang perantara luar kota antara lain : Agroindustri
“Rajawali”, “Sekitaran Ijen” dan “Cap Nuri”. Pedagang perantara luar kota berdomisili
di Jakarta, Padang, Lampung, wilayah Kalimantan dan wilayah Jawa Timur.
d. Sebesar 6% total produk kopi bubuk yang diproduksi oleh agroindustri dijual melalui
kerjasama dengan koperasi. Jumlah ini masih sedikit dikarenakan saluran ini
masihmerupakan rintisan. Diharapkan nantinya koperasi menjadi mitra produsen untuk
penjualan hasil. Sementara ini baru 2 agroindustri yang sudah bermitra dengan
koperasi, yaitu agroindustri ”Rajawali” dan “Cap Nuri”.
22
Sistem agribisnis kopi di Kabupaten Bondowoso khususnya di Desa Sukorejo
Kecamatan Sumberwringin ini dengan keberadaanya memberikan nilai tambah dan
keuntungan bagi para pelakunya. Menurut Soekartawi (1995: 58) pendapatan usahatani
adalah selisih antara penerimaan total dan semua biaya. Proses nilai tambah terbentuk
apabila terdapat perubahan bentuk dari produk aslinya, sehingga pembentukan nilai
tambah ini penting dilakukan petani guna meningkatkan pendapatannya (Menurut
Hayami et al. 1987). Para pelaku agribisnis kopi arabika di Desa Sukorejo Kecamatan
Sumberwringin adalah petani kopi yang melakukan usahatani kopi, kemudian para
pedagang pengepul kopi, para pelaku agroindustri kopi yang melakukan pengolahan
hasil dari kopi gelondong merah, kemudian para pedagang atau buyer yang membeli
kopi dari petani secara langsung, kemudian para stakeholder dan pemerintahan sebagai
pihak pendukung dan penunjang berjalannya agribisnis kopi. Adanya perbaikan sistem
agribisnis kopi di Desa Sukorejo merupakan hal yang baik untuk peningkatan
pendapatan setiap pelaku agribisnis kopi
Keunggulan eksternal dalam sektor hulu dalam agribisnis kopi arabika di Desa
Sukorejo dengan nilai terbesar adalah bantuan dan pembinaan pelaku agribisnis oleh
pemerintah dan stakeholder. Sedangkan untuk keunggulan internal sektor hulu tertinggi
yaitu adanya MoU kluster kopi yang melindungi petani dari adanya tengkulak dan
pengepul yang membeli kopi arabika petani dengan harga dan kualitas yang rendah.
Sehingga dengan melihat kedua faktor tersebut dapat diambil rumusan strategi yaitu
memanfaatkan bantuan dan pembinaan dari pemerintah dan stakeholder untuk
memastikan dan menjaga penerapan MoU kluster kopi arabika di Desa Sukorejo.
23
Agroindustri kopi Sumberwringin relative aman karena berada pada posisi sedang
berkembang. Strategi yang tepat untuk digunakan adalah strategi konsentrasi melalui
integrase vertikal. Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal adalah strategi utama
perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat dalam industri yang
berdaya tarik tinggi dengan cara integrasi hulu (mengambil alih fungsi supplier) atau
integrasi hilir (mengambil alih fungsi distributor). Strategi yang tepat diterapkan yaitu
memanfaatkan harga jual yang terjangkau dengan menawarkan kemitraaan pada
agroinustri kopi bubuk lainnya untuk memperluas pemasaran produk kopi biji oven di
Kabupaten Jember dan sekitarnya. Pemasaran yang semakin luas dapat menguatkan
posisi agroindustri kopi sebagai produsen kopi di Kabupaten Jember.
24
Kelayakan investasi dari usaha pengolahan kopi arabika pada lokasi penelitian
dilihat melalui empat kriteria, yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), serta Payback Period (PP). Apabila nilai
NPV yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nol (NPV ≥ 0), IRR lebih besar
atau sama dengan discount rate (IRR ≥ 7.5 %), Net B/C lebih besar atau sama dengan
satu (Net B/C ≥ 1) dan PP lebih kecil dari umur usaha (PP < 15 tahun) maka usaha
pengolahan kopi arabika Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowosolayak
untuk dijalankan. Berikut merupakan hasil perhitungan kelayakan usaha yang telah
dilakukan selama 15 sesuai dengan studi pustaka yang kami dapat :
Nilai NPV sebesar Rp. 406.650.737 menunjukkan bahwa manfaat bersih atau
keuntungan yang diperoleh usaha pengolahan kopi arabika Kecamatan
Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso selama 15 tahun, dengan tingkat suku bunga
7.5% adalah sebesar Rp. 406.650.737 Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga
berdasarkan kriteria NPV usaha pengolahan kopi arabika Kecamatan Sumberwringin,
Kabupaten Bondowoso layak untuk dijalankan.
Perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai sebesar 3.25 yang
menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan oleh usaha pengolahan
kopi arabika Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso akan memberikan
keuntungan yang nilainya sebesar 3.25 satuan. Nilai Net B/C ini lebih besar dari satu
(3.25 ≥ 1) maka pada kriteria ini, usaha pengolahan kopi arabika Kecamatan
Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso layak untuk dijalankan.
25
Nilai Payback Period (PP) dari usaha ini adalah selama empat tahun delapan bulan.
Nilai ini menunjukkan bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha
pengolahan kopi arabika Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso pada
awal usaha dapat dikembalikan pada tahun keempat bulan keempat. Payback Period
memiliki Period yang lebih kecil dibandingkan umur usaha pengolahan kopi arabika
Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso yakni 15 tahun. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan kopi arabika Kecamatan
Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso layak untuk dijalankan pada kriteria ini.
26