Intisari
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui subsektor unggulan pada Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode
deskriptif analitis digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan dinamika kinerja tiap
subsektor. Data kinerja subsektor adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga
konstan Tahun 2010 pada periode 2010-2020. Analisis Location Quotient (LQ), Dynamic
Location Quotient (DLQ), dan Klassen Typology dilakukan untuk mengetahui subsektor ungulan
dan posisi masing-masing subsektor. Hasil analisis menunjukkan bahwa Subsektor Tanaman
Perkebunan merupakan subsektor unggulan dan dapat dijadikan prioritas pada pembangunan
ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kata kunci : Subsektor Unggulan, PDRB, Pertanian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional dalam suatu
negara. Dalam rangka mendorong pemerataan pembangunan nasional, kegiatan ini sangat erat
kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan pada tingkat regional dalam rangka mencapai
pembangunan yang merata di seluruh tanah air sampai daerah terpencil. Perencanaan
pembangunan nasional digunakan sebagai media komunikasi pembangunan terhadap cita-cita
nasional kepada pemangku kepentingan eksternal dan internal (Chimhowu et al., 2019). Strategi
pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pengembangan fisik/lokalitas;
pengembangan dunia usaha; pengembangan sumberdaya manusia; dan strategi pengembangan
ekonomi masyarakat (Siwu, 2017). Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan ekonomi, antara lain: pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita,
angka kemiskinan, dan lainnya (Chisadza & Bittencourt, 2019).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi rakyat yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu
tahun dibandingkan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dapat digunakan sebagai salah satu indikator kinerja pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah. Persentase yang besar menunjukkan ketergantungan pada kapasitas produksi sektor
tersebut. Misalnya pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi sektor unggulan dan memiliki
kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Statistik,
2021); (Yulianti, 2019). Sektor pertanian merupakan basis di Provinsi Bangka Belitung (Monica
et al., 2017). Hal ini didukung oleh penelitian Hu & Blakely (2013) yang menunjukkan bahwa
ekonomi lokal dari komunitas yang lebih jauh dan lebih kecil lebih bergantung pada beberapa
industri khusus, seperti pariwisata dan pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa sektor usaha di
bidang pertanian merupakan sektor penting yang berperan dalam perekonomian daerah (Hayati
et al., 2017). Pertanian memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain yang berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan output daerah secara keseluruhan (Abidin, 2015). Pertumbuhan
sektor pertanian diperlukan untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi negara, dimana
pertumbuhan ekonomi pertanian cerdas 2020 akan berada pada 96% (Li & Zheng, 2021).
Adanya potensi alam, lingkungan, dan sumberdaya manusia untuk kegiatan pertanian,
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung dapat memanfaatkan peluang bagi setiap subsektor
pertanian dengan memprioritaskan pengembangan subsektor unggulan untuk meningkatkan
PDRB, sehingga diperlukan penambahan nilai pertanian yang tercermin dalam Program
Pembangunan Daerah (Strategis Plan), Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja (Renja)
Dinas Perikanan, Pertanian dan Pangan (Marina et al., 2018), dalam upaya merangsang
pertumbuhan ekonomi serta dapat memastikan adanya ketersediaan pangan di suatu wilayah
tersebut (Ali et al., 2020). Kebijakan yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan
pembangunan daerah adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Keberhasilan
pembangunan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan pembangunan yang
didasarkan pada potensi sumberdaya yang dimiliki, sehingga daerah tersebut dapat mengelola
sumberdaya yang ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan. Setiap
daerah hendaknya mengetahui sektor basis dan non basis serta komoditas unggulan dalam
struktur perekonomiannya agar pelaksanaan pembangunan dapat lebih terfokus dengan baik.
Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan dan posisi relatif
dari setiap subsektor dalam rangka mempercepat pertumbuhan PDRB sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan secara keseluruhan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk
menyempurnakan penelitian sebelumnya dalam menganalisis kontribusi dan subsektor unggulan
pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, dimana pada penelitian sebelumnya sudah dibahas mengenai sektor basis di wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Bellitung secara umum, namun penelitian tersebut hanya terbatas
pada tahap penentuan sektor unggulan saja, sehingga penelitian ini diharapkan mampu
menyempurnakan bahasan sampai tahap penentuan sub sector secara spesifik khususnya pada
sektor pertanian di wilayah Provinsi Bangka Belitung.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam runtut waktu (time series) selama 11
(sebelas) tahun, mulai tahun 2010-2020. Adapun jenis data dan sumber data yang dikumpulkan
berasal dari: Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 oleh BPS
Nasional Indonesia; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2010 oleh BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Buku Tahunan Statistik Indoneisa; dan
berbagai jurnal ilmiah lainnya.
Analisis Data
1. Location Quotient (LQ)
Analisis basis ekonomi yang sering disebut dengan teori basis ekonomi biasanya
digunakan untuk mengidentifikasi PDRB dalam menentukan sektor basis. Menurut Sjafrizal
(2018) menjelaskan bahwa teknik LQ dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi
dua kelompok, yaitu: 1) Industri dasar, yaitu kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar
daerah itu sendiri atau di luar daerah yang bersangkutan, dan 2) Industri non dasar, yaitu
kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani pasar di daerah.
Analisis Location Quotient (LQ) dapat menunjukkan besarnya kontribusi sektor ekonomi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari segi kontribusi dengan membandingkan kontribusi
sektor yang sama di tingkat nasional. Analisis ini menggunakan pendekatan nilai PDRB dengan
rumus sebagai berikut :
Eij / E j
LQ=
E¿ / En
Keterangan :
LQ : Koefisien Location Quotient (LQ)
Eij : Nilai PDRB subsektor i pada tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Ej : Total PDRB pada tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Ein : Nilai PDB subsektor i pada tingkat nasional
En : Total PDB pada tingkat nasional
Kriteria Pengukuran :
a. Jika nilai LQ > 1, maka subsektor tersebut merupakan subsektor basis
b. Jika nilai LQ < 1, maka subsektor tersebut bukan merupakan subsektor basis
DLQ=
1+ gj
1+ Gi
1+G
[ ]
(
(
)
)
Keterangan:
DLQ : Index Dynamic Location Quotient
gij : Laju pertumbuhan subsektor i di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
gj : Rata-rata laju pertumbuhan sektor/subsektor di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Gi : Laju pertumbuhan subsektor i di tingkat nasional
G : Rata-rata laju pertumbuhan subsektor di tingkat nasional
t : Kurun waktu analisis
Kriteria pengukuran :
a. Jika DLQ > 1, maka memiliki potensi untuk menjadi subsektor basis di masa yang akan
datang
b. Jika DLQ ≤ 1, maka tidak memiliki potensi untuk menjadi subsektor basis di masa yang
akan datang.
Gabungan antara nilai LQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah subsektor
ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan tertinggal dengan menggunakan
Tabel 1 berikut (Kuncoro, 2012).
Tabel 1. Klasifikasi Subsektor Berdasarkan Gabungan nilai LQ dan DLQ
Nilai LQ >1 LQ <1
DLQ > 1 Dominan Andalan
DLQ <1 Prospektif Tertinggal
Sumber : Kuncoro, 2012
2. Analisis Klassen Typologi
Analisis Klassen Typologi digunakan untuk mengidentifikasi posisi Subsektor Pertanian,
Kehutanan dan Pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan memperhatikan
subsektor perekonomian di wilayah nasional sebagai daerah referensi. Output dari analisis ini
diharapkan dapat menentukan posisi dan struktur sektor ekonomi Provinsi Bangka Belitung yang
dapat digunakan sebagai acuan pendukung untuk menentukan prioritas dalam pengembangan
pembangunan subsektor pertanian. Menurut Sjafrizal (2016), terdapat empat klasifikasi dengan
karakteristik yang berbeda antar subsektor, yaitu:
1) Kuadran I : Sektor Andalan, merupakan sektor pada kuadran yang laju pertumbuhan
PDRB sektor tertentu di Provinsi Bangka Belitung mempunyai laju pertumbuhan rata-
rata di atas pertumbuhan PDB Nasional dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut di tingkat nasional (r i > r
dan yi > y).
2) Kuadran II : Sektor Potensial, merupakan sektor pada kuadran yang laju pertumbuhan
PDRB sektor tertentu di Provinsi Bangka Belitung mempunyai laju pertumbuhan rata-
rata lebih kecil dari pertumbuhan PDB Nasional, namun memiliki nilai kontribusi yang
lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut di tingkat nasional (ri < r dan yi > y).
3) Kuadran III : Sektor Berkembang, merupakan sektor pada kuadran yang laju
pertumbuhan PDRB sektor tertentu di Provinsi Bangka Belitung mempunyai laju
pertumbuhan rata-rata di atas pertumbuhan PDB Nasional, namun memiliki nilai
kontribusi yang lebih kecil dibandingkan tingkat nasional (ri > r dan yi < y).
4) Kuadran IV : Sektor Relatif Tertinggal, merupakan sektor pada kuadran yang laju
pertumbuhan PDRB sektor tertentu di Provinsi Bangka Belitung mempunyai laju
pertumbuhan dan nilai kontribusi yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan dan
kontribusi sektor yang sama di tingkat nasional (ri < r dan yi < y).
Untuk lebih memudahkan dalam membaca sektor-sektor yang termasuk dalam masing-
masing kelompok klasifikasi menurut Klassen Typologi dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Klassen Typology
Kontribusi (y)
Laju yi > y yi < y
Pertumbuhan (r)
ri > r Dominan Potensial
ri < r Berkembang Relatif Tertinggal
Sumber : Sjafrizal (2016)
Keterangan :
ri : laju pertumbuhan subsektor i di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
r : laju pertumbuhan PDB subsektor pertanian tingkat nasional
yi : kontribusi subsektor i di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
y : kontribusi PDB subsektor pertanian tingkat nasional
3. Teknik Overlay
Penentuan prioritas sektor unggulan dilakukan dengan teknik analisis overlay. Analisis
Overlay merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan dengan
menggabungkan beberapa hasil analisis (Adiyatin et al., 2019). Hasil analisis overlay digunakan
untuk mengembangkan subsektor ekonomi unggulan (Kuncoro, 2004). Teknik ini menggunakan
perhitungan LQ, DLQ, dan Klassen Typology (r ik). Adapun hasil analisis overlay memiliki lima
prediksi seperti pada tabel berikut meliputi :
LQ DLQ Rik Kriteria Keterangan
- + + -++ Potensial
- - - --- Tertinggal
+ + + +++ Unggulan
- - + --+ Berkembang
- - + --+ Berkembang
- + + -++ Potensial
+ - - +-- Andalan
Kuadran I Kuadran II
(rik > ri & yik > yi) (rik > ri & yik < yi)
Subsektor Subsektor
Tanaman Perkebunan Tanaman Pangan
Peternakan
Jasa Pertanian dan Perburuan
Kehutanan dan Penebangan Kayu
Kuadran III Kuadran IV
(rik < ri & yik > yi) (rik < ri & yik < yi)
Subsektor Subsektor
Perikanan Tanaman Hortikultura
Subsektor Unggulan
Subsektor yang memiliki peringkat prioritas tertinggi untuk dikembangkan adalah
subsektor tanaman perkebunan yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Bangka Belitung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung
yang menyatakan bahwa Subsektor Tanaman Perkebunan merupakan penyumbang terbesar
terhadap nilai PDRB sektor pertanian di wilayah tersebut (Statistik, 2021). Komoditas yang
paling banyak diusahakan di Provinsi Bangka Belitung adalah kelapa sawit dan lada. P rovinsi ini
merupakan penghasil lada putih terbesar di dunia sejak tahun 2014. Wilayah Bangka Selatan
merupakan Kabupaten Penghasil Lada terbesar dengan total produksi paling tinggi dibandingkan
dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bangka Belitung. Selain itu, Karet dan Kelapa Sawit juga
merupakan komoditas yang banyak diusahakan. Produksi karet terus meningkat seiring rencana
pengembangan lahan karet sebesar 40.000 Ha. Sementara saat ini lahan yang digunakan untuk
komoditas karet hanya sebesar ±12.000 Ha (Kompas, 2020).
Disamping itu, subsektor perkebunan primer juga ikut memberi kontribusi nilai tambah
sebesar Rp 61,1 triliun atau 3,1 persen dari nilai PDB nasional, serta telah menyediakan lapangan
kerja sebesar 13,4 juta orang, sehingga lapangan usaha ini sangat sesuai dijadikan sebagai
subsektor unggulan dalam rangka meningkatkan nilai PDRB sektor pertanian secara umum
(Susila & Setiawan, 2016). Kekuatan yang dimiliki oleh sektor perkebunan seperti motivasi
masyarakat yang tinggi dalam mengusahakan komoditas subsektor perkebunan; tersedianya
lahan yang cukup luas; serta kondisi geografis dan biofisik lahan yang cocok digunakan untuk
mengembangkan komoditas perkebunan, dapat menjadi peluang pemerintah provinsi untuk
menjadikan subsektor ini menjadi sektor unggulan (Hendris & Jani, 2016). Sehingga strategi
yang dapat dilakukan oleh pemerintah guna mendorong pengembangan subsektor ini yaitu :
meningkatkan jumlah produksi, nilai tambah, serta daya saing produk perkebunan melalui upaya
pengembangan sistem agribisnis dari hulu, hilir, sampai lembaga-lembaga terkait lainnya;
meningkatkan pemahaman SDM akan pemahaman potensi pasar ekspor dengan berbagai
pelatihan; menyediakan sarana informasi dan promosi dari berbagai media maupun kegiatan
pameran agribisnis lainnya, serta memperluas jaringan kemitraan dan kerjasama dengan pihak
swasta maupun pihak lain dalam rangka menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk
menarik lebih banyak investor (Helmi et al., 2021).
Subsektor Andalan
Subsektor Perikanan menjadi subsektor andalan dan dapat terus dikembangkan di
Provinsi Bangka Belitung karena karakteristik wilayahnya yang merupakan daerah pesisir serta
sangat strategis dan mempunyai potensi sumber daya perikanan dan kelautan melimpah.
Produksi perikanan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara umum terkonsentrasi di
Pulau Belitung daripada di Pulau Bangka. Oleh sebab itu, pengembangan investasi perikanan
dapat dilakukan di Pulau Belitung secara khusus tanpa mengabaikan Pulau Bangka dengan
mempertimbangkan besaran input yang digunakan (Mardyani & Yulianti, 2020).
Besarnya potensi yang dimiliki sektor perikanan di wilayah ini diharapkan dapat
menciptakan peningkatan output, pendapatan, dan penciptaan lapangan kerja (Mudzakir, 2006).
Selain itu, potensi lain yang dapat dikembangkan dari subsektor perikanan adalah dengan
mengembangkan Marine Recreation Fisheries (MRF) yang memiliki kontribusi sosial ekonomi
cukup besar bagi masyarakat pesisir, namun tetap perlu dipertimbangkan pengaturan lingkungan
(khususnya perikanan) dan tata ruang lautnya (C. Williams et al., 2020). Implementasi kebijakan
dapat dilakukan dengan cara percepatan infrastruktur untuk mendukung konektivitas dan
pembangunan perikanan dan kelautan (Kharisma & Ferry, 2019), serta mengembangkan wilayah
berbasis sektor perikanan yang perlu difokuskan pada lokasi-lokasi yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi agar memberikan multiplier effect yang besar (Anggraeni et al., 2020).
Subsektor Potensial
Merupakan sektor dengan potensi pengembangan yang relatif besar tetapi belum di kelola
sepenuhnya dengan optimal. Sektor ini kemungkinan akan berpotensi untuk menjadi sektor yang
dapat terus dikembangkan di masa mendatang. Subsektor tanaman pangan; kehutanan dan
penebangan kayu termasuk dalam klasifikasi sektor potensial, padahal dengan adanya sumber
daya hutan yang murah dan berlimpah serta tenaga kerja yang mudah didapatkan seharusnya
subsektor ini dapat menjadi dua faktor positif bagi pembangunan ekonominya (R. A. Williams &
Kinard, 2003). Selain itu, adanya peningkatan sektor pariwisata di beberapa daerah di Provinsi
Bangka Belitung harusnya dapat dimanfaatkan dan dijadikan peluang untuk pengembangan
subsektor pertanian, khususnya bagi subsektor potensial agar dapat lebih dikembangkan.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memfasilitasi hasil pertanian untuk diiklankan,
dipromosikan, dan digunakan di berbagai akomodasi dan restoran yang berada di sekitar
destinasi wisata para pengunjung (Cahyadi et al., 2018). Menurut Matchaya (2020), pembuat
kebijakan harus dapat meningkatkan pengeluaran publik di sektor pertanian, namun tetap harus
menekankan pada peningkatan alokasi intra-sektoral serta menargetkan wilayah yang
menciptakan pertumbuhan sektoral dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas dan
profesionalisme dalam mengelola sektor-sektor potensial.
Abidin, Z. (2015). Aplikasi Analisis Shift Share pada Transformasi Sektor Pertanian dalam
Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Jurnal Informatika Pertanian, 24(2), 165–
178.
Adiyatin, D., Perdana, H., & Satyahadewi, N. (2019). Analisis Overlay Untuk Menentukan
Potensi Sektor Ekonomi Unggulan Dalam Pembangunan Daerah (Studi Kasus dengan
PDRB Kota Pontianak). Bimaster : Buletin Ilmiah Matematika, Statistika Dan Terapannya,
8(4). https://doi.org/10.26418/bbimst.v8i4.36746
Ali, Q., Raza, A., Narjis, S., Saeed, S., & Khan, M. T. I. (2020). Potential of renewable energy,
agriculture, and financial sector for the economic growth: Evidence from politically free,
partly free and not free countries. Renewable Energy, 162, 934–947.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.renene.2020.08.055
Anggraeni, M., Rustiadi, E., & Yulianto, G. (2020). Peranan Sektor Perikanan Terhadap
Perekonomian Kabupaten Natuna. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan
Perikanan, 10(1), 11. https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i1.8155
Baransano, M. A., Putri, E. I. K., Achzani, A. N., & Kolopaking, L. (2016). Peranan Sektor
Unggulan Sebagai Salah Satu Faktor Dalam Mengurangi Ketimpangan Pembangunan
Wilayah di Provinsi Papua Barat. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 27(2), 119.
Cahyadi, N. M. A. K., Sasongko, S., & Saputra, P. M. A. (2018). Inclusive growth and leading
sector in Bali. Economic Journal of Emerging Markets, 10(1), 99–110.
https://doi.org/10.20885/ejem.vol10.iss1.art11
Chimhowu, A. O., Hulme, D., & Munro, L. T. (2019). The ‘New’ national development planning
and global development goals: Processes and partnerships. World Development, 120, 76–89.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2019.03.013
Chisadza, C., & Bittencourt, M. (2019). Economic development and democracy: The
modernization hypothesis in sub-Saharan Africa. Social Science Journal, 56(2), 243–254.
https://doi.org/10.1016/j.soscij.2018.10.007
Darma Putra, E., & Yuli Pratiwi, M. C. (2019). Identification of Leading Sector and Cluster
Analysis of Regencies in Kalimantan. Economics Development Analysis Journal, 8(2), 224–
243. https://doi.org/10.15294/edaj.v8i2.27237
Hayati, M., Elfiana, & Martina. (2017). Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jurnal Sains Pertanian, 1(3), 213–222.
Helmi, M., Sriartha, I. P., & Sarmita, I. M. (2021). Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan
Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Buleleng. Jurnal Jurusan Pendidikan
Geografi, 9(1), 26–35.
Hendris, & Jani, J. (2016). Peranan dan Strategi Pengembangan Sektor Perkebunan Terhadap
Pembangunan Wilayah Kabupaten Malinau. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 3(2),
231–238.
Hu, R., & Blakely, E. J. (2013). Measuring tourism as the economic driver of Australian sea
change communities. Community Development, 44(3), 323–335.
https://doi.org/10.1080/15575330.2013.794851
Ibrahim, I. (2018). Leading Sector and Absorption of Labor. Gorontalo Development Review,
1(2), 1–12.
Kader, A., & Abd. Radjak, D. (2020). Pembangunan Ekonomi Masyarakat Melalui Agrowisata.
Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik, 2(1), 67. https://doi.org/10.33474/jisop.v2i1.4997
Katti, S., Pratiwi, D., & Setiahadi, R. (2019). Klassen Typology Approach for Analysis of the
Role of Competitiveness Agricultural Sector. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 347. https://doi.org/10.1088/1755-1315/347/1/012106
Kharisma, B., & Ferry, H. (2019). Analysis of Potential Sectors and Policy Priorities of Regional
Economic Development in Maluku. Etikonomi, 18(01), 29–46.
Kompas. (2020). Babel Jadi Penghasil Lada Putih Terbesar di Dunia, Gubernur Erzaldi
Paparkan Strategi Pemasarannya. Kompas.Com.
https://regional.kompas.com/read/2020/07/29/08504941/babel-jadi-penghasil-lada-putih-
terbesar-di-dunia-gubernur-erzaldi-paparkan?page=all
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah (Autonomy and Regional
Development). Erlangga.
Kuncoro, M. (2012). Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota dan
Kawasan. Salemba Empat.
Li, Y., & Zheng, Y. (2021). Regional agricultural industry economic development based on
embedded system and Internet of Things. Microprocessors and Microsystems, 82.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.micpro.2021.103852
Listya, M. R., Ferrianta, Y., & Makki, M. F. (2018). Analysis Typology of Agricultural
Subsector Economic Growth in Banjar Regency , South Kalimantan Province , Indonesia.
Journal of Agriculture and Veterinary Science, 11(9), 78–81. https://doi.org/10.9790/2380-
1109027881
Mardyani, Y., & Yulianti, A. (2020). Analisis Pengaruh Sub Sektor Perikanan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Equity: Jurnal Ekonomi,
8(2), 41–50. https://doi.org/10.33019/equity.v8i2.47
Marina, M., Darwanto, D. H., & Masyhuri, M. (2018). The Study of Leading Subsector and
Leading Commodities of Agricultural in Anambas Islands Regency, Riau Islands Province.
Agro Ekonomi, 29(1), 49. https://doi.org/10.22146/ae.30739
Matchaya, G. C. (2020). Public spending on agriculture in Southern Africa: Sectoral and intra-
sectoral impact and policy implications. Journal of Policy Modeling, 42, 1228–1247.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jpolmod.2020.05.002
Monica, C. A., Mawra, T., & Yulianita, A. (2017). Analisis Potensi Daerah Sebagai Upaya
Meningkatkan Perekonomian Daerah di Sumatera Bagian Selatan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 15(1).
Mudzakir, A. K. (2006). Peranan Sektor Perikanan Pada Perekonomian Jawa Tengah: Analisis
Input Output. 4, 359–371.
Satrianto, A., & Sasongko, B. (2019). Determination Of The Same Leading Sectors In Blitar
City. Journal of Economic and Policy, 12(2), 382–402.
https://doi.org/10.15294/jejak.v12i2.22616
Siwu, H. F. D. (2017). Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan
Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 18(6), 1–11. https://www.mendeley.com/library/
Sjafrizal. (2016). Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi (1st ed.). Rajawali
Pers.
Statistik, B. P. (2021). Statistik Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2020
(1101002.19).
Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Kencana
(Prenada Media).
Susila, W. R., & Setiawan, I. D. (2016). Peran Industri Berbasis Perkebunan dalam Pertumbuhan
Ekonomi dan Pemerataan: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Jurnal Agro
Ekonomi, 25(2), 125. https://doi.org/10.21082/jae.v25n2.2007.125-147
Tutupoho, A. (2019). Analisis Sektor Basis Dan Sektor Non Basis Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Provinsi Maluku (Studi Kasus Kabupaten Kota). Cita Ekonomika: Jurnal
Ekonomi, 13(1), 1–18.
Widodo, T. (2006). Perencanaan Pembangunan Teori dan Aplikasi. UPP STIM YKPN.
Williams, C., Davies, W., Clark, R. E., Muench, A., & Hyder, K. (2020). The economic
contribution of sea angling from charter boats: A case study from the south coast of
England. Marine Policy, 119. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.marpol.2020.104066
Williams, R. A., & Kinard, J. C. (2003). A strategy for economic development of the forestry
sector in Tomsk, Russia. Journal of Forestry, 101(5), 36–41.
https://doi.org/10.1093/jof/101.5.36
Yulia, Baga, L. M., & Tinaprilla, N. (2015). Peran dan Strategi Pengembangan Subsektor
Peternakan Dalam Pembangunan Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Agribisnis
Indonesia, 3(2), 159–176.
Yulianti, A. (2019). Potentials of Leading Sectors in Bangka Belitung Island Province on 2013-
2017. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 18(01), 39–50.