Tugas Laporan
Mata Kuliah: PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH PERTANIAN (AS384)
Oleh:
Muhammad MaulanaAkbar
522020045
Dimana :
vi = PDRB sektor i Kabupaten Demak
vt = PDRB total Kabupaten Demak
Vi = PDRB sektor I Provinsi Jawa Tengah
Vt = PDRB total pada Provinsi Jawa Tengah
Apabila hasil perhitungan menunjukkan LQ > 1 berarti meru- pakan
sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1 berarti bukan
sektor basis (sektor lokal/impor).
Dimana :
DLQ = Indeks potensi sektor i di daerah kab/kota
gj = Laju pertumbuhan sektor i di daerah kab/kota
Gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di daerah kab/kota
gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di provinsi
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Kemungkinan nilai indeks DLQ yang diperoleh adalah:
1. DLQ ≥ 1: maka potensi perkembangan sektor i di kab/kota lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi dan masih dapat
diharapkan untuk menjadi sektor basis dimasa yang akan datang.
2. DLQ < 1: maka potensi perkembangan sektor i di kab/kota lebih lambat
dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi dan sektor tersebut
tidak dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis dimasa yang akan
datang.
c. Klassen Typology
Analisis Tipologi Klassen didasarkan pada dua pendekatan: metode
sektoral untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dan dominan di setiap
wilayah dan pendekatan wilayah untuk mendapatkan pemahaman umum
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah. Tipologi
Klassen pendekatan regional pada dasarnya mengklasifikasikan wilayah
berdasarkan dua metrik utama: pertumbuhan ekonomi regional dan
pendapatan per kapita regional. Pembagian wilayah menggunakan tipologi
Klassen metode sektoral berdasarkan temuan perhitungan Location Quotient
dan Shift Share (Puspitawati, 2013).
d. Shift Share
Merupakan salah satu tehnik analisis dalam Ilmu Ekonomi Regional
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi
dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah (Sjafrizal, 2014).
Analisis Shift-Share juga membandingkan perbedaaan laju pertumbuhan
berbagai sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional dengan
mengisolasikan berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur
industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun
waktu berikutnya (Tarigan, 2006).
Sumber: https://demakkab.go.id/publikasi/geografi
Kabupaten Demak dilihat dari ketinggian terletak antara 0 sampai 100 meter
di atas permukaan laut. Dari segi tekstur tanah, terdapat 40.677 ha tekstur tanah
sedang dan 49.066 ha tekstur tanah halus di wilayah Kabupaten Demak. Kabupaten
Demak sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian
dengan seluas 52.315 ha (58,29%) merupakan lahan sawah, dan selebihnya berupa
lahan kering.
Dalam analisis klassen typology dari 5 sektor, hasil yang diperoleh sejalan
dengan hasil perhitungan LQ dan DLQ. diperoleh hasil bahwa sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan merupakan sektor maju tetapi tertekan. Untuk sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor relatif tertinggal. Sektor industri
pengolahan di Kabupaten Demak merupakan sektor berkembang cepat. Sedangkan
sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan merupakan sektor
maju dan tumbuh cepat.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi sektor maju tetapi
tertekan. Hal ini dipengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Berdasarkan
penelitian di Kecamatan Sayung sendiri alih fungsi lahan dari tahun 2012-2015
menunjukkan penurunan luas lahan yang cukup tinggi. Pada tahun 2012 luas lahan
2.136 ha menurun menjadi 1.417 pada tahun tahun 2015. Alih fungsi lahan tersebut
dipengaruhi beberapa faktor dan paling banyak dengan persentase 41% dipengaruhi
oleh kebutuhan ekonomi. Berikut tersaji dalam gambar:
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang telah mengalami reposisi dari
sektor non basis menjadi sektor basis masa mendatang serta menjadi sektor
berkembang cepat. Di Kabupaten Demak sendiri terdapat kawasan industri seperti
Jateng Land Industrial Park Sayung, Bintoro Industrial Park, dll. Kabupaten Demak
juga terdapat pabrik-pabrik seperti: PT Delta Dunia Sandang Tekstil, PT Struktur
Baja Ringan Indonesia, PT Sanfood Prima Makmur, dll. Keberadaan kawasan
industri dan pabrik-pabrik tersebut mendorong sektor industri pengolahan masa
mendatang menjadi sektor yang basis dan sektor berkembang cepat. Selain itu
pembangunan jalan tol Semarang-Demak juga dapat mendorong sektor industri
pengolahan di Kabupaten Demak menjadi sektor yang basis masa mendatang.
Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi sektor basis di saat ini maupun
masa mendatang serta menjadi sektor maju dan tumbuh cepat di Kabupaten Demak.
Hal ini dipengaruhi kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak seperti banyaknya
pasar. Pasar-pasar di Kabupaten Demak seperti Pasar Tradisional Bintoro Demak,
Pasar Tradisional Buyaran, Pasar Jebor, Pasar Gajah, Pasar Wonosalam, Pasar
Krempyeng Demak, dan lainnya. Pedagang-pedagang disekitaran Masjid Agung
Demak dan Makam Sunan Kalijaga. Pasar dengan banyaknya pedagang tersebut
menjadi salah satu penopang perputaran kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak
dan mendatangkan konsumen atau pedagang dari daerah lain.
Sektor jasa pendidikan menjadi sektor basis di saat ini mengalami reposisi
menjadi non basis di masa depan memiliki menjadi sektor maju dan tumbuh cepat
di Kabupaten Demak. Sektor jasa Pendidikan didukung dengan sekolah-sekolah
favorit di Kabupaten Demak seperti SMA N 1 Demak, SMK N 1 Demak, SMA
Unggulan Islamic Centre Demak, SMA Muhammadiyah 1 Darussalam Demak.
Perguruan tinggi di Demak
ada Universitas Sultan Fatah. Sub sektor pendidikan menjadi non basis di masa depan
tetapi roda perekonomiannya masuk ke dalam pendidikan informal atau religi. Kabupaten
Demak terkenal sebagai kota wali sehingga banyak pondok pesantren yang
santrinya tidak hanya berasal dari daerah sendiri melainkan santri- santri dari luar
daerah. Pondok pesantren di Kabupaten Demak seperti Pondok Pesantren Bustanu
Usysyaqil Qur'an Demak, Pondok Pesantren At-Taslim, Ponpes Al Fattaah.
Analisis Shift Share
Kabupaten Demak Tahun 2015-2020 (dalam jutaan rupiah)
Komponen Perubahan
Lapangan usaha
No Bauran Keunggulan Efek
/ sektor Pertumbuhan
industri kompetitif alokasi
Pertanian,
1. kehutanan, dan
828339,97 -443171,89 -163559,09 -62457,19
perikanan
Pertambangan
2. 14034,73 4935,22 -16734,94 70577,54
dan penggalian
Industri
3. 961916,62 -359759,43 588829,81 -194040,66
pengolahan
Perdagangan
4. 575748,54 -64258,59 40868,15 4010,99
besar dan eceran
5. Jasa pendidikan 135266 55988,75 2251,25 55,87
Pertambangan Competitive
2. dan disadvantage,
penggalian 70577,54 -254999,39 -0,27678
not specialized
Competitive
Industri
3. advantage, not
pengolahan
-194040,66 -1365630,74 0,14209
specialized
Perdagangan Competitive
4. besar dan advantage,
eceran 4010,99 243440,05 0,01648
specialized
Competitive
Jasa
5. advantage,
pendidikan
55,87 14461,7 0,00386
specialized
Dalam analisis shift share dan efek alokasi perubahan struktur 5 sektor di
Kabupaten Demak diperoleh hasil bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan ada efek alokasi yang menekan sektor tersebut dan sektor ini tidak
memiliki keunggulan kompetitif yang artinya sektor ini masih kalah bersaing
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor pertambangan dan
penggalian tidak terspesialisasi dan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif namun belum terspesialisasi dan ada efek alokasi yang menekan sektor
industri pengolahan di Kabupaten Demak. Sektor industri pengolahan harus
dispesialisasikan agar mendorong sektor tersebut menjadi lebih maju dan menjadi
sektor basis masa mendatang. Selain itu pengembangan wilayah di Kabupaten
Demak harus dilihat zona-zonanya agar pengembangan satu sektor tidak menekan
sektor yang lain.
Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi. Sektor jasa pendidikan juga
menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi.
Kedua sektor ini harus dipertahankan karena kedua sektor ini dapat menjadi
topangan ekonomi di Kabupaten Demak.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis LQ DLQ diperoleh hasil bahwa sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan memiliki nilai LQ > 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan telah mengalami reposisi dan tidak bisa
diharapkan untuk menjadi basis dimasa yang akan datang, Dalam analisis klassen
typology sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi sektor maju tetapi
tertekan. Sektor pertambangan dan penggalian dalam analisis LQ DLQ memiliki
nilai LQ < 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa sektor pertambangan dan penggalian
belum mengalami reposisi dan tetap menjadi sektor non basis. Dalam analisis
klassen typology sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor relatif
tertinggal.
Sektor industri pengolahan dalam analisis LQ DLQ memiliki nilai LQ < 1
dan DLQ > 1 menandakan bahwa sektor industri pengolahan telah mengalami
reposisi dari sektor non basis menjadi sektor basis. Dalam analisis klassen typology
sektor industri pengolahan menjadi sektor berkembang cepat. Sedangkan sektor
perdagangan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan dalam analisis LQ DLQ
memiliki nilai LQ > 1 dan DLQ > 1 menandakan bahwa dua sektor tersebut tetap
menjadi basis pada saat ini dan masa yang akan datang. Dalam analisis klassen
typology sektor perdaganganan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan
menjadi sektor maju dan tumbuh cepat
Dalam analisis shift share dan efek alokasi perubahan struktur 5 sektor di
Kabupaten Demak diperoleh hasil bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan ada efek alokasi yang menekan sektor tersebut dan sektor ini tidak
memiliki keunggulan kompetitif yang artinya sektor ini masih kalah bersaing
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor pertambangan dan
penggalian tidak terspesialisasi dan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif namun belum terspesialisasi dan ada efek alokasi yang menekan sektor
industri pengolahan di Kabupaten Demak. Sektor perdagangan besar dan eceran
menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi.
Sektor jasa pendidikan juga menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif
dan sudah terspesialisasi.
6.2 Saran
Saran untuk pengembangan sektor perdagangan besar dan eceran serta di
Kabupaten Demak yang menjadi sektor yang basis dan maju tumbuh cepat untuk
dijadikan sektor prioritas yang dikembangkan dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah Kabupaten Demak. Karena sektor perdagangan besar dan
eceran menjadi topangan ekonomi masyarakat Kabupaten Demak dan juga
mendatangkan pendapatan dari luar wilayah Kabupaten Demak.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang saat ini menjadi sektor basis
namun dimasa mendatang reposisi menjadi sektor non basis dan sektor maju tetapi
tertekan juga harus diperhatikan. Pemerintah Kabupaten Demak harus mengontrol
alih fungsi lahan pertanian, memberikan bantuan baik alat-alat pertanian, pupuk,
modal, dan lainnya agar sektor pertanian tetap menjadi sektor yang basis. Selain itu
pemberdayaan petani secara konsisten juga penting dilakukan. Sektor pendidikan
yang harus lebih diperhatikan dikarenakan banyak anak muda yang lebih memilih
sekolah non formal seperti pondok pesantren dikarenakan cara belajar atau media
belajar dari pesantren lebih menarik dibandingkan cara mengajar formal seperti sd
sampai sma/smk.
Sektor industri pengolahan yang saat ini menjadi sektor non basis, namun
masa mendatang mengalami reposisi menjadi sektor basis. Sektor industri
pengolahan juga menjadi sektor yang berkembang cepat. Sektor industri
pengolahan harus diperhatikan terutama spesialisasi dari sektor ini. Pembangunan
kawasan industri sesuai pada zona kuning penting dilakukan agar tidak menekan
alokasi dari sektor lainnya. Selain itu Pemerintah Kabupaten Demak harus
memperhatikan dalam pembangunan yang sesuai zona agar tidak saling menekan
sektor lainnya. Untuk sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Demak
menjadi sektor non basis masa kini dan masa mendatang. Serta menjadi sektor
relatif tertinggal. Pemerintah Kabupaten Demak harus hati-hati dalam pendanaan
pada sektor ini, agar dana yang dikeluarkan tidak besar karena sektor pertambangan
dan penggalian di Kabupaten Demak sulit dikembangkan menjadi sektor basis.
DAFTAR PUSTAKA
Khatimah, K., Supardi, S., & Rahayu, W. (2013). Analisis Peranan Sektor Pertanian
Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Demak. Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1(1).
Larasati, N. D. (2017). Analsis Sektor Basis Dan Sektor Unggulan Pembangunan
Daerah Dan Strategi Pembangunannya (Studi Kasus Di Kabupaten Magelang
Tahun 2011-2015). Naskah Publikasi Karya Ilmiah. 4(3): 1–23.
Launingtiyas, M. (2017). Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor
Unggulan dan Strategi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Batang
Tahun 2012-2016). Jurnal Fakultas Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 4(1).
Mangilaleng, E. J., Rotinsulu, D., & Rompas, W. (2015). Analisis Sektor Unggulan
Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 15(4): 193–
205.
Puspitawati, L. T. (2013). Analisis perbandingan faktor-faktor penyebab
ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di kawasan kedungsapur.
Economics Development Analysis Journal. 2(2).
Pynatih, N. M. N. (2017). Analisis Sektor Unggulan Dan Potensi Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten Tabanan. Jurnal Majalah Ilmiah Untab. 14(2).
Rudiantho, J., 1 , S., Siburian, A., Harmain, U., & Purba, T. (2021). Komoditas
Unggulan dan Potensial Sektor Pertanian Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara The Leading and Potential Commodity of Agriculture
Sectorin Simalungun Regency, North Sumatra Province. 4(1), 51–62.
https://doi.org/10.37637/ab.v4i1.633
Setiawan, F. (2020). Analisis Potensi Sektor Basis Dan Non Basis Kota Sabang
Tahun 2013-2019. Al-Ijtimai: International Journal of Government and
Social Science. 6(1): 89-104.
Tarigan, Robinson. (2006). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yuuhaa, M. I. W., & Cahyono, H. (2012). Analisis penentuan sektor basis dan
sektor potensial di kabupaten lamongan. Jurnal Fakultas Ekonomi Unesa,
Surabaya. 2(1).
Yuwono, P. (2000). Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pembangunan. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.