Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH

5 SEKTOR DI KABUPATEN DEMAK TAHUN 2015-2020

Tugas Laporan
Mata Kuliah: PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH PERTANIAN (AS384)

Laporan Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PPWP (AS336) Semester Ganjil – 2023/2024

Oleh:
Muhammad MaulanaAkbar
522020045

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Maria, S.P., M.P.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2023
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan ekonomi merupakan aspek terpenting dalam kerangka
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
(Launingtiyas, 2017). Pembangunan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan ekonomi daerah, karena pembangunan daerah pada dasarnya adalah
pelaksanaan pembangunan nasional di wilayah tertentu yang sesuai dengan
kemampuan ekonomi daerah. Indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi, karena pembangunan
ekonomi sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi (Mangilaleng dkk,
2015).
Pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah harus dilaksanakan sebesar-
besarnya melalui kegiatan ekonomi sektor-sektor potensial yang nantinya akan
berkembang menjadi sektor-sektor basis (Yuuhaa & Cahyono, 2012). Dengan
meningkatnya kegiatan ekonomi pada sektor basis dan sektor potensial mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB karena laju pertumbuhannya
yang tinggi dan perkembangan sektor-sektor tersebut cepat dan mempengaruhi
perekonomian daerah khususnya di Kabupaten Demak sehingga sehingga mampu
bersaing dengan daerah lain.
Adanya penelitian ini dapat menjadi bahan perencanaan dan evaluasi
pembangunan yang akan memudahkan pemerintah dalam menentukan
pembangunan dan pengembangan kawasan ekonomi di Kabupaten Demak
sehingga kebijakan yang diambil oleh pemerintah lebih efektif dan efisien. Analisis
ini diharapkan dapat meningkatkan investasi dan pembangunan daerah sehingga
tercapai pembangunan daerah yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Demak dikarenakan keterbatasan
penelitian sektor basis yang dilakukan di Kabupaten Demak sehingga peneliti ingin
mengetahui sektor ekonomi apa saja yang menjadi basis Kabupaten Demak tahun
2015-2020.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kembali sektor ekonomi apa saja
yang menjadi basis Kabupaten Demak tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini antara lain bagi peneliti sebagai sarana untuk
mengaplikasikan hasil perkuliahan yang diperoleh dalam penelitian. Bagi
akademisi, sebagai bahan informasi bagi peneliti untuk mengidentifikasi sektor-
sektor prioritas, yaitu merumuskan rencana pembangunan ekonomi dengan
mengidentifikasi sektor-sektor basis, dan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan sektor-sektor basis. Bagi
pemerintah diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kabupaten
Demark dalam proses penentuan kebijakan perencanaan dan pembangunan
perekonomian daerah yang lebih efektif dan efisien.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor Basis


Sektor basis adalah sektor perekonomian andalan serta menjadi unggulan.
Sektor andalan adalah sektor yang laju pertumbuhannya tinggi dan memberikan
nilai tambah yang besar serta nilai kedepannya yang semakin besar terhadap PDRB.
Penggunaan sumber daya local menjadikan sektor produktif dan potensi
perkembangannya menjadi tinggi. Sektor andalan ini didasarkan pada comparative
advantage theory atau teori keunggulan komparatif yaitu menjual apa yang dapat
dihasilkan atas dasar sumber daya lokal yang tersedia (Yuwono, 2000).
Setiap wilayah akan melihat keuntungan dari perdagangannya dengan
mengekspor komoditas atau jasa yang merupakan inti dari sektor ekonominya dan
mewakili keunggulan komparatif terkuatnya. Meskipun suatu wilayah kurang
efektif dalam memproduksi barang dibandingkan lokasi lain, masih ada dasar untuk
terlibat dalam perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak dengan
berspesialisasi dalam menciptakan barang dengan harga yang relatif lebih rendah
daripada yang diproduksi di tempat lain. Karena kemampuannya yang meningkat
untuk bersaing dengan daerah lain, maka sektor unggulan tersebut lebih unggul
dibandingkan dengan sektor identik di daerah lain. Sektor unggulan ini didasarkan
pada teori keunggulan kompetitif yaitu memproduksikan apa yang laku dijual
melalui karakteristik dan sumber daya suatu daerah untuk memiliki kinerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain pada industri atau pasar yang sama
(Rusdiantho, 2021).

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai sektor basis sebelumnya pernah diteliti oleh beberapa
peneliti. Yuuhaa dan Cahyono (2012) dalam penelitian mereka yang berjudul
"Analisis Penentuan Sektor Basis dan Sektor Potensial di Kabupaten Lamongan".
PDRB Kabupaten Lamongan dan PDRB Provinsi Jawa Timur merupakan variabel
yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis Location Quotient (LQ), analisis
Shift Share (SS), dan Model Rasio Pertumbuhan adalah teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian merupakan sektor pondasi. Keberhasilan masing-masing sektor di
Kabupaten Lamongan kemudian ditunjukkan melalui analisis shift share, dimana
sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan terbesar jika dibandingkan dengan
pertumbuhan Jawa Timur. Di Kabupaten Lamongan, industri perdagangan, hotel,
dan restoran dapat dikatakan paling maju dan paling kompetitif. Dari hasil analisis
Model Rasio Pertumbuhan menunjukkan bahwa sektor yang termasuk dalam sektor
potensial di Kabupaten Lamongan adalah sektor pertanian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor jasa-jasa.
Khatimah et al (2013) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Peranan
Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Demak". PDRB
Kabupaten Demak dan PDRB Provinsi Jawa Tengah merupakan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift
Share (SS), dan pengganda pendapatan merupakan teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini. Berdasarkan temuan penelitian, sektor pertanian, bangunan,
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa menjadi tumpuan
perekonomian wilayah Kabupaten Demak antara tahun 2007 hingga 2011. Industri-
industri tersebut telah berhasil memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Demak.
Kalaupun ada kelebihan, bisa diekspor ke luar daerah untuk mendongkrak
pembangunan ekonomi Kabupaten Demak.
Larasati (2017) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Sektor Basis
Dan Sektor Unggulan Pembangunan Daerah Dan Strategi Pembangunannya (Studi
Kasus Di Kabupaten Magelang Tahun 2011-2015)". PDRB Kabupaten Magelang
dan PDRB Provinsi Jawa Tengah merupakan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Analisis Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), Klassen Typology,
dan SWOT merupakan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan temuan kajian, sektor ekonomi yang menjadi tumpuan wilayah
Kabupaten Magelang antara tahun 2011 hingga 2015 adalah sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor penyediaan
air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor, sektor transportasi dan perdagangan,
sektor penyediaan akomodasi, dan makan minum. sektor informasi dan
komunikasi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan
jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa lainnya.
Pynatih (2017) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Sektor Unggulan
Dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Tabanan". PDRB Provinsi Bali
dan Kabupaten Tabanan menjadi variabel yang dipertimbangkan dalam penelitian
ini. Analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS) merupakan teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan temuan perhitungan Location
Quotient (LQ) studi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib, sektor real estate, sektor jasa lainnya, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi; dan
sektor informasi dan komunikasi semuanya termasuk dalam sektor basis. Sektor
perdagangan besar dan eceran. reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum, sektor jasa perusahaan, sektor industri pengolahan,
sektor jasa keuangan dan asuransi berpotensi untuk dikembangkan untuk membantu
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan karena mempunyai nilai LQ rata-rata
mendekati satu.
Berdasarkan empat jurnal penelitian terdahulu, diperoleh keseluruhan hasil-
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu menggunakan PDRB
sebagai variabel penelitian, dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis
Shift Share (SS) sebagai teknik analisis utama. Selain itu, juga terdapat peneliti
yang menggunakan analisis Klassen Typologi, analisis Model Rasio Pertumbuhan,
dan analisis SWOT. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
penelitian ini menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location
Quotient (DLQ) sebagai analisis untuk menentukan sektor basis serta menggunakan
analisis Klassen Typologi dan Shift Share (SS). Sedangkan penelitian terdahulu
tidak menggunakan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) sebagai analisis
untuk menentukan sektor basis masa mendatang. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan data laju pertumbuhan PDRB. Penelitian kali ini untuk
memperdalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khatimah et al. (2013)
dimana ini menguji sektor basis di Kabupaten Demak untuk memperjelas hasil
penelitian mengenai sektor basis dengan periode penelitian tahun 2015-2020.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar


Penelitian dilakukan di Kabupaten Demak selama periode dari tahun 2015
sampai tahun 2020 dengan objek penelitian berfokus pada sektor basis Kabupaten
Demak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
ini digunakan untuk menganalisis sektor perekonomian apa saja yang menjadi basis
di wilayah Kabupaten Demak yang mendorong pembangunan ekonomi daerah,
sehingga dapat dijadikan sektor unggulan Kabupaten Demak.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data sekunder
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Demak dan Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, data yang dihimpun atas dasar harga konstan.
Penelitian ini mengkaji 5 sektor di Kabupaten Demak meliputi sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri
pengolahan; sektor perdagangan besar dan eceran; serta sektor jasa Pendidikan.
Penelitian ini menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan dari Kabupaten
Demak dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2020. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan data laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Demak dan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2020.

3.3 Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis Location Quotient
(LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Klassen Typology, dan Shift Share.
Berikut penjelasannya:
a. Location Quotient (LQ)
Adalah metode analisis yang membandingkan pentingnya suatu sektor
atau industri secara lokal dengan pentingnya sektor atau industri secara
nasional. Melalui penggunaan teknik analisis ini, daerah dapat memperoleh
gambaran luas tentang sektor basis dan sektor non basis suatu perekonomian
di wilayah geografis tertentu yang berdampak besar terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah, yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan daerah
dengan optimal (Setiawan, 2020).
Rumus Location Quotient (LQ) :

Dimana :
vi = PDRB sektor i Kabupaten Demak
vt = PDRB total Kabupaten Demak
Vi = PDRB sektor I Provinsi Jawa Tengah
Vt = PDRB total pada Provinsi Jawa Tengah
Apabila hasil perhitungan menunjukkan LQ > 1 berarti meru- pakan
sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1 berarti bukan
sektor basis (sektor lokal/impor).

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)


Metode analisis yang digunakan untuk menentukan seberapa
signifikan suatu sektor ekonomi telah berubah dalam wilayah geografis
tertentu dan bagaimana sektor tersebut berkembang jika dibandingkan dengan
sektor serupa di wilayah geografis yang lebih luas. Dengan bantuan rumus
perhitungan berikut, dimungkinkan untuk menentukan nilai DLQ suatu sektor
ekonomi tertentu:

Dimana :
DLQ = Indeks potensi sektor i di daerah kab/kota
gj = Laju pertumbuhan sektor i di daerah kab/kota
Gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di daerah kab/kota
gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di provinsi
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Kemungkinan nilai indeks DLQ yang diperoleh adalah:
1. DLQ ≥ 1: maka potensi perkembangan sektor i di kab/kota lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi dan masih dapat
diharapkan untuk menjadi sektor basis dimasa yang akan datang.
2. DLQ < 1: maka potensi perkembangan sektor i di kab/kota lebih lambat
dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi dan sektor tersebut
tidak dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis dimasa yang akan
datang.

Gabungan LQ dan DLQ:


Setelah dilakukan analisis SLQ dan DLQ selanjutnya akan di analisis
posisi yang dialami oleh suatu sektor perekonomian guna mengetahui
perubahan posisi yang mungkin akan dialami (Setiawan, 2020), dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai LQ ≥ 1 dan DLQ ≥ 1, berarti sektor perekonomian tersebut
akan tetap menjadi sektor basis baik sekarang maupun dimasa
mendatang.
2. Jika nilai LQ ≥ 1 dan DLQ < 1, berarti sektor perekonomian tersebut
akan mengalami perubahan posisi dari sektor basis menjadi sektor non
basis dimasa mendatang.
3. Jika nilai LQ ≤ 1 dan DLQ ≥ 1, berarti sektor perekonomian tersebut
mengalami perubahan posisi dari sektor non basis menjadi sektor basis
dimasa mendatang.
4. Jika nilai LQ≤ 1 dan DLQ ≤ 1, berarti sektor perekonomian tersebut
akan tetap menjadi sektor non basis baik sekarang maupun dimasa
mendatang.

c. Klassen Typology
Analisis Tipologi Klassen didasarkan pada dua pendekatan: metode
sektoral untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dan dominan di setiap
wilayah dan pendekatan wilayah untuk mendapatkan pemahaman umum
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah. Tipologi
Klassen pendekatan regional pada dasarnya mengklasifikasikan wilayah
berdasarkan dua metrik utama: pertumbuhan ekonomi regional dan
pendapatan per kapita regional. Pembagian wilayah menggunakan tipologi
Klassen metode sektoral berdasarkan temuan perhitungan Location Quotient
dan Shift Share (Puspitawati, 2013).

d. Shift Share
Merupakan salah satu tehnik analisis dalam Ilmu Ekonomi Regional
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi
dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah (Sjafrizal, 2014).
Analisis Shift-Share juga membandingkan perbedaaan laju pertumbuhan
berbagai sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional dengan
mengisolasikan berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur
industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun
waktu berikutnya (Tarigan, 2006).

3.4 Definisi dan Konsep Pengukuran Variabel


Penelitian ini menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan dari
Kabupaten Demak dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2020. Selain itu
penelitian ini juga menggunakan data laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten
Demak dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2020. Total nilai bruto yang
dihasilkan oleh semua sektor ekonomi daerah dikenal sebagai produk domestik
regional bruto (PDB) daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah
metrik penting untuk menilai keadaan ekonomi lokal selama periode waktu tertentu,
baik dengan harga konstan atau harga berlaku. Laju pertumbuhan PDRB
menggambarkan peningkatan produksi barang dan jasa suatu wilayah selama
periode waktu tertentu.
BAB IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Kondisi Geografis


Salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten
Demak. Wilayah Kabupaten Demak terletak pada koordinat 6°43'26" - 7°09'43"
Lintang Selatan dan 110°27'58" 110°48'47" Bujur Timur, menurut Badan Pusat
Statistik Kabupaten Demak (2018). Kabupaten Demak memiliki wilayah
administrasi seluas 89.743 ha yang terbagi menjadi 14 kecamatan, 243 desa, dan 6
kelurahan. Secara administratif Kabupaten Demak berbatasan di sebelah utara
dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Laut Jawa, sebelah timur dengan
Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah selatan dengan Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Semarang, dan sebelah barat dengan Kota Semarang.
Jarak terjauh kemudian 49 km dari barat ke timur dan 41 km dari utara ke selatan.

Sumber: https://demakkab.go.id/publikasi/geografi

Kabupaten Demak dilihat dari ketinggian terletak antara 0 sampai 100 meter
di atas permukaan laut. Dari segi tekstur tanah, terdapat 40.677 ha tekstur tanah
sedang dan 49.066 ha tekstur tanah halus di wilayah Kabupaten Demak. Kabupaten
Demak sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian
dengan seluas 52.315 ha (58,29%) merupakan lahan sawah, dan selebihnya berupa
lahan kering.

4.2 Keadaan Pertanian


Sektor yang paling padat karya adalah sektor pertanian, diikuti oleh
perdagangan dan jasa. Mengingat luasnya lahan pertanian di Kabupaten Demak,
pertanian merupakan industri yang paling banyak menyumbang penyerapan tenaga
kerja. Pendataan rumah tangga petani padi, jagung, kedelai, dan tebu yang
dilakukan BPS Kabupaten Demak pada tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah
rumah tangga petani padi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha pertanian
lainnya. Karena banyaknya rumah tangga pertanian yang menanam padi, maka
kepemilikan tanah setiap rumah tangga semakin sedikit. Sebagian besar dari
mereka, juga dikenal sebagai petani kecil, hanya memiliki lahan pertanian seluas
0,5 hektar atau kurang. Persentase petani gurem terbanyak di Kecamatan Guntur,
kemudian Mranggen, Gajah, dan Karangawen yang mencapai 70%.
Sebagian besar tanah di Kabupaten Demak digunakan untuk pertanian dan
belum dipisahkan menjadi irigasi teknis atau sederhana, meskipun dialirkan oleh
saluran irigasi. Lahan tersebut terdiri dari 61,48% sawah irigasi dan 1,37% sawah
tadah hujan. Sawah di Kabupaten Demak tadah hujan, namun sangat produktif
karena curah hujan yang tinggi dan rata-rata 85 hari basah per tahun yang
menghidupi mereka. Pemukiman yang menempati 12,65% dari luas wilayah
Kabupaten Demak merupakan penggunaan lahan terbesar kedua. Ukuran
komunitas ini telah berkembang sejak tahun 2001 untuk mengakomodasi
meningkatnya permintaan perumahan dan kegiatan lainnya. Daerah pesisir di
Kabupaten Demak digunakan sebagai tambak dalam bentuk penggunaan empang
karena wilayah Kabupaten Demak berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

4.3 Kondisi Iklim


Kabupaten Demak mengalami 40 hingga 128 hari hujan dengan curah hujan
berkisar antara 346 mm hingga 2.944 mm pada tahun 2017 di wilayah Demak,
menurut Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (2018). Dengan kondisi
tersebut, Kabupaten Demak dapat dikatakan memiliki curah hujan yang cukup
tinggi. Kabupaten Demak yang mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian
diuntungkan dengan curah hujan yang relatif tinggi ini karena lahan pertanian
mendapatkan pasokan air yang cukup sehingga lahan yang ada menjadi lebih subur
dan terhindar dari kekeringan akibat kekeringan. Hal ini dikarenakan wilayah
Kabupaten Demak merupakan daerah pertanian. kekurangan air. Daerah Mijen
memiliki jumlah hari hujan terbanyak, sedangkan daerah Jatirogo memiliki jumlah
curah hujan tertinggi.

4.4 Kondisi Demografis


Kabupaten Demak berpenduduk 2.407.912 jiwa pada tahun 2020, menurut
data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2021) yang terdiri dari
1.215.640 laki-laki dan 1.192.272 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2019,
jumlah ini meningkat sebanyak 82.302. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa antara
tahun 2013 dan 2020 terjadi pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Kabupaten
Demak memiliki kepadatan penduduk sebesar 26,831 jiwa per kilometer persegi
pada tahun 2020 dan rasio jenis kelamin penduduk sebesar 102. Rasio jenis
kelamin Kabupaten Demak mengukur berapa jumlah laki-laki terhadap
perempuan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Demak serta
kepadatan penduduknya antara tahun 2013 dan 2020 diuraikan di bawah ini.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk berdasarkan Jenis
Kelamin di Kabupaten Demak Tahun 2013-2020
Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
2013 1.084.638 1.104.352 2.188.990 24,392 98,21
2014 1.096.136 1.116.282 2.212.418 24,653 98,20
2015 1.107.748 1.128.062 2.235.810 24,913 98,20
2016 1.118.976 1.139.620 2.258.596 25,167 98,19
2017 1.130.204 1.151.146 2.281.350 25,421 98,18
2018 1.140.962 1.162.630 2.303.592 25,669 98,14
2019 1.151.790 1.173.820 2.325.610 25,914 98,12
2020 1.215.640 1.192.272 2.407.912 26,831 102
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2021), data diolah
BAB V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menurut Launingtyas (2017) pembangunan ekonomi merupakan aspek


terpenting dalam kerangka pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mangilaleng dkk, (2015) menjelaskan
pembangunan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
ekonomi daerah, karena pembangunan daerah pada dasarnya adalah pelaksanaan
pembangunan nasional di wilayah tertentu yang sesuai dengan kemampuan
ekonomi daerah. Indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi, karena pembangunan ekonomi sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Yuuhaa & Cahyono (2012) menyebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan
ekonomi daerah harus dilaksanakan sebesar-besarnya melalui kegiatan ekonomi
sektor-sektor potensial yang nantinya akan berkembang menjadi sektor-sektor
basis. Menurut Yuwono (2000) sektor basis adalah sektor perekonomian andalan
serta menjadi unggulan. Sektor andalan adalah sektor yang laju pertumbuhannya
tinggi dan memberikan nilai tambah yang besar serta nilai kedepannya yang
semakin besar terhadap PDRB.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Demak dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian ini menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan tahun
2015-2020. Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis Location
Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Klassen Typology, dan Shift
Share.
Analisis LQ dan DLQ
Kabupaten Demak Tahun 2015-2020
No Sektor LQ DLQ
Pertanian, kehutanan, dan
1. 1,64 0,17 LQ > 1 dan DLQ <1
perikanan
2. Pertambangan dan penggalian 0,18 0,01 LQ < 1 dan DLQ < 1
3. Industri pengolahan 0,84 7,25 LQ < 1 dan DLQ >1
Perdagangan besar dan eceran;
4. 1,17 1,01 LQ > 1 dan DLQ > 1
reparasi mobil dan sepeda motor
5. Jasa pendidikan 1,08 0,59 LQ > 1 dan DLQ < 1
Sumber: data diolah

Berdasarkan analisis LQ dan DLQ diperoleh hasil bahwa sektor pertanian,


kehutanan, dan perikanan memiliki nilai LQ > 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan telah mengalami reposisi dan tidak bisa
diharapkan untuk menjadi basis dimasa yang akan datang. Sektor pertambangan
dan penggalian memiliki nilai LQ < 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa sektor
pertambangan dan penggalian belum mengalami reposisi dan tetap menjadi sektor
non basis. Sektor industri pengolahan memiliki nilai LQ < 1 dan DLQ > 1
menandakan bahwa sektor industri pengolahan telah mengalami reposisi dari sektor
non basis menjadi sektor basis. Sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran
LQ > 1 dan DLQ > 1 menandakan bahwa sektor tersebut basis masa ini tetap
menjadi basis dimasa yang akan datang. Sektor jasa pendidikan memiliki nilai LQ
> 1 dan DLQ < 1 mengalami reposisi dari basis menjadi non basis.

Analisis Klassen Typology


Kabupaten Demak Tahun 2015-2020
No Sektor
Pertanian, kehutanan, dan
1. subsektor maju tetapi
rik<ri yik>yi
perikanan tertekan
Sektor relatif
2. Pertambangan dan penggalian rik < ri yik < yi
tertinggal
Sektor
3. Industri pengolahan rik > ri yik < yi
berkembang cepat
Perdagangan besar dan eceran; Sektor maju dan
4. rik > ri yik > yi
reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh cepat
Sektor maju dan
5. Jasa pendidikan rik > ri yik > yi
tumbuh cepat
Sumber: data diolah

Dalam analisis klassen typology dari 5 sektor, hasil yang diperoleh sejalan
dengan hasil perhitungan LQ dan DLQ. diperoleh hasil bahwa sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan merupakan sektor maju tetapi tertekan. Untuk sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor relatif tertinggal. Sektor industri
pengolahan di Kabupaten Demak merupakan sektor berkembang cepat. Sedangkan
sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan merupakan sektor
maju dan tumbuh cepat.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi sektor maju tetapi
tertekan. Hal ini dipengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Berdasarkan
penelitian di Kecamatan Sayung sendiri alih fungsi lahan dari tahun 2012-2015
menunjukkan penurunan luas lahan yang cukup tinggi. Pada tahun 2012 luas lahan
2.136 ha menurun menjadi 1.417 pada tahun tahun 2015. Alih fungsi lahan tersebut
dipengaruhi beberapa faktor dan paling banyak dengan persentase 41% dipengaruhi
oleh kebutuhan ekonomi. Berikut tersaji dalam gambar:
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang telah mengalami reposisi dari
sektor non basis menjadi sektor basis masa mendatang serta menjadi sektor
berkembang cepat. Di Kabupaten Demak sendiri terdapat kawasan industri seperti
Jateng Land Industrial Park Sayung, Bintoro Industrial Park, dll. Kabupaten Demak
juga terdapat pabrik-pabrik seperti: PT Delta Dunia Sandang Tekstil, PT Struktur
Baja Ringan Indonesia, PT Sanfood Prima Makmur, dll. Keberadaan kawasan
industri dan pabrik-pabrik tersebut mendorong sektor industri pengolahan masa
mendatang menjadi sektor yang basis dan sektor berkembang cepat. Selain itu
pembangunan jalan tol Semarang-Demak juga dapat mendorong sektor industri
pengolahan di Kabupaten Demak menjadi sektor yang basis masa mendatang.
Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi sektor basis di saat ini maupun
masa mendatang serta menjadi sektor maju dan tumbuh cepat di Kabupaten Demak.
Hal ini dipengaruhi kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak seperti banyaknya
pasar. Pasar-pasar di Kabupaten Demak seperti Pasar Tradisional Bintoro Demak,
Pasar Tradisional Buyaran, Pasar Jebor, Pasar Gajah, Pasar Wonosalam, Pasar
Krempyeng Demak, dan lainnya. Pedagang-pedagang disekitaran Masjid Agung
Demak dan Makam Sunan Kalijaga. Pasar dengan banyaknya pedagang tersebut
menjadi salah satu penopang perputaran kegiatan ekonomi di Kabupaten Demak
dan mendatangkan konsumen atau pedagang dari daerah lain.
Sektor jasa pendidikan menjadi sektor basis di saat ini mengalami reposisi
menjadi non basis di masa depan memiliki menjadi sektor maju dan tumbuh cepat
di Kabupaten Demak. Sektor jasa Pendidikan didukung dengan sekolah-sekolah
favorit di Kabupaten Demak seperti SMA N 1 Demak, SMK N 1 Demak, SMA
Unggulan Islamic Centre Demak, SMA Muhammadiyah 1 Darussalam Demak.
Perguruan tinggi di Demak
ada Universitas Sultan Fatah. Sub sektor pendidikan menjadi non basis di masa depan
tetapi roda perekonomiannya masuk ke dalam pendidikan informal atau religi. Kabupaten
Demak terkenal sebagai kota wali sehingga banyak pondok pesantren yang
santrinya tidak hanya berasal dari daerah sendiri melainkan santri- santri dari luar
daerah. Pondok pesantren di Kabupaten Demak seperti Pondok Pesantren Bustanu
Usysyaqil Qur'an Demak, Pondok Pesantren At-Taslim, Ponpes Al Fattaah.
Analisis Shift Share
Kabupaten Demak Tahun 2015-2020 (dalam jutaan rupiah)
Komponen Perubahan
Lapangan usaha
No Bauran Keunggulan Efek
/ sektor Pertumbuhan
industri kompetitif alokasi
Pertanian,
1. kehutanan, dan
828339,97 -443171,89 -163559,09 -62457,19
perikanan
Pertambangan
2. 14034,73 4935,22 -16734,94 70577,54
dan penggalian
Industri
3. 961916,62 -359759,43 588829,81 -194040,66
pengolahan
Perdagangan
4. 575748,54 -64258,59 40868,15 4010,99
besar dan eceran
5. Jasa pendidikan 135266 55988,75 2251,25 55,87

Sumber: data diolah

Efek Alokasi Perubahan Struktur 5 Sektor


Kabupaten Demak Tahun 2015-2020 (dalam jutaan rupiah)
Komponen
Efek Keunggulan
No Sektor Definisi
Alokasi Spesialisasi kompetitif
(rij - rin)
Pertanian,
Competitive
1. kehutanan,
disadvantage, -62457,19 1362728,38 -0,04583
dan perikanan
specialize

Pertambangan Competitive
2. dan disadvantage,
penggalian 70577,54 -254999,39 -0,27678
not specialized

Competitive
Industri
3. advantage, not
pengolahan
-194040,66 -1365630,74 0,14209
specialized

Perdagangan Competitive
4. besar dan advantage,
eceran 4010,99 243440,05 0,01648
specialized

Competitive
Jasa
5. advantage,
pendidikan
55,87 14461,7 0,00386
specialized

Sumber: data diolah

Dalam analisis shift share dan efek alokasi perubahan struktur 5 sektor di
Kabupaten Demak diperoleh hasil bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan ada efek alokasi yang menekan sektor tersebut dan sektor ini tidak
memiliki keunggulan kompetitif yang artinya sektor ini masih kalah bersaing
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor pertambangan dan
penggalian tidak terspesialisasi dan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif namun belum terspesialisasi dan ada efek alokasi yang menekan sektor
industri pengolahan di Kabupaten Demak. Sektor industri pengolahan harus
dispesialisasikan agar mendorong sektor tersebut menjadi lebih maju dan menjadi
sektor basis masa mendatang. Selain itu pengembangan wilayah di Kabupaten
Demak harus dilihat zona-zonanya agar pengembangan satu sektor tidak menekan
sektor yang lain.
Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi. Sektor jasa pendidikan juga
menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi.
Kedua sektor ini harus dipertahankan karena kedua sektor ini dapat menjadi
topangan ekonomi di Kabupaten Demak.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis LQ DLQ diperoleh hasil bahwa sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan memiliki nilai LQ > 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan telah mengalami reposisi dan tidak bisa
diharapkan untuk menjadi basis dimasa yang akan datang, Dalam analisis klassen
typology sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi sektor maju tetapi
tertekan. Sektor pertambangan dan penggalian dalam analisis LQ DLQ memiliki
nilai LQ < 1 dan DLQ < 1 menandakan bahwa sektor pertambangan dan penggalian
belum mengalami reposisi dan tetap menjadi sektor non basis. Dalam analisis
klassen typology sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor relatif
tertinggal.
Sektor industri pengolahan dalam analisis LQ DLQ memiliki nilai LQ < 1
dan DLQ > 1 menandakan bahwa sektor industri pengolahan telah mengalami
reposisi dari sektor non basis menjadi sektor basis. Dalam analisis klassen typology
sektor industri pengolahan menjadi sektor berkembang cepat. Sedangkan sektor
perdagangan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan dalam analisis LQ DLQ
memiliki nilai LQ > 1 dan DLQ > 1 menandakan bahwa dua sektor tersebut tetap
menjadi basis pada saat ini dan masa yang akan datang. Dalam analisis klassen
typology sektor perdaganganan besar dan eceran serta sektor jasa pendidikan
menjadi sektor maju dan tumbuh cepat
Dalam analisis shift share dan efek alokasi perubahan struktur 5 sektor di
Kabupaten Demak diperoleh hasil bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan ada efek alokasi yang menekan sektor tersebut dan sektor ini tidak
memiliki keunggulan kompetitif yang artinya sektor ini masih kalah bersaing
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Untuk sektor pertambangan dan
penggalian tidak terspesialisasi dan tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang memiliki keunggulan
kompetitif namun belum terspesialisasi dan ada efek alokasi yang menekan sektor
industri pengolahan di Kabupaten Demak. Sektor perdagangan besar dan eceran
menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan sudah terspesialisasi.
Sektor jasa pendidikan juga menjadi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif
dan sudah terspesialisasi.

6.2 Saran
Saran untuk pengembangan sektor perdagangan besar dan eceran serta di
Kabupaten Demak yang menjadi sektor yang basis dan maju tumbuh cepat untuk
dijadikan sektor prioritas yang dikembangkan dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah Kabupaten Demak. Karena sektor perdagangan besar dan
eceran menjadi topangan ekonomi masyarakat Kabupaten Demak dan juga
mendatangkan pendapatan dari luar wilayah Kabupaten Demak.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang saat ini menjadi sektor basis
namun dimasa mendatang reposisi menjadi sektor non basis dan sektor maju tetapi
tertekan juga harus diperhatikan. Pemerintah Kabupaten Demak harus mengontrol
alih fungsi lahan pertanian, memberikan bantuan baik alat-alat pertanian, pupuk,
modal, dan lainnya agar sektor pertanian tetap menjadi sektor yang basis. Selain itu
pemberdayaan petani secara konsisten juga penting dilakukan. Sektor pendidikan
yang harus lebih diperhatikan dikarenakan banyak anak muda yang lebih memilih
sekolah non formal seperti pondok pesantren dikarenakan cara belajar atau media
belajar dari pesantren lebih menarik dibandingkan cara mengajar formal seperti sd
sampai sma/smk.
Sektor industri pengolahan yang saat ini menjadi sektor non basis, namun
masa mendatang mengalami reposisi menjadi sektor basis. Sektor industri
pengolahan juga menjadi sektor yang berkembang cepat. Sektor industri
pengolahan harus diperhatikan terutama spesialisasi dari sektor ini. Pembangunan
kawasan industri sesuai pada zona kuning penting dilakukan agar tidak menekan
alokasi dari sektor lainnya. Selain itu Pemerintah Kabupaten Demak harus
memperhatikan dalam pembangunan yang sesuai zona agar tidak saling menekan
sektor lainnya. Untuk sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Demak
menjadi sektor non basis masa kini dan masa mendatang. Serta menjadi sektor
relatif tertinggal. Pemerintah Kabupaten Demak harus hati-hati dalam pendanaan
pada sektor ini, agar dana yang dikeluarkan tidak besar karena sektor pertambangan
dan penggalian di Kabupaten Demak sulit dikembangkan menjadi sektor basis.
DAFTAR PUSTAKA
Khatimah, K., Supardi, S., & Rahayu, W. (2013). Analisis Peranan Sektor Pertanian
Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Demak. Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1(1).
Larasati, N. D. (2017). Analsis Sektor Basis Dan Sektor Unggulan Pembangunan
Daerah Dan Strategi Pembangunannya (Studi Kasus Di Kabupaten Magelang
Tahun 2011-2015). Naskah Publikasi Karya Ilmiah. 4(3): 1–23.
Launingtiyas, M. (2017). Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor
Unggulan dan Strategi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Batang
Tahun 2012-2016). Jurnal Fakultas Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. 4(1).
Mangilaleng, E. J., Rotinsulu, D., & Rompas, W. (2015). Analisis Sektor Unggulan
Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 15(4): 193–
205.
Puspitawati, L. T. (2013). Analisis perbandingan faktor-faktor penyebab
ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di kawasan kedungsapur.
Economics Development Analysis Journal. 2(2).
Pynatih, N. M. N. (2017). Analisis Sektor Unggulan Dan Potensi Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten Tabanan. Jurnal Majalah Ilmiah Untab. 14(2).
Rudiantho, J., 1 , S., Siburian, A., Harmain, U., & Purba, T. (2021). Komoditas
Unggulan dan Potensial Sektor Pertanian Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara The Leading and Potential Commodity of Agriculture
Sectorin Simalungun Regency, North Sumatra Province. 4(1), 51–62.
https://doi.org/10.37637/ab.v4i1.633
Setiawan, F. (2020). Analisis Potensi Sektor Basis Dan Non Basis Kota Sabang
Tahun 2013-2019. Al-Ijtimai: International Journal of Government and
Social Science. 6(1): 89-104.
Tarigan, Robinson. (2006). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yuuhaa, M. I. W., & Cahyono, H. (2012). Analisis penentuan sektor basis dan
sektor potensial di kabupaten lamongan. Jurnal Fakultas Ekonomi Unesa,
Surabaya. 2(1).
Yuwono, P. (2000). Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pembangunan. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.

Anda mungkin juga menyukai