Anda di halaman 1dari 7

Jakarta, 19 September 2022

No.Ref: EXT/11107/Adm.Perda/Prog./KPPOD/190922

Kepada Yth.
Bupati Trenggalek
H. Mochamad Nur Arifin
Di Tempat

Perihal: Permohonan Wawancara

Dengan Hormat,

Dalam rangka mendukung impelementasi penguatan daya saing daerah berkelanjutan di daerah KPPOD
bersama Terra Komunika, dan Kinara Indonesia mendorong inisiatif Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan
(IDSDB). Program ini secara garis besar terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu penyusunan Indeks Daya Saing
Daerah Berkelanjutan, pengarusutamaan narasi berkelanjutan, dan pendampingan peningkatan kapasitas
pemerintah daerah.

Saat ini, kegiatan penyusunan Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan sedang dalam proses pengolahan data
yang diperoleh dari sejumlah instansi pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. Sebagai bagian dari proses ini,
tim peneliti akan melakukan kajian pendalaman di sejumlah kabupaten untuk memperkaya substansi indeks
dan mendapatkan materi penyusunan pelatihan investasi berkelanjutan bagi daerah. Agenda kunjungan
lapangan ini merupakan tindak lanjut atas MoU antara tim peneliti IDSDB dengan Asosiasi Pemerintah
Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dengan nomor No: EXT/11106/Prog.MoU/KPPOD-DSDB
Kolaborasi/2022 terkait pengembangan dan implementasi Daya Saing Daerah Berkelanjutan di Indonesia.

Menindaklanjuti hal tersebut, kami ingin meminta kesediaan Pemerintah Kabupaten Trenggalek (list dinas
terlampir) untuk berkenan menjadi narasumber dalam studi lapangan yang akan kami laksanakan pada tanggal
6 Oktober 2022 s.d 10 Oktober 2022. Teknis wawancara dilakukan secara offline dimana tim peneliti akan
berkunjung ke daerah dan melakukan pendalaman materi. Tim peneliti juga membuka opsi online bilamana
selama durasi waktu tersebut pimpinan di instansi berhalangan.

Demikian permohonan wawancara ini kami sampaikan, atas perhatian dan kesediaan Bapak, kami ucapkan
terima kasih.

Hormat kami,

Herman N. Suparman
Direktur Eksekutif

Tembusan:

1 Sekretaris Daerah
2 Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda)
3 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
4 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Perdagangan
5 Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup
6 Dinas Pendapatan Daerah
7 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
8 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
9. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak
10 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
11 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Lampiran: Kerangka Acuan

Term of Reference
Studi Lapangan Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan

INDEKS DAYA SAING DAERAH BERKELANJUTAN

I. Latar Belakang`

Dalam rangka mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, pemerintah memiliki
instrumen strategis berupa kebijakan dan program peningkatan daya saing (sustainable
competitiveness). Fakta problematiknya, kajian IDSDB 2020 menunjukkan bahwa daya saing
kabupaten pada umumnya berada pada level sedang, timpang secara kewilayahan (sebaran daya
saing daerah 71.94 persen berada di bagian barat Indonesia) serta belum dibangun sepenuhnya di
atas pilar-pilar berkelanjutan. Pilar lingkungan lestari, ekonomi tangguh, sosial inklusif, dan tata kelola
yang baik, belum memiliki posisi yang setara dan kontribusi yang sama dalam menciptakan dan
menentukan daya saing daerah berkelanjutan. Dari kebijakan tersebut didesain perencanaan dan
penganggaran dan strategi fokus bagi penyusunan kegiatan yang mengarah kepada implementasi
kerangka daya saing daerah.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) sebagai lembaga dan individu, sebagai
stakeholder-praktisi-akademisi yang fokus pada isu ini akan melaksanakan kajian Daya Saing Daerah
Berkelanjutan. Program ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan terhadap kerangka indeks
daya saing daerah berkelanjutan (IDSDB) yang merupakan alat ukuran daya saing daerah
berkelanjutan di Indonesia. Muaranya, pelaksanaan program ini diharapkan memberikan alat metodis
bagi pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam menilai keberlanjutan daya saing daerah sekaligus
menjadi arena saling belajar atas praktik-praktik inovatif maupun tantangan daerah lain dalam
peningkatan daya saing daerah berkelanjutan. Lebih dari itu, indeks diharapkan menjadi pedoman
bagi daerah dalam penyusunan kebijakan daerah, terutama dalam proses penyusunan dokumen
perencanaan daerah (RKPD) dan portofolio investasi daerah.

Pelaksanaan pengukuran IDSDB mencakup tiga kegiatan utama yang terdiri dari (1) Indeks:
merumuskan dan mengukur daya saing daerah berkelanjutan serta membangun database daya saing
daerah berkelanjutan; (2) Komunikasi: memperkuat strategi komunikasi dan advokasi melalui
publikasi media massa dan media sosial; softlaunching; webinar series; awarding, dan investment
forum; serta (3) Asistensi Teknis: penyiapan materi dan diklat peningkatan kapasitas bagi pemda.
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama dua tahun dimana pengembangan indeks dan manajemen
database dilakukan di tahun pertama dan di tahun kedua berfokus pada proses kolateral komunikasi
dan finalisasi pemeringkatan IDSDB.

Progress terkini terkait pelaksanaan pengukuran IDSDB telah mencapai tahapan penyempurnaan
hasil indeks. Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan diukur dengan menggunakan data sekunder
yang bersumber dari instansi pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Kementerian/Lembaga terkait. Namun, indeks ini membutuhkan penyempurnaan dari sisi substansi
sehingga tim peneliti melakukan studi lapangan ke daerah sebagai langkah konfirmatif atas temuan
yang diperoleh dalam tipologi hasil pengukuran indeks. Selain itu, kunjungan ke daerah dimaksudkan
untuk memperoleh data terkait analisis potensi dan kebermasalahan investasi berkelanjutan di
daerah. Data tersebut akan dijadikan materi untuk penyusunan modul asistensi teknis pelatihan
investasi berkelanjutan daerah.

Mengalir dari konteks tersebut, KPPOD hendak mengadakan wawancara dengan sejumlah instansi
terkait di daerah untuk memperkaya hasil pengukuran indeks yang telah disusun oleh tim program..
Agenda kunjungan lapangan ini merupakan tindak lanjut atas MoU antara tim peneliti IDSDB dengan
Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dengan nomor No:
EXT/11106/Prog.MoU/KPPOD-DSDB Kolaborasi/2022 terkait pengembangan dan implementasi Daya
Saing Daerah Berkelanjutan di Indonesia.

II. Kerangka Indeks


Daya saing dalam konteks kedaerahan di Indonesia tidak mendegradasi esensi daya dukung
produktivitas yang sudah dikenal secara umum. Dengan beragam persoalan pada aspek lingkungan,
ekonomi, dan sosial di daerah, tentu upaya peningkatan produktivitas tersebut jangan sampai
menimbulkan ketidakseimbangan antara ketiga aspek di atas. Daya saing daerah sebagai kemampuan
daerah diharapkan mampu menciptakan produktivitas yang dihasilkan dari proses menjaga
kelestarian lingkungan, kondisi sosial yang inklusif dan harmonis dengan melibatkan praktik tata
kelola pemerintahan daerah yang baik. Pada akhirnya, daya saing daerah berkelanjutan diharapkan
mampu memberikan implikasi positif terhadap kehidupan masa kini dan masa mendatang dengan
memperhatikan keseimbangan 3 P (Planet, People, Profit).
Pada dasarnya, daya saing daerah merupakan hasil interaksi antara input, proses, dan output yang
dimiliki oleh daerah itu sediri. Faktor input dan proses dipandang sebagai faktor pembentuk daya
saing daerah berkelanjutan melalui tata kelola governansi, yang kemudian akan menentukan kinerja
output yang merupakan inti dari dukungan lingkungan lestari, inklusi sosial, dan ekonomi tangguh.
Potret profil daya saing daerah menggambarkan realita daerah dengan melihat faktor pembentuk
daya saing yang dimilikinya serta realisasi potensi dari faktor tersebut oleh daerah.
Pilar lingkungan lestari, ekonomi tangguh, dan inklusi sosial yang menjadi modalitas output karena
penguatan tiga pilar tersebut bergantung pada intervensi kebijakan dari pilar tata kelola. Kinerja pada
pilar-pilar tersebut menjadi cerminan dalam melihat keberhasilan pemda melakukan tata kelola
sebagai input. Intervensi melalui instrumentasi kebijakan sebagai tahapan input dan output pada
akhirnya akan bermuara pada output yang mendongkrak daya saing daerah berkelanjutan secara
agregat. Berikut adalah rincian variabel dan indikator pada empat pilar IDSDB:
1. Lingkungan Lestari
Lingkungan lestari merupakan perwujudan tata kelola SDA sebagai aset terbatas yang memiliki
jasa lingkungan sebagai bagian integral dari aktualisasi kualitas hidup lintas generasi. Pada tataran
implementasi, pembangunan berkelanjutan menjamin kualitas lingkungan, efisensi pengelolaan, dan
ketahanan (resilience) daerah terhadap risiko bencana yang ditimbulkan alam dan manusia dalam
agenda pembangunan daerah. Pilar lingkungan lestari terbentuk atas 3 variabel dan 7 indikator,
yakni:
• Kualitas lingkungan hidup: kualitas air; kualitas udara; kualitas tutupan lahan; dan kualitas
ekosistem gambut.
• Manajemen sumber daya lingkungan: intensitas sampah.
• Resiliensi lingkungan: kapastas daerah dan resiko bencana.
2. Ekonomi Tangguh
Ekonomi tangguh adalah rangkaian proses dan hasil kapitalisasi potensi ekonomi, kemampuan
fiskal, ketersediaan ekosistem investasi, serta infrastruktur. Ketangguhan ekonomi terefleksikan pada
kinerja makroekonomi daerah meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi modal, kontribusi
sektoral, daya beli, dst. Eksistensi pertumbuhan ekonomi menjadi determinan atas upaya penciptaan
kesempatan ekonomi dan lapangan kerja yang turut berkontribusi terhadap pembentukan kekayaan
daerah dan ekonomi berdaya saing. Pilar ekonomi tangguh terdiri atas 5 variabel dan 9 indikator
sebagai berikut. Pilar ekonomi tangguh meliputi sejumlah variabel dan indikator:
• Daya dukung ekonomi berkelanjutan: sektor basis lestari1 dan daya dukung wilayah.
• Kemampuan keuangan daerah: kemandirian fiskal daerah.
• Ekosistem investasi: pertumbuhan investasi daerah dan indeks kemahalan kontruksi.
• Ketenagakerjaan: pertumbuhan angkatan kerja
• Ketersediaan infrastruktur ekonomi: kualitas jalan; rasio elektrifikasi; dan ketersediaan
internet.

3. Inklusi Sosial
Pilar inklusi sosial merupakan kualitas modal manusia dan akses kepada kesempatan ekonomi
dalam upaya peningkatan mutu hidup (kesejahteraan). Tujuan pembangunan sosial-inklusif ialah
meningkatkan keberdayaan seseorang sebagai hasil dari layanan negara maupun capaian mandiri
atas pendidikan, kesehatan, produktivitas, dan semua dimensi krusial guna mencapai perbaikan
kesejahteraan. Pilar ini terdiri atas 4 variabel dan 10 indikator yang meliputi:
• Keunggulan SDM: harapan lama sekolah; prevalensi stunting; harapan hidup; dan indeks gini.
• Kesetaraan gender: pembangunan gender
• Kondusivitas keamanan: tingkat kriminalitas
• Ketersediaan infrastruktur sosial: infrastruktur pendidikan SD; ketersediaan fasilitas
kesehatan; ketersediaan sanitasi layak; dan akses terhadap air minum layak.

4. Tata Kelola Yang Baik


Tata kelola yang baik merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam mendayagunakan
sumberdaya ekonomi, lingkungan, dan sosial secara efisien dan efektif guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah secara berkelanjutan. Proses pendayagunaan
tersebut termanifestasikan dalam interaksi siklikal mulai dari perencanaan, kebijakan, inovasi,
hiingga kinerja kelembagaan. Daerah-daerah yang inovatif akan menjadikan tata kelola sebagai
instrumen untuk bersaing dan mengejar ketertinggalan.
Sejumlah daerah dengan kondisi keterbatasan sumberdaya terbukti mampu untuk mencapai
kemakmuran ekonomi dan pelaksanaan pelayanan publik yang berkualitas. Hal itu tercapai berkat
adanya desain kebijakan, tata kelembagaan dan tata layanan publik yang dibangun secara
kolaboratif pada tataran implementasi. Pilar ini juga mengelaborasikan pendekatan yurisdiksi yang
terdiri atas elemen dokumen perencanaan, kemudian ada kerangka peraturan, kelembagaan

1 Sektor basis lestari merupakan kategorisasi sektor basis berdasarkan daftar taksonomi hijau Otoritas Jasa Keuangan (OJK RI).
multipihak untuk mengatur prioritas bersama, dan terakhir ada juga untuk pemantauan dan
pelaporan2 (Lingkar Temu Kabupaten Lestari, 2019).
Pilar tata kelola yang baik menjadi input dalam upaya peningkatan daya saing daerah mengingat
tata kelola akan menentukan bagaimana arah dan kebijakan yang relevan dalam rangka pencapaian
upaya tersebut. Pilar ini menajdi kunci dan sekaligus menjadi penentu kinerja dari pilar lingkungan,
sosial dan ekonomi tangguh. Tata kelola yang baik menghendaki perubahan perilaku setiap aktor
(market, state, society) yang berimplikasi pada trust and confidence, kesetaraan dan keadilan,
kerjasama dan perbaikan kualitas lingkungan hidup. Penguatan tata kelola yang baik akan bermuara
pada peningkatan daya saing daerah secara berkelanjutan. Kristalisasi atas sejumlah variabel di atas
diterjemahkan dalam pilar tata kelola yang baik dimana pilar ini terdiri atas pada 5 variabel dan 9
indikator meliputi:
• Partisipasi: Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Daerah.
• Akuntabilitas: Kewajaran Informasi Keuangan, Pengendalian dan Pencegahan Korupsi, dan
Kepatuhan Standar Pelayanan Publik
• Transparansi: Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
• Efektivitas: Inovasi Daerah dan Keterbukaan Akses Pelayanan Publik
• Berkelanjutan: Kebijakan Berkelanjutan, Implementasi Transfer Anggaran Kabupaten berbasis
Ekologis (TAKE), Kerjasama Antar Daerah

Kristalisasi atas hasil telaah pustaka di atas membentuk kerangka konseptual pengukuran daya
saing daerah berkelanjutan daerah. Visualisasi atas kerangka konseptual tersebut dapat dilihat dalam
gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1 Kerangka Berpikir Daya Saing Daerah Berkelanjutan

DAYA SAING DAERAH BERKELANJUTAN


OUTPUT

LINGKUNGAN LESTARI EKONOMI TANGGUH INKLUSI SOSIAL TATA KELOLA BAIK

Kualitas Daya Dukung Ekonomi


Keunggulan SDM Partisipasi
Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Manajemen Sumber Kemampuan Kesetaraan Gender Akuntabilitas
Daya Lingkungan Keuangan Daerah

Resiliensi Lingkungan Ekosistem Investasi Kondusivitas Keamanan Transparansi

Ketersediaan Ketersediaan
Efektivitas
Infrastruktur Ekonomi Infrastruktur Sosial

Ketenagakerjaan Berkelanjutan

2Jurisdiction Approach (JA) adalah pendekatan yang dirancang untuk mempromosikan kolaborasi multi-stakeholder untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di seluruh wilayah administrasi.
III. Studi Lapangan
Studi lapangan dilaksanakan untuk mendapatkan perspektif dan pengayaan substansi terhadap hasil
pemeringkatan indeks daya saing daerah berkelanjutan di daerah. Teknis studi lapangan akan
dilakukan dengan dua opsi, opsi pertama yakni kunjungan secara offline dimana tim peneliti akan
berkunjung ke daerah dan melakukan pendalaman materi. Tim peneliti juga membuka opsi online
bilamana selama durasi waktu tersebut pimpinan di instansi berhalangan. Kendati membuka opsi
online, pada akhirnya tim peneliti akan tetap melakukan kunjungan ke daerah untuk melihat kondisi
daerah secara riil dan mengidentifikasi potensi daerah yang ada.

III. Waktu dan Bentuk Kegiatan

Kunjungan lapangan oleh tim peneliti akan dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2022 s.d 10 Oktober
2022

IV. Narasumber
Narasumber yang akan dikunjungi oleh tim peneliti selama melakukan studi lapangan adalah sebagai
berikut:

No Narasumber

1 Kepala Daerah/Sekretaris Daerah

2 Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda)

3 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

4 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Perdagangan

5 Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup

6 Dinas Pendapatan Daerah

7 Badan Penanggulangan Bencana Daerah

8 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

9. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak

10 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

11 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja

12 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

13 LSM/NGO (pegiatan lingkungan/sosial)

14 Pelaku Usaha

Anda mungkin juga menyukai