Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan critical review dengan judul “Pengukuran Peringkat
Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Infrastruktur dan Sumber
Daya Alam, serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara”dengan lancar. Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari
pihak-pihak lain sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan optimal. Sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian paper ini yaitu:
1. Dosen Mata Kuliah Ekonomi Wilayah, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg., dan Ibu
Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. M.Sc.
2. Orangtua yang selalu memberikan motivasi.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan paper ini.
Sekian, semoga paper ini dapat bermanfaat secara luas dan menginspirasi gagasan-
gagasanbarusebagai solusi permasalahan pembangunan wilayah dan kota. Penulis menyadari
bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perubahan paradigma pembangunan di Indonesia dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi pembangunan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah
memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Sebagai konsekuensinya, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dituntut untuk mampu
memahami dan mengelola serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sesuai dengan
wewenang yang dimiliki untuk dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan daerah.
Pengembangan wilayah dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat harus
dilakukan dengan suatu pembangunan yang berkelanjutan. Tingkat daya saing
(competitiveness) merupakan salah satu parameter dalam konsep kota berkelanjutan (World
Bank Institute, 2002). Semakin tinggi tingkat daya saing suatu kota, maka tingkat
kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi. Oleh karena itu, daya saing wilayah
merupakan perihal vital untuk diperhatikan dalam perencanaan pengembangan dan
pembangunan wilayah.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi di Pulau Sulawesi. Dengan
menduduki peringkat ke-18 dari 26 provinsi, tingkat daya saing nasional provinsi ini
tergolong cukup rendah, di mana sangat terkait antara daya saing provinsi dalam skala
nasional dengan daya saing wilayah pada masing-masing kabupaten/kota di provinsi itu
sendiri.
Hal inilah yang mendasari perlunya pengukuran peringkat daya saing wilayah pada tiap-
tiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penentu
daya saing wilayah serta tahapan analisanya. Dalam hal ini, penulis menggunakan studi kasus
penelitian di Provinsi Sulawesi Tenggara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Review Penelitian
Daya saing wilayah, menurut World Bank Institute merupakan salah satu kriteria konsep
kota berkelanjutan (sustainable city). Daya saing wilayah dalam penelitian diukur melalui
variabel yang meliputi perekonomian daerah, infrasruktur dan sumber daya alam, serta
sumber daya manusia. Ketiga variabel ini kemudian dikaitkan dengan kebijakan sektoral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur daya saing wilayah di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di bagian tenggara Pulau Sulawesi memiliki 10
kabupaten dan 2 kota, dengan Kota Kendari sebagai ibu kota provinsi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Armida (2002), Provinsi Sulawesi Tenggara menempati peringkat 18 dari 26
provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki tingkat daya saing yang
relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Pemeringkatan ini tidak lepas dari kemampuan daya saing masing-masing kabupaten/kota.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi serta kemampuan daya
saing tiap kabupaten/kota terhadap daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara.
Variabel-variabel penelitian ini dikembangkan menjadi sub-sub dan spesifikasi sebagai
indikator, antara lain sebagai berikut:
Penentuan bobot atas perbandingan relatif dilakukan dengan menghimpun pendapat dari
stakeholder yang sebagai responden penelitian, yang terdiri dari ahli ekonomi, PKW,
pendidikan, ketenagakerjaan, pertanahan, infrastruktur, industri dan perdagangan, serta
tokoh masyarakat di masing-masing wilayah.
Variabel-variabel ini kemudian dilakukan proses analisis dengan menggunakan analisis
deksriptif kualitatif dengan teknik analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
membandingkan tingkat kepentingan realtif masing-masing kriteria yang diteliti.
Hasil pembobotan tersebut kemudian dibandingkan dengan kebijakan masing-masing
wilayah untuk mengetahui kesesuaian antara indikator unggulan (variabel dengan bobot
tertinggi) di masing-masing wilayah dengan sektor unggulan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah serta peringkat daya saing wilayah dengan sistem perkotaan nasional.
Adapun proses analisa yang dilakukan dapat diperjelas oleh bagan berikut:
Diagram 1. Tahapan Proses Analisa Penelitian
Tahapan tersebut kemudian dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian.
Adapun rangkuman hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Secara umum, jika ditinjau dari 3 variabel berbeda, maka peringkat masing-masing
wilayah cenderung berbeda pula. Adapun dari variabel perekonomian daerah, Kabupaten
Buton, Bombana, dan Konawe menempati peringkat teratas. Sementara jika ditinjau dari
variabel infrastruktur dan sumber daya alam, Kabupaten Konawa, Kolaka, dan Kota Kendari
mnempati peringkat teratas. Bila ditinjau dari variabel sumber daya manusia, Kabupaten
Konawe, Muna, dan Kota Kendari merupakan wilayah dengan peringkat teratas. Di sisi lain,
Kabupaten Wakatobi dan Kolaka Utara memiliki peringkat terendah bila ditinjau dari ketiga
variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing di kedua wilayah tersebut juga
sangat rendah.
Secara umum, dapat disimpulkan wilayah dengan daya saing tertinggi adalah Kabupaten
Konawe, Kota Kendari, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka. Bila dilihat melalui peringkat
daya saingnya yang tinggi, maka penentuan pusat pengembangan di masing-masing wilayah
pengembangan (WP) dirasa sudah sesuai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daya saing wilayah merupakan salah satu ukuran suatu daerah dapat disebut sebagai
kota berkelanjutan. Menurut Porter (2000), konsep daya saing wilayah umumnya dikaitkan
dengan kemampuan suatu wilayah dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan
kompetitif secara berkelanjutan. Daya saing juga diartikan sebagai kemampuan untuk
memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan disamping kemampuan mempertahankan
pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan (Santoso, 2009). Oleh karena itu, daya saing
wilayah perlu diperhatikan dalam menciptakan wilayah yang berkelanjutan. Wilayah yang
memiliki daya saing wilayah akan mampu mengikuti perubahan global, karena terus
berkembang dengan keunggulannya masing-masing.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi dengan daya saing nasional
yang cukup rendah. Hal ini tidak lepas dari kontribusi daya saing kabupaten/kota di wilayah
tersebut. Pengukuran tingkat daya saing dilakukan dengan variabel perekonomian daerah,
infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya manusia. Dengan menghimpun
pendapat para stakeholder terkait, maka diperoleh peringkat wilayah pada tiap variabel dan
pada seluruh variabel, dengan proses analisa AHP. Hasilnya, wilayah dengan daya saing
tertinggi adalah Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka.
Jika dikomparasikan dengan fungsinya, maka Kabupaten Konawe, Kota Kendari, dan
Kabupaten Kolaka, sudah sesuai sebagai pusat-pusat pengembangan. Di sisi lain, wilayah
dengan rata-rata peringkat rendah pada semua variabel antara lain Kabupaten Wakatobi dan
Kolaka Utara. Hal ini dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
menentukan prioritas pembangunan di wilayah tersebut.
Secara umum, hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pemerintah setempat untuk
merumuskan strategi pengembangan wilayah pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tenggara.