Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan critical review dengan judul “Pengukuran Peringkat
Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Infrastruktur dan Sumber
Daya Alam, serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara”dengan lancar. Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari
pihak-pihak lain sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan optimal. Sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian paper ini yaitu:
1. Dosen Mata Kuliah Ekonomi Wilayah, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg., dan Ibu
Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. M.Sc.
2. Orangtua yang selalu memberikan motivasi.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan paper ini.
Sekian, semoga paper ini dapat bermanfaat secara luas dan menginspirasi gagasan-
gagasanbarusebagai solusi permasalahan pembangunan wilayah dan kota. Penulis menyadari
bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 17 Maret 2015

Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perubahan paradigma pembangunan di Indonesia dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi pembangunan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah
memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Sebagai konsekuensinya, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dituntut untuk mampu
memahami dan mengelola serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sesuai dengan
wewenang yang dimiliki untuk dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan daerah.
Pengembangan wilayah dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat harus
dilakukan dengan suatu pembangunan yang berkelanjutan. Tingkat daya saing
(competitiveness) merupakan salah satu parameter dalam konsep kota berkelanjutan (World
Bank Institute, 2002). Semakin tinggi tingkat daya saing suatu kota, maka tingkat
kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi. Oleh karena itu, daya saing wilayah
merupakan perihal vital untuk diperhatikan dalam perencanaan pengembangan dan
pembangunan wilayah.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi di Pulau Sulawesi. Dengan
menduduki peringkat ke-18 dari 26 provinsi, tingkat daya saing nasional provinsi ini
tergolong cukup rendah, di mana sangat terkait antara daya saing provinsi dalam skala
nasional dengan daya saing wilayah pada masing-masing kabupaten/kota di provinsi itu
sendiri.
Hal inilah yang mendasari perlunya pengukuran peringkat daya saing wilayah pada tiap-
tiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penentu
daya saing wilayah serta tahapan analisanya. Dalam hal ini, penulis menggunakan studi kasus
penelitian di Provinsi Sulawesi Tenggara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Review Penelitian
Daya saing wilayah, menurut World Bank Institute merupakan salah satu kriteria konsep
kota berkelanjutan (sustainable city). Daya saing wilayah dalam penelitian diukur melalui
variabel yang meliputi perekonomian daerah, infrasruktur dan sumber daya alam, serta
sumber daya manusia. Ketiga variabel ini kemudian dikaitkan dengan kebijakan sektoral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur daya saing wilayah di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di bagian tenggara Pulau Sulawesi memiliki 10
kabupaten dan 2 kota, dengan Kota Kendari sebagai ibu kota provinsi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Armida (2002), Provinsi Sulawesi Tenggara menempati peringkat 18 dari 26
provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki tingkat daya saing yang
relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Pemeringkatan ini tidak lepas dari kemampuan daya saing masing-masing kabupaten/kota.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi serta kemampuan daya
saing tiap kabupaten/kota terhadap daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara.
Variabel-variabel penelitian ini dikembangkan menjadi sub-sub dan spesifikasi sebagai
indikator, antara lain sebagai berikut:

Tabel 1. Variabel Penelitian


Variabel Sub Variabel Spesifikasi
Perekonomian Nilai Tambah PDRB
Daerah Laju pertumbuhan PDRB
PDRB per kapita
Tabungan Tabungan
Laju pertumbuhan tabungan
Kinerja sektoral Laju pertumbuhan produktivitas sektor
industri
Laju pertumbuhan produktivitas sektor jasa
Laju pertumbuhan produktivitas sektor
pertanian
Infrastruktur Modal Alamiah Ketersediaan dan kualitas sumber daya lahan
dan SDA Ketersediaan dan kualitas sumber daya air
Ketersediaan dan kualitas sumber daya hutan
Modal Fisik Luas wilayah perkotaan
Panjang jalan per luas wilayah perkotaan
Kualitas jalan raya
Produksi listrik
Fasilitas telepon per kapita
Sumber daya Ketenagakerjaan Angka ketregantungan
manusia Angkatan kerja
Presentase angkatan kerja
Presentase penduduk usia produktif/total
penduduk
Jumlah penduduk bekerja
Pengangguran
Pendidikan Tingkat partisipasi siswa
Rasio jumlah pengajar terhadap siswa
Sumber: Irawati, 2012

Penentuan bobot atas perbandingan relatif dilakukan dengan menghimpun pendapat dari
stakeholder yang sebagai responden penelitian, yang terdiri dari ahli ekonomi, PKW,
pendidikan, ketenagakerjaan, pertanahan, infrastruktur, industri dan perdagangan, serta
tokoh masyarakat di masing-masing wilayah.
Variabel-variabel ini kemudian dilakukan proses analisis dengan menggunakan analisis
deksriptif kualitatif dengan teknik analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
membandingkan tingkat kepentingan realtif masing-masing kriteria yang diteliti.
Hasil pembobotan tersebut kemudian dibandingkan dengan kebijakan masing-masing
wilayah untuk mengetahui kesesuaian antara indikator unggulan (variabel dengan bobot
tertinggi) di masing-masing wilayah dengan sektor unggulan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah serta peringkat daya saing wilayah dengan sistem perkotaan nasional.
Adapun proses analisa yang dilakukan dapat diperjelas oleh bagan berikut:
Diagram 1. Tahapan Proses Analisa Penelitian

• Menentukan responden Uji Bobot • Identifikasi kesesuaian


yakni stakeholder yang antara indikator unggulan
ahli di sektor-sektor yang dengan sektor unggulan
terkait dalam bahasan • Mengidentifikasi bobot masing-masing wilayah
penelitian prioritas tiap indikator di • Identifikasi kesesuaian
• Menghimpun pendapat masing-masing variabel antara peringkat daya saing
responden • Mengidentifikasi tingkat daya dengan peringkat sistem
saing antar wilayah perkotaan masing-masing
• Mengidentifikasi perbedaan wilayah
peringkat daya saing antara
Pengumpulan kabupaten/kota di daratan Uji Komparasi
Data dan kepulauan

Sumber: Analisis, 2015

Tahapan tersebut kemudian dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian.
Adapun rangkuman hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Penelitian


Kabupaten/Kota Fungsi Variabel Peringkat
Perekonomian Infrastruktur SDM daya saing
Daerah dan SDA
Kepulauan
Kab. Buton PKL, 1 8 5 3
Pusat WP
IV
Kab. Muna PKL 8 5 2 5
Kab. Bau-Bau PKL, 6 4 6 6
Pusat WP
III
Kab. Wakatobi PKL 9 10 10 10
Daratan
Kab. Konawe PKL 3 1 1 1
Kota Kendari PKL, 5 3 3 2
Pusat WP
I
Kab. Kolaka PKL, 10 2 4 4
Pusat WP
II
Kab. Konawe PKL 6 9 7 7
Selatan
Kab. Bombana PKL 2 6 9 8
Kab. Kolaka PKL 7 7 8 9
Utara
Sumber: Irawati, 2015

Secara umum, jika ditinjau dari 3 variabel berbeda, maka peringkat masing-masing
wilayah cenderung berbeda pula. Adapun dari variabel perekonomian daerah, Kabupaten
Buton, Bombana, dan Konawe menempati peringkat teratas. Sementara jika ditinjau dari
variabel infrastruktur dan sumber daya alam, Kabupaten Konawa, Kolaka, dan Kota Kendari
mnempati peringkat teratas. Bila ditinjau dari variabel sumber daya manusia, Kabupaten
Konawe, Muna, dan Kota Kendari merupakan wilayah dengan peringkat teratas. Di sisi lain,
Kabupaten Wakatobi dan Kolaka Utara memiliki peringkat terendah bila ditinjau dari ketiga
variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing di kedua wilayah tersebut juga
sangat rendah.
Secara umum, dapat disimpulkan wilayah dengan daya saing tertinggi adalah Kabupaten
Konawe, Kota Kendari, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka. Bila dilihat melalui peringkat
daya saingnya yang tinggi, maka penentuan pusat pengembangan di masing-masing wilayah
pengembangan (WP) dirasa sudah sesuai.

2.2. Implikasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Wilayah


Melalui hasil penelitian, diketahui bahwa pada masing-masing variabel, terdapat wilayah
dengan tingkat daya saing yang rendah. Oleh karena itu, mengacu pada indikator daya saing
wilayah, maka implikasi kebijakan yang dapat diterapkan antara lain:
1. Peningkatan perekonomian daerah melalui pengelolaan dan penggalian sumber dana
potensial. Selain itu, perlu dilakukannya analisis ekonomi basis dan upaya
peningkatan sektor-sektor strategis sebagai basis perekonomian utama (industri,
perdagangan dan jasa, atau pertanian). Adapun wilayah yang diprioritaskan
pengembangan perekonomian daerah adalah Kabupaten Muna, Wakatobi, dan Kolaka
Utara.
2. Pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Infrastruktur memiliki peranan penting dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah. Infrastruktur yang memadai akan memberikan daya saing wilayah
yang lebih baik. Infrastruktur yang harus ditingkatkan antara lain kualitas jalan raya,
listrik, dan jaringan telepon. Di sisi lain, sumber daya alam sebagai komoditas primer
untuk meningktakan daya saing wilayah juga harus dikelola dengan baik dan tetap
berpegang pada prinsip-prinsip sustainable development. Hal ini dikarenakan
ketersediaan sumber daya alam (dalam hal ini, air, lahan, dan hutan) yang terbatas,
sehingga diperlukan manajemen pengelolaan yang tepat. Adapun wilayah yang
diprioritaskan dalam pengembangan infrastruktur dan SDA adalah Kabupaten
Konawe Selatan, Buton, dan Wakatobi.
3. Peningkatan kualitas pendidikan serta peciptaan lapangan kerja merupakan poin
utama dalam meningkatkan daya saing wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain
dengan mengadakan program-program padat karya, pemerintah juga dapat
menerapkan kebijaka pemberian subsidi pendidikan terhadap masyarakat miskin
untuk menekan kesenjangan antar wilayah. Wilayah yang harus diprioritaskan dalam
peningkatan mutu sumber daya manusia adalah Kabupaten Kolaka Utara, Bombana,
dan Wakatobi.

2.3 Tinjauan Analisa Penelitian


2.3.1 Variabel Penelitian
Penelitian pengukuran tingkat daya saing wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara ini
menggunakan 3 indikator, yaitu variabel perekonomian daerah, infrastruktur dan SDA, serta
SDM. Menurut Frost and Monner (2005), faktor yang mempengaruhi competitiveness adalah
infrastruktur, komunikasi, dan pelayanan publik; persaingan bisnis dan kerjasama; akses ke
sumber daya alam dan keterampilan; lokasi relatif terhadap pasarmanajemen resiko; serta
modal sosial dan standar hidup wilayah. Sementara menurut Armida (2002), terdapat 9
indikator utama dalam menentukan daya saing wilayah, antara lain perekonomian daerah,
keterbukaan, SDM, sistem keuangan, kelembagaan, infrastruktur dan SDA, pemerintah dan
kebijakan, IPTEK, serta manajemen mikro-makro ekonomi.
Ditinjau dari perbandingan antara indikator-indikator daya saing wilayah yang
dikemukakan pada teori di atas, indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dikatakan kurang spesifik, sehingga hasil penelitian dirasa kurang representatif terhadap
daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara. Terlebih lagi, indikator kepemerintahan yang
merupakan salah satu indikator utama, juga tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
Menurut Ghozali (2012), kebijakan ekonomi pemerintah dapat meningkatkan atau bahkan
menurunkan daya saing wilayah. Hal ini dikarenakan pemerintah merupakan pihak
berwenang dalam merumuskan kebijakan dan menentukan keputusan. Oleh karena itu,
penelitian ini sebaiknya juga memasukkan pemerintah sebagai salah satu variabel pengukur
tingkat daya saing wilayah.

2.3.2 Alat Analisis


Dalam penelitian ini, digunakan alat analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). Menurut
Saaty (1994), Analytic Hierarchy Process adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut
kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,
memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.Alat ini
membantu memecahkan persoalan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan untuk
menentukan bobot atau prioritas.
Dalam penelitian ini, AHP memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain:

Tabel 3. Perbandingan kekurangan dan kelebihan teknik analisa yang digunakan


Kelebihan Kekurangan
Menggunakan input kualitatif, yakni Pada penelitian ini, tidak dilakukan
persepsi stakeholder yang dianggap analisis stakeholder sebagai langkah
expert atau ahli, sehingga alat ini awal untuk menentukan responden. Data
dianggap sebagai alat pengambil yang diperoleh bersifat kualitatif dan
keputusan yang komperhensif karena sangat bergantung pada stakeholder
mengacu pada pendapat para ahli yang yang dipilih, sehingga seharusnya
tepat sasaran. sebelum melakukan pengumpulan data
(wawancara/kuesioner), peneliti harus
sudah menguji apakah stakeholder yang
dipilih memenuhi kriteria sebagai
responden.
Ketepatan dalam memilih responden
akan berpengaruh terhadap invaliditas
hasil penelitian, dan dampak jangka
panjangnya adalah terjadi kesalahan
penerapan kebijakan pada wilayah
penelitian.
Mampu menampung objektivitas Data sangat mungkin bersifat terlalu
seluruh responden (multi-objectives subjektif, bergantung pada pandangan
dan multi-criterias). responden yang dipilih.
Melibatkan stakeholder terkait dalam Salah satu syarat agar penelitian
proses penelitian untuk memperkaya kualitatif menggunakan alat AHP
pandangan atau pendapat terhadap dianggap valid, adalah dengan
masalah penelitan. Dalam penelitian ini, memperhatikan seluruh elemen terkait,
responden yang dilibatkan adalah ahli yakni pemerintah, swasta, dan
ekonomi, PKW, pendidikan, masyarakat. Namun, pada penelitian ini,
ketenagakerjaan, pertanahan, tidak ditemukan responden dari
infrastruktur, industri dan instrumen pemerintah.
perdagangan, serta tokoh masyarakat di Urgensi menggunakan pemerintah
masing-masing wilayah. sebagai salah satu responden adalah
pemerintah sebagai policy and decision
maker terhadap seluruh kebijakan, baik
kebijakan di masing-masing wilayah
maupun kebijakan sektoral.
Ketidaklengkapan peneliti dalam
memilih responden dapat berdampak
pada tidak sinkronnya hasil penelitian
terhadap kebijakan atau arahan yang
sudah ditetapkan di wilayah tersebut.
Sumber: Analisa, 2015

Melalui pertimbangan-pertimbangan di atas, teknik analisa AHP sebenarnya dapat


digunakan dalam penelitian ini, namun pemilihan responden harus diperhatikan dengan tepat
dan meliputi tiap elemen terkait, karena akan mempengaruhi hasil penelitian keseluruhan,
sekaligus penarikan kesimpulan.
2.4 Studi Komparasi Penelitian Identifikasi Daya Saing Wilayah di
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Riau
Penelitian serupa dilakukan di Provinsi Riau pada 2013 yang juga menggunakan metode
analisa deskriptif, namun dengan teknik analisis faktor dan korelasi. Analisis faktor
merupakan sebuah teknik analisis untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan
hubungan antara berbagai indikator independen yang diteliti. Melalui analisis faktor, akan
diperoleh suatu faktor yang merupakan kumpulan beberapa peubah atau kasus sebagai suatu
perinci tipologi daerah. Selanjutnya, dilakukan analisa korelasi untuk mengetahui keterkaitan
antar indikator daya saing daerah yang digunakan dalam penelitian secara keseluruhan.
Adapun data yang digunakan adalah data potensi daerah di tiap kabupaten/kota di
Provinsi Riau yang terdiri dari PDRB, Susenas, Podes, Statistik Keuangan, Riau dalam Angka,
Indikator Sosial Ekonomi Daerah Provinsi Riau. Data-data tersebut dikumpulkan dalam
periode waktu tertentu atau yang biasa disebut cross section data pada tahun 2010.
Penelitian identifikasi daya saing wilayah di Provinsi Riau ini menggunakan indikator
daya saing menurut Simanungkalit (2003), yaitu: (1) perekonomian dan keuangan daerah, (2)
aktivitas perekonomian penduduk, (3) ketenagakerjaan, (4) kependudukan, (5) transportasi
dan komunikasi, (6) kesenjangan daerah, (7) perumahan dan lingkungan, (8) potensi
sumberdaya, serta (9) pemerintahan dan rentang kendali.
Melalui analisis faktor, maka diketahui pengelompokan/kluster wilayah pada masing-
masing indikator dengan klasifikasi kriteria tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini
akan digunakan untuk penentuan tipologi wilayah berdasarkan masing-masing aspek.
Penentuan tipologi ini berguna untuk arahan kebijakan pengembangan sektoral.
Selanjutnya, dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui apakah suatu indikator
berkaitan dengan indikator lainnya. Identifkasi keterkaitan ini berguna untuk mengetahui
arahan kebijakan mengenai pengembangan dan peningkatan suatu sektor harus didukung
dengan perkembangan dan peningkatan di sektor-sektor yang berhubungan. Sebagai contoh,
indikator transportasi dan komunikasi, perekonomian dan keuangan daerah, serta
kesenjangan daerah berkorelasi dengan seluruh indikator daya saing daerah yang dianalisis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator tersebut merupakan prioritas dalam
mempercepat peningkatan daya saing kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Dalam summary singkat mengenai penelitian daya saing wilayah di 2 wilayah berbeda
tersebut, maka diperoleh perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan penelitian daya saing wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara


dengan Provinsi Riau
Penelitian Daya Saing Wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Riau
Kelebihan  Menggunakan teknik analisis  Menggunakan teknik analisis
AHP sehingga dapat diketahui faktor sehingga dapat diperoleh
prioritas dari variabel-variabel pengelompokan pada tiap-tiap
yang ditentukan berdasar indikator, juga dengan klasifikasi
pendapat stakeholder yang tertentu. Hal ini mempermudah
dianggap ahli dalam daya saing pemangku kebijakan dalam
wilayah di Provinsi Sulawesi menentukan pengembangan daya
Tenggara.. saing wilayah melalui pendekatan
 Indikator yang ditetapkan sektoral dan skala
menggunakan data kuantitatif prioritas/urgensi tiap wilayah
(misal: PDRB) namun kemudian (diprioritaskan pada wilayah
dikonfirmasikan kepada dengan pelayanan rendah,
stakeholder untuk mengetahui sedang, atau tinggi).
apakah indikator tersebut  Data yang digunakan kuantitatif
signifikan terhadap daya saing dan terukur, sehingga tingkat
wilayah di Provinsi Sulawesi subjektivitasnya lebih tinggi dan
Tenggara. relatif lebih valid.
 Mengetahui urutan peringkat  Terdapat usulan-usulan program
daya saing pada tiap sebagai solusi untuk
kabupaten/kota pengembangan daya saing pada
masing-masing sektor dan
wilayah yang diprioritaskan.
Kekurangan  Kriteria/indikator yang  Sifat data yang dikumpulkan
ditetapkan terlalu makro, adalah murni kuantitatif
meskipun didasarkan pada menyebabkan maka tidak
standar-standar yang cukup terdapat “kewajiban” untuk
rinci, sehingga arahan kebijakan melakukan konfirmasi terhadap
untuk meningkatkan daya saing stakeholder terkait, sehingga hasil
wilayah juga relatif tidak penelitian cenderung satu arah
spesifik. dan tidak memperhatikan
 Hanya dilakukan pemeringkatan kontribusi faktor-faktor lain yang
pada tiap wilayah menyebabkan tidak terukur.
tidak dapat diperoleh  Variabel yang dikumpulkan tidak
pengelompokan pada tiap disertai dengan informasi
sektor, Hal ini menyebabkan spesifikasi indikator dan sumber
pengembangan daya saing data, sehingga sulit dilakukan
wilayah melalui sektor strategis klasifikasi data yang telah
dilakukan per wilayah dan tidak dihimpun oleh peneliti.
menyeluruh.
Output  Peringkat kabupaten/kota pada  Pengelompokan wilayah sesuai
tiap-tiap variabel yang diteliti dengan kriteria yang telah
(variabel perekonomian daerah, ditetapkan. Hal ini mempermudah
infrastruktur dan SDA, serta perlakuan/kebijakan sesuai
SDM) serta peringkat daya saing dengan cluster-cluster wilayah
antar kabupaten/kota. penelitian.
Sumber: Analisa, 2015

2.5 Lesson Learned


Pelajaran yang diperoleh dalam mereview penelitian ini adalah:
 Daya saing wilayah merupakan salah satu unsur konsep kota berkelanjutan,
sekaligus salah satu hal yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pada suatu
wilayah tertentu.
 Dalam pengukuran daya saing wilayah terdapat beragam indikator yang bisa
digunakan, dengan data kualitatif maupun kuantitatif. Adapun apabila meninjau
dengan data kualitatif, maka harus dilakukan ditentukan expert stakeholder dalam
bidang-bidang yang bersinggungan dengan daya saing wilayah.
 Dengan alat analisa AHP, output penelitian berupa peringkat daya saing wilayah
yang didasarkan pada penyusunan tingkat kepentingan 3 variabel yang telah
ditetapkan menurut persepsi stakeholder.
 Penggunaan AHP sebagai alat analisa daya saing wilayah seharusnya diperkuat
dengan melakukan proses analisis data-data kuantitatif, sehingga keluaran penelitian
dapat dikatakan valid. Oleh karena itu, diusulkan penelitian sejenis seharusnya
menggunakan perpaduan antara teknik analisa kuantitatif dan kualitatif.
 Sistem pemeringkatan hanya mampu mengetahui tingkatan antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Alangkah lebih bila dilakukan pengelompokan wilayah
sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu pada tiap variabel. Hal ini tentu akan
mempermudah pemerintah dalam merumuskan strategi pemerataan pembangunan
daya saing wilayah.
 Komparasi antara hasil penelitian dengan arahan pusat pengembangan dilakukan
sebagai bentuk konfirmasi ulang terhadap kebijakan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daya saing wilayah merupakan salah satu ukuran suatu daerah dapat disebut sebagai
kota berkelanjutan. Menurut Porter (2000), konsep daya saing wilayah umumnya dikaitkan
dengan kemampuan suatu wilayah dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan
kompetitif secara berkelanjutan. Daya saing juga diartikan sebagai kemampuan untuk
memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan disamping kemampuan mempertahankan
pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan (Santoso, 2009). Oleh karena itu, daya saing
wilayah perlu diperhatikan dalam menciptakan wilayah yang berkelanjutan. Wilayah yang
memiliki daya saing wilayah akan mampu mengikuti perubahan global, karena terus
berkembang dengan keunggulannya masing-masing.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi dengan daya saing nasional
yang cukup rendah. Hal ini tidak lepas dari kontribusi daya saing kabupaten/kota di wilayah
tersebut. Pengukuran tingkat daya saing dilakukan dengan variabel perekonomian daerah,
infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya manusia. Dengan menghimpun
pendapat para stakeholder terkait, maka diperoleh peringkat wilayah pada tiap variabel dan
pada seluruh variabel, dengan proses analisa AHP. Hasilnya, wilayah dengan daya saing
tertinggi adalah Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka.
Jika dikomparasikan dengan fungsinya, maka Kabupaten Konawe, Kota Kendari, dan
Kabupaten Kolaka, sudah sesuai sebagai pusat-pusat pengembangan. Di sisi lain, wilayah
dengan rata-rata peringkat rendah pada semua variabel antara lain Kabupaten Wakatobi dan
Kolaka Utara. Hal ini dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
menentukan prioritas pembangunan di wilayah tersebut.
Secara umum, hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pemerintah setempat untuk
merumuskan strategi pengembangan wilayah pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tenggara.

3.2 Daftar Pustaka


Irawati, Ira. 2012. Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel
Perekonomian Daerah, Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, serta Variabel Sumber Daya
Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Bandung: Undip.
Bakce, Djaimi dkk. 2013. Analisis Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.
Riau: Unri.
Ghozali, Achmad. 2013. Faktor Utama dalam Peningkatan Daya Saing Perkotaan,
Surabaya: ITS.
Imawan, Riswandha. 2002. Peningkatan Daya Saing: Oendekatan Paradigmatik-Politiss.
Jogjakarta: UGM.
Syaifullah. 2010. Pengenalan AHP (diunduh melalui situs
dewi_anggraini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/)

Anda mungkin juga menyukai