Anda di halaman 1dari 9

Analisis Potensi Ekonomi menggunakan Location Quotient (LQ)

di Kota Bogor Periode 2019 – 2021

Disusun Oleh:

Lili Setiani
2010101076

Zenia Tata Rahayu


2010101079

Fatmawati
2010101093

Maura Afifah Widhia Hanuun


2010101108

Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung pada keberhasilan pembangunan
dalam suatu daerah. Suatu daerah dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam
pengelolaan potensi daerahnya. Dalam suatu wilayah tingkat kemakmurannya dapat berbeda
dengan wilayah lainnya yang disebabkan karena adanya faktor utama yaitu struktur
perekonomiannya. Perubahan kemakmuran dalam suatu wilayah kepada kondisi yang kebih
makmur tergantung pada usaha – usaha di daerah tersebut apakah menghasilkan barang dan
jasa, serta usaha – usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu, kegiatan basis dalam
suatu wilayah memiliki peranan penting dalam penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi
dalam suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap
perekonomian regional.

Kota Bogor sebagai salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat merupakan daerah
otonomi yang memiliki andil dalam mewujudkan pembangunan nasional melalui pencapaian
pembangunan daerah. Keberhasilan akan pembangunan nasional juga didukung dari
keberhasilan pembangunan suatu daerah menjadi sangat penting bagi setiap pemerintah daerah
termasuk Kota Bogor untuk selalu mendorong laju pembangunan baik pembangunan fisik
maupun pembangunan non fisik seperti pembangunan ekonomi dengan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang kemudian akan menjadikan masyarakat semakin sejahtera.
Secara letak geografis Kota Bogor merupakan salah satu bagian dari Provinsi Jawa Barat yang
menjadi penyangga Ibu Kota Negara karena memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat
Internasional atau yang biasa disebut wisata Kebun Raya. Pusat Kota Bogor terletak 100 km
disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan
pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu Tulis di Selatan
Kota Bogor. Kota Bogor juga disebut sebagai Kota Hujan karena dialiri oleh beberapa sungai
yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan kota yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane,
Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum Kota Bogor
aman dari bahaya banjir.

Oleh karena itu, dalam kedudukan topografis Kota Bogor yang berada ditengah – tengah
wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan
potensi yang sangat strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun
Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata sert
kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak – Cianjur juga merupakan potensi
yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi.

Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui analisis Location Quotient (LQ) tentang potensi sejauh mana tingkat
spesialisasi sektor-sektor ekonomi di wilayah Kota Bogor Jawa Barat yang
memanfaatkan sektor basis atau leading sektor dan non basis.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.
3. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor Jawa Barat dengan
perencanaan pembangunan ekonomi yang terstruktur berdasarkan potensi sektoralnya.

Dasar Pemikiran
Kemampuan suatu daerah dalam kegiatan tertentu dapat diketahui dengan menggunakan
Teknik Analisis Kuesien Lokasi (Location Quotient: LQ). Analisis location quotient (LQ)
merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi
sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor
(R. Jumiyanti, 2018). Teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas.
Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ adalah jumlah tenaga
kerja, hasil produksi, atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria (Langi et al.,
2021).

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi
basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu
pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi
melalui pendekatan perbandingan. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi
perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur
konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor
unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar pembahasannya sering
difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang teridentifikasi
sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan
kemampuan suatu wilayah dalam sektor yang teridentifikasi. Rumus matematika yang
digunakan untuk membandingkan kemampuan sektor-sektor dari wilayah tersebut adalah
(Daryanto dan Hafizrianda, 2010:21) :
1. Pendekatan Tenaga Kerja
𝐿𝑖/𝐿𝑡
LQ = 𝑁𝑖/𝑁𝑡

2. Pendekatan Nilai Tambah / Pendapatan


𝑉𝑖/𝑉𝑡
LQ = 𝑌𝑖/𝑌𝑡

Dimana :
Li = jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Lt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Ni = jumlah tenaga kerjan sektor i pada tingkat wilayah yang lebih diatas
Nt = total tenaga kerja pada tingkat wilayah yang lebih diatas
Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Vt = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Yi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas
Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas

Jika hasil perhitungan di formulasi di atas menghasilkan:


1. LQ > 1 artinya, komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wialyah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
2. LQ = 1 komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak
mampu untuk diekspor.
3. LQ < 1 komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas di suatu wilayah
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian halnya dengan metode
LQ. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara lain:
1. LQ merupakan suatu alat analisis yang digunakan dengan mudah dan sederhana, serta
cepat penggunaannya.
2. LQ dapat digunakan sebagai analisis awal untuk suatu wilayah, kemudian dapat
dilanjutkan dengan alat analisis lainnya.
3. Perubahan tingkat spesialisasi dari setiap sektor dapat pula diketahui dengan
membandingkan LQ dari tahun ke tahun.
4. Penerapannya tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian
analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau program Lotus jika datanya tidak
terlalu banyak.

Dari segi keterbatasannya, metode LQ terbatas dalam:


1. Karena kesederhanaan pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data.
Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan
tidak valid.
2. Pengumpulan data yang sangat valid sangat sulit dilakukan di lapangan sehingga
mempersulit pengumpulan data.
3. Deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dan ruang
lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang
aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga.
4. Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai hasil
perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi, pemilihan peubah
acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.
Komoditas yang menghasilkan nilai LQ > 1 merupakan standar normatif untuk ditetapkan
sebagai komoditas unggulan. Namun demikian ketika banyak komoditas di suatu wilayah yang
menghasilkan LQ > 1, sementara yang dicari hanya satu, maka yang harus dipilih adalah
komoditas yang mendapatkan LQ paling tinggi. Karena nilai LQ yang semakin tinggi di suatu
wilayah menunjukkan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas tersebut. Dengan
demikian, metode analisis LQ atau location quotient dapat digunakan secara mudah dan efisien
jika ingin menghitung sektor unggulan suatu tempat. Kekurangan-kekurangan yang ditemui di
lapangan dapat dikurangi dengan teliti dan rajin dalam mengumpulkan data. Hasil yang
didapatkan kemudian adalah akurasi dan sektor unggulan yang dapat diberdayakan dan
dikembangkan oleh seluruh masyarakat wilayah tertentu.

Berdasarkan data PDRB kontribusi sektoral maupun tenaga kerja di Kota Bogor dan juga
Provinsi Jawa Barat, dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode Location Quotient
(LQ) untuk mencari keunggulan komparatif yang dimiliki Kota Bogor terhadap Provinsi Jawa
Barat dengan cara mengidentifikasi sektor basis dan non basis. Data PDRB yang dipergunakan
adalah data atas dasar harga berlaku. Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor basis
menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif. Dengan bertambah
banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah maka arus pendapatan yang masuk ke wilayah
tersebut (monetary inflow) akan bertambah karena adanya kegiatan ekspor. Sebaliknya,
kegiatan non basis menyebabkan keluarnya pendapatan dari wilayah tersebut ke wilayah lain
(monetary outflow) yang disebabkan wilayah bersangkutan mengimpor kekurangan akan
permintaan di sektor tersebut untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah.

Hasil dan Analisis


Analisis Location Quotient (LQ) Pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Analisis location quotient dengan data PDRB ini bertujuan untuk
mengetahui dan menentukan sektor ekonomi yang merupakan sektor basis (unggulan) dan non
basis pada PDRB Kota Bogor menurut sektor-sektor lapangan usaha.

Tabel 1 Hasil Perhitungan LQ Menggunakan Data PDRB ADHB Menurut Lapangan


Usaha di Kota Bogor Periode 2019 – 2021
Kategori Lapangan Usaha 2019 2020 2021 Rata - Rata Keterangan
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.08 0.08 0.08 0.08 Sektor Non Basis
B Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 Sektor Non Basis
C Industri Pengolahan 0.44 0.44 0.46 0.44 Sektor Non Basis
D Pengadaan Listrik dan Gas 8.07 8.30 8.43 8.27 Sektor Basis
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang1.20 1.21 1.24 1.22 Sektor Basis
F Konstruksi 1.42 1.41 1.30 1.38 Sektor Basis
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.33 1.33 1.33 1.33 Sektor Basis
H Transportasi dan Pergudangan 2.35 2.39 2.38 2.37 Sektor Basis
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.65 1.69 1.72 1.69 Sektor Basis
J Informasi dan Komunikasi 1.63 1.64 1.52 1.60 Sektor Basis
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.67 2.58 2.46 2.57 Sektor Basis
L Real Estate 2.02 1.90 1.96 1.96 Sektor Basis
M,N Jasa Perusahaan 4.82 5.05 4.69 4.85 Sektor Basis
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.16 1.19 1.28 1.21 Sektor Basis
P Jasa Pendidikan 0.97 0.97 1.01 0.98 Sektor Non Basis
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.77 1.86 2.01 1.88 Sektor Basis
R,S,T,U Jasa lainnya 1.49 1.49 1.56 1.51 Sektor Basis

Perhitungan pada tabel 1 merupakan perhitungan location quotient (LQ) Kota Bogor
berdasarkan data PDRB ADHB menurut lapangan usaha pada tahun 2019-2021. Dari 17 sektor
lapangan usaha yang terdapat di Kota Bogor tersebut ada 13 sektor basis dan 4 sektor non basis.
Ketentuan suatu sektor dapat dikatakan basis apabila rata-rata atau LQ>1 dan sebaliknya
apabila LQ<1 maka disebut sektor non basis.

Sektor basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hasil produksinya dapat
melayani pasar baik di dalam maupun di luar batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Pada analisis LQ di Kota Bogor ini terdapat 13 sektor basis atau unggulan yaitu:
(D) pengadaan listrik dan gas; (E) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
(F) kontruksi; (G) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; (H)
transportasi dan pergudangan; (I) penyediaan akomodasi dan makan minum; (K) jasa keuangan
dan asuransi; (L) real estate; (M,N) jasa perusahaan; (O) administrasi pemerintahan, pertahanan
dan jaminan sosial; (Q) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial; (R,S,T,U) jasa lainnya. Sehingga
sektor-sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan berpotensi untuk dikembangkan di Kota
Bogor.

Sektor non basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya mampu menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat. Berdasarkan data perhitungan LQ pada tabel 1 menunjukkan bahwa
terdapat 4 sektor non basis pada Kota Bogor. Sektor tersebut yaitu: (A) pertanian, kehutanan
dan perikanan; (B) pertambangan dan penggalian; (C) industry pengolahan; (P) jasa
pendidikan. Sektor-sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang berpotensi
untuk di kembangkan di Kota Bogor. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah
akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan
barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya
berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya
permintaan terhadap barang dan jasa sehingga akan menurunkan volume kegiatan.

Analisis Location Quotient (LQ) Pada Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan yang menghasilkan
barang dan atau/ jasa yang berguna bagi dirinya sendiri maupun masyarakat secara umum. Data
tenaga kerja yang digunakan dalam perhitungan analisis LQ ini menggunakan data tenaga kerja
menurut lapangan usaha. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja.

Analisis LQ dengan data tenaga kerja ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan sektor
ekonomi yang merupakan sektor basis (unggulan) dan non basis pada tenaga kerja Kota Bogor
menurut sektor lapangan usaha.

Tabel 2 Hasil Perhitungan LQ Menggunakan Data Tenaga Kerja Menurut Lapangan


Usaha di Kota Bogor Periode 2019 – 2021
Lapangan Usaha 2019 2020 2021 Rata - Rata Keterangan
1 0.05 0.09 0.10 0.08 Sektor Non Basis
2 0.70 0.80 0.82 0.77 Sektor Non Basis
3 1.38 1.37 1.34 1.36 Sektor Basis
Keterangan :
1 = Pertanian, Kehutanan, Perikanan
2 = Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas;
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Konstruksi
3 = Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa
Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan Pertahanan;
dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya.

Perhitungan pada tabel 2 diatas merupakan hasil perhitungan dari Location Quotient (LQ) Kota
Bogor berdasarkan data Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2019 - 2021. Data
tenaga kerja Kota Bogor terbagi menjadi 3 sektor, dari ke 3 sektor tersebut terdapat 1 sektor
basis dan 2 sektor non basis. Ketentuan suatu sektor dapat dikatakan basis apabila rata – rata
atau perhitungan LQ>1 dan sebaliknya apabila LQ<1 maka disebut sektor non basis.
Sektor basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hasil produksinya dapat
melayani pasar baik di dalam maupun di luar batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Pada analisis LQ di Kota Bogor ini terdapat 1 sektor basis atau unggulan yaitu
pada sektor 3 dengan rincian sektor sebagai berikut : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan;
Administrasi Pemerintahan Pertahanan; dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya. Sehingga sektor-sektor tersebut merupakan
sektor unggulan dan berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bogor.

Sektor non basis merupakan sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya mampu menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas
perekonomian masyarakat. Berdasarkan data perhitungan LQ pada tabel 2 menunjukkan bahwa
terdapat 2 sektor non basis pada Kota Bogor. Sektor tersebut yaitu ada pada sektor 1 dan 2
dengan rincian sektor sebagai berikut : sektor (1) Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan sektor
(2) Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan
Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Konstruksi. Sektor-sektor tersebut bukan
merupakan sektor unggulan dan kurang berpotensi untuk di kembangkan di Kota Bogor.
Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke
dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa sehingga akan
menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan
mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa
sehingga akan menurunkan volume kegiatan.

Kesimpulan
Perhitungan LQ Kota Bogor berdasarkan PDRB ADHB menurut lapangan usaha pada tahun
2019-2021 menunjukkan dari 17 sektor lapangan usaha, terdapat 13 sektor basis ((D)
pengadaan listrik dan gas; (E) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; (F)
kontruksi; (G) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; (H) transportasi
dan pergudangan; (I) penyediaan akomodasi dan makan minum; (K) jasa keuangan dan
asuransi; (L) real estate; (M,N) jasa perusahaan; (O) administrasi pemerintahan, pertahanan
dan jaminan sosial; (Q) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial; serta (R,S,T,U) jasa lainnya) dan 4
sektor non basis ((A) pertanian, kehutanan dan perikanan; (B) pertambangan dan penggalian;
(C) industry pengolahan; (P) jasa Pendidikan).
Perhitungan LQ Kota Bogor berdasarkan data tenaga kerja Menurut lapangan usaha pada tahun
2019-2021 menunjukkan dari 3 sektor lapangan usaha, terdapat 1 sektor basis ((3) Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan Pertahanan; dan Jaminan
Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya) dan 2 sektor
non basis ((1) Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan (2) Pertambangan dan Penggalian; Industri
Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Daur Ulang).

Daftar Pustaka

Langi, A., Engka, D., Naukoko, A. T., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F., Ratulangi, U. S.,
Minum, M., Komunikasi, I., Keuangan, J., Perusahaan, J., Kesehatan, J., & Langi, A.
(2021). Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Minahasa dengan
Pendekatan Statis dan Dinamis. 21(04), 100–110.

R. Jumiyanti, K. (2018). Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis dan Non
Basis di Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review, 1(1), 29.
https://doi.org/10.32662/golder.v1i1.112

Anda mungkin juga menyukai