php/tgeo
e-ISSN: 2622-9528 p-ISSN: 2301-606X Jurnal Tunas Geografi Vol. 09 No. 01 2020
Abstract
Abstrak
Pada perhitungan skalorgam, asumsi yang dimiliki wilayah tersebut (bernilai 1) diposisikan
digunakan adalah wilayah yang memiliki pada baris paling kiri sehingga membentuk
fasilitas terlengkap merupakan orde tertinggi hirarki anak tangga. Perhitungan dilanjutkan
dan ditetapkan sebagai pusat pelayanan. dengan menguji kelayakan skalogram
Perhitungan dilakukan dengan teknik present menggunakan persamaan (1)
dan absent, dimana wilayah yang memiliki COR = 1 - a .............(1)
fasilitas diberi nilai 1 sedangkan wilayah yang bxc
yang tidak memiliki fasilitas diberi nilai 0. Dimana: COR (Coeffisien of Reproducibility)
Angka-angka tersebut kemudian dijumlahkan adalah koefisien kelayakan; a adalah jumlah
secara vertikal dan horizontal. Wilayah yang kesalahan; b adalah jumlah kecamatan yang
memiliki fasilitas paling lengkap diposisikan dianalisis; dan c adalah jumlah jenis fasilitas
pada baris paling atas dan fasilitas-fasilitas yang yang digunakan dalam perhitungan. Ketentuan
Hasil perhitungan orde tersebut mengklasifikasikan kecamatan di Kota Tanjungpinang seperti yang
tersaji pada tabel 4. Kecamatan dengan orde tertinggi adalah kecamatan Tanjungpinang Timur karena
memiliki jumlah penduduk terbanyak yakni 83,670 jiwa, sedangkan orde paling rendah adalah
Kecamatan Tanjungpinang Kota karena memilki jumlah penduduk paling sedikit yakni 17,998 jiwa.
Hasil ini memberi gambaran Kecamatan Tanjungpinang Timur merupakan pusat pelayanan yang
memungkinkan partisipasi penduduk dalam jumlah maksimal.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Analisis Skalogram Berdasarkan Kelengkapan Fasilitas di Kota Tanjungpinang
Jumla
h JU
FASILITAS
N Kecama Pendu M- ERR OR
o tan duk LA OR DE
H
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X
Tpi.
1 83.670 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23 0 I
Timur
Tpi.
2 17.998 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 21 1 II
Kota
Bukit
3 61.005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 20 2 III
Bestari
Tpi
4 46.607 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 19 4 IV
Barat
Jumlah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 1 2 83 7
Berdasarkan hasil perhitungan kelengkapan bandara; orde III merupakan wilayah yang
fasilitas masing-masing kecamatan pada tabel 5, memiliki fasilitas, namun tidak selengkap orde I
terdapat jumlah error = 7 sehingga nilai COR dan II yaitu Kecamatan Bukit Bestari dan
= 0,927 yang berarti metode ini layak untuk fasilitas yang tidak dimiliki adalah rumah sakit,
dilanjutkan pada penentuan orde kecamatan. polindes, bandara dan klenteng; dan orde IV
Dari Tabel 5 di atas menggambarkan orde I merupakan wilayah yang memiliki fasilitas
merupakan kecamatan yang memiliki fasilitas kurang lengkap jika dibandingkan orde I, II,
paling lengkap yaitu Kecamatan Tanjungpinang dan III yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat,
Timur walaupun tidak memilki klenteng; orde fasilitas yang tidak dimiliki adalah universitas,
II merupakan kecamatan yang memiliki fasilitas puskesmas, pelabuhan, polindes, dan bandara.
lengkap namun tidak selengkap orde I, yaitu Secara spasial, hirarki wilayah tersebut dapat
Kecamatan Tanjungpinang Kota. Fasilitas yang dilihat pada gambar 2.
tidak dimiliki adalah SMK, rumah bersalin dan
II
IV
III
Gambar 2. Peta Hirarki Pusat Pelayanan di Kota Tanjungpinang Berdasarkan Analisis Skalogram
Hasil analisis ini memberi gambaran Indeks Sentralitas Marshall tidak hanya
Kecamatan Tanjungpinang Timur mempunyai melihat jumlah fungsi atau fasilitas, tetapi juga
potensi sebagai pusat pelayanan karena fasiltas berdasarkan frekuensi keberadaan fungsi atau
pelayanan yang dimiliki paling lengkap diantara fasilitas pelayanan (Muliana et al., 2018).
kecamatan yang lain. Disamping itu, hal Berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas
tersebut menggambarkan adanya aksesibilitas pelayanan pada masing-masing kecamatan
yang tinggi di Kecamatan Tanjungpinang (Tabel 6), bobot Indeks Sentralitas (IS) Marshall
Timur, dimana wilayah dengan fasilitas lebih membagi kecamatan ke dalam 4 orde (Tabel
lengkap dan baik berada pada wilayah dengan 7).
aksesibilitas yang tinggi (Hardati, 2016).
Jumlah 1447
Sumber: Hasil Penelitian, 2019
Orde I merupakan kecamatan yang memiliki merupakan wilayah yang memiliki fasilitas
jumlah fasilitas terbanyak yaitu Kecamatan paling sedikit dari orde I, II, dan III yaitu
Tanjungpinang Timur memiliki 550 unit Kecamatan Tanjungpinang Barat memiliki 216
fasilitas; orde II merupakan kecamatan yang fasilitas. Hal ini sebagaimana penjelasan
memiliki jumlah fasilitas lebih sedikit daripada Rustiadi (2009) bahwa suatu pusat yang
orde I, yaitu Kecamatan Bukit Bestari, memiliki berorde tinggi mempunyai jumlah sarana dan
411 unit fasilitas; orde III merupakan wilayah jenis sarana dan prasarana pelayanan yang
yang jumlah fasilitasnya lebih sedikit dari orde I lebih banyak dari orde yang lebih rendah. Peta
dan II yaitu Kecamatan Tanjungpinang Kota, tingkatan orde tersebut dapat dilihat pada
memiliki 270 unit fasilitas; dan orde IV gambar 3.
III
IIV
I
II
Gambar 3. Peta Hirarki Kecamatan di Kota Tanjungpinang Berdasarkan Indeks Sentralitas Marshall
Hasil analisis Indeks Sentralitas Marshail dengan hasil analisis skalogram (Tabel 5)
menggambarkan Kecamatan Tanjungpinang menghasilkan perbedaan orde pada Kecamatan
Timur masih berpotensi sebagai pusat Tanjungpinang Kota dan Kecamatan Bukit
pelayanan karena jumlah fasilitas yang dimiliki Bestari. Kecamatan Tanjungpinang Kota
adalah terbanyak diantara kecamatan lainnya menduduki orde III karena jumlah fasilitas yang
yakni 550 unit. Dengan membandingkan hasil dimilikinya lebih sedikit dari Kecamatan Bukit
analisis Indeks Sentralitas Marshall (Tabel 7) Bestari, namun memiliki fasilitas yang lebih
kekuatan interaksi antar pusat kecamatan Pembangunan SMK dan rumah bersalin akan
menjadi kecil. Jarak menjadi faktor penduduk menambah nilai jumlah jenis fasilitas
untuk melakukan perpindahan atau pergerakan Kecamatan Tanjungpinang Kota sehingga
dalam memenuhi kebutuhannya. bernilai sama dengan Kecamatan
Jika dihubungkan dengan hasil analisis Tanjungpinang Timur (memiliki 23 jenis
skalogram, maka jelaslah Kecamatan fasilitas). Pemerintah dapat meningkatkan unit-
Tanjungpinang Timur mempunyai kekuatan unit fasilitas perdagangan, misalnya dengan
menarik paling besar karena fasilitas pelayanan membangun pasar/kawasan perdagangan baru
yang disediakan wilayah ini sangat banyak dan di Kecamatan Tanjungpinang Kota dan
lengkap. Perbedaan kepemilikan fasilitas Kecamatan Bukit Bestari yang sebanding
pelayanan publik antar kecamatan dengan Kawasan Perdagangan Bintan Centre
menimbulkan pengaruh yang besar terhadap sebagai potensi dan daya tarik. Peningkatan
daya tarik wilayah untuk menjadi pusat pembangunan fasilitas pelayanan ini akan
pertumbuhan (Ancok & Nurhadi, 2018). Hasil mengiringi interaksi ke Kecamatan
ini mendukung penelitian Gulo (2015) bahwa Tanjungpinang Kota, karena semakin lengkap
semakin lengkap fasilitas ekonomi dan sosial atau semakin tinggi nilai indeks sentralitas atas
maka semakin menarik bagi penduduk untuk fasilitas yang dimiliki maka wilayah tersebut
melakukan aktivitas di wilayah itu. Hasil analisis memiliki fungsi yang lebih besar dibandingkan
ini juga menggambarkan bahwa Kecamatan wilayah lain dan semakin menarik masyarakat
Tanjungpinang Timur memiliki potensi untuk di kecamatan lainnya untuk melakukan aktivitas
berkembang, karena semakin banyak dan di Kecamatan Tanjungpinang Kota (Gulo,
lengkapnya fasilitas di suatu wilayah dapat 2015).
menjadi tolak ukur perkembangan wilayah
(Shara, 2018). Perkembangan wilayahnya dapat KESIMPULAN
dilihat dari pembangunan kawasan Berdasarkan hasil analisis skalogram dan
Perdagangan Bintan Centre yang menjadi salah interaksi keruangan yang telah dilakukan,
satu daya tarik penduduk untuk melakukan kecamatan yang berpotensi menjadi pusat
aktivitas di wilayah itu karena lokasinya yang pelayanan di Kota Tanjungpinang adalah
sangat strategis. Daerah-daerah yang lokasinya Kecamatan Tanjungpinang Timur, karena
sangat strategis memiliki kemungkinan memiliki fasilitas terbanyak dan terlengkap di
berkembangnya secara lebih cepat antara kecamatan yang lain, yakni 23 jenis
dibandingkan dengan daerah - daerah di fasilitas sebanyak 550 unit. Kecamatan
sekitarnya (Sihombing & Nurman, 2017). Tanjungpinang Timur juga memiliki potensi
Namun kuatnya interaksi yang terjadi di untuk berkembang. Hal tersebut didukung oleh
Kecamatan Tanjungpinang Timur memberi nilai interaksi ke Kecamatan Tanjungpinang
indikasi adanya gejala tidak meratanya Timur adalah paling tinggi sebesar
distribusi pembangunan di Kota Tanjungpinang, 236,428,545. Hasil penelitian dapat menjadi
khususnya di Kecamatan Tanjungpinang Kota bahan pertimbangan pemerintah Kota
yang merupakan pusat ibukota Tanjungpinang, Tanjungpinang dalam menurunkan kesenjangan
sehingga dengan adanya pusat pelayanan ini antarwilayah di Kota Tanjungpinang dengan
akan memberikan kegunaan bagi pemenuhan mengoptimalkan pusat-pusat pelayanan serta
kebutuhan manusia terhadap proses melalui pergeseran arah pembangunan fasilitas
pembangunan fisik dan infrastruktur serta pelayanan pada wilayah yang memiliki hirarki
fasilitas-fasilitas sosial lainnya (Utoyo, 2007). perkotaan dan nilai interaksi keruangan yang
Melalui analisis yang sudah dilakukan, maka rendah.
dalam perencanaan ke depan Kecamatan
Tanjungpinang Kota dapat mengalami UCAPAN TERIMA KASIH
modifikasi peningkatan orde melalui Penulis mengucapkan terimakasih kepada
penambahan jumlah fasilitas dan penyediaan Pusbindiklatren yang telah memberikan
fasilitas yang belum ada untuk mengangkat dukungan materi dan dosen pengajar Bapak Dr.
hirarki Kecamatan Tanjungpinang Kota menjadi Yudi Basuki, ST, MT,. selaku kepala
lebih tinggi atau sebagai pusat pelayanan utama Laboratorium Geomatika Teknik Perencanaan
(berorde I). Pemerintah Kota Tanjungpinang Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro yang
dapat melakukan pergeseran arah telah memberi masukan dan bimbingan pada
pembangunan ke Kecamatan Tanjungpinang penelitian ini.
Kota untuk membangun fasilitas-fasilitas yang
belum dimiliki yaitu SMK, rumah bersalin dan
bandara dengan aksesibilitas yang baik.