Anda di halaman 1dari 10

Planners InSight Vol. 3 No.

1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Panduan Rancang Kota: Konsep Perancangan Koridor


Ryacudu, Kota Bandarlampung
Fran Sinatra1, David Ricardo2, Elisabet Nungki Septania2, Eduwin Eko Franjaya3
(1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, ITERA. (fran.sinatra@pwk.itera.ac.id)
(2)
Program Studi Arsitektur, ITERA.
(3)
Program Studi Arsitektur Lanskap, ITERA.

Abstrak

Bandar lampung merupakan salah satu Kota Metropolitan yang ada di Sumatera di Bangian Selatan.
Tingginya tingkat urbanisasi dan pembangunan infrastruktur skala nasional berdampak pada
pertumbuhan kota ini. Kawasan Koridor Ryacudu sangat dipengaruhi perkembangannya oleh
pembangunan infrastruktur skala nasional seperti pembangunan Jalan Toll Trans Sumatera (JTTS)
dan kawasasan Terpadu pendidikan LARALIN (UNILA, ITERA, UINRIL). Saat ini, koridor Ryacudu
belum begitu optimal dalam melayani pergerakan. Disisi lain, tingginya tingkat heterogenitas Kota
Bandar Lampung menyebabkan terkikisnya karakter buaya lokal yang ada. Penelitian ini bertujuan
untuk menyususn panduan rancangan kawasan Koridor Ryacudu untuk meningkatkan pelayanan
koridor dan meningkatkan karater atau citra kawasan dengan mengangkat identitas etnik Lampung.
Metode rancang yang digunakan adalah metode desain terfaragmen (Fragmental Design Method).
Dalam upaya mencapai kualitas rancangan kawasan yang diinginkan maka ada beberapa komponen
rancang kota yang harus disusun panduan rancangannya yang meliputi: panduan rencana struktur
ruang, peruntukan lahan dan intensitas lahan, tata bangunan, sistem pergerakan dan sirkulasi, dan
tata hijau dan ruang terbuka publik.

Kata kunci : Citra kawasan, panduan rancang kota, pembangunan berkelanjutan

Abstract
Bandarlampung is a metropolitan area in Southern Sumatera. The vast number of urbanization and
rapid development of infrastructures such as JTTS and Integrated Higher Education District LARALIN
(UNILA, ITERA, UINRIL) affect this area, Ryacudu Corridor. To date, this corridor has not yet optimum
in the level of services. Moreover, the high number of heterogeneity of the ethnic of Bandarlampung
leads to degradation of local identity as a part of the city image. This paper aims to arrange the urban
design guideline of Ryacudu Corridor, to encourage the level of service of Ryacudu Corridor and adopt
the local identity of Lampung, Piil Pesenggiri, as corridor image toward sustainable development. The
fragmental design method is employed in this study. In order to achieve the optimum place quality in
the future, thus there are several urban design components should be designed, which are a guideline
of site structure plan, land use and intensity, bulk and massing, circulation system, and public open
space.

Key word: Image of place, urban design guidelines, sustainable development.

I. Pengantar dihubungkan dengan sistem jaringan


prasarana wilayah yang terintegrasi dengan
Kota Bandarlampung merupakan salah satu jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1 juta
kota metropolitan yang ada di Sumatera jiwa (UU No. 26/2007).
Bagian Selatan. Jumlah penduduk Kota
Bandar Lampung tahun 2019 sebeesar Permasalahan yang kini sedang dan akan
1.051.500 jiwa yang terdiri dari 20 kecamatan dihadapi di Kota-kota pada umumnya adalah
dan 126 kelurahan (BPS, 2020). Kawasan tingginya jumah penduduk yang tinggal
metropolitan sejatinya merupakan kawasan dikawasan perkotaan akibat proses
perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan urbanisasi, proses pengkotaan secara alamin
perkotaan inti dengan kawasan di sekitarnya maupun migrasi (UNDP, 2016). Persoalan
yang saling memiliki keterkaitan dan yang sering muncul adalah kota berkembang

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


1 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

ke arah yang tidak berkelanjutan dan Panduan Rancang Kota merupakan salah
hilangnya identitas lokal. Pembangunan satu perangkat perencanaan dan pengendali
berkelanjutan berkaitan dengan tiga dimensi: pertumbuhan kawasan serta memberi
dimensi lingkungan, dimensi sosial, dan panduan terhadap wujud bangunan dan
dimensi ekonomi (Shah, 2008). lingkungan pada suatu kawasan (Permen PU
No. 06/PRT/M/20017). Dengan panduan ini
Dimensi lingkungan berkaitan bagaimana akan memberikan arahan terhadap wujud
kota dapat mengantisipasi kemacetan, pemanfaatan lahan, ragam, arsitektural dari
ketersedian infrastruktur yang ramah bangunan-bangunan sebagai hasil rencana
lingkungan (Shah, 2008; Klarin, 2018). teknis/rancang bangunan (building design),
Dimensi sosial salah satunya berkaitan terutama pada kawasan/daerah tertentu yang
dengan bagaimana identitas lokal masyarakat memiliki karakter khas (Shirvani, 1985; Lang,
dapat dipertahankan dan diaktualisasikan 1994; Cliff, 1999; Permen PU No.
kedalam citra kawasan (Dril dkk, 2016). 06/PRT/M/20017). Atas dasar persoalan
Sedangkan dimensi ekonomi berkaitan tersebut maka tujuan dari artikel ini adalah
bagaimana kawasan budidaya yang ada menyusun panduan rancang kawasan Koridor
dapat terbangun dengan mengoptimalkan Ryacudu sebagai bagian dari sistem
pembangunan untuk kesejahteraan publik pergerakan dan jaringan kawasan dengan
dan inklusif (Shah, 2008). menciptakan citra kawasan berbasiskan
budaya Lampung.
Kota Bandarlampung sebagai kota transit
yang menghubungkan pergerakan anatara II. Metodologi
kota-kota di Sumatera dengan kota-kota di
Pulau Jawa sangat berdampak pada Desain penelitian yang digunakan adalah
pertumbuhan kota. Saat ini, mulai metode desain terfragmen (Fragmental
terhubungnya pergerakan melalui Method). Metode ini merupakan bentuk lain
pembangunan ruas JTTS yang dari metode desain komprehensif rasional
menghubungkan Kota Palembang - (metode sinopsis) namun dalam bentuk lebih
Bandarlampung - pelabuhan Bakauheni singkat (Shirvani, 1985). Penelitian ini
berdampak pada pertumbuhan kawasan menggunakan empat tahapan: 1. Tahap
perkotaan. Pengumpulan data primer dan data sekunder,
2. Analisis data, 3. Formulasi visi dan prinsip
Koridor Ryacudu merupakan salah satu perancangan kawasan, dan 4. Penyusunan
kawasan yang pertumbuhannya cukup pesat panduan rancangan kawasan.
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti: Koridor ini menjadi gerbang pintu toll Tahap Pertama. Pada tahap ini dilakukan
menghubungkan Kota Bandar Lampung pengumpulan data baik data primer maupun
dengan Kota-kota lainnya. Sealin itu, di sekitar data sekunder. Kualitas data yang dihasilkan
koridor Ryacudu tumbuh kegiatan baru yang sangat berkaitan erat bagaimana data
merupakan bagian dari dinamika tersebut diperoleh dan sumbernya (Yunus,
pembangunan eksternal seperti pendirian 2010). Ada dua jenis data yang digunakan,
Kampus Keteknikan skala nasional, Institut meliputi: data primer dan data sekunder. Data
Teknologi Sumatera, yang merupakan bagian primer adalah data yang dihasilkan dari hasil
dari kebijakan nasional. Koridor ini juga observasi dan interview. Data observasi
menghubungkan kegiatan pemerintahan, berkaitan dengan pengamatan kondisi
Provinsi Lampung di Kota baru, dengan pusat eksisting kawasan rancangan yang meliputi
perdagangan dan jasa di Tanjung Karang. gunalahan dan kegiatan eksisting, sistem
Sebagai kawasan yang terdampak akibat pergerakan, dan sistem jaringan jalan.
pembangunan infrastruktur, JTTS, dan Interview dilakukan kepada pengguna jalan
Kawasan Pendidikan Terpadu (KPT) dari berbagai stakeholder seperti pemerintah,
LARALIN (UNILA-ITERA-IAIN), Koridor dan masyarakat. Interview menghasilkan data
Ryacudu harus dikembangkan ke arah terkait preperensi pemangku kepentingan
kawasan yang berkelanjutan dan dengan terhadap citra kawasan yang diinginkan dan
menciptakan citra kawasan yang dapat arahan pengembangannya. Data sekunder
menggambarkan nilai budaya Lampung yang dikumpulkan berkaitan dengan data nilai
sebagai jati diri kawasan. dan identitas kebudayaan etnis lampung,
fallsafah hidup dan kearifan lokal lainnya.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


2 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Selain itu, data sekunder yang dikumpulkan


juga berkaitan dengan dokumen rencana
tataruang skala makro (Rencana Tata Ruang
Wialyah Kota bandar lampung, Kab. Lampung
Selatan dan Provinsi Lampung) dan kebijakan
pembangunan.

Tahap kedua. Pada tahapan ini dilakukan


analisis dari data yang telah dikumpulkan baik
data primer maupun data sekunder. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif
kuantitatif digunakan melalui analis spasial
Gambar 1 Lokasi Penelitian
dan data statistik berkaitan dengan luas guna
lahan, sistem pergerakan, dan jaringan jalan.
Sedangkan analisis deskriptif kualitatif
dengan menggunakan teknik analisis Segmen II ITERA, meliputi jalan Terusan
konten/isi untuk mengintepretasikan persepsi Ryacudu yang secara fungsional merupakan
para pemangku kepentingan terhadap budaya kawasan pendidikan tinggi (ITERA). Segmen
lokal yang dapat diadopsi pada rancangan III Mesjid Ariran Raya yang merupakan
dan arahan kebijakan tataruang yang ada kawasan perbatasan antara Kota Bandar
saat ini dan dimasa yang akan datang. Lampung dan kabupaten Lampung Selatan
dengan panjang sekita 2 Km. Segemen IV,
Tahap ketiga. Setelah data dan informasi Segmen KORPRI, merupakan segemen yang
dianalisis, kegiatan yang dilakukan didominasi oleh kawasan hunian dengan
selanjutnya berupa penyusunan visi dan pajang segemen sekitar 416 M, Segmen V,
prinsip perancangan Kawasan Koridor Pasar KORPRI, dengan panjang kawasan
Ryacudu. Visi dan prinsip ini merupak konsep rancangan mencapai 980 m. Dan Segmen VI,
atau gambaran kualitas rancangan yang akan Way Dadi, Panjang segmen ini mencapai 1,4
dicapai pada masa yang akan datang dalam Km. Gambar 1 menunjukkan lokasi Kawasan
bentuk gambar konsep dan statement Rancangan dan Pembangian Segmen.
rancangan, arahan pembangunan secara
normatif. Lokasi perencanaan koridor pada kondisi
eksisting memiliki dominan penggunaan lahan
Tahap keempat. Penyususnan panduan permukiman dengan beberapa bagian di
rancangan dari setiap komponen rancang koridor perencanaan terdapat gunalahan
kota, seperti Struktur ruang, arahan guna perdagangan dan jasa, Ruang Terbuka Hijau
lahan dan intensitas lahan, tata bangunan, (RTH), kawasan pertanian dan lainnya
sistem pergerakan, dan sistem ruang terbuka. (gambar 2). Dimana koridor perencanaan
menghubungkan dengan beberapa kegiatan
1. Karakteristik Koridor Ryacudu prasarana umum seperti perguruan tinggi
ITERA dan UIN RIL. Jalan Ryacudu pada
Kawasan rancangan terletak di Kawasan koridor perencanaan sendiri memiliki status
Perbatasan anatara Kota Bandar Lampung jalan Arteri Sekunder yang menjadi pintu
(Kecamatan Sukarame) dan Kab. Lampung masuk Kota Bandar Lampung melalui jalan
Selatan (Kecamatan Jati Agung). Panjang Terusan Ryacudu dari arah Kota Baru.
koridor yang dirancang sepanjang 6.5 Km
mulai dari gerbang Toll ITERA KOTA BARU
(Gerbang Toll menuju Kota Bandar Lampung)
sampai pada By Pass Soekarno-Hatta. Luas
dari kawasan rencana berkisar 127,04 Ha.
Pada penelitian ini, Koridor Ryiacudu dibagi
kedalam 6 (enam) segmen pengembangan.
Pembagian segmen ini didasarkan pada
batas fisik dan kawasan fungsional yang ada.
Segmen I merupakan segemen Gerbang Toll
ITERA Kota Baru, dengan panjang 800M.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


3 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Gambar 2 Peta Guna Lahan Makro disekitar Gambar 3 Sebaran Kegiatan dan Jaringan Jalan di
Koridor Ryacudu, Kecamatan Sukarame Sekitar Koridor Ryacudu

Koridor Ryacudu dalam pengembanganya Kawasan koridor yang tepat berada pada
akan sangat berperan dalam perubahan kawasan yang dilalui oleh sistem pergerakan
pembangunan kawasan pendidikan Terpadu yang strategis seperti Gerbang Toll, Rencana
ITERA dan UIN RIL. Hal ini akan berpengaruh Terminal Tipe B, dan Rencana Stasiun LRT
signifikan terhadap pertumbuhan kawasan berpotensi dapat membantu meningkatkan
baru dalam memenuhi kebutuh di kawasan akitivitas sirkulasi kegiatan pada kawasan
pendidikan. Maka dari itu peran perencanaan tersebut. Kawasan ini juga berpotensi dapat
pengembangan Koridor Ryacudu guna berkembang pesat karena sebagai pintu
mempersiapkan pertumbuhan kawasan yang masuk Kota Bandar lampung dan didukung
teratur serta memiliki semangat visi dengan kegiatan eksisting seperti perguruan
memperkenalkan corak budaya Lampung tinggi dan kawasan perdagangan dan jasa di
melalui desain-desain yang diterapkan pada sekitar koridor Jl. Ryacudu.
kawasan tersebut serta mengadopsi teknologi
cerdas. Dari kondisi eksisting, kawasan Namun Koridor Ryacudu belum dapat
Koridor Ryacudu berpotensi untuk mendukung sistem pergerakan kendaraan
dikembangkan sebagai kawasan gunalaha yang optimum, baik dari segi kapasitas
campuran anatara kawasan hunian, maupun kualitas Sehingga perlu
pendidikan tinggi, perdagangan dan jasa mengintegrasikan BRT dengan Rencana
skala lokal, dan perkantoran. Stasiun LRT yang akan dibangun. Dalam
upaya untuk meningkatkan kualitas dan
Gambar 3 menggambarkan koridor layanan jaringan jalan koridor Ryacudu,
perencanaan Berada dikawasan strategis diperlukan pengintegrasian kawasan koridor
pendidikan tinggi, sehingga berpotensi untuk dengan terminal dan rencana stasiun LRT
pengembangan kawasan permukiman dan serta di lakukannya pembuatan jalur cepat
perdagangan dan jasa. Namun ada hal yang dan lambat pada jalan utama Koridor
perlu diperhatikan pada kawasan strategis Ryacudu. Ditambahkannya rencana sistem
pendidikan tinggi, masih belum adanya transportasi publik ini juga berkaitan dengan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang distribusi guna lahan yang akan
yang baik, sehingga berpotensi pada dikembangkan seperti Kawasan Permukiman,
pembangunan yang tidak terencana, Perdagangan dan Jasa Sekala Sub Pusat
sehingga kawasan berpotensi tumbuh secara Kota, dengan cara memaksimalkan mix land
sprawl mengikut kebutuhan ruang. use.

Pengaruh adanya JTTS di sekitar pintu TOLL 2. Visi dan Misi Rancangan Koridor
sangat berdampak pasca toll sudah Ryacudu
beroperasi. Koridor perencanaan, Jalan Kawasan Koridor Jalan Ryacudu memiliki
Ryacudu dan Terusan Ryacudu, menjadi permasalahan dan potensi untuk
jalan utama menuju Kota Bandar Lampung, dikembangakan. Visi yang disusun berusaha
secara langsung akan menumbuhkan untuk meminimalkan permaslahan yang ada
kegiatan kawasan pada sekitarnya terutama dengan memaksimalkan potensi. Sebagai
pada jaringan jalan di Ryacudu. bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


4 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

kawasan, sesuai dengan kebutuhan dan dan 5. Sistem Ruang Terbuka (Shirvani, 1985;
kondisi lokal yang memperhatikan keserasian & Permen PU No. 06/PRT/M/20017).
dengan alam dan budaya sekitarnya sehingga
visi perancangan Kawasan Koridor Ryacudu
sebagai “Smart growth Corridor based on
Lampung Indentity” yang memiliki tujuan
untuk: 1. Smart growth, pembangunan
kawasan terbangun dimasa yang akan datang
dengan tata kelola dan terencana dengan
baik dengan menghindari pembangunan yang
tidak diinginkan; 2. Smart Corridor
dimaksudkan sebagai jaringan pergerakan
yang dapat mendukung kegiatan dan guna
lahan baik saat ini maupun dimasa yang akan
datang berbasis pada teknologi; dan 3. Local Gambar 4 Peta Rencana Struktur Ruang
identity “ Piil Pesenggiri” ditujukan untuk Koridor Ryacudu
menciptakan karakter kawasan yang
mengangkat budaya Lampung dengan Rencana struktur ruang Kawasan
gubahan modern sebagai citra kawasan, merupakan kerangka tata ruang wilayah yang
Jalan Ryacudu menjadi jalinan cerita pilosofi tersusun atas sebaran pusat layanan yang
dan filsafah hidup masyarakat Lampung yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan
menjaga kehormatan, ramah tamah, oleh sistem jaringan prasarana, sarana,
menghargai keanekaragaman, dan utilitas. Terdapat dua hirarki struktur yang
bergotoroyong. direncanakan, meliputi: pusat dan sub-pusat.
Ada dua pusat yang direncanakan yaitu pada
Untuk mewujudkan karakter yang ingin segemen II Kampus ITERA dan Segmen VI
dicapai tersebut diperlukan penyusunan misi Segemen Way Dadi. Pusat pada Segemen I
pengembangan kawasan yang diturunkan diarahkan untuk pelayanan kegiatan
dari visi pengembangnya, dimana pada pendidikan tinggi sedangkan pusat di Segmen
akhirnya dapat menjadi acuan dalam VI Way Dadi diarahkan untuk pelayanan
pengembangan Kawasan Koridor Ryacudu. perdagangan dan jasa skala lokal. Sedangkan
Adapun misi pengembangan kawasan segmen lainnya, meliputi Segemen I, III, IV,
meliputi: dan V direncanakan menjadi subpusat yang
1. Mengoptimalkan pelayanan Koridor hanya melayani area disekitar segmen
Ryacudu dalam mendukung sistem masing-masing. Gambar 4 menunjukan
pergerakan pada skala regional; 2. rencana struktur ruang di Kawasan Koridor
Mengintegrasikan sistem pergerakan Ryacudu.
kendaraan dengan transportasi publik; 3.
Menerapkan pembangunan kawasan kompak Rencana penggunaan lahan merupakan
dan mixed use; 4. Menyediakan jalur bentuk dari pemanfaatan lahan yang
pedestrian, dan jalur jalan yang ramah dan berkaitan dengan pengaturan komponen
nyaman; dan 5. Menciptkan karakter kawasan rancangan yang berperan penting dalam
mengangkat filsafah hidup mansyarakat alokasi penggunaan dan penguasaan
Lampung “Piil Pesenggiri” dengan gubahan lahan/tata guna serta sistem jaringan yang
arsitektur modern. akan ditetapkan. Komponen penataan
penggunaan lahan meliputi peruntukan lahan
3. Panduan Rencana Rancangan Koridor makro yang mengikuti rencana tata ruang
Ryacudu yang ada, dan peruntukan lahan mikro yang
ditetapkan berdasarkan pada skala yang lebih
Panduan rencana umum menjadi pedoman detail. Secara keseluruhan peruntukan lahan
arahan pembangunan secara keseluruhan yang direncanakan meliputi: Perdagangan
yang meliputi komponen perancangan dan Jasa, Sarana Pelayanan Umum (SPU),
kawasan seperti: 1. Panduan rencana struktur Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hunian, dan
ruang; 2. Panduan Rencana Penggunaan Pendidikan Tinggi.
Lahan dan Intensitas Lahan; 3. Tata
bangunan, 4. Panduan sistem pergerakan;

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


5 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Falsafah
Seg. Hidup “Piil- Makna
Pesenggiri”
Tittie- Bersikap sopan santun dan
IV
Gumattie mengutamakan kebaikan
Bersosialisasi,
Nengah
V bermusyawarah dan penuh
Nyampur
rasa tanggung jawab
Saling Tolong menolong,
Sakai
VI Bergotoroyong, dan saling
Sambian
menghargai
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Segemen I (Gerbang Toll) dan II (ITERA)


Gambar 5 Rencan Peruntukan Lahan Mikro tema Juluk-Adek (prinsip keberhasilan) dapat
Kawasan Koridor Ryacudu bermakna memiliki gelar dan nama besar
untuk mendapatkan gelar atau keberhasilan
hendaknya setiap individu dalam tatanan
Sedangkan intensitas pemanfaatan lahan masyarakat Lampung rela berkorban (Sinaga,
berkaitan dengan ketentuan mengenai 2012; Nurrohman, 2017). Dalam
besaran pembangunan yang diperbolehkan penerapannya, Juluk-Adek diintepretasikan
pada suatu blok atau zona pada setiap kawasan pendidikan Tinggi, Institut Teknologi
segemen yang berkaitan dengan pengaturan Sumatera, demi mendapatkan kehormatan
Kofisen Dasar Bangunan (KDB) maksimum, dan gelar harus berkorban dan bersungguh-
dan Kofisien Lantai Bangunan (KLB) sungguh. Perancangan pada segmen ini
Maksimum. Penetapan intensitas diarahkan pada tatanan lanskap bernuansa
pemanfaatan lahan yang direncanakan akan pendidikan dan perjuangan untuk
mengikuti struktur ruang dan blok atau zona mendaptkan gelar pendidikan yang lebih
yang direncanakan (Tabel 2.2). tinggi (gambar 6).

Panduan Tata bangunan berkaitan dengan


pengaturan ketinggian bangunan, citra atau
karakter fisik lingkungan. Ketinggian
bangunan akan merujuk pada intensitas lahan
yang direncanakan, baik KDB maupun KLB.
karater bangunan dan lingkungandiwujudkan
melalui penataan tema-tema desain yang
berkaitan dengan falsafah hidup masyarakat
lampung “Piil Pesenggiri” yang dibagi Segemen III (Mesjid Airan Raya) dengan
kedalam enam segemen. Adapun nilai teman Nemui-Nyimah (prinsip penghargaan)
Gambar 6 Penerapan Konsep Juluk-Adek
falsafah tersebut akan diterapkan di enam bermakna menghargai tamu, bentuk
(keberhasilan) di Segmen I&II
segmen kawasan rencana, Segmen I tema
yang diangkat berupa Juluk Adok, Segmen III penghargaan ini berupa sikap menghormati
Nemui-Nyimah, Segmen IV Tittie-Gumattie, dan ramah kepada orang lain (Sinaga, 2012;
Segmen V Ngah Nyampur, dan Segmen VI Nurrohman, 2017). Segmen ini merupakan
Sakai Sambian (Tabel 2.1). kawasan Perbatasan yang menjadi gerbang
ke Kota Bandar Lampung setelah keluar dari
Tabel 2.1 Penerapan Nilai Piil Pesenggiri pada Pintu Tol ITERA Kota Baru. Implementasi
Segmen Rencana desain pada segmen ini diintepretasikan pada
penyediaan gerbang selamat datang di Kota
Falsafah bandar Lampung dengan sentuhan desain
Seg. Hidup “Piil- Makna dan warna yang hangat dan ramah (gambar
Pesenggiri”
Gelar adat, menjaga nama 7).
I & II Juluk-Adok baik dalam kehibupan
bermasyarakat
Suka bersilaturahmi, ramah
Nemui dan santun terhadap tamu
III
Nyimah dan kaum kerabat dan
memiliki rasa setia kawan

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


6 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Gambar 9 Penerapan Ngah-Nyampur di Segmen V


Gambar 7 Penerapan Nilai Nemui-nyimah di
Segmen III
Segemen VI (Way Dadi) Sakai Sabian (prinsip
kerjasama) dimaknai sebagai sebuah sikap
Segemen IV (KORPRI) Tittie-Gumattie berarti orang lampung yang saling bergotoroyong,
memiliki kebiasaan dan sikap yang baik solidaritas, dan tolong menolong (Pranoto dan
(Pranoto dan Wibowo, 2018). Implementasi Wibowo, 2018; Nurrohman, 2017).
Tittie-Gumattie pada konsep desain segmen Implementasi nilai sakai sabian dalam
ini melalui penyediaan ruang publik yang rancangan di segmen ini menekankan pada
mengarahkan pada pengguna koridor yang kehidupan yang selaras dan bekerjasama
menekankan pada moral dan sikap terpuji. baik secara ekonomi maupun sebagai umat
Pada segmen ini penggunaan lahan manusia. Gotoroyong dalam bidang ekonomi
didominasi sebagai lingkungan hunian baik diimplementasikan dengan pengembangan
masyarakat lokal maupun tempat tinggal kawasan perdagangan yang bertujuan untuk
mahasiswa ITERA dan UIN Raden Inten meningkatkan kesejahteraan bersama dan
Lampung (gambar 8). penyediaan taman publik yang inklusif
berbagai usia berupa taman kreatif untuk
kalangan muda dan taman lansia (gambar 10).

Gambar 8 Penerapan Titie-Gumatie di Segmen IV


Gambar 10 Penerapan Sakai Sabian di Segmen VI
Segemen V (Pasar KORPRI) Ngah-Nyampur Panduan Sistem Sirkulasi dan Jalur
(prinsip persamaan dan toleransi) bermakna Penghubung berkaitan dengan pengaturan
sikap teleransi yang tinggi dan memiliki rasa jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi ke
kekeluargaan (Pranoto dan Wibowo, 2018). ndaraan umum, sistem parkir, sirkulasi
Prinsip ini dimplementasikan melalui kendaraan non-motor seperti sepeda dan
penyediaan ruang terbuka publik berupa sky sirkulasi pejalan kaki Jaringan jalan mengikuti
walk yang menjadi wadah ruang berinteraksi dari arahan rencana tata ruang dan wilayah
masyarakat dengan menekankan pada (RTRW) Kota Bandar Lampung, dimana
inklusifitas sebagai bagian tatanan kehidupan hirarki jalan Ryacudu dan Terusan Ryacudu
manusia. merupakan jalan arteri sekunder.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


7 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Tabel 2. Panduan Rancangan

Panduan Rancangan
Komponen
Seg. I Seg. II Seg. III Seg. IV Seg. V Seg. VI
Sub
Struktur Ruang Pusat I Sub Pusat Sub Pusat Sub Pusat Pusat II
Pusat
RTH; Hunian; SPU; RTH;
Perdaganga Perdagangan Perdagangan
Hunian; RTH; Perdagangan
Guna Lahan n; SPU; dan Jasa; dan Jasa; RTH;
SPU Pendidika dan Jasa;
RTH RTH; Hunian Hunian
Toll n Hunian

Intensitas Pemanfaatan
Lahan

KDB Maks 40% 60% 80%


KLB Maks 2 2 2
Tata Masa Bangunan
5 lantai atau 25
Ketinggian Bangunan 4 lantai atau 20 m
m
GSB Muka 1/2 rumija +1
Sistem Pergerakan
Pergerakan Bermotor:
7m
Lebar min. Jalan
Pergerakan Non motor:
Lebar min Jalur 4m 5m 3m 3m 3m 2m
pedestrian
Parkir Komunal
Penerapan nilai Piil Pesenggiri padagubahan rancangan pada masing-masing segmen
Tata Kualitas bangunan Nemui Ngah
Juluk Andok Tittie Gumattie Sakai Sambian
Nyimah Nyampur

Penerapan smart corridor tidak hanya ini merupakan bentuk penerapan smart
berkaitan dengan penggunaan teknologi saja, corridor di Jalan Ryacudu.terdapat sembilan
namun smart corridor juga berkaitan titik halte yang direncanakan, halte ini juga
bagaimana pelayanan koridor yang ramah akan diintegrasikan dengan stasiun LRT.
dan berkelanjutan (Orlowski dan Romanoska, Sistem perparkiran yang akan direncanakan
2018). Pada sistem pergerakan non-motor di koridor ini akan diarahkan pada sistem
akan direncanakan ramah bagi pejalan kaki komunal dan tidak ada parkir on street. Hal ini
dan pesepeda. Jalur sepeda dan pejalan kaki ditujukan agar mengurangi hambatan
akan diintegrasikan dengan ketentuan lebar sampingan yang disebabkan oleh sistem
minimal berkisar anatara 2- 4 m, lebar ini akan parkir on street. Komunal parkir direncanakan
berkaitan dengan tingkat layanan yang pada setiap blok perdagangan dan jasa.
diinginkan dan ketersediaan jalur non
bermotor yang ada (lihat Tabel 2). Sistem ruang terbuka publik, RTH, akan
mengadopsi konsep pengembangan
Pengaturan kendaraan umum di Koridor infrastruktur hijau. Konsep infrastruktur hijau
Ryacudu akan diintegrasikan dengan menekankan adanya keterhubungan antara
pelayanan Smart Bus Rapid Transportation area hijau (Hub) dengan Jalur hijau (link).
(Smart BRT) ITERA. Smart BRT ini nantinya Tekoneksinya area hijau oleh jalur hijau
tidak hanya melayani mahasiswa ITERA nantinya berdampak pada memaksimalkan
namun juga masyarakat umum. Pelayanan manfaat RTH secara ekologis (Benedic and
Smart BRT ITERA akan didukung dengan McMohan, 2001). Setiap segmen yang ada
teknologi berbasis android maupun ios memiliki minimal satu RTH berbentuk area
dimana pengguna bus nantinya dapat melihat yang dihubungkan oleh jalur hijau jalan
posisi dari BRT secara realtime (Gambar 11 berupa median jalan dan jalurhijau di jalur
menunjukan titik halte Smart BRT ITERA). Hal pejalan kaki.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


8 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

IV. DaftarPustaka

Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung.


2020.Kependudukan.https://bandarla
mpungkota.bps.go.id/
Cliff M et al. 1999. Urban Design: Method and
techniques. Oxford: Architectural
Press
Dril N, Galkin A, dan Bibik N. 2016. Applying
city marketing as a tool to support
sustainable development in small city:
case study in Ukraine. Prosiding 2nd
Gambar 11 Titik Halte Smart BRT ITERA international conference “green cities
– green logistics for greener cities” P
Penataan RTH yang berbentuk area 46-53
difungsikan sebagai ruang terbuka publik Klarin T. 2018. The Concept of Sustainable
yang dapat memaksimalkan manfaat sosial Development: from its begining to
dan ekologis. Secara sosial, RTH menjadi contemporary issue. Zegreb
ruang interaksi masyarakat dan Secara International Review of Economics
ekologis RTH diarahkan sebagai kawasan and Business, Vol. 21 P 67-94. DOI:
untuk menyerap polusi udara dan rekayasa 10.2478/zireb-2018-0005
iklim mikro. Lang J. 1994. Urban design: The American
Experience. New York: Van Nostrand
III. Kesimpulan Reinhold.
Nurrohman T. 2017. Piil Pesenggiri: Problem
Koridor Ryacudu merupakan salah satu Inferioritas dan Relevansi Kearifan
kawasan yang terdampak akibat dari Lokan dalam Konteks Kepemimpinan.
perkembangan kota Bandar Lampung IAIN Metro.
sebagai Kota Metropolitan. Kawasan ini Orlowski A dan Romanoska P. 2018. Smart
mengalami perubahan yang signifikan yang cities concept: smart mobility indicator,
dipengaruhi oleh pembanguna infrastruktur cybernetic and system, 50:2, 118-131,
dan sarana berskala nasional seperti JTTS Doi:
dan Kawasan Pendidikan Terpadu LARALIN. 10.1080/01969722.2019.1565120
Visi yang diusung untuk pengembangan Permen PU No. 06/PRT/M/20017 tentang
kawasan Koridor Ryacudu dimasa yang akan Pedoman umum rencana tata
datang adalah mewujudkan Koridor Ryacudu bangunan dan lingkungan.
sebagai Smart Groth Corridor dengan Pranoto H, dan Wibowo A. 2018. Identifikasi
menciptakan karakter kawasan yang Nilai Kearifan Lokal (local Wisdom)
bercorakan budaya lampung. Smart growth Piil Pesenggiri dan Perananya dalam
diwujudkan melalui penataan kawasan yang Pelayanan Konseling Lintas Budaya.
terkendali dan berbentuk kompak, smart Jurnal Bimbingan Konseling
corridor diintepretasikan dengan Indonesia, Volume 3 No 2, P 36-42.
mengembangkan koridor yang ramah Shah MM. 2008. Sustainable Development.
lingkungan dan penggunaan teknologi Encyclopedia of Ecology. P 3443-
informasi dan komunikasi dalam pengelolaan 3446. ScienceDirect:
sistem pergerakannya. Karakter lokal https://doi.org/10.1016/B978-
dihidupkan melalui pengadosian palsafah 008045405-4.00633-9
hidup masyarakat Lampung Piil Pesenggiri Shirvani H. 1985. The Urban Design Process.
sebagai citra kawasan. Panduan rancangan New York: Van Nostrand Reinhold
kawasan ini belum terlalu operasional untuk Company
penerapannya dimasa yang akan datang, Sinaga RM. 2012. (Re)produksi Piil
oleh karenanya diperlukan penyusunan Detail Pesenggiri: identitas Etnis Lampung
engginering Design (DED) Koridor Ryacudu dalam Hubungan dengan Pendatang.
sehingga kualitas kawasan yang diinginkan Jurnal Antropologi Indonesia, Vol. 33,
dapat terwujud. Universitas Indonesia.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


9 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
Planners InSight Vol. 3 No. 1, Februari 2020 | ISSN 2615 – 7055

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26


Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang.
UNDP. 2016. Sustainable Urbanization
Strategy: UNDP’s Suppoert to
sustainable, inclusive, and resilient
cities in the developing world.
Yunus, HS .2010. Metodologi Penelitian
Wilayah Kontemporer. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


10 INSITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai