38616
JRL Vol.14 No.2 Hal. 101 - 118
Desember 2021 e-ISSN : 2580-0442
Abstrak
Konsep Green City atau Kota Hijau adalah konsep pembangunan perkotaan yang mengedepankan
aspek keberlanjutan. Penempatan pembangunan berkelanjutan sebagai prinsip dasar kota hijau,
dengan delapan (8) atribut yang dapat diterapkan keseluruhan atau sebagian dalam pengembangannya
yaitu Green Water, Green Waste, Green Energy, Green Transportation, Green Open Space, Green
Community, Green Planning and Design and Green Building. Potensi dan masalah yang ada dikaitkan
dengan konsep Green City melalui penggunaan tools berupa Green Map untuk melihat bagaimana
konsep ini dapat berperan dalam mendukung penataan desa Warloka sebagai kawasan yang akan
dikembangkan terutama sebagai daerah tujuan wisata. Besarnya peluang pengembangan desa
Warloka sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Labuan Bajo memerlukan dukungan pembangunan
dan penataan sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Dengan kondisi tersebut perlu
dilakukan identifikasi potensi dan masalah yang terdapat di desa Warloka yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan rencana pembangunan wilayah.
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 101
I. PENDAHULUAN hal-hal baru (modernisasi), namun
perubahan ini tidak hanya mengarah pada
Konsep Green City atau Kota Hijau hal positif tetapi terdapat hal negatif.
adalah konsep kota yang seimbang dengan Sehingga dalam pengembangan suatu
alam, yang mana segala bentuk alam mulai kawasan membutuhkan perencanaan
dari organisme hidup hingga habitatnya masa depan untuk mencapai suatu tujuan.
merupakan komponen yang sangat Menurut Mill (2000) dalam Sunarjaya dkk
signifikan dari bentuk perkotaan dan bagian (2018), tidak adanya perencanaan pada
dari infrastruktur hijau. Dalam konsep Kota suatu tempat wisata dapat memberikan
Hijau, segala bentuk alam dipelihara dan dampak negatif seperti kerusakan atau
dikembangkan untuk kepentingan perubahan permanen lingkungan fisik,
penduduk kota. Alam perkotaan dipandang kerusakan atau perubahan permanen
sebagai penyedia layanan yang ideal dan kawasan-kawasan historis/ budaya dan
konsep kunci untuk pengembangan kota. sumber-sumber alam, terlalu banyak orang
Infrastruktur hijau perkotaan dapat dan kemacetan, terjadinya pencemaran,
dipahami sebagai jaringan dari semua dan masalah lalu lintas. Oleh sebab itu,
elemen alam perkotaan baik yang dekat untuk mencapai pariwisata yang
dengan alam atau ruang hijau yang berkelanjutan selain dibutuhkan partisipasi
dirancang dapat menjadi kategori yang aktif dari masyarakat, juga dibutuhkan
relevan dengan perencanaan. Konsep perencanaan yang baik sebelum dilakukan
infrastruktur hijau perkotaan dengan pengembangan dan kerjasama baik antara
demikian merupakan contoh untuk masyarakat, pemerintah, dan pemangku
perencanaan strategis dan terpadu dengan kepentingan wisata untuk meningkatkan
adanya perlindungan, pengembangan, dan kualitas sumberdaya manusia maupun
pengelolaan alam perkotaan. Kota hijau infrastruktur (Khan dkk, 2020).
menjadi salah satu strategi adaptasi yang Kementerian Pekerjaan Umum dan
responsif terhadap dampak perubahan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan
iklim. Kota hijau adalah konsep pembangunan infrastruktur di Destinasi
pembangunan perkotaan yang Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan
mengedepankan aspek keberlanjutan. Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Penempatan pembangunan berkelanjutan (NTT) untuk menjadi kawasan wisata
sebagai prinsip dasar kota hijau, kemudian premium. Pembangunan infrastruktur di
menuntut adanya partisipasi dari DPSP Labuan Bajo dilaksanakan dengan
masyarakat. Dalam Konsep Green City tetap memperhatikan aspek lingkungan.
terdapat 8 atribut yang dapat diterapkan Sebagai salah satu wilayah di Indonesia
keseluruhan atau sebagian atribut yaitu yang memiliki keanekaragaman bentang
Green Water, Green Waste, Green Energy, alam yang dapat dikembangkan menjadi
Green Transportation, Green Open Space, daerah tujuan wisata yang berbasis
Green Community, Green Planning and masyarakat, Labuan Bajo memiliki
Design and Green Building. beragam potensi sumberdaya alam
Pembangunan infrastruktur maupun budaya untuk pariwisata, namun
direncanakan secara terpadu baik belum seluruhnya dikelola dan
penataan kawasan, jalan, penyediaan air dikembangkan sehingga kegiatan
baku dan air bersih, pengelolaan sampah, pariwisata belum berjalan dengan optimal.
sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk Labuan Bajo merupakan salah satu dari
melalui sebuah rencana induk sepuluh destinasi wisata yang dipercepat
pengembangan infrastruktur yang pembangunannya melalui Peraturan
mempertimbangkan aspek lingkungan, Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017
sosial dan ekonomi. Pengembangan suatu tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 3
kawasan dapat menyebabkan perubahan Tahun 2016 tentang Percepatan
dengan mengganti hal-hal lama dengan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 103
3. Inisiasi masyarakat melalui 3. Sulitnya akses kepada kebutuhan
pokdarwis (kelompok sadar primer (air, listrik, dan komunikasi);
wisata); 4. Dermaga dalam kondisi rusak dan
4. Aktivitas pasar (semi) barter yang bolong di beberapa titik;
masih dipertahankan; 5. Pengelolaan sampah mayoritas
5. Komoditas hasil tangkapan laut; dibakar dan menimbulkan asap
6. Keindahan alam perbukitan dan pekat;
pesisir serta potensi island 6. Belum ada Tempat Pelelangan Ikan
hopping. (TPI) dan Kontainer Es.
Bobot
No. Faktor Strategis Rating Nilai
(Integrity)
Strength (Kekuatan)
1. Aksesibilitas dapat ditempuh dari jalur darat dan laut 0,025 1 0,025
2. Terdapat situs purbakala yang dijadikan objek wisata 0,1 3 0,3
3. Inisiasi masyarakat melalui pokdarwis (kelompok sadar wisata) 0,05 3 0,15
4. Aktivitas pasar (semi) barter yang masih dipertahankan 0,15 4 0,6
5. Komoditas hasil tangkapan laut 0,025 2 0,05
Keindahan alam perbukitan dan pesisir serta potensi island
6. 0,05 3 0,15
hopping
TOTAL 0,4 1,275
Weakness (Kelemahan)
1. Jalan darat dalam kondisi rusak berat 0,2 4 0,8
Waktu tempuh yang lama dari Labuan Bajo (darat : 1,5 jam, laut :
2. 0,1 3 0,3
2 km)
Sulitnya akses kepada kebutuhan primer (air, listrik, dan
3. 0,1 3 0,3
komunikasi)
Keterangan:
1. Bobot 𝑆−𝑊 1,275 − 2
Dilihat dari seberapa penting aspek 𝐼𝐹𝐴𝑆 = = = −0,3625
2 2
tersebut dalam organisasi, dengan 𝑂 − 𝑇 2 − 2
𝐸𝐹𝐴𝑆 = = =0
skala mulai dari angka 1,0 (paling 2 2
penting) sampai 0,0 (tidak penting), Dari perhitungan di atas, maka
berdasarkan pengaruh faktor-faktor diperoleh koordinat isu berada pada (-
tersebut terhadap posis strategis 0,3625; 0) sebagaimana ditunjukkan pada
perusahaan. Gambar 10. Berdasarkan koordinat
2. Rating (R) tersebut, isu ini terletak di perbatasan
Diisi mulai dari 0 sampai 4. Nilai 0 kuadran IV dan kuadran III. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa faktor kondisi rekomendasi atas isu/kondisi yang terjadi
sangat lemah, sedangkan angka 4 adalah strategi/optimalisasi opportunities
menunjukkan faktor kondisi sangat untuk menjawab kondisi weakness dan
kuat. kondisi threats.
3. Bobot Skor (BS)
Hasil perkalian bobot dengan skor dari Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS
suatu aspek faktor strategis. Pengembangan
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Kampung
Desember – 2021: Kenari, Desa
101 - 118
4. Total Warloka Induk
5. Total nilai menunjukkan posisi
persaingan (daya saing) organisasi
terhadap organisasi lain.
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 105
dibandingkan dengan Kampung
Cumbi dan Desa Persiapan Warloka
Pesisir
3. Komoditas hasil pertanian dan
perkebunan
4. Terdapat situs purbakala yang belum
dikembangkan menjadi objek wisata
Eksternal Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)
1. Dilewati jalur truk sampah menuju 1. Belum termasuk wilayah pelayanan
TPA Warloka persampahan walau tiap hari dilewati
2. Dicanangkan akan menjadi poros ibu truk sampah menuju TPA Warloka
kota Kecamatan Komodo Selatan 2. Truk sampah yang overload dan
(masih inisiasi) dengan Kampung terbuka dapat menyebabkan sampah
Cumbi tercecer dan menimbulkan
3. Bersama Desa Persiapan Warloka bau/tumpukan
Pesisir, masuk dalam Kawasan 3. Pemutusan pipa aliran air bersih dari
Pengembangan Pariwisata Daerah mata air Wae Lanteng oleh pihak lain
(KPPD) RIPPDA Kabupaten
Manggarai Barat 2014-2025
Sumber: Analisis, 2021
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 107
2. Memiliki potensi untuk dapat 3. Rencana pengembangan wisata di sekitar
dikembangkan menjadi desa Warloka Pesisir oleh pihak swasta atau
wisata mandiri; asing;
3. Kunjungan wisatawan lokal dan 4. Budaya barter sebagai daya tarik wisata
internasional meningkat; dapat hilang seiring perkembangan
4. Peningkatan perekonomian jaman;
masyarakat. 5. Banyaknya tujuan wisata lain yang lebih
menarik.
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118
Gambar 1 (a) Sawah di desa Warloka (b) Kebun Jambu Mete di desa Warloka
(Sumber: Dokumentasi, 2021)
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 109
dengan adanya pasar barter, Cagar Alam potensi wisata di Desa Warloka terdapat di
Wae Wuul yang didalamnya terdapat Warloka Pesisir yaitu pemandangan alam
berbagai macam flora dan fauna khas yang sangat bagus karena bentang alam
pulau Flores. Bahkan menurut informasi yang cukup unik berupa daerah pesisir
dari masyarakat dan situs BKSDA yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga
Manggarai Barat, terdapat Komodo yang pemandangan laut yang ada terlihat
hidup di dalam wilayah Cagar Alam sangat jelas jika dilihat dari bukit tersebut.
tersebut. Hal yang paling menarik dari
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Potensi Wisata Desa Warloka: (a) Batu Meja, (b) Pasar Barter, (c) CA Wae
Wuul, dan (d) Pemandangan di bukit Warloka Pesisir (Sumber: Dokumentasi, 2021)
3.3 Identifikasi Masalah Desa Warloka banyak keterbatasan. Pada jalur darat,
Masalah utama yang ditemukan di untuk menuju ke desa Warloka harus
Desa Warloka adalah terkait dengan melewati jalan yang rusak dengan kontur
aksesibilitas, air bersih dan listrik. perbukitan. Bahkan kondisi jalan di
beberapa titik masih berupa jalan tanah
Masalah Aksesibilitas dan bebatuan yang hanya bisa dilewati
Dalam pengembangan suatu oleh kendaraan tertentu saja. Sama
wilayah, aksesibilitas menjadi aspek dengan jalur darat, jalur laut juga terdapat
penting yang harus diperhatikan. kendala, dikarenakan dermaga yang
Permasalahan aksesibilitas desa Warloka digunakan untuk berlabuh mengalami
baik jalur darat maupun jalur laut memiliki kerusakan. Kayu yang digunakan sebagai
(a) (b)
Gambar 3 (a) Jalan rusak menuju desa Warloka dan (b) Dermaga rusak di Warloka Pesisir
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118
Gambar 4. Mata Air Wae Jawa di Warloka Pesisir (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 111
Masalah Jaringan Listrik dari solar panel skala rumah tangga tidak
Masalah ketersediaan energi listrik di akan cukup untuk menopang kegiatan
desa Warloka yaitu belum dijangkau aliran pariwisata di wilayah tersebut. Kebutuhan
listrik PLN, sehingga masyarakat harus energi listrik untuk mendukung
menggunakan solar panel dan genset pengembangan kegiatan pariwisata akan
secara pribadi untuk mendapatkan energi lebih besar sehingga perlu adanya
listrik. Jika pengembangan wisata desa pelayanan listrik dari PLN.
Warloka dilakukan tentu saja energi listrik
Gambar 5. Solar panel yang ada di desa Warloka (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 113
Gambar 7. Green Map Dusun Kenari (Sumber: Analisis penulis, 2021
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 115
Gambar 9. Green Map Desa Warloka Pesisir (Sumber: Analisis penulis, 202
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 117
terkait seperti masyarakat, pemerintah
daerah, atau institusi dan lembaga lain.
DAFTAR PUSTAKA