Anda di halaman 1dari 18

Jakarta, p-ISSN : 2085.

38616
JRL Vol.14 No.2 Hal. 101 - 118
Desember 2021 e-ISSN : 2580-0442

KONSEP GREEN CITY DALAM MENDUKUNG PENATAAN


DESA WARLOKA KECAMATAN KOMODO KABUPATEN
MANGGARAI BARAT, NTT MENGGUNAKAN TOOLS GREEN
MAP
Adinda Arimbi Saraswati, Januarta Dwi Kusmayanti, Dwi Aji Darmawan, Rizky
Pratama Adhi, Saraswati Diah Rini, Reba Anindyajati
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Abstrak

Konsep Green City atau Kota Hijau adalah konsep pembangunan perkotaan yang mengedepankan
aspek keberlanjutan. Penempatan pembangunan berkelanjutan sebagai prinsip dasar kota hijau,
dengan delapan (8) atribut yang dapat diterapkan keseluruhan atau sebagian dalam pengembangannya
yaitu Green Water, Green Waste, Green Energy, Green Transportation, Green Open Space, Green
Community, Green Planning and Design and Green Building. Potensi dan masalah yang ada dikaitkan
dengan konsep Green City melalui penggunaan tools berupa Green Map untuk melihat bagaimana
konsep ini dapat berperan dalam mendukung penataan desa Warloka sebagai kawasan yang akan
dikembangkan terutama sebagai daerah tujuan wisata. Besarnya peluang pengembangan desa
Warloka sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Labuan Bajo memerlukan dukungan pembangunan
dan penataan sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Dengan kondisi tersebut perlu
dilakukan identifikasi potensi dan masalah yang terdapat di desa Warloka yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan rencana pembangunan wilayah.

Kata kunci: kota hijau, green map

THE GREEN CITY CONCEPT IN SUPPORTING THE


STRUCTURE OF WARLOKA VILLAGE, KOMODO DISTRICT,
MANGGARAI BARAT REGENCY, NTT USING GREEN MAP
TOOLS
Abstract
The concept of Green City is a concept of urban development that puts forward aspects of sustainability.
Placement of sustainable development as the basic principle of a green city, with eight (8) attributes that
can be applied in whole or in part of the development, i.e. Green Water, Green Waste, Green Energy,
Green Transportation, Green Open Space, Green Community, Green Planning and Design and Green
Building . The existing potential and problems are associated with the Green City concept through the
use of tools in the form of a Green Map to see how this concept can play a role in supporting the
structuring of Warloka village as an area that will be developed especially as a tourist destination. The
large opportunity for developing Warloka village as one of the tourist destinations in Labuan Bajo
requires development support and arrangement so that it does not cause environmental problems. With
these conditions, it is necessary to identify the potential and problems in Warloka village which can be
used as consideration for regional development plan.

Keyword : Green City; Green Map

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 101
I. PENDAHULUAN hal-hal baru (modernisasi), namun
perubahan ini tidak hanya mengarah pada
Konsep Green City atau Kota Hijau hal positif tetapi terdapat hal negatif.
adalah konsep kota yang seimbang dengan Sehingga dalam pengembangan suatu
alam, yang mana segala bentuk alam mulai kawasan membutuhkan perencanaan
dari organisme hidup hingga habitatnya masa depan untuk mencapai suatu tujuan.
merupakan komponen yang sangat Menurut Mill (2000) dalam Sunarjaya dkk
signifikan dari bentuk perkotaan dan bagian (2018), tidak adanya perencanaan pada
dari infrastruktur hijau. Dalam konsep Kota suatu tempat wisata dapat memberikan
Hijau, segala bentuk alam dipelihara dan dampak negatif seperti kerusakan atau
dikembangkan untuk kepentingan perubahan permanen lingkungan fisik,
penduduk kota. Alam perkotaan dipandang kerusakan atau perubahan permanen
sebagai penyedia layanan yang ideal dan kawasan-kawasan historis/ budaya dan
konsep kunci untuk pengembangan kota. sumber-sumber alam, terlalu banyak orang
Infrastruktur hijau perkotaan dapat dan kemacetan, terjadinya pencemaran,
dipahami sebagai jaringan dari semua dan masalah lalu lintas. Oleh sebab itu,
elemen alam perkotaan baik yang dekat untuk mencapai pariwisata yang
dengan alam atau ruang hijau yang berkelanjutan selain dibutuhkan partisipasi
dirancang dapat menjadi kategori yang aktif dari masyarakat, juga dibutuhkan
relevan dengan perencanaan. Konsep perencanaan yang baik sebelum dilakukan
infrastruktur hijau perkotaan dengan pengembangan dan kerjasama baik antara
demikian merupakan contoh untuk masyarakat, pemerintah, dan pemangku
perencanaan strategis dan terpadu dengan kepentingan wisata untuk meningkatkan
adanya perlindungan, pengembangan, dan kualitas sumberdaya manusia maupun
pengelolaan alam perkotaan. Kota hijau infrastruktur (Khan dkk, 2020).
menjadi salah satu strategi adaptasi yang Kementerian Pekerjaan Umum dan
responsif terhadap dampak perubahan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan
iklim. Kota hijau adalah konsep pembangunan infrastruktur di Destinasi
pembangunan perkotaan yang Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan
mengedepankan aspek keberlanjutan. Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Penempatan pembangunan berkelanjutan (NTT) untuk menjadi kawasan wisata
sebagai prinsip dasar kota hijau, kemudian premium. Pembangunan infrastruktur di
menuntut adanya partisipasi dari DPSP Labuan Bajo dilaksanakan dengan
masyarakat. Dalam Konsep Green City tetap memperhatikan aspek lingkungan.
terdapat 8 atribut yang dapat diterapkan Sebagai salah satu wilayah di Indonesia
keseluruhan atau sebagian atribut yaitu yang memiliki keanekaragaman bentang
Green Water, Green Waste, Green Energy, alam yang dapat dikembangkan menjadi
Green Transportation, Green Open Space, daerah tujuan wisata yang berbasis
Green Community, Green Planning and masyarakat, Labuan Bajo memiliki
Design and Green Building. beragam potensi sumberdaya alam
Pembangunan infrastruktur maupun budaya untuk pariwisata, namun
direncanakan secara terpadu baik belum seluruhnya dikelola dan
penataan kawasan, jalan, penyediaan air dikembangkan sehingga kegiatan
baku dan air bersih, pengelolaan sampah, pariwisata belum berjalan dengan optimal.
sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk Labuan Bajo merupakan salah satu dari
melalui sebuah rencana induk sepuluh destinasi wisata yang dipercepat
pengembangan infrastruktur yang pembangunannya melalui Peraturan
mempertimbangkan aspek lingkungan, Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017
sosial dan ekonomi. Pengembangan suatu tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 3
kawasan dapat menyebabkan perubahan Tahun 2016 tentang Percepatan
dengan mengganti hal-hal lama dengan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

102 Saraswati, Adinda., 2021


Penetapan Labuan Bajo sebagai destinasi sejumlah sumber lainnya yang dapat
yang diprioritaskan percepatan diperoleh dari laman internet, metode
pembangunannya karena Labuan Bajo analisis menggunakan alat analisis SWOT
menjadi zona pendukung Taman Nasional dan tools Green Map.
Komodo (TNK).
Dukungan pembangunan infrastruktur III. BAHASAN
terus dikembangkan oleh pemerintah 3.1 Analisis Dukungan dan Peran Desa
melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Warloka untuk KSPN Labuan Bajo
Perumahan Rakyat, salah satunya adalah
pembangunan Insinerator Modular (IM) Dalam melakukan analisis dukungan
untuk mengatasi permasalahan sampah dan peran Desa Warloka untuk KSPN
perkotaan Labuan Bajo. IM ini berlokasi di Labuan Bajo, alat bantu analisis yang
desa Warloka yang termasuk dalam 55 digunakan adalah dengan metode analisis
program desa wisata yang diinisiasi oleh SWOT untuk menemukan strategi yang
Dinas Budaya dan Pariwisata Manggarai sesuai berdasarkan identifikasi terhadap
Barat, Labuan Bajo. Keterbatasan kekuatan (strength), kelemahan
jangkauan pelayanan sampah IM Labuan (weakness), peluang (opportunity), dan
Bajo yang tidak mencakup wilayah desa ancaman (threat). Analisis SWOT
Warloka, namun melewati wilayah dilakukan untuk melihat potensi
administrasi desa dapat menjadi sebuah pengembangan pariwisata di Desa
peluang pengembangan desa Warloka. Warloka, pengaruh keberadaan IM Labuan
Sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk Bajo terhadap masyarakat, dan
melihat potensi dan masalah yang terdapat pengembangan Desa Warloka secara
di desa Warloka yang kemudian dapat keseluruhan.
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
rencana pembangunan wilayah. Potensi Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS
dan masalah yang ada dikaitkan dengan Pengembangan Desa Warloka Pesisir
konsep Green City melalui penggunaan Dalam merumuskan rekomendasi,
tools Green Map untuk melihat bagaimana kondisi/ isu yang ditemukan dapat
konsep ini dapat berperan dalam diidentifikasi faktor-faktor penyebab
mendukung penataan desa Warloka terjadinya kondisi/isu. Salah satu metode
sebagai kawasan yang akan yang digunakan adalah analisis SWOT
dikembangkan terutama sebagai daerah dengan memperhatikan aspek internal:
tujuan wisata. kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) dan aspek eksternal:
II. METODE peluang (opportunities) dan ancaman
(threats). Selanjutnya, dilakukan
Metode yang digunakan dalam tulisan perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis
ini adalah metode penelusuran informasi Strategy) dan EFAS (External Factor
sekunder yang diperoleh dari laporan Analysis Strategy).
teknis, dokumen dalam angka, dan

Tabel 1 Identifikasi SWOT Desa Persiapan Warloka Pesisir

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Aksesibilitas dapat ditempuh dari 1. Jalan darat dalam kondisi rusak
jalur darat dan laut; berat;
Internal
2. Terdapat situs purbakala yang 2. Waktu tempuh yang lama dari
dijadikan objek wisata; Labuan Bajo (darat: 1,5 jam, laut: 2
km);

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 103
3. Inisiasi masyarakat melalui 3. Sulitnya akses kepada kebutuhan
pokdarwis (kelompok sadar primer (air, listrik, dan komunikasi);
wisata); 4. Dermaga dalam kondisi rusak dan
4. Aktivitas pasar (semi) barter yang bolong di beberapa titik;
masih dipertahankan; 5. Pengelolaan sampah mayoritas
5. Komoditas hasil tangkapan laut; dibakar dan menimbulkan asap
6. Keindahan alam perbukitan dan pekat;
pesisir serta potensi island 6. Belum ada Tempat Pelelangan Ikan
hopping. (TPI) dan Kontainer Es.

Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)


1. Rencana pembangunan tempat 1. Kepemilikan lahan mayoritas sudah
wisata di Pulau Purung yang dimiliki oleh penduduk luar.
lokasinya dekat dengan Warloka
Pesisir;
2. Keberadaan resort scuba junkie;
3. Sering mendapat tamu dari luar:
Eksternal lokasi program penelitian
mahasiswa, lokasi Indonesia
Mengabdi, dsb;
4. Bersama Desa Warloka Induk,
masuk dalam Kawasan
Pengembangan Pariwisata Daerah
(KPPD) RIPPDA Kabupaten
Manggarai Barat 2014-2025.
Sumber: Analisis, 2021

Kemudian berdasarkan analisis perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis


SWOT, maka dilakukan perbandingan Strategy) dan EFAS (External Factor
faktor lingkungan internal (strength dan Analysis Strategy). Perhitungan dilakukan
weakness) dengan faktor lingkungan dengan memberi bobot dan rating pada
eksternal (opportunity dan threat) melalui tiap kategori.

Tabel 2. Perhitungan EFAS dan IFAS Desa Persiapan Warloka Pesisir

Bobot
No. Faktor Strategis Rating Nilai
(Integrity)
Strength (Kekuatan)
1. Aksesibilitas dapat ditempuh dari jalur darat dan laut 0,025 1 0,025
2. Terdapat situs purbakala yang dijadikan objek wisata 0,1 3 0,3
3. Inisiasi masyarakat melalui pokdarwis (kelompok sadar wisata) 0,05 3 0,15
4. Aktivitas pasar (semi) barter yang masih dipertahankan 0,15 4 0,6
5. Komoditas hasil tangkapan laut 0,025 2 0,05
Keindahan alam perbukitan dan pesisir serta potensi island
6. 0,05 3 0,15
hopping
TOTAL 0,4 1,275
Weakness (Kelemahan)
1. Jalan darat dalam kondisi rusak berat 0,2 4 0,8
Waktu tempuh yang lama dari Labuan Bajo (darat : 1,5 jam, laut :
2. 0,1 3 0,3
2 km)
Sulitnya akses kepada kebutuhan primer (air, listrik, dan
3. 0,1 3 0,3
komunikasi)

104 Saraswati, Adinda., 2021


Bobot
No. Faktor Strategis Rating Nilai
(Integrity)
4. Dermaga dalam kondisi rusak dan bolong di beberapa titik 0,05 3 0,15
Pengelolaan sampah mayoritas dibakar dan menimbulkan asap
5. 0,1 3 0,3
pekat
6. Belum ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kontainer Es 0,05 3 0,15
TOTAL 0,6 2
Opportunity (Peluang)
1. Rencana pembangunan resort wisata di Pulau Purung 0,1 4 0,4
2. Keberadaan resort scuba junkie 0,1 4 0,4
Sering mendapat tamu dari luar : lokasi program penelitian
3. 0,2 4 0,8
mahasiswa, lokasi Indonesia Mengabdi, dsb.
Bersama Desa Warloka Induk, masuk dalam Kawasan
4. Pengembangan Pariwisata Daerah (KPPD) RIPPDA Kabupaten 0,1 4 0,4
Manggarai Barat 2014-2025
TOTAL 0,5 2
Threats (Tantangan)
1. Kepemilikan lahan mayoritas sudah dimiliki oleh penduduk luar 0,5 4 2
TOTAL 0,5 2
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006 dan Analisis, 2021

Keterangan:
1. Bobot 𝑆−𝑊 1,275 − 2
Dilihat dari seberapa penting aspek 𝐼𝐹𝐴𝑆 = = = −0,3625
2 2
tersebut dalam organisasi, dengan 𝑂 − 𝑇 2 − 2
𝐸𝐹𝐴𝑆 = = =0
skala mulai dari angka 1,0 (paling 2 2
penting) sampai 0,0 (tidak penting), Dari perhitungan di atas, maka
berdasarkan pengaruh faktor-faktor diperoleh koordinat isu berada pada (-
tersebut terhadap posis strategis 0,3625; 0) sebagaimana ditunjukkan pada
perusahaan. Gambar 10. Berdasarkan koordinat
2. Rating (R) tersebut, isu ini terletak di perbatasan
Diisi mulai dari 0 sampai 4. Nilai 0 kuadran IV dan kuadran III. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa faktor kondisi rekomendasi atas isu/kondisi yang terjadi
sangat lemah, sedangkan angka 4 adalah strategi/optimalisasi opportunities
menunjukkan faktor kondisi sangat untuk menjawab kondisi weakness dan
kuat. kondisi threats.
3. Bobot Skor (BS)
Hasil perkalian bobot dengan skor dari Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS
suatu aspek faktor strategis. Pengembangan
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Kampung
Desember – 2021: Kenari, Desa
101 - 118
4. Total Warloka Induk
5. Total nilai menunjukkan posisi
persaingan (daya saing) organisasi
terhadap organisasi lain.

Tabel 3. Identifikasi SWOT Kampung Kenari, Desa Warloka Induk

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Berada di jalur primer poros selatan 1. Sulitnya akses kepada kebutuhan
Labuan Bajo-Golo Mori primer (air, listrik, dan komunikasi)
Internal
2. Fasilitas pendidikan dasar tersedia 2. Pengelolaan sampah mayoritas
lengkap (SD-SMP-SMA) dan begitu dibakar dan menimbulkan asap pekat
pula fasilitas lainnya jika

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 105
dibandingkan dengan Kampung
Cumbi dan Desa Persiapan Warloka
Pesisir
3. Komoditas hasil pertanian dan
perkebunan
4. Terdapat situs purbakala yang belum
dikembangkan menjadi objek wisata
Eksternal Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)
1. Dilewati jalur truk sampah menuju 1. Belum termasuk wilayah pelayanan
TPA Warloka persampahan walau tiap hari dilewati
2. Dicanangkan akan menjadi poros ibu truk sampah menuju TPA Warloka
kota Kecamatan Komodo Selatan 2. Truk sampah yang overload dan
(masih inisiasi) dengan Kampung terbuka dapat menyebabkan sampah
Cumbi tercecer dan menimbulkan
3. Bersama Desa Persiapan Warloka bau/tumpukan
Pesisir, masuk dalam Kawasan 3. Pemutusan pipa aliran air bersih dari
Pengembangan Pariwisata Daerah mata air Wae Lanteng oleh pihak lain
(KPPD) RIPPDA Kabupaten
Manggarai Barat 2014-2025
Sumber: Analisis, 2021

Kemudian berdasarkan analisis Analysis Strategy). Perhitungan dilakukan


SWOT, maka dilakukan perbandingan dengan memberi bobot dan rating pada
faktor lingkungan internal (strength dan tiap kategori.
weakness) dengan faktor lingkungan
eksternal (opportunity dan threat) melalui Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS
perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis Kampung Cumbi, Desa Warloka Induk
Strategy) dan EFAS (External Factor

Tabel 4. Identifikasi SWOT Kampung Cumbi, Desa Warloka Induk

Internal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Komoditas hasil pertanian dan 1. Sulitnya akses kepada kebutuhan
perkebunan primer (air, listrik, dan komunikasi)
2. Cagar Alam Wae Wuul dapat menjadi 2. Pengelolaan sampah mayoritas dibakar
daya tarik wisata dan menimbulkan asap pekat
3. Jalan darat dalam kondisi rusak berat
Eksternal Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)
1. Rencana jalan poros Labuan Bajo- 1. Pembebasan lahan rencana jalan poros
Nalis-Cumbi-Kenari Labuan Bajo-Nalis-Cumbi-Kenari
2. Dicanangkan akan menjadi poros ibu berpotensi mengakibatkan banyak
kota Kecamatan Komodo Selatan lahan warga akan tergusur ganti untung
(masih inisiasi) dengan Kampung
Cumbi
3. Bersama Desa Persiapan Warloka
Pesisir, masuk dalam Kawasan
Pengembangan Pariwisata Daerah
(KPPD) RIPPDA Kabupaten Manggarai
Barat 2014-2025
Sumber: Analisis Penulis, 2021

106 Saraswati, Adinda., 2021


Kemudian berdasarkan analisis Dalam merumuskan
SWOT, maka dilakukan perbandingan rekomendasi, kondisi/isu yang ditemukan
faktor lingkungan internal (strength dan dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab
weakness) dengan faktor lingkungan terjadinya kondisi/isu. Salah satu metode
eksternal (opportunity dan threat) melalui yang digunakan adalah analisis SWOT
perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis dengan memperhatikan aspek internal:
Strategy) dan EFAS (External Factor kekuatan (strengths) dan kelemahan
Analysis Strategy). Perhitungan dilakukan (weaknesses) dan aspek eksternal:
dengan memberi bobot dan rating pada peluang (opportunities) dan ancaman
tiap kategori. (threats). Selanjutnya, dilakukan
perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis
Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS Potensi Strategy) dan EFAS (External Factor
Pengembangan Pariwisata Desa Warloka Analysis Strategy).

Tabel 5 Identifikasi SWOT Potensi Pengembangan Pariwisata Desa Warloka

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Warloka pesisir memiliki daya 1. Aksesibilitas cukup sulit dengan kondisi
tarik wisata laut yang cukup jalan menuju warloka pesisir rusak, belum
banyak, seperti pemandangan mengalami perkerasan jalan atau masih
laut, sunset-sunrise, hasil ikan laut berupa tanah dan bebatuan;
yang dapat dikembangkan; 2. Kondisi dermaga sebagai satu-satunya
2. Daya tarik wisata budaya seperti fasilitas untuk mendukung jalur laut ke
pasar barter, batu meja, dan batu warloka pesisir mengalami kerusakan
balok dapat dikembangkan; karena hanya dibuat dengan material
3. Kelompok sadar wisata kayu;
(pokdarwis)yang dibentuk secara 3. Sumber daya manusia terbatas;
mandiri atau swadaya masyarakat 4. Sumber mata air untuk pemenuhan
sudah aktif; kebutuhan air bersih masyarakat
4. Letak Warloka Pesisir cukup lokasinya cukup jauh dari permukiman
Internal
strategis karena berdekatan dan kurang terawat;
dengan daya tarik wisata lainnya 5. Warloka pesisir belum teraliri listrik
seperti Pulau Kalong, Pulau Padar sehingga untuk pemenuhan
dan Pulau Rinca (2 pulau ini kebutuhannya masyarakat menggunakan
termasuk dalam pengembangan panel surya secara mandiri;
KSPN Labuan Bajo). 6. Jumlah fasilitas penginapan sedikit dan
hanya disediakan secara mandiri oleh
Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember
warga – 2021: 101
setempat - 118 menjadikan
dengan
rumah hunian sebagai guest house;
7. Jalur menuju lokasi/ spot wisata tidak
terawat dan belum sepenuhnya
terfasilitasi;
8. Spot wisata terbengkalai dan kurang
dirawat dengan baik.
Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)
1. Desa Warloka termasuk dalam 55 1. Keterbatasan anggaran pengembangan
Eksternal program desa wisata oleh Dinas wisata;
Budaya dan Pariwisata Manggarai 2. Keterbatasan anggaran pengembangan
Barat, Labuan Bajo; infrastruktur;

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 107
2. Memiliki potensi untuk dapat 3. Rencana pengembangan wisata di sekitar
dikembangkan menjadi desa Warloka Pesisir oleh pihak swasta atau
wisata mandiri; asing;
3. Kunjungan wisatawan lokal dan 4. Budaya barter sebagai daya tarik wisata
internasional meningkat; dapat hilang seiring perkembangan
4. Peningkatan perekonomian jaman;
masyarakat. 5. Banyaknya tujuan wisata lain yang lebih
menarik.
Sumber: Analisis Penulis, 2021

Berdasarkan koordinat tersebut dan mengembangkan sumber daya yang


pengembangan Warloka Pesisir terletak di dimiliki.
kuadran III yang artinya bahwa peluang
pengembangan sangat besar namun di Analisis SWOT, IFAS, dan EFAS Dampak
sisi lain harus dihadapkan pada beberapa Keberadaan IM Labuan Bajo terhadap
kendala/ kelemahan yang berasal dari Masyarakat Desa Warloka
faktor internal. Dengan demikian Dalam merumuskan
diperlukan strategi yang dapat rekomendasi, kondisi/isu yang ditemukan
meminimalkan masalah internal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab
sehingga dapat mengubah peluang yang terjadinya kondisi/isu. Salah satu metode
lebih baik serta diperlukan kompetensi yang digunakan adalah analisis SWOT
sumber daya internal untuk mengatasi hal dengan memperhatikan aspek internal:
tersebut dan ancaman dari luar yang kekuatan (strengths) dan kelemahan
mungkin ditimbulkan. (weaknesses) dan aspek eksternal:
Dengan demikian berarti peluang (opportunities) dan ancaman
rekomendasi atas isu/kondisi yang terjadi (threats). Selanjutnya, dilakukan
adalah strategi mengendalikan kerugian perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis
yang mungkin timbul dengan memperbaiki Strategy) dan EFAS (External Factor
Analysis Strategy).

Tabel 6. Identifikasi SWOT IM Labuan Bajo di Desa Warloka

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)


1. Lokasi IM Labuan Bajo tidak berada 1. Jangkauan pelayanan pengangkutan
pada kawasan permukiman; sampah tidak menjangkau desa
2. Akses menuju IM Labuan Bajo baik; Warloka;
3. Keberadaan IM dapat mengurangi 2. Sampah tercecer dan bau tidak sedap
jumlah timbulan sampah. yang timbul di sekitar jalur yang dilewati
truk pengangkut sampah;
3. Pengeboran sumur sedalam ± 120 m
dapat berdampak pada penurunan
Eksternal cadangan air;
4. Sampah tercampur dan belum ada
pemilahan limbah B3 di lokasi IM;
5. SDM di lingkungan kerja IM bukan
berasal dari warga setempat atau desa
Warloka.

108 Saraswati, Adinda., 2021


Opportunities (Peluang) Threats (Tantangan)
1. Rencana perluasan jangkauan 1. Peralihan manajerial operasional IM
pelayanan pengangkutan sampah; Labuan Bajo;
2. Perbaikan infrastruktur jalan dan 2. Pergantian tenaga kerja/ tenaga ahli/
sarana prasarana dasar lainnya. operator IM Labuan Bajo karena
Eksternal pengadaan tenaga kerja dengan sistem
kontrak;
3. Volume bahan baku/ sumber sampah
berkurang karena tidak ada
pengangkutan akibat kondisi cuaca yang
buruk menghalangi operasional IM.

Sumber: Analisis Penulis, 2021

Kemudian berdasarkan analisis memiliki lahan pertanian dan perkebunan


SWOT, maka dilakukan perbandingan yang sangat luas. Terdapat berbagai
faktor lingkungan internal (strength dan macam jenis perkebunan seperti kebun
weakness) dengan faktor lingkungan kopi yang ada di dusun Cumbi, kebun
eksternal (opportunity dan threat) melalui jambu mete, kebun jagung, dan sawah
perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis padi yang sangat luas di sekitar dusun
Strategy) dan EFAS (External Factor Cumbi dan Kenari. Kebun dan sawah ini
Analysis Strategy). Perhitungan dilakukan merupakan kepemilikan pribadi yang
dengan memberi bobot dan rating pada dikembangkan secara mandiri oleh
tiap kategori. masyarakat. Dengan adanya berbagai
jenis tanaman dengan jumlah lahan
3.2 Identifikasi Potensi Desa Warloka pertanian yang luas di desa Warloka
mampu meningkatkan hasil sektor
Potensi Sektor Pertanian pertanian dan perkebunan desa Warloka
Potensi desa Warloka pada sektor jika didukung dengan sumber daya
pertanian dan perkebunan terletak di manusia yang terampil dan memanfaatkan
dusun Cumbi dan dusun Kenari yang teknologi yang ada.

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118

Gambar 1 (a) Sawah di desa Warloka (b) Kebun Jambu Mete di desa Warloka
(Sumber: Dokumentasi, 2021)

Potensi Sektor Pariwisata potensi wisata alam desa Warloka yang


Desa Warloka masuk kedalam Kawasan cukup menarik. Mulai dari situs
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) peninggalan sejarah (batu meja, batu
Labuan Bajo. Hal ini didukung dengan balok, batu nepa, dll), wisata budaya

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 109
dengan adanya pasar barter, Cagar Alam potensi wisata di Desa Warloka terdapat di
Wae Wuul yang didalamnya terdapat Warloka Pesisir yaitu pemandangan alam
berbagai macam flora dan fauna khas yang sangat bagus karena bentang alam
pulau Flores. Bahkan menurut informasi yang cukup unik berupa daerah pesisir
dari masyarakat dan situs BKSDA yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga
Manggarai Barat, terdapat Komodo yang pemandangan laut yang ada terlihat
hidup di dalam wilayah Cagar Alam sangat jelas jika dilihat dari bukit tersebut.
tersebut. Hal yang paling menarik dari

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2. Potensi Wisata Desa Warloka: (a) Batu Meja, (b) Pasar Barter, (c) CA Wae
Wuul, dan (d) Pemandangan di bukit Warloka Pesisir (Sumber: Dokumentasi, 2021)

3.3 Identifikasi Masalah Desa Warloka banyak keterbatasan. Pada jalur darat,
Masalah utama yang ditemukan di untuk menuju ke desa Warloka harus
Desa Warloka adalah terkait dengan melewati jalan yang rusak dengan kontur
aksesibilitas, air bersih dan listrik. perbukitan. Bahkan kondisi jalan di
beberapa titik masih berupa jalan tanah
Masalah Aksesibilitas dan bebatuan yang hanya bisa dilewati
Dalam pengembangan suatu oleh kendaraan tertentu saja. Sama
wilayah, aksesibilitas menjadi aspek dengan jalur darat, jalur laut juga terdapat
penting yang harus diperhatikan. kendala, dikarenakan dermaga yang
Permasalahan aksesibilitas desa Warloka digunakan untuk berlabuh mengalami
baik jalur darat maupun jalur laut memiliki kerusakan. Kayu yang digunakan sebagai

110 Saraswati, Adinda., 2021


pijakan pada dermaga sudah mulai rapuh ke desa Warloka, sehingga perlu adanya
dan dapat rusak seketika saat dilewati. Hal perbaikan pada dermaga, jika perlu dapat
ini tentu cukup berbahaya bagi mengubah struktur dermaga dari semi
masyarakat dan pengunjung yang datang permanen menjadi bentuk permanen.

(a) (b)
Gambar 3 (a) Jalan rusak menuju desa Warloka dan (b) Dermaga rusak di Warloka Pesisir
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)

Masalah Air Bersih kurang baik dan kurang layak untuk


Ketersediaan air bersih menjadi digunakan sebagai air konsumsi, sehingga
masalah kedua di desa Warloka. perlu adanya bantuan dari pemerintah
Masyarakat desa Warloka harus dalam pemenuhan air bersih. Apalagi jika
mengambil air dari mata air yang cukup wilayah tersebut direalisasikan untuk
jauh untuk mendapatkan air bersih yang menjadi kawasan wisata. Maka kebutuhan
layak dikonsumsi, karena sumber air yang air bersih di wilayah tersebut akan
ada di dekat desa Warloka kondisinya semakin besar.

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118

Gambar 4. Mata Air Wae Jawa di Warloka Pesisir (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 111
Masalah Jaringan Listrik dari solar panel skala rumah tangga tidak
Masalah ketersediaan energi listrik di akan cukup untuk menopang kegiatan
desa Warloka yaitu belum dijangkau aliran pariwisata di wilayah tersebut. Kebutuhan
listrik PLN, sehingga masyarakat harus energi listrik untuk mendukung
menggunakan solar panel dan genset pengembangan kegiatan pariwisata akan
secara pribadi untuk mendapatkan energi lebih besar sehingga perlu adanya
listrik. Jika pengembangan wisata desa pelayanan listrik dari PLN.
Warloka dilakukan tentu saja energi listrik

Gambar 5. Solar panel yang ada di desa Warloka (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)

3.4 Analisis Potensi Desa Warloka


dalam Bentuk Green Map
digunakan dalam berbagai jenis perangkat
Potensi desa Warloka diidentifikasi melalui lunak yang ada pada komputer. Green
data sekunder yang kemudian divalidasi Map dapat membantu masyarakat untuk
dengan survei lapangan. Potensi yang melihat, menilai, menghubungkan, serta
dimaksud tidak hanya hal-hal positif atau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat
keunggulan yang terdapat di desa mereka berada.
Warloka, namun juga meliputi potensi
negatif yang dapat memengaruhi atau
menjadi hambatan dalam upaya
pengembangan wilayah. Potensi-potensi
ini disajikan dalam bentuk Green Map
yang menunjukkan kondisi eksistingnya
secara spasial dengan menggunakan
ikon-ikon tertentu yang termasuk dalam
bagian pembangunan berkelanjutan. Ikon
Green Map tidak hanya dibentuk dalam
gambar,melainkan juga didigitalisasi
menjadi sebuah tulisan, sehingga dapat

112 Saraswati, Adinda., 2021


Gambar 6. Green Map Desa Warloka (Sumber: Analisis penulis, 2021)

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 113
Gambar 7. Green Map Dusun Kenari (Sumber: Analisis penulis, 2021

114 Saraswati, Adinda., 2021


Gambar 8. Green Map Dusun Cumbi (Sumber: Analisis penulis, 2021

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 115
Gambar 9. Green Map Desa Warloka Pesisir (Sumber: Analisis penulis, 202

116 Saraswati, Adinda., 2021


Dari Green Map yang dapat dilihat listrik karena sampai saat ini kondisi
pada Gambar 9 - Gambar 12, penataan infrastruktur jalan masih menjadi kendala
kawasan di desa Warloka berdasarkan untuk menjangkau desa Warloka Pesisir
potensi yang dimiliki (dapat dilihat pada baik melalui darat maupun laut.
bagian 3.2 dan 3.3) dapat diarahkan pada Pemenuhan kebutuhan air bersih juga
pengembangan di sektor pariwisata dan cukup sulit karena letak mata air yang jauh
sektor pertanian. Sektor pariwisata lebih dari permukiman warga serta sanitasi
banyak difokuskan pada potensi kawasan yang masih kurang baik, sehingga perlu
pesisir yang terletak di desa Warloka adanya inovasi teknologi ataupun cara lain
Pesisir. Potensi yang ditemukan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
diantaranya pemandangan alam laut bagi masyarakat. Kendala keterjangkauan
seperti sunrise dan sunset, potensi wisata listrik juga perlu diperhatikan, dengan
kuliner hasil laut, dan potensi kondisi saat ini yang mana untuk
pengembangan mangrove di Warloka pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat
Pesisir yang saat ini luasnya belum cukup harus menggunakan solar panel secara
untuk mendukung rencana mandiri dan terbatas.
pengembangan pariwisata. Selain itu,
salah satu daya tarik yang cukup besar IV. KESIMPULAN
adalah adanya pasar barter dan situs
peninggalan sejarah batu meja dan batu Dari hasil studi telah ditunjukkan
balok yang dapat dikembangkan sebagai bahwa tools Green Map sangat membantu
pariwisata budaya. Selain potensi dalam mengidentifikasi potensi dan
pariwisata yang bersumber langsung dari masalah yang terdapat di desa Warloka.
pemandangan alam, potensi lain sumber Potensi dan masalah tersebut dijadikan
daya alam desa Warloka yang dapat sebagai dasar untuk menentukan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata kebijakan pengembangan wilayah desa
adalah kerajinan anyaman dari dusun Warloka yang dapat diarahkan pada
Cumbi. Meskipun saat ini hanya terdapat pengembangan di sektor pariwisata dan
sekitar 3-4 pengrajin individu, namun sektor pertanian. Pengembangan di sektor
potensi pengembangannya sebagai pariwisata laut berupa view sunrise dan
atraksi wisata cukup besar jika dapat sunset, hasil ikan laut tangkap, dan
dikelola atau dibentuk sebuah wadah yang mangrove. Pengembangan di sektor
dapat memfasilitasi kegiatan para pariwisata budaya meliputi pasar barter,
pengrajin ini. Selain itu juga terdapat situs peninggalan sejarah batu meja dan
kerajinan tenun yang dapat batu balok. Pengembangan sektor
dikembangkan, namun saat ini sudah pariwisata hasil kerajinan yaitu anyaman
punah dan perlu dihidupkan kembali dan tenun. Sedangkan pada sektor
sehingga ragam potensi pariwisata lainnya pertanian perlu pemanfaatan teknologi
dapat menjadi daya tarik yang lebih tinggi. dan edukasi kepada masyarakat sehingga
Selanjutnya dari sektor pertanian, hasil dapat membentuk sumber daya manusia
bumi desa Warloka berupa padi, jagung, terampil yang mampu memaksimalkan
kopi, jambu mete, sopi (minuman hasil pertanian. Pengembangan di kedua
fermentasi khas) yang tersebar di wilayah sektor ini juga harus tetap memperhatikan
desa Warloka khususnya dusun Cumbi kendala yang ditemui di desa Warloka
dan dusun Kenari. seperti sulitnya aksesibilitas, pemenuhan
Namun untuk mendukung upaya kebutuhan air bersih yang terbatas, serta
pengembangan baik di sektor pariwisata tidak adanya jaringan listrik. Dengan
maupun sektor pertanian perlu banyak demikian, untuk mewujudkan
dilakukan perbaikan terutama yang pengembangan desa Warloka ini perlu
berkaitan dengan aksesibilitas, adanya kerjasama antar stakeholder
pemenuhan air bersih, dan jangkauan

Konsep Green City... JRL. Vol. 14 No.2, Desember – 2021: 101 - 118 117
terkait seperti masyarakat, pemerintah
daerah, atau institusi dan lembaga lain.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan


Komodo Dalam Angka 2020.
Manggarai Barat: BPS Kabupaten
Manggarai Barat.
Dewi, M. H., Fandeli, C., & Baiquni, M.
2013. Pengembangan Desa Wisata
Berbasis Partisipasi Masyarakat
Lokal di Desa Wisata Jatiluwih
Tabanan, Bali. KAWISTARA, 117-
226.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2016.
“Mengenal 8 Atribut Kota Hijau”
diakses pada 20 Desember 2021
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/
knowledge/detail/mengenal-8-
atribut-kota-hijau.
Khan, Alexander M.A, dkk. 2020. Wisata
Kelautan Berkelanjutan di Labuan
Bajo, Nusa Tenggara Timur:
Sebuah Studi tentang Persepsi
Masyarakat Kawasan Pesisir.
Jurnal Master Pariwisata (JUMPA),
52-76.
Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT
Teknisk Membelah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sunarjaya, I. G., Antara, M., & Prasiasa, D.
O. 2018. Kendala Pengembangan
Desa Wisata Munggu, Kecamatan
Mengwi, Badung. Jurnal Master
Pariwisata (JUMPA), 215-227.

118 Saraswati, Adinda., 2021

Anda mungkin juga menyukai