Anda di halaman 1dari 14

Bab 1 | PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang diamanatkan di dalam Undang-Udang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP). Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 46 tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS, penyusunan KLHS adalah
wajib bagi Pemerintah/Pemerintah Daerah pada saat penyusunan atau evaluasi KRP
pembangunan. KRP dimaksud merupakan KPR yang tertuang di dalam RTRW beserta rencana
rincinya. RPJP dan RPJM atau KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup. Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagai upaya mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan, secara umum merupakan mekanisme mengkaji pengaruh KRP
terhadap kondisi lingkungan hidup. Pengkajian ini melaksanakan upaya identifikasi dan
perumusan isu pembangunan berkelanjutan dan pengaruh KRP terhadap isu tersebut. Terhadap
KRP yang memiliki pengaruh, dilakukan perumusan alternatif penyempurnaan dan selanjutnya
direkomendasikan dalam perbaikan KRP untuk mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan. Proses ini dilakukan secara partisipatif dan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan terkait, baik masyarakat, akademisi, penyelenggaraan pemerintahan, pemerhati
lingkungan hidup, dan lainnya. Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) merupakan
perintah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Regulasi
tersebut menyebutkan bahwa setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya paling lama 36
(tiga puluh enam) bulan sejak penetapan rencana tata tuang wilayah kabupaten/kota. Penyusunan
RDTR Kabupaten/Kota dapat mencakup kawasan dengan karakteristik perkotaan, karakteristik
perdesaan, serta kawasan lintas kabupaten kota.
Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, khususnya di 10 destinasi prioritas
yang akan dikembangkan menjadi Bali Baru termasuk Tanjung Kelayang merupakan salah satu
proyek strategis nasional sebagaimana tercantum dalam Perpres No. 3 Tahun 2016 untuk
mendorong investasi dan meningkatkan daya saing Indonesia terutama di bidang pembangunan
pariwisata. Tanjung Kelayang yang merupakan salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Nasional 2016 diharapkan dapat mendukung target 12 juta wisatawan mancanegara dengan
devisa Rp. 172 Triliun pada tahun 2019.
Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang memiliki fungsi dan peran penting dalam mendorong
pertumbuhan kawasan dan memberikan efek berganda terhadap wilayah sekitarnya. Oleh karena
itu, wilayah sekitar perlu diarahkan perkembangannya untuk mendukung kegiatan pariwisata di
dalam kawasan agar berjalan sinergis dan komprehensif.Dalam penataan ruang, KLHS ini akan
mempunyai manfaat:
a. Merupakan instrumen pencegahan kerusakan lingkungan hidup;
b. Merupakan sarana pendukung pengambilan keputusan pelaksanan program pemanfaatan
ruang;
c. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian
secara sistematis dan cermat atas “opsi-opsi” pemanfataan ruang yang tersedia;
d. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil keputusan akan
adanya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal proses
pengambilan keputusan;
e. Melindungi aset-aset sumber daya alam dan lingkungan hidup guna menjamin
berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;
f. Memfasilitasi kerjasama lintas sektor dan/atau batas untuk mencegah konflik, berbagi
pemanfaatan sumber daya alam dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.
Selain itu dokumen KLHS RDTR ini bermanfaat untuk menjamin bahwa setiap kebijakan,
rencana dan/atau program telah memperhatikan aspek keberlanjutan terutama secara lingkungan
agar dapat menghindarkan atau mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari KRP yang ada
dalam RDTR terhadap lingkungan hidup. Dalam hal ini, KLHS berarti juga menerapkan prinsip
precautionary principles, yang mana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan
dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Penyusunan dokumen KLHS RDTR KSPN Tanjung Kelayang bertujuan untuk memastikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah terintegrasi di dalam Kebijakan, Rencana, dan
Program RDTR. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan sumber daya dan
menjamin kemampuan, keselamatan, kesejahteraan, mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa datang di Kawasan Tanjung Kelayang. Adapun sasaran penyusunan KLHS RDTR Tanjung
Kelayang adalah tersedianya dokumen KLHS RDTR Tanjung Kelayang yang siap diajukan ke
proses validasi ke Gubernur Belitung dan selanjutnya dipergunakan sebagai pelengkap
persyaratan persetujuan substansi atas Raperbup RDTR Tanjung Kelayang di Kementerian ATR/
BPN. Sedangkan secara lebih rinci sasaran dalam penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) RDTR Tanjung Kelayang adalah:
a. Mengidentifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan di Kawasan Tanjung
Kelayang;
b. Mengidentifikasi Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang berpotensi
mempengaruhi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan;
c. Menganalisis pengaruh kebijakan, Rencana dan/atau Program terhadap kondisi
lingkungan hidup;
d. Merumuskan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program;
e. Merumuskan rekomendasi perbaikan.
1.3. Landasan Hukum
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
1.5. Tahapan dan Metode KLHS
1.5.1 Metode, Teknik, rangkaian pengkajian pengaruh KRP terhadap Lingkungan Hidup
1.5.2 Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
1.5.3 Penjaminan Kualitas, Pendokumentasian dan Validasi KLHS
1.6. Sistematika Penulisan Dokumen

Bab 2 | PROFIL KAWASAN KSPN


2.1. Kondisi Fisik Dasar Kawasan
2.1.1 Ekoregion
2.1.2 Topografi dan Ketinggian Lahan
2.1.3 Curah Hujan
2.1.4 Jenis Tanah
2.1.5 Geologi
2.1.6 Hidrologi
2.1.7 Hidrogeologi
2.1.8 Tata Guna Lahan
2.2. Kondisi Ekonomi
2.3. Sosial Budaya
2.3.1 Kondisi Kependudukan
1. Jumlah dan Sebaran Penduduk
Persebaran penduduk merupakan bentuk dari penyebaran penduduk di suatu
wilayah, apakah merata atau tidak. Ada tiga faktor yang menyebabkan persebaran
penduduk dan kepadatan penduduk di setiap daerah, yaitu faktor fisiografis, faktor
biologis, serta faktor kebudayaan dan teknologi. Tanjung Kelayang secara administratif
meliputi 7 Desa di Kecamatan Sijuk. Berdasarkan BPS Kecamatan Sijuk, jumlah
penduduk di 7 desa pada tahun 2020 sebesar 20.501 Jiwa. Berikut adalah tabel
persebaran penduduk tiap desa di Tanjung Kelayang :
Tabel . Persebaran Penduduk Tiap Desa menurut jenis kelamin di Tanjung Kelayang
Tahun 2020
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
Batu itam 1280 1194 2474
Terong 1345 1298 2643
Tanjung 3239 3066 6305
Binga
Keciput 1332 1228 2560
Sijuk 1552 1508 3060
Sungai 1249 1128 2377
Padang
Tanjong 554 528 1082
Tinggi
Jumlah 10551 9950 20501
Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021.
Gambar . Grafik Persebaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Tanjung Kelayang
Tahun 2020

Tanjong Tinggi

Sungai Padang

Sijuk

Keciput

Tanjung Binga

Terong

Batu itam

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Jumlah Perempuan Laki-Laki

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021.

Sebagian besar penduduk di BWP memiliki mata pencaharian di sektor primer


(pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan pertambangan) sebesar 52%. Sementara
sektor kegiatan primer paling banyak ditemukan adalah perikanan, karena bentuk
kawasan yang merupakan pesisir dan kepulauan. Hasil tangkap nelayanan rata – rata 8
ton/hari, dengan komoditas jenis ikan terbesar yaitu ikan laissy (10.000/kg)
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk diperoleh dari jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayah. Ditinjau dari luas wilayah dan jumlah penduduk di Tanjung Kelayang secara
keseluruhan, pada tahun 2020 dapat diketahui bahwa rata-rata kepadatan di wilayah
tersebut mencapai 84 jiwa/km2. Desa Tanjung Bunga merupakan desa dengan kepadatan
tertinggi yaitu 295 jiwa/km2, sedangkan desa dengan kepadatan terendah adalah Desa
Sungai Padang yakni 31 jiwa/km2
Tabel . Kepadatan Penduduk Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Luas
Jumlah Kepadatan
Desa Wilayah
Penduduk Penduduk
(km2)
1 2 3 4

Batu itam 2474 17,49 141

Terong 2643 26,14 101

Tanjung Binga 6305 21,36 295

Keciput 2560 21,08 121


Sijuk 3060 55,6 55
Luas
Jumlah Kepadatan
Desa Wilayah
Penduduk Penduduk
(km2)
Sungai Padang 2377 75,56 31

Tanjong Tinggi 1082 25,5 42

Jumlah 20501 242,73 84


Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021.

Grafik . Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020

Batu itam Terong Tanjung Binga Keciput


Sijuk Sungai Padang Tanjong Tinggi

5%
4% 18%
7%

15% 13%

38%

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021.

2.3.2 Kondisi Sarana


1. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Keberadaan fasilitas Pendidikan memiliki
peran untuk memudahkan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan mutu Pendidikan di
suatu daerah. Tahun 2020, sarana Pendidikan yang terdapat di Tanjung Kelayang terdiri atas
SD Sederajat, SMP Sederajat, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMA Sederajat, dan Madrasah
Aliyah (MA). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel . Jumlah Sarana Pendidikan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Unit Unit Unit Unit Unit
Desa Unit SD
TK SMP Mts SMA MA
1 2 3 4 5 6 7
Batu itam 1 1

Terong 2
Unit Unit Unit Unit Unit
Desa Unit SD
TK SMP Mts SMA MA

Tanjung Binga 3 1
Keciput 2 1 1
Sijuk 1 4 1 1
Sungai Padang 1 2 1

Tanjong Tinggi 1 1

Jumlah 4 15 3 1 1 1
Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

Grafik . Jumlah Sarana Pendidikan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
TK SD SMP MTs SMA MA

4
3

3
2

2
1
1

1
1

1
1
1

1
1

1
1
Bat u i t am Ter o n g Tan j u n g K ec i p u t Si juk Su n gai Tan j o n g
Bi nga P ad an g Ti n ggi

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

Berdasarkan proyeksi penduduk yang dilakukan hingga tahun 2039, akan


diperlukan beberapa tambahan sarana pendidikan untuk menyesuaikan kebutuhan
penduduk, khususnya sekolah kejuruan pariwisata dan perikanan untuk mendukung sektor
ekonomi kawasan.

Tabel . Proyeksi Sarana Pendidikan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Desa TK SD SMP SMA
Batu 1 1 - -
Itam
Terong 1 2 1 1
Desa TK SD SMP SMA
Tanjun 3 3 1 1
g Binga
Keciput 3 3 1 -
Sijuk 2 3 1 1
Sungai 1 2 1 -
Padang
Tanjon 1 1 - -
g
Tinggi
Jumlah 12 15 5 3
Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka diolah, 2019

2. Sarana Kesehatan
Demi menunjang segala aspek dalam kesehatan, maka perlu adanya pembangunan sarana
dan prasarana kesehatan. Hal ini akan memiliki dampak positif dalam menghasilkan sumber
daya manusia (SDM) yang berpotensi. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Berikut adalah tabel ketersediaan sarana kesehatan
di Tanjung Kelayang
Tabel . Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Praktek
Desa Puskesmas Pustu Poskesdes
Bidan
1 2 3 4 5
Batu itam 1
Terong 1 1
Tanjung Binga 1 1 1
Keciput 1 1
Sijuk 1

Sungai Padang 1 1

Tanjong Tinggi 1 1
Jumlah 1 5 6 1
Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

Grafik . Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Puskesmas Pustu Poskesdes Praktek Bidan

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1
Bat u i t am Ter o n g Tan j u n g K ec i p u t Sijuk Su n gai Tan j o n g
Bi nga P ad an g Ti n ggi

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021


3. Sarana Perdagangan dan Jasa
Fasilitas ekonomi atau sarana perdagangan dan jasa yaitu fasilitas yang dibutuhkan
masyarakat dalam lingkungan permukiman yang meliputi fasilitas perbelanjaan dan niaga.
Sarana ini sebagai penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan perbelanjaan dan
niaga serta tempat kerja. Fasilitas di Tanjung Kelayang terdiri atas kelompok pertokoan, ,
minimarket, toko/warung, dan restoran/rumah makan, warung/kedai, hotel, hostel/wisma,
bank dan koperasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel . Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Hostel/ Kopera
Desa Minimarket Toko/Warung Restoran/RM Warung/Kedai Hotel Bank
Wisma si
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Batu itam - 33 4 3 - - - -

Terong - 39 1 4 - 1 - -

Tanjung Binga 2 66 3 31 2 1 - 2

Keciput 2 41 16 20 3 6 - -
Sijuk 1 61 5 8 1 5 1 -

Sungai Padang - 52 - 5 - - - 1
Tanjong
Tinggi
- 19 2 62 1 2 - -

Jumlah / Total 5 311 31 133 7 15 1 3


Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

Grafik . Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Minimarket Toko/Warung Restoran/RM Warung/Kedai
Hotel Hostel/Wisma Bank Koperasi

66

62
61

52
41
39
33

31

20

19
16

8
6

5
4

4
3

3
2

2
1

1
1

1
Bat u i t am Ter o n g Tan j u n g K ec i p u t Sijuk Su n gai Tan j o n g
Bi nga P ad an g Ti n ggi

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

4. Sarana Peribadatan
Istilah rumah ibadah merupakan sarana keagamaan yang penting bagi pemeluk agama
disuatu tempat. Selain sebagai simbol “keberadaan” pemeluk agama, rumah ibadah juga
sebagai tempat penyiaran agama tempat melakukan ibadah. Artinya fungsi rumah ibadah
disamping sebagai tempat perbadahan diharapkan dapat memberikan dorongan yang kuat dan
terarah bagi jamaahnya. Tanjung Kelayang pada tahun 2020 memiliki sarana peribadatan
yang terdiri atas masjid, surau, dan klenteng. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel . Jumlah Sarana Peribadatan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020

Desa Masjid Anggar /Surau Klenteng

1 2 3 7

Batu itam 2 2 -

Terong 2 2 -

Tanjung Binga 3 4 -

Keciput 2 2 -
Sijuk 5 - 1

Sungai Padang 3 2 1
Tanjong Tinggi 1 1 -

Jumlah / Total 18 13 2

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

Grafik . Jumlah Sarana Peribadatan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Masjid Anggar/Surau Klenteng

5
4
3

3
2
2

2
2

2
2

2
1

1
1
0

0
Bat u i t am Ter o n g Tan j u n g K ec i p u t Sijuk Su n gai Tan j o n g
Bi nga P ad an g Ti n ggi

Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

2.3.3 Kondisi Prasarana


1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Kawasan Tanjung Kelayang didukung dengan jaringan jalan kolektor
dan lokal yang menjadi akses utama di Kawasan Tanjung Kelayang. Berikut adalah sistem
jaringan jalan yang terdapat di Tanjung Kelayang :
a. Sistem Jaringan Jalan Kolektor
Jaringan jalan kolektor adalah jalan yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan
perjalanan sedang dan berkecepatan >40 km/jam. Lebar badan jalannya >7m dengan
kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. Jalan Kolektor
tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal.
b. Sistem Jaringan Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan
perjalanan jarak dekat dan berkecepatan >40km/jam. Lebar jalan mencapai >5m.
c. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan
perjalanan jarak dekat dan berkecepatan rendah.
Berdasarkan kondisi eksisting panjang jalan di Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang
sebesar 113,88 km, terdiri dari jalan lingkungan, jalan lokal dan jalan kolektor. Wilayah
Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang memiliki aksesibilitas dan mobilitas sebagai berikut:
Tabel . Prasarana Jalan Per Desa di Tanjung Kelayang
Status Jalan (km)
Desa Kolektor Lokal Lingkungan
Batu itam 3,6 2,2 4,2
Terong 6,2 - 13,3
Tanjung 5,4 3,3 30,8
Binga
Status Jalan (km)
Desa Kolektor Lokal Lingkungan
Keciput 7,02 - 23,7
Tanjung 3,5 2,9 24,8
Tinggi
Sijuk 5,2 0.06 20,5
Sungai 0 0 1,5
Padang
Total 30,92 8,4 118,8
Sumber: BPS Kabupaten Belitung diolah, 2019.

Tabel berikut adalah kondisi jalan yang terdapat di administrasi desa Tanjung Kelayang :
Tabel . Kondisi Prasarana Jalan Per Desa di Tanjung Kelayang Tahun 2020
Panjang Jalan
Desa Batu
Tana
Aspal Batu
h
1 2 3 4

Batu
9,2 - 8
Itam
Terong 11,4 0,2 4,3
Tanjun
15 6 10
g Binga
Keciput 12 - 4
Sijuk 25 - 0,2
Sungai
5 - 3
Padang
Tanjon
6 0,4 4,7
g Tinggi
Jumah 83,6 6,6 34,2
Sumber : Kecamatan Sijuk dalam Angka, 2021

2. Jaringan Drainase
Berdasarkan kondisi eksisting, jaringan drainase di wilayah perencanaan masih belum
optimal. Terdapat beberapa wilayah yang belum memiliki drainase, khusunya di sepanjang
jalan kolektor. Selain itu, terdapat sedikit daerah genangan di sekitar Kawasan Pariwisata
Tanjung Kelayang yang disebabkan oleh banjir rob dan hujan. Untuk pengembangannya,
maka diperlukan pembangunan drainase di bagian kanan dan bagian kiri dengan lebar 50 cm
– 100 cm di jalan kolektor dengan sistem tertutup dan pembangunan drainase di bagian kanan
dan bagian kiri dengan lebar 50 cm di jalan lingkungan serta jalan lokal dengan sistem
terbuka. Panjang drainase sendiri mencapai 113,88 km sesuai dengan hasil proyeksi jalan.
3. Jaringan Air Bersih/Minum
Sumber air bersih di wilayah perencanaan belum terlayani seluruhnya oleh PDAM.
Sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan air hujan dan air tanah melalui sumur bor.
Sementara PDAM hanya melayani kawasan perkotaan Tanjung Pandan dan sebagian Desa
Sijuk. Cakupan pelayanan air bersih Kabupaten Belitung tahun 2018 sebesar 59,77%.
Wilayah perencanaan dilayani oleh 2 sumber air bersih yaitu SPAM Sijuk dengan
kapasitas 20 L/det dan Embung Batu Mentas dengan kapasitas 50 – 100 L/det. selain itu juga
terdapat infrastruktur air bersih yang idle, yaitu SPAM Desa Terong dengan kapasitas 2
L/det. Seperti yang di jelaskan pada Tabel di bawah ini:
Tabel . Kapasitas Air Bersih di Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang dan sekitarnya
Debit
Kapasitas Air Bersih Eksisting L/Hari SR/KK Jiwa
(L/Det)
SPAM Sijuk (L/det) 20 1.728.000 6.400 25.600
Waduk Gunung Tajam 400 34.560.000 128.000 512.000
SPAM Desa Terong 2 172.800 640 2.560
Total 422 36.460.800 135.040 540.160
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belitung, 2019.

4. Jaringan Air Limbah


Jaringan air limbah di wilayah perencanaan belum optimal. Pada kondisi eksisting
prasarana air limbah berupa MCK Umum dan septic tank pribadi. Masyarakat di wilayah
perencanaan hampir seluruhnya telah mempunyai MCK pribadi, namun belum memiliki
jaringan air limbah komunal.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal menjadi salah satu urgensi
infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama yang berada di sekitar daerah
industri. Selama ini banyak ditemukan kasus tercemarnya air tanah di sekitar kawasan
industri pengolahan ikan akibat dari aktivitas pengolahan ikan yang dibuang di saluran
drainase. Sehingga masyarakat mengeluhkan perlunya IPAL Komunal sebagai solusi
permasalahan air limbah. Selain kawasan industri, kawasan - kawasan pariwisata juga
membutuhkan IPAL Komunal untuk mendukung aktivitas pariwisata.
Berdasarkan kondisi yang ada, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air
limbah, sebagai berikut:
a. Belum adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sehingga limbah rumah
tangga (non-WC) dan limbah dari industri kecil/home industri dibuang ke saluran
drainase;
b. Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), sehingga
lumpur tinja hasil pengurasan/penyedotan dari septic tank dibuang ke badan air
atau lahan kosong;
c. Rendahnya permintaan pengurasan septic tank, mengindikasikan bahwa septic tank
yang ada tidak kedap air, sehingga memiliki potensi terjadi pencemaran air tanah dan
timbulnya penularan penyakit yang diakibatkan oleh air (water borne deceases)
Kebutuhan jaringan air limbah di Tanjung Kelayang yaitu total timbulan air limbah
domestik di akhir tahun rencana 2039 sekitar 9.713.424 L/hari (standar 70% dari
pemakaian air per hari atau 84 L/orang/hari) dan total pengendapan lumpur tinja di akhir
tahun rencana 2039 sebesar 34.691 L/hari (standar SNI 0,3 L/orang/hari). Kebutuhan ini
telah mempertimbangkan target wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Tanjung
Kelayang. Sehingga pembangunan IPAL Komunal dan pembangunan toilet – toilet di
tempat wisata menjadi urgensi pembangunan.
5. Jaringan Persampahan
Peningkatan jumlah penduduk dan wisatawan di wilayah perencanaan akan
meningkatkan volume sampah. Sehingga dibutuhkan infrastruktur persampahan yang
memadai untuk mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan kondisi eksisting, persampahan
masih menjadi permasalahan prioritas di Kabupaten Belitung, khususnya Kawasan Pariwisata
Tanjung Kelayang dan sekitarnya.
Sebagian besar masyarakat masih membuang sampah secara konservatif seperti
membuang sampah di lahan kosong dengan cara ditimbun atau dibakar, serta tidak sedikit
juga masyarakat yang membuang sampah di sungai dan pantai. Kondisi ini membuat
pemerintah tanggap dalam bertindak. Melalui Dinas Lingkungan Hidup, pemerintah
membentuk “pasukan lebah” yang bertugas untuk mengatasi permasalahan sampah di seluruh
kecamatan di Kabupaten Belitung. Pemerintah sangat berkomitmen dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
Timbulan sampah eksisting di wilayah perencanaan sebesar 15.344 kg/hari, sementara
untuk infrastruktur persampahan yaitu terdapat 3 bank sampah berkapasitas 18 m 3, TPS 3R
berkapasitas 12 m3 dan 3 unit truk sampah dengan 8 m 3 dengan pengangkutan 2 kali
seminggu. Pada akhir rencana tahun 2039, total timbulan sampah sekitar 69.382 kg/hari
(standar timbulan sampah 0,6 kg/orang/hari).
Sehingga perlu adanya penambahan infrastruktur seperti TPA Kawasan dengan kapasitas
500 – 1000 ton/hari, penambahan jumlah truk sampah dan penyediaan TPST skala
kelurahan. Diharapkan, pengelolaan persampahan di Kawasan Pariwisata Tanjung
Kelayang dan sekitarnya dapat berjalan optimal.
6. Jaringan Listrik
Kapasitas listrik eksisting di Kabupaten Belitung sebesar 75.000.000 watt dengan daya
listrik pada beban puncak yaitu 44.000.000 watt. Berdasarkan kondisi eksisting, daya listrik
di wilayah perencanaan telah menjangkau ke seluruh area. Sementara kebutuhan listrik pada
akhir rencana tahun 2039 sebesar 21.681.750 watt dengan sarana lingkungan 40% dari
kebutuhan rumah tangga (standar penyediaan listrik 750 watt/rumah tangga).

Untuk mendukung Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang, rencana peningkatan kapasitas


listrik akan dilakukan secara bertahap yaitu 20.000.000 watt (2020) dan 20.000.000 watt
(2030). Keberadaan 11 pembangkit listrik di Kabupaten Belitung dan peningkatan kapasitas
daya untuk mendukung KSPN Tanjung Kelayang membuat ketersediaan listrik menjadi
surplus.
7. Jaringan Telekomunikasi
Terdapat 4 tower Base Transceiver Station (BTS) di wilayah perencanaan, namun
jaringan telekomunikasi masih belum baik kondisinya. Masih terdapat beberapa daerah
yang belum terjangkau pelayanan telekomunikasi dengan kondisi yang baik. Sementara
hanya beberapa provider telekomunikasi yang memiliki kualitas baik di wilayah perencanaan.
Perlu adanya peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi dengan penambahan tower
BTS di beberapa area yang masih belum terjangkau, terutama area dengan jaringan
telekomunikasi yang kondisinya kurang baik. Sedangkan dalam menunjang pelayanan
internet untuk mendukung aktivitas masyarakat dan wisatawan, maka dibutuhkan beberapa
internet spot di setiap desa dan jaringan fiber optik.
2.4. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem
2.4.1 Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan 55
2.4.2 Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih 63
2.4.3 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir 67
2.4.4 Jasa Ekosistem Pencegahan dan Pelindungan Terhadap Bencana 71
2.4.5 Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara 74
2.4.6 Jasa Ekosistem Biodiversitas 77
2.4.7 Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Pengaturan Pengelolaan dan Penguraian Limbah 81
2.4.8 Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Budaya Untuk Ekowisata 84
2.4.9 Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Budaya Untuk Tempat Tinggal 87
2.4.10 Daya Dukung Berbasis Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer 90
2.4.11 Jasa Ekosistem Penting 93
2.5. Kondisi dan Risiko Lingkungan 96
2.5.1 Kualitas Air 96
2.5.2 Kondisi Udara 103
2.5.3 Resiko Bencana104
2.6. Kondisi Sumber Daya Alam
Secara umum jenis tanah di KSPN Tanjung Kelayang didominasi oleh Oxisol. Jenis
tanah tersebut cocok digunakan sebagai lading pertanian sub sistem, perkebunan yang intensif
seperti perkebunan kopi, tebu pisang dan sebagainya. Untuk pengolahan yang lebih baik,
dibutuhkan usaha perbaikan tanah dengan pengomposan atau penambahan bahan organiknya.
2.7. Bencana
Bencana alam menjadi kategori kebencanaan yang tidak dapat diprediksi kejadian,
intensitas dan besar dampak. Bencana alam dapat meliputi banjir, tanah longsor, gempa bumi,
angin puting beliung, kekeringan hingga erupsi gunung berapai. Manusia pada umumnya dapat
merencanakan dan memetakan wilayah rawan bencana sebagai tindak mitigasi dan penyiapan
dini tanggap bencana. Aktivitas manusia modern, pada banyak peristiwa dapat berperan sebagai
pemicu sebuah bencana alam, meskipun sekali lagi ditegaskan bahwa peristiwa bencana\alam
tidak dapat diprediksi.
Kawasan rawan bencana alam di BWP terdiri dari kawasan rawan kebakaran hutan,
kawasan rawan banjir, dan kawasan rawan banjir dan kawasan rawan abrasi/erosi. Kawasan
resiko bencana kebakaran hutan yang terdapat di Kecamatan Sijuk relative sedang hingga
tinggi di beberapa wilayah dan sebagaian besar berada di kawasan perkebunan sawit di daerah
selatan BWP. Bahaya abrasi yang mungkin terjadi di Kecamatan Sijuk terdapat di hamper
sepanjang garis pantai Batu Itam – Sungaipadang. Sedangkan kawasan yang rawan terkena banjir
sejumlah 1.703,81 Ha atau 3,38% dari luas Kecamatan Sijuk.
2.8. Kerentanan Perubahan Iklim

Anda mungkin juga menyukai