Anda di halaman 1dari 42

KONSULTASI PUBLIK tahap 1

(Penjaringan Isu Pembangunan Berkelanjutan)

KLHS RENCANA DETAIL


TATA RUANG (RDTR)
WILAYAH PERENCANAAN
(WP) AGROPOLITAN MIRI
WKO
LATAR BELAKANG
RTRW Nasional

proses untuk menelaah


RTRW Provinsi Jawa
suatu dampak Kebijakan,
Tengah
Rencana atau Program
terhadap lingkungan

RTRW Kabupaten Sragen

RDTR Agropolitan Miri Dokumen KLHS

Meminimalisir dampak
Peraturan Zonasi Daya dukung dan daya
pembangunan terhadap
tampung lingkungan hidup
lingkungan hidup
TUJUAN-SASARAN
TUJUAN SASARAN
• Mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dengan Kebijakan, Rencana dan Tersusunnya Tim Pembuat KLHS
RDTR
Program (KRP) yang disusun dalam RDTR
• Mewujudkan keberlangsungan sumber daya dan
terjamin kemampuan, keselamatan,
Tersusunnya dokumen KLHS
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi sekarang RDTR
dan yang akan datang di WP Agropolitan Miri
• Meminimalisir dampak pembangunan terhadap
lingkungan hidup di WP Agropolitan Miri Terlaksananya penjaminan
kualitas dan pendokumentasian
KLHS RDTR
LANDASAN HUKUM
DASAR HUKUM RDTR
DASAR HUKUM KLHS

Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang


Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 23/ 2014 tentang Pemerintahan Daerah


Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

PP No. 46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan


Kajian Lingkungan Hidup Strategis
PP No. 21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Permen LHK No 69/2017 tentang Pelaksanaan


Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 14 tahun 2021 tentang Pedoman Penyusunan Basis Data Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta Peta Rencana
PP No 22 tahun 2021 tentang Pengelolaan Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan,
Permen ATR/KBPN No 5 th 2022 ttg tata cara
Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata
pengintegrasian KLHS dalam Penyusunan Rencana
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang
Tata ruang

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
RUANG LINGKUP WILAYAH
WP Agropolitan Miri (WKO) meliputi administrasi sebagian
Kecamatan Miri dan sebagian Kecamatan Sumberlawang. Administrasi
Kecamatan Miri yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan meliputi
10 (sepuluh) Desa/Kelurahan yaitu Geneng, Jeruk, Sunggingan,
Doyong, Girimargo, Soko, Brojol, Bagor, Gilirejo dan Gilirejo Baru.
Administrasi Kecamatan Sumberlawang yang termasuk Kawasan
Agropolitan meliputi 4 (empat) Desa/Kelurahan yaitu Ngargosari,
Ngargotirto, Ngandul dan Pendem.
Kawasan Agropolitan Miri (WKO) yang terletak pada ketinggian 115
mdpl sampai dengan 1.126 mdpl dengan luas 10.225,57 hektar. Secara
administrasi, batas wilayah WP Agropolitan Miri (WKO) sebagai
berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan


Sebelah Timur : Kecamatan Gemolong dan sebagian Kecamatan
Sumberlawang (Desa Tlogotirto, Kacangan,
Mojopuro, Hadiluwih)
Sebelah : Kecamatan Kalijambe
Selatan
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
RUANG LINGKUP MATERI
Analisis pengaruh muatan
Identifikasi dan perumusan RTR tenhadap kondisi
isu pembangunan lingkungan hidup yang
berkelanjutan, dengan meliputi 6 (enam) aspek
tujuan : Identifikasi muatan KLHS yaitu :
• Menentuan isu – isu muatan/ • Kapasitas daya daya
pembangunan dukung dan daya
berkelanjutan yang substansi tampung lingkungan Perumusan Penyusunan
meliputi aspek sosial, Rencana Tata hidup untuk alternatif rekomendasi
ekonomi dan lingkungan Ruang (RTR) pembangunan. penyempuraan perbaikan
hidup serta bentuk • Perkiraan mengenai
yang kebijakan, untuk
keterkaitan antar ketiga dampak dan risiko
aspek tersebut. berpotensi lingkungan hidup rencana dan penyempurnaa
• Menentukan isu paling mempengaruhi • Kinerja layanan atau jasa program n muatan
strategis, prioritas atau lingkungan ekosistem Rencana Tata Rencana Tata
menjadi akar masalah • Efisiensi pemanfaatan
dari semua isu yang hidup dan sumber daya alam Ruang. Ruang
terjadi pembangunan • Tingkat kerentanan dan
• Membantu penentuan berkelanjutan. kapasitas adaptasi
capaian tujuan terhadap perunahan
pembangunan iklim, tingkat ketahanan
berkelanjutan dan potensi
keanekaragaman hayati.
METODOLOGI
TAHAP PENYUSUNAN KLHS RDTR AGROPOLITAN MIRI
Konsultasi Publik 2
Perumusan
Konsultasi Rekomendasi
Publik 1 • Materi perbaikan KRP
Pengkajian • Informasi jenis usaha dan/atau Validasi
• Identifikasi isu pembangunan kegiatan yang telah melampaui • Surat permohonan
berkelanjutan (PB) D3TLH • Rancangan KRP
• Identifikasi muatan KRP • Usulan KRP lain yang relevan • Laporan KLHS
• Analisis pengaruh • Tindak lanjut yang relevan • Bukti pemenuhan standar
• Pengintegrasian kompetensi tenaga ahli

1 2 3 4 5 6

Persiapan Perumusan Penjaminan


• Pembentukan POKJA Alternatif Kualitas
KLHS
• Manfaat yang lebih besar dan • Penilaian mandiri
• Penyusunan KAK
• Identifikasi pemangku risiko yang lebih kecil • Pendokumentasian
• Kepastian keselamatan dan KLHS
kepentingan
kesejahteraan masyarakat yang
rentan terkena dampak
• Mitigasi dampak dan risiko yang
lebih efektif
Sumber:
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.69/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017
KEBUTUHAN DATA
No Instansi Jenis Data Keperluan Data Metode
Pengumpulan
data
A Jenis Kebutuhan Data Primer
1 Semua stakeholder terkait Isu potensi danPermasalahan bidang ekonomi daerah Identifikasi isu Pembangunan Konsultasi Publik
• masyarakat, Isu potensi dan permasalahan daerah bidang sosial dan budaya berkelanjutan dan/atau FGD
• akademisi
• LSM Isu potensi permasalahan dan daerah bidang lingkungan
•Instansi pemerintahan Isu potensi dan permasalahan daerah bidang pembangunan
• dll wilayah
B Jenis Kebutuhan Data Sekunder
1 Bappeda KLHS terdahulu (jika ada) Latar belakang, gambaran Studi
Materi Teknis RDTR Agropolitan Miri umum dan tinjauan literatur/kajian
RPJP Kabupaten kebijakan pembangunan dan
RPJMD Kabupaten penataan ruang di
File SHP adminitrasi dan tematik Kabupaten
2 Dinas Lingkungan Hidup IKPLHD Kabupaten Kondisi dan status Studi
IKLH Kabupaten lingkungan hidup yang ada di literatur/kajian
Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Kabupaten
Dokumen RPPLH
File SHP peta kawasan hutan, peta Neraca Sumber Daya Alam Peta neraca sumber daya Studi
(NSDA), peta risiko perubahan iklim/peta SIDIK, alam, risiko perubahan iklim literatur/kajian
3 BPS Kabupaten Sragen Dalam Angka 2018-2023 Gambaran umum dan data Studi
statistik di Kabupaten literatur/kajian
4 BPBD Kajian Kebencanaan Kabupaten Kondisi kebencanaan Studi
literatur/kajian
Rekapan kejadian bencana Kabupaten Analisa Risiko dan Dampak Studi
File SHP rawan bencana, risiko bencana, rentan bencana Lingkungan Hidup literatur/kajian
TAHAP PENGKAJIAN ISU PB PRIORITAS

• Berdasarkan Status Lingkungan Hidup,


1
Long List
isu KRP, serta Konsultasi Publik
Isu Pembangunan Penjaringan Isu PB
Berkelanjutan (PB)

2 Pemusatan dan
Pengelompokkan Isu PB
• Pengelompokkan dan pemusatan
Isu Berdasarkan Tema

3 Identifikasi Isu PB
Strategis
• PP No. 46 Tahun 2016 pasal
9 ayat 1

4 Identifikasi Isu PB
Paling Strategis
• PP No. 46 Tahun 2016 pasal 9 ayat
2 dan Keputusan Bersama dalam
Konsultasi Publik dan FGD
ANALISIS KRP BERDAMPAK
“Muatan KRP RDTR dilakukan analisis dan penapisan terhadap muatan
Lingkungan Hidup dan Isu PB Prioritas untuk meentukan KRP yang Berdampak ”

Identifikasi KRP
• Jenis Kebijakan,
Analisis KRP
Rencana dan Program terhadap IsuPB
• Peta Rencana Sangat Strategis

KRP Berdampak

Analisis KRP
terhadap Muatan
Lingkungan Hidup
• Pasal 3 ayat 2 (a) PP
No, 46/2016
Analisis KRP Berdampak terhadap 6 Muatan KLHS
KRP Alternatif
Analisis 6 Muatan KLHS penyempurnaan Rekomendasi
Berdampak KRP
No Enam Muatan KLHS Sub Variabel Operasional
Kapasitas daya dukung dan Daya Dukung Lahan
1. daya tampung lingkungan Daya Dukung Air
hidup Daya dukung pertanian
Perkiraan dampak dan risiko JL tata air dan banjir
lingkungan hidup JL Pengaturan Limbah Perubahan Perubahan Arah
2. Spasial Target Kebijakan
JL Pencemaran Udara
JL Risiko Bencana
persampahan
Kinerja Layanan atau Jasa JL Penyedia Pangan
Lingkungan JL penyedia Air
3.
JL Pemurnian air
JL Ruang Hidup
Efisiensi Pemanfaatan Pertanian Pangan
Sumberdaya Alam Perkebunan
4.
Kehutanan
Pertambangan
Tingkat Kerentanan dan Jasa Perubahan Iklim
5. Kapasitas Adaptasi Terhadap RTH
Perubahan Iklim Gas Rumah Kaca
Tingkat Ketahanan dan Keanekaragaman Hayati
6. Potensi Keanekaragaman Biodiversitas
Hayati Liputan hutan/ Vegetasi
GAMBARAN UMUM
WILAYAH
LETAK GEOGRAFIS DAN WP Agropolitan Miri (WKO) meliputi administrasi sebagian Kecamatan Miri dan sebagian
ADMINISTRATIF Kecamatan Sumberlawang. Administrasi Kecamatan Miri yang termasuk dalam Kawasan
Agropolitan meliputi 10 (sepuluh) Desa/Kelurahan yaitu Geneng, Jeruk, Sunggingan, Doyong,
Girimargo, Soko, Brojol, Bagor, Gilirejo dan Gilirejo Baru. Administrasi Kecamatan
Sumberlawang yang termasuk Kawasan Agropolitan meliputi 4 (empat) Desa/Kelurahan yaitu
Ngargosari, Ngargotirto, Ngandul dan Pendem.

No Desa Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)


Kecamatan Miri
1 Geneng 358,58 3,51%
2 Jeruk 308,09 3,01%
3 Sunggingan 365,39 3,57%
4 Girimargo 365,93 3,58%
5 Doyong 295,37 2,89%
6 Soko 458,27 4,48%
7 Brojol 498,75 4,88%
8 Bagor 647,21 6,33%
9 Gilirejo 1.097,58 10,73%
10 Gilirejo Baru 1.290,50 12,62%
Jumlah 5.685,67 55,60%
Kecamatan Sumberlawang
1 Ngargosari 1.858,60 18,18%
2 Ngargotirto 1.475,13 14,43%
3 Ngandul 475,15 4,65%
4 Pendem 731,01 7,15%
Jumlah 4.539,88 44,40%
Kawasan Agropolitan Miri 10.225,55 100,00%
Jenis Tanah Geologi

Jenis tanah di WP Agropolitan Miri (WKO) berupa jenis geologi yang mendominasi di WP Agropolitan Miri
(WKO) yaitu Formasi Kerek seluas 5.689,15 hektar. Adapun
Asosiasi Litosol dan Grumosol, Grumosol Kelabu
jenis geologi lainnya yaitu Formasi Kalibeng seluas
Tua, Mediteran Coklat Tua, Kompleks Litosol 1.708,76 hektar dan Formasi Notopuro seluas 2.532,27
Mediteran dan Renzina, dan Lain-lain. hektar.
Morfologi dan
Kelerengan

N 2%- 15 % -
o Desa 0%-2% 15 % 40 % Waduk Jumlah
Kecamatan Miri
1 Geneng 275,60 82,98 - - 358,58
2 Jeruk 164,13 143,96 - - 308,09
3 Sunggingan 187,09 173,64 - 4,66 365,39
4 Girimargo 232,10 129,10 - 4,72 365,93
5 Doyong 276,01 18,31 - 1,05 295,37
6 Soko 310,90 137,53 - 9,84 458,27
7 Brojol 262,83 229,84 - 6,08 498,75
8 Bagor 14,71 625,37 - 7,14 647,21
9 Gilirejo - 801,86 - 295,73 1.097,58
1
Gilirejo Baru - 634,07 - 656,44 1.290,50
0
2.976,6
Jumlah 1.723,38 - 985,65 5.685,67
5
Kecamatan Sumberlawang
1.045,6
1 - 433,61 379,40 1.858,60
Ngargosari 0
2 Ngargotirto - 74,65 989,74 410,73 1.475,13 Kondisi kelerengan lahan di WP Agropolitan Miri (WKO) didominasi 2%-15% seluas 3.466,61
3 Ngandul 404,69 - 36,43 34,03 475,15 hektar. Kelerengan 0%-2% memiliki luas 2.501,43 hektar, kelerengan 15% - 40% seluas
4 Pendem 373,36 - 254,51 103,14 731,01 2.326,28 hektar dan pada luasan 1.912,95 hektar berupa waduk. Kenampakan morfologi
2.326,2 dataran sesuai dengan kondisi kelerengan, yaitu untuk kelerengan 0%-2% mempunyai
778,05 508,26 927,30 4.539,88
Jumlah 8 kenampakan morfologi datar, kelerengan 2%-15% landai dan kelerengan 15% - 40% curam.
Kawasan 2.501,4 3.484,9 2.326,2 1.912,9 10.225,5
Agropolitan Miri 3 1 8 5 5
WP Agropolitan Miri (WKO) termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo dan Daerah Aliran
Sungai Serang
Hidrologi WP Agropolitan Miri (WKO) juga terdapat Waduk Kedung Ombo yang berada pada administrasi
desa/kelurahan Sunggingan, Girimargo, Soko, Brojol, Bagor, Gilirejo, Gilirejo Baru, Ngargosari, Ngargotirto,
Ngandul, Pendem
Adapun Kawasan Agropolitan Miri (WKO) termasuk dalam kawasan dengan potensi Cadangan Air Taanah (CAT)
berupa CAT Karanganyar – Boyolali.
Hidrogeologi

• WP Agropolitan Miri dilalui oleh akuifer


kecil setempat yang menyebar di Desa
Geneng, Desa Jeruk, dan Desa Brojol
• terdapat jenis akuifer produktif dengan
penyebaran luas yang terdapat di Desa
Brojol, Sunggingan, Girimargo, Doyong,
Soko.
• akuifer terbesar yakni akuifer daerah
air tanah langkah yang terletak di
sebelah utara WP Agropolitan Miri
(WKO).
Curah
Kawasan Hujan
Hutan

Kawasan hutan di WP Agropolitan Miri (WKO) termasuk dalam potensi Kondisi curah hujan di WP Agropolitan Miri (WKO)
kawasan hutan produksi terbatas yang tersebar di Desa Ngargosari dan dikelompokkan dalam kondisi curah hujan antara 1.500-2.000
Ngargotirto seluas 546,40 hektar dan kawasan hutan produksi tetap seluas mm/tahun dan kondisi curah hujan >2.000 mm/tahun.
199,91 hektar tersebar di Desa Ngargosari, Ngargotirto, Brojol, Bagor,
Gilirejo Baru, dan Gilirejo.
Gempa Bumi Gerakan Tanah

• WP Agropolitan Miri (WKO) termasuk dalam kawasan rawan gempa bumi dengan kelas
sangat rendah dan rawan gerakan tanah dengan kelas sangat rendah, rendah,
Kebencanaan
menengah dan tinggi.
Pengunaan lahan di WP Agropolitan
Miri (WKO) didominasi penggunaan
sawah seluas 3.032,86 hektar yang
terdiri dari sawah dengan padi
diselingi tanaman lain/ bera 1.621,21
hektar dan sawah dengan padi terus-
menerus 1.681,65 hektar. Dominasi
penggunaan lahan yang lain untuk
fungsi Waduk Kedung Ombo seluas
2.341,30 hektar, ladang/tegalan
dengan palawija 1.885,00 hektar,
bangunan permukiman seluas 1.610,27
hektar.
Sawah Sawah
Bangunan
Ladang/ Padang dengan dengan
Industri Bangunan Kebun Waduk
Hutan tegalan rumput padi padi Sung
No Desa dan Permukima Campura Multigu Jumlah
Jati dengan peternaka diselingi terus- ai
Perdagang n Desa n na
palawija n ekstensif tanaman meneru
an
lain/ bera s
Kecamatan Miri
1 Geneng 93,96 100,54 1,01 13,95 149,12 358,58
2 Jeruk 0,60 98,64 54,29 0,85 153,70 308,09
3 Sunggingan 0,03 91,78 0,64 42,22 1,30 223,53 1,20 4,68 365,39
4 Girimargo 97,31 8,29 60,08 1,84 0,78 192,83 4,79 365,93
5 Doyong 67,45 41,72 0,20 184,50 1,51 295,37
6 Soko 113,63 91,16 1,06 8,50 216,04 27,87 458,27
7 Brojol 88,92 52,25 77,88 0,84 2,17 266,40 4,40 5,90 498,75
8 Bagor 89,48 4,57 18,98 330,95 0,89 139,06 54,27 9,01 647,21
9 Gilirejo 138,13 4,36 300,95 259,84 1,19 393,10 1.097,58
10 Gilirejo Baru 81,01 82,97 1,17 157,52 0,11 235,74 731,98 1.290,50
Jumlah 0,63 960,31 144,15 29,09 1.257,31 8,12 660,04 1.441,58 5,60 1.178,85 5.685,68
Kecamatan Sumberlawang
Penggunaan 1 Ngargosari 229,82 472,95 246,99 489,93 418,90 1.858,60
Lahan 2 Ngargotirto 262,66 128,01 120,96 0,49 459,39 503,61 1.475,13
3 Ngandul 116,09 167,52 1,16 11,78 127,10 51,50 475,15
4 Pendem 108,84 133,94 0,75 0,06 297,47 189,95 731,01
Jumlah - 717,41 600,96 - 669,41 2,41 961,17 424,56 - 1.163,96 4.539,88
10.225,5
Potensi Pertanian

• Produksi tanaman pangan WP Agropolitan Miri (WKO) berupa padi


sawah, padi ladang/gogo, jagung, kacang tanah dan ubi kayu.
• tanaman hortikultura yang mendominasi kawasan Agropolitan Miri
ialah tanaman pisang, serta tanaman pepaya
• Potensi perkebunan WP Agropolitan Miri (WKO) berupa kelapa,
jambu mete, tebu, kapok randu dan tembakau.

Kecamatan
Kecamatan Miri Sumberlawang
Tanaman
Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Padi sawah 2.869 18.254 3.804 24.223
Padi 2.478 3.345
410 555
ladang/gogo
Jagung 2.051 14.073 5.713 40.512
Kedelai - - - -
Kacang 610 271
329 149
tanah
Kacang hijau - - - -
Ubi kayu 55 1.494 39 1.058
Ubi jalar - - - -
Potensi Peternakan

Kecamatan Miri Kecamatan Sumberlawang Kecamatan Miri Kecamatan Sumberlawang


Ternak Produksi (Kg) Produksi Ternak Produksi (Kg) Produksi
Populasi Populasi (Kg) Populasi Populasi (Kg)
Sapi perah 0 0 0 0
Ayam kampung 41.714 172.342,2 84.061 292.247,1
Sapi potong 7.527 8.602 6.696 11.925
Ayam petelur 1.000 0 66.000 0
Kerbau 2 0 23 0
31.931,70 38.256,70 Ayam pedaging 740.000 0 482.000 0
Kambing 4.384 5.051
Domba 4.402 31.532,10 5.516 46.116,90 Itik 2.499 3.702,10 2.271 8.201,5
Kuda 0 0 0 0 Itik manila 1.725 0 425 0
Babi 0 0 0 0 Angsa 239 0 186 0

• Jenis ternak WP Agropolitan Miri (WKO) berupa sapi potong, kerbau, • Potensi produksi daging unggas WP Agropolitan Miri (WKO)
kambing dan domba. bersumber dari ayam kampong, ayam petelur, ayam pedaging,
• Produksi daging ternak di Kecamatan Miri paling banyak berupa itik, itik manila dan angsa.
kambing sebesar 31.931,70 Kg dan di Kecamatan Sumberlawang paling • Produksi daging unggas paling banyak berupa ayam kampung di
banyak berupa domba sebesar 46.116,90 Kg. Kecamatan Miri sebesar 172.342,2 Kg dan Kecamatan
Sumberlawang sebesar 292.247,1 Kg.

Potensi Perikanan

Kecamatan
Kecamatan Miri Sumberlawang
• Produksi perikanan WP Agropolitan Miri (WKO) berupa perikanan Jenis
tangkap yaitu perairan umum, sedangkan potensi perikanan budidaya 2019 2020 2019 2020
Ikan mas 730.301 616,65 3.484.360 2.834.294
berupa jaring apung dan kolam air tenang.
Bawal 0 0 0 0
• Jenis ikan yang berpotensi untuk dikembangkan berupa ikan mas, nila Nila 0 6.403.055 0 20.221.701
dan patin Patin 40.261 28.489 50.975 34.798
Gurami 0 0 0 0
Potensi Sektor Pariwisata

Kawasan • Potensi pengembangan KPP Plumongtalusuri


Pengembangan LUAS ZONA KENDALI KAWASAN WADUK KEDUNG OMBO
di Kawasan Agropolitan Miri (WKO) yaitu
Pariwisata (KPP) Boyolayar di Desa Ngargosari WP AGROPOLITAN MIRI (WKO) (DALAM HA)
Plumongtalusuri
Zona Kendali Zona Kendali Zona Kendali
No Desa
Kawasan Strategis • Potensi wisata Waduk Kedung Ombo
2 (Ha) 3 (Ha) 4 (Ha)
Pariwisata (KSP) • wisata Gunung Kemukus di Desa Pendem Kecamatan Miri
Gunung Kemukus dengan daya tarik wisata sejarah dan budaya 1 Sunggingan 15 103 243
dan sekitarnya 2 Girimargo 14 115 232
3 Soko 27 164 73
4 Brojol 16 133 343
5 Bagor 26 217 395
• berupa air terjun yang berada di Desa Doyong 6 Gilirejo 123 417 163
Kedung Grujug dan Desa Soko 7 Gilirejo Baru 138 340 80
Kecamatan
Sumberlawang
1 Ngargosari 108 331 1.000
2 Ngargotirto 134 340 493
Bendungan • Bendungan yang terletak di Desa Sunggingan 3 Ngandul 29 136 157
Kedung Kancil 4 Pendem 84 318 65

Peraturan Bupati Sragen Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Pengendalian


• berupa rumah pohon yang dikelola oleh Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Waduk Kedung Ombo Dan Sekitarnya Di
Pilang Rumah masyarakat, berada di Jl. Cengklik, Dusun III, Kabupaten Sragen
Pohon Gilirejo, Kec. Miri

Punden Petilasan • Situs Giren


Sunan Giri
Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa


Ngargotirto sebanyak 6.512 jiwa dan
jumlah penduduk terendah yaitu
Kecamatan Gilirejo Baru sebanyak 2.723
jiwa.

7,000 6,5126,210
6,000
5,000 4,609 4,618 4,808
4,411 4,426
4,007 3,862
4,000 3,517
3,088 2,8162,946
3,000 2,723
2,000
1,000
0
g k n o g o l r o u ul o ri
nen Jeru nga arg yon Sok rojo ago lirej Bar dem nd tirt osa
i B B Gi jo Pen Nga rgo arg
Ge ngg irim Do re a
Su G
Gi
li
Ng Ng
KONDISI
LINGKUNGAN
HIDUP
Kondisi Air Sungai TSS
dan IKA Sungai • bahwa kualitas TSS pada sungai di Sragen masih memenuhi baku mutu air kelas II, kecuali pada hulu dan hilir Sungai
Kenatan, dan sungai garuda hilir, gambiran hulu dan hilir, serta sungai mungkung hilir
Analisis kualitas air sungai terhadap
beberapa parameter yaitu TSS, Biochemical Oxygen Demand
COD, BOD, DO, dan fecal coli, • konsentrasi BOD pada periode I maupun periode II, nilai BOD di seluruh titik pengambilan sampel menunjukkan angka
yang melebihi persyaratan baku mutu air kelas II untuk parameter BOD. Konsentrasi BOD tertinggi terdapat di Sungai
dilakukan pada sample sungai yang gambiran hulu yaitu sebesar 18,57 mg/LNilai BOD tinggi akan mengganggu pengambilan oksigen dan keseimbangan
mengalir di Kabupaten Sragen, yaitu ekologik hingga menyebabkan kematian ikan dan biota perairan.

Sungai Kenatan Hulu, Sungai


Kenatan Hilir, Sungai Garuda Hulu, Chemical Oxygen Demand (COD)
Sungai Garuda Hilir, Sungai Nilai COD yang melebihi baku mutu terdapat pada Sungai Kenatan hilir dan di sungai gambiran hulu, Sungai Kenatan Hulu,
Garuda Hilir, Gambiran Hulu dan sungai gambiran hilir.
Gambiran Hulu, Sungai gambiran
Fecal Coliform
Hilir, Sungai Mungkung Hulu, Sungai
• Konsentrasi Fecal coliform telah melebihi baku mutu di beberapa titik sampel sungai garuda bagian hilir
Mungkung Hilir periode I dan, dan sungai gambiran bagian hulu periode II
• Tingginya konsentrasi fecal coli di perairan sungai menandakan tingginya inputan feses baik dari hewan
maupun dari manusia. Kemungkinan terbesar fecal coli yang terkandung di air sungai Wilayah Sragen berasal
dari pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dan pembuangan limbah manusia dan peternakan
sapi

Indeks Kualitas Air (IKA) Kabupaten Sragen tahun 2022 sebesar 50 yang berarti dalam kategori sedang.
• Pada dan larangatahun 2023 ini, parameter dominan melebihi bakumutu air sungai adalah parameter Bakteri Coli Tinja dan BOD
• Hal ini menunjukkan bahwa kadar pencemar terbesar adalah dari limbah domestik.
• diperlukan upaya yang maksimal dalam sosialisasi meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup bersih n membuang
sampah di sungai 27
• Uji parameter Besi (fe), pH, TDS, Nitrit, parameter warna ,
Kualitas Air Tanah rasa, bau; masih memenuhi baku mutu untuk seluruh
sumur pantau yang tersedia di Sragen.
Pada Tahun 2022, Pengujian kualitas air • terdapat sumur pantau TPA yang masih memiliki
sumur dilakukan Dinkes Kabupaten konsentrasi Mangan melebihi dari baku mutu yang telah
Sragen. ditentukan yaitu di Sumur Pantau TPA Tanggan 4,
Tanggan Gesi.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan • Sumur Pantau TPA mayoritas memiliki kandungan e-coli
terhadap sumur pantau TPA tanggan dan fecal coliform melebihi baku mutu sumur sehingga
harus menjadi perhatian lebih

Indeks Kualitas Udara


• Berdasarkan hasil perhitungan data kualitas udara ambien dengan metode passive sampler, diperoleh nilai Indeks
Kualitas Udara sebesar 92,13 yang berarti dalam Kategori Baik.
• Nilai IKU dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, seperti transportasi, penyediaan ruang terbuka
hijau, pengawasan penggunaan bahan emisi yang tidak ramah lingkungan, serta dukungan pihak lain seperti
masyarakat dan pelaku usaha.

Indeks Kualitas Tutupan Lahan


Indeks Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) tahun 2023 adalah 42,72. Nilai tersebut dalam kategori kurang.
Apabila dibandingkan dengan realisasi IKTL tahun 2022 sebesar 41,15, realisasi IKTL tahun 2023 mengalami
peningkatan menjadi 42,72.
28
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Indeks Kualitas IKLH Kabupaten Sragen dari Tahun 2020 – 2023


Lingkungan IKA IKU IKTL IKLH

Hidup 120
100
Konsep IKLH mengambil 80
tiga indikator kualitas 65.46771125
60 62.46 63.17
lingkungan yaitu 55.64
kualitas air sungai, 40
kualitas udara ambien,
20 92.128472222
dan luas tutupan lahan. 3098.35
42.84 4097.84
35.59 48.75
88.47
41.15 502222
42.72
0
2020 2021 2022 2023

• Berdasarkan trend capaian IKLH sejak tahun 2020 sampai dengan tahun 2023, maka status
nilai IKLH cenderung sama dengan nilai yang fluktuatif. Dari masing-masing parameter yang
diukur, indeks kualitas air (IKA) terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, indeks kualitas udara
(IKU) mengalami penurunan sejak 2020 – 2022 namun pada tahun 2023 mengalami
peningkatan kualitas udara, sedangkan indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) mengalami
peningkatan di tahun 2023.

29
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
Ruang Terbuka Hijau Publik RUANG
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Persampahan N
o
Desa
Pemaka
man
Lapang
an desa
Tam
an
REPUBLIK INDONESIA
Jalur
hijau
RTH Pengamanan Sumber
Mata Air Baku/Mata Air
jalan
Kecamatan Miri
• WP Agropolitan Miri (WKO) belum mendapatkan 2
1 Geneng 2 - - -
layanan persampahan kabupaten 2 Jeruk - - - - -
• Pada umumnya masyarakat mengelola sampah 3 Sunggingan 3 - 2 - -
4 Girimargo 3 1 - - -
yang dihasilkan dengan membuat lubang sampah
5 Doyong 5 - - - -
di pekarangan dan untuk sampah anorganik dijual 6 Soko - - 1 - -
ke rongsokan atau dikelola oleh Bank Sampah. 7 Brojol 2 - - - 1
8 Bagor - - - - -
• Selain itu, masih ditemukannya masyarakat yang
9 Gilirejo - - - - -
membuang sampah pada lahan terbuka dan
1
saluran air atau sungai. 0 Gilirejo Baru - - - - -
Total 15 1 3 2 1
Kecamatan
Sumberlawang
1 Ngargosari - - - - -
2 Ngargotirto - - - - -
3 Ngandul 1 - 1 - -
4 Pendem - - - - -
Total 1 - 1 -
Kawasan Agropolitan 2 1
Miri 16 1 4

30
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Isu Kebencanaan (banjir dan kekeringan)

Isu Lingkungan Prioritas Alih fungsi lahan


Lingkungan Hidup
Kabupaten Sragen Pencemaran lingkungan (pencemaran
Limbah, sanitasi, dan sampah)
Berdasarkan Dokumen
IKPLHD
Kurangnya RTH

31
IDENTIFIKASI ISU
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)

 direncanakan pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) di SWP C Blok 1 di Desa Bagor . Rencana
pengembangan terminal tersebut berada di penggunaan lahan pertanian seluas 0,57 HaZona
Alih fungsi lahan  perdagangan dan jasa tersebar di seluruh Desa di WP Agropolitan Miri yang berada di akses jalan utama
1 pertanian pangan ke atau jalur penghubung antar desa sehingga diperkirakan akan mempercepat konversi lahan pertanian
lahan terbangun yang ada karena memicu aktivitas-aktivitas baru pada area sekitar jalan baru
(sumber: laporan RDTR Kecamatan Miri)

 Jumlah penduduk Kecamatan Miri pada tahun 2021 sebanyak 37.821 jiwa dan Kecamatan
Daya Tarik perkotaan Sumberlawang sebanyak 51.091 jiwa.
bagi masyarakat  Rencana pengembangan Kawasan Agropolitan di wilayah Kecamatan Miri dan sebagian Kecamatan
2 Sumberlawang akan mendorong munculnya kawasan permukiman maupun perdagangan dan jasa
sekitar
untuk mengakomodir kebutuhan penduduk serta aktivitas perdagangan dan jasa baru.
(sumber: laporan RDTR WP Agropolitan Miri)

Masih tingginya kasus  Jumlah penyakit diare di Kecamatan Miri sebanyak 981 kasus dan Kecamatan Sumberlawang sebanyak
3 penyakit menular, karena 1.105 kasus semua umur
belum optimalnya  Jumlah penyakit TBC di Kecamatan Miri sebanyak 6 kasus dan Kecamatan Sumberlawang sebanyak 8
masyarakat perperilaku kasus
hidup bersih dan sehat  Jumlah penyakit Pneumonia di Kecamatan Miri sebanyak 74 kasus dan Kecamatan Sumberlawang
sebanyak 37 kasus
• Penyakit kronis khusunya Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak hanya mengakibatkan kesakitan,
ketidakmampuan fisik, hingga kematian, namun juga kerap mengakibatkan timbulnya beban finansial
bagi keluarga.
(Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka tahun 2022, Publikasi BPS)
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
Kabupaten Sragen memiliki permasalahan sosial yang cukup kompleks. Hal ini ditandai dengan adanya golongan yang kurang
Tingginya PMKS beruntung, seperti gelandangan, pengemis, tunasusila, anak jalanan, anak terlantar dan lain-lain yang dikategorikan sebagai
4 (Penyandang Masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Pada tahun 2020 terdapat
Kesejahteraan Sosial) 77.066 PMKS di Kabupaten Sragen.
(sumber : RPJMD Kabupaten Sragen tahun 2021-2026)

 Para perokok bisa terdiri dari kalangan tua sampai muda, termasuk anak usia sekolah. Banyak anak yang belum cukup umur
5 Adanya budaya merokok sudah membiasakan diri untuk mengkonsumsi rokok.
pada anak – anak  Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang merokok sebesar 13,41%
(Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka tahun 2022)

Rumah tidak layak huni Jumlah RTLH di Kabupaten Sragen pada tahun 2020 masih sebesar 41.727 unit
6 masih cukup tinggi (sumber : RPJMD Kabupaten Sragen tahun 2021-2026)
• Kurangnya kesadaran masyarakat dalam bidang lingkungan, kesadaran membuang sampah secara
Rendahnya kapasitas dan sembarangan,
kesadaran masyarakat dalam • Maraknya tempat pembuangan sampah liar.
7 menjaga kebersihan (sumber : Laporan IKPLHD Kabupaten SragenTahun 2022)
lingkungan
Masih adanya jarak antara sumber air minum dengan tempat pembuangan akhir/tinja kurang dari 10 meter. (sumber: IKPLHD
Kabupaten Sragen tahun 2022)
Seluruh rumah tangga belum mendapat layanan akses sanitasi layak, baru mencapai 82,97%.
(Sumber: RPJMD Kabupaten Sragen tahun 2021-2016)
8 sanitasi permukiman •

Masih adanya masyarakat yang menggunakan akses sanitasi berupa sanitasi toilet leher angsa tersambung ke cubluk ( 208 RT)
Masih adanya masyarakat yang menggunakan akses sanitasi berupa fasilitas bersama/sharing sebanyak 552 RT
yang kurang baik • Masih perlunya peningkatan fasilitas sanitasi toilet leher angsa tersambung ke cubluk dan fasilitas bersama/sharing menjadi
jamban sehat permanen.
• Belum adanya SPALD-T di Kawasan Agropolitan Miri.
(Sumber: Laporan RDTR Kecamatan Miri)

Masih tingginya
penduduk yang hidup Persentase penduduk miskin di Kabupaten Sragen pada tahun 2021 adalah sebesar 13,83%. Angka ini sedikit meningkat dari tahun
9 dibawah garis 2020 (13,38%)
kemiskinan (Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka Tahun 2021, Publikasi BPS)
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
• Satuan Kemampuan Lahan Rawan Bencana di Kawasan Agropolitan Miri memiliki jenis tingkatan rawan becana kurang dan
tinggi. Pada tingkat rawan bencana tinggi seluas 3.113,21 Ha yang banyak tersebar di Desa Ngargotirto dan Gilirejo, dan
Munculnya Ngargosari.
beberapa • WP Agropolitan Miri termasuk dalam kawasan rawan gempa bumi kelas sangat rendah dan rawan Gerakan tanah dengan
10 wilayah rawan
kelas sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi.
• Rawan gerakan tanah hampir terdapat di seluruh kawasan, kecuali di sebagian kecil Desa Gilirejo, Gilirejo Baru, Ngargosari,
bencana Ngargotirto, Ngandul dan Pendem (sumber: laporan RDTR WP Agropolitan Miri)

• Satuan Kemampuan Lahan Drainase di WP Agropolitan Miri memiliki jenis tingkatan drainase, yaitu tinggi dan kurang. Tingkatan
drainase didominasi oleh tingkatan resapan yang kurang hampir di seluruh wilayah dengan luasan 7798,18 Ha
• Beberapa ruas jalan belum memiliki saluran drainase
• Pada koridor jalan lingkar Gelomong, jaringan drainase di beberapa ruas belum ada, seperti di depan Lapangan Desa Miri.
Belum optimalnya • Kondisi jaringan drainase terutama saluran kota banyak yang mengalami sedimentasi, sedangkan saluran alam mengalami
pendangkalan yang disebabkan oleh terjadinya erosi, dan sedimentasi baik oleh kejadian alam maupun pembuangan sampah ke
system drainase saluran drainase.
dalam • Adanya penyempitan saluran drainase dan tidak berfungsinya beberapa saluran drainase mengakibatkan beberapa ruas jalan menjadi
11 menampung daerah genangan dan sebagian air mengalir melintasi jalan raya.
genangan • Masih adanya saluran drainase yang menjadi satu dengan saluran irigasi.
• Masih adanya saluran drainase yang menjadi satu dengan pembuangan air limbah rumah tangga
• Kurang efektifnya sistem drainase akibat dimensi saluran yang tidak sesuai dengan debit air, elevasi saluran tidak memadai, kapasitas
tampungan kurang besar, dan dimensi goronggorong yang dibuat terlalu kecil sehingga terjadi aliran balik.
(sumber: laporan RDTR Agropolitan Miri)

Peningkatan cuaca Kejadian bencana cuaca ekstrem di Kabupaten Sragen yaitu hujan lebat di sertai angin ribut, dan puting beliung. Terjadi kecepatan angin
12 ekstrem akibat > 45 km/jam dan suhu udara>35 C atau <15C kejadian alam ini berubah secara cepat.
dampak (sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
perubahan iklim.
• Perlunya pengendalian pemanfaatan sumber daya air khususnya pada Waduk Kedung Ombo
• WP Agropolitan Miri masih banyak daerah air tanah langka sehingga masih terjadi kekeringan, seperti pada Desa Jeruk,
Meningkatnya Desa Soko, Desa Girimargo, Desa Ngargotirto, dan Desa Ngargosari.
13 kebutuhan air • system pemanfaatan air belum dikelola dengan baik
untuk masyarakat • Masih kuranngya supply air irigasi untuk mendukung budidaya kegiatan pertanian
(Sumber: Laporan RDTR Agropolitan Miri)
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
• Terdapat wilayah desa yang belum mendapatkan akses air minum perpipaan baik dari Perumda Air Minum seperti
Desa Geneng, Jeruk, Sunggingan, Girimargo, Soko, Brojol, Bagor, Gilirejo, Gilirejo Baru, Ngargosari, Ngargotirto,
Ngandul dan Pendem.
Ketersediaan air • Sumber air yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat melalui jaringan perpipaan
14 bersih perkotaan belum dilakukan pengujian kualitas air secara berkala.
• Masih adanya masyarakat yang menggunakan sumber air tidak terlindungi (Misal: sumur dangkal).
• Perlunya upaya peningkatan pemenuhan kebutuhan air, khususnya pada desa yang mengalami kekeringan.
(Sumber: Laporan RDTR WP Agropolitam Miri)

Cakupan pelayanan Belum seluruh rumah tangga mendapat layanan akses air minum. Layanan akses air minum pada tahun 2020 yang baru
air bersih yang belum mencapai 89,30%.
15 merata di perkotaan (sumber: RPJMD Kabupaten Sragen Tahun 2021-2026)
maupun pedesaan

• Adanya rumah tangga yang mengalami kekurangan supply air baku


• Pengembangan sumur resapan air hujan pada setiap rumah
Ancaman sumber • Kondisi yang ada saat ini, masih terdapat bangunan yang berada pada kawasan sempadan sungai, sehingga perlu
daya air akibat dibatasi pengembangannya terutama untuk pembangunan baru agar tidak mempengaruhi daerah resapan air
16 pendangkalan (sumber: Laporan RDTR WP Agropolitan Miri)
sungai.
• Sebagian wilayah WP Agropolitan Miri secara geologis termasuk dalam akuifer produktif, namun masih terdapat
wilayah dengan SKL ketersediaan air rendah, yaitu di Desa Ngargotirto dan Desa Ngargosari seluas 507,85 Ha
• Ketersediaan (distribusi) air tidak sama jumlahnya, masih ada beberapa wilayah yang terdampak kekeringan di
musim kemarau, seperti Desa Jeruk, Desa Soko, Desa Girimargo, Desa Ngargotirto, dan Desa Ngargosari
Rendahnya akses • Sumber air yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat melalui jaringan perpipaan
belum dilakukan pengujian kualitas air secara berkala
17 masyarakat terhadap
pelayanan air minum • Masih adanya masyarakat yang menggunakan sumber air tidak terlindungi (Misal: sumur dangkal)
layak dan berkelanjutan (sumber: Laporan RDTR WP Agropolitan Miri)
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
Hasil keseluruhan analisis kualitas air sungai menunjukkan diperlukan langkah strategis untuk menurunkan tingkat
Meningkatnya pencemaran khususnya beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu yaitu BOD; COD; TSS; dan Fecal
18 beban cemar dari Coliform.
(sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2023)
rumah tangga
Belum adanya pengembangan SPALD T skala permukiman
(sumber: Laporan RDTR Agropolitan Miri)

• Adanya pencemaran sungai akibat pembuangan limbah pada Desa Jeruk dan Desa Brojol
Pencemaran air • Adanya peternakan yang pembuangan limbahnya belum terkelola dengan baik dapat menyebabkan
oleh limbah dari pencemaran air
19 • Limbah industri yang belum terolah dan masih dibuang ke sungai mencemari lingkungan. Hal tersebut terjadi
kegiatan industry
di Desa Ngandul dan Desa Jeruk.
dan perdagangan
• Pengolahan IPAL kawasan masih sampai tahap pelayanan dan/atau pengumpulan, belum terdapat pengolahan
&jasa terpusat
(Sumber: Laporan RDTR WP Agropolitan Miri)

Masih banyaknya
sungai sebagai
Hasil analisis fecal coliform menunjukkan bahwa semua sample air sungai di Kabupaten Sragen telah melebihi baku
sumber kehidupan
mutu sebesar 1.000 MPN/100m, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi sungai di Kabupaten
20 kategori kurang
Sragen telah tercemar oleh bakteri fecal coliform. Bakteri fecal coliform merupakan bakteri coliform yang berasal
sehat, pencemaran
dari tinja manusia dan atau hewan berdarah panas dimana secara normal bakteri fecal coliform hanya ditemukan
air limbah rumah
di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan mamalia atau juga dapat ditemukan pada bahan yang telah
tangga dan buang
terkontaminasi dengan tinja.
sampah
(sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
sembarangan yang
bermuara di sungai.
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
RTH di WP Agropolitan Miri berupa RTH Taman Kelurahan, RTH Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan RTH
Pemenuhan ruang Pengamanan Sumber Mata Air Baku/Mata Air seluas 3,89 Ha.
21 terbuka hijau perkotaan (Sumber: Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kearifan Lokal Kabupaten Sragen tahun 2020)
masih kurang
Ada banyak aduan tentang adanya warga yang membuang sampah secara sembarangan sehingga tumpukan
sampah menggangu kenyamanan karena bau, merusak keindahan dan sebagai sarang vector penyakit (lalat,
Kesadaran masyarakat nyamuk
22 dalam pengelolaan
sampah masih rendah

WP Agropolitan Miri belum memiliki sarana pengolahan sampah


Kurangnya tempat Belum tersedianya TPS3R sebagai sarana pengolahan sampah baik di area pasar maupun di kawasan
pembuangan sampah permukiman
(TPS) sementara dan Masih adanya masyarakat yang membuang sampah sembarangan
23 Pengelolaan persampahan di WP Agropolitan Miri sebagian besar menggunakan cara membakar sampah
tempat pengelolaan
langsung di bak/tong sampah ketika sudah penuh
limbah terpadu (TPST) Masih terbatasnya cakupan pelayanan pengangkutan persampahan.
(sumber: Laporan RDTR WP Agropolitan Miri)

Kondisi TPA yang ada saat ini sudah over kapasitas dan sudah terdapat lahan pertuasan seluas 8000 m2 akan
Usia teknis TPA yang ada tetapi belum bisa digunakan sebagai zona baru karena belum ada penataan.
24 telah habis (sumber: Laporan IKPLHD Tahun 2023)

Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh pada timbulan sampah yang semakin banyak.
Peningkatan sampah (sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
25 rumah tangga dan pasar
IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB)
Penghasil limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3) di Kabupaten Sragen berasal dari kegiatan: industri, fasilitas
pelayanan kesehatan, bengkel motor/mobil, hotel dan kawasan perdagangan/perkantoran. Sumber pencemaran
Belum adanya Limbah Padat dan Cair, tahun 2022 sebesar 9167,662 ton/tahun. Timbulan limbah B3 terbesar adalah dari Bottom ash
pengaturan dan sebesar 4363,6 ton/tahun, Sludge IPAL 4043,098 ton/tahun, dan fly ash sebesar 670,8 ton/tahun
25 penanganan (sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
limbah B3

Masalah persampahan Kabupaten Sragen pada tahun 2020 dari timbunan sampah di wilayah pelayanan yang
Kapasitas tempat mencapai 343,724 m3, jumlah sampah yang terolah hanya berkisar di angka 52,671 m3. Peningkatan volume sampah di
27 pemrosesan wilayah perkotaan yang tidak terolah ini disebabkan karena ketersediaan lahan untuk TPA belum memadai. Apabila
akhir sampah tidak ada upaya mereduksi timbulan sampah harian mengakibatkan TPA melebihi kapasitas (overload).
(sumber: Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
masih kurang

Terdapat lahan kritis Kabupaten Sragen dengan status agak kritis, Kritis dan sangat kritis. Untuk Kategori agak kritis di
dalam area hutan produksi seluas 287,63 ha berada di Kecamatan Miri, Sumberlawang, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar.
28 Lahan kritis (sumber : Laporan IKPLHD Kabupaten Sragen Tahun 2022)
No Kelompok isu Daftar Isu
Lingkungan Hidup
1 Kebencanaan • Satuan Kemampuan Lahan Rawan Bencana di Kawasan Agropolitan Miri memiliki jenis tingkatan rawan becana kurang dan tinggi
• tingkat rawan bencana tinggi seluas 3.113,21 Ha yang banyak tersebar di Desa Ngargotirto dan Gilirejo, dan Ngargosari.
• WP Agropolitan Miri termasuk dalam kawasan rawan gempa bumi kelas sangat rendah dan rawan Gerakan tanah dengan kelas sangat rendah, rendah,

PE 2 Kurangnya
menengah, dan tinggi.

• SKL ketersediaan air rendah, yaitu di Desa Ngargotirto dan Desa Ngargosari seluas 507,85 Ha

NG ketersediaan Air
bersih
• Ketersediaan (distribusi) air tidak sama jumlahnya, masih ada beberapa wilayah yang terdampak kekeringan di musim kemarau, seperti Desa Jeruk,
Desa Soko, Desa Girimargo, Desa Ngargotirto, dan Desa Ngargosari
• Adanya rumah tangga yang mengalami kekurangan supply air baku
• Kondisi yang ada saat ini, masih terdapat bangunan yang berada pada kawasan sempadan sungai, sehingga perlu dibatasi pengembangannya

EL terutama untuk pembangunan baru agar tidak mempengaruhi daerah resapan air
• Terdapat wilayah desa yang belum mendapatkan akses air minum perpipaan baik dari Perumda Air Minum seperti Desa Geneng, Jeruk, Sunggingan,
Girimargo, Soko, Brojol, Bagor, Gilirejo, Gilirejo Baru, Ngargosari, Ngargotirto.
• Masih adanya masyarakat yang menggunakan sumber air tidak terlindungi (Misal: sumur dangkal).

OM • WP Agropolitan Miri masih banyak daerah air tanah langka sehingga masih terjadi kekeringan, seperti pada Desa Jeruk, Desa Soko, Desa Girimargo,
Desa Ngargotirto, dan Desa Ngargosari
• Masih kuranngya supply air irigasi untuk mendukung budidaya kegiatan pertanian
• WP Agropolitan Miri dilalui oleh akuifer kecil setempat yang menyebar di Desa Geneng, Desa Jeruk, dan Desa Brojol

PO 3 Persampahan
• akuifer daerah air tanah langkah yang terletak di sebelah utara WP Agropolitan Miri (WKO).
• WP Agropolitan Miri (WKO) belum mendapatkan layanan persampahan kabupaten
• masih ditemukannya masyarakat yang membuang sampah pada lahan terbuka dan saluran air atau sungai
4 Pencemaran limbah • Adanya pencemaran sungai akibat pembuangan limbah pada Desa Jeruk dan Desa Brojol

KA • Adanya peternakan yang pembuangan limbahnya belum terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran air
• Limbah industri yang belum terolah dan masih dibuang ke sungai mencemari lingkungan. Hal tersebut terjadi di Desa Ngandul dan Desa Jeruk.
• Pengolahan IPAL kawasan masih sampai tahap pelayanan dan/atau pengumpulan, belum terdapat pengolahan terpusat
• Belum adanya SPALD-T di Kawasan Agropolitan Miri

N Konservasi lahan dan Alih fungsi lahan


5 Konservasi lahan • Terdapat lahan agak kritis di dalam area hutan produksi seluas 287,63 ha berada di Kecamatan Miri, Sumberlawang
• Faktor yang dapat menyebabkan lahan berada pada kondisi kritis antara lain keterbatasan sumber daya air dan tingkat salinitas yang tinggi.
Sosial Masyarakat

SU 6 Kemiskinan

PB
DISKUSI
1. Apa saja isu – isu yang belum
terakomodir?
2. Masukan isu – isu yang dapat
dikategorikan sebagai isu
strategis

Anda mungkin juga menyukai