Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PENDAHULUAN

KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Detail Tata Ruang – Kawasan Strategis Kabupaten (RTR-KSK)


merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten ke dalam
rencana penataan ruang yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi.

Maksud penyusunan RTR-KSK Agropolitan Semendo adalah sebagai kendali


mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berdasarkan RTRW Kabupaten Muara
Enim Tahun 2018-2038 dan bertujuan: (a) sebagai acuan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan
nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten; (b)
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam RTRW kabupaten; (c) sebagai dasar
pengendalian pemanfaatan ruang KSK; (d) alat operasionalisasi dalam sistem
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik; (e) arahan lokasi dari
berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman
dengan karakteristik tertentu; dan (f) upaya penetapan intensitas pemanfaatan ruang
untuk setiap bagian-bagian wilayah.

Pembangunan dan lingkungan hidup adalah dua bidang yang saling berkaitan. Di
satu sisi pembangunan dirasakan perlu untuk meningkatkan harkat hidup manusia.
Tapi di sisi lain tidak jarang program dan proyek pembangunan tanpa disadari
mengakibatkan rusaknya lingkungan. Bencana banjir, kekeringan, longsor dan
kepunahan keanekaragaman hayati merupakan beberapa contoh dari kerusakan
lingkungan yang dapat kita lihat saat ini.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

Konsep pembangunan berkelanjutan dapat menjadi solusi atas permasalahan


tersebut di atas. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan menuntut
adanya upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh
oleh semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, melalui Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH),
pemerintah dan pemerintah daerah diwajibkan membuat Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) untuk menjamin telah dijadikannya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan sebagai dasar dalam perencanaan dan penyusunan kebijakan, rencana,
dan/atau program (KRP). Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup akan
lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program
(KRP) telah dipertimbangkan masalah lingkungan hidup dan ancaman terhadap
keberlanjutannya.

1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1. Maksud

Maksud penyusunan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende ini adalah


untuk untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana dan/atau program RDTR Kawasan
Agropolitan Semendo.

1.2.2. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende adalah


untuk:

a. Menganalisis bagaimana muatan RTR-KSK menimbulkan dampak/resiko


lingkungan hidup dan pengaruh terhadap daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup
b. Merumuskan alternatif penyempurnaan RTR-KSK dengan menguji masing-masing
alternatif dalam kapasitasnya sebagai solusi yang paling tepat
c. Merekomendasikan perbaikan RTR-KSK secara rinci
d. Pengintegrasian KLHS ke dalam RTR-KSK

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

1.2.3. Sasaran

Sasaran penyusunan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende adalah:

a. Menjamin terjaganya keberlanjutan nilai strategis kawasan.


b. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman
dalam kawasan.
c. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam
kawasan.
d. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Lingkup Wilayah Kajian

Lokasi wilayah perencanaan meliputi Kecamatan Semendo Darat Ulu, Semendo


Darat Tengah, Semendo Darat Laut, Kecamatan Panang Enim dan Kecamatan Tanjung
Agung.

1.3.2. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan dalam penyusunan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan


Semende ini adalah:

1. Persiapan, meliputi Pembentukan Tim Penyusun Kelompok Kerja (POKJA) KLHS;


Identifikasi Para Pemangku Kepentingan; Pembuatan Kerangka Acuan Kerja
(KAK).
2. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB);
3. Perumusan Isu PB Strategis;
4. Perumusan Isu PB Prioritas;
5. Analisis Materi Muatan RTR-KSK Berdampak Lingkungan Hidup;
6. Analisis Pengaruh;
7. Analisis Kajian Muatan;
8. Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTR-KSK;
9. Perumusan Rekomendasi Perbaikan RTR-KSK;
10. Penjaminan Kualitas;

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

11. Pendokumentasian

1.4. DASAR HUKUM

Dasar Hukum yang digunakan dalam Penyusunan Tata Pelaksanaan Kajian


Lingkungan Hidup Strategis diantaranya adalah:

1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun tentang Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam 8 tetang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor: 01/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten;
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.24/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
Berlokasi di Daerah Kabupaten/Kota yang Telah Memiliki Rencana Detail Tata
Ruang;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah;

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
13. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Tahun 2015;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah,
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
18. Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2018 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupetn Muara Enim Tahun 2018 – 2038;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 7 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018-2023;

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan, manfaat, sasaran, dasar hukum, ruang
lingkup mencakup lingkup wilayah kajian dan lingkup pekerjaan, serta
sistematika pembahasan.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini memuat landasan teori, prinsip KLHS, pendekatan penyusunan,


metode pelaksanaan dan tahap penyusunan, metode pengumpulan data serta
berbagai tahapan analisa.

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH

Bab ini menguraikan karakteristik wilayah Kawasan Agropolitan Semendo


yang menjadi wilayah kajian mulai dari kondisi geografis, topografi, geologi,
hidrologi, klimatologi, kependudukan serta kondisi sosial ekonomi.

BAB IV PEMANGKU KEPENTINGAN DAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Bab ini berisi hasil identifikasi pemangku kepentingan dan daftar isu
pembangunan berkelanjutan.

BAB V RENCANA KERJA

Bab ini menguraikan rencana kerja dalam pelaksanaan penyusunan KLHS


RDTR Kawasan Agropolitan Semende.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Kabupaten Muara Enim
Tahun 2020
BAB II METODOLOGI PELAKSANAAN

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1. Prinsip KLHS

Prinsip KLHS yang sesuai dengan kondisi Indonesua adalah prinsip Sadler dan
Verheem (1996) yang memperlihatkan bahwa KLHS bukanlah studi yang konvensional
seperti yang kita kenal. Prinsip yang dimaksud adalah:

a. Sesuai kebutuhan (fit-for-the purpose)


b. Berorientasi pada tujuan (objectives-led)
c. Didorong motif keberlanjutan (sustainabilitydriven)
d. Lingkup yang komperhensif (comprehensive scope)
e. Relevan dengan kebijakan (decision-relevant)
f. Terpadu (intergrated)
g. Transparan (transparent)
h. Partisipatif (participattive)
i. Akuntabel (accountable)
j. Efektif-biaya (cost-effective)

2.1.2. Definisi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dalam Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2016 dijelaskan bahwa Kajian


Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau KRP.

Word Bank (2005) mendefinisikan KLHS sebagai pendekatan partisipatif dalam


pengarusutamaan isu-isu lingkungan dan sosial untuk mempengaruhi rencana
pembangunan, pengambilan keputusan (pembangunan) pada tingkat strategis.
Sedangkan Chay Asdak (2012), mengungkapkan bahwa secara substansial KLHS
merupakan suatu upaya sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi
terwujudnya pembangunan berkelanjutan melalui proses pengambilan keputusan yang
lebih berwawasan lingkungan.

Therievel et.al. (2004) menyatakan bahwa KLHS adalah proses yang menyeluruh,
sistematis dan terencana untuk menilai pengaruh terhadap lingkungan akibat dari
kebijakan, rencana, program dan lain-lain termasuk dokumen yang memuat temuan
evaluasi dan dipakai untuk menghasilkan keputusan yang memiliki akuntabilitas pubik.
KLHS merupakan alat untuk memperbaiki aksi-aksi strategis, meningkatkan partisipasi
stakeholder lainnya dalam penngambilan keputusan, fokus pada hambatan utama
keberlanjutan, membantu mengidentifikasi pilihan terbaik, meminimalkan dampak
negatif serta meningkatkan dampak positif.

Sadler dan Verheem (1996) mendefinisikan KLHS sebagai proses sistematis


untuk mengevaluasi konsekuensi linkungan hidup dari suatu usulan KRP sebagai upaya
untuk menjamin bahwa konsekuensi yang dimaksud telah dipertimbangkan dan
dimasukan sedini mungkin dalam pengambilan keputusan paralel dengan
pertimbangan sosial dan ekonomi.

2.1.3. Kaidah Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang
bersifat partisipatif dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginian sendiri untuk
memperbaiki mutu KRP tata ruang agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan
efektif (Eddy, H.T, 2015).

2.1.4. Manfaat Kajian Lingkungan Hidup Strategis

KLHS bermanfaat untuk menjamin bahwa setiap kebijakan, rencana dan/atau


program lebih hijau dalam artian dapat menghindarkan atau mengurangi dampak
negatif dalam lingkungan hidup. Dalam hal ini, KLHS berarti juga menerapkan prinsip
precautionary priciples, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda
depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama
antar pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait penyusunan dan
evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program yang dapat secara aktif mendiskusikan
seberapa jauh substansi kebijakan, rencana dan/atau program yang dirumuskan telah
mempertimbangkan prisip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Melalui proses KLHS,
diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program dapat mengetahui dan memahami pentingnya menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program. Sedangkan Fischer (1999) menyatakan bahwa
manfaat KLHS adalah:

a. Instrumen proaktif dan sebagai sarana pendukung pengambil keputusan


b. Mencegah kesalahan investasi dengan meningkatkan para pengambil keputusan
akan adanya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan
c. Tata pengaturan yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan para
pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan melalui proses
konsultasi dan partisipasi
d. Melindungi aset-aset sumberdaya alam dan lingkungan hidup
e. Mencegah konflik dari hasil kerjasama lintas batas

2.1.5. Tujuan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Tujuan utama KLHS adalah untuk memastikan prinsip pembangunan


berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan. Selama ini,
proses pembangunan yang terformulasikan dalam kebijakan, rencana, dan/atau
program dipandang kurang mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan secara optimal. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan pada tataran
kegiatan atau proyek melalui berbagai instrumen seperti antara lain AMDAL,
dipandang belum menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan hidup berdada pada
tataran kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tujuan KLHS menurut Partidario (2017) adalah:

1. Memberi Kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar berorientasi


pada pembangunan yang berkelanjutan, melalui:
a. Identifikasi efek atau pengaruh yang akan timbul dilingkungan
b. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada
c. Antisipasi dan pencegahan terhadap dampak lingkungan pada sumber
persoalan
d. Peringatan dini atas dampak kumulatif dan resiko global yang aka muncul
e. Apikasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
2. Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL melalui:
a. Identifikasi sejak dini lingkup dan dampak potensial serta kebutuhan
informasi
b. Identifikasi isu-isu dan pandangan-pandangan strategis yang berkaitan
dengan justifikasi proyek atau rencana usaha/kegiatan
c. Efisiensi tenaga dan waktu pengerjaan kajian
3. Mendorong pendekatan atau cara baru dalam pengambilan keputusan melalui:
a. Integrasi pertimbangan lingkungan dan penerapan prinsip-prinsip
keberlanjutan dalam proses pegambilan keputusan
b. Dialog dan diskusi dengan pemangku kepentingan dan penyelenggaraan
konsultasi publik
c. Akuntanbilitas dan transparansi dalam merancang, memformulasikan dan
memutuskan KRP

2.1.6. Fokus Kajian Lingkungan Hidup Strategis

KLHS berfokus pada agenda pembangunan berkelanjutan serta evaluasi implikasi


lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

2.1.7. KLHS Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan

Secara umum dalam PP No.46 tahun 2016 tentang tata cara penyelenggaraan
klhs telah memiliki beberaoa elemen dalam konsep pembangunan berkelanjutan yang
perlu di telaah dalam batang tubug peraturan tersebut karena tidak dicantumkan
secara eksplisit. Elemen dari konsep pembangunan berkelanjutan yang terdapat pada
PP No. 46 tahun 2016 adalah:

1. Prinsip Integrasi
Prinsip ini merupakan komitmen untuk mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan ke dalam pembangunan dan memperhatikan kebutuhan akan
pembanunan ekonomi dan sosial dalam penyusunan kewajiban lingkungan. Hal
tersebut secara tegas tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) PP No.46 tahun 2016
yang berbunyi bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib Membuat
KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar integrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau KRP.
2. Prinsip Pemanfaatan Berkelanjutan
Dilihat dalam perspektif hukum, pemanfaatan berkelanjutan dimaknai sebagai
pemanfaatan sumber daya hayati dengan cara dan dalam laju pemanfaatan yang
dalam jangka panjang tidak akan mengarah pada penurunan keanekaragaman
hayati, sehingga mampu menjaga potensi sumber daya keanekaragaman hayati
untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Prinsip ini
diakomodir oleh Pasal 13 ayat (1) huruf d PP No.46 tahun 2016, dimana efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam menjadi salah satu pertimbangan dalam
melakukan analisis materi muatan KRP pada tahap KLHS. Efisiensi yang
dimaksud adalah pemanfaatan sumber daya alam dalam tingkat yang optimal
sehingga dapat tetap melestarikan sumber daya alam beserta ekosistemnya,
pemanfaatan efisien ini diantaranya dapat berupa pencadangan sumber daya
alam untuk dikelola dalam jangka panjang dan waktu tertentu sesuai dengan
kebutuhan.
3. Prinsip Keadilan Intragenerasi
Keadilan antargenerasi merupakan keadilan yang ditujukan pada mereka yang
hidup dalam satu generasi dan berkatan dengan distribusi sumber daya secara
adil. Keadilan intragenerasi dilihat dari perspektif keadilan distributif dalam PP
No.46 tahun 2016 dinyatakan melalui adanya pertimbangan mengenai tingkat
dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat
serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat. Pertimbangan ini
diperlukan dengan melihat kondisi ketidakadilan lingkungan yang merujuk pada
pembagian sumber daya alam dan pemanfaatan yang tidak merata, ataupun pada
pembagian resiko kerusakan lingkungan yang juga tidak seimbang.
Dilihat berdasarkan perspektif keadilan prosedural PP No.46 tahun 2016 juga
mengakomodir terciptanya keadilan intragenerasi. Keadilan prosedural
merupakan keadilan untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hal
mendapatkan perhatian dalam pengambilan keputusan politik terkait barang dan
kesempatan. Keadilan prosedural ini dinyatakan melalui pelibatan masyarakat
dan pemangku kepentingan dalam pembuatan KLHS yang diatur secara khusus.
4. Prinsip Keadilan Antargenerasi
Keadilan antargenerasi ini menekankan bahwa pebangunan yang dilakukan tidak
boleh menkompromikan kemampuan generasi berikutnya untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Generasi saat ini bertanggungjawab atas kesatuan
lingkungan hidup dan juga memiliki hak untuk memanfaatkannya. PP No.46
tahun 2016 telah mengakomodir elemen keadilan antargenerasi dalam rumusan
pasalnya. Pada pasal 3 ayat (2) huruf a dinyatakan bahwa KRP yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup berupa kerusakan,
kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati adalah KRP yang
wajib memiliki KLHS.

2.1.8. KLHS Dalam Proses Pengambilan Keputusan

Posisi KLHS berada pada relung pengambilan keputusan, sehingga tidak ada
mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
tata ruang yang menjadikan KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki (Eddy,
H.T, 2015).

2.1.9. KLHS Dalam Penataan Ruang

KLHS dapat menentukan substansi rencana tata ruang, dapat memperkaya


proses penyusunan dan evaluasi keputusan, dapat juga dimanfaatkan sebagai
instrumen metodologis pelengkap atau tambahan dari penjabaran rencana tata ruang,
atau kombinas dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan


efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan
atau instrumen pengolaan lainnya. KLHS dapat menciptakan tata pengaturan yang
lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang
strategis dan partisipatif, kerja sama lintas batas wilayah administrasi, serta
memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah.

Selain itu KLHS dianggap penting dalam penataan ruang karena degradasi
kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan masalah perumusan kebijakan, rencana
dan/atau program pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Sebagai suatu
instrumen pengelolaan lingkungan hidup implementasi KLHS adalah pada proses
pengambilan keputusan perencanaan pembangunan, dalam hal ini difokuskan pada
perencanaan tata ruang (Eddy, H.T, 2015).

2.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN

KLHS adalah adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan


partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.
Oleh karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang
tidak selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing RTR.
KLHS bisa menentukan substansi RTR, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap
(komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTR, atau kombinasi
dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas. Keberadaannya yang kontekstual
menyebabkan pokok-pokok pikiran dalam Dokumen KLHS tidak bisa dipahami sebagai
sebuah aturan yang baku, melainkan sebagai sebuah arahan untuk memilih alternatif-
alternatif pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Adapun nilai-nilai yang dianggap penting dalam aplikasi KLHS adalah :

a. Keterkaitan (interdependency); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS


dengan maksud agar dalam penyelenggaraan KLHS mempertimbangkan
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur
dengan unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau
keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan
seterusnya. Dengan membangun pertautan tersebut maka KLHS dapat
diselenggarakan secara komprehensif atau holistik.
b. Keseimbangan (equilibrium); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS
dengan maksud agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau dipandu
oleh nilai-nilai keseimbangan seperti keseimbangan antara kepentingan sosial
ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, keseimbangan antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, keseimbangan kepentingan
pembangunan pusat dan daerah, dan lain sebagainya. Implikasinya, forum-forum
untuk identifikasi dan pemetaan kedalaman kepentingan para pihak menjadi
salah satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS.
c. Keadilan (justice); digunakan sebagai nilai penting dengan maksud agar melalui
KLHS dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak
mengakibatkan marginalisasi sekelompok atau golongan masyarakat tertentu
karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber- sumber alam
atau modal atau pengetahuan.

KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan


masukan berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa
penyelenggaraan KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi
kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses
dan produk kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari perspektif
pembangunan berkelanjutan.

2.3. METODE PELAKSANAAN

2.3.1. Persiapan

Pada tahap persiapan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Indramayu mengadakan rapat untuk melakukan identifikasi para pemangku
kepentingan dan menyusun Kelompok Kerja (Pokja) KLHS Kawsan Agropolitan
Semendo.

Pokja KLHS Kawsan Agropolitan Semendo kemudian menyusun Kerangka Acuan


Kerja (KAK) sebagai acuan bersama agar proses pelaksanaan KLHS Kawsan
Agropolitan Semendo berjalan sesuai maksud, tujuan, maupun sasaran yang
diinginkan.
2.3.2. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB)

Identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui


telaah literatur dan curah pendapat Pokja KLHS. Selanjutnya dilakukan diskusi dengan
pemangku kepentingan melalui konsultasi publik untuk mendapatkan pemusatan dari
hasil telaah literatur dan curah pendapat. Hasil dari diskusi tersebut menjadi dasar
dalam mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan stategis. Berikut adalah
contoh tabel pemusatan isu PB.

Tabel 2. 1 Contoh Pemusatan Isu PB

No. Nama Isu


A Isu Lingkungan
1.
2.
3.
4.
5.
B Isu Ekonomi
1.
2.
3.
4.
5.
C Isu Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber : Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017

2.3.3. Identifikasi Isu PB Paling Strategis

Identifikasi isu PB paling strategis dilakukan dengan cara menelaah hasil isu
pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsur-unsur pada Pasal 9
ayat (1) Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2016 yaitu:

a. Karakteristik wilayah, analisis isu PB strategis terhadap karakteristik wilayah


dilakukan dengan cara menumpangsusunkan isu PB dengan Peta Topografi dan
Peta Tutupan Lahan yang selanjutnya ditelaah sesuai dengan aturan yang
berlaku;
b. Tingkat Pentingnya Potensi Dampak, analisis isu PB terhadap tingkat pentingnya
potensi dampak dilaksanakan dengan cara mencari informasi dari pemangku
kepentingan terhadap luas dan frekuensi isu PB strategis yang dituangkan dalam
peta sebaran dan ditelaah sesuai dengan aturan yang berlaku;
c. Keterkaitan antar isu PB strategis, analisis isu PB strategis dilaksanakan dengan
cara mencari informasi sebab akibat dan telaah sesuai dengan aturan yang
berlaku;
d. Keterkaitan dengan materi muatan KRP berupa KRP awal yang ditinjau oleh
KLHS;
e. Keterkaitan dengan muatan RPPH, analisis isu PB strategis terhadap materi
muatan RPPLH dilaksanakan dengan cara menumpangsusunkan isu PB strategis
dengan peta RPPLH;
f. Hasil KLHS dari KRP pada hierarki yang diatasnya yang harus diacu, sepura dan
berada pada wilayah yang berdekatan dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau
relevansi langsung; Analisis dilaksanakan dengan cara menelaah sinkronisasi isu
dengan struktur pola ruang yang terdapat pada KLHS RTW dan KLHS RPJMD.

Tabel 2. 2 Contoh Pemilihan Isu PB Strategis

Unsur-Unsur Pasal 9 (1) PP 46/2016 Ket.


No Isu PB
1) 2) 3) 4) 5) 6)
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
1 Isu Lingkungan /X /X /X /X /X /X Strategis/tidak
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
2 Isu Ekonomi /X /X /X /X /X /X Strategis/tidak
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3 Isu Sosial /X /X /X /X /X /X Strategis/tidak
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4 Dst ... /X /X /X /X /X /X Strategis/tidak
Keterangan:
1) karakteristik wilayah
2) tingkat pentingnya potensi dampak
3) keterkaitan antar isu PB strategis
4) keterkaitan dengan materi muatan KRP
5) kuatan RPPLH
6) keterkaitan dengan KRP pada hierarki diatasnya yang harus diacu,
serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki
keterkaitan dan/atau relevansi langsung KLHS yang harus diacu

2.3.4. Isu PB Prioritas

Setelah didapatkan isu-isu PB strategis selanjutnya akan dirumuskan isu PB


prioritas. Dalam menentukan dan/atau merumuskan isu pembangunan berkelanjutan
strategis menjadi isu pembangunan berkelanjutan prioritas dilakukan dengan cara
menelaah hasil isu pembangunan berkelanjutan strategis dengan mempertimbangkan
unsur-unsur berikut yang tercantum pada Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.46
Tahun 2016:

a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
(DDDT);
b. Perkiraan dampak atau risiko lingkunan hidup (dampak lingkungan hidup);
c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem (jasa ekosistem);
d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam (cakupan wilayah);
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
j. ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional
yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Tabel 2. 3 Contoh Perumusan Isu PB Prioritas

skoringdan total

Prioritas PB
Ranking Isu
Bobot
PP No. 46 Tahun 2017

Isu PB
No
Strategis

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)


1 .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X    
 


2 .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X      

3 .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X      

4 .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X      

5 .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X      

dst .................. / X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X ✓/ X      
Keterangan:
1) kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
2) perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem;
4) intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
5) status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
6) ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
7) kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
8) tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
9) risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
10) ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Keterkaitan dari masing-masing isu PB strategis dengan parameter kemudian


diakumulasikan ke dalam skoring dan diurutkan untuk mendapatkan ranking isu PB
paling prioritas. Tidak ada batasan maksimal yang diatur dalam peraturan
perundangan untuk jumlah isu PB prioritas tetapi dalam praktisnya ditentukan
sebanyak 5-10 isu PB prioritas.

2.3.5. Analisis Muatan RTR-KSK Berdampak Lingkungan Hidup

Identifikasi materi muatan KRP dilakukan dengan menelaah dasar-dasar


penyusunannya (visi, misi, tujuan, sasaran, latar belakang), konsepnya (konsep makro,
desain besar, peta jalan), dan/atau muatan arahannya (strategi, skenario, desain,
struktur, teknis pelaksanaan) sesuai dengan tingkat kemajuan penyusunan Kebijakan,
Rencana, dan Program pada saat mulai dilakukan KLHS.

Identifikasi materi muatan KRP dilakukan dengan melakukan uji silang muatan-
muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen materi serta pengaruhnya
dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Perubahan Iklim
b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity
c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan
d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA
e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan
f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia

Tabel 2. 4 Contoh Analisis Muatan KRP Berdampak Lingkugan Hidup


Kebijakan, Rencana Berdampak
No 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
dan Program LH
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
1 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
2 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
3 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
4 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
dst ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
Keterangan:
1) ( +/1) : KRP berpengaruh positif terhadap kriteria
2) ( -/-1 ): KRP berpengaruh negatif terhadap kriteria
3) ( 0 ): KRP tidak berpengaruh terhadap kriteria
4) YA : jika bobot yang didapat bernilai lebih dari dua (-)
5) TIDAK: jika semua (+) atau bernilai hanya satu (-)

2.3.6. Analisis Pengaruh

Muatan KRP berdampak terhadap Lingkungan Hidup yang telah diidentifikasi


pada tahap sebelumnya kemudian dianalisis pengaruhnya dengan isu-isu PB prioritas
yang telah ditentukan. Pada model KLHS ex-post, materi muatan KRP yang masih
berbentuk konsep atau rancangan (draft) dianalisis secara literatif sesuai dengan tahap
kemajuannya. Contoh analisis pengaruh dapat dilakukan melalui matriks terdapat pada
tabel berikut:

Tabel 2. 5 Contoh Matriks Analisis Pengaruh

Isu PB Prioritas
Materi Muatan KRP
No Ket.
Berdampak LH Prioritas Prioritas Prioritas
Dst..
1 2 3

Kajian
✓ ✓ ✓ ✓
1 KRP 1 /X /X /X /X muatan
KLHS/tidak

Kajian
✓ ✓ ✓ ✓
2 KRP 2 /X /X /X /X muatan
KLHS/tidak

Kajian
✓ ✓ ✓ ✓
3 KRP 3 /X /X /X /X muatan
KLHS/tidak

✓ ✓ ✓ ✓ Kajian
4 Dst .... /X /X /X /X muatan
KLHS/tidak
Muatan KRP berdampak LH yang terkait dengan sebagian besar Isu PB Prioritas
yang kemudian akan dikaji mendalam pada tahap selanjutnya yaitu pada kajian muatan
atau kajian 6 (enam) muatan KLHS.

2.3.7. Analisis Kajian Muatan

Tahap pengkajian muatan atau biasa disebut dengan Kajian 6 (enam) Muatan
KLHS merupakan inti kajian yang dilakukan dalam KLHS. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 13 dari PP 46/2016, hasil analisis paling sedikit memuat kajian:

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Kajian muatan ini dilakukan pada masing-masing materi muatan KRP yang
didapatkan dari hasil tahapan Analisis Pengaruh. Penting dalam melakukan analisis
untuk memerhatikan lokus dan besaran untuk mendapatkan analisis yang lebih
bersifat kuantitatif. Penentuan lingkup, metode, teknik, dan kedalaman analisis kajian
muatan dilakukan berdasarkan:

a. Jenis dan tema KRP;


b. tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi KRP;
c. relevansi dan kedetilan informasi yang dibutuhkan;
d. input informasi KLHS dan kajian Lingkungan Hidup lainnya yang terkait dan relevan
untuk diacu;
e. ketersediaan data.
Analisis dalam kajian muatan KLHS memerhatikan:

a. peraturan perundangan;
b. keberadaan pedoman, acuan, standar, contoh praktek terbaik, dan informasi
tersedia yang diakui secara ilmiah;
c. keberadaan hasil penelitian yang akuntabel; dan/atau
d. kesepakatan antarahli.

Bentuk dari analisis kajian muatan KLHS dapat berbentuk sub bab tersendiri
maupun dalam tabel seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. 6 Contoh Analisis Kajian Muatan KLHS

Materi Muatan Muatan Kajian KLHS Pasal 13(1) PP 46/2016


No KRP Hasil Analisis
Pengaruh 1) 2) 3) 4) 5) 6)
1 KRP 1 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
2 KRP 2 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
3 KRP 3 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
4 Dst ... Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
Keterangan:
1) kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan
2) perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem
4) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
5) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
6) tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

2.3.8. Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTR-KSK

Dalam perumusan alternatif penyempurnaan RTR-KSK didasari oleh hasil


analisis dari kajian muatan. Maksud dari perumusan alternatif ini adalah memberikan
opsi-opsi rekomendasi perbaikan/penyempurnaan RTR-KSK berdasarkan hasil kajian
muatan sebelumnya yang menggunakan data-data valid, kajian ilmiah serta pendapat
pakar pada bidangnya. Bentuk dari rumusan alternatif penyempurnaan KRP dapat
berupa:

a. perubahan tujuan atau target;


b. perubahan strategi pencapaian target yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;
c. perubahan atau penyesuaian ukuran skala, dan lokasi yang lebih memenuhi
pertimbangan pembangunan berkelanjutan;
d. perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih memenuhi
pertimbangan pembangunan berkelanjutan;
e. penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas pelaksanaan;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan atau
meningkatkan fungsi ekosistem; dan/atau
g. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan risiko lingkungan
hidup.

Alternatif penyempurnaan dipilih berdasarkan:

a. manfaat yang lebih besar;


b. risiko yang lebih kecil;
c. kepastian keselamatan dan kesejahteraan masyarakat yang rentan terkena
dampak;
d. mitigasi dampak dan risiko yang lebih efektif dengan mempertimbangkan:
a) mandat, kepentingan, atau kebijakan nasional yang harus diamankan;
b) situasi sosial-politik;
c) kapasitas kelembagaan pemerintah;
d) kapasitas dan kesadaran masyarakat;
e) kesadaran, ketaatan dan keterlibatan dunia;
f) kondisi pasar dan potensi investasi;

2.3.9. Perumusan Rekomendasi Perbaikan RTR-KSK

Berdasarkan hasil perumusan alternatif penyempurnaan RTR-KSK, rekomendasi


perbaikan disusun untuk pengambilan keputusan KRP yang mengintegrasikan prinsip
Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang memuat:

a. materi perbaikan RTR-KSK;


b. informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung
dan daya tampung Lingkungan Hidup beserta tindak lanjutnya.
Rekomendasi perbaikan dapat juga ditambahkan muatan:

a. usulan KRP lain yang relevan untuk disusun agar mendukung tercapainya tujuan
pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. tindak lanjut yang relevan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

2.3.10. Penjaminan Kualitas

Penjaminan kualitas KLHS dilakukan dengan penilaian mandiri oleh penyusun


KRP. Penilaian mandiri ini dilaksanakan dengan cara penilaian bertahap dan/atau
penilaian sekaligus yang dilaksanakan ditahapan akhir pembuatan dan pelaksanaan
KLHS. Pertimbangan dalam melaksanakan penilaian mandiri diantaranya:

1. Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang


relevan
2. Laporan KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang terkait dan
relevan.

Untuk kasus dimana Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hdiupbelum tersusun, maka penialain mandiri dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Hasil penjaminan kualitas dituangkan kedalam berita acara yang disahkan oleh pejabat
penyusun KRP.

2.3.11. Pendokumentasian

Hasil pembuatan dan pelaksanaan KLHS, serta penjaminan kualitas KLHS


didokumentasikan ke dalam laporan KLHS. Laporan KLHS ini memuat informasi
tentang:

1. Dasar pertimbangan KRP sehingga perlu dilengkapi KLHS


2. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian pengaruh KRP
terhadap kondisi lingkungan hidup
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan alternatif
muatan KRP
4. Pertimbangan, muatan dan konsekuensi rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan KRP yang mengintergrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan
5. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam KRP
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan keterbukaan informasi KLHS

2.4. METODE PENGUMPULAN DATA

Informasi yang merupakan data dan dikumpulkan langsung dari sumbernya


disebut sebagai data primer, sedangkan informasi yang dikumpulkan pihak lain untuk
dimanfaatkan dalam penelitian disebut data sekunder. Data primer dan sekunder
dibedakan dari cara memperolehnya.

Dalam kajian ini data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan
wawancara tidak terstruktur. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data
kondisi wilayah kajian baik kondisi fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan serta lokasi isu pembangunan
berkelanjutan. Wawancara dilakukan pada saat observasi lapangan dan identifikasi isu
dengan cara tidak terstruktur untuk memperoleh informasi lebih mendalam mengenai
kondisi wilayah kajian.

Selain data primer, pada kajian ini diperlukan data sekunder yang diperoleh dari
survey instansional. Instansi yang akan diperlukan datanya dalam kajian ini adalah:

a. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah


(Bappeda) Kabupaten Muara Enim
b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muara Enim
c. Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim
d. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Muara Enim
e. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muara Enim
f. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian
Kabupaten Muara Enim
g. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kabupaten Muara
Enim
h. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muara Enim
i. Dinas Perhubungan Kabupaten Muara Enim
j. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Muara
Enim
k. Dinas Pertanian Kabupaten Muara Enim
l. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Muara Enim
m. Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Muara Enim

2.5. METODE ANALISIS

2.5.1. Metode Analisis Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung untuk
Pengembangan

Kajian ini mengukur kemampuan suatu ekosistem untuk mendukung


suatu/rangkaian aktivitas dan ambang batas kemampuannya berdasarkan kondisi yang
ada. Kepentinan kajian ini terutama adalah untuk menentukan apakah intensitas
pembangunan masih dapat dikembangkan atau ditambahkan.

Daya tampung lingkungan hidup dapat diukur dari tingkat asimilasi media (ari,
tanah, udara) ketika menerima gangguan dari luar. Indikator yang digunakan dapat
berupa kombinasi antara beban pencemaran dengan kemampuan media
mempertahankan fungsinya sejalan dengan masuknya pencemaran tersebut.

Daya dukung dan daya tampung yang akan dikaji adalah klasifikasi kemampuan
lahan, perbandingan ketersediaan dan kebutuhan lahan serta perbandingan
ketersediaan dan kebutuhan air.

a. Klasifikasi kemampuan lahan

Klasifikasi kemampuan lahan digunakan untuk menemukenali berbagai


karakterisrik sumber daya alam melalui telaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam perencanaan pengembangan
wilayah/kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem untuk keberlanjutan wilayah/kawasan tersebut.

Analisis kemampuan lahan ini terdiri dari 9 (sembilan) analisis satuan


kemampuan lahan yaitu:

1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi


2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
6. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam

Tahapan analisis satuan kemampuan lahan ini meghasilkan peta


kemampuan lahan, peta kesesuaian lahan serta rekomendasi kesesuaian lahan
dengan cara yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. 1 Rangkaian Analisis SKL

Sumber: Permen PU no.20/PRT/M/2007


b. Perbandingan keetersediaan dan kebutuhan lahan

Metode daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan


dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah untuk
mengetahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam
keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan
lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan
produksi hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan
bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
akan produksi hayati di wilayah tersebut.

Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/


pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan
ruang, terkait dengan penyediaan produk hayati secara berkelanjutan melalui
upaya pemanfaatan ruang yang menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan
dan kebutuhan lahan seperti digambarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2. 2 Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan

Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual


setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk
dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini
digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki
satuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan
kebutuhan hidup layak. Perhitungan dilakukan dengan tahapan berikut:

1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan


Rumus:
Σ (Pi x Hi) 1
SL =___________ X ____ (1)
Hb Ptvb
Keterangan:
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada jenis
komoditas) Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk
menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga. Untuk
memudahkan penghitungan, dapat digunakan contoh tabel berikut ini dalam
menghitung total nilai produksi {Σ (Pi x Hi)}.

Tabel 2. 7 Contoh Perhitungan Nilai Produksi Total

HARGA NILAI
N PRODUKSI
KOMODITAS SATUAN PRODUKSI
O (Pi)
(Hi) (Pi x Hi)
1 Padi dan palawija, antara
lain:
a. Padi
b. Jagung
2 Buah-buahan, antara lain:
a. Mangga
b. Jeruk
3 Sayur mayur, antara lain:
a. Padi
b. Jagung
4 Tanaman obat-obatan, antara
lain:
a. Jahe
b. Lengkuas
5 Produksi daging, antara lain:
a. Sapi
b. Kambing
6 Produksi telur, antara lain:
a. Ayamkampung
b. Ayamras
7 Poduksi susu, antara lain:
Sapi
8 Perikanan
9 Perkebunan, antara lain:
HARGA NILAI
N PRODUKSI
KOMODITAS SATUAN PRODUKSI
O (Pi)
(Hi) (Pi x Hi)
a. Kelapa
b. Kopi
10 Kehutanan, antara lain:
a. Kayu
b. Non kayu
TOTAL {Σ (Pi x Hi)}

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Lahan


Rumus:
DL = N x KHLL (2)
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per
penduduk:
 Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras
lokal.
 Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun.
 Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat
menggunakan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2.400
kg/ha/tahun.

3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan


Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan
lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) .
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

c. Perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air


Metode perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air menunjukan cara
penghitungan daya dukung air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan
ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di
wilayah itu. Dengan metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber
daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus
menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan
keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang
terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan.

Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan


masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi
pemanfaatan ruang dalam rangka penyediaan sumber daya air yang
berkelanjutan. Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan dan kebutuhan air seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 3 Diagram Penentuan Daya Dukung Air

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien


limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan
tahunan. Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap
kebutuhan hidup layak. Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Air


Perhitungan dengan menggunakan Metode Koefisien Limpasan yang
dimodifikasi dari metode rasional.
Rumus:
C = Σ (Ci x Ai) / ΣAi (3)
R = Σ Ri / m (4)
SA = 10 x C x R x A (5)
Keterangan:
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam Angka,
atau dari data Badan Pertanahan Nasional (BPN)
R = rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data
BPS atau BMG atau dinas terkait setempat.
Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i
m = jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

Tabel 2. 8 Koefisien Limpasan

No. DeskripsiPermukaan Ci
1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 – 0,9
2 Kawasan industri 0,5 – 0,9
3 Permukiman multi unit, pertokoan 0,6- 0,7
4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6
5 Villa 0,3 – 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3
7 Pekarangan tanah berat:
a. >7% 0,25 – 0,35
b. 2-7% 0,18 – 0,22
c. <2% 0,13 – 0,17
8 Pekarangan tanah ringan:
a. >7% 0,15 – 0,2
b. 2-7% 0,10 – 0,15
c. <2% 0,05 – 0,10
9 Lahan berat 0,40
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
Untuk memudahkan, penghitungan koefisien limpasan tertimbang dapat
menggunakan tabel berikut:

Tabel 2. 9 Contoh Perhitungan Koefisien Limpasan Tertimbang

KoefisienLimpasan LuasLahan
No. DeskripsiPermukaan (CixAi)
(Ci) (Ai)
1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 – 0,9
2 Kawasan industri 0,5 – 0,9
Permukiman multi unit,
3 0,6- 0,7
pertokoan
4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6
5 Villa 0,3 – 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3
Pekarangan tanah berat:
d. >7% 0,25 – 0,35
7
e. 2-7% 0,18 – 0,22
f. <2% 0,13 – 0,17
Pekarangan tanah ringan:
d. >7% 0,15 – 0,2
8
e. 2-7% 0,10 – 0,15
f. <2% 0,05 – 0,10
9 Lahanberat 0,40
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
∑(Ai) ∑(CixAi)
∑(CixAi) /
C (kefisienlimpasanterimbang)
∑(Ai)

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air


Rumus:
DA = N x KHLA (6)
Keterangan:
DA = Total kebutuhan air (m3/tahun)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLA = Kebutuhan air untuk hidup layak = 1600 m3 air/kapita/tahun, = 2 x
800 m3 air/kapita/tahun, dimana:800 m3 air/kapita/tahun merupakan
kebutuhan air untuk keperluan domestik dan untukmenghasilkan pangan
(lihat Tabel total kebutuhan air dan Tabel tentang “Air Virtual” ) di bawah ini.
2.0 merupakan faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan hidup
layak yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya.
Catatan: Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000–2000
m3/orang/tahun.
Tabel 2. 10 Total Kebutuhan Air

Konsumsi Jumlah KebutuhanSetara Air


Beras 120 kg/tahun 324.000 m3/tahun
Air minum dan rumah 120 L/h
43.20 m3/tahun
tangga
Telor 1 kg berisi 16 telor; 1
105.75 m3/tahun
butir/hari
Buah 1 kg jeruk = 5 buah;
3.84 m3/tahun
1/5 kg tiap 3 hari
Daging 1/10 kg/5 hari 20.16 m3/tahun
Salad 5.40 m3/tahun
Kedelai 276.00 m3/tahun
Total 778.35 m3/tahun

Tabel 2. 11 Air Virtual (Kebutuhan Air untuk Menghasilkan Satu Satuan Produk)

Produk Kebutuhan Air


1 kg padi 2.700-4.000 Liter

1 kg dagingsapi 2.900-16.000 Liter


1 kg dagingunggas (ayam) 2.800 Liter
1 kg telor 4.700 Liter
1 kg kentang 160 Liter
1 kg kedelai 2.300 Liter
1 kg gandum 1.200 Liter
1 bongkah roti 170 Liter
1 kaleng soda 90 Liter
Air minumdan RT 120
Liter/hari/kapita

3. Penentuan Status Daya Dukung Air


Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air
(SA) dan kebutuhan air (DA).
Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.
Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.

2.5.2. Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup

Kajian ini mengukur besar dan pentingnya dampak dan/atau risiko suatu
kebijakan, rencana dan/atau program terhadap perubahan-perubahan lingkungan
idup dan kelompok masyarakat yang terkena dampak dan/atau risiko.

Analisis risiko dan dampak lingkungan dilakukan dengan mengukur besar dan
pentingnya dampak dan/atau risiko suatu kebijakan, rencana dan/atau program
terhadap perubahan-perubahan lingkungan hidup dan kelompok masyrakat yang
terkena dampak dan/atau risiko.

2.5.3. Kinerja Layanan Jasa/Ekosistem

Ekosistem mampu menyediakan manfaat baik secara fisik yang dapat


langsung dirasakan oleh manusia, seperti bahan pangan, air, dan sebagainya, maupun
tidak langsung misalnya untuk mengatur iklim global. Penyusunan kebijakan dan
program pembangunan seharusnya tidak mengganggu lingkungan yang
mengakibatkan jasa ekosistem berkurang.

Tingginya permintaan terhadap layanan/jasa ekosistem akan berlangsung


sejalan dengan peningkatan degradasi lingkungan dan munculnya pertukaran
antarjasa lingkungan. Untuk itu, dalam menelaah kinerja layanan/jasa ekosistem
perlu memperhatikan perkiraan permintaan dan konsumsi sumber daya alam, jumlah
populasi manusia yang menggunakan ekosistem, dan dampak pemanfaatan suatu
ekosistem terhadap ekosistem lainnya.

Layanan atau fungsi ekosistem dikategorikan dalam 4 (empat) jenis layanan,


yaitu:

 Layanan fungsional (provisioning services):


Jasa/produk yang didapat dari ekosistem, seperti misalnya sumber daya
genetika, makanan, air dan lain-lain.
 Layanan regulasi (regulating services):
Manfaat yang didapatkan dari pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan
tentang pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengendalian dampak
perubahan iklim dan lain-lain.
 Layanan kultural (cultural services):
Manfaat yang tidak bersifat material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya
pengkayaan spirit, tradisi, pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan
pengetahuan.
 Layanan pendukung kehidupan (supporting services):
Jasa ekosistem yang diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa,
produksi oksigen, nutrisi, air, dan lain-lain.
Dalam konteks analisis pengaruh KRP terhadap kinerja layanan/ jasa ekosistem
terkait dengan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende, pendekatan dan analisis
dilakukan dengan menggunakan layanan pendukung kehidupan, yakni layanan
ekosistem dalam produksi biomassa. Metode yang akan digunakan adalah pendekatan
melalui tutupan lahan dengan memanfaatkan data jasa ekosistem Provinsi Sumatera
Selatan.

2.5.4. Effisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam sebagai salah satu modal dasar pembangunan harus
dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu,
pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara efisien. Apalagi di negara
berkembang, terdapat cukup banyak hambatan dalam proses pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam tersebut.

Metode ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
dijamin keberlanjutannya, dilakukan dengan cara:

a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan ketersediaannya


b. Mengukur cadangan yang tersedia, tingkat pemanfaatannya yang tidak
menggerus cadangan, serta perkiraan proyeksi penyediaan untuk kebutuhan di
masa mendatang
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat dari sumber daya alam tersebut
secara ekonomi

2.5.5. Tingkat Kerentanan dan Kepastian Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Analisis dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi

2.5.6. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati


Analisis dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan spesies/jenis tumbuhan dan satwa yang


meliputi
 Penetapan dan penggolongan yang dilindungi atau tidak dilindungi
 Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta habitatnya
 Pemeliharaan dan pengembangbiakan
 Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa lainnya
 Tingkat keragaman hayati dan keseimbangannya
b. Mengkaji ekosistem yang meliputi
 Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
 Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya tampung
c. Mengkaji genetik yang meliputi
 Keberlanjutan sumber daya genetik
 Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN

3.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUARA ENIM

3.1.1. Kondisi Geografis dan Administasi Wilayah

Kabupaten Muara Enim secara geografis terletak pada 3° 0’40’’ - 4° 22’39’’


Lintang Selatan dan 103° 18’57’’ - 104° 40’37’’ Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar
7.483,06 Km2. Kabupaten Muara Enim berbatasan dengan beberapa kota dan
kabupaten dengan batas administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kota Palembang, Kabupaten Musi dan Penukal Abab Lemang Ilir

Sebelah Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ulu Selatan

Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kota
Prabumulih

Sebelah Barat : Kabupaten Musi dan Kabupaten Lahat

Kabupaten Muara Enim terbagi menjadi 20 Kecamatan dengan 245 desa definitf
dan 10 kelurahan. Kecamatan terluas di wilayah Kabupaten Muara Enim adalah
Kecamatan Rambang Dangku dengan luas 773,33 Km 2 dan wilayah Kecamatan yang
terkecil adalah Kecamatan Lembak dengan luas 101,44 Km 2. Untuk perincian luas
wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Muara Enim dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim Tahun 2018

No Kecamatan Luas (km2)


1 Semendo Darat Laut 269,14
2 Semendo Darat Ulu 426,64
3 Semendo Darat Tengah 302,24
4 Tanjung Agung 710,04
5 Rambang 378,07
No Kecamatan Luas (km2)
6 Lubai 529,32
7 Lubai Ulu 478,49
8 Lawang Kidul 287,26
9 Muara Enim 187,08
10 Ujan Mas 311,33
11 Gunung Megang 471,36
12 Benakat 451,96
13 Belimbing 148,69
14 Rambang Dangku 773,33
15 Gelumbang 705,57
16 Lembak 101,44
17 Sungai Rotan 344,14
18 Muara Belida 204,67
19 Kelakar 138,03
20 Belide Darat 264,26
21 Panang Enim -
22 Empat Petulai Dangku -
Total 7.483,06
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 1 Grafik Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara enim Tahun
2018

Luas Wilayah Menurut Kecamatan (KM2)


900.00
800.00
700.00
600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
Tanjung Agung

Gunung Megang

Gelumbang

Muara Belida
Rambang

Belimbing
Rambang Dangku
Lawang Kidul

Sungai Rotan
Muara Enim
Lubai
Semendo Darat Ulu
Semendo Darat Tengah

Lubai Ulu
Semendo Darat Laut

Benakat
Ujan Mas

Belide Darat
Lembak

Kelakar

Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS


Gambar 3.2 Peta Administrasi Kabupaten Muara Enim
3.1.2. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Muara Enim (74,8%) terletak pada


kemirngan lereng 12%-40% dan selebihnya merupakan daerah dengan kemirngan
lebih besar dari 40% seluas 15,88%. Daerah dataran tingi di bagian barat daya,
merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Daerah ini meliputi
Kecamatan Semendo Darat Ulu, Semendo Darat Laut, Semendo Darat Tengah dan
Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah berada di bagian tengah. Pada
bagian barat laut-utara, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan aliran
Sungai Musi. Daerah ini meliputi kecamatan di dataran rendah dan rawa lebak yaitu
Kecamatan Gelumbang, Muara Belida, dan Sungai Rotan.

Tabel 3. 2 Ketinggian Daerah di Kabupaten Muara Enim Tahin 2018

No. Kecamatan Tinggi Rata-rata dpl (m)


1 Semendo Darat Laut 600 - 1017
2 Semendo Darat Ulu 943 - 1800
3 Semendo Darat Tengah 997 - 1024
4 Tanjung Agung 82 - 652
5 Rambang 42 - 78
6 Lubai 42 - 79
7 Lubai Ulu 54 - 112
8 Lawang Kidul 62 - 229
9 Muara Enim 40 - 77
10 Ujan Mas 37 - 64
11 Gunung Megang 46 - 81
12 Benakat 40 - 87
13 Belimbing 38 - 52
14 Rambang Dangku 34 - 62
15 Gelumbang 33 - 53
16 Lembak 32 - 47
17 Sungai Rotan 20 - 33
18 Muara Belinda 17 - 41
19 Kelakar 17 - 33
20 Belinde Darat 46 -62
21 Penang Enim -
22 Empat Petulai Dangku -
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS
Gambar 3.3 Peta Topografi Kabupaten Muara Enim
3.1.3. Geologi

Secara geologis, Kabupaten Muara Enim diklasifkasikan dalam cekungan


Sumatera pada formasi Palembang bagian tengah berumur meocene-pleocene dengan
formasi batuan berupa endapan batuan yang berlokasi dari rendah ke tingi seperti
yang berada di Bukit Asam. Sebesar 43,28% dari luas Kabupaten Muara Enim memilki
jenis tanah podzolik merah-kuning, dikuti aluvial seluas 23,49% dari luas wilayah.
Tanah aluvial tersebut tersebar di sekitar Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, dan
Gelumbang. Sementara Asosiasi Podzolik coklat kekuning-kuningan dan hidromorf
kelabu seluas 6,5% tersebar di sekitar Kecamatan dan Gelumbang.

Tabel 3. 3 Jenis Tanah Kabupaten Muara Enim Tahun 2018

Luas Area
No Jenis Tanah 2 Persentase Kecamatan
Km
(%)
Tanjung Agung, Muara Enim, Gelumbang,
1 Alluvial 1757,73 23,49 Kelekar, Lembak, Belide Darat dan Sungai
Rotan.
Semendo Darat Laut, Semendo Darat
2 Regosol 240,04 3,21
Tengah, Semendo Darat Laut Ulu
Tanjung Agung, Muara Enim, Gelumbang,
3 Podsolik Merah Kuning 3238,49 43,28 Lawang Kidul, Kelekar, Belide Darat dan
Lembak
Tanjung Agung, Lawang Kidul, Semendo
4 Latosol 689,33 9,33 Darat Laut, Semendo Darat Tengah,
Semendo Darat Ulu
Tanjung Agung, Lawang Kidul, Semendo
5 Andosol 506,38 6,77 Darat Laut, Semendo Darat Tengah,
Semendo Darat Ulu
Gelumbang, Kelekar, Lembak, Belide
6 Asosiasi Gley 413,46 5,53
Darat dan Sungai Rotan
Asosiasi Latosol dan Tanjung Agung, Lawang Kidul
7 53,93 0,72
Litosol
Asosiasi Podsolik Gelumbang, Kelekar, Belide Darat,
8 486,59 6,50
Cokelat KeMuara Enim Lembak, Sungai Rotan, dan Muara Belida
Komplek Podsolik dan Semendo Darat Laut, Semendo Darat
9 87,75 1,17
Latosol Tengah, Semendo Darat Ulu

3.1.4. Klimatologi

Kabupaten Muara Enim memiliku rata-rata curah hujan yang bervariasi antara
33,38mm – 204,22mm sepanjang tahun 2018. Bulan dengan curah hujan paling banyak
terjadi pada bulan maret, perincian curah hujan setiap bulan pada tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.4 Peta Geologi Kabupaten Muara Enim
Tabel 3. 4 Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim
Tahun 2018

Total Rata-rata
No. Kecamatan
Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan
1. Semendo Darat Laut 3.053,30 189 254,44 15,75
2. Semendo Darat Ulu 1.947,00 123 162,25 10,25
Semendo Darat
3. 593,00 62 49,42 5,17
Tengah
4. Tanjung Agung - - - -
5. Lawang Kidul - - - -
6. Muara Enim 1.856,33 138 154,69 11,5
7. Ujan Mas 1.694,00 104 141,17 8,67
8. Gunung Megang 250,00 15 20,83 1,25
9. Belimbing - - - -
10. Benakat - - - -
11. Rambang Niru 2.110,00 102 175,83 8,5
12. Rambang 2.884,50 149 240,38 12,42
13. Lubai - - - -
14. Lubai Ulu - - - -
15. Sungai Rotan - - - -
16. Lembak - - - -
17. Belide Darat - - - -
18. Kelekar 1.333,40 74 121,22 6,73
19. Muara Belida - - - -
20. Gelumbang - - - -
21. Panang Enim - - - -
22. Empat Petulai Dangku - - - -
Kabupaten Muara Enim 15.721,53 956,00 1.320,23 80,23
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.1.5. Pemanfaatan Lahan

Pemanfatan lahan di Muara Enim terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini pada dasarnya
merupakan kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan
untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi kriteria
(lereng, jenis tanah, curah hujan, ketingian; serta zona bahaya gunung api, zona
kerentanan gerakan tanah, dan zona konservasi air potensial sangat tingi).

Secara keseluruhan, pola spasial pemanfatan ruang kawasan lindung tersebar


terutama di bagian utara dan selatan Kabupaten Muara Enim. Kawasan budidaya
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan
budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola
pemanfatan ruang kawasan budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah
barat-imur, mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong
sangat tingi, dan tingi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya
perdesan/pertanian maupun perkotan.

Tabel 3. 5 Luas Penggunaan Lahan (Ha) Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim
Tahun 2017

Lahan Pertanian Lahan


Bukan
Kecamatan Bukan Jumlah
Sawah Pertania
Sawah
n
Semendo Darat Laut 1.120 25.255 539 26.914
Semendo Darat Ulu 1.828 39.761 1.075 42.664
Semendo Darat Tengah 1.219 27.363 1.642 30.224
Tanjung Agung 2.436 53.465 15.103 71.004
Rambang 0 35993 1.814 37.807
Lubai 254 49.198 3.480 52.932
Lubai Ulu 19 9.511 19.196 28.726
Lawang Kidul 1.707 12.720 4.281 18.708
Muara Enim 1.506 18.922 10.705 31.133
Ujan Mas 681 45.476 979 47.136
Gunung Megang 151 28.240 16.805 45.196
Benakat 536,5 31.464,5 45.232 77.233
Belimbing 306 56.484 13.767 70.557
Rambang Dangku 138 8.576 1.430 10.144
Gelumbang 4.740 23.098 6.576 34.414
Lembak 5.979 8.958 5.530 20.467
Sungai Rotan 315 8.988 4.500 13.803
Muara Belida 370 12.554 1.945 14.869
Kelakar 2 45.125 2.722 47.849
Belide Darat 0 23.820 2.606 26.426
Panang Enim - - - -
Empat Petulai Dangku - - - -
23.407,
Total 5 564.971,5 159.927 748.306
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.1.6. Daerah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Muara Enim terdiri dari kawasan
rawan tanah longsor dan kawasan rawan banjir. Adapun wilayah yang termasuk ke
dalam kawasan rawan tanah longsor adalah Kecamatan Semendo Darat Ulu pada
kawasan bukit dan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan
dengan kemiringan lereng lebih dari atau sama dengan 40 persen.

Gambar 3.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Muara Enim


Kecamatan Semendo Darat Tengah pada kawasan bukit dan perbukitan dengan
struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari
atau sama dengan 40 persen.

Selain itu wilayah yang masuk ke dalam kawasan rawan tanah longsor adalah
Kecamatan Semendo Darat Laut pada kawasan berbukit dan perbukitan dengan
struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari
atau sama dengan 40 persen. Serta Kecamatan Tanjung Agung pada kawasan bukit dan
perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan
lereng lebih dari atau sama dengan 40 persen.

Adapun kawasan rawan banjir di Kabupaten Muara Enim berada di Kecamatan


Tanjung Agung, Kecamatan Muara Enim, Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan Gunung
Megang, Kecamatan Belimbing, Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Rambang Dangku,
Kecamatan Sungai Rotan dan Kecamatan Muara Belida pada kawasan yang dilalui oleh
aliran Sungai Musi, Sungai Lematang, dan anak sungainya terutama pada kawasan
pertanian kering campur semak.

3.1.7. Populasi Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Muara Enim pada tahun 2019 tercatat sejumlah
580.610 jiwa. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, yaitu dimana pada tahun 2018 jumlah penduduk 627.818 jiwa dengan
Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2019 adalah
Kecamatan Muara Enim 397 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan
jumlah penduduk disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. 6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupate Muara Enim Tahun 2015-
2019

N
Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019
o
1 Semendo Darat Laut 13.256 13.430 13.791 13.584 13.850
2 Semendo Darat Ulu 16.403 16.623 17.007 16.885 15.820
3 Semendo Darat Tengah 10.064 10.203 10.463 10.390 10.420
4 Tanjung Agung 38.683 39.255 40.319 39.769 28.030
5 Panang Enim - - - - 13.180
6 Rambang 29.838 30.891 31.231 31.942 26.040
7 Lubai 27.983 29.742 29.702 31.561 24.030
8 Lubai Ulu 32.729 34.787 34.740 36.914 30.160
9 Lawang Kidul 65.812 67.278 68.711 68.542 70.210
N
Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019
o
10 Muara Enim 68.063 71.237 71.772 74.212 70.310
11 Ujan Mas 24.460 25.033 25.500 25.552 24.880
12 Gunung Megang 35.283 36.221 36.816 37.202 32.690
13 Benakat 9.019 9.111 9.332 9.207 9.140
14 Belimbing 24.888 25.550 25.969 26.241 23.470
15 Rambang Niru - - - - 31.930
16 Empat Petulai Dangku - - - - 18.530
17 Rambang dangku 51.842 52.383 53.735 52.970 -
18 Gelumbang 60.536 63.829 64.083 67.008 58.850
19 Lembak 20.442 21.218 21.450 21.956 18.810
20 Sungai Rotan 30.446 30.602 31.451 30.734 29.520
21 Muara Belida 7.739 7.815 8.037 7.870 7.620
22 Kelekar 10.275 10.684 10.787 11.087 10.290
23 Belide Darat 13.213 13.715 13.865 14.192 12.810
Jumlah 590.974 609.607 618.761 627.818 580.610
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2016-2020, BPS

Tabel 3. 7 Kepdatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim Tahun


2019

N Luas Wilayah Kepadatan Penduduk


Kecamatan
o (km²) (jiwa/km²)

1 Semendo Darat Laut 269,14 50


2 Semendo Darat Ulu 426,64 40
3 Semendo Darat Tengah 302,24 34
4 Tanjung Agung 710,04 56
5 Panang Enim -  -
6 Rambang 378,07 84
7 Lubai 529,32 60
8 Lubai Ulu 478,49 77
9 Lawang Kidul 287,26 239
10 Muara Enim 187,08 397
11 Ujan Mas 311,33 82
12 Gunung Megang 471,36 79
13 Benakat 451,96 20
14 Belimbing 148,69 176
15 Rambang Niru 773,33 68
16 Empat Petulai Dangku -  -
17 Gelumbang 705,57 95
18 Lembak 101,44 216
19 Sungai Rotan 344,14 89
20 Muara Belida 204,67 38
21 Kelekar 138,03 80
22 Belide Darat 264,26 54
Kabupaten Muara Enim 7.483,06 84
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS
Gambar 3. 6 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim
Tahun 2015-2019

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan


400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
t u h g g i u l s g t g u u u g k n a r t
L au t Ul nga gun nim ban uba i Ul idu nim Ma gan aka bin Nir gk gk ban ba ota elid eka ar a
at r a T e A g m
E L a K E n e n m g an an m R B el D
ar Da at ung nan Ra L ub ang ar a Uja g M Be eli ban ai D g d elum Le gai r a K lide
D e r j a u n B l n n ua
de end e Da T an P
w
La M nu am etu ba G Su M Be
n
e m d G u R P a m
t R
m e n
Se S me pa
Se Em

2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2016-2020, BPS

Gambar 3. 7 Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Muara Enim


Tahun 2018

Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)


Belide Darat
Muara Belida
Lembak
Empat Petulai Dangku
Belimbing
Gunung Megang
Muara Enim
Lubai Ulu
Rambang
Tanjung Agung
Semende Darat Ulu

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS


3.1.8. Ekonomi

Nilai PDRB Kabupaten Muara Enim pada Tahun 2007 atas dasar harga konstan
sebesar Rp. 7,400 trilyun Kontribusi sektor-sektor usaha dalam PDRB Kabupaten
Muara Enim didominasi sektor-sektor primer dan sekunder, yang secara berurutan
oleh sektor pertambangan (55,67%) dan sektor pertanian (18.97%).

Sampai tahun 2007 sektor pertambangan merupakan penyumbang terbesar


dalam pembentukan PDRB Kabupaten Muara Enim dan kontribusinya cenderung
meningkat selama empat tahun terakhir ini. Demikian pula dengan sektor pertanian
pada tahun 2007 memberikan kontribusi yang terus meningkat. Besarnya pendapatan
dari sektor pertanian ini terutama didukung oleh pendapatan dari sub sektor
perkebunan yang menyumbang sekitar 10.18% dan sub sektor tanaman bahan pangan
(4,04%) terhadap PDRB Kabupaten Muara Enim. Kontribusi sektor-sektor terhadap
nilai PDRB Kabupaten Muara Enim dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 8 PDRB Kabupaten Muara Enim Atas Dasar Harga Konstan (dalam Jutaan
Rupiah) Tahun 2015-2019

PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha (Juta


Kategori/Lapangan Rupiah)
Usaha
2015 2016 2017 2018 2019

A.Pertanian,
Kehutanan, dan 3929792.3 4095065.8 4227881.7 4322304.2 4440836.9
Perikanan
B.Pertambangan dan 17923289.8 19204963.5 20782107.8 23102639.6 24940079
Penggalian
C.Industri 3892772.5 4112134 4335635.4 4611053.7 4951996.2
Pengolahan
D. Pengadaan 28660.6 37601.7 40063.9 46305.4 50828.5
Listrik dan Gas
E.Pengadaan Air,
Pengelolaan 6782.5 7473.7 7969.9 8700 9286.3
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F. Konstruksi 1570391.3 1703403.4 1855927.7 1956890.2 2053756.2

G.Perdagangan Besar
dan Eceran; 1566272.7 1733005.9 1904651.3 2076052.8 2264609.7
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H. Transportasi dan 329188 350011 378761.4 407664.8 440963.8
Pergudangan
I. Penyediaan
Akomodasi dan 124986.3 139031.8 150546.3 165598.3 185431.5
Makan Minum
PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha (Juta
Kategori/Lapangan Rupiah)
Usaha
2015 2016 2017 2018 2019

J. Informasi dan 224019.4 237460.5 256172.4 272249.8 290708.4


Komunikasi
K.Jasa Keuangan 199116 213908.5 220788.5 226114.1 226064.5

L. Real Estate 280292.8 306920.7 331505 354146.8 381486.9

M, N. Jasa
4230.9 4517.4 4877.2 5270.6 5648
Perusahaan

O. Administrasi
Pemerintahan,
493231.2 512678.6 533801 551736.7 565861.2
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan 467921.3 491163 499949.9 514398.4 532196.6

Q. Jasa Kesehatan
132122.1 136812.4 141221.6 146842.2 152936.1
dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U. Jasa Lainnya 81433.9 86295.5 90128.2 95959.5 100872.6

Produk Domestik
31254503.4 33372447.5 35761989.2 38863927.2 41593563
Regional Bruto

Produk Domestik
Regional Bruto 27484389.2 29561691.5 31958092.5 35068500.7 37537049
Tanpa Migas

Sumber: RTRW Kabupaten Muara Enim

3.1.9. Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari jumlah penyakit terbanyak di


wilayah tersebut. Berdasarkan data BPS dapat terlihat penyakit terbanyak di wilayah
Kabupaten Muara Enim adalah ISPA sebanyak 44.885 kasus di tahun 2018.

Tabel 3. 9 Jumlah Kasusu 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Muara Enim Tahun 2018

N
Jenis Penyakit Banyaknya Kasus
o
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian
1 44.885
Atas (ISPA)
2 Diare 9.598
3 Penyakit Darah Tinggi 14.550
4 Penyakit Kulit Alergi 7.073
5 Penyakit Kulit Infeksi 4.711
6 Demam Tifoid dan Paratifoid 2.971
7 Tonsilitis 2.806
8 Malaria 2.660
9 Bronkhitis 1.217
10 Tuberculosis 1.089
11 Penyakit Lainnya 60.603
Total 152.163
Sumber: Kabupaten Muara Enim Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.2. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMENDO DARAT ULU

3.2.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Semendo Darat Ulu terletak di bagian tenggara paling ujung dari
Kabupaten Muara Enim dengan luas wilayah 426,64 Km 2. Batas-batas wilayah
kecamatan ini adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Semendo Darat Tengah

Sebelah Selatan : Propinsi Bengkulu

Sebelah Timur : Kabupaten OKU

Sebelah Barat : Kabupaten Lahat

Wilayah Kecamatan Semendo Darat Ulu terdiri atas 10 desa, yaitu: desa Segamit,
desa Siring Agung, desa Aremantai, desa Pajar Bulan, desa Tanjung Agung, desa Datar
Lebar, desa Cahaya Alam, desa Tanjung Tiga, desa Pelakat, dan desa Danau Gerak..
Ibukota kecamatannya adalah desa Pajar Bulan yang berjarak sekitar 107 kilometer
dari kota Muara Enim yang merupakan ibu kota kabupaten.

Dari sepuluh desa tersebut, semua desa sudah menjadi desa definitif dan ada
sebanyak 38 dusun dalam lingkup kecamatan ini. Jumlah dusun terbanyak berada di
desa Pajar Bulan yaitu sebanyak 6 dusun sedangkan jumlah dusun paling sedikit
berada di desa Siring Agung yaitu hanya terdiri atas 2 (dua) dusun saja.

Tabel 3. 10 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Ulu Tahun
2018

No Nama Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km2)


1 Segamit 26,00
2 Siring Agung 31,00
3 Aremantai 28,00
4 Pajar Bulan 35,00
5 Tanjung Agung 40,00
6 Datar Lebar 30,00
7 Cahaya Alam 45,00
8 Tanjung Tiga 37,00
No Nama Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
9 Pelakat 41,00
10 Danau Gerak 3,50
TOTAL LUAS WILAYAH 316,50
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 8 Diagram Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Ulu
Tahun 2018

Luas Wilayah (Km2)

Danau Gerak Segamit


Pelakat 1%
13% 8% Siring Agung
10%
Tanjung Tiga
12% Aremantai
9%

Cahaya Alam Pajar Bulan


14% 11%

Datar Lebar Tanjung Agung


9% 13%

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.2.2. Topografi

Kondisi topografis pada umumnya berbukit, dengan ketinggian lebih dari 700
meter dari permukaan laut.

Tabel 3. 11 Ketinggian Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Ulu


Tahun 2018

Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
1 Segamit ─ ─ √
2 Siring Agung ─ ─ √
3 Aremantai ─ ─ √
4 Pajar Bulan ─ ─ √
5 Tanjung Agung ─ ─ √
6 Datar Lebar ─ ─ √
7 Cahaya Alam ─ ─ √
8 Tanjung Tiga ─ ─ √
Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
9 Pelakat ─ ─ √
10 Danau Gerak ─ ─ √
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.2.3. Klimatologi

Kecamatan Semendo Darat Ulu terletak di daerah dataran tinggi yang tergabung
ke dalam rangkaian pegunungan bukit barisan, berhawa sejuk dengan curah hujan
cukup tinggi.

3.2.4. Pemanfatan Lahan

Luas wilayah kecamatan ini sekitar 1.828 Ha berupa area persawahan irigasi dan
39.761 Ha merupakan lahan pertanian bukan persawahan. Sebanyak 6,5% dari seluruh
luas kecamatan merupakan lahan bukan sawah dan terdapat lahan yang tidak
diusahakan seluas 1.065Ha. Untuk melihat perincian penggunaan lahan setiap tahun di
Kecamatan Semendo Darat Ulu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 12 Penggunaan Lahan (Ha) di Kecamatan Semendo Darat Ulu Tahun 2014-2018

Lahan Pertanian Lahan


Tahun Bukan Jumlah
Sawah Bukan Sawah
Pertanian
2014 1.828 39.761 1.075 40.836
2015 1.828 39.761 1.075 40.836
2016 1.828 39.761 1.075 40.836
2017 1.828 39.761 1.075 40.836
2018 1.828 39.761 1.075 40.836
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2016-2019, BPS

3.2.5. Populasi Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Semendo Darat Ulu pada tahun 2018 sebanyak
16.885 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Segamit dengan
jumlah penduduk sebanyak 3.114 jiwa dan desa terpadat yaitu Desa Danau Gerak
dengan tingkat kepadatan 225jiwa/Km 2. Tabel berikut merincikan jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk menurut desa di Kecamatan Semendo Darat Ulu.
Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Ulu Tahun
2015-2018

Jumlah Penduduk
Desa
2015 2016 2017 2018
Segamit 3.025 3.065 3.136 3.114
Cahaya Alam 613 2.030 2.077 2.062
Tanjung Tiga 2.837 1.502 1.537 1.526
Tanjung
Agung 2.716 1.389 1.421 1.411
Datar Lebar 1.371 943 965 958
Siring Agung 930 621 636 631
Aremantai 2.007 2.875 2.942 2.921
Pajar Bulan 1.482 2.753 2.816 2.796
Pelakat 661 670 685 680
Danau Gerak 764 774 792 786
Jumlah 16.406 16.622 17.007 16.885
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2016-2019, BPS

Gambar 3. 9 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sememnde Darat


Ulu Tahun 2015-2018

Jumlah Penduduk Menurut Desa


14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
it ar i at
am ga ng ng ta an ak
am Al Ti u eb u an ul lak er
Se
g
ya
g Ag rL Ag B e G
un g ta g em ja
r P u
ah
a nj un rin Ar Pa na
C Ta nj Da Si D a
Ta

2015 2016 2017 2018

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2016-2019, BPS

Tabel 3. 14 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo


Darat Ulu Tahun 2018

Jumlah Penduduk Luas Kepadatan


Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Segamit 3.114 26 120
Cahaya Alam 2.062 31 67
Tanjung Tiga 1.526 28 55
Tanjung Agung 1.411 35 40
Datar Lebar 958 40 24
Jumlah Penduduk Luas Kepadatan
Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Siring Agung 631 30 21
Aremantai 2.921 45 65
Pajar Bulan 2.796 37 76
Pelakat 680 41 17
Danau Gerak 786 3,5 225
Jumlah 16.885 316,5 53
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 10 Diagram Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat


Ulu Tahun 2018

Kepadatan Penduduk Menurut Desa (jiwa/Km2)

Segamit
Cahaya Alam
17% Tanjung Tiga
Tanjung Agung
32%
Datar Lebar
9% Siring Agung
Aremantai
8% Pajar Bulan
2%
6% Pelakat
11%
9% 3%3% Danau Gerak

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.2.6. Pertanian dan Perkebunan

Tahun 2018 terjadi kenaika produksi padi dari total 9.662,49 ton menjadi
9.825,81ton. Sedangkan untuk produksi palawija dan buah-buahan terjadi penurunan.
Selain itu perkebunan di wilayah Kecamatan Semendo Darat Ulu terdapat beberapa
jenis tanaman seperti jagung, ketela dan kacang tanah. Untuk melihat perincian luas
panen dan hasil panen di Kecamatan Semendo Darat Ulu dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3. 15 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi di Kecamatan Semendo Darat
Ulu Tahun 2017-2018

2017 2018
Jenis Luas Panen Produksi Rata-rata Luas Panen Produksi Rata-rata
(Ha) (ton) (kw/Ha) (Ha) (ton) (kw/Ha)
Padi Sawah 1.858 9.662,49 104,59 1.879 9.569,01 101,29
2017 2018
Jenis Luas Panen Produksi Rata-rata Luas Panen Produksi Rata-rata
(Ha) (ton) (kw/Ha) (Ha) (ton) (kw/Ha)
Kopi 2.941 2.986 - 2.941 2.986 -
Jagung 1 5,5 55 1 4,3 43
Ketela Pohon 2 64,4 322 1 32,2 322
Ketela Rambat 3 31,5 105 1 17,71 177,1
Kacang Tanah 1 1,05 10,48 0 0 0
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Tabel 3. 16 Luas Panen dan Produksi Buah dan Sayur di Kecamatan Semendo Darat Ulu
Tahun 2017-2018

2017 2018
Jenis Tanaman Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Buah-Buahan
Alpukat 22,1 44,2 22,1 49
Durian 5,05 35035 0 0
Mangga 0,65 1,3 0 0
Pisang 0,5 12,55 2 10
Nangka 0,2 0,9 0,1 10
Jambu Biji 0,03 0,12 0,03 0,4
Pepaya 0,01 0,3 0,01 0,4
Lainnya 0,51 7,55 0,51 1,1
Sayuran
Kubis 25 126 23 135
Kentang 17 255 13 121
Tomat 22 420,8 23 246,5
Bawang Daun 20 53 13 46,5
Kacang Merah 5 5,2 5 3,6
Buncis 11 27,3 16 31,7
Cabai 61 547,6 41 294,8
Lainnya 48 168,9 39 140,7
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.2.7. Peternakan dan Perikanan

Usaha peternakan di Kecamatan Semendo Darat Ulu cukup berkembang dan


semua dikelola oleh rumah tangga. Pada tahun 2018 populasi ternak sebanyak 16.423
ekor. Pada sektor perikanan dilakukan di perairan budidaya dengan luas area sebesar
146,72Ha dengan jumlah 357,12ton. Tabel berikut merupakan rincian peternakan di
Kecamatan Semendo Darat Ulu.
Tabel 3. 17 Populasi Ternak Menurut Jenis di Kec. Semendo Darat Ulu Tahun 2017-2018

Populasi (ekor)
Jenis Ternak
2017 2018
Sapi 237 131
Kerbau 235 395
Kuda 3 4
Kambing 551 1.449
Domba - 12
Ayam Kampung 10.533 655
Itik 4.102 1.377
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Ulu Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMENDO DARAT TENGAH

3.3.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Semendo Darat Tengah terletak di bagian tenggara paling ujung dari
Kabupaten Muara Enim dengan luas wilayah 302,24 km 2. Batas-batas wilayah
kecamatan ini adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Semendo Darat Laut

Sebelah Selatan : Kecamatan Semendo Darat Ulu

Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ulu

Sebelah Barat : Kabupaten Lahat

Wilayah Kecamatan Semendo Darat Tengah terdiri atas 12 desa definitif, yaitu :
desa Gunung Agung, desa Kota Padang, desa Tenam Bungkuk, desa Tanjung Raya, desa
Muara Tenang, desa Seri Tanjung, desa Tebing Abang, desa Batu Surau, desa Rekimai
Jaya, desa Palak Tanah, dan desa Kota Agung, dan desa Swarna Dwipa. Ibukota
kecamatannya adalah desa Seri Tanjung yang berjarak ± 99 km dari kota Muara Enim
yang merupakan ibu kota kabupaten. Dari dua belas desa tersebut, Kecamatan
Semendo Darat Tengah mempunyai 34 dusun. Jumlah dusun terbanyak berada di desa
Gunung Agung yaitu sebanyak 5 (lima) dusun.

Tabel 3. 18 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Tengan Tahun
2018

No Nama Desa Luas Wilayah (Km2)


1 Gunung Agung 30
2 Kota Padang 24
3 Tenam Bungkuk 29
4 Tanjung Raya 34
5 Muara Tenang 30
No Nama Desa Luas Wilayah (Km2)
6 Seri Tanjung 17
7 Tebing Abang 18
8 Batu Surau 30
9 Rekimai Jaya 15
10 Palak Tanah 26
11 Kota Agung 32,24
12 Swarna Dwipa 17
Total 302,24
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 11 Diagram Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Tengah
Tahun 2018

lUAS WILAYAH MENURUT DESA

Swarna Dwipa Gunung Agung


Kota Agung 6% 10% Kota Padang
11%
8%
Palak Tanah
9% Tenam Bungkuk
10%

Rekimai Jaya
5%
Tanjung Raya
11%
Batu Surau
10%
Tebing Abang Muara Tenang
6% Seri Tanjung 10%
6%

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3.2. Topografi

Bentuk permukaan cenderung berbukit, dengan rata-rata ketinggian lebih dari


700 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah di kecamatan ini sebagian besar berupa
lapisan latosol dan podosolik.

Tabel 3. 19 Ketinggian Wilayah Menurut Desa di Kec. Semendo Darat Tengah Tahun 2018

Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
1 Seri Tanjung ─ ─ √
2 Muara Tenang ─ ─ √
3 Tebing Abang ─ ─ √
Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
4 Rekimai Jaya ─ ─ √
5 Gunung Agung ─ ─ √
6 Palak Tanah ─ ─ √
7 Batu Surau ─ ─ √
8 Kota Agung ─ ─ √
9 Kota Padang ─ ─ √
10 Tanjung Raya ─ ─ √
11 Tenam Bungkuk ─ ─ √
12 Swarna Dwipa ─ ─ √
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3.3. Klimatologi

Kecamatan Semendo Darat Tengah terletak di daerah dataran tinggi yang


tergabung ke dalam rangkaian pegunungan bukit barisan, berhawa sejuk dengan curah
hujan cukup tinggi.

Tabel 3. 20 Curah dan Hari Hujan di Kecamatan Semendo Darat Tengah Tahun 2018

Bulan Curah Hujan (mm/m) Hari Hujan


Januari 56 5
Februari 186 16
Maret 183 12
April 194 13
Mei 147 12
Juni 121 9
Juli 14 4
Agustus 145 15
September 0 0
Oktober 280 16
November 0 0
Desember 0 0
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3.4. Pemanfaatan Lahan

Dari luas wilayah di kecamatan ini, yaitu sekitar.302,24 km2, tersedia sekitar
1.219 Ha lahan berupa areal persawahan irigasi atau lahan sawah. Dan sekitar 29.005
Ha tersedia lahan bukan sawah, yaitu yang masih berupa hutan rakyat dan ditanami
pohon sekitar 5.655 Ha, yang dijadikan lahan perkebunan yaitu sekitar 2.545 Ha atau
hanya 8,4 persen dari seluruh luas lahan yang ada. Selain itu, lahan bukan sawah yang
masih belum diusahakan yaitu seluas 2.200 Ha atau sekitar 7,2 persen. Sisanya
diperuntukkan untuk bangunan seluas 1.642 Ha, tegal/huma/kebun/ladang sekitar
460 Ha, untuk penggunaan lainnya sekitar 16.503 Ha yang terdiri dari tambak, kolam,
empang, hutan negara, dan lain-lain.

Tabel 3. 21 Luas Penggunaan Lahan di Kec. Semendo Darat Tengah Tahun 2014-2018

Lahan Pertanian Lahan


Tahun Bukan Jumlah
Sawah Bukan Sawah
Pertanian
2014 1.120 25.255 1.050 27.475
2015 1.120 25.255 539 25.794
2016 1.120 25.794 539 27.543
2017 1.219 29.005 1.642 30.224
2018 1.219 29.005 1.642 30.224
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2017-2019, BPS

3.3.5. Populasi Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Semendo Darat Tengah pada tahun 2018 sebanyak
10.390 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak dan desa terpadat terdapat di Desa
Gunung Agung dengan jumlah penduduk sebanyak 1.686 jiwa dan tingkat kepadatan
56jiwa/Km2. Perincian jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Semendo Darat Tengah
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 22 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kec. Semendo Darat Tengah Tahun 2017-
2018

Jumlah Penduduk
Desa
2017 2018
Gunung Agung 1.698 1.686
Kota Padang 566 562
Tenam Bungkuk 991 985
Tanjung Raya 1.119 1.112
Muara Terang 803 798
Seri Tanjung 349 347
Tebing Abang 659 654
Batu Surau 554 550
Rekimai Jaya 755 750
Palak Tanah 1.166 1.158
Kota Agung 1.065 1.058
Swarna Dwipa 736 731
Jumlah 10.463 10.390
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2018-2019, BPS
Tabel 3. 23 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kec. Semendo Darat
Tengah Tahun 2018

Jumlah Penduduk Luas Kepadatan


Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Gunung Agung 1.686 30 56
Kota Padang 562 24 23
Tenam Bungkuk 985 29 34
Tanjung Raya 1.112 34 33
Muara Tenang 798 30 27
Seri Tanjung 347 17 20
Tebing Abang 654 18 36
Batu Surau 550 30 18
Rekimai Jaya 750 15 50
Palak Tanah 1.158 26 45
Kota Agung 1.058 32,24 33
Swarna Dwipa 731 17 43
Jumlah 10.391 302,24 34
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 12 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat


Tengah Tahun 2017-2018

Jumlah Penduduk
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0

2017 2018

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2018-2019, BPS
Gambar 3. 13 Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat
Tengah Tahun 2018

Kepadatan Penduduk Menurut Desa (jiwa/Km2)


Swarna Dwipa
Kota Agung
Palak Tanah
Rekimai Jaya
Batu Surau
Tebing Abang
Seri Tanjung
Muara Tenang
Tanjung Raya
Tenam Bungkuk
Kota Padang
Gunung Agung
0 10 20 30 40 50 60

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3.6. Pertanian dan Perkebunan

Pada tahun 2018 terjadi penurunan produksi padi menjadi 250,37 ton yang
sebelumnya pada tahun 2016 adalah sebanyak 5.075,92. Pada komoditi buah dan
sayuran terjadi kenaikan produksi. Selain itu untuk perkebunan komoditi kopi
mengalami kenaikan. Perincian produksi pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 3. 24 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Panen di Kecamatan Semendo Darat
Tengah Tahun 2014-2018

2017 2018
Jenis Luas Panen Produksi Rata-rata Luas Panen Produksi Rata-rata
(Ha) (ton) (kw/Ha) (Ha) (ton) (kw/Ha)
Padi Sawah 1.248 6.490,15 104,60 1.576 8.025,86 101,37
Kopi 2.370 2.716 - 2.370 2.816 -
Jagung 2 11 55 2 8,6 43
Ketela Pohon 4 129,6 324 0 0 0
Ketela Rambat 2 21 105 2 35,42 177,1
Kacang Tanah 1 1,05 10,48 0 0 0
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Tabel 3. 25 Luas Panen dan Produksi Buah dan Syaur di Kecamatan Semendo Darat
Tengah Tahun 2017-2018

2017 2018
Jenis Tanaman Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Buah-Buahan
Alpukat 0,27 0,54 - -
Pepaya 0,05 3,07 0,05 24,2
Durian 2 14 0,31 2
Pisang 0,06 1,51 0,37 10
Nangka 0,3 1,35 1,82 35,2
Lainnya 0,47 5,92 1,24 2,22
Sayuran
Cabai 105 1.091,9 113 1.509,3
Labu Siam - - 1 12.2
Terung - - 3 39,3
Buncis 5 4,1 5 48,9
Kubis 3 2 14 78,4
Kentang 3 45 5 70
Tomat 14 230,1 32 660
Kacang Merah 1 3 2 24
Kacang Panjang 1 0,5 2 41,7
Bawang Daun 6 6 19 182,2
Lainnya 20 61,5 4 471,1
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.3.7. Peternakan dan Perikanan

Peternakan di Kecamatan Semendo Darat Tengah terdapat peningkatan jumlah


ternak untuk jenis ternak kambing, jumlah ternak pada tahun 2018 yaitu sebanyak
24.517 ekor. Selain itu perikakan budidaya mengalami penurunan dari 387,52ton
menjadi 376,8ton. Untuk melihat perincian ternak dapat dilihat pada tebl berikut:

Tabel 3. 26 Jumlah Populasi Ternak di Kec. Semendo Darat Tengah Tahun 2017-2018

Populasi (ekor)
Jenis Ternak
2017 2018
Sapi 137 138
Kerbau 103 104
Kambing 245 1.060
Domba 655 703
Populasi (ekor)
Jenis Ternak
2017 2018
Ayam Kampung 8.479 13.710
Itik 5.490 8.802
Jumlah 15.109 24.517
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Tengah Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMENDO DARAT LAUT

3.4.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Semendo Darat Laut terletak di bagian tenggara dari Kabupaten


Muara Enim dengan luas wilayah 274,75 Km2. Batas-batas wilayah kecamatan ini
adalah:

Sebelah Utara : Kecamatan Tanjung Agung

Sebelah Selatan : Kecamatan Semendo Darat Tengah

Sebelah Timur : Kabupaten OKU

Sebelah Barat : Kabupaten Lahat

Ibu kota Kecamatan Semendo Darat Laut berada di Desa Pulau Panggung,
berjarak sekitar 92 kilometer (Km) dari Kota Muara Enim, ibukota Kabupaten Muara
Enim. Jarak desa terjauh dari ibu kota kecamatan Semendo Darat Laut yaitu Desa
Tanah Abang, Dsa Perapau, dan desa Pagar Agun dengan perkiraan jarak sekitar 14 KM
dari desa masing-masing tersebut ke Ibu Kota Kecamatan SDL di Desa Pulang
Panggung. Wilayah Kecamatan Semendo Darat Laut terdiri atas 10 desa definitif, yaitu :
desa Penindaian, desa Babatan, desa Muara Dua, desa Pulau Panggung, desa Muara
Danau, desa Penyandingan, desa Tanah Abang, desa Karya Nyata, desa Pagar Agung,
dan desa Perapau. Dari sepuluh desa tersebut, Kecamatan Semendo Darat Laut
mempunyai 35 dusun. Jumlah dusun terbanyak berada di desa Penindaian desa
Babatan, dan desa Pulau Panggung yaitu sebanyak 6 dusun dan hamper rata-rata setiap
desa terdiri atas 3 (tiga) dusun.

Tabel 3. 27 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun 2018

No Nama Desa Luas Wilayah (Km2)

1 Penindaian 80,32
2 Babatan 33,31
3 Muara Dua 21,55
4 Pulau Panggung 44,82
No Nama Desa Luas Wilayah (Km2)

5 Muara Danau 18,61


6 Penyandingan 3,92
7 Tanah Abang 12,73
8 Karya Nyata 22,53
9 Pagar Agung 21,55
10 Perapau 9,8
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 14 Diagram Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Laut
Tahun 2018

luas wilayah menurut desa

Perapau
Pagar Agung 4%
8%
Karya Nyata Penindaian
8% 30%

Tanah Abang
5%
Penyandingan
1%

Muara Danau
7%

Babatan
12%
Pulau Panggung
17% Muara Dua
8%

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.2. Topografi

Kondisi topografis pada umumnya berbukit, dengan ketinggian rata-rata antara


600 sampai 1017 meter dari permukaan laut. Jenis tanah sebagian besar berupa
lapisan latosol.

Tabel 3. 28 Ketinggian Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun
2018

Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
1 Penindaian ─ ─ √
2 Babatan ─ ─ √
3 Muara Dua ─ √ ─
Ketinggian (mdpl)
No Nama Desa
< 600 601 - 700 > 700
4 Pulau Panggung ─ √ ─
5 Muara Danau ─ √ ─
6 Penyandingan ─ √ ─
7 Tanah Abang ─ √ ─
8 Karya Nyata ─ √ ─
9 Pagar Agung ─ √ ─
10 Perapau ─ √ ─
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.3. Klimatologi

Kecamatan Semendo Darat Laut terletak di daerah dataran tinggi yang tergabung
ke dalam rangkaian pegunungan bukit barisan, berhawa sejuk dengan curah hujan
cukup tinggi.

Tabel 3. 29 Curah dan Hari Hujan di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun 2018

Bulan Curah Hujan (mm/m) Hari Hujan


Januari 171 10
Februari 444 22
Maret 606 24
April 440,5 22
Mei 211,5 18
Juni 289,5 15
Juli 10 3
Agustus 196,5 15
September 82,6 7
Oktober 0 0
November 0 0
Desember 0 0
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.4. Pemanfaatan Lahan

Sesuai letaknya yaitu di dataran tinggi rangkaian bukit barisan yang merupakan
kawasan hulu sungai, daerah ini mempunyai potensi air yang cukup untuk mengairi
areal persawahan. Namun demikian, potensi lahan kering tetap paling dominan,
sehingga dukungan lahan bukan sawah (lahan kering) menjadi sangat besar dalam
pengembangan usaha tani di daerah ini, yang kelak menghantarkan daerah ini menjadi
daerah perkebunan. Pada tahun 2018, dari luas pertanian 26.914 Ha sebagian besar
yaitu sekitar 25.255 Ha berupa lahan bukan sawah. Selebihnya sekitar 1.120 Ha berupa
lahan sawah. Dari luas lahan sawah tersebut seluruhnya berupa sawah beririgasi.
Potensi lahan kering, sebagian besar merupakan areal perkebunan seluas 11.240 Ha
dimanfaatkan sebagai areal perkebunan rakyat. Lahan bukan sawah lainnya yang
sementara tidak diusahakan berjumlah 1.040 Ha.

Tabel 3. 30 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun 2014-2018

Lahan Pertanian Lahan Bukan


Tahun Jumlah
Sawah Bukan Sawah Pertanian
2014 1.120 25.255 1.050 27.475
2015 1.120 25.255 539 25.794
2016 1.120 25.794 539 27.543
2017 1.120 25.794 539 26.453
2018 1.120 25.255 539 26.194
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.5. Populasi Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Semendo Darat Laut pada tahun 2018 sebanyak
13.584 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Pulau Panggung
dengan jumlah penduduk sebanyak 3.927 jiwa dan desa terpadat yaitu Desa
Penyandingan dengan tingkat kepadatan 280jiwa/Km 2. Perincian jumlah penduduk di
wilayah Kecamatan Semendo Darat Laut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 31 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun
2014-2018

Jumlah Penduduk
Desa
2.014 2015 2016 2017 2018
Penindaian 844 844 855 878 865
Babatan 2.119 2.119 2.147 2.204 2.171
Muara Dua 1.086 1.086 1.100 1.130 1.113
Pulau Panggung 3.832 3.832 3.882 3.986 3.927
Muara Danau 885 885 897 921 907
Penyandingan 1.071 1.071 1.085 1.114 1.098
Tanah Abang 1.273 1.273 1.290 1.324 1.304
Karya Nyata 995 995 1.008 1.035 1.020
Pagar Agung 677 677 685 704 693
Perapau 475 475 481 494 487
13.43
Jumlah 13.256 13.256 0 13.791 13.584
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2015-2019, BPS

Tabel 3. 32 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Laut
Tahun 2018
Jumlah Penduduk Luas Kepadatan
Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Penindaian 865 80,32 11
Babatan 2.171 33,31 65
Muara Dua 1.113 21,55 52
Pulau Panggung 3.927 44,82 88
Muara Danau 907 18,61 49
Penyandingan 1.098 3,92 280
Tanah Abang 1.304 12,73 102
Karya Nyata 1.020 22,53 45
Pagar Agung 693 21,55 32
Perapau 487 9,80 50
Jumlah 13.585 269,14 50
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 15 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Semendo Darat Laut
Tahun 2014-2018

Jumlah Penduduk
12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
m ya sa an an
ya in
n De ai at
Ba La nd Ba
b
ni
Pe

8 80 12 121,5

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2016-2019, BPS

Gambar 3. 16 Diagram Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kec. Semendo Darat Laut
Tahun 2018
Kepadatan Penduduk Menurut Desa (jiwa/Km2)

Penindaian
Babatan
1% Muara Dua
4%6% 8% Pulau Panggung
6% 7%
Muara Danau
13% 11% Penyandingan
Tanah Abang
6% Karya Nyata
Pagar Agung
36% Perapau

Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.6. Pertanian dan Perkebunan

Pertanian di Kecamatan Semendo Darat Laut memiliki potensi lahan sawah


dalam jumlah cukup luas untuk mendukung pengembangan usaha tani rakyat, namun
potensi ini baru dimanfaatkan untuk tanaman padi. Pada tahun 2018 produksi padi
adalah sebanyak 11.948,86 ton menurun dari sebelumnya sebanyak 12.819,69ton.
Produksi buah dan sayuran yang palig menonjol adalah alpukat dan cabai. Selain itu
perkebunan merupakan lapangan usaha terbesari di Kecamatan Semedo Darat Laut.
Produksi kopi pada tahun 2018 sebanyak 11.485ton. untuk perincia produksi dan luas
panen pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 33 Luas Panen(Ha), Produksi(ton) dan Rata-rata Produksi(Kw/Ha) di Kecamatan


Semendo Darat Laut Tahun 2017-2018

2017 2018
Jenis
Luas Panen Produksi Rata-rata Luas Panen Produksi Rata-rata
Padi Sawah 2.120 68.213,69 119,99 1.995 11.948,86 119,71
Jagung 7 47,6 68 2 8,6 43
Ketela Pohon 2 64,4 322 1 32,2 322
Kelapa Sawit 5 - - 5 - -
Kopi 10.503,5 11.485 - 10.503,5 11.485 -
Karet 874 945 - 874 945 -
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Tabel 3. 34 Luas Panen dan Produksi Buah dan Sayur di Kecamaan Semedo Darat Laut
Tahun 2017-2018
2017 2018
Jenis Tanaman Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Buah-Buahan
Alpukat 76,24 152,48 58,85 244,9
Jeruk 1,21 6,07 1,19 31,8
Pepaya 0,19 11,24 0,34 13
Durian 203,41 1.423,87 37,71 113,1
Mangga 0,71 1,42 0,94 2,9
Jambu Biji 0,51 1,8 0,61 3,5
Pisang 0,06 1,48 0,13 2,1
Nangka 0,94 4,23 0,95 6,3
Lainnya 4,56 28,02 6,23 15,5
Sayuran
Tomat 3 67,50 3 130,00
Bawang Daun 1 10 3 29
Buncis 1 6 2 9,5
Kacang Panjang 2 10 2 4
Cabai 8 106,9 10 145
Lainnya 6 37 4 27,5
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.4.7. Peternakan dan Perikanan

Kambing merupakan populasi ternak terbanyak di Kecamatan Semendo Darat


Laut dengan jumlah 180ekor, disusul dengan sapi 155 ekor dan kerbau sebanyak 98
ekor. Selain itu perikanan di Kecamatan Semendo Darat Laut didukung oleh
ketersediaan air yang relatif cukup karna letaknya di daerah hulu sungai dengan
produksi 383,36ton. Untuk perincian populasi ternak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 35 Populasi Ternak di Kecamatan Semendo Darat Laut Tahun 2017-2018

Populasi (ekor)
Jenis Ternak
2017 2018
Sapi 152 155
Kerbau 82 98
Kambing 838 1.274
Domba 28 28
Ayam Kampung 12.108 16.819
Itik 5.142 7.914
Jumlah 18.350 26.288
Sumber: Kecamatan Semendo Darat Laut Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.5. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TANJUNG AGUNG


3.5.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Kecamatan Tanjung Agung terletak di bagian Barat Daya Kabupaten Muara Enim
dengan luas wilayah sebesar 86,64 km2 dimana jarak dari Ibukota Kecamatan ini ke
Ibukota Kabupaten Muara Enim ± 40 km, Kecamatan Tanjung Agung berbatasan
dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Lawang Kidul

Sebelah Selatan : Kecamatan Semendo Darat Laut

Sebelah Timur : Kabupaten OKU

Sebelah Barat : Kabupaten Lahat

Kecamatan Tanjung Agung mempunyai 26 kepala Desa/Ketua RT dengan 250


perangkat desa. Semenjak tahun 2017 peningkatan jumlah dusun di wilayah ini terus
terjadi.

Tabel 3. 36 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung Tahun 2018

No Desa Luas Wilayah (Km2)


1 Lubuk Nipis 24
2 Padang Bindu 21
3 Bedegung 35
4 Indramayu 33
5 Muara Meo 8
6 Pandan Dulang 14
7 Suka Raja 12
8 Tanjung Baru 7
9 Lambur 14
10 Lebak Budi 26
11 Pandan Enim 25
12 Paduraksa 40
13 Embawang 9
14 Pagar Dewa 7
15 Tanjung Bulan 7
16 Lesung Batu 5
17 Matas 12
18 Tanjung Agung 72
19 Tanjung Karangan 45
20 Seleman 63
21 Penyandingan 35
22 Tanjung Lalang 60
23 Pulau Panggung 50
No Desa Luas Wilayah (Km2)
24 Muara Emil 39
25 Sugih Waras 7
26 Pagar Jati 10
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.5.2. Topografi

Kondisi Topografi pada umumnya berbukit, dengan ketinggian berkisar antara


100 hingga 465 meter dari permukaan laut. Jenis tanah sebagian besar berupa lapisan
Latosol dan Andosol.

Tabel 3. 37 Ketinggian Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung Tahun 2018

Ketinggian
No Desa/Kelurahan
< 500 501 - 700 > 700
1 Lubuk Nipis √ - -
2 Padang Bindu √ - -
3 Bedegung √ - -
4 Indramayu √ - -
5 Muara Meo √ - -
6 Pandan Dulang √ - -
7 Suka Raja √ - -
8 Tanjung Baru √ - -
9 Lambur √ - -
10 Lebak Budi √ - -
11 Pandan Enim √ - -
12 Paduraksa √ - -
13 Embawang √ - -
14 Pagar Dewa √ - -
15 Tanjung Bulan √ - -
16 Lesung Batu √ - -
17 Matas √ - -
18 Tanjung Agung √ - -
19 Tanjung Karangan √ - -
20 Seleman √ - -
21 Penyandingan √ - -
22 Tanjung Lalang √ - -
23 Pulau Panggung √ - -
24 Muara Emil √ - -
25 Sugih Waras √ - -
26 Pagar Jati √ - -
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.5.3. Pemanfaatan Lahan

Sesuai letaknya, yaitu di kaki rangkaian pegunungan Bukit Barisan, kawasan ini
mempunyai potensi air yang cukup. Selain memiliki beberapa sungai kecil, daerah ini
dilintasi oleh aliran Sungai Enim yang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Muara
Enim.

Pada tahun 2018, luas lahan bukan sawah sekitar 68.568 hektar dan luas lahan
sawah, sekitar 2.436 hektar, 89.74 persennya adalah sawah irigasi, selebihnya 250
hektar atau 10,26 persen berupa sawah tadah hujan. Untuk rincian lahan yang bukan
sawah, yang luasnya mencapai sekitar 68.568 hektar adalah sebagai berikut, 23.903
hektar adalah lahan perkebunan, 2.198 hektar lahan yang sementara tidak diusahakan,
5.700 hektar hutan rakyat, 3.500 hektar tegal/ladang/huma, 18.155 hektar luas
kolam,tebat, empang dan hutan negara dan 9 hektar lahan padang rumput. Sedangkan
untuk luas lahan bukan pertanian adalah 15.103 hektar yang mencakup perumahan
rakyat dan bangunan-bangunan pemerintahan.

Tabel 3. 38 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung Agung Tahun 2014-2018

Lahan Pertanian Lahan


Bukan
Tahun Jumlah
Sawah Bukan Sawah Pertania
n
2014 2.404 51.593 7.435 53.997
2015 2.436 53.465 15.103 71.004
2016 2.436 53.465 15.103 71.004
2017 2.436 53.465 15.103 71.004
2018 2.436 53.465 15.103 71.004
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2015-2019, BPS

3.5.4. Populasi Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Agung pada tahun 2018 sebanyak 40.319
jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Tanjung Agung dengan
jumlah penduduk sebanyak 5.380 jiwa dan desa terpadat yaitu Desa Pagar Dewa
dengan tingkat kepadatan 280jiwa/Km2. Perincian jumlah penduduk di wilayah
Kecamatan Tanjung Agung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 39 Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung Tahun 2014-
2018

Jumlah Penduduk
Desa
2014 2015 2016 2017 2018
Lubuk Nipis 2.217 1.179 1.179 1.223 1.223
Padang Bindu 1.763 916 916 950 950
Bedegung 1.203 623 623 646 646
Indramayu 874 432 432 448 448
Muara Meo 1.080 563 563 584 584
Pandan Dulang 382 206 206 214 214
Suka Raja 609 321 321 333 333
Tanjung Baru 818 407 407 422 422
Lambur 993 514 514 533 533
Lebak Budi 2.395 1.247 1.247 1.293 1.293
Pandan Enim 2.115 1.102 1.102 1.142 1.142
Paduraksa 1.879 985 985 1.022 1.022
Embawang 1.088 562 562 583 583
Pagar Dewa 1.400 737 737 764 764
Tanjung Bulan 1.025 529 529 549 549
Lesung Batu 566 284 284 295 295
Matas 1.157 605 605 628 628
Tanjung Agung 5.160 2.629 2.629 2.726 2.726
Tanjung Karangan 1.895 991 991 1.028 1.028
Seleman 2.277 1.203 1.203 1248 1248
Penyandingan 1.386 721 721 748 748
Tanjung Lalang 1.228 629 629 652 652
Pulau Panggung 2.337 1.175 1.175 1.219 1.219
Muara Emil 1.955 1.027 1.027 1.065 1.065
Sugih Waras 467 231 231 240 240
Pagar Jati 414 203 203 211 211
Jumlah 38.683 20.025 20.025 20.766 20.766
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2015-2019, BPS

Tabel 3. 40 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung
Tahun 2018

Jumlah Penduduk Luas Kepadatan


Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Lubuk Nipis 2.311 24 96
Padang Bindu 1.837 21 87
Bedegung 1.254 35 36
Indramayu 911 33 28
Muara Meo 1.126 8 141
Pandan Dulang 398 14 28
Suka Raja 635 12 53
Tanjung Baru 853 7 122
Lambur 1.035 14 74
Lebak Budi 2.497 26 96
Pandan Enim 2.204 25 88
Padukarsa 1.958 40 49
Jumlah Penduduk Luas Kepadatan
Desa
(Jiwa) (km2) (jiwa/Km2)
Embawang 1.134 9 126
Pagar Dewa 1.459 7 208
Tanjung Bulan 1.068 7 153
Lesung Batu 590 5 118
Matas 1.205 12 100
Tanjung Agung 5.380 72 75
Tanjung Karangan 1.976 45 44
Seleman 2.374 63 38
Penyandingan 1.444 35 41
Tanjung Lalang 1.280 60 21
Pulau Panggung 2.436 50 49
Muara Emil 2.038 39 52
Sugih Waras 487 7 70
Pagar Jati 431 10 43
Jumlah 40.319 680 59
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Gambar 3. 17 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung


Tahun 2014-2018

Jumlah Penduduk
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2015-2019, BPS

Gambar 3. 18 Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Agung


Tahun 2018
Kepadatan Penduduk Menurut Desa (jiwa/Km2)
Sugih Waras
Pulau Panggung
Penyandingan
Tanjung Karangan
Matas
Tanjung Bulan
Embawang
Pandan Enim
Lambur
Suka Raja
Muara Meo
Bedegung
Lubuk Nipis
0 50 100 150 200 250

Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.5.5. Pertanian dan Perkebunan

Produksi pada pada tahun 2018 di Kecamatan Tanjung Agung sebesar


30.976,27ton, sedangkan unruk produksi paling menonjol adalah ketela pohon
sebanyak 226,80 ton dimana tanaman palawija produksinya menurun sebesar 88,65%
dari tahun sebelumnya. Selain itu perkebunan di Kecamatan Tanjung Agung yang
paling luas area tanamnya adalah tanaman karet sebesar 10.790Ha. untuk perincian
luas panen dan jumlah produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 41 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton) dan Rata-rata Produksi (Kw/Ha) di
Kecamatan Tanjung Agung Tahun 2017-2018

2017 2018
Jenis Luas Rata- Luas Rata-
Produksi Produksi
Panen rata Panen rata
Padi Sawah 4.315 22.243,26 102,34 5.091 30.547,27 119,49
Padi Ladang 1.073 3.366 31,37 195 429 22
Jagung 76 458,19 60,29 2 11,2 56
Ketela Pohon 48 1537,68 320,35 7 226,8 324
Ketela Rambat 10 101,45 101,45 0 0 0
Kopi 10.847,6 11.563 - 10.847,6 45.679,89 -
Karet 7.186 7.791 - 7.186 8.079 -
Kelapa Sawit 5.123,6 1.140 - 6.739,22 1.777.496 -
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

Tabel 3. 42 Luas Panen dan Produksi Buah dan Sayur di Kecamatan Tanjung Agung
Tahun 2017-2018
2017 2018
Jenis Tanaman Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Buah-Buahan
Alpukat 4,53 14,9 3,8 7,6
Jeruk 0,32 11,7 0,15 0,73
Duku 5,6 16,3 10 25
Pepaya 0,35 31 0 0
Durian 18,78 69,2 220 1.540
Mangga 5,6 17,9 1,12 2,24
Sawo 0,95 2,9 5,6 19,6
Jambu Biji 0,52 7,8 0,33 1,17
Nanas 0,01 4,6 0,01 0,56
Manggis 0,57 1,1 20 40
Pisang 0,57 19,2 0,56 14,06
Rambutan 2,7 23,4 0,73 4,53
Nangka 1,87 8,4 3 13,5
Lainnya 14,88 89,4 16,6 219,68
Sayuran
Cabai 36 215,00 10 50,00
Labu Siam 0 0 3 16,6
Terong 4 60 6 37,5
Buncis 1 30 0 0
Tomat 4 80 5 70
Kacang Panjang 5 24 9 30
Kangkung 8 80 12 121,5
Bayam 17 46 12 19,5
Lainnya 1 40 4 38
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS

3.5.6. Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak di Kecamatan Tanjung Agung pada tahun 2018 mencapai


967.896ekor dengan ternak terbanyak adalah unggas sebanyak 482.407ekor. Selain itu
budidaya ikan di Kecamatan ini secara keseluruhan berjumlah 464,26ton pada tahun
2018. Berikut adalah tabel perincian jumlah ternak di Kecamatan Tanjung Agung.

Tabel 3. 43 Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kecamatan Tanjung Agung Tahun
2016 dan 2018

Populasi (ekor)
Jenis Ternak
2016 2018
Sapi 223 377
Kerbau 710 396
Kambing 5.845 1.945
Domba 450 364
Ayam Kampung 108.520 111.938
Ayam Ras Pedaging 1.114.000 355.000
Itik 15.370 15.469
Jumlah 1.245.118 485.489
Sumber: Kecamatan Tanjung Agung Dalam Angka Tahun 2019, BPS
BAB IV PEMANGKU KEPENTINGAN DAN ISU
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

4.1 PELAKSANA KLHS

Proses-proses KLHS dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) KLHS RDTR


Kawasan Agropolitan Semende yang beranggotakan personil-personil dari Satuan
Kerja Perangkat Kabupaten Muara Enim yang terkait dan anggota-anggota forum lintas
pemangku kepentingan.

4.2 PEMANGKU KEPENTINGAN

Tabel 4.1 Daftar Pemangku Kepentingan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

POSISI/PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Pembuat keputusan dan/atau Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
penyusun RDTR Kawasan Muara Enim
Agropolitan Semendo

Lembaga/instansi terkait a) Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan


Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Muara
Enim
b) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Muara Enim
c) Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim
d) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Muara Enim
e) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muara Enim
f) Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Kabupaten Muara Enim
g) Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Muara Enim
h) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan
Kabupaten Muara Enim
i) Dinas Perkebunan Kabupaten Muara Enim
j) Dinas Perikanan Kabupaten Muara Enim
k) Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Muara Enim
l) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Muara Enim
POSISI/PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Masyarakat yang memiliki a) Aparat pemerintahan Kecamatan Semendo Darat Ulu,


informasi Semendo Darat Tengah, Semendo Darat Laut, Panang
Enim, dan Kecamatan Tanjung Agung
b) Aparat pemerintahan tingkat desa di Kecamatan
Semendo Darat Ulu, Semendo Darat Tengah, Semendo
Darat Laut, Panang Enim, dan Kecamatan Tanjung
Agung.
c) Tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Semendo
Darat Ulu, Semendo Darat Tengah, Semendo Darat
Laut, Panang Enim, dan Kecamatan Tanjung Agung
d) Lembaga Swadaya Masyarakat di wilayah Kecamatan
Semendo Darat Ulu, Semendo Darat Tengah, Semendo
Darat Laut, Panang Enim, dan Kecamatan Tanjung
Agung
e) Perguruan tinggi di wilayah Sumatera Selatan
khususnya di Kabupaten Muara Enim

Masyarakat yang terkena Masyarakat di wilayah Kecamatan Semendo Darat Ulu,


dampak Semendo Darat Tengah, Semendo Darat Laut, Panang
Enim, dan Kecamatan Tanjung Agung.

4.3 ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Daftar Panjang isu pembangunan berkelanjutan pada Laporan Pendahuluan ini


merupakan isu yang dihimpun dari hasil-hasil kajian yang telah ada dan data dan
informasi pada dinas di Kabupaten Muara Enim. Pada tahap selanjutnya akan
dilakukan Konsultasi Publik guna mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan
yang bersumber dari para pemangku kebijakan.
Tabel 4.2 Isu Pembangunan Berkelanjutan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

ISU
NO PEMBANGUNAN FAKTOR PENYEBAB DAMPAK LOKASI
BERKELANJUTAN
A. LINGKUNGAN
1 Rawan Bencana Berkurangnya tutupan a) Material longsoran berupa Desa Muara
tanah longsor lahan/vegetasi di daerah tanah dan batuan Dua
bagian hulu, menutupi areal Kecamatan
kemiringan/slove lereng persawahan, kebun milik Semende
yang curam (60% – 90%), masyarakat, dan sungai. Darat Laut
dan curah hujan yang tinggi b) Kerugian materil.
c) Perubahan pola aliran dan
pendangkalan sungai.

2 Rawan Bencana 1. Terjadinya pendangkalan dan a) Masyarakat mengalami Kelurahan


Banjr penyempitan alur Sungai kerugian materi karena Talang Ubi
akibat proses alam maupun rumah mereka terencam Selatan, Talang
aktivitas manusia banjir, roboh, atau hanyut. Ubi Utara,
ISU
NO PEMBANGUNAN FAKTOR PENYEBAB DAMPAK LOKASI
BERKELANJUTAN
2. Pembangunan fisik dan b) Kerusakan jalan dan Talang Ubi
aktivitas masyarakat pada jembatan. Timur
daerah hulu makin c) Tanaman dan pepohonan dan Talang Ubi
mengurangi daerah resapan rusak dan roboh. Barat
atau daerah tangkapan air d) Timbulnya gangguan
sehingga terjadi aliran air Kesehatan akibat penyebaran
(run off) yang cukup deras penyakit bawaan air
tanpa hambatan..
3. Badan-badan air yang
semakin menyempit akibat
tumbuhnya bangunan di
bantaran sungai
4. Kebiasaan masyarakat
membuang sampah di sungai
sehingga mengakibatkan
penumpukan sampah pada
alur sungai
5. Belum adanya sistem
drainase teknis untuk
pengaliran limpasan air ke
Sungai Abab, Sungai Penukal
dan Sungai Beracung yang
melintas di Kota Talang Ubi.
6. Curah hujan yang tinggi
7. Kondisi topografi Kab. Muara
Enim yang landau dan dilalui
oleh sungai dan pertemuan
muara anak sungai yang
cukup besar debitnya.
3 Timbulan sampah di Perilaku masyarakat yang Sampah menumpuk di sungai Sungai Abab,
sungai masih membuang sampah di Sungai
sungai Beracung dan
Sungai Penukal
4 Penurunan Kualitas 1. Banyaknya Usaha – usaha a) Timbulnya gangguan Sungai Enim
Air Permukaan kecil di bantaran sungai / Kesehatan bagi masyarakat dan Sungai
dekat sungai seperti rumah pengguna air sungai seperti Lematang
makan, cucian mobil, industri gangguan Kesehatan kulit dan
tahu/tempe dan lain-lain diare.
yang sebagai besar belum b) Meningkatnya biaya
memiliki IPAL., sehingga pengolahan air bersih di
limbah industri biasanya PDAM karena kualitas air
langsung di buang dan baku yang buruk.
mengalir ke perairan umum. c) Terganggunya kebidupan
2. Banyaknya penduduk yang biota air.
tinggal di bantaran sungai. d) Penurunan pendapatan
3. Air limpasan atau air masyarakat yang memiliki
buangan yang dihasilkan usaha di bidang pertanian,
Kegiatan pertambangan perikanan, transportasi air,
batubara baik melalui atau dan industri.
tanpa proses Kolam
Pengendap Lumpur (KPL).
4. Penebangan hutan di daerah
hulu sungai yang tidak
mengikuti aturan.
5 Perubahan Konversi hutan menjadi area a) Pada kegiatann perkebunan,
penggunaan lahan perkebunan dan pertambangan akar tanaman yang ditanam
di lokasi perkebunan kurang
mampu menyerap air
dibandingkan dengan akar
ISU
NO PEMBANGUNAN FAKTOR PENYEBAB DAMPAK LOKASI
BERKELANJUTAN
tanaman asli di hutan tsb.
b) Pada kegiatan pertambangan,
pengupasan tanah pucuk
mengakibatkan lahan
menjadi kritis
c) Terjadinya perubahan
bentang alam
d) Penurunan keanekaragaman
hayati
6 Kebakaran hutan Kebiasaan masyarakat yang a) Gaangguan kesehatan (ISPA)
dan lahan membuka lahan denngan cara b) Penurunan keanekaragaman
membakar hayati
7 Pencemaran tanah 1. Limbah yang dihasilkan oleh c) Meresahkan masyarakat
industri d) Menurunnya kualitas tanah
2. Kebocoran pipa saluran
pengangkut minyak dari
perusahaan pertambangan
B. SOSIAL
1 Perilaku buruk 1. Kurangnya pengetahuan Sampah banyak ditemukan di
masyarakat dalam bidang sanitasi aliran sungai dan lahan terbuka
sanitasi 2. Kurangnya kesadaran untuk
menjaga lingkungan
2 Kebiasaan 1. Kurangnya pengetahuan a) Gaangguan kesehatan (ISPA)
membakar lahan masyarakat akan dampak b) Penurunan keanekaragaman
buruk dari pembakaran lahan hayati
2. Masyarakat belum
mengetahui cara lain untuk
membuka lahan
BAB V 6RENCANA KERJA

Pekerjaan ini dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap. Uraian pentahapan dan diskusi
pembahasan pekerjaan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Semende, adalah sebagai berikut :

Tahap I : Review Dokumen Terdahulu dan Penentuan Metodologi Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap awal pekerjaan, dimana pekerjaan yang dilakukan adalah
inventarisasi kebijakan terkait, studi terdahulu terkait dan literaur terkait; review
dokumen terdahulu; pemantapan metodologi; penyusunan rencana kerja; serta FGD 1
untuk mengidentifikasi isu PB.

Tahap II: Pengumpulan Data, Survey dan Kajian

Tahapan ini akan dilaksanakan survey dan pengumpulan data, kompilasi dan
pengolahan data, identifikasi isu PB strategis dan prioritas serta pembahasan dan
penyepakatan isu PB strategis & prioritas, FGD 2 (penyepakatan isu prioritas)

Tahap III: Analisis dan Rekomendasi

Pada tahap ini dilakukan identifikasi materi muatan KRP diperkirakan dapat
menimbulkan pengaruh negatif pada lingkungan, analisis pengaruh, FGD 3 ( Penyepakatan
KRP yang dikaji dalam KLHS), analisis kajian 6 muatan, penyusunan alternatif dan
rekomendasi, FGD 4 (penyepakatan rekomendasi).

Tahap IV: Finalisasi

Pada tahap akhir dilakukan pengintegrasian hasil KLHS ke dalam RDTR,


pendokumentasian hasil pelaksanaan KLHS, penjaminan kualitas, dan validasi.

Perincian jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan KLHS RDTR Kawasan Agropolitan Semende

Uraian Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4 Bulan-5 Bulan-6 Bulan-7


No
Pekerjaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mobilisasi
Personil
2 Inventarisasi
kebijakan
terkait, studi
terdahulu,
literatur terkait
3 Telaah data
sekunder awal
4 Penyusunan
rencana kerja
5 FGD 1
(Identifikasi isu
PB)
6 Pengumpulan
data primer
7 Pengumpulan
data sekunder
8 Kompilasi data
9 Pengolahan data
10 Identifikasi Isu
PB Strategis
11 Identifikasi Isu
PB Prioritas
12 FGD 2
13 Identifikasi
materi muatan
KRP yang
berdampak
14 Analisis
Pengaruh
Uraian Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4 Bulan-5 Bulan-6 Bulan-7
No
Pekerjaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
15 FGD 3
16 Analisis kajian 6
muatan
17 Perumusan
Alternatif
Penyempurnaan
KRP
18 Perumusan
Rekomendasi
19 FGD 4
20 Pengintegrasian
21 Validasi
PELAPORAN
1 Laporan
Pendahuluan
2 Data dan Analisis
3 Konsep
Dokumen RTR-
KSK dan KLHS
4 Dokumen RTR-
KSK dan KLHS
serta Eksekutif
Summary
Sumber: Hasil Pengolahan, 2020

Anda mungkin juga menyukai